D DENGAN POST OP
FRAKTUR COLLUM FEMUR DI RUANG BAITUSSALAM 2
RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
Disusun Oleh :
Fitria Anwar
NIM. 40.901.900024
Disusun Oleh :
Fitria Anwar
NIM. 40.901.900024
i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
( Fitria Anwar )
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
NIM : 40901900024
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi D-III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula Semarang pada :
Hari : Jumat
Pembimbing
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya
Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan FIK Unissula pada hari Senin
tanggal 06 Juni 2022 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji.
Semarang, 06 Juni 2022
Tim Penguji
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Mengetahui
iv
HALAMAN MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dalam suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang
lain)”
“Jadi diri sendiri, cari jati diri sendiri, dapatkan hidup yang mandiri”
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. D dengan Post Op
Fraktur Collum Femur di Ruang Baitussalam 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang” yang menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih atas segala
bimbingan, pengarahan, dan dukungan kepada :
vi
7. Bapak Karlan dan ibu Lastri selaku orang tua yang selalu memberikan
do’a, motivasi, semangat, dukungan, serta pengorbanan yang sangat besar
sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Adek-adekku Muhammad Radit Saputra, Dwi Ramadhani, Reva
Syafinnatunisa yang selalu memberikan dukungan dan semangat sehingga
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Sahabatku Dini Lestari, Meylinda Puji Saidati, Nurfarida Ningrum, Sany
Octavia, Zulia Sofiana terima kasih yang selama ini telah menjadi
sahabatku yang selalu mendukung dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Terimakasih kepada sahabatku Adhe Ayu Nurcahyani, Syarif
Hidayatullah, Anting Wulan yang selama ini memberikan dukungan dan
semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Pingky Puspitasari yang telah memberikan semangat dan senantiasa
memberikan dukungan dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Fidela Ayunnisa teman sepembimbingan yang sama-sama berjuang untuk
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
13. Teman-teman seperjuangan angkatan 2019 Prodi DIII Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang dan
semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
14. Teman-teman HMJ D3 Keperawatan angkatan 2019 Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang terimakasih atas
dukungan dan semangat yang telah diberikan.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
dan kerjasamanya yang memberikan dukungan dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi peningkatan dan perbaikan
vii
penulis dimasa mendatang, namun penulis berusaha dengan segala kemampuan
yang ada untuk memberikan sebaik-baiknya.
Fitria Anwar
Nim : 40901900024
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan .................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
A. KONSEP DASAR PENYAKIT ............................................................. 5
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN ................................................. 10
BAB III LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN............................................. 24
A. Hasil Studi Kasus.................................................................................. 24
1. Pengkajian Keperawatan.................................................................. 24
2. Analisa Data ..................................................................................... 37
3. Diagnosis Keperawatan ................................................................... 38
4. Intervensi Keperawatan ................................................................... 38
5. Implementasi Keperawatan.............................................................. 41
6. Evaluasi Keperawatan...................................................................... 46
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 51
A. Pengkajian keperawatan ....................................................................... 51
B. Diagnosis keperawatan ......................................................................... 53
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik .................... 53
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ..................... 54
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ..... 55
ix
4. Resiko infeksi ditandai dengan proses penyakit .............................. 56
C. Intervensi keperawatan ......................................................................... 57
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik .................... 57
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ..................... 58
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ..... 59
4. Resiko infeksi ditandai dengan proses penyakit .............................. 60
D. Implementasi keperawatan ................................................................... 60
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik .................... 60
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ..................... 61
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ..... 62
4. Resiko infeksi ditandai dengan proses penyakit .............................. 62
E. Evaluasi keperawatan ........................................................................... 63
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik .................... 63
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ..................... 63
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ..... 63
4. Resiko infeksi ditandai dengan proses penyakit .............................. 64
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 65
A. Kesimpulan ........................................................................................... 65
B. Saran ..................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
LAMPIRAN .......................................................................................................... 71
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah retakan atau patahan yang pada susunan tulang akibat
dari cedera, kecelakaan, baik dari kecelakaan dalam suatu kerja maupun
kecelakaan lalu lintas. Fraktur atau patah tulang menjadi penyebab masalah
kematian dengan urutan ketiga di Negara Indonesia setelah penyakit Jantung
Koroner dan Tuberculosis. Fraktur adalah gangguan serius di dunia yang
menyebabkan masalah terbanyak yang sering dijumpai di fasilitas kesehatan.
Fraktur juga bisa diartikan rusaknya susunan jaringan tulang karena peristiwa
trauma seperti terjadi benturan keras, kecelakaan, terjatuh, pemukulan, tenaga
fisik, fraktur patologis atau kelemahan yang tidak normal terjadi pada tulang.
