Anda di halaman 1dari 73

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

N DENGAN
HIPERTENSI DIRUANG BAITUL IZZAH 1

RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar ahli madya keperawatan

Disusun oleh :

Afifa Khoirun Nisa

40902000003

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.N DENGAN
HIPERTENSI DIRUANG BAITUL IZZAH 1

RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Karya Tulis Ilmiah

Disusun oleh :

Afifa Khoirun Nisa

40902000003

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2023

i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN

iii
HALAMAN PENGESAHAN

iv
HALAMAN MOTTO

“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan “


(Surat al-Insyirah Ayat 5-6)
“..Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..”
(QS. Al-Baqarah Ayat 286)
“Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras. Tidak ada keberhasilan tanpa
kebersamaan. Tidak ada kemudahan tanpa doa.”
(Ridwan Kamil)
“Akan selalu ada jalan menuju sebuah kesuksesan bagi siapapun, selama orang
tersebut mau berusaha dan bekerja keras untuk memaksimalkan kemampuan yang
ia miliki.”

(Bambang Pamungkas)

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabilalamin segala puji bagi Allah SWT, yang telah


memberikan Rahmat dan ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Ny.N Dengan Hipertensi
Diruang Baitul Izzah 1 RSI Sultan Agung Semarang”.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari kesulitan dan
kendala, namun berkat dukungan, bimbingan, saran dan kerjasama dari berbagai
pihak akhirnya penulis mampu menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :

1. Allah SWT yang telah memberikan Kesehatan dan kekuatan sehingga saya
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Prof. Dr. H. Gunarto, SH.,MH Rektor Universitas Islam Sultan Agung
Semarang.
3. Iwan Ardian, SKM.,M.Kep Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Sultan Agung Semarang.
4. Ns. Muh. Abdurrouf, M. Kep Kaprodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
5. Ns. Retno Setyawati, M.Kep. Sp. KMB selaku pembimbing karya tulis
ilmiah saya yang senantiasa bijaksana dan sabar dalam memberikan
bimbingan, semangat, nasehat, kepercayaan, dam waktunya selama
penulisan karya tulis ilmiah ini.
6. Seluruh Dosen Pengajar dan staff Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Sultan Agung Semarang yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan serta dukungan kepada penulis selama menempuh studi.
7. Pihak Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk praktek disana, dan dapat mengaplikasikan
ilmu yang telah saya peroleh dari kampus sehingga dapat mengambil studi
kasus untuk karya tulis ilmiah ini.

vi
8. Keluarga hebat saya, Bapak Karmin, Ibu Suparmi, kakak saya Rian Tiarno
yang saya sangat cintai dan saya sayangi terima kasih untuk dukungan,
semangat, nasehat, waktu, biaya, dan semua yang telah dicurahkan pada
saya dengan segenap kasih sayang memberikan doa, ilmu, dan bantuan
moral dan material.
9. Buat sahabat terbaik saya Natasya A’thiyatul Jalila yang telah membantu
dan memberikan semangat dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini
10. Teman satu pembimbing yang selalu memberikan semangat dan motivasi
dalam Menyusun karya tulis ilmiah ini.
11. Teman-teman DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Univeristas
Islam Sultan Agung angkatan 2020 yang saling menguatkan dan
memberikan motivasi dan dukungan dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas bantuan dan dukungannya yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan sehingga membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan, semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca sehingga dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan dimasa mendatang.

Semarang, 19 Mei 2023

Penulis

Afifa Khoirun Nisa

NIM : 40902000003

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan penulisan ..................................................................................... 5
C. Manfaat penulisan ................................................................................... 5
BAB II KONSEP DASAR .................................................................................. 6
A. Konsep Dasar Penyakit ............................................................................ 6
B. Konsep Dasar Keperawatan ................................................................... 13
BAB III LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN .......................................... 21
A. Pengkajian Keperawatan ....................................................................... 21
B. Analisa Data Dan Diagnosa Keperawatan .............................................. 28
C. Planning/ Intervensi Keperawatan ......................................................... 29
D. Implementasi keperawatan .................................................................... 30
E. Evaluasi ................................................................................................ 35
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 40
A. Pengkajian............................................................................................. 40
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 43
C. Intervensi Keperawatan ......................................................................... 46
D. Implementasi Keperawatan.................................................................... 49
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................... 53
F. Diagnosa keperawatan tambahanan.......................................................... 54

viii
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 55

A. Kesimpulan ........................................................................................... 55
B. Saran ..................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 57

ix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

DAFTAR TABEL

Tabel Klasifikasi Hipertensi ................................................................................ 7


DAFTAR GAMBAR

Gambar Pathways ............................................................................................. 20

x
DAFTAR LAMPIRAN

SURAT KESEDIAAN MEMBIMBING ........................................................... 62

SURAT KETERANGAN KONSULTASI ........................................................ 63

LEMBAR KONSULTASI ................................................................................ 64

LEMBAR ASUHAN KEPERAWATAN (TULIS TANGAN) .......................... 66

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI ......................................... 97

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hipertensi yaitu proses peningkatan aliran darah arteri dari waktu ke
waktu. Pada kondisi ini, saat tekanan darah naik arteriole menjadi lebih sempit
mengakibatkan darah sulit mengalir, sehingga jantung akan susah melakukan
pemompaan darah ke seluruh tubuh (Marlene, 2016).
Hipertensi adalah kondisi kesehatan yang dianggap berbahaya di seluruh
dunia dan sering dijuluki the silent disease atau penyakit tersembunyi. Banyak
orang tidak menyadarinya sehingga penting untuk memeriksakan tekanan
darah karena setiap individu menunjukkan gejala yang bervariasi bahkan ada
yang asimtomatik. Hal ini memungkinkan kondisi tersebut dapat segera
diketahui lebih awal dan dilakukan penanganan yang tepat agar tidak
menimbulkan komplikasi (Najib Bustan, 2015).
Berdasarkan data dari World Health Organization (2018) menunjukkan
ada 26,4% masyarakat dunia menderita hipertensi dan rasio jenis kelamin 26,6
% pria serta 26,1% wanita. Dari tahun ke tahun akan terjadi peningkatan jumlah
penderita hipertensi, dan di tahun 2025 memperkirakan terdapat 1,5 miliar
seseorang dengan kondisi tersebut. Hipertensi serta kompikasinya
menyebabkan 10,44 juta kematian didunia. Menurut Institute for Health
Metrics and Evaluation di 2017 dari 53,3 juta kematian di seluruh dunia, 33,1
% di sebabkan penyakit kardiovaskular, diikuti oleh kanker 16,7%, DM serta
terganggunya endokrin menyumbang sebesar 6% dan infeksi saluran napas
bawah ada 4,8% . 80 % kasus hipertensi di dunia paling sering terjadi di negara
berkembang. Penyakit kardiovaskular sedang meningkat di Indonesia, dimana
hipertensi merupakan penyebab utama kematian terhitung sebesar 23,7%.
dikarenakan pengobatan untuk hipertensi masih sulit untuk dikelola
(Kemenkes, 2019).
Berdasarkan data dari (Riskesdas, 2018) menunjukkan di Indonesia ada
peningkatan 34,1 % kasus hipertensi dengan jumlah penduduk ada 260 juta

1
2

dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2013 dengan kasus hipertensi sebesar


25,8%. Menurut pendataan penduduk Indonesia 34,1% kasus penderita
hipertensi terjadi pada usia diatas 18 tahun, paling tinggi di Kalimantan Selatan
ada 44,1% serta paling rendah di Papua ada 22,2%. Diperkirakan terdapat
63.309.620 kasus hipertensi di Indonesia, dan 427.218 orang di Indonesia
meninggal dunia akibat penyakit hipertensi ini.
Menurut data Riskesdas tahun 2018, 37,57% penduduk di jawa tengah
menderita hipertensi. Hipertensi lebih banyak terjadi pada wanita (40,17%)
dibandingkan pria (34,63%). Di kota, prevalensinya sedikit meningkat
(38,11%) daripada di pedasaan (37,01%). Jumlah prevalensi 68,6% Penyakit
hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang paling umum terjadi (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2019).
Dengan jumlah penduduk sebanyak 121.743 jiwa, kota Semarang
memiliki presentase kasus hipertensi primer tertinggi pada tahun 2020. Jumlah
penderita hipertensi di semarang melonjak menjadi 137.988 pada tahun 2021.
Dari prevalensi tersebut 50,9% yang terdiagnosis hipertensi telah mencari
pertolongan medis. Kota Semarang memiliki presentase terbesar pelayanan
kesehatan kepada penderita hipertensi dan presentase terendah di kabupaten
Grobogan (Dinkes, 2021).
Meningkatnya kasus hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor risiko
yakni resiko yang tidak bisa dilakukan modifikasi, misalnya genetik, usia, jenis
kelamin serta yang bisa dilakukan modifikasi misalnya merokok, konsumsi
alkohol, kurang olahraga, gaya hidup tidak sehat, asupan garam berlebihan. Hal
ini bisa mengakibatkan peningkatan aliran darah (Aditya et al., 2023).
Mengingat kejadian kasus hipertensi meningkat dari tahun ke tahun, maka
perlu pemantauan dan perhatian khusus. Bila tidak dikontrol atau tidak
diberikan perhatian khusus dapat menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya
apabila terkena jantung menyebabkan penyakit jantung koroner, infark
miokard, gagal jantung kongensif, jika terkena otak dapat menyebabkan
enselopati hipertensi, stroke, serta gagal ginjal dapat disebabkan oleh tekanan
3

darah yang tidak dikontrol atau diobati dengan baik, dan jika penyakit
mencapai retina, retinopati dapat terjadi (Tika, 2021).
Semua pasien hipertensi rata-rata akan mengalami keluhan nyeri kepala
serta pusing. Menurut (Dwi Novitasari & Wirakhmi, 2018) nyeri kepala adalah
gejala hipertensi yang paling umum dirasakan oleh pasien karena tekanan
intracranial yang tinggi, nyeri kepala yang dirasakan oleh pasien di daerah
oksipital. Keluhan umum lainnya adalah pusing yang disebabkan oleh
vasokontriksi pembuluh darah dan berkurangnya perfusi jaringan serebral.
Nyeri kepala dapat dikurangi dengan terapi non farmakologi dan melalui terapi
farmakologi dengan menggunakan obat antihipertensi (Adistia et al., 2022).
Akibat nyeri kepala yang dirasakan pasien hipertensi dapat menyebabkan
terganggunya pola tidur. Rusaknya pola tidur pasien dipengaruhi oleh salah
satu faktor resiko yaitu nyeri kepala pada penderita hipertensi. Hal ini membuat
pasien terjaga dan sulit untuk tidur sehingga mengakibatkan durasi tidur lebih
singkat dan menyebabkan terganggunya aktivitas dan menurunnya konsentrasi
(Habel et al., 2019).
Faktor utama tidak terkontrolnya hipertensi disebabkan karena kurangnya
pengetahuan pasien terhadap penyakitnya. Masalah ini biasanya ditandai
dengan ketidakpatuhan dalam menjalankan terapi pengobatan serta perilaku
yang tidak sehat, tidak mengikuti perintah. Jika masalah defisit pengetahuan
tidak segera diatasi maka akan menimbulkan masalah komplikasi lebih lanjut
(Parmilah et al., 2022).
Dalam hal ini peran perawat sangat dibutuhkan sebagai pemberi asuhan
keperawatan dalam melakukan perawatan dan pemenuhan kebutuhan pasien
hipertensi. Selain itu perawat juga berperan sebagai educator untuk
memberikan informasi terkait masalah hipertensi dalam rangka meningkatkan
pengetahuan pasien agar mampu melakukan asuhan hipertensi secara mandiri
guna mencegah terjadinya komplikasi (Ayaturahmi et al., 2022).
4

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu memahami tentang asuhan
keperawatan pada Ny.N dengan Hipertensi Diruang Baitul Izzah-1 RSI
Sultan Agung Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian pada Ny.N dengan hipertensi.
b. Mendeskripsikan penentuan diagnosa keperawatan yang sesuai pada
Ny.N dengan hipertensi.
c. Mendeskripsikan penyusunan rencana keperawatan yang sesuai pada
Ny.N dengan hipertensi.
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan yang sesuai pada Ny.N
dengan hipertensi.
e. Mendeskripsikan evaluasi Tindakan yang telah dilakukan pada Ny.N
dengan hipertensi.
C. Manfaat penulisan
Karya tulis ilmiah ini harapannya memberikan manfaat untuk beberapa
pihak, yakni:
1. Institusi pendidikan
Karya tulis ilimah ini bisa digunakan sebagai sumber informasi dan
sebagai referensi bagi mahasiswa dalam menerapkan teori asuhan
keperawatan dengan gangguan system kardiovaskular hipertensi.
2. Profesi keperawatan
Sebagai bahan referensi bagi tenaga kesehatan untuk menambah
wawasan supaya dapat menentukan diagnosa dan intervensi yang tepat
dalam memberi asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan
system kardiovaskular hipertensi.
3. Lahan praktik
Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini bagi lahan praktik yaitu untuk
meningkatkan mutu dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan system kardiovaskular hipertensi.
5

4. Bagi masyarakat
Mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
dalam upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Hipertensi yaitu penyakit tidak menular menahun dimana tekanan darah
dalam pembuluh darah di arteri meningkat di atas normal, kondisi ini
memaksa jantung melakukan tugasnya lebih keras guna membawa darah
melewati pembuluh darah menuju seluruh tubuh. Hipertensi dapat
menghambat nutrisi dan oksigen dari darah menuju jaringan tubuh yang
memerlukannya, sehingga mempengaruhi organ tubuh yang dapat
menyebabkan kerusakan yang lebih serius pada organ tersebut (Fabiana
Meijon Fadul, 2019).
Orang bisa dinilai mempunyai tekanan darah tinggi apabila tekanan
istirahatnya > 140/90 mmHg pada saat pemeriksaan dan diperiksa berkali-
kali dalam waktu 5 menit (Fabiana Meijon Fadul, 2019).
2. Etiologi
Hipertensi tidak memiliki etiologi dengan spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon terhadap meningkatnya curah jantung dan meningkatnya
tekanan perifer. Namun, terdapat berbagai faktor yang berkontribusi secara
khusus terhadap terjadinya hipertensi, antara lain : merokok, asupan garam
yang tinggi, gaya hidup tidak sehat, kebiasaan makan yang tidak teratur,
kegiatan fisik yang kurang, usia, obesitas, mengonsumsi minuman
beralkohol, dan faktor genetik (Marhabatsar & Sijid, 2021).
Menurut (Saputra & Huda, 2023) berdasarkan etiologinya hipertensi
terbagi menjadi dua yakni hipertensi primer dan hipertensi sekunder,
sebagai berikut :
a. Hipertensi primer (Esensial)

6
7

Hipertensi primer yakni sebuah keadaan dimana tekanan darah


meningkat diatas normal tanpa diketahui penyebabnya. 90%kasus
hipertensi yang diklasifikasikan sebagai hipertensi primer. Hipertensi
primer disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya: faktor genetic atau
keturunan, usia (tekanan darah semakin tinggi seiring dengan
bertambahnya usia), jenis kelamin (hipertensi lebih banyak dialami oleh
laki-laki daripada perempuan), ras (orang kulit hitam lebih rentan
terhadap hipertensi). Selain itu, faktor gaya hidup misalnya stress,
obesitas, mengonsumsi garam yang tinggi, merokok, minum alcohol
serta obat obatan juga mempengaruhi terjadinya hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yakni penyakit dimana tekanan darah
meningkat dan diketahui penyebabnya, sehingga lebih mudah dikontrol
menggunakan obat. Kasus hipertensi sekunder ini hanya berkisar antara
5-8% kasus. Penyebab terjadinya hipertensi sekunder dikarenakan
adanya penyakit DM, ginjal, jantung, penggunaan kontrasepsi serta
penyakit lainnya.
3. Klasifikasi
Menurut (European Society of Cardiology, 2018) klasifikasi hipertensi,
yaitu:
Kategori Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)

Optimal <120 Dan <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84


Normal tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi 140-159 dan/atau 90-99
derajat 1
Hipertensi 160-179 dan/atau 100-109
derajat 2
Hipertensi ≥180 dan/atau ≥110
derajat 3
8

Hipertensi ≥140 Dan >90


sistolik
terisolasi
Tabel Klasifikasi Hipertensi
4. Patofisiologi
Penyebab pasti hipertensi tidak diketahui. Sebagian kecil pasien (2%
sampai 5%) memiliki penyakit ginjal yang menjadi penyebab hipertensi.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipertensi termasuk asupan garam
yang berlebih, obesitas, retensi insulin, system renin-angiotensin, serta
system saraf simpatik. Pada belakangan ini, faktor lainnya yang dapat
menyebabkan hipertensi termasuk genetika, disfungsi endotel, pemberian
makanan intrauterine, dan gangguan neuromuskular (Fitri Tambunan et al.,
2021).
Proses atau patofisiologi hipertensi menurut (Hariyono, 2020) diawali
dengan peningkatan tekanan darah yang dapat terjadi melalui beberapa cara,
yakni:
a. Jantung bekerja keras mengalirkan darah untuk mengedarkan banyak
darah per detik.
b. Arteri yang lebih besar menjadi kurang elastis dan kaku sehingga
jantung tidak dapat memompa darah ke pembuluh darah ini dengan
mudah, sebagai hasilnya, darah yang dipompa pada setiap detak jantung
perlu teralirkan melewati pembuluh darah yang kecil dari umumnya,
yang kemudian meningkatkan tekanan darah. Ini biasanya dialami orang
tua yang mengalami penebalan serta pengerasan dinding pembuluh
darah akibat arteriosklerosis.
c. Tekanan darah meningkat apabila terjadi vasokontiksi, yaitu bila
arteriola menyempit sementara akibat impuls saraf dalam darah.
Hipertensi juga dapat disebabkan oleh pembentukan angiotensin II,
suatu vasokonstriktor dengan disitesi dari angiotensin I menggunakan
bantuan angiotensin-converting enzyme (ACE). ACE mempunyai peranan
penting untuk pengaturan tekanan darah. Angiotensin II berperan dalam
meningkatkan tekanan darah melalui 2 cara. Yang pertama adalah
9

memberikan peningatan sekresi hormone ADH. Ketika hormon ADH


meningkat, sejumlah kecil urine dikeluarkan dari tubuh, sehingga
osmolaritasnya menjadi tinggi dan pekat. Mengencerkannya membutuhkan
peningkatan volume ekstraseluler, yang mengakibatkan peningkatan
volume darah. Yang kedua adalah merangsang sekresi hormon aldosterone
dari korteks adrenal. Di ginjal, hormon aldosterone mengatur jumlah cairan
ekstraseluler dengan mengurangi ekskresi garam dengan reabsorbsi garam
oleh tubulus ginjal. Volume dan tekanan darah meningkat disebabkan
karena peningkatan konsentrasi garam yang diencerkan dengan
meningkatkan volume cairan ekstraseluler (Marhabatsar & Sijid, 2021).
Tekanan darah yang meningkat terus-menerus pada pasien dengan
hipertensi dapat menyebabkan peningkatan beban kerja jantung. Hal ini
terjadi karena peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Untuk
meningkatkan kekuatan kontraksi jantung, ventrikel kiri mengalami
hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung juga
meningkat. Jika hipertrofi tidak dapat mempertahankan curah jantung yang
memadai, maka dilatasi dan kegagalan jantung dapat terjadi. Karena
hipertensi dapat memicu aterosklerosis pada arteri koronaria, maka jantung
dapat mengalami gangguan lebih lanjut akibat aliran darah yang menurun
menuju miokardium, sehingga dapat timbul angina pektoris atau infark
miokard. Selain itu, hipertensi juga dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah yang mempercepat proses aterosklerosis dan kerusakan
organ-organ vital seperti stroke, gagal ginjal, aneurisme, serta cedera retina
(Kowalak et al., 2011).
5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala akibat menderita hipertensi belum dapat diketahui
secara pasti, dan setiap orang memiliki tanda dan gejala yang berbeda.
Gejala yang biasanya dialami oleh penderita hipertensi yaitu sakit kepala,
mimisan, jantung berdebar bahkan sulit bernapas, mudah lelah, gampang
marah, telinga berdenging, pusing, bahkan pingsan. Adapun penderita
hipertensi yang timbul tanpa menunjukkan gejala yang sering disebut
10

sebagai silent killer. Kondisi seperti ini justru lebih berbahaya dapat
menyebabkan komplikasi bahkan kerusakan organ (Tika, 2021).
6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan menurut (Hariyono, 2020),
antara lain :
a. Hemoglobin/Hematokrit
Untuk mengevaluasi keterkaitan antara sel darah dan banyaknya
cairan serta memperoleh informasi tentang potensi risiko seperti anemia
dan gangguan koagulasi.
b. Blood Urea Nitrogen (BUN)/Kreatinin
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal.
c. Glukosa
Diabetes yaitu faktor yang menyebabkan tekanan darah tinggi
karena pelepasan ketokolamin dalam jumlah besar.
d. Urinalisa
Darah, glukosa, protein, memberikan isyarat kelainan kerja ginjal
serta adanya diabetes melitus.
e. EKG
Untuk mengetahui dimana luas peninggian gelombang P yang
menandakan terdapat penyakit jantung.
f. CT Scan
Untuk mengetahui adanya encelopati dan tumor cerebral.
g. IUP
Untuk mengetahui penyebab hipertensi misal adanya batu ginjal.
h. Foto thorax
Menunjukkan susunan pembagian area pembesaran pada jantung.
7. Komplikasi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama timbulnya
penyakit stroke, jantung, ginjal serta gangguan pengelihatan. Komplikasi
hipertensi menurut (Saputra & Huda, 2023) antara lain :
a. Otak
11

Stroke adalah masalah yang paling umum terjadi pada pasien


hipertensi. Stroke disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial
yang menyebabkan pendarahan di otak. Dibawah pengaruh tekanan
tinggi, itu menyebabkan peningkatan kapiler dan memaksa cairan
masuk melalui sistem saraf pusat ke ruang intertisium sehingga dapat
mengganggu kerja dari sistem saraf pusat bahkan dapat menyebabkan
kematian.
b. Kardiovaskular
Penyakit jantung koroner bisa terjadi ketika arteri koroner menjadi
tebal dan tidak dapat menyediakan cukup oksigen ke otot jantung.
Akibatnya, aliran darah melalui arteri ini terhambat dan kebutuhan
oksigen di otot jantung tidak terpenuhi, yang berpotensi menyebabkan
iskemia jantung dan infark miokard.
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal yang disebabkan oleh tekanan kapiler ginjal yang tinggi
dapat menyebabkan kerusakan gromerulus yang progresif. Akibat
kerusakan gromerulus, darah mengalir ke unit fungsional ginjal. Jadi,
jika ini terus berlanjut fungsi nefron dapat terganggu, menyebabkan
hipoksia dan bahkan kematian pada ginjal.
d. Retinopati
Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada retina. Beratnya
kerusakan yang ditimbukan tergantung dari lamanya hipertensi dan
keluhan. Retinopati hipertensi pada awalnya asimtomatik, tetapi pada
akhienya dapat menyebabkan kebutaan.
8. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pada pasien hipertensi menurut (Saputra & Huda,
2023) dibedakan menjadi dua yakni terapi farmakologis dan non
farmakologis :
a. Terapi farmakologis
1) Golongan diuretik
12

Obat antihipertensi thiazide merupakan diuretik yang bisa


menurunkan tekanan darah. Fungsinya membantu ginjal untuk
mengeluarkan garam dan air sehingga cairan di dalam tubuh dapat
dikurangi.
2) Penghambat adrenergic
Obatnya yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-
beta bloker, yang mempengaruhi sistem simpatis dengan merespon
secara cepat untuk mengontrol stress.
3) ACE inhibitor
Melakukan vasodilatasi pada pembuluh darah arteri untuk
menurunkan tekanan darah adalah cara kerja obat ini. Obat ini
umumnya diberikan kepada pasien yang menderita gagal jantung
atau penyakit ginjal kronis.
4) Angiotensin II blocker
Cara kerjanya mirip dengan ACE inhibitor dalam menurunkan
tekanan darah.
5) Antagonis kalsium
Melakukan upaya untuk melakukan penurunan aliran darah
melalui perlebaran pembuluh darah. Obatnya bisa digunakan bagi
pasien yang merasakan keluhan detak jantung cepat, nyeri dada serta
migrain.
6) Vasodilator
Obat ini paling sering digunakan untuk obat anti hipertensi.
Yang cara kerjanya dengan melebarkan pembuluh darah.
b. Terapi non farmakologis
1) Terapi relaksasi
Terapi relaksasi adalah jenis terapi bagi seseorang yang
diinstruksikan untuk melakukan suatu gerakan yang bertujuan untuk
menenangkan pikiran dan merilekskan anggota tubuh. Ada beberapa
jenis terapi relaksasi, antara lain : relaksasi otot progresif, relaksasi
autogenic, relaksasi benson.
13

2) Olahraga senam
Senam arobik,senam ergonomic dan senam hipertensi
merupakan senam yang dapat membantu dalam menurunkan
tekanan darah.
3) Pembatasan konsumsi garam
Mengurangi asupan garam dapat memperbaiki tekanan darah.
Kebanyakan garam dapat mengganggu keseimbangan cairan pada
pasien hipertensi dan mempersulit jantung untuk memompa darah
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Menurut (Suprapto et al., 2022) pengkajian umum yang dilakukan
meliputi:
a. Data umum
1) Identitas klien
Diantaranya: umur, agama, nama, tempat tanggal lahir, alamat,
pekerjaan, jenis kelamin, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
medis, suku/bangsa, nomor rekam medis.
Hipertensi lebih banyak terjadi pada wanita (40,17%)
dibandingkan pria (34,63%). Hal ini biasanya terjadi pada usia diatas
45 tahun seiring bertambahnya usia, kelenturan pembuluh darah
akan berkurang sehingga mengakibatkan tekanan darah mudah
meningkat (Riskesdas, 2018).
2) Identitas penanggung jawab
Diantaranya: umur, nama, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, dan
status hubungan.
3) Keluhan utama
Keluhan sering dirasakan oleh orang yang menderita hipertensi
meliputi sakit kepala, cemas, pening, kekakuan leher, pengelihatan
kabur, dan mudah merasa lelah.
14

Semua pasien hipertensi rata-rata akan mengalami keluhan


nyeri kepala serta pusing. Menurut (Novitasari & Wirakhmi, 2018)
nyeri kepala adalah gejala hipertensi yang paling umum dirasakan
oleh pasien karena tekanan intracranial yang tinggi, nyeri kepala
yang dirasakan oleh pasien di daerah oksipital. Keluhan umum
lainnya adalah pusing yang disebabkan oleh vasokontriksi
pembuluh darah dan berkurangnya perfusi jaringan serebral (Adistia
et al., 2022).
4) Riwayat Kesehatan sekarang
Merupakan pengkajian pendukung keluhan utama menjelaskan
kronologi timbulnya keluhan utama. Gejala tambahan yang sering
terjadi meliputi : nyeri kepala, pengelihatan buram, pusing, mual ,
denyut jantung yang tidak teratur, serta rasa sakit di dada.
5) Riwayat Kesehatan dahulu
Mengkaji Riwayat penyakit yang sama seperti yang diderita
sekarang (hipertensi), atau adanya penyakit lain yang dialami seperti
penyakit ginjal, penyakit jantung, penyakit diabetes melitus, stroke.
Selain itu dapat juga harus melakukan pengkajian obat- obatan yang
pernah di minum serta ada tidaknya alergi terhadap obat.
Penyakit penyerta yang sering dialami oleh penderita hipertensi
yaitu diabetes melitus, penyakit jantung koroner, dispepsia, stroke,
dan vertigo (Mandasari et al., 2022).
6) Riwayat Kesehatan keluarga
Kaji anggota dalam suatu keluarga yang terkena penyakit
sejenis dengan pasien, dan adanya penyakit lain lain yang diderita
oleh anggota keluarga seperti TBC, HIV, diabetes melitus, asma,
dan lain-lain. Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan
hipertensi akan lebih berisiko untuk mengalami kondisi yang sama
(Adam et al., 2018).
7) Riwayat Kesehatan lingkungan
15

Kebersihan lingkungan ataupun rumah, memungkinkan adanya


bahaya
b. Pola Kesehatan fungsional
1) Pola persepsi dan pemeliharaan Kesehatan
Pemahaman pasien dalam upaya memelihara kesehatannya
seperti persepsi pasien tentang Kesehatan diri, pengetahuan tentang
penyakit dan perawatannya, kemampuan untuk mengontrol
kesehatan, kebiasaan hidup.
2) Aktivitas/istirahat
Bagaimana pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
apakah ada keluhan atau tidak selama sakit. Tanda dan gejala yang
biasanya muncul: letih, kelemahan, frekuensi jantung lebih cepat,
napas pendek, takipnea, perubahan irama jantung. Terdapat keluhan
saat melakukan aktivitas.
3) Pola eliminasi
Adakah gangguan eliminasi sebelum dan saat dirawat seperti
adanya keluhan diare, penggunaan obat pencahar, adanya perubahan
BAB/BAK.
4) Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur (lama tidur dan waktu tidur), kesulitan tidur
(sulit memulai tidur, mudah terbangun, dan insomnia).
Akibat nyeri kepala yang dirasakan pasien hipertensi dapat
menyebabkan terganggunya pola tidur. Rusaknya pola tidur pasien
dipengaruhi oleh salah satu faktor resiko yaitu nyeri kepala pada
penderita hipertensi. Hal ini membuat pasien terjaga dan sulit untuk
tidur sehingga mengakibatkan durasi tidur lebih singkat dan
menyebabkan terganggunya aktivitas dan menurunnya konsentrasi
(Habel et al., 2019).
5) Pola makanan/minum
16

Makanan yang dikonsumsi apakah tinggi garam, lemak, serta


kolestrol, adanya keluhan mual, muntah, adakah penurunan atau
peningkatan berat badan, adanya penurunan nafsu makan.
6) Pola kognitif-perseptual sensori
Apakah adanya keluhan yang dirasakan mengenai kemampuan
sensasi (pendengaran dan pengelihatan), kesulitan yang dialami
(sering pusing), kemampuan kognitif, persepsi terhadap nyeri
memakai pendekatan P,Q,R,S,T.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Tentang persepsi diri pasien seperti harapan setelah menjalani
perawatan, status emosi pasien, konsep diri (bagaimana persepsi
pasien terhadap tubuhnya).
8) Pola mekanisme koping
Menjelaskan terkait pola koping, toleransi pada support system
dan stress.
9) Pola seksual- reproduksi
Bagaimana pemahaman pasien mengenai fungsi seksual,
apakah terdapat gangguan dalam melakukan hubungan seksual
yang dikarenakan penyakitnya.
10) Pola peran dan berhubungan dengan orang lain
Bagaimana hubungan pasien bersama orang lainnya apakah
keadaan penyakitnya mempengaruhi dalam melakukan hubungan
dengan orang lain.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Bagaimana pasien dalam melakukan aktivitas beragama apakah
ada perubahan selama sakit, adakah keyakinan pasien yang tidak
sesuai pada kesehatannya.
12) Pemeriksaan fisik
Meliputi pemeriksaan TTV dan pemeriksaan head to toe.
13) Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium, radiologi.
17

14) Pembelajaran/penyuluhan
Pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien terkait penyakit
hipertensi serta komplikasinya seperti penyakit jantung, DM, dan
lain-lain, penggunaan pil KB.
15) Rencana pemulangan
Bantuan dengan pemantauan diri tekanan darah/perubahan
dalam terapi obat.
2. Diagnosa keperawatan
Dalam SDKI (PPNI, 2018a) diagnosa keperawatan yang biasanya
dialami pasien hipertensi, yakni:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (D.0055)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.00111).
3. Intervensi keperawatan
Menurut SLKI (PPNI, 2018c) dan SIKI (PPNI, 2018b) kriteria dan hasil
serta intervensi keperawatan dalam pasien hipertensi yaitu:
1. Nyeri akut
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan diharapkan
tingkat nyeri menurun.
Kriteria hasil: keluhan nyeri menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur
menurun, tekanan darah membaik
Intervensi:
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
b. Identifikasi skala nyeri.
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identidikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
e. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
f. Jelaskan strategi meredakan nyeri
18

g. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri


h. Kolaborasi pemberian analgetic.
2. Gangguan pola tidur
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan diharapkan
pola tidur membaik.
Kriteria hasil : keluhan sulit tidur menurun, keluhan sering terjaga
menurun, kemampuan beraktivitas meningkat.
Intervensi :
a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b. Identifikasi faktor pengganggu tidur
c. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
d. Modifikasi lingkungan
e. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
f. Tetapkan jadwal tidur rutin
g. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
h. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
3. Intoleransi aktifitas
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan diharapkan
toleransi aktivitas meningkat.
Kriteria hasil : frekuensi nadi meningkat, keluhan lelah menurun,
tekanan darah membaik
Intervensi :
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor pola dan jam tidur
c. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
d. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
e. Anjurkan Latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
f. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
19

4. Defisit pengetahuan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan diharapkan
tingkat pengetahuan membaik
Kriteria hasil : perilaku sesuai anjuran meningkat, pengetahuan tentang
suatu topik meningkat
Intervensi :
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b. Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
c. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
d. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
20

Gambar Pathways

Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Elastisitas, arteriosklerosis

Hipertensi
Perubahan status Krisis
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
kesehatan situasional
Perubahan struktur
Koping
Ansietas individu
Penyumbatan pembuluh darah
tidak efektif
Vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai Vasokonstriksi Sistemik Koroner Spasme


pembuluh O2 otak pembuluh arteriol
darah otak menurun darah ginjal Vasokonstriksi Iskemi e
miocard Diplopia
Nyeri Blood flow aliran Afterload
Sinkop
kepala darah menurun meningkat Nyeri dada
Resti
Respon RAA injuri
Gangguan Risiko Fatique
perfusi tinggi
Rangsang
jaringan penurunan
aldosteron Intoleransi
curah
aktifitas
Retensi Na jantung Paparan
informasi
Dipsnea,
Edema Perubahan suplai kurang (mis
ortopnea,
darah ke paru interpretasi)
takikardi
Kelebihan
volume cairan Kurang
Pola nafas
pengetahuan
tidak efektif

Sumber : (Novitasari, 2018), (N. P. Sari, 2020), (Berliana, 2022)


BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian yang dilaksanakan tanggal 20 Febuari 2023 diruang Baitul
izzah 1 RSI Sultan Agung Semarang, dengan melakukan wawancara secara
langsung dengan pasien dan keluarga, mengobservasi secara langsung dan
melihat rekam medis seperti terapi yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
hasil radiologi serta catatan perkembangan pasien. Penulis, mengelola kasus
asuhan keperawatan pada Ny.N dengan masalah hipertensi, diperoleh gambaran
kasus sebagai berikut :
1. Data umum
a. Identitas
1) Identitas pasien
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 20 Febuari
2023 jam 22.00 WIB diruang Baitul izzah 1 RSI Sultan Agung
Semarang. Pasien bernama Ny.N berusia 50 tahun, berjenis kelamin
perempuan, beragama islam, pendidikan terakhir pasien SD, untuk
pekerjaannya Ny.N sebagai ibu rumah tangga, bertempat tinggal di
Sayung Demak. Di bawa ke RSI Sultan Agung Semarang diantar
oleh suaminya dengan diagnosa medis hipertensi emergency pada
tanggal masuk 20 Febuari 2023.
2) Identitas penanggung jawab
Yang bertanggung jawab selama Ny.N dirumah sakit adalah
suaminya yang bernama Tn.I berusia 60 tahun jenis kelamin laki-
laki, beragama islam, pendidikan terkhirnya SD, pekerjaannya
wiraswasta, bertempat tinggal di Sayung Demak, hubungannya
dengan Ny.N yaitu suami.
b. Status Kesehatan saat ini

21
22

Keluhan utama yang dirasakan Ny.N yaitu pusing dan sakit kepala
bagian belakang sejak 3 hari. Alasan Ny.N masuk rumah sakit yaitu
pasien merasakan pusing dan sakit kepala, mual, badannya gemetar dan
lemas, serta bengkak dikedua kakinya. Ny.N mengatakan sakit kepala
yang dirasakannya tibul secara tiba-tiba dikepala bagian belakang, nyeri
yang dirasakannya hilang timbul dengan skala nyeri 4 dari 1-10
menggunakan skala numerik, nyeri yang dirasakannya cenut-cenut
seperti dipukul sehingga mengganggu pola aktivitasnya akibat nyeri
yang dirasakannya, Ny.N diantar oleh suaminya ke IGD RSI Sultan
Agung Semarang pada tanggal 19 Febuari 2023 lalu dipindahkan
keruang Baitul izzah 1 pada tanggal 20 Febuari 2023 untuk
mendapatkan perawatan. Faktor pencetus yang memicu timbulnya
hipertensi pada Ny.N yaitu suka makan makanan yang asin dan manis.
Ny.N menderita hipertensi sejak 5 tahun lalu. Ny.N mengatakan
keluhannya timbul secara mendadak. Ketika keluhannya timbul upaya
yang dilakukan oleh Ny.N yaitu dengan memeriksakannya ke pelayanan
kesehatan terdekat. Adapun faktor yang memperberat keluhan yaitu jika
Ny.N melakukan aktivitas terlalu berat dan ketika kecapekan serta saat
banyak pikiran.
c. Riwayat Kesehatan lalu
Pada riwayat kesehatan sebelumnya Ny.N mengatakan selain
penyakit hipertensi yang dideritanya sekarang Ny.N juga menderita
penyakit DM. pasien tidak pernah mengalami trauma fisik seperti
kecelakaan. Serta tidak memiliki alergi terhadap obat maupun makanan.
Untuk riwayat imunisasinya Ny.N mengatakan tidak pernah melakukan
imunisasi karena waktu kecil belum ada imunisasi.
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Pasien Ny.N merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, suaminya
merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Ayah dan ibu baik dari Ny.N
maupun dari Tn. I sudah meninggal dunia. Tn.I dan Ny.N menikah dan
dikaruniai 3 anak yaitu 2 perempuan dan 1 laki-laki. Anggota keluarga
23

pasien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan
pasien baik DM maupun hipertensi.
e. Riwayat Kesehatan lingkungan
Pasien tinggal di sayung demak, dan untuk kondisi rumah dan
lingkungan tempat tinggalnya bersih dan kecil kemungkinan terjadinya
bahaya.
2. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon (Data Fokus)
Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, menurut Ny.N sebelum
sakit kesehatan baginya sangat penting. Ny.N suka makan makanan yang
manis dan asin, Ny.N tidak memeriksakan kesehatannya secara berkala
kecuali saat dirinya sakit. Apabila sakit Ny.N berobat ke puskesmas
kecamatan didekat rumahnya. Kebiasan hidup Ny.N tidak mengonsumsi
obat-obatan tertentu dan biasanya mengonsumsi jamu tradisional kunyit
asam,tidak mengonsumsi kopi dan jarang berolahraga. Selama dirawat
Ny.N ingin segera sembuh dan pulang kerumah. Ny.N mengatakan kurang
tahu tentang penyakit hipertensi yang dideritanya sekarang, hanya sekedar
tahu bahwa hipertensi adalah tekanan darah tinggi dan kurang tahu cara
perawatannya. Selama dirawat Ny.N hanya makan makanan yang diberikan
oleh rumah sakit dan mengikuti terapi yang diberikan oleh dokter maupun
perawat serta beristirahat dengan cukup. Ny.N mengikuti terapi yang
diberikan oleh dokter maupun perawat. Ny.N tidak berkerja hanya sebagai
ibu rumah tangga, saat ini biaya perawatanya ditanggung BPJS kesehatan.
Pada pola nutrisi dan metabolic, Ny.N mengatakan sebelum sakit pola
makan 3x sehari dan bisa menghabiskan 1 porsi makan sekitar 1 centong
nasi dengan menu sayur-sayuran dan ikan. Makanan yang disukai Ny.N
yaitu sayur-sayuran dan buah dan tidak memiliki pantangan makanan
tertentu yang menyebabkan alergi dan tidak ada makanan yang dibatasi
serta tidak ada keyakinan maupun kebudayaan yang mempengaruhi dietnya,
Ny.N tidak mengonsumsi obat penambah nafsu makan, tidak ada keluhan
anoreksia nervosa maupun bulimia nervosa, tidak ada gangguan mengunyah
dan menelan. Sedangkan untuk pola minumnya Ny.N sehari minum habis
24

sekitar 2 botol aqua sedang air putih @ 600 ml dan 1 gelas teh tiap sarapan
pagi. Selama dirawat Ny.N makannya sehari 3x dan hanya menghabiskan
½ porsi makanan yang diberikan rumah sakit. Keadaan sakit saat ini
mempengaruhi pola makannya karena nafsu makannya menurun, Ny.N
mengatakan ada keluhan mual tapi tidak sampai muntah, dan tidak
mengalami penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir, berat badannya
selalu stabil yaitu 60 kg. Untuk pola minumnya Ny.N sehari minum habis
sekitar 1 botol aqua sedang air putih dan 1 gelas susu yang diberikan oleh
rumah sakit. tidak ada keluhan demam.
Pada pola eliminasi, Ny.N mengatakan sebelum sakit biasanya BAB 1x
sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan bauk khas
feses untuk pola BAK nya sekitar 5-6x sehari dengan warna urine bewarna
kuning bau khas amoniak. Sedangkan pada saat di rawat Ny.N BAB 2 hari
sekali dengan konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan bau khas
feses. Tidak terpasang kolostomi/ileostomy. Untuk pola BAK nya 3-4 x
sehari sekitar 1200 cc dengan urine bewarna kuning, bau khas amoniak,
tidak terpasang kateter.
Pada pola aktivitas dan latihan, Ny.N mengatakan tidak ada hambatan
dalam melakukan aktivitas, serta tidak ada kesulitan dalam melakukan
pergerakan, Ny.N dapat melakukan semua perawatan diri secara mandiri
baik makan, mandi, berpakaian dan berpindah, bisa BAB dan BAK secara
mandiri, dan tidak ada keluhan sesak napas. Pada saat dirawat Ny.N
mengatakan pada saat sakit dirinya mengalami keterbatasan dalam
melakukan aktivitas karena sering pusing dan kakinya bengkak. Ny.N tidak
pernah berolahraga, ada keluhan dalam melakukan pergerakan karena
tubuhnya terasa lemas. Untuk melakukan perawatan diri Ny.N dibantu oleh
keluarganya kecuali makan dan minum. Ny.N mudah merasa kelelahan saat
melakukan aktivitas berlebih sehingga menyebabkan hipertensinya
kambuh.
Pada pola istirahat dan tidur, Ny.N mengatakan sebelum sakit biasa
tidur selama 8 jam perhari diwaktu malam hari dari mulai pukul 21.30
25

sampai pukul 04.30 dapat tidur dengan nyenyak dan jarang terjaga serta
tidak ada kesulitan tidur. Selama dirawat Ny.N sering terbangun sebanyak
3-4 x dan hanya bisa tidur selama 4-5 jam diwaktu malam hari dan sering
terjaga karena merasakan nyeri.
Pada pola kognitif dan perseptual sensori, Ny.N mengatakan tidak ada
masalah dengan pengelihatan dan pendengarannya, serta tidak memiliki
masalah dengan kemampuan kognitifnya Ny.N mampu mengingat, bicara
dengan jelas dan memahami pesan yang diterima serta mengambil
keputusan. Selama dirawat Ny.N mengatakan sering pusing dan sensitive
dengan nyeri P : nyeri dirasakan saat melakukan aktivitas berlebih, Q : nyeri
rasanya cenut-cenut seperti dipukul, R : nyeri pada kepala bagian belakang,
S : skala nyeri 4 (1-10), T: hilang timbul.
Pada pola persepsi dan konsep diri, Ny.N mengatakan hal yang
dipikirkannya saat ini yaitu ingin segera sembuh dari penyakitnya,
perubahan yang dirasakannya saat sakit yaitu mengalami keterbatasan
dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Perilaku non verbal Ny.N sesuai
dengan perilaku verbalnya. Ny.N bersyukur dan menyukai semua anggota
tubuhnya dan menganggap penyakitnya sekarang sebagai ujian dari allah
serta menerima ndan menjalani prosedur pengobatan dengan baik. Saat
dirumah Ny.N merupakan seorang ibu dari 3 orang anak dan ketika dirawat
Ny.N merupakan seorang pasien. Ny.N berharap ingin segera sembuh dari
sakit yang dialami. Ny.N tidak pernah merasa rendah diri dengan
keadaannya sekarang.
Pada pola mekanisme koping, Ny.N mengatakan dalam mengambil
keputusan dilakukan oleh dirinya dan dibantu oleh keluarganya terutama
dalam pengambilan keputusan Tindakan dan pengobatan yang dilakukan.
Ny.N apabila ada masalah selalu bercerita dengan keluarganya. Saat dirawat
Ny.N merasa nyamna dengan perawatan yang telah diberikan oleh perawat.
Pada pola seksual-reproduksi, Ny.N mengatakan paham dan mengerti
tentang fungsi seksual serta tidak memiliki gangguan dan tidak ada
permasalahan dalam hubungan seksual. Ny.N menstruasinya teratur dan
26

tidak ada keluhan saat menstruasi, untuk Riwayat kehamilannya Ny.N


mengatakan jumlah kehamilannya 3 x, jumlah kelahirannya 3x dan jumlah
anaknya 3.
Pada pola peran-berhubungan dengan orang lain, Ny.N mengatakan
mampu berkomunikasi dengan jelas dan mengerti orang lain serta dapat
mengeksperesikan dirinya dengan baik. Ny.N tidak ada kesulitan dalam
berhubungan dengan orang lain. Ketika ada masalah Ny.N meminta bantuan
kepada anggota keluarganya. Bagi Ny.N anggota keluarganya merupakan
orang terdekat dan yang berpengaruh terhadap dirinya.
Pada pola nilai dan kepercayaannya. Ny.N mengatakan beragama islam
dan mampu melaksanakan sholat 5 waktu. Ny.N sering mengikuti pengajian
tiap minggu disekitar rumahnya. Saat dirawat Ny.N mampu melaksanakan
sholat 5 waktu meskipun dengan cara duduk. Dan tidak mengikuti pengajian
selama di rawat. Keyakinan yang dianut oleh Ny.N tidak bertentangan
dengan kesehatannya, serta tidak ada pertentangan terhadap pengobatan
yang sedang dijalani.
3. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny.N dengan hipertensi
didapatkan hasil kesadaran pasien composmentis, penampilan pasien
lemah. Hasil TTV tanggal 20 Febuari 2023 yaitu TD :198/92 mmHg, S: 36
C, N: 87x/menit, RR : 21 x/menit. TTV tanggal 22 Febuari 2023 yaitu TD :
170/80 mmHg, S : 36,5 C, N: 88 x/menit, RR 20 x/menit. TTV tanggal 23
Febuari 2023 yaitu TD : 140/95 mmHg, S : 36 C, RR : 20 x/menit, N : 82
x/menit.
Pemeriksaan kepala didapatkan hasil bentuk kepala pasien mesocepal,
rambut berwarna hitam dan ada ubannya, tidak ada ketombe, tidak ada
benjolan, penyebaran rambutnya merata, tidak ada lesi, kulit kepala bersih.
Pemeriksaan mata didapatkan hasil bentuk kedua mata simetris, warna
sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, ada reflek cahaya pada pupil,
tidak menggunakan kacamata.
27

Pemeriksaan hidung didapatkan hasil tidak ada pernapasan cuping


hidung, tidak ada secret dan polip, menggunakan oksigen nasal kanul 3 lpm.
Pemeriksaan telinga didapatkan hasil bentuk telinga pasien simetris,
tidak menggunakan alat bantu pendengaran, ada sedikit serumen,
pendengaran normal.
Pada pemeriksaan mulut dan tenggorokan didapatkan hasil tidak ada
gangguan berbicara, gigi tampak bewarna kekuningan, dapat mengunyah
dan menelan dengan baik, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis.
Pemeriksaan dada yang pertama yaitu jantung pengembangan dada
simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada nyeri tekan, suara pekak, bunyi
jantung regular s1 dan s2 lup dup. Yang kedua yaitu paru-paru simetris,
pererakan dada normal, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, paru kanan dan
kiri terdengar sonor, saat auskultasi terdengar suara vasikuler.
Pemeriksaan abdomen simetris, bising usus 10x/menit, suara tympani
dan tidak ada nyeri tekan.Pemeriksaan genetalia bersih, tidak ada lesi, tidak
terpasang kateter.
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah pasien, ekstremitas kanan atas
: kuku pendek, bersih, kekuatan otot 5, ekstremitas kiri atas : kuku
pendek,bersih, terpasang infus, tidak ada tanda-tanda bengkak pada daerah
tusukan infus, kekuatan otot 5, ekstremitas kanan bawah : kuku pendek,
bersih, terdapat udema, kukuatan otot 5, ekstremitas kiri bawah : kuku
pendek,bersih, terdapat udema, kekuatan otot 5, cappillary refill kembali
dalam waktu 2 detik. Pemeriksaan kulit bersih, warna kulit sawo matang,
turgor kulit elastis.
4. Data Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium Klinik pada tanggal 20 Febuari 2023
didapatkan hasil hematologi darah rutin 1 Hemoglobin hasil 11.8
g/dl (nilai rujukan 11.7-15.5 g/dL), Hematokrit hasil 35.7 % (nilai
rujukan 33.0-45.0), Leukosit hasil 9.95 (nilai rujukan 3.60-11.00),
28

Trombosit hasil 250 (nilai rujukan150-440), Golongan darah


O/Positif, kimia klinik HBA1C hasil H 5.80 % (nilai rujukan
Normal:>5.7, Prediabetes: 5.7-6.4, Diabetes :≥ 6.5), Ureum hasil
19 mg/dL (nilai rujukan 10-50 mg/dL), creatinin hasil 0.85 mg/dL
(nilai rujukan 0.60-1.10 mg/dL).
2) Hasil Pemeriksaan Instalasi Radiologi pada tanggal 20 Febuari
2023 didapatkan hasil Thorax Besar (Non Kontras) Cor : apeks ke
laterokaudal, Elongasi arcus aorta, Pulmo : corakan vascular tak
meningkat tak tampak gambaran infiltrate, diafragma dan sinus
kostofrenikus kanan kiri baik, kesan: suspek kardiomegali,
elongasi arcus aorta, pulmo tak tampak kelainan
3) Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21 Febuari 2023
didapatkan hasil kimia klinik Kolestrol total hasil H. 276 mg/dL
(nilai rujukan < 200 mg/dL), HDL Kolestrol hasil 46 mg/dL (nilai
rujukan 37-92 mg/dL), LDL Kolestrol hasil H. 189 mg/dL (60-130
mg/dL), trigliserida H.229 mg/dL (nilai rujukan <160 mg/dL).
b. Diet yang diperoleh
Tim /bubur rendah garam dan nasi rendah garam
c. Therapy
Therapy yang diperoleh RL 20 tetes permenit, Omeprazole 2 x 40 mg,
Ondansentron 3 x 4 mg, Adalat oros 1 x 30 mg, Furosemide 2 x 1 A,
Histigo 3 x 1 mg, Nicardipine 0,5 mg, Betahistin 2 x 6 mg, O2 3 lpm
nasal kanul.
B. Analisa Data Dan Diagnosa Keperawatan
Data ditemukan pada saat analisa data pertama pada tanggal 20 Febuari
2023 jam 22.00. Didapatkan data subjektif pertama : pasien mengatakan pusing
dan nyeri pada kepala bagian belakang badannya gemetar dan lemas P : nyeri
dirasakan saat melakukan aktivitas berlebih, Q : nyeri cenut-cenut seperti
dipukul, R : nyeri pada kepala bagian belakang, S : skala nyeri 4 (1-10), T :
hilang timbul. Data objektif didapatkan pasien tampak meringis merasakan
nyeri, tampak gelisah dan lemas TD : 198/92 mmHg, S : 36 C, RR :21x/menit,
29

N: 87x/menit. Dari data tersebut maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan


nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
Analisa data yang ke dua pada tanggal 20 Febuari 2023 jam 22.00
didapatkan data subjektif, pasien mengatakan mengeluh sulit tidur dan sering
terjaga pada malam hari karena merasakan nyeri dan hanya bisa tidur 4-5 jam
terbangun sebanyak 3-4 x. Data objektif didapatkan pasien tampak lemas
frekuensi tidur sebelum sakit 8jam/hari sedangkan frekuensi tidur saat dirawat
hanya 4-5 jam ,terbangun sebanyak 3-4x dan sering terjaga karena merasa nyeri,
TD : 198/92 mmHg, S : 36 C, RR :21x/menit, N: 87x/menit. Dari data tersebut
maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan
dengan kurang kontrol tidur.
Analisa data yang ketiga pada tanggal 20 Febuari 2023 jam 22.00.
Didapatkan data subjektif, pasien mengatakan mengeluh sulit beraktivitas dan
dibantu oleh keluarganya saat melakukan aktivitas karena penyakit yang
dideritanaya. Data objektif didapatkan pasien tampak lemas dan bedrest, TD :
198/92 mmHg, S : 36 C, RR :21x/menit, N: 87x/menit. Dari data tersebut maka
dapat ditegakkan diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan.
Analisa data yang keempat pada tanggal 20 Febuari 2023 jam 22.00.
Didapatkan data subjektif, pasien mengatakan kurang tahu tentang penyakit nya
hanya tahu hipertensi adalah darah tinggi dan kurang tahu mengenai cara
perawatannya. Data objektif yang didapatkan pasien tampak lemas dan bingung
TD : 198/92 mmHg, S : 36 C, RR :21x/menit, N: 87x/menit. Dari data tersebut
maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan defisit pengetahuan berhubungan
dengan kurang terpapar informasi.
C. Planning/ Intervensi Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 8 jam maka tingkat nyeri menurun
dengan kriteria hasil keluhan nyeri menurun, meringis menurun, gelisah
menurun, kesulitan tidur menurun, tekanan darah membaik. Intervensi yang
dilakukan antara lain : identifikas lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
30

kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi faktor yang


memperberat dan memperingan nyeri, berikan dan ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian analgetik.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 8 jam maka pola tidur membaik
dengan kriteria hasil keluhan sulit tidur menurun, keluhan sering terjaga
menurun, kemampuan beraktivitas meningkat. Intervensi yang dilakukan antara
lain : identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor pengganggu tidur,
modifikasi lingkungan, tetapkan jadwal tidur rutin, jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 8 jam maka toleransi aktivitas meningkat
dengan kriteria hasil keluhan lelah menurun, perasaan lemah menurun, tekanan
darah membaik. Intervensi yang dilakukan antara lain : identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan, monitor pola dan jam tidur,
monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, anjurkan
melakukan aktivitas secara bertahap.
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 8 jam maka tingkat
pengetahuan membaik dengan kriteria hasil perilaku sesuai anjuran meningkat,
pengetahuan tenatang suatu topik meningkat. Intervensi yang dilakukan yaitu
identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi, sediakan materi dan
media pendidikan kesehatan, jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan, ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
D. Implementasi keperawatan
Intervensi telah disusun berdasarkan masalah keperawatan yang ada,
selanjutnya melakukan implementasi sebagai tindakan lanjut dari proses asuhan
keperawatan pada Ny.N dengan hipertensi di ruang baitul izzah.
1. Implementasi hari pertama tanggal 20 Febuari 2023
Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis pada pukul 22.00 WIB mengkaji lokasi, karakteristik, durasi,
31

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri didapatkan data subjektif yaitu pasien


mengatakan pusing dan nyeri pada kepala bagian belakang, badannya
gemetar dan lemas P: nyeri dirasakan saat melakukan aktivitas berlebih, Q
: nyeri rasanya cenut-cenut seperti dipukul, R: nyeri pada kepala bagian
belakang, S: skala nyeri 4 (1-10), T: hilang timbul. Data objektif yang
didapatkan yaitu pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, pasien
tampak lemas, hasil pemeriksaan TTV yaitu TD : 198/92 mmHg, S : 36 C,
RR :21x/menit, N: 87x/menit. Selanjutnya pada pukul 22.10 WIB
mengidentifikasi skala nyeri didapatkan data subjektif pasien mengatakan
skala nyeri 4 (1-10) sedangkan data objektif yang didapatkan yaitu pasien
kooperatif dan tampak gelisah menahan nyeri. Pukul 22.15 implementasi
yang dilakukan yaitu mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri didapatkan data subjektif pasien mengatakan nyeri
dirasakan saat melakukan aktivitas berlebih dan berkurang saat digunakan
tidur, data objektif yang didapatkan yaitu pasien tampak meringis menahan
nyeri. Selanjutnya pukul 22.10 WIB mengajarkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri (relaksasi tarik napas dalam dan dzikir)
didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan bersedia diajari teknik
relaksasi tarik napas dalam dan dzikir data objektif yang didapatkan yaitu
pasien kooperatif saat diajai teknik relaksasi tarik napas dalam dan dzikir.
Pukul 22.30 WIB berkolaborasi pemberian analgetik histigo 3x1 mg dan
omeprazole 2x 40 mg didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan
bersedia diberikan obat dan data objektif yang didapatkan pasien kooperatif.
Diagnosa ke dua yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang
kontrol tidur pada pukul 22.30 dilakukan implementasi yaitu
mengidentifikasi faktor pengganggu tidur didapatkan data subjektif pasien
mengatakan mengeluhsulit tidur dan terjaga pada malam hari karena merasa
nyeri di kepala agian belakang, hanya bisa tidur selama 4-5 jam terbangun
3-4 kali, data objektif yang didapatkan yaitu pasien tampak lemas,
terbangun sebanyak 3-4 kali hanya tidur selama 4-5 jam TD : 198/92
mmHg, S : 36 C, RR :21x/menit, N: 87x/menit. Pada pukul 22.35
32

memodifikasi lingkungan di dapatkan data subjektif pasien mengatakan


lingkungannya sudah nyaman dan data objektif yang didapatkan yaitu
pasien tampak tenang.
Diagnosa ke tiga yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan dilakukan pada tanggal 21 Febuari 2023 jam 06.00
mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan sulit beraktifitas karena
jika beraktivitas berlebihan langsung mengeluh pusing dan sakit kepala
bagian belakang sehingga untuk aktivitasnya dibantu oleh keluarganya
selain itu kedua kakinya bengkak dan data objektif yang didapatkan yaitu
pasien tampak lemas. Pada pukul 06.10 memonitor lokasi dan
ketidakmampuan selama melakukan aktivitas didapatkan data subjektif
yaitu pasien mengatakan kepalanya pusing dan kakinya bengkak sehingga
sulit untuk melakukan aktivitas dan data objektif pasien tampak lemas TD :
198/92 mmHg, S : 36 C, RR :21x/menit, N: 87x/menit.
Diagnosa keempat yaitu defisit pengetahuan berhubungan dengan kuran
terpapar informasi pukul 06.15 mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan
kurang tahu tentang penyakitnya dan cara perawatannya dan bersedia untuk
menerima informasi yang akan diberikan data objektif yang didapatkan
yaitu pasien kooperatif TD : 198/92 mmHg, S : 36 C, RR :21x/menit, N:
87x/menit. Pukul 06.20 menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan di dapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan untuk
pendidikan kesehatan nya dilakasanakan besok jam 13.00 , dan data objektif
yang didapatakan yaitu pasien tampak menganggukkan kepala.
2. Implementasi hari ke dua tanggal 22 Febuari 2023
Diagnosa pertama yaitu nyeri akut berubungan dengan agen pencedera
fisiologis pukul 10.00 berkolaborasi pemberian analgetik betahistin 2 x 6
mg didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan bersedia diberikan
obat dan data objektif yang didapatkan yaitu pasien kooperatif. Pukul 10.30
mengidentifikasi lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
33

nyeri didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan pusing dan nyeri
kepala bagian belakang mulai berkurang setelah minum obat, P : nyeri
dirasakan saat melakukan aktifitas berlebih , Q : nyeri cenut-cenut seperti
dipukul, R: nyeri kepala bagian belakang, S : skala nyeri 3 (1-10), T : hilang
timbul dan untuk data objektifnya pasien tampak lemas dan bedrest hasil
pemeriksaan TTV TD : 170/80 mmHg. S : 36.5 C, N: 88 x/menit, RR : 20
x/menit. Pukul 10.35 mengidentifikasi skala nyeri didapatkan data subjektif
pasien mengatakan skala nyeri 3 dari 1-10, nyerinya berkurang setelah
minum obat data objektif yang didapatkan yaitu pasien kooperatif. Pukul
10.40 memberikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
(relaksasi tarik napas dalam dan dzikir) didapatkan data subjektif yaitu
pasien mengatakan jika nyerinya muncul melakukan tarik napas dalam
seperti yang sudah diajarkan data objektif yang didapatkan yaitu pasien
kooperatif.
Diagnosa ke dua yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan kontrol
tidur pukul 11.00 mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur didapatkan data
subjektif pasien mengatakan tidur jam 22.00 bangun jam 03.00 dan tidak
bisa tidur lagi semalam bangun sebanyak 2x dan siang harinya tidak bisa
tidur untuk pola aktivitasnya hanya jalan ke kamar mandi dan kembali ke
tempat tidur dibantu oleh suaminya data objektif yang didapatkan yaitu
pasien tampak lemas dan kurang tidur TD : 170/80 mmHg. S : 36.5 C, N:
88 x/menit, RR : 20 x/menit. Pukul 11.10 menetapkan jadwal tidur rutin di
peroleh data sujektif pasien mengatakan bersedia untuk di buatkan jadwal
tidur malam hari mulai pukul 22.00-04.00 dan tidur siangnya jam 13.00-
14.00 data objektif yang didapatkan jadwal tidur malam hari mulai pukul
22.00-04.00 dan tidur siangnya jam 13.00-14.00.
Diagnosa ketiga yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan pukul 11.30 mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelemahan didapatkan data subjektif pasien mengatakan
pasien mengatakan keluhan pusing berkurang sehingga dapat melakukan
aktifitas ke kamar mandi meski dibantu oleh suaminya data objektif yang
34

didapatkan yaitu pasien tampak lemas TD : 170/80 mmHg. S : 36.5 C, N:


88 x/menit, RR : 20 x/menit. Pukul 11.35 memonitor pola dan jam tidur
didapatkan data subjektif pasien mengatakan semalam tidur jam 22.00
bangun jam 03.00 data ojektif yang di dapatkan pasien kooperatif.
Diagnosa ke empat yaitu defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi pukul 13.00 menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan (leafleat hipetensi) didapatkan data subjektif pasien
menatakan siap untuk menerima informasi, data objektif yang didapatkan
yaitu pasien kooperatif. Pukul 13.10 menganjurkan perilaku hidup bersih
dan sehat di dapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan kurang tahu
makanan apa saja yang boleh dikonsumsi dan yang perlu dihindari penderita
hipertensi,pasien suka makanan asin dan manis, data objektif yang
didapatkan pasien aktif bertanya.
3. Implementasi hari ke tiga tanggal 23 Febuari 2023
Diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis pukul 15.00 mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri didapatkan data subjektif pasien
mengatakan pusing dan nyeri kepala bagian belakang mulai berkurang, P:
nyeri dirasakan saat melakukan aktifitas berlebih, Q : nyeri cenut-cenut
seperti dipukul, R: nyeri pada kepala bagian belakang, S : Skala nyeri 2 (1-
10), T : hilang timbul, data objektif yang didapatkan pasien tampak tenang
TD : 140/95 mmHg. S : 36 C, N: 82 x/menit, RR : 20 x/menit. Pukul 15.20
mengkaji skala nyeri didapatkan data sujektif pasien mengatakan skala nyeri
turun menjadi 2 dari 1-10 nyeri berkurang setelah diberikan obat dan
digunakan untuk istirahat, data ojektif yang didapatkan pasien tampak
tenang.
Diagnosa kedua yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang
kontrol tidur, pukul 18.00 mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
didapatkan data subjektif pasien mengatakan nyeri kepalanya berkurang
semalam bisa tidur dengan nyenyak tidur pukul 22.00 bangun jam 04.00,
data objektif yang didapatkan pasien kooperatif TD : 140/95 mmHg. S : 36
35

C, N: 82 x/menit, RR : 20 x/menit. Pukul 18.10 menetapakan jadwal tidur


rutin didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan mematuhi jadwal
yang telah disepakati kemarin, data objektif yang didapatkan pasien
kooperatif. Pukul 18.20 menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
didapatkan data subjektif pasien mengatakan paham tentang pentingnya
tidur cukup selama sakit yang telah dijelaskan, data objektif yang
didapatakan pasien tampak menganggukkan kepala.
Diagnosa ketiga yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan. Pukul 18.30 menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
didapatkan data subjektif pasien mengatakan keluhan pusingnya berkurang
sehingga dapat melakukan aktivitas secara mandiri, data ojektif yang
diperoleh pasien kooperatif TD : 140/95 mmHg. S : 36 C, N: 82 x/menit,
RR : 20 x/menit.
Diagnosa keempat yaitu defisit pengetahuan berhubungan dengan kuran
terpapar informasi. Pukul 19.00 mengajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat didapatkan data subjektif pasien mengatakan setelah diberikan penkes
tahu apa itu hipertensi serta makanan yang dianjurkan dan yang perlu
dihindari, data objektif yang didapatkan yaitu pasien kooperatif TD : 140/95
mmHg. S : 36 C, N: 82 x/menit, RR : 20 x/menit.
E. Evaluasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Evaluasi hari pertama tanggal 21 Febuari 2023 jam 07.00
Didapatkan data subjektif pasien mengatakan pusing dan nyeri pada
kepala baian belakang badannya gemetar dan lemas, P: nyeri dirasakan saat
melakukan aktivitas berlebih, Q : nyeri rasanya cenut-cenut seperti dipukul,
R: nyeri pada kepala bagian belakang, S: skala nyeri 4 (1-10), T: hilang
timbul. Data objektif yang didapatkan yaitu pasien tampak meringis, pasien
tampak gelisah, pasien tampak lemas, hasil pemeriksaan TTV yaitu TD :
198/92 mmHg, S : 36 C, RR :21x/menit, N: 87x/menit. Maka dapat
disimpulkan bahwa masalah nyeri belum teratasi, dan penulis
merencanakan untuk melanjutkan intervensi pada hari berikutnya yaitu
36

identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


, identifikasi skala nyeri, berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi
nyeri, kolaborasi pemberian analgetik.
Evaluasi hari ke dua tanggal 22 Febuari 2023 jam 15.00
Diadapatkan data subjektif pasien mengatakan pusing dan nyeri pada
kepala bagian belakang mulai berkurang setelah diberikan obat P: nyeri
dirasakan saat melakukan aktivitas berlebih, Q : nyeri rasanya cenut-cenut
seperti dipukul, R: nyeri pada kepala bagian belakang, S: skala nyeri 3 (1-
10), T: hilang timbul. Data objektif yang didapatkan yaitu pasien tampak
lemas, hasil pemeriksaan TTV yaitu TD : 170/80 mmHg. S : 36.5 C, N: 88
x/menit, RR : 20 x/menit. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah teratasi
sebagian dan penulis merencanakan untuk melanjutkan intervensi dihari
berikutnya yaitu identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri , identifikasi skala nyeri.
Evaluasi hari ke tiga tanggal 23 Febuari 2023 jam 21.00
Didapatkan data subjektif pasien mengatakan pusing dan nyeri kepala
bagian belakang mulai berkurang P: nyeri dirasakan saat melakukan
aktivitas berlebih, Q : nyeri rasanya cenut-cenut seperti dipukul, R: nyeri
pada kepala bagian belakang, S: skala nyeri 2 (1-10), T: hilang timbul. Data
objektif yang didapatkan yaitu pasien tampak lebih rileks, pasien koperatif,
hasil pemeriksaan TTV yaitu TD : 140/95 mmHg. S : 36 C, N: 82 x/menit,
RR : 20 x/menit. Dapat disimpulkan masalah sudah teratasi dan hentikan
intervensi.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
Evaluasi hari pertama tanggal 21 Febuari 2023 jam 07.00
Didapatkan data subjektif pasien mengatakan mengeluh sulit tidur dan
terjaga pada malam hari karena merasa nyeri kepala bagian belakang hanya
tidur 4-5 jam terbangun sebanyak 3-4 x. Data objektif didapatkan pasien
tampak lemas, tidur 4-5 jam, terbangun 3-4x, hasil pemeriksaan TTV yaitu
TD : 198/92 mmHg, S : 36 C, RR :21x/menit, N: 87x/menit. Maka dapat
disimpulkan bahwa masalah belum teratasi dan penulis merencanakan
37

melanjutkan intervensi yaitu mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur,


menetapkan jadwal tidur rutin.
Evaluasi hari ke dua tanggal 22 Febuari 2023 jam 15.00
Didapatkan data subjektif pasien mengatakan tidur jam 22.00 bangun
jam 03.00 dan tidak bisa tidur lagi, semalam terbangun sebanyak 2x , pasien
bersedia dibuatkan jadwal tidur. Data objektif yang didapatkan pasien
kooperatif hasil pemeriksaan TTV yaitu TD : 170/80 mmHg. S : 36.5 C, N:
88 x/menit, RR : 20 x/menit. Maka dapat disimpulkan masalah teratasi
sebagian dan penulis merencanakan melanjutkan intervensi dihari
berikutnya yaitu identifikasi faktor pengganggu tidur, tetapkan jadwal tidur
rutin, jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.
Evaluasi hari ke tiga tanggal 23 Febuari 2023 jam 21.00
Didapatkan data subjektif pasien mengatakan nyeri kepala nya
berkurang semalam bisa tidur dengan nyenyak tidur pukul 22.00 bangun
pukul 04.00 dan mematuhi jadwal tidur yang telah di tetapkan. Data objektif
didapatkan pasien tampak lebih rileks dan kooperatif hasil pemeriksaan
TTV yaitu TD : 140/95 mmHg. S : 36 C, N: 82 x/menit, RR : 20 x/menit.
Maka dapat disimpukan masalah teratasi dan hentikan intervensi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Evaluasi hari pertama tanggal 21 Febuari 2023 jam 07.00
Didapatkan data subjektif pasien mengatakan sulit berkativitas karena
jika beraktivitas berlebihan maka langsung mengeluh pusing dan sakit
kepala bagian belakang sehingga untuk beraktivitas dibantu oleh
keluarganya selain itu kedua kakinya bengkak. Data objektif yang didapat
pasien tampak lemas , pasien bedrest hasil pemeriksaan TTV yaitu TD :
198/92 mmHg, S : 36 C, RR :21x/menit, N: 87x/menit. Maka dapat
disimpulkan masalah belum teratasi dan penulis merencanakan melanjutkan
intervensi diari berikutnya identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan, monitor pola dan jam tidur.
Evaluasi hari ke dua tanggal 22 Febuari 2023 jam 15.00
38

Didapatkan data subjektif pasien mengatakan keluhan pusing mulai


berkurang dan dapat melakukan aktivitas ke kamar mandi meski dibantu
oleh suaminya. Data objektif yang didapatkan pasien tampak lemas hasil
pemeriksaan TTV yaitu TD : 170/80 mmHg. S : 36.5 C, N: 88 x/menit, RR
: 20 x/menit. Maka dapat disimpulkan masalah teratasi sebagian dan penulis
merencanakan melanjutkan intervensi dihari berikutnya yaitu
menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
Evaluasi hari ke tiga tanggal 23 Febuