Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S P1A0 POST SECTIO


CAESAREA DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
(KPD) DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

Karya Tulis Ilmiah


diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh :
Nurfarida Ningrum
NIM. 40901900041

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S P1A0 POST SECTIO
CAESAREA DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
(KPD) DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh :
Nurfarida Ningrum
NIM. 40901900041

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022

i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya, untuk Bapak dan Ibu saya yang telah memberikan
dukungan dan senantiasa mendoakan saya setiap sujudnya serta memberi
semangat penuh kepada putrinya.
2. Adik saya Muhammad Lutfi yang telah memberikan semangat dan perhatian
penuh kepada saya semoga kita menjadi anak yang dapat membanggakan
kedua orang tua.
3. Ibu Ns. Apriliani Yulianti W, M.Kep., Sp.Kep.Mat terimakasih atas waktu,
ilmu dan kesabarannya dalam membimbing hingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
4. Semua dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula yang telah memberikan
saya ilmu dan mengajarkan banyak hal tentang ilmu kesehatan
5. Terimakasih buat teman-teman saya Dini Lestari, Fitria Anwar, Zulia
Sofiana, Meylinda Puji Saidati dan Sany Octavia yang telah m dan
senantiasa memberi semangat serta mensupprort saya sampai Karya Tulis
Ilmiah ini selesai
6. Untuk teman-teman satu bimbingan dengan saya yaitu Nur Aini dan Nadya
Putri Fatmasari yang senantiasa membantu dan berjuang bersama sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini selesai
7. Semua teman-teman DIII Fakultas Ilmu Keperawatan angkatan 2019,
terimakasih atas dukungan, pertemanan dan kebersamaan selama menimba
ilmu di Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula serta motivasinya.

v
HALAMAN MOTTO

“ Barangsiapa yang belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu


walau sewaktu-waktu, ia akan menelan hinaannya sepanjang hidupnya
(Imam Asy-Syafi’i). Maka teruslah engkau menjadi orang yang
mencari ilmu kapanpun dan dimanapun ”

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S
P1A0 POST PARTUM SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI KETUBAN
PECAH DINI (KPD) DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG”. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi Diploma III
Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung
Semarang.
Terimakasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang sudah
membantu dalam proses pembuatan KTI ini, diantaranya :
1. Bapak Prof. Dr. H. Gunarto.,S.H.,M.Hum, selaku Rektor Universitas Islam
Sultan Agung Semarang.
2. Bapak Iwan Ardian, SKM., M. Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang
3. Bapak Ns. Muh Abdurrouf, M. Kep, selaku Katua Prodi D-III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
4. Ibu Ns. Apriliani Yulianti Wuriningsih, M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku
pembimbing yang berkenan meluangkan waktu dalam memberikan
pengarahan, bimbingan dan motivasi selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah
5. Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yang sudah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk praktik di Rumah Sakit tersebut, sehingga
penulis dapat menerapkan ilmu yang sudah dipelajari serta didapatkan selama
belajar di Fakultas Ilmu Keperawatan dan dapat melakukan proses pembuatan
Karya Tulis Ilmiah hingga selesai.
6. Bapak dan ibu tersayang yang tak pernah lelah untuk menyemangati,
mendukung dan mendoakan dengan penuh kasih sayang, penuh keikhlasan,

vii
dan pengorbanannya yang besar didalam merawat, membesarkan dan
mendidik saya serta memberikan dukungan penuh untuk saya secara materil
maupun non materil.
7. Teman seperjuangan DIII keperawatan yang selalu menyemangati dan saling
mendoakan satu sama lain dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah, serta
berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini


masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi materi maupun teknik penulisan
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, untuk itu
besar harapan agar Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya
pembaca yang budiman pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. wb

Semarang, 24 Mei 2022


Penulis,

Nurfarida Ningrum

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xi
DAFTAS ISTILAH/SINGKATAN .................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 14
A. Latar Belakang ................................................................................... 14
B. Tujuan Penulisan ............................................................................... 16
1. Tujuan Umum ....................................................................................... 16
2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 16
C. Manfaat Penulisan.............................................................................. 17
1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan ....................................................... 17
2. Manfaat Bagi Lahan Praktik ................................................................ 17
3. Manfaat Bagi Masyarakat .................................................................... 17
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................... 18
A. Konsep Dasar Post Partum Sectio Caesarea Atas Indikasi KPD.......... 18
1. Konsep Dasar Post Partum .................................................................. 18
2. Konsep Sectio Caesarea ....................................................................... 18
3. Konsep Ketuban Pecah Dini (KPD) .................................................... 20
B. Adaptasi Fisiologis Dan Psikologis Post Partum ................................ 21
1. Adaptasi fisiologis ................................................................................ 21
2. Adaptasi psikologis .............................................................................. 24
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post SC ............................ 25

ix
1. Pengkajian............................................................................................. 25
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 27
3. Intervensi Keperawatan ....................................................................... 27
D. Patofisiologisways ............................................................................. 31
BAB III RESUME KASUS ............................................................................... 32
A. Pengkajian ......................................................................................... 32
B. Analisa data dan penegakkan diagnosa keperawatan .......................... 34
C. Diagnosa keperawatan ....................................................................... 35
D. Rencana keperawatan ......................................................................... 35
E. Catatan Perkembangan (Implementasi) .............................................. 37
F. Evaluasi ............................................................................................. 43
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 47
A. Pengkajian Keperawatan .................................................................... 47
B. Diagnosa, Intervensi, Implementasi Dan Evaluasi Keperawataan ....... 49
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai
dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi. ............. 49
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri saat bergerak. ............................................. 52
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
pasien mengatakan lemah dan aktivitas dibantu keluarga. ................ 53
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer, kerusakan integritas kulit ditandai dengan luka post
sectio caesarea. ..................................................................................... 54
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 47
A. Simpulan............................................................................................ 58
B. Saran.................................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 60
LAMPIRAN ...................................................................................................... 64

x
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Patofisiologisways ............................................................................ 31

xi
DAFTAS ISTILAH/SINGKATAN

SC : Sectio Caesarea
KPD : Ketuban Pecah Dini
WHO : World Health Organization
KB : Keluarga Berencana
GPA : Gravida, Para, Abortus
REEDA : Reednes, Edema, Ekimosis, Discharge, Approximatic
PQRST : Provoking incident (penyebab), quality of pain (kualitas),
Radiates (penyebaran), Severety (keparahan), Time (waktu)

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Kesediaan Membimbing


Lampiran 2 Surat Keterangan Konsultasi
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Bimbingan
Lampiran 4 Surat Kesediaan Membimbing

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya bakal anak, plasenta dan


membran dari dalam rahim lewat jalur lahir (Widyandini & Nugraheny,
2018). Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan tiap
tahun terjalin 210 juta kehamilan di segala dunia. Dari jumlah ini 20 juta
wanita hadapi kesakitan selaku akibat kehamilan, dekat 8 juta hadapi
komplikasi yang mengecam jiwa serta lebih dari 50% terjalin di negara-
negara Asia Selatan serta Tenggara, tercantum Indonesia. Dari informasi
tersebut, disebutkan kalau kematian bunda diakibatkan sebab komplikasi
kehamilan, persalinan, serta nifas, misalnya peradangan, eklamsia,
perdarahan, emboli air ketuban, trauma anestesi serta trauma pembedahan
(Paritas et al., n.d.).
Salah satu komplikasi yang terjalin pada bunda bersalin merupakan
ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini( KPD) merupakan pecahnya ketuban
dikala saat sebelum terdapat ciri persalinan dan ditunggu satu jam saat
sebelum dimulainya karakteristik persalinan. Ketuban pecah dini dapat
memunculkan berbagai bermacam komplikasi, ada 2 komplikasi yang sering
terjalin pada KPD, yakni: dini, infeksi karena ketuban yang utuh yakni
penghalang terhadap masuknya faktor infeksi. Kedua yakni kurang bulan
maupun prematur, karena KPD sering terjalin pada kehamilan kurang bulan.
Permasalahan yang sering mencuat pada bayi yang kurang bulan merupakan
indikasi sesak nafas ataupun respiratory distress syndrom( RDS) yang
disebabkan karena belum masaknya paru (Rini & Susanti, 2018).
Ketuban pecah dini terjadi pada pembukaan kurang dari 4 yang pada
umur kehamilan lumayan waktu ataupun kurang waktu. Ketuban pecah dini
ialah salah satu aspek efek besar yang bisa secara langsung menimbulkan

14
kematian pada ibu ataupun bayinya. Resiko ketuban pecah dini bisa
memunculkan sebagian permasalahan untuk bunda ataupun bakal anak.
Untuk ibu bisa menimbulkan peradangan intrapartum (dalam persalinan),
peradangan puerparalis (masa nifas), partus lama, perdarahan post partum,
mordibitas, serta mortalitas maternal. Sebaliknya untuk balita bisa
menimbulkan prematuritas, prolaps funiculli (penyusutan tali pusar),
hipoksia, asfiksia sekunder, sindrom deformitas bakal anak, mordibitas, serta
mortalitas perinatal (Mitra & Husada, 2021).
Proses persalinan terdapat 2 metode, ialah persalinan dengan metode
wajar (lewat Miss V) serta persalinan abnormal (SC). Persalinan wajar
merupakan proses pengeluaran bakal anak yang terjalin pada kehamilan
lumayan bulan (37- 42) lahir otomatis tanpa komplikasi baik ibu ataupun
bakal anak. Sebaliknya persalinan SC ialah sesuatu aksi operatif pada bunda
bersalin dengan melaksanakan insisi pada kulit, bilik perut serta bilik rahim
buat menyelamatkan bunda dan balita. Aksi SC dicoba bunda yang tidak bisa
melahirkan secara wajar yang diakibatkan oleh sesuatu gejala tertentu (Setia
& Arifin, 2021).
Permintaan ibu hamil untuk melaksanakan persalinan secara sectio
caesarea hadapi kecenderungan kenaikan dari waktu ke waktu. Angka SC
terus bertambah dari 3 hingga 4 persen pada 15 tahun yang dulu sekali, serta
terjalin kenaikan 10 sampai 15 persen pada waktu saat ini. Kenaikan tersebut
bisa terjalin sebab bermacam alibi semacam, operasi jadi lebih nyaman buat
bunda, serta pula jumlah balita yang luka akibat partus lama serta operasi
traumatic Miss V jadi menurun. Atensi terhadap mutu serta pengembangan
intelektual pada bayi sudah memperluas gejala Sectio Caesarea. Pemicu
meningkatnya angka peristiwa persalinan SC pula tidak lepas dari ekspansi
gejala yang di jalani serta kemajuan dalam metode pembedahan serta
anesthesia dan obat antibiotika (Warsono et al., 2019). World Health
Organitation (WHO) menetapkan standar rata-rata persalinan operasi dengan
SC disebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia.

15
WHO (World Health Organitation) melaporkan kalau kenaikan
persalinan dengan pembedahan SC diseluruh negeri terjalin sejak tahun 2007-
2008 ialah 110. 000 per kelahiran diseluruh Asia. Studi Kesehatan Bawah(
Rikesdas) tahun 2018 mengatakan kalau total persalinan SC di Indonesia
sebanyak 17, 6% dari 78. 736 persalinan, sebaliknya persalinan SC di Jawa
Tengah sebanyak 17, 1% dari 9. 291 persalinan. Aksi pembedahan SC
menimbulkan perih serta pergantian kontiunitas jaringan sebab terdapatnya
operasi (Rini & Susanti, 2018). Pasien yang dilakukan SC bisanya mengalami
ketidaknyamanan semacam, rasa perih pada wilayah cedera yang diakibatkan
robeknya pada jaringan bilik perut serta bilik uterus yang kondisi berbeda.
Perih yang dirasakan post pembedahan bertabiat kronis serta wajib ditangani,
strategi penatalaksanaan perih mencakup pendekatan farmakologis serta non
farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis memakai obat-obatan kimia.
Sebaliknya penatalaksanaan nyeri secara nonfarmakologis antara lain
memakai sentuhan afektif, sentuhan terapeutik, relaksasi, metode imajinasi,
distraksi, hipnosis kompres dingin ataupun kompres hangat serta relaksasi
(Warsono et al., 2019).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan
pengelolaan asuhan keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah “Asuhan
Keperawatan Ny. S Post Operasi Sectio Caesarea dengan Indikasi Ketuban
Pecah Dini (KPD) di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada Ny. S
usia 23 tahun dengan post operasi sectio caesarea dengan indikasi
ketuban pecah dini.
2. Tujuan Khusus
Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada
Ny. S usia 23 tahun dengan post operasi sectio caesarea dengan indikasi
ketuban pecah dini di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang,
meliputi:

16
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. S dengan post operasi
sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang.
b. Menegakkan prioritas masalah dan diagnosa keperawatan pada Ny. S
dengan post operasi sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah
dini di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
c. Menentukan intervensi keperawatan pada Ny. S dengan post operasi
sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada Ny. S dengan post
operasi sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
e. Melakukan evaluasi keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. S
dengan post operasi sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah
dini di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan


Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan referensi atau
acuan bagi institusi pendidikan di bidang keperawatan tentang post
operasi caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini.
2. Manfaat Bagi Lahan Praktik
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
lahan praktik dalam mempertahankan dan meningkatkan prosedur untuk
mengurangi ataupun menghilangkan masalah yang timbul pada pasien,
dan diharapkan dapat memberikan masukan atau saran serta menambah
keluasan asuhan keperawatan pada pasien post operasi caesarea di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Hasil studi ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang post operasi caesarea dengan indikasi ketuban pecah
dini.

17
18

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Post Partum Sectio Caesarea Atas Indikasi KPD

1. Konsep Dasar Post Partum


Post partum adalah masa setelah melahirkan ataupun persalinan.
Masa sebagian jam setelah lahirnya plasenta ataupun tali pusat hingga
pekan keenam sehabis melahirkan (Rose & Janet, 2018). Masa post
partum merupakan masa setelah persalinan berakhir sampai pulihnya
kembali organ reproduksi. Masa ini memerlukan waktu kurang lebih 6
minggu, namun hendak pulih sempurna semacam keadaan saat sebelum
hamil dalam waktu 3 bulan (Muthoharoh, 2018).

2. Konsep Sectio Caesarea


Sectio caesarea ialah proses persalinan operasi dengan metode
melaksanakan sayatan pada bilik depan uterus buat menolong proses
menghasilkan bayi ataupun bakal anak (Pragholapati, 2020). Persalinan
SC merupakan sesuatu tindakan operatif pada ibu bersalin dengan
melaksanakan insisi pada kulit, bilik perut serta bilik rahim buat
menyelamatkan bunda dan balita. Aksi SC dicoba bunda yang tidak bisa
melahirkan secara wajar yang diakibatkan oleh sesuatu gejala tertentu
(Setia & Arifin, 2021).
Persalinan sectio caesarea terjadi karena ada beberapa indikasi
atau sebab. Indikasi terjadi berasal dari ibu atau berasal dari bayi.
Penyebab dilakukannya tindakan sectio caesarea diantaranya (Viandika
& Septiasari, 2020) :
a. Indikasi dari ibu
Indikasi dari ibu antara lain: persalinan yang kurang baik, ada
kesempitan panggul, plasenta previa paling utama pada
primigravida, solutsio plasenta tingkatan I- II, komplikasi
kehamilan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, Desimeter),
19

kendala ekspedisi persalinan (kista ovarium, mioma uteri, serta


sebagainya). Tidak hanya itu ada sebagian etiologi yang jadi gejala
kedokteran dilaksanakannya seksio sesaria antara lain: CPD
(Chepalo Pelvik Disproportion), PEB (Pre- Eklamsi Berat), KPD
(Ketuban Rusak Dini), Aspek Hambatan Jalur Lahir.
b. Indikasi dari bayi
Indikasi dari bayi dianaranya : giant baby, fetal distress, kelainan
letak bayi (sungsang), kelainan tali pusat.
Menurut (Yuhana, Tuti Farida, 2022) komplikasi SC yang dapat
terjadi pada ibu dan bayi yaitu sebagai berikut :
1. Pada ibu
a) Infeksi puerpereal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti peningkatan
temperatur tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas,
bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.
b) Perdarahan
Perdarahan banyak dapat timbul pada waktu pembedahan
bila cabang-cabang arteri ikut terbuka, ataupun karena
atonia uteri.
c) Komplikasi lain semacam cedera pada kandung kemih,
emboli paru dan sebagainya sangat jarang terjadi
d) Suatu komplikasi yang baru setelah terlihat, ialah kurang
kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemui pada
sectio caesarea secara klasik.
2. Pada janin
Seperti halnya dengan ibu, nasib anak yang dilahirkan
dengan sectio caesarea banyak tergantung dari keadaan yang
menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea.
20

3. Konsep Ketuban Pecah Dini (KPD)


Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah kondisi pecahnya selaput
ketuban saat sebelum persalinan. Ketuban pecah dini terjalin saat
sebelum umur kehamilan 37 pekan dinamakan ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur. Dalam kondisi wajar 8- 10% wanita hamil aterm
hendak mengalami ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini ialah
permasalahan yang bisa menimbulkan peradangan pada ibu serta balita
dan bisa meningkatkan rasa sakit serta kematian pada bunda dan balita
(Jannah, 2019).
Pemicu KPD belum bisa diketahui serta didetetapkan secara
pasti. Sebagian aspek yang berhubungan erat dengan KPD menurut
(Lazuarti, 2020) faktor predesposisi diantara lain:
a) Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina ataupun peradangan pada cairan ketuban
dapat menimbulkan terjadinya KPD.
b) Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka
sebab kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
c) Tekanan intra uterin yang meninggi ataupun bertambah secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma. Trauma yang
didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD dan biasanya disertai
dengan infeksi.
d) Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

B. Tujuan Asuhan Keperawatan Pada Post SC Indikasi KPD

Tujuannya untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien sectio


caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini serta standar asuhan yang
tercantum dalam Standar Praktik Klinis Keperawatan terdiri dari 5 fase
asuhan keperawatan yaitu terdiri dari pengkajian, diagnosa, implementasi
21

dan evaluasi. Salah satu manfaat dari penerapan asuhan keperawatan yang
baik merupakan meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dalam bidang
keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Kebutuhan yang dimaksud meliputi kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta dan
saling memiliki, kebutuhan akan harga diri serta kebutuhan aktualisasi diri
(Julieta & Widiastuti Giri, 2021).

C. Adaptasi Fisiologis Dan Psikologis Post Partum

1. Adaptasi fisiologis
Post partum ataupun masa nifas merupakan masa kembalinya
organ- organ reproduksi semacam sedia kala saat sebelum hamil. Berikut
adaptasi fisiologis menurut (Utami et al., 2021) :
a. Sistem reproduksi
1) Uterus
a) Proses Involusi
Proses kembalinya uterus seperti keadaan sebelum hamil.
Proses ini dimulai setelah plasenta keluar disebabkan
karena kontraksi otot-otot polos uterus.
b) Kontraksi
Respons terhadap penurunan volume intra uterin yang
sangat besar terjai karena intensitas kontraksi uterus
meningkat setelah bayi lahir.
c) Afterpains
Kondisi ini banyak terjadi pada primipara, tonus uterus
meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang.
Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami
multipara serta dapat menimbulkan rasa nyeri yang dapat
bertahan selama awal puerperium.
2) Tempat Plasenta
22

Pada tahap ini setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan,


kontraksi vaskuler dan thrombosis menurun ke tempat plasenta
pada area yang meninggi dan bernodul serta tidak teratur.
Perkembangan endometrium ke atas dapat menimbulkan
pelepasan jaringan nekrotik serta mencegah pembentukan
jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuhan luka.
3) Lokhea
Lokhea merupakan cairan secret yang berasal dari uteri dan
vagina setelah proses melahirkan selama masa nifas. Lokhea
dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Lokhea Rubra
Lokhea berwarna merah tua yang terjadi pada hari pertama
sampai hari ketiga setelah persalinan.
b. Lokhea serosa
Lokhea ini terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-14,
berwarna merah muda atau kekuningan.
c. Lokhea alba
Pada lokhea alba memasuki tahap pemulihan, cairan yang
keluar berwarna putih atau bening. Pada tahapan ini
dimulai dari hari ke-14 sampai satu atau dua minggu
berikutnya.
4) Serviks
Setelah ibu melahirkan serviks menjadi lunak, pasca 18 jam
post partum, serviks akan memendek dan konsistensinya
menjadi padat serta kembali ke bentuk seperti semula.
5) Vagina dan Perinium
Vagina dan Periniumagina yang semula sangat meregang akan
kembali bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu
setelah bayi lahir, rugae akan kembali terlihat pada sekitar
minggu ke 4.
b. Abdomen
23

Pada ibu post partum abdomen terlihat menonjol (seperti masih


hamil) di hari pertama setelah melahirkan. Dinding abdomen akan
kembali ke bentuk seperti semula sebelum hamil akan
membutuhkan waktu 6 minggu.
c. Sistem Urinaria
Selama masa hamil perubahan hormonal pada fungsi ginjal
meningkat, sedangkan terjadi penurunan kadar steroid fungsi ginjal
setelah melahirkan.
d. Sistem Cerna
a) Nafsu makan
b) Motilitas
c) Defekasi
e. Payudara
a) Ibu tidak menyusui
Pada ibu yang tidak menyusui payudara akan terjadi
pembengkakan, karena sekresi dan ekskresi kolostrum menetap
beberapa hari setelah melahirkan. Payudara yang bengkak
ketika di raba keras, nyeri saat di tekan dan terasa hangat.
b) Ibu menyusui
Saat laktasi terbentuk suatu massa (tonjolan), tapi karung susu
penuh dengan perubahan posisi dari hari ke hari. Sebelum
menyusui dimulai, payudara menjadi lunak dan cairan
kekuningan yaitu kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah
menyusui, payudara akan menjadi kencang dan hangat saat
disentuh. Rasa sakit akan menetap selama 48 jam. Susu putih
kekuningan bisa dikeluarkan dari puting.
f. Sistem kardiovaskuler
a) Volume darah
b) Curah jantung
c) Tanda-tandavital
d) Varises
24

g. Sistem neurologi
Perubahan saraf selama masa nifas adalah kebalikan dari adaptasi
saraf yang terjadi selama kehamilan dan disebabkan oleh trauma
yang dialami wanita selama persalinan dan melahirkan.
h. Sistem muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu selama kahamilan terjadi
secara reversibel pada periode postpartum. Penyesuaian ini termasuk
hal-hal yang membantu ibu rileks dan berubah karena rahim yang
membesar.

2. Adaptasi psikologis
Adaptasi psikologis menurut (Astri et al., 2020) ialah perubahan
psikologis ibu post partum dimulai ketika seorang ibu mulai merawat
bayinya. Hal ini merupakan tanggung jawab baru bagi seorang ibu pasca
melahirkan. Berikut fase psikologis ibu post partum menurut
(Taviyanda, 2019) antara lain:
a) Fase taking in / ketergantungan
Pada fase ini dimulai hari pertama sampai hari kedua pasca
melahirkan dimana seorang ibu membutuhkan perlindungan dan
pelayanan.
b) Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan
berakhir pada minggu keempat hingga minggu kelima, sampai ibu
siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal
baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi
ibu muda yang membutuhkan pengetahuan lebih dan penyembuhan
fisik sehingga dia dapat beristirahat dengan baik dan tenang.
c) Fase letting go / saling ketergantungan
Pada fase ini dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam
setelah melahirkan. Sistem anggota keluarga telah menyesuaiakan
diri dengan anggota yang baru.
25

D. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post SC

Asuhan keperawatan merupakan suatu rangkaian kerja sistematis


yang dilakukan oleh perawat dan pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan
pasien. Standar asuhan yang tercantum dalam Standar Praktik Klinis
Keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, rencana keperawatan,
implementasi dan evaluasi (Purba, 2016).

1. Pengkajian
a. Identitas, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis (Purba, 2016).
b. Keluhan Utama, pada umumnya Ibu dengan Post Sectio Caesarea
mengeluh nyeri pada daerah luka bekas operasi. Karakteristik nyeri
dikaji dengan istilah PQRST (Amin et al., 2017).
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang, berisi tentang evaluasi data untuk
menentukan alasan dilakukan operasi caesar seperti implantasi
bayi, sungsang, plasenta previa, bayi kembar, preeklamsia, dan
ketuban pecah dini.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu, hal-hal yang akan dipelajari
sebelumnya dalah penyakit yang diderita pasien terutama
penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin (Juniartati et al.,
2022).
d. Riwayat obstetri
Pada riwayat obstetri yang dikaji meliputi riwayat kehamilan,
persalinan, maupun abortus yang dinyatakan dengan kode GxPxAx
(Gravida, Para, Abortus), Riwayat menarche, siklus haid, ada
tidaknya nyeri haid ataupun gangguan haid lainnya (Farah Dilla &
Hendyca Putra, 2020).
e. Riwayat kontrasepsi
26

Dalam riwayat kontrasepsi hal yang perlu dikaji diantaranya


untuk mengetahui apakah ibu pernah ikut program kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang dipakai sebelumnya, apakah ada masalah dalam
pemakaian kontrasepsi tersebut, dan setelah masa nifas apakah akan
menggunakan kontrasepsi kembali (F. Aulia et al., 2022).
f. Pemeriksaan head to toe
a) Tanda- tanda vital, meliputi tekanan darah, suhu, nadi, respirasi.
b) Kepala, meliputi meliputi bentuk kepala, kebersihan kepala,
apakah ada benjolan atau lesi, dan biasanya pada ibu post
partum terdapat chloasma gravidarum.
c) Leher, meliputi kelenjar tiroid serta vena jugularis.
d) Payudara, meliputi inspeksi warna kemerahan atau tidak, ada
oedema atau tidak, Palpasi yang dilakukan untuk menilai
apakah adanya benjolan, serta mengkaji adanya nyeri tekan.
e) Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi untuk melihat ada
cedera dari sisa pembedahan, peradangan, apakah ada ciri
perdarahan, distasis Rectus Adbominis ialah pembelahan otot
rectus abdominis lebih dari 2,5 centimeter setinggi umbilikus
(D. Aulia et al., 2021).
f) Genitalia
Pengecekan genitalia digunakan untuk melihat apakah ada
oedem dan tanda infeksi serta pengecekan pada lokhea dengan
cara melihat warna, bau, jumlah, dan konsistensinya (Patel,
2019).
g) Ektremitas
Pada pengecekan ekstremitas dilihat pada kakiapakah terdapat
varises, oedema, reflek patella, perih tekan atau panas pada
betis. Cara mengecek adanya ciri homan dengan metode
meletakan satu tangan pada lutut ibu serta berikan tekanan
ringan pada lutut dan posisikan kaki tetap lurus, apabila ibu
27

merasakan perih pada betis dengan aksi tersebut, berarti tanda


Homan (+) (D. Aulia et al., 2021).

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI DPP PPNI (2016), diagnosa keperawatan
merupakan masalah keperawatan yang ditegakkan atas dasar data pasien,
berikut ini kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul menurut
(PPNI, 2016):
a. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik
ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi.
Data subyektif : mengeluh nyeri, nyeri saat bergerak
Data obyektif : tampak meringis, gelisah, posisi menghindari nyeri
b. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan nyeri
ditandai dengan pasien mengatakan nyeri saat bergerak.
Data subyektif : nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,
merasa cemas saat bergerak
Data obyektif : fisik lemah, gerakan terbatas
c. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan
ditandai dengan pasien mengatakan lemah dan aktivitas dibantu
keluarga.
Data subyektif : mengeluh lelah, merasa lemah
Data obyektif : terlihat lemah, aktivitas dibantu keluarga
d. Resiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer, kerusakan integritas kulit ditandai dengan
luka post sectio caesarea.
Data subyektif : nyeri luka operasi dan sedikit panas
Data obyektif : ada luka post operasi, luka operasi kemerahan

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat kepada pasien sesuai dengan
diagnosis yang telah ditentukan dengan tujuan untuk terpenuhinya
kesehatan pasien (siregar, 2020).
28

Menurut SIKI & SLKI DPP PPNI (2018) :


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai
dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8
jam diharapakan nyeri akut menurun
2) Kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun
b) Meringis menurun
c) Gelisah menurun
3) Intervensi keperawatan : manajemen nyeri
Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
a) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan pasien mengatakan nyeri saat bergerak
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8
jam diharapkan mobilitas fisik meningkat
2) Kriteria hasil
29

a) Nyeri menurun
b) Kecemasan menurun
c) Gerakan terbatas menurun
d) Kelemahan fisik menurun
3) Intervensi keperawatan : dukungan mobilisasi
Observasi
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
a) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
b) Fasilitasi melakukan pergerakan
Edukasi
a) Anjurkan melakukan mobilisasi dini
b) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(mis.duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan pasien mengatakan lemah dan aktivitas dibantu keluarga
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8
jam diharapakan aktivitas meningkat
2) Kriteria hasil :
a) Perasaan lemah menurun
b) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
meningkat
3) Intervensi keperawatan : manajemen energi
Observasi
a) Monitor pola dan jam tidur
b) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
30

a) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus


(mis cahaya, suara)
b) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
a) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer:kerusakan integritas kulit ditandai dengan luka post
sectio caesarea
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8
jam diharapakan integritas kulit dan jaringan meningkat
2) Kriteria hasil :
a) Kerusakan jaringan menurun
b) Kerusakan lapisan kulit menurun
c) Nyeri menurun
3) Intervensi keperawatan : pencegahan infeksi
Observasi
a) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terpeutik
a) Batasi jumlah pengunjung
b) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
c) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
31

E. Patofisiologisways

Indikasi Sectio Caesarea

Indikasi dari Ibu : Indikasi dari Bayi :


 Primigravida kelainan  Fetal Distress
letak  Giant Baby
 Disproposi sefalopelvik  Kelainan letak bayi
 Ketuban pecah dini  Kelainan tali pusat

Tindakan Sectio Caesarea

Adaptasi Post partum Anestesi Pembatasan insisis


cairan peroral

Psikologi Fisiologis Bedres Luka


Resiko
s
Ketidakseimbangan
Taking in, Cairan Nyeri
taking hold, Laktasi Involus akut
letting go i Intoleransi
Prolaktin aktivitas
Pelepasan Gangguan
Perubahan menurun Desidula Pola Tidur
Kelemahan
peran fisik
Produksi Kontraksi
ASI Resiko infeksi
Uterus Gangguan
menurun
Mobilitas Fisik

Menyusui Tidak Lochea


Efektif

Skema 2.1 Patofisiologisways


Sumber : (PPNI, 2016, Rohmah, 2022, Nila Hayati, 2022)
BAB III

RESUME KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 17 januari 2022 di


RSI Sultan Agung Semarang. Pasien bernama Ny. S usia 23 tahun, tinggal di
Sambungharjo RT 04 RW 05 Bangetayu Semarang, pendidikan terakhir
SMA, suku bangsa Jawa, Indonesia, pekerjaan swasta. Adapun penanggung
jawab Tn. P usia 25 tahun, tinggal di Sambungharjo RT 04 RW 05
Bangetayu Semarang, pendidikan terakhir SMA, suku bangsa Jawa,
Indonesia, pekerjaan swasta. Pasien datang ke RSI SULTAN AGUNG
masuk ke ruang VK pada tanggal 16 Januari 2022 pukul 06.30 WIB dan
klien dijadwalkan operasi tanggal 17 Januari 2022 pada pukul 16.00 WIB.
Ny. S melakukan persalinan sectio caesarea dengan berat badan bayi 2900
gram dalam keadaan sehat.
Pengkajian selanjutnya dilakukan 1x24 jam setelah SC pukul 09.00
WIB dan di dapatkan keluhan utama pasca post operasi pasien mengatakan
nyeri pada luka operasi dan sakit apabila klien bergerak. P: nyeri pada saat
pasien bergerak, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri dirasakan dibagian
perut pasca operasi, S: skala nyeri 4, T: lama nyeri sekitar 5 menit, terus-
menerus. Pasien mengatakan geraknya terbatas karena bertambah nyeri saat
melakukan pergerakan, pasien merasakan luka post operasi terkadang panas
dan gatal.
Riwayat kesehatan sekarang pasien mengatakan ini merupakan
kelahiran anak ke-1, status obstetric P1A0 dengan HPHT pada tanggal 8 Mei
2021 dan HPL tanggal 15 Februari 2022. Klien tidak menderita penyakit
menurun ataupun penyakit menular, pasien juga mengatakan tidak memiliki
alergi. Pada masalah kehamilan pasien mengatakan mengalami mual,
muntah, pusing dan nafsu makan menurun pada saat trimester 1 sampai
trimester 2. Klien juga mengatakan sering buanga air kecil (BAK) pada

32
33

trimester 3. Klien datang ke RSI Sultan Agung Semarang karena klien


mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) pada hari minggu waktu subuh
tanggal 16 Januari 2022 pukul 06.30 WIB dan klien dijadwalkan operasi
tanggal 17 Januari 2022 pada pukul 16.00 WIB. Riwayat Menstruasi,
menarche pada umur 14 tahun, siklus menstruasi 29 hari, lama menstruasi
biasanya 7 hari, tidak mengalami gangguan saat menstruasi. Untuk riwayat
KB pasien mengatakan tidak ada karena ini pertama kalinya pasien pada fase
kehamilan, untuk rencana KB pasien mengatakan KB suntik.
Pemeriksaan Fisik (Head to toe), tanda-tanda vital seperti; tekanan
darah 116/78 mmHg, suhu 35,9 oC, nadi 87 x/menit, respirasi 26 x/meit,
keadaan umum klien composmentis. Kepala mesosefal, rambut bersih tidak
ada ketombe, hitam panjang, leher simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada
lesi. Payudara simetris, tidak ada benjolan, payudara teraba keras, putting
dan aerola berwarna hitam kecoklatan. ASI sudah keluar tetapi masih sedikit.
Abdomen, keadaan abdomen baik, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusar,
posisi fundus uteri berada di tengah, kontraksi kuat. Lokia jumlah lokia +_
120 cc, warna merah kecoklatan, konsistensi cair dan terdapat gumpalan
(seperti darah haid), bau amis. Perinium keadaan utuh, tanda REEDA.
Reednes: ada kemerahan, Edema: tidak ada, Ekimosis: tidak ada, Discharge:
darah, Aproksimasi: tertutup. Bersih tidak ada hemoroid. Eliminasi klien
mengatakan tidak ada kesulitan BAK dan BAB. Ekstremitas tidak ada
varises, tidak ada tanda homan’s.
Pemeriksaan fisik bayi, keadaan umum composmentis, normal tidak
ada kelainan kongenital, berat badan 2900 gram, panjang bayi 50 cm, lingkar
kepala 34 cm, lingkar dada 35 cm, jenis kelamin laki-laki, menangis kuat,
warna kulit dan bibir merah muda, tanda-tanda vital suhu 370C, respirasi
40x/menit, nadi 122x/menit.
Pengkajian kebutuhan khusus, oksigenasi, klien mengatakan tidak ada
keluhan sesak nafas. Nutrisi, asupan makanan ibu: pasien mengatakan makan
nasi, sayur, serta lauk dari rumah sakit dan habis satu porsi. Nafsu makan:
pasien mengatakan nafsu makan sedikit meningkat. Tidak ada makanan
34

pantangan. Cairan, pasien mengatakan setelah post operasi pasien minum air
mineral 600 ml sehari dengan tiduran menggunakan sedotan. Eliminasi, tidak
ada keluhan keringan berlebih, pasien terpasang foley kateter untuk BAK,
pasien mengatakan belum BAB setelah persalinan.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaaan laboratorium pada tanggal 16 Januari 2022 didapatkan hasil :
Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Ket
Rujukan
Darah rutin
Hemoglobin 15.1 L 11.7-15.5 g/dl
Leukosit 14.10L 3.6-11.0 Ribu
Eritrosit 4.82 L 3.8-5.2 Juta
Trombosit 240 150-400 Ribu

Program terapi yang diberikan yaitu keterolac 3x2 gram, donperidone 3x2
gram, As nefenamat 3x1 gram, cefradoxil 3x1 gram, infus RL 20 tpm.

B. Analisa data dan penegakkan diagnosa keperawatan

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 Januari 2022. Data


subjektifnya pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri pada saat bergerak. Adapun data objektifnya yaitu
pasien terlihat gelisah, meringis ketika perpindahan posisi, terdapat luka
jahit, skala nyeri 4. P: nyeri pada saat pasien bergerak, Q: nyeri seperti
ditusuk-tusuk, R: nyeri dirasakan dibagian perut pasca operasi, S: skala nyeri
4, T: lama nyeri sekitar 5 menit, terus-menerus. Dari pengkajian tersebut di
dapatkan diagnosa nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien
mengatakan nyeri pada bagian luka operasi. Pengkajian pada tanggal 17
Januari 2022. Data subjektif, pasien mengatakan nyeri saat bergerak, pasien
juga mengatakan enggan melakukan pergerakan karena merasa cemas saat
bergerak. Data objektif, fisik pasien lemah, selama 1x24 jam gerakan pasien
masih terbatas, suhu tubuh 35,9 0C, tekanan darah 116/78 mmHg, respirasi
26 x/menit, nadi 87 x/menit. Dari pengkajian tersebut dapat di tegakkan
diagnosa gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d pasien mengatakan nyeri saat
35

bergerak. Pengkajian pada tanggal 17 Januari 2022. Data subjektif, pasien


mengatakan tubuhnya lemah dan pusing. Adapun untuk data objektif, pasien
berbaring ditempat tidur dan terlihat lemah, aktifitas pasien dibantu oleh
keluarga. Dari pengkajian tersebut dapat ditegakkan diagnosa intoleransi
aktivitas b.d kelemahan d.d pasien mengatakan lemah dan aktivitas dibantu
keluarga. Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Januari 2022. Data subjektif,
pasien mengeluh luka operasi nyeri dan sedikit panas. Data objektif, terdapat
luka post operasi sc, luka operasi kemerahan. Dari data pengkajian tersebut
dapat ditegakkan diagnosa resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer, kerusakan integritas kulit d.d luka post sectio caesarea.

C. Diagnosa keperawatan

Dapat disimpulkan dari pengkajian diatas, terdapat empat diagnosa


keperawatan yang muncul sebagai berikut :
1. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai
dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi.
2. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan pasien mengatakan nyeri saat bergerak.
3. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan pasien mengatakan lemah dan aktivitas dibantu keluarga.
4. Resiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer, kerusakan integritas kulit ditandai dengan
luka post sectio caesarea.

D. Rencana keperawatan

Masalah keperawatan yang muncul, selanjutnya disusun rencana


tindakan asuhan keperawatan sebagai tindak lanjut masalah keperawatan
yang di tegakkan pada Ny. S untuk memenuhi kesehatan Ny. S.
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapakan nyeri akut menurun
36

keluhan nyeri menurun, meringis menurun, gelisah menurun. Intervensi


keperawatan yang dilakukan identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, kontrol
lingkungan yang memperberat rasa nyeri, fasilitasi istirahat dan tidur, ajarkan
teknik nonfarmakologis yaitu tarik nafas dalam dan terapi musik
(mendengarkan murotal qur’an) untuk mengurangi rasa nyeri.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri saat bergerak. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x8 jam diharapkan mobilitas fisik meningkat, dengan
kriteria hasil nyeri menurun, kecemasan menurun, gerakan terbatas menurun,
kelemahan fisik menurun. Intervensi keperawatan yang dilakukan
identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, identifikasi toleransi
fisik melakukan pergerakan, libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan, fasilitasi melakukan pergerakan, anjurkan
melakukan mobilisasi dini, ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis.duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur).
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
pasien mengatakan lemah dan aktivitas dibantu keluarga. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapakan aktivitas meningkat,
dengan kriteria hasil perasaan lemah menurun, kemudahan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari meningkat. Intervensi keperawatan yang dilakukan
monitor pola dan jam tidur, monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas, sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
(mis cahaya, suara), berikan aktivitas distraksi yang menenangkan, anjurkan
melakukan aktivitas secara bertahap.
Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer:kerusakan integritas kulit ditandai dengan luka post sectio
caesarea. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapakan integritas kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil
kerusakan jaringan menurun, kerusakan lapisan kulit menurun. Intervensi
yang dilakukan monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, batasi
37

jumlah pengunjung, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien, anjurkan meningkatkan asupan nutrisi, anjurkan
meningkatkan asupan cairan.

E. Catatan Perkembangan (Implementasi)

Berdasarkan intervensi keperawatan yang sudah disusun oleh penulis


selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk tindakan keperawatan atau
implementasi. Implementasi dilakukan pada Ny.S untuk mengatasi diagnosa
pertama nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai
dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi pada tanggal 17
Januari 2022 hari pertama mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dengan respon subjektif pasien
mengatakan nyeri diluka pasca operasi. Respon objektif pasien terlihat
meringis menahan nyeri, P : nyeri jika pasien bergerak, Q: nyeri seperti
ditusuk-tusuk, R: dirasakan dibagian perut pasca operasi, S: skala nyeri 4, T:
lama nyeri sekitar 5 menit, dan dirasakan secara terus-menerus.
Mengidentifikasi skala nyeri respon subjektif pasien mengatakan nyeri diluka
post operasi, skala nyeri 4 dan respon objektifnya pasien tampak gelisah.
Selanjutnya mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri respon
subjektif pasien mengatakan jika lingkungan terasa dingin, luka jahitan terasa
nyeri, dengan respon objektif pasien memakai selimut sampai menutupi
bagain luka operasi, pasien terlihat meringis dan gelisah. Selanjutnya
memfasilitasi istirahat dan tidur repson subjektif pasien mengatakan sulit
tidur karena nyeri. Respon objektif pasien terlihat lemah karena kurang tidur,
pasien lebih nyaman setelah dibersihkan tempat tidurnya. Selanjutnya
memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri dengan latihan
tarik nafas dalam dan terapi musik (mendengarkan murotal qur’an), respon
subjektif pasien mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam. Respon
objektif pasien terlihat lebih tenang karena nyeri sedikit berkurang.
Diagnosa kedua yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri ditandai dengan pasien mengatakan nyeri saat bergerak. Intervensi
38

yang dilakukan yaitu mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik


lainnya, respon subjectif pasien mengatakan nyeri pada luka post op saat
bergerak. Respon objektif pasien terlihat meringis, P: saat pasien bergerak,
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: dibagian perut pasca operasi, S: skala nyeri
4, T: sekitar 5 menit, terus-menerus. Mengidentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan, respon subjektif pasien mengatakan belum mampu
melakukan pergerakan. Respon objektif pasien terlihat belum mampu
melakukan pergerakan (lemah), TD: 116/78 mmHg, N: 87x/menit, RR:
26x/menit, S: 35,90C. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan, respon subjektif pasien mengatakan keluarga
pasien membantu pasien dalam melakukan pergerakan. Respon objektif
pasien terlihat dibantu keluarga saat melakukan pergerakan. Mengajarkan
mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.duduk di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur), respon subjektif pasien mengatakan mengerti dengan
mobilisasi sederhana yang dilakukan. Respon objektif pasien terlihat
mengerti dengan mobilisasi yang diajarkan perawat (seperti miring kekanan
dan kekiri).
Diagnosa ketiga yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan ditandai dengan pasien mengatakan lemah dan aktivitas dibantu
keluarga. Intervensi keperawatan yang dilakukan memonitor pola dan jam
tidur, respon subjektif pasien mengatakan sulit tidur karena kondisinya
sekarang. Respon objektif pasien terlihat gelisah, mengantuk karena tidur
hanya beberapa jam. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis. cahaya, suara, kunjungan), respon subjektif pasien mengatakan suara
berisik dari pengunjung lain yang menjenguk keluarganya. Respon objektif
pasien terlihat kurang nyaman dengan sekitarnya. Selanjutnya menganjurkan
melakukan aktivitas secara bertahap respon subjektif pasien mengatakan
lemah, pasien mau melakukan instruksi dari perawat. Respon objektif pasien
mulai melakukan aktivitas miring kiri dan kanan.
Diagnosa keempat yaitu risiko infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: kerusakan integritas kulit
39

ditandai dengan luka post sectio caesarea. Intervensi yang dilakukan


memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik dengan respon objektif
luka operasi masih basah dan merah, dan tidak ada tanda infeksi. Membatasi
jumlah pengunjung respon subjektif pasien mengatakan ditunggu suaminya.
Respon objektif pasien tidak dikunjungi keluarga dan hanya suami yang
menunggu/ menemani. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien dengan respon objektif mencuci tangan
sebelum mengganti perban luka jahitan dan sesudah tindakan. Menganjurkan
meningkatkan asupan nutrisi respon subjketif pasien mengatakan
menghabiskan setengah porsi makan dari rumah sakit. Respon objektif
pasien menghabiskan setengah nasi, lauk, sayur yang disediakan rumah sakit.
Implementasi hari kedua pada tanggal 18 Januari 2022. Implementasi
dilakukan pada Ny.S untuk mengatasi diagnosa pertama nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada bagian luka operasi. Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dengan respon
subjektif pasien mengatakan nyeri diluka pasca operasi. Respon objektif
pasien terlihat meringis menahan nyeri, P : nyeri jika pasien bergerak, Q:
nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: dirasakan dibagian perut pasca operasi, S:
skala nyeri 3, T: lama nyeri sekitar 5 menit, dan dirasakan secara terus-
menerus. Mengidentifikasi skala nyeri respon subjektif pasien mengatakan
nyeri diluka post operasi, skala nyeri 3 dan respon objektifnya pasien tampak
gelisah. Selanjutnya memfasilitasi istirahat dan tidur respon subjektif pasien
mengatakan dapat istirahat meskipun sebentar, dan respon objektif pasien
terlihat lesu karena kurang tidur. Selanjutnya memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri dengan latihan tarik nafas dalam
dan terapi musik (mendengarkan murotal qur’an), respon subjektif pasien
mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam. Respon objektif pasien
terlihat lebih tenang setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
Diagnosa kedua yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri ditandai dengan pasien mengatakan nyeri saat bergerak. Intervensi
40

yang dilakukan yaitu mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik


lainnya, respon subjectif pasien mengatakan nyeri pada luka post op saat
bergerak. Respon objektif pasien terlihat meringis, P: saat pasien bergerak,
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: dibagian perut pasca operasi, S: skala nyeri
3, T: sekitar 5 menit, terus-menerus. Mengidentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan, respon subjektif pasien mengatakan sudah mampu
melakukan pergerakan. Respon objektif pasien terlihat mampu melakukan
pergerakan dan masih dibantu oleh keluarga, TD: 120/80 mmHg, N:
83x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,00C. Mengajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur),
respon subjektif pasien mengatakan mengerti dengan mobilisasi sederhana
yang dilakukan. Respon objektif pasien terlihat mengerti dengan mobilisasi
yang diajarkan perawat dan melakukannya (seperti miring kekanan dan
kekiri, duduk ditempat tidur).
Diagnosa ketiga yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan ditandai dengan pasien mengatakan lemah dan aktivitas dibantu
keluarga. Intervensi keperawatan yang dilakukan memonitor pola dan jam
tidur, respon subjektif pasien mengatakan sulit tidur karena kondisinya
sekarang. Respon objektif pasien terlihat gelisah, mengantuk karena tidur
hanya beberapa jam. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis. cahaya, suara, kunjungan), respon subjektif pasien mengatakan suara
berisik dari pengunjung lain yang menjenguk keluarganya. Respon objektif
pasien terlihat kurang nyaman dengan sekitarnya. Selanjutnya menganjurkan
melakukan aktivitas secara bertahap respon subjektif pasien mengatakan
lemah, pasien mau melakukan instruksi dari perawat. Respon objektif pasien
mulai melakukan aktivitas duduk ditempat tidur, berdiri.
Diagnosa keempat yaitu risiko infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: kerusakan integritas kulit
ditandai dengan luka post sectio caesarea. Intervensi yang dilakukan
memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik dengan respon objektif
luka operasi tidak ada tanda infeksi. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
41

kontak dengan pasien dan lingkungan pasien dengan respon objektif mencuci
tangan sebelum mengganti perban luka jahitan dan sesudah tindakan.
Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi respon subjektif pasien
mengatakan menghabiskan setengah porsi makan dari rumah sakit. Respon
objektif pasien menghabiskan makanan yang diberi rumah sakit dengan lahap
dan menghabiskan porsi lebih banyak dari sebelumnya.
Implementasi hari ketiga pada tanggal 19 Januari 2022. Implementasi
dilakukan pada Ny.S untuk mengatasi diagnosa pertama nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada bagian luka operasi. Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dengan respon
subjektif pasien mengatakan nyeri luka operasi. Respon objektif pasien
terlihat meringis menahan nyeri, P : nyeri jika pasien bergerak, Q: nyeri
seperti ditusuk-tusuk, R: dirasakan dibagian perut pasca operasi, S: skala
nyeri 2, T: lama nyeri sekitar 5 menit, dan dirasakan secara hilang timbul.
Mengidentifikasi skala nyeri respon subjektif pasien mengatakan nyeri diluka
post operasi sedikit berkurang, skala nyeri 2 dan respon objektifnya pasien
terlihat masih memegangi perut dan menahan nyeri hilang timbul.
Selanjutnya memfasilitasi istirahat dan tidur respon subjektif pasien
mengatakan sudah bisa tidur, dan respon objektif pasien terlihat segar.
Selanjutnya memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
dengan latihan tarik nafas dalam dan terapi musik (mendengarkan murotal
qur’an), respon subjektif pasien mampu melakukan teknik relaksasi nafas
dalam. Respon objektif pasien terlihat lebih tenang setelah melakukan teknik
relaksasi nafas dalam.
Diagnosa kedua yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri ditandai dengan pasien mengatakan nyeri saat bergerak. Intervensi
yang dilakukan yaitu mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya, respon subjectif pasien mengatakan nyeri pada luka post op saat
bergerak. Respon objektif pasien terlihat meringis, P: saat pasien bergerak,
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: dibagian perut pasca operasi, S: skala nyeri
42

2, T: dirasakan sekitar 5 menit hilang timbul. Mengidentifikasi toleransi fisik


melakukan pergerakan, respon subjektif pasien mengatakan sudah mampu
melakukan pergerakan. Respon objektif pasien terlihat mampu melakukan
pergerakan dan masih dibantu oleh keluarga untuk berjalan, TD: 120/81
mmHg, N: 80x/menit, RR: 23x/menit, S: 36,50C. Mengajarkan mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan (mis.duduk di tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur), respon subjektif pasien mengatakan mengerti dengan
mobilisasi sederhana yang dilakukan. Respon objektif pasien terlihat
mengerti dengan mobilisasi yang diajarkan perawat dan sudah mampu
melakukannya (seperti miring kekanan dan kekiri, duduk ditempat tidur,
berdiri).
Diagnosa ketiga yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan ditandai dengan pasien mengatakan lemah dan aktivitas dibantu
keluarga. Intervensi keperawatan yang dilakukan memonitor pola dan jam
tidur, respon subjektif pasien mengatakan sulit tidur karena kondisinya
sekarang. Respon objektif pasien terlihat gelisah, mengantuk karena tidur
hanya beberapa jam. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis. cahaya, suara, kunjungan), respon subjektif pasien mengatakan suara
berisik dari pengunjung lain yang menjenguk keluarganya. Respon objektif
pasien terlihat kurang nyaman dengan sekitarnya. Selanjutnya menganjurkan
melakukan aktivitas secara bertahap respon subjektif pasien mengatakan mau
melakukan instruksi dari perawat. Respon objektif pasien mulai melakukan
aktivitas berjalan.
Diagnosa keempat yaitu risiko infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: kerusakan integritas kulit
ditandai dengan luka post sectio caesarea. Intervensi yang dilakukan
memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik dengan respon objektif
luka operasi tidak ada tanda infeksi. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan pasien dengan respon objektif mencuci
tangan sebelum mengganti perban luka jahitan dan sesudah tindakan.
Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi respon subjektif pasien
43

mengatakan menghabiskan seporsi makanan dari rumah sakit. Respon


objektif pasien menghabiskan makanan dari rumah sakit dengan lahap dan
menghabiskannya.

F. Evaluasi

Evaluasi yang didapatkan penulis pada tanggal 17-01-2022 dari hasil


implementasi diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian luka
operasi. Evaluasi subjektif pasien mengatakan nyeri pada bagian luka post
operasi, dan evaluasi objektif pasien tampak gelisah dan meringis saat
bergerak, P : nyeri jika pasien bergerak, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R:
dirasakan dibagian perut pasca operasi, S: skala nyeri 4, T: lama nyeri sekitar
5 menit, dan dirasakan secara terus-menerus, maka dapat disimpulkan
masalah nyeri pada luka operasi belum teratasi dan penulis melanjutkan
intervensi mengidentifikasi skala nyeri.
Evaluasi gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan pasien mengatakan nyeri saat bergerak. Evaluasi subjektif pasien
mengatakan nyeri luka post operasi saat bergerak, dan evaluasi objektif
pasien belum mampu melakukan pergerakan secara mandiri dan dibantu oleh
keluarga, pasien mampu miring kekanan dan kekiri, maka dapat disimpulkan
masalah mobilisasi belum teratasi dan penulis melanjutkan intervensi
mengajarkan mobilisasi sederhana.
Evaluasi intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
ditandai dengan pasien mengatakan lemah dan aktivitas dibantu keluarga.
Evaluasi subjektif pasien mengatakan masih terasa lemah, dengan evaluasi
objektif pasien terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas pasien dibantu
dengan keluarga, maka dapat disimpulkan masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi dan penulis melanjutkan intervensi memonitor pola tidur dan
menganjurkan aktivitas bertahap.
Evaluasi risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer: kerusakan integritas kulit ditandai dengan luka post
44

sectio caesarea. Evaluasi objektif luka post operasi berwarna merah, keluarga
dan pengunjung yang menemani pasien masih dibatasi, perawatan luka/
mengganti perban dilakukan setiap hari, maka dapat disimpulkan masalah
risiko infeksi teratasi sebagian dan penulis melanjutkan intervensi memonitor
tanda dan gejala.
Evaluasi yang didapatkan penulis pada tanggal 18-01-2022 dari hasil
implementasi diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian luka
operasi. Evaluasi subjektif pasien mengatakan nyeri pada bagian luka post
operasi, dan evaluasi objektif pasien tampak meringis saat bergerak, P: nyeri
jika pasien bergerak, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: dirasakan dibagian
perut pasca operasi, S: skala nyeri 3, T: lama nyeri sekitar 5 menit, dan
dirasakan secara terus-menerus, maka dapat disimpulkan masalah nyeri pada
luka operasi teratasi sebagian dan penulis melanjutkan intervensi
mengidentifikasi skala nyeri.
Evaluasi gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan pasien mengatakan nyeri saat bergerak. Evaluasi subjektif pasien
mengatakan nyeri luka post operasi saat bergerak, dan evaluasi objektif
pasien belum mampu melakukan pergerakan secara mandiri dan dibantu oleh
keluarga, pasien sudah mampu duduk ditempat tidur, maka dapat
disimpulkan masalah mobilisasi teratasi sebagian dan penulis melanjutkan
intervensi mengajarkan mobilisasi sederhana (seperti berdiri, berjalan).
Evaluasi diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan ditandai dengan pasien mengatakan lemah dan aktivitas dibantu
keluarga yaitu respon subjektif pasien mengatakan masih terasa lemah,
dengan evaluasi objektif pasien sudah bisa duduk di tempat tidur, aktivitas
pasien dibantu dengan keluarga, pasien sudah merasa lebih nyaman dengan
kondisinya, maka dapat disimpulkan masalah teratasi sebagian dan penulis
merencanakan untuk melanjutkan intervensi.
Evaluasi diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: kerusakan integritas kulit
45

ditandai dengan luka post sectio caesarea yaitu evaluasi objektif luka post
operasi sedikit kering, keluarga dan pengunjung yang menemani pasien
masih dibatasi, perawatan luka/ mengganti perban dilakukan setiap hari,
maka dapat disimpulkan masalah teratasi sebagian dan penulis merencanakan
untuk melanjutkan intervensi.
Evaluasi yang didapatkan penulis pada tanggal 19-01-2022 dari hasil
implementasi diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian luka
operasi. Evaluasi subjektif pasien mengatakan nyeri pada bagian luka post
operasi, dan evaluasi objektif pasien tampak meringis saat bergerak, P: nyeri
jika pasien bergerak, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: dirasakan dibagian
perut pasca operasi, S: skala nyeri 2, T: lama nyeri sekitar 5 menit, dan
dirasakan secara hilang timbul, maka dapat disimpulkan masalah nyeri pada
luka operasi teratasi sebagian dan penulis melanjutkan intervensi
mengidentifikasi skala nyeri.
Evaluasi gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan pasien mengatakan nyeri saat bergerak. Evaluasi subjektif pasien
mengatakan nyeri luka post operasi saat bergerak, dan evaluasi objektif
pasien terlihat lebih nyaman namun masih memegangi perutnya, pasien
sudah mampu melakukan pergerakan secara mandiri dan dibantu oleh
keluarga, pasien sudah mampu duduk ditempat tidur, berdiri dan berjalan
meskipun masih dibantu oleh anggota keluarganya, maka dapat disimpulkan
masalah mobilisasi teratasi sebagian dan penulis melanjutkan intervensi
mengajarkan mobilisasi sederhana.
Evaluasi diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan ditandai dengan pasien mengatakan lemah dan aktivitas dibantu
keluarga yaitu respon subjektif pasien mengatakan masih terasa lemah,
dengan evaluasi objektif pasien sudah bisa duduk di tempat tidur, berdiri dan
berjalan, aktivitas pasien dibantu dengan keluarga, maka dapat disimpulkan
masalah teratasi sebagian dan penulis merencanakan untuk melanjutkan
intervensi.
46

Evaluasi diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan


ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: kerusakan integritas kulit
ditandai dengan luka post sectio caesarea yaitu evaluasi objektif luka post
operasi sedikit kering, keluarga dan pengunjung yang menemani pasien
masih dibatasi, nafsu makan meningkat, perawatan luka/ mengganti perban
dilakukan setiap hari, maka dapat disimpulkan masalah teratasi sebagian dan
penulis merencanakan untuk melanjutkan intervensi.
47

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab IV penulis akan memaparkan hasil analisa Asuhan Keperawatan


pada Ny. S dengan Post Operasi Sectio Caesarea dengan Indikasi Ketuban Pecah
Dini yang disesuaikan dengan teori yang didapat. Asuhan keperawatan Ny. S
dikelola selama tiga hari dari tanggal 17 Januari 2022 sampai 19 Januari 2022.
Bab ini membahas tentang kekurangan dan hambatan yang didapat oleh penulis
selama memberikan asuhan keperawatan pada pasien Ny. S dengan Post Operasi
Sectio Caesarea dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini serta memberikan tambahan
referensi terutama pada tindakan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa
keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan

Dalam melakukan pengkajian keperawatan, penulis menyadari bahwa


masih terdapat kekurangan, dan pengkajian harus dilakukan lebih lengkap
dan lebih dalam untuk melengkapi data sehingga dapat menegakkan diagnosa
keperawatan yang tepat. Pada pengkajian keperawatan penulis belum
menyantumkan keluhan utama dan riwayat kesehatan secara lengkap serta
belum menyantumkan nomor rekam medis pasien. Pada pengkajian
pemeriksaan fisik pada abdomen penulis tidak mendeskripisikan keadaan
abdomen pasien secara rinci mengenai luka pasca operasi sectio caesarea.
Pada pola eliminasi penulis belum mencantumkan perubahan dalam pola
BAK, pada pola BAK seharusnya penulis mencantumkan jumlah urine yang
keluar dan warna urine.
Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 17 januari 2022 di
RSI Sultan Agung Semarang. Pasien bernama Ny. S berusia 23 tahun dengan
status obsetric P1A0, melakukan persalinan sectio caesarea dengan berat
badan bayi 2900 gram dalam keadaan sehat. Saat dilakukan pengkajian
didapatkan data keluhan utama : pasien mengatakan nyeri pada luka operasi
dan sakit apabila bergerak. P: nyeri pada saat pasien bergerak, Q: nyeri
seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri dirasakan dibagian perut pasca operasi, S:
skala nyeri 4, T: lama nyeri sekitar 5 menit, terus-menerus. di dapatkan
keluhan utama pasca post operasi pasien mengatakan nyeri pada luka operasi
dan sakit apabila klien bergerak. P: nyeri pada saat pasien bergerak, Q: nyeri
seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri dirasakan dibagian perut pasca operasi, S:
skala nyeri 4, T: lama nyeri sekitar 5 menit, terus-menerus. Pasien
mengatakan geraknya terbatas karena bertambah nyeri saat melakukan
pergerakan, pasien merasakan luka post operasi terkadang panas dan gatal.
Riwayat kesehatan sekarang pasien mengatakan datang ke IGD dengan
keadaan ketuban pecah pada tanggal 16 Januari pukul 07.00 WIB, kemudian
di pindahkan di ruang bersalin, saat diperiksa belum terlihaat adanya
kontraksi dan tanda pembukaan, kemudian malam harinya ketika di periksa
oleh dokter masih belum juga menunjukkan adanya tanda pembukaan pada
jalan lahir, akhirnya dokter menyarankan untuk persalinan sectio caesarea
karena ketuban pecah dini. Persalinan SC dilakukan pada tanggal 17 Januari
2022 pukul 14.00 WIB.
Keadaan umum pasien adalah composmentis, TTV (tanda-tanda vital)
tekanan darah : 116/78 mmHg, suhu 35,90c, nadi 87x/menit, pernafasan
26x/menit. Kepala berbentuk mesosefal, rambut bersih tidak ada ketombe
hitam panjang, leher simetris tidak ada benjolan dan tidak ada lesi. Thorak
simetris, tidak ada benjolan. Payudara simetris tidak ada bejolan, teraba
keras putting dan areola berwarna hitam kecoklatan, asi keluar sedikit.
Abdomen terdapat luka jahit operasi, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusar,
posisi tengah. Lokia berwarna merah kecoklatan konsistensi cair dan terdapat
gumpalan (seperti saat haid) berbau amis dan jumlanya kurang lebih 120 cc.
Perinium : keadaan utuh, tanda REEDA : R (redness) ada kemerahan, E
(edema) tidak ada, E (ekimosis) tidak ada, D (discharge) darah, A
(approximate) tertutup, dan tidak ada hemorhoid. Eliminasi: pasien
mengataka tidak mengalami kesulitan saat BAK dan BAB. Pada ekstremitas
tidak ada varises dan tidak ada tanda homan’s.

48
49

Pada analisa data diagnosa nyeri penulis kurang lengkap dalam


menuliskan data penilaian nyeri dengan metode PQRST, Provoking incident
: apakah terjadi peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri, apakah pasien
nyeri bertambah saat pasien melakukan pergerakan atau aktivitas. Quality of
Pain : seperti apa nyeri yang dirasakan, apakah seperti ditusuk-tusuk,
terbakar, menjalar, dan dimana nyeri itu terjadi atau dirasakan. Severity :
seberapa (skala) rasa sakit atau nyeri yang dirasakan oleh pasien. Time :
lamanya nyeri yang dirasakan, apakah nyeri tersebut bertambah atau
berkurang, dan kapan nyeri tersebut dirasakan (Syokumawena, 2021).
B. Diagnosa, Intervensi, Implementasi Dan Evaluasi Keperawataan

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, penulis menegakkan tiga


diagnosa keperawatan. Menurut SDKI DPP PPNI (2016) diagnosa
keperawatan merupakan suatu penilaian secara aktual maupun potensial
mengenai kondisi klinis klien terhadap masalah kesehatan yang dialami. Data
yang diperoleh dari Ny.S dengan post sectio caesarea di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul
sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai


dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi.

Nyeri akut menurut SDKI DPP PPNI (2016) ialah pengalaman


sensorik maupun emosional yang berkaitan dengan kehancuran jaringan
aktual maupun fungsional, dengan onset tiba-tiba ataupun lambat serta
berintensitas ringan sampai berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Diagnosa keperawatan nyeri akut (PPNI, 2016), problem ataupun
permasalahan telah pas serta buat penyebabnya ialah agen pencedera
raga. Pemicu ataupun etiologi perih kronis merupakan agen pencedera
fisiologis, agen pencedera kimiawi, agen pencedera fisik.
Diagnosa keperawatan nyeri akut ditegakkan sebab terdapatnya
informasi subjektif penderita berkata nyeri pada luka jahitan, penderita
berkata perih dikala bergerak, penderita berkata nyeri semacam ditusuk-
50

tusuk. Dan data objektifnya adalah penderita risau, penderita meringis


kala berpindah posisi, ada luka jahit post pembedahan, skala nyeri 4, P:
perih pada saat penderita bergerak, Q: perih semacam ditusuk- tusuk, R:
perih dialami dibagian perut pasca pembedahan, S: skala perih 4, T:
lama perih dekat 5 menit, selalu. Diagnosa keperawatan yang diangkat
jadi diagnosa utama merupakan nyeri akut yang berhubungan dengan
agen pencedera fisik sebab nyeri merupakan salah satu mekanisme
pertahanan badan yang menunjukkan terdapatnya permasalahan. Nyeri
pada post pembedahan membutuhkan penanganan yang benar serta
efisien sehingga tidak terjadi komplikasi (Fraczek, 2016).
Menurut (PPNI, 2016) penulis menetapkan diagnosis ini menjadi
diagnosis utama atau prioritas karena nyeri adalah faktor yang dapat
menjadikan seluruh jaringan tejadi kerusakan apabila nyeri terjadi dan
tidak diatasi akan menimbulkan perubahan pada jaringan bahkan dapat
menyebabkan kehilangan jaringan yang normal.
Intervensi atau tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
manajemen nyeri selama 3x8 jam untuk mengatasi nyeri akut yang
berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada bagian luka operasi dengan tujuan keluhan nyeri
menurun, meringis menurun, gelisah menurun. Adapun intervensi yang
telah ditetapkan yaitu manajemen nyeri antara lain: identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi
skala nyeri, berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri,
kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, fasilitasi istirahat dan
tidur (PPNI, 2018). Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri dengan cara relaksasi tarik nafas dalam dan terapi musik
(murotal qur’an). Relakasasi adalah suatu tindakan untuk menurunkan
nyeri dengan menurunkan ketegangan otot, merelaksasikan otot-otot.
Teknik relaksasi adalah teknik melakukan nafas dalam, pola nafas teratur
dan rileks. Teknik ini berguna untuk menurunkan skala nyeri (Amalia &
Agustina, 2021). Terapi mendengarkan musik dapat menghambat
51

transmisi impuls nyeri pada sistem saraf pusat sehingga nyeri berkurang
(Nawangsar & Pratiwi, 2021)
Menurut (Potter, 2010) teknik relaksasi nafas dalam ada tujuh
diantaranya yaitu: 1) Menciptakan lingkungan yang tenang. 2) Tarik
nafas dalam dari hidung pada hitungan ketiga perlahan udara di
keluarkan melalui mulut sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah
rileks. 3) Anjurkan bernafas dengan normal 3 kali, kemudian tarik nafas
dalam lagi melalui hidung dan hembuskan melalui mulut secara
perlahan. 4) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks, usahakan agar
tetap konsentrasi pada daerah nyeri serta mata terpejam. 5) Anjurkan
untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang. 6) Ulangi
sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali. 7) Bila
nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas dangkal dan cepat.
Penulis dalam melakukan implementasi keperawatan sudah
sesuai dengan rencana atau intervensi keperawatan yang telah
ditentukan, pada intervensi manajamen nyeri point terapeutik penulis
memberikan penatalaksanaan nonfarmakologis dengan relaksasi nafas
dalam. Teknik relaksasi menggunakan abnormal breathing atau sama
juga dengan teknik relaksasi nafas dalam dapat dilakukan oleh ibu post
sc secara mandiri, aman dan tidak menimbulkan efek samping (Amalia
& Agustina, 2021).
Dari mplementasi yang sudah dilakukan selama tiga hari, penulis
melakukan evaluasi keperawatan untuk diagosis nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik ditandai dengan pasien mengatakan nyeri
pada luka pasca operasi. Evaluasi subjektif pasien mengatakan nyeri
pada bagian luka post operasi saat bergerak, evaluasi objektif pasien
terlihat meringis menahan nyeri saat bergerak. Setelah dilakukan
evaluasi maka bisa disimpulkan bahwa masalah nyeri teratasi sebagaian,
pertahankan kondisi dan lanjutkan intervensi mengidentifikasi skala
nyeri.
52

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai


dengan pasien mengatakan nyeri saat bergerak.

Gangguan mobilitas fisik menurut (PPNI, 2016) merupakan


keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu ataupun lebih ekstremitas
secara mandiri. Diagnosisi ini ditegakkan penulis sebab didapatkan
adanya informasi subjektif serta informasi objektif penderita berkata
perih saat bergerak ataupun saat melakukan pergerakan, fisik pasien
terlihat lemah dan gerakan pasien terbatas.
Intervensi atau tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
dukungan mobilisasi selama 3x8 jam diharapkan mobilitas fisik
meningkat, dengan kriteria hasil nyeri menyusut, kecemasan menyusut,
gerakan terbatas menyusut, kelemahan raga menyusut. Intervensi
keperawatan yang dilakukan diantaranya identifikasi terdapatnya nyeri
ataupun keluhan fisik yang lain, identifikasi toleransi fisik melaksanakan
pergerakan, libatkan keluarga buat menolong penderita dalam tingkatkan
pergerakan, fasilitasi melaksanakan pergerakan, anjurkan melaksanakan
mobilisasi dini, ajarkan mobilisasi simpel yang wajib dicoba (mis. duduk
di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur) (PPNI, 2018).
Penulis dalam melaksanakan implementasi keperawatan telah
cocok dengan rencana ataupun intervensi keperawatan yang sudah
didetetapkan ialah mengarahkan mobilisasi simpel yang wajib dicoba
(mis. miring kekanan, kekiri, duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, berdiri serta berjalan). Dalam melakukan implementasi, pasien
bersedia melakukan anjuran atau arahan yang diberikan. Mobilisasi
adalah suatu proses yang penting dilakukan oleh ibu setelah melahirkan,
sebab membantu pemulihan terutama pada ibu post SC agar ibu segera
pulih kembali pada keadaan normal (Keramaris, 2017). Pada hari
pertama mobilisasi Yng dapat dilakukan miring kekanan dan kiri,
kemudian belajar duduk ditempat tidur, berdiri serrta berjalan (Virgiani,
2019).
53

Dari implementasi yang sudah dicoba sepanjang 3 hari, penulis


melakukan evaluasi keperawatan untuk diagosis gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan pasien mengatakan
nyeri saat bergerak. Evaluasi subjektif pasien mengatakan nyeri luka
post operasi saat bergerak, dan evaluasi objektif pasien belum mampu
melakukan pergerakan secara mandiri dan dibantu oleh keluarga, pasien
sudah mampu duduk ditempat tidur, maka dapat disimpulkan masalah
mobilisasi teratasi sebagian dan penulis melanjutkan intervensi.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai


dengan pasien mengatakan lemah dan aktivitas dibantu keluarga.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia atau (PPNI, 2016)


menyatakan bahwa intoleransi aktivitas merupakan ketidakcukupan
tenaga buat melaksanakan kegiatan tiap hari. Diagnosis ini ditegakkan
oleh penulis sebab didapatkan adanya informasi subjektif serta objektif
penderita berkata tubuhnya lemah, pasien nampak lemah serta hanya
tiduran ditempat tidur dan aktivitasnya yang dibantu dengan keluarga.
Intervensi ataupun tindakan keperawatan yang dicoba ialah
manajemen energi selama 3x8 jam untuk mengatasi Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan penderita berkata
lemah serta kegiatan dibantu keluarga yang bertujuan toleransi kegiatan
bertambah dengan kriteria hasil kemudahan dalam melaksanakan
kegiatan tiap hari bertambah, perasaan lemah menyusut. Intervensi
keperawatan yang dilakukan yaitu monitor pola serta jam tidur. Sediakan
area aman serta rendah stimulus (mis. sinar, suara, kunjungan). Anjurkan
melaksanakan kegiatan secara bertahap (PPNI, 2018).
Penulis dalam melakukan implementasi keperawatan sudah
sesuai dengan rencana atau intervensi keperawatan yang telah ditentukan
yaitu manajemen energi, pada point edukasi penulis mengajurkan untuk
melakukan aktivitas secara bertahap atau mobilisasi dini. Mobilisasi dini
merupakan kegiatan yang bisa dilakukan oleh pasien sehabis
pembedahan operasi (Sudrajat et al., 2019). Dalam melakukan
54

implementasi, pasien bersedia melakukan anjuran atau arahan yang


diberikan. Latihan mobilisasi dini dapat dimulai dari duduk ditempat
tidur, berdiri, setelah berdiri kemudian berjalan (Virgiani, 2019)
Dari implementasi yang sudah dicoba selama tiga hari, penulis
melakukan evaluasi keperawatan untuk diagosis Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien berkata lemah
dan aktivitas dibantu keluarga, evaluasi subjektif pasien berkata sudah
bisa beraktivitas ringan dengan dibantu keluaraga, dan evaluasi objektif
pasien sudah bisa duduk dan berdiri dibantu dengan keluarga. Setelah
dilakukan evaluasi dapat disimpulkan masalah teratasi sebagaian,
pertahankan kondisi dan lanjutkan intervensi.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan


tubuh primer, kerusakan integritas kulit ditandai dengan luka post
sectio caesarea.

Risiko infeksi menurut (PPNI, 2016) ialah sesuatu kondisi yang


berisiko mengalami peningkatan terkena organisme patogenik. Infeksi
luka operasi ialah infeksi operasi serta merupakan salah satu komplikasi
utama pembedahan (Irawan et al., 2022). Aspek pemicu terbentuknya
peradangan pasca pembedahan berasal dari luka pada jalur lahir yang
ialah tempat berkembangbiak bakteri (Wulandari & Rahayuningsih,
2022). Perihal ini bisa terjadi sebab energi tahan tubuh bunda rendah
sehabis melahirkan, perawatan yang kurang baik serta kurang
melindungi kebersihan di area luka pasca operasi.
Diagnosis ini ditegakkan oleh penulis karena didapatkan data
subjektif yaitu pasien mengeluh luka setelah operasi nyeri dan sedikit
terasa panas. Data objektif yaitu adanya luka setelah operasi sectio
caesarea dan lukanya berwarna kemerahan.
Intervensi atau tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
pencegahan infeksi selama 3x8 jam untuk mengatasi risiko infeksi yang
bertujuan integritas kulit serta jaringan bertambah dengan kriteria hasil
kehancuran jaringan menyusut, kehancuran susunan kulit menyusut,
55

nyeri menyusut. Intervensi keperawatan yang dicoba ialah monitor ciri


serta indikasi peradangan lokal serta sistemik. Batasi jumlah
pengunjung. Mencuci tangan sebelum serta setelah kontak langsung
dengan penderita serta area pasien. Anjurkan menigkatkan konsumsi
asupan (PPNI, 2018).
Penulis dalam melakukan implementasi keperawatan sudah
sesuai dengan rencana atau intervensi keperawatan pencegahan infeksi.
Intervensi yang diberikan pada point terapeutik cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien dilakukan pada saat mengganti perban
luka post operasi pada pasien, hal ini bertujuan untuk menjaga
kebersihan dan mengurangi resiko infeksi pada luka post operasi pada
pasien. Menurut (Anggraeni, 2016) 8 langkah mencuci tangan
menggunakan hadrub dengan benar : 1) Pakai antiseptic 3-5 cc di telapak
tangan. 2) Gosok kedua telapak tangan sampai merata. 3) Berikutnya
sikat punggung serta sela- sela jari tangan kiri dengan tangan kanan serta
kebalikannya. 4) Sikat kedua telapak tangan serta sela- sela jari. 5) Jari-
jari sisi dalam dari kedua tangan silih mengunci. 6) Setelah itu sikat ibu
jari kiri berbalik dalam genggaman tangan kanan serta kebalikannya. 7)
Sikat memutar ujung jari tangan kanan di telapak tangan kiri serta
kebalikannya. 8) berikutnya keringkan kedua tangan.
Cara yang terbaik buat mensterilkan luka adalah dengan
memakai cairan saline serta buat luka yang kotor dengan memakai Nacl
0. 9% yang juga merupakan cairan yang efisien buat perawatan cedera
(Irawan et al., 2022). Selain perawatan luka yang benar, pasien juga
dianjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi yang baik untuk
mempercepat penyembuhan luka. Nutrisi yang memiliki kandungan gizi
protein dapat membantu menumbuhkan jaringan yang rusak ataupun
luka post operasi. Makanan yang kaya hendak isi protein semacam putih
telur, ikan, daging (Taufik & Hasibuan, 2018).
Dari implementasi yang sudah dicoba sepanjang 3 hari, penulis
melakukan evaluasi keperawatan untuk diagosis Resiko infeksi
56

berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan badan primer:


kehancuran integritas kulit ditandai dengan post sectio caesarea,
didapatkan evaluasi objektif luka post operasi tidak ada tanda infeksi
serta nafsu makan pasien meningkat. Setelah dilakukan evaluasi maka
dapat disimpulkan masalah teratasi sebagaian, pertahankan kondisi dan
lanjutkan intervensi.
Pada diagnosa kedua ialah intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan ditandai dengan pasien berkata lemah serta kegiatan
dibantu keluarga, seharusnya tidak di ambil untuk menegakkan diagnosa
kasus diatas, karena pada kasus pasien tidak memiliki masalah dengan
jantung, paru. Pasien pada kasus cenderung memiliki masalah dengan
ibu menyusui, sehingga diagnosa kedua intoleransi aktivitas dihilangkan
dan diganti dengan diagnosa menyusui efektif.
Diagnosa Tambahan
Menyusui efektif (D.0028) berhubungan dengan rawat gabung.
Menyusui efektif ialah pemberian ASI secara langsung dari payudara ibu
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi ataupun anak (PPNI, 2016).
Indikasi serta ciri mayor: ibu merasa percaya diri sepanjang proses
menyusui, ASI menetes atau memancar. Gejala dan tanda minor: balita
tidur sehabis menyusui, buah dada bunda kosong sehabis menyusui
(PPNI, 2016). Badan Pusat Statistik (2017) menyatakan bahwa ASI ialah
sumber gizi yang bermanfaat untuk kesehatan ibu serta anak. Pada tahap
kehidupan awal bayi baru lahir, hanya cukup diberi ASI saja selama 6
bulan pertama, tanpa tambahan makanan ataupun minuman lain. Setelah
bayi lahir segera mungkin diberikan ASI sebab untuk meningkatkan
kontraksi rahim serta menurunkan kehilangan darah ibu selama nifas
(Nila Hayati, 2022).
ASI ataupun air susu bunda ialah suatu cairan yang memiliki zat
imunitas tubuh yang hendak melindungi balita dari bermacam penyakit,
peradangan kuman, virus parasit, serta jamur. Balita maupun anak
dengan ASI eksklusif hendak lebih sehat serta tidak sering terkena
57

penyakit dibanding dengan balita yang tidak mendapatkan ASI secara


eksklusif (Amira et al., 2020).
Suatu masalah yang dialami ibu bekerja yaitu memiliki waktu
kurang untuk mengasuh sehingga disebabkan memberi ASI eksklusif
pada bayinya. Pengetahuan ibu tentang manajemen dalam pemberian
ASI merupakan informasi yang harus diketahui oleh ibu bekerja yaitu
tentang cara memerah ASI, menyimpan dan memberikan ASI kepada
bayinya saat bekerja. Manajemen dalam pemberian ASI perah yaitu
dilakukan dengan cara mencapai keberhasilan ASI eksklusif yang
diperah dalam botol dan disimpan dalam lemari pendingin (kulkas). Ibu
menyusui yang bekerja perlu memiliki pengetahuan tentang manajemen
dalam pmberian ASI untuk meningkatkan perilaku pemberian ASI
eksklusif pada bayinya (Tim May, Malcolm Williams, Richard Wiggins,
2021).
Pemberian ASI eksklusif tidak efisien diakibatkan oleh posisi
pemberian ASI yang kurang pas, semacam tidak mensterilkan payudara
terlebih dahulu, tubuh balita tidak menghadap bunda ke tubuh bunda,
kepala balita terletak di siku sehingga balita menunduk ataupun kepala
balita lebih tinggi dari payudara ibu (Risadi et al., 2019). Akibat dari
pemberian ASI yang salah akan terjadi nyeri pada putting, ASI tidak bisa
dikeluarkan secara efisien sehingga mimbulkan payudara bengkak,
suplai ASI menurun sehingga balita tidak puas menyusu, balita akan
menolak menghisap, sehingga blita gagal berkembang dengan baik.
Pemicu dari kesalahan pemberian ASI tersebut karena minimnya
pengetahuan ibu. Menurut World Health Organization, standar
pemberian makan pada balita serta anak ialah diawali dengan menyusu
dalam 1 jam sehabis lahir, menyusu yang baik secara eksklusif sejak
lahir hingga usia 6 bulan, pada balita usia 6 bulan memperoleh Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi cocok dengan tumbuh
kembangnya, serta melanjutkan menyusui hingga usia 24 bulan ataupun
lebih (Priatna & Evi Nurafiah, 2020).
58

BAB V

PENUTUP

Asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 17 - 19 Januari 2022.


Tahap akhir dalam penataan karya tulis ilmiah ini ialah membuat simpulan dan
saran yang bisa digunakan untuk pertimbangan dari pemberi asuhan keperawatan
pada Ny. S dengan Post Operasi Sectio Caesarea dengan Indikasi Ketuban Pecah
Dini. Adapula pembahasan kasus yang meliputi antara lain pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan penilaian.
A. Simpulan

1. Pengkajian keperawatan dilakukan dengan metode mengumpulkan


informasi yang diperoleh dari wawancara. Penulis melaksanakan
pengkajian komprehensif yang cocok dengan kondisi Ny. S dengan
asuhan keperawatan post op section caesarea.
2. Analisa data yang diperoleh untuk menunjang ditegakkan suatu diagnosa
keperawatan. Prioritas permasalahan ataupun diagnosa keperawatan
utama Ny. S dengan post op sectio caesarea merupakan nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera luka operasi, diagnosa kedua
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, diagnosa yang
ketiga intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, serta
diagnose keempat resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka
operasi.
3. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk menggapai suatu hasil yang
diharapkan pada langkah ini disusun perencanaan yang diperlukan untuk
Ny. S salah satu contoh tindakan keperawatan untuk menanggulangi
nyeri akut secara non farmakologis yaitu dengan teknik relaksasi nafas
dalam untuk mengurangi rasa nyeri.
4. Evaluasi untuk menanggulangi keadaan pasien. Salah satu contoh
evaluasi yang efisien adalah teknik nonfarmakologis relaksasi nafas
59

dalam untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien post op section


caesarea. Sepanjang penerapan asuhan keperawatan reaksi pasien dan
keluarga baik dan kooperatif. Pasien mau melakukan apa yang
disarankan oleh penulis, sehingga tidak terjadi hambatan. Penulis
melakukan pengkajian dan tindakan keperawatan sesuai dengan keadaan
Ny. S dengan asuhan keperawatan post op sectio caesarea.
B. Saran

1. Institusi Pendidikan
Untuk kementrian keperawatan maternitas supaya membekali mahasiswa
dan mahasiswi untuk lebih memperdalam lagi ilmu tentang sectio
caesarea.
2. Lahan Praktik
Untuk tempat ataupun lahan praktik penulis menyarankan
penatalaksanaan pada pasien post op sectio caesarea indikasi ketuban
pecah dini perlu di lakukan tindakan secara intensif, sebab tidak terjadi
komplikasi berat yang bisa membahayakan ibu ataupun bayi. Penulis
menyarankan untuk lahan praktik agar meningkatkan kualitas pelayanan
yang maksimal untuk perawatan post operasi sectio caesarea maupun
yang lainnya.
3. Masyarakat
Supaya masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang persalinan
section caesarea dan persalinan normal, terutama untuk para wanita.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, M., & Agustina, M. (2021). Pengaruh Teknik Relaksasi Abdomal


Breathing terhadap Penurunan Nyeri pada Ibu Post Sectio Caesarea. Jurnal
Kampus STIKES YPIB Majalengka, 8(2), 141–149.
https://doi.org/10.51997/jk.v8i2.116

Amin, K., Nyeri, P., Nyeri, P., Adam, N., Khoirunnisa, N., & Novitasari, R. W.
(2017). Teknik-Assessment Nyeri Related papers. Kesehatan, 42.

Amira, I., Sutrisno, T., Hendrawati, & Senjaya, S. (2020). Hubungan Sikap
Tentang Manajemen Laktasi Terhadap Puskesmas Guntur. Jurnal Kesehatan
Bakti Tunas Husada, 20(1), 62–73.

Anggraeni, E. S. (2016). Perbedaan Pendidikan Kesehatan Metode Demonstrasi


Secara Langsung Dengan Audio Visual Tentang Cuci Tangan Terhadap
Praktek Dan Perilaku Cuci Tangan Pada Anak Usia Pra Sekolah. Doctoral
Dissertation, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2, 12–34.

Astri, R., Fatmawati, A., & Gartika, G. (2020). Dukungan Sosial pada Ibu Post
Partum Primipara Terhadap Kejadian Post Partum Blues. JURNAL
KESEHATAN PERINTIS (Perintis’s Health Journal), 7(1), 16–21.
https://doi.org/10.33653/jkp.v7i1.417

Aulia, D., Anjani, A., & Utami, R. (2021). Pemeriksaan Fisik Ibu Dan Bayi.

Aulia, F., Sari, D. K., Ulfa, S. M., & Lestari, P. P. (2022). Pengenalan Metode
Alat Kontrasepsi Guna Meningkatkan Keikutsertaan Dalam Menjadi Peserta
Keluarga Berencana. 1(06), 755–761.

Farah Dilla, R., & Hendyca Putra, D. S. (2020). Desain Formulir Pengkajian Awal
Neonatus di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember. J-REMI :
Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan, 1(3), 311–319.
https://doi.org/10.25047/j-remi.v1i3.2083

Fraczek, C. (2016). Intervensi Untuk Menurunkan Nyeri Post Sectio Caesarea.


1(2), 1–23.

Irawan, I., Sukarsa, M. R. A., & Aziz, M. A. (2022). Pola Kuman dan Kepekaan
Antibiotik pada Kasus Infeksi Luka Operasi Obstetri. Indonesian Journal of
Obstetrics & Gynecology Science, 5(1), 77–86.
https://doi.org/10.24198/obgynia/v5n1.343

Jannah, M. (2019). Asuhan Keperawatan Maternitas Post Partum H+ 0 Pada Ny.


H Dengan Persalinan Spontan Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini Diruang
Kenari Rumah Sakit Daerah ….

60
61

http://repository.unmuhjember.ac.id/id/eprint/6418

Julieta, N. P. N., & Widiastuti Giri, M. K. (2021). Postpartum Hemorrhage:


Kegawatdaruratan dalam Persalinan Ibu Hamil. Ganesha Medicine, 1(1), 48.
https://doi.org/10.23887/gm.v1i1.31709

Juniartati, E., Barlia, G., Agustina, M., Keperawatan, J., Kemenkes, P.,
Keperawatan, A., Caesarea, S., & Lama, P. (2022). Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Dengan Indikasi Partus Lama.
100–107.

Keramaris, E. (2017). Turbulent Structure in Uniform Inclined Open Channel


Flow Over Different Rough Porous Beds. International Journal of Sediment
Research, 32(1), 45–52. https://doi.org/10.1016/j.ijsrc.2016.04.006

Lazuarti, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Partum Dengan


Ketuban Pecah Dini Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. In Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents.

Mitra, S., & Husada, R. I. A. (2021). Pecah Dini ( Kpd ) Di Puskesmas Ciambar
Kabupaten Sukabumi Tahun 2018 Differences in Characteristics and Other
Factors Towards Earned America ( Kpd ) At Puskesmas Ciambar , Sukabumi
District , 2018. Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan Kebidanan, x no 1, 1–16.

Muthoharoh, H. (2018). Hubungan Pantang Makanan Pada Ibu Nifas Dengan


Percepatan Involusi Uterus Pada Hari Ke 7 Post Partum. Jurnal Kebidanan,
10(1), 9. https://doi.org/10.30736/midpro.v10i1.59

Nawangsar, H., & Pratiwi, L. (2021). Pengaruh Terapi Pemberian Musik


Terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien dengan Luka Post Seksio Sesaria Hari
Pertama di Rumah Sakit Ibu dan Anak 1. Jurnal Kesehatan Karya Husada,
2(9), 133–137.

Nila Hayati, N. S. G. (2022). Efektivitas Pemberian Edukasi ASI Eksklusif


Terhadap Perilaku Menyusui Ibu Post Pregnancy Di RSUD Kotapinang.
Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(8.5.2017), 2003–2005.

Paritas, H. A., Ibu, U., Kadar, D. A. N., Astuti, D., Sari, D. N., & Herlina, L.
(n.d.). Hemoglobin dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Terhadap Ibu
Bersalin di RSUD Banten Tahun 2020.

Patel. (2019). Perawatan Maternitas.

Potter, P. &. (2010). Buku Ajari Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, dan
Praktik). EGC.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik (Edisi 1). DPP PPNI.
62

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan (Edisi 1). DPPNI PPNI.

Pragholapati, A. (2020). Effect Of Progressive Muscle Relaxation Technique On


Pain In Post Sectio caesarea. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi, 8(2), 112–122.
https://doi.org/10.36858/jkds.v8i2.216

Priatna, H., & Evi Nurafiah. (2020). Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi
Dengan Perilaku Pemberian ASI Ekslusif. Jurnal Kesehatan, 9(1), 22–32.
https://doi.org/10.37048/kesehatan.v9i1.118

Purba, C. F. (2016). Penerapan Implementasi dalam Asuhan Keperawatan. Jurnal


Keperawatan Indonesia, 1–7. https://osf.io/yfx3t/download/?format=pdf

Rini, S., & Susanti, I. H. (2018). Penurunan Nyeri pada Ibu Post Sectio Caesaria
Pasca Intervensi Biologic Nurturing Baby Led Feeding. Medisains, 16(2),
83. https://doi.org/10.30595/medisains.v16i2.2801

Risadi, C. A., Mashabi, N. A., & Nugraheni, P. L. (2019). Pengaruh Pengetahuan


Ibu Tentang Manajemen Laktasi Terhadap Perilaku Pemberian Asi Eksklusif.
JKKP (Jurnal Kesejahteraan Keluarga Dan Pendidikan), 6(01), 25–32.
https://doi.org/10.21009/jkkp.061.04

Rohmah, N. (2022). Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penurunan Skala Nyeri


Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di RSUD Sawerigading Kota
Palopo Tahun 2021. 1(September 2021), 34–40.

Rose, E. I., & Janet, A. A. (2018). Evaluation of the quality of postnatal care and
mothers satisfaction at the university college hospital Ibadan, Nigeria.
International Journal of Nursing and Midwifery, 10(9), 99–108.
https://doi.org/10.5897/ijnm2018.0314

Setia, I. C., & Arifin, T. (2021). Penentuan Penanganan Persalinan Caesar dengan
Neural Network dan Particle Swarm Optimization. Sistemasi, 10(2), 346.
https://doi.org/10.32520/stmsi.v10i2.1235

siregar, A. salsha safira. (2020). Konsep dan Tahapan Perencanaan Keperawatan.


1–5. http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/n6kar

Sudrajat, A., Wartonah, W., Riyanti, E., & Suzana, S. (2019). Self Efficacy
Meningkatkan Perilaku Pasien Dalam Latihan Mobilisasi Post Operasi ORIF
Pada Ekstremitas Bawah. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 6(2), 175–
183. https://doi.org/10.32668/jitek.v6i2.187

Syokumawena. (2021). Implementasi Keperawatan pada Pasien Gastritis dengan


Masalah Nyeri Akut Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang , Sumatera
Selatan , IndoneSupraptosia. 1(November), 196–202.
63

Taufik, M., & Hasibuan, D. (2018). Hubungan Status Nutrisi dengan Waktu
Penyembuhan Luka pada Pasien. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 4(1),
1–4.

Taviyanda, D. (2019). Adaptasi Psikologis pada Ibu Post Partum Primigravida


(Fase Taking Hold) Sectio Caesarea dan Partus Normal. Jurnal Penelitian
Keperawatan, 5(1). https://doi.org/10.32660/jurnal.v5i1.339

Tim May, Malcolm Williams, Richard Wiggins, and P. A. B. (2021).


Pengetahuan Ibu Bekerja dengan Manajemen dalam Pemberian ASI Perah.
1996, 6.

Utami, K. A., Hapsari, E., Maretta, M. Y., & Umarianti, T. (2021). Pengaruh
Senam Nifas dan Dukungan Suami Terhadap Penurunan Skala Nyeri Ibu
Post Partum di Puskesmas Ngrambe Kabupaten Ngawi.

Viandika, N., & Septiasari, R. M. (2020). Pengaruh Continuity Of Care Terhadap


Angka Kejadian Sectio Cessarea. Journal for Quality in Women’s Health,
3(1), 1–8. https://doi.org/10.30994/jqwh.v3i1.41

Virgiani, B. N. (2019). Gambaran Terapi Distraksi, Relaksasi dan Mobilisasi


dalam Mengatasi Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) pada Pasien
Post Operasi di RSUD Indramayu. Jurnal Surya, 11(02), 17–23.
https://doi.org/10.38040/js.v11i02.34

Warsono, W., Fahmi, F. Y., & Iriantono, G. (2019). Pengaruh Pemberian Teknik
Relaksasi Benson terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea di
RS PKU Muhammadiyah Cepu. Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah,
2(1), 44. https://doi.org/10.32584/jikmb.v2i1.244

Widyandini, M., & Nugraheny, E. (2018). Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu
Bersalin Di Rsud Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
Jurnalilmukebidanan.Akbiduk.Ac.Id, 145–157.
http://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik/article/view/86

Wulandari, A., & Rahayuningsih, T. (2022). Penatalaksanaan Perawatan Perineal


dengan Daun Sirih dengan Masalah Risiko Infeksi pada Luka Perineum Ibu
Nifas di Desa Kepuh Management of Perineum Treatment with Betel Leaf
with Risk of Infection Problems in Perineum Wounds of Post-Partum
Mothers in Kep. Indonesian Journal on Medical Science, 9(1), 81–90.

Yuhana, Tuti Farida, T. (2022). Hubungan Ketuban Pecah Dini, Partus Lama,
dan Gawat Janin dengan Tindakan Persalinan Sectio Caesarea di Rumah
Sakit TK. IV DR. Noesmir Baturaja Tahun 2020. 22(1), 78–83.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v22i1.1735

Anda mungkin juga menyukai