Akibat dari benturan yang sangat keras sehingga tidak bisa di tahan oleh
tulang dan terjadilah fraktur (Sagaran et al., 2018).
World Health of Organizaton tahun 2019 menyatakan kejadian fraktur
meningkat dengan catatan kurang dari 15 juta orang dengan prevalensi 3,2%.
Tahun 2018 adalah 21 juta jiwa dari kecelakaan lalu lintas sebanyak 3,8%.
Data di Indonesia kasus yang sering terjadi yaitu fraktur femur 42% dilanjut
fraktur humerus 17% fraktur fibula, tibia. Penyebab tertinggi patah tulang
yaitu kecelakaan lalu lintas atau kendaraan 65,5% dan jatuh 37,3% (Platini et
al., 2020). Fraktur pada bagian ekstremitas bawah mempunyai prevalensi
terbanyak yang disebabkan oleh kecelakaan sebesar 40%. Fraktur ekstremitas
bawah disebabkan oleh terputusnya dikontinuitas pada susunan tulang atau
patahnya struktur tulang (Andri et al., 2020). Data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) kejadian di Indonesia yang mengalami fraktur sebanyak
5,5%. Cedera ekstremitas bawah mempunyai prevalensi yaitu sebanyak
67,9% (Nur, Morika, & Sardi, 2020).
Kecelakaan sepeda motor 40,6% dan jatuh menjadi penyebab tertinggi
fraktur dengan prevalensi 40,9%. Selajutnya fraktur yang disebabkan oleh
1
2
benda tumpul atau tajam sebanyak 7,3%, transportasi darat dan lainnya 7,1%
dan fraktur yang disebabkan karena kejatuhan adalah 2,5% (Maria Ulva,
2019).
Kasus fraktur yang ada di Jawa Tengah menurut RISKESDAS pada
tahun 2018 dengan prevalensi 64,5%. Berdasarkan data dari Ruang
Baitussalam RSI Sultan Agung Semarang pada tahun 2021 didapatkan kasus
60 yang mengalami fraktur dengan pasien yang dilakukan operasi Orif dan
hampir seluruhya mengalami nyeri.
Pada pasien setelah pembedahan fraktur menimbulkan rasa nyeri,
keterbatasan untuk melakukan pergerakan, penurunan kekuatan otot
dikarenakan nyeri setelah pembedahan, dan luka bekas pembedahan. Nyeri
setelah operasi menjadi suatu hal biasa yang dialami oleh pasien. Sumber
utama yang menyebabkan nyeri adalah pada bagian setelah operasi sehingga
membuat pasien merasakan nyeri dan tidak nyaman (Hermanto et al., 2020) .
Nyeri yang muncul dari luka bekas operasi fraktur menjadi alasan
utama untuk seseorang tidak melakukan pergerakan. Akan tetapi hal itu harus
dilakukan sebagai proses penyembuhan pada pasien post operasi fraktur
collum femur. Apabila pasien tidak mampu melakukan mobilisasi dengan
upaya pergerakan sendi maka terjadi pemendekan otot. Pada pelaksanaan ini
pasien akan dibantu oleh dampingan perawat (Andri et al., 2020).
Penatalaksanaan untuk pencegahan masalah keperawatan yaitu
dengan dilakukannya tindakan perawat dengan pasien untuk melakukan
mobilisasi dini dengan cara latihan kemampuan mandiri pasien supaya
mengurangi rasa nyeri dan supaya kembali seperti semula. Latihan yang
dilakukan pada pasien yaitu duduk di tempat tidur, duduk di sisi keranjang
tempat tidur, latihan turun dari tempat tidur, dan dapat juga berpindah
(Malang, 2021).
Berdasarkan dari data yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan
bahwa asuhan keperawatan menjadi salah satu hal yang berpengaruh pada
kemampuan aktivitas perpindahan pasien, maka perawat dapat membantu
untuk memberikan latihan kepada pasien post op fraktur dengan cara latihan
3
mobilisasi dini. Adanya studi kasus terhadap pasien post op fraktur dapat
membantu menurunkan tingkat kecacatan dan kematian pada pasien fraktur.
Maka dari itu penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny. D Dengan Post Op Fraktur Collum Femur
Di Ruang Baitussalam 2 RSI Sultan Agung Semarang”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Karya tulis ilmiah ini bertujuan menjelaskan asuhan keperawatan pada
Ny.D dengan post op Fraktur Collum Femur di Ruang Baitussalam 2
RSI Sultan Agung Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar fraktur collum femur yang terdiri dari
pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnostik, komplikasi, penatalaksanaan medis, dan pathways.
b. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien post op
fraktur collum femur yang terdiri dari pengkajian keperawatan,
diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi keperawatan.
c. Menjelaskan dan menganalisa asuhan keperawatan pada Ny.D
dengan post op fraktur collum femur yang terdiri dari pengkajian
keperawatan, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan.
C. Manfaat Penulisan
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-
pihak terkait, antara lain :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Supaya menambah daftar kepustakaan bagi mahasiswa dalam
menetapkan dan menerapkan teori asuhan keperawatan pada pasien
dengan post op fraktur collum femur.
4
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
2. Etiologi
5
6
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
d. Pergerakan abnormal
Pergerakan abnormal pada umumnya kreapitas bisa ditemukan
pergerakan persendian lutut yang susah digerakan.
e. Kehilangan sensasi
Kehilangan sensasi atau mati rasa bisa terjadi karena rusaknya
syaraf ataupun disebabkan oleh perdarahan.
5. Pemeriksaan diagnostik
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan medis
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi dalam kasus fraktur dimaksud tahap penyembuhan
fraktur dengan melakukan aktivitas fungsional secara optimal,
melakukan latihan dengan bantuan keluarga maupun orang lain.
Latihan ini dilakukan dengan cara :
1) Gerak pasif yaitu membantu pasien untuk mempertahankan
pergerakan sendi dan mencegah menyatunya jaringan lunak
dan membantu perbaikan pasca operasi.
2) Gerak aktif yaitu dengan bantuan orang lain untuk
meningkatkan pergerakan.
3) Latihan penguatan yaitu latihan dengan cara aktif dengan
maksud agar kekuatan otot meningkat, hal ini dapat
dilakukan pada pasien dengan masa pemulihan yaitu 4-6
minggu setelah pembedahan.
1. Pengkajian Keperawatan
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu suatu langkah untuk pemeriksaan
kondisi tubuh pasien agar mengetahui tentang kesehatannya,
kondisi klinis penyakit, untuk membantu menegakkan diagnosis
keperawatan dan membantu menyusun rencana keperawatan yang
akan dilakukan. Pemeriksaan fisik dimulai dari bagian kepala dan
berakhir pada ekstremitas bawah (Saroh, 2019).
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien antara lain :
1) Tingkat kesadaran
Composmentis, samnolen, apatis, stupor, soporo koma, koma
bergantung pada kondisi pasien.
2) Penampilan
Lemah, pucat atau sesuai dengan kondisi pasien.
3) Vital sign
Pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien untuk menentukan
kesehatan pada pasien meliputi suhu tubuh, tekanan darah,
respirasi (pernafasan), nadi.
4) Kepala
Inspeksi : melihat kesimetrisan bentuk, rambut, warna rambut,
kondisi rambut, tingkat kebersihan rambut, tekstur rambut.
Palpasi : memeriksa adanya nyeri tekan atau tidak pada
pasien.
5) Mata
Inspeksi : melihat kesimetrisan mata
Palpasi : melakukan penekanan apakah terdapat perdarahan
pada mata atau tidak, melihat konjungtiva mata.
6) Hidung
Inspeksi : melihat kesimetrisan bentuk hidung
Palpasi : melakukan penekanan untuk mengetahui
ketidaknormalan pada hidung
15
7) Telinga
Inspeksi : melihat kesimetrisan dan bentuk telinga kanan dan
kiri, kulit telinga, melihat adanya kotoran pada telinga atau
tidak, biasanya tidak mengalami gangguan pendengaran.
Palpasi : melakukan penekanan untuk mengetahui adanya
nyeri tekan atapun lesi pada telinga
8) Mulut dan tenggorokan
Pemeriksaan mulut dan tenggorokan ini dilakukan untuk
melihat mulut, pemeriksaan gigi, warna, bau, adanya kesulitan
menelan atau mengunyah atau tidak, melakukan palpasi pada
tenggorokan dan melihat ada benjolan pada leher atau tidak.
Biasanya mukosa bibir tampak kering dan terlihat pucat
9) Dada/ thorax
Melakukan pemeriksaan jantung dan paru-paru
10) Abdomen
Melakukan pemeriksaan abdomen dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi
11) Genetalia
Melakukan pemeriksaan dengan melihat kebersihan genetalia
pada pasien, melihat adanya luka, tanda infeksi, bila pasien
terpasang kateter maka melihat kebersihan selang kateter.
12) Ekstremitas atas dan bawah
Melakukan pemeriksaan fisik dengan cara melihat kondisi
kuku pasien, capillary refil, kemampuan melakukan
pergerakkan, dan apabila terpasang infus kaji pada bagian
yang terpasang infus untuk mengetahui infeksi maupun nyeri
tekan, biasanya akral teraba dingin.
13) Kulit
Melakukan pemeriksaan dengan mengkaji kebersihan,
kelembaban kulit, adanya edema, dan apabila terdapat luka
kaji keadaan luka.
16
d. Data penunjang
Data penunjang yaitu pemeriksaan medis yang digunakan
untuk membantu menegakkan diagnosis keperawatan.
2. Diagnosis Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi
(1) Kaji risiko pengembangan tromboemboli vena bolisme
dan sindrom kompartemen akut
(2) Evaluasi kualitas nadi perifer distal dari cedera dengan
cara palpasi dan bandingkan dengan bagian tubuh
yang tidak terluka
(3) Kaji aliran kapiler, kehangatan distal dari fraktur dan
warna kulit
(4) Monitor tanda-tanda vital
(5) Dorong klien untuk rajin berlatih pada bagian jari dan
sendi dari cedera
(6) Pantau selama pemeriksaan dan koagulasi (Doenges,
2019).
Sedangkan Intervensi keperawatan menurut SLKI & SIKI PPNI
(2018) yaitu :
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam maka diharapkan neurovaskular perifer menurun.
Dengan kriteria hasil : pergerakan sendi meningkat, pergerakan
ekstremitas meningkat, nyeri menurun, nadi membaik, tekanan
darah membaik (PPNI, 2018).
Intervensi keperawatan :
(a) Identifikasi penyebab perubahan sensasi
(b) Monitor perubahan kulit
(c) Monitor adanya tromboflebitis dan tromboemboli vena
(d) Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu (PPNI, 2018).
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan integritas
struktur tulang
Intervensi
Intervensi
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
6. Pathways
Fraktur
Laserasi kulit Perubahan fragmen tlg Respon reflek protektif pd tlg Perawatan
Hasil dari studi kasus yang telah dilaksanakan pada tanggal 18 januari
2022 di ruang Baitussalam 2 RSI Sultan Agung Semarang, diperoleh data
pengkajian pasien dengan nama Ny.D berusia 67 tahun dengan jenis kelamin
perempuan. Pasien menganut agama islam bertempat tinggal di Jl. Tampomas
dalam VII/27 Gajahmungkur, semarang. Pendidikan terakhir pasien adalah
SMA dan saat ini bekerja sebagai ibu rumah tangga, memiliki 2 orang anak.
Pasien mengalami kejadian fraktur pada saat di kamar mandi ketika ingin
berwudhu untuk menunaikan ibadah sholat. Pasien terjatuh terpeleset karena
alas kamar mandi yang licin, kemudian pasien dibawa ke rumah sakit oleh
anaknya dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sehingga pasien harus
melakukan perawatan rawat inap dengan nomor rekam medis 01-14-43-XXX.
1. Pengkajian Keperawatan
24
25
yaitu Tn.H yang berusia 40 tahun menganut agama islam suku Jawa
bangsa Indonesia pekerjaan swasta pendidikan terakhir S1, yang
beralamatkan di Jl. Tampomas Dalam 7 no.35 Semarang.
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Ny. D mengatakan nyeri pada bagaian pangkal paha sebelah kanan
terasa seperti tertusuk-tusuk dan sulit untuk melakukan gerak.
2) Status kesehatan sekarang
Ny.D mengatakan pada saat pengkajian, kejadian yang dialaminya
pada saat ingin berwudhu untuk melakukan ibadah sholat. Beliau
terpeleset menyebabkan jatuh karena tergelincir karena alas kamar
mandi yang licin dan terbentur kearah kanan lalu pada bagian kaki
kanan kemudian dilarikan kerumah sakit melalui IGD pada tanggal
15 januari 2022. kemudian pasien dilakukan pemeriksaan yang
lebih lanjut sehingga diharuskan untuk menjalani rawat inap
dengan diagnosa medis yaitu fraktur collum femur. Pasien
mengatakan nyeri pada bagian pangkal paha sebelah kanan dan
sulit untuk digerakan.Pasien mengatakan nyeri dan bersifat hilang
timbul, nyeri muncul pada saat melakukan pergerakkan pada kaki
sebelah kanan. Skala nyerinya adalah 4 nyeri dirasakan pada
bagian pangkal paha sebelah kanan. Pasien mengatakan belum
sepenuhnya tahu untuk mengatasi sakit yang dialaminya. Akan
tetapi pada saat merasakan nyeri pasien melakukan tarik nafas
dalam. Pasien mengatakan nyeri apabila melakukan pergerakkan.
Sehingga pasien enggan untuk bergerak dan seluruh aktivitasnya
dilakukan di tempat tidur.
3) Status kesehatan dulu
Ny.D mengatakan tidak ada riwayat alergi apapun, Ny.D
mengatakan mengatakan sebelumnya hanya mengalami batuk dan
pilek biasa kemudian dibelikan obat di warung juga sudah sembuh.
Ny.D mengatakan dulu tidak pernah mengalami kecelakaan. Ny. D
26
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Sudah meninggal
: Klien
27
diberikan teh hangat dan air putih yang dingin masih mampu
dirasakan.
Selama sakit pasien mengatakan masih dapat melihat, mencium,
membau, dan mendengar tanpa menggunakan alat bantu.
Kemampuan kognitif pasien masih dapat mengingat, berbicara,
mampu memahami pesan dari lawan bicaranya, tidak ada kesulitan
yang dialaminya, pasien mampu merasakan sensasi panas dan
dingin yang diberikan. Semisal diberikan teh hangat dan air putih
yang dingin masih mampu dirasakan.
P : peningkatan nyeri saat melakukan pergerakan
Q : sifat nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri pada bagian pangkal paha sebelah kanan
S:4
T : Hilang timbul
7) Pola presepsi diri dan konsep diri
a. Presepsi diri
Pasien mengatakan sakit yang dideritanya sebagai ujian dalam
hidupnya dan pasien berharap setelah menjalani perawatan
dapat segera pulih
b. Status emosi
Perasaan pasien saat dilakukan pengakajian yaitu kurang
nyaman dengan kondisi yang dialaminya, karena pasien tidak
dapat bergerak secara bebas karena nyeri yang dirasakan
c. Konsep diri
1) Citra tubuh
Pasien mengatakan agar kaki yang dioperasi bisa semula
lagi, supaya tidak cacat sehingga dapat beraktifitas seperti
semula lagi
33
2) Identitas
Pasien mengatakan puas sebagai perempuan dan sudah
menjadi takdir Allah SWT, pasien bangga menjadi seorang
ibu yang mampu mendidik anak dan menciptakan sifat anak
yang perhatian dengan kondisinya sekarang.
3) Peran
Peran pasien dalam keluarga adalah sebagai seorang ibu
rumah tangga yang memiliki 2 orang anak, pasien mampu
menjalankan perannya sebagai ibu yang mempunyai rasa
kasih sayang terhadap anaknya, ditunjukkan dari sikapnya.
4) Ideal diri
Harapan pasien terhadap kakinya yang mengalami patah
tulang dapat pulih dan kembali seperti semula supaya bisa
menjalankan perannya yaitu sebagai ibu rumah tangga.
Harapan pasien terhadap lingkungannya paien dapat
diterima oleh keluarganya dan harapan terhadap dirinya
agar bisa menerima kenyatan bahwa dirinya sedng sakit dan
berharap diberikan kesembuhan oleh Allah SWT.
5) Harga diri
Pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit dan tidak
merasa rendah diri terhadap dirinya, karena yakin pasti
sembuh dan keluarga sangat memperhatikan keadaanya.
8) Pola mekanisme koping
Sebelum sakit pasien mengatakan dalam pengambilan keputusan
selalu meminta pendapat keluarga, terutama pada anaknya, dan
anaknya selalu ada disaat pasien ada masalah atau sedang sakit,
pasien mengatakan apabila menghadapi masalahnya diselesaikan
secara baik-baik yaitu dengan cara bermusyawarah dalam keluarga
agar mendapatkan penyelesaian sesuai yang diharapkan, apabila
ada masalah pasien ditemani oleh anaknya dan upaya untuk
mengatasi masalahnya yaitu berusaha memecahkan masalahnya
34
nyeri tekan, tidak ada massa. Genetalia pasien terpasang kateter, tidak
ada tanda infeksi, tidak ada hemoroid. Ekstremitas atas mampu
menggerakkan tangan kanan dan kiri, terpasang infuse pada tangan
kanan, kuku bersih, tangan kanan dan kiri kekuatan otot diskala 5.
ekstremitas bawah kaki kanan lemah tidak mampu digerakan, kaki
kanan kekuatan otot diskala 2 sedangkan kaki kiri di skala 5. Capilarry
refil kembali kurang dari 2 detik. Kemampuan berfungsi untuk semua
ekstremitas tangan kanan dan kiri mampu digerakkan, kaki kanan
lemah dan tidak bisa digerakkan, kaki kiri mampu untuk digerakkan.
Pasien terpasang infuse pada tangan kanan, tidak ada infeksi pada
daerah tusukan infuse, tidak ada nyeri tekan didaerah tusukan infuse.
Kulit bersih, berwarna sawo matang, kulit lembab, turgor kulit elastis,
tidak ada tanda-tanda infeksi, keadaan balutan luka bersih, tidak ada
tanda infeksi pada luka.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium di dapatkan hasil :
Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
Laboratorium Rujukan
Hemoglobin 10.7 : 0,9511.17
mg/dl- 15.5 g/dl
Hematokrit 32.1 33.0 - 45.0 %
Leukosit 14.35 3.60 – 11.00 ribu/ul
Trombosit 348 150 – 330 ribu/ul
PT 10.6 9.3 – 11.7 Detik
PT (Kontrol) 10.9 9.3 – 12.7 Detik
2. Analisa Data
3. Diagnosis Keperawatan
4. Intervensi Keperawatan
infeksi, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien, jelaskan tanda dan gejala infeksi, berikan
perawatan luka steril.
5. Implementasi Keperawatan
6. Evaluasi Keperawatan
terasa gatal namun diberi tahu perawat bahwa rasa gatal tersebut
dikarenakan proses penyembuhan luka, pasien terlihat paham.
Kesimpulannya masalah teratasi dan pertahankan intervensi.
Evaluasi yang didapatkan penulis pada tanggal 21 januari 2022 pada
pukul 07.00 WIB.
Evaluasi diagnosis nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
dilakukan evaluasi subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang. P : nyeri
post op fraktur saat digerakkan, Q : ditsuuk-tusuk, R : pangkal paha
sebelah kanan, S : 2, T : hilang timbul. Evaluasi objektif pasien tampak
lebih tenang, pasien tampak lebih nyaman, hasil pengukuran tanda-tanda
vital tekanan darah 130/90 mmHg suhu : 36,3 c, nadi 80x/menit,
pernafasan 20x/menit. Kesimpulannya bahwa nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik ditandai dengan mengeluh nyeri masalah
teratasi dan hentikan intervensi.
Evaluasi diagnosis gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri dilakukan evaluasi subjektif pasien mengatakan bergerak mandiri
dan dibantu keluarga. Evaluasi objektif pasien tampak bergerak, tidak
tampak sendi kaku, pasien tampak bisa miring ke kiri, kekuatan otot
meningkat dibanding sebelum latihan. Kesimpulannya bahwa gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri saat
bergerak teratasi dan penulis menghentikan intervensi
Evaluasi diagnosis gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang
kontrol tidur dilakukan evaluasi subjektif pasien mengatakan sudah bisa
tidur nyenyak, pasien mengatakan sudah bisa mengontrol tidur karena
nyeri berkurang. Evaluasi objektif pasien tampak tersenyum, pasien
tampak nyaman, pasien tampak duduk diatas tempat tidur dibantu
keluarga, tidak tampak kantung mata. Kesimpulannya bahwa gangguan
pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai dengan
mengeluh sulit tidur masalah teratasi dan penulis menghentikan
intervensi.
50
PEMBAHASAN
Bab ini membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus post
operasi fraktur collum femur pada Ny.D di ruang Baitussalam 2 RSI Sultan
Agung Semarang. Penulis melakukan pengkajian pada pasien dan melanjutkan
untuk melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari.
A. Pengkajian keperawatan
51
52
Dari hasil data pengkajian yang sudah dilakukan oleh penulis pada
Ny.D yaitu pasien berusia 67 tahun. Masa lanjut usia adalah menjadi faktor
resiko terjadinya fraktur collum femur, pada masa lanjut usia antara usia 55-
53
80 tahun akan mudah terjadi. Penyebab yang serius pada lansia karena
kecelakaan ataupun tulang yang sudah mulai mengeropos yang bisa
menyebabkan kelemahan sehingga dapat terjatuh dan cidera akibat adanya
benturan yang keras ketika terjatuh (Perwiraputra et al., 2017). Keluhan nyeri
yang dialami oleh pasien pada bagian setelah operasi fraktur menjadi peyebab
pasien sulit untuk bergerak sehingga dapat menyebabkan sendi menjadi kaku
(Igiany, 2019).
B. Diagnosis keperawatan
Berikut penulis akan membahas masing-masing diagnosis
keperawatan pada Ny.D.
pasien terlihat gelisah dan menahan nyeri, monitor tanda-tanda vital yang
didapatkan pada pasien yaitu suhu 36,5 derajat celcius, tekanan darah
155/91 mmHg, pernafasan 21 x/menit, nadi 80 x/menit. Data tersebut
telah memenuhi 80% kriteria mayor (PPNI, 2016).
Diagnosis keperawatan yang diangkat menjadi diagnosis utama
adalah nyeri akut karena menurut Heraki Maslow nyeri merupakan
kebutuhan keselamatan dan keamanan. Keselamatan dan keamanan
adalah keselamatan dan rasa aman nyaman dari aspek biologis maupun
fisiologis, dan kebutuhan ini menjadi salah satu syarat yang utama.
Apabila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi maka dapat
menyebabkan kebutuhan istirahat tidur dan kebutuhan nutrisi tidak
mampu terpenuhi (Sari & Dwiarti, 2018).
Menurut PPNI, (2016) penulis menetapkan diagnosis ini menjadi
diagnosis utama atau prioritas karena nyeri adalah faktor yang dapat
menjadikan seluruh jaringan menyebabkan terjadinya kerusakan
sehingga apabila nyeri terjadi dan tidak diatasi akan menimbulkan
perubahan pada jaringan bahkan dapat menyebabkan kehilangan jaringan
yang normal.
C. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan yaitu suatu rencana terapi yang dilakukan
perawat ke pasien sesuai standar intervensi keperawatan yang telah sesuai
(PPNI, 2018).
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan sebuah proses melakukan
pelaksanaan tindakan sesuai susunan perencanaan keperawatan yang
diberikan ke pasien sesuai dengan kebutuhan, pemulihan kesehatan kondisi
pasien dengan mengikutsertakan anggota keluarga (Napitu, 2020).
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan yaitu tahap terakhir dalam asuhan keperawatan
mengenai kondisi kesehatan pasien dengan ketetapan tujuan, evaluasi
keperawatan melibatkan perawat dengan pasien untuk menilai tindakan
keperawatan yang digunakan untuk pemenuhan pasien secara optimal dari
proses keperawatan yang ada (Damanik, 2019).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari studi kasus yang sudah diberikan secara langsung oleh
penulis pada Ny. D di ruang Baitussalam 2 RSI Sultan Agung Semarang
dengan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami post operasi fraktur
collum femur mengeluh nyeri dan sulit untuk melakukan pergerakan pada
bagian yang mengalami patah tulang, proses asuhan keperawatan dimulai dari
pengkajian, perumusan diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi
dengan hasil kesimpulan sebagai berikut :
1. Fraktur collum femur adalah patah tulang yang terjadi pada bagian
ekstremitas bawah karena terputusnya susunan tulang dari collum
femur yang terletak pada ujung permukaan artikuler caput femur
dengan regio interthrocanter. fraktur collum femur sering terjadi pada
lanjut usia yang disebabkan oleh faktor patologis karena adanya
pengeroposan tulang dan dapat terjadi karena adanya trauma.
2. Pengkajian keperawatan
Untuk mendapatkan data pasien untuk melengkapi asuhan
keperawatan maka diperlukan pengkajian meliputi identitas pasien,
identitas penanggung jawab, status kesehatan, riwayat kesehatan lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pengkajian pola fungsi, pengkajian fisik
pada pasien. Fokus pengkajian pada fraktur antara lain aktivitas da
latihan, pola kognitif-preseptual sensori, pola istirahat dan tidur.
Pengkajian yang sudah dilakukan kepada pasien didapatkan data pada
pasien yaitu pasien mengeluh nyeri, keterbatasan gerak pada
ekstremitas bawah, gangguan pola tidur yang terjadi pada pasien dan
terjadinya resiko infeksi pada bagian luka setelah operasi.
3. Diagnosis keperawatan
Diagnosis merupakan masalah keperawatan yang muncul pada pasien.
65
66
B. Saran
Andri, J., Febriawati, H., Padila, P., J, H., & Susmita, R. (2020). Nyeri pada
Pasien Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Pelaksanaan
Mobilisasi dan Ambulasi Dini. Journal of Telenursing (JOTING), 2(1),
61–70. https://doi.org/10.31539/joting.v2i1.1129
Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Medika, 13(1), 7.
https://doi.org/10.22219/sm.v13i1.5449
DAMANIK, E. T. M. (2019). Potensi evaluasi keperawatan dijadikan
rekomendasi dalam memberikan asuhan keperawatan di masa yang
mendatang. https://doi.org/10.31227/osf.io/a8zys
Doenges, M. E. M. F. M. house; A. C. M. (2019). Guidelines for Individualizing
Client Care Across the Life Span Loth Edition Index Of Diseases /
Disorders. 569–581.
Dorland, W. A. N. (2012). Kamus Kedokteran Dorland (28th ed.). EGC.
Hermanto, R., Isro’in, L., & Nurhidayat, S. (2020). Studi Kasus : Upaya
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Femur. Health
Sciences Journal, 4(1), 111. https://doi.org/10.24269/hsj.v4i1.406
Hidayat, S., & Mumpuningtias, E. D. (2018). Terapi Kombinasi Sugesti Dan
Dzikir Dalam Peningkatan Kualitas Tidur Pasien. Care : Jurnal Ilmiah
Ilmu Kesehatan, 6(3), 219. https://doi.org/10.33366/cr.v6i3.953
Igiany, P. D. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Pasien Post Op Fraktur Untuk
Melakukan Range of Motion (Rom). Jurnal Manajemen Informasi Dan
Administrasi Kesehatan (JMIAK), 1(02).
https://doi.org/10.32585/jmiak.v1i02.160
Inra, Hariyanto, T., & Adi, R. C. (2019). Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia
Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam Di
Kelurahan Tlogomas Malang. Nursing News, 4(1), 118–123.
Istianah, U. (2017). Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.
Kurniasih, M. L. (2012). Di Ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Islam.
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 12, 47–52.
Lela, A., & Reza, R. (2018). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan nyeri pada pasien fraktur. Jurnal Kesehatan, 9(2), 262–266.
Madenski, A. (2014). Improving Nurses’ Pain Management in the Post Anesthesia
Care Unit (PACU). Scholar Work, 1, 15–32.
68
69
http://scholarworks.umass.edu/nursing_dnp_capstone/
Malang, K. (2021). Hospital Majapahit Vol 13 No . 2 November 2021 Hospital
Majapahit. 13(2), 20–30.
Maria Ulva. (2019). Gambaran Karakteristik Kecelakaan Lalulintas di Kota
Makassar.
Napitu, J. (2020). Pengaruh Perencanaan Keperawatan Terhadap Kepuasan
Pasien. Osf.Io/Xswpq/, 1(1).
Nur, Siti Aisyah, Morika, Honesty Diana & Sardi, W. M. (2020). Pengaruh Terapi
Musik Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Op Fraktur Di
Bangsal Bedah Rs Dr Reksodiwiryo Padang. Jurnsl Kesehatan Medika
Saintika, 2, 175–183.
Perwiraputra, R. D., Priambodo, A., Julianti, H. P., & Arthroplasty, T. H. (2017).
Hubungan Jenis Total Hip Arthroplasty Terhadap Derajat Fungsional
Panggul Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Fraktur Collum Femoris.
Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 6(2),
1116–1125.
Pivec, R., Johnson, A. J., Mears, S. C., & Mont, M. A. (2012). Hip arthroplasty.
The Lancet, 380(9855), 1768–1777. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(12)60607-2
Platini, H., Chaidir, R., & Rahayu, U. (2020). Karakteristik Pasien Fraktur
Ekstermitas Bawah. Jurnal Keperawatan ’Aisyiyah, 7(1), 49–53.
https://doi.org/10.33867/jka.v7i1.166
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Indikator
Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
Sagaran, V. C., Manjas, M., & Rasyid, R. (2018). Distribusi Fraktur Femur Yang
Dirawat Di Rumah Sakit Dr.M.Djamil, Padang (2010-2012). Jurnal
Kesehatan Andalas, 6(3), 586. https://doi.org/10.25077/jka.v6i3.742
Sari, E., & Dwiarti, R. (2018). Pendekatan Hierarki Abraham Maslow pada
prestasi kerja karyawan PT. Madubaru (PG Madukismo) Yogyakarta.
Jurnal Perilaku Dan Strategi Bisnis, 6(1), 58.
https://doi.org/10.26486/jpsb.v6i1.421
Saroh, A. M. (2019). “Pengkajian Sebagai Tahap Awal Proses Keperawatan
Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan.”
70
https://doi.org/10.31219/osf.io/r2q6n
Sianturi, Y. (2017). Gambaran Fungsional Penderita Fraktur Kolum Femur yang
Tidak Dioperasi di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4858
Sulistyaningsih., R. C. (2018). Gambaran Kualitas Hidup Pada Pasien ORIF
Eksterimtas Bawah Di Poli Otropedi RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharto
Surakarta. Jurnal Kesehatan, 1–8.
Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Muskuloskeletal. Trans
Info Media.
Wilkonson & Ahem. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan (9th ed.). EGC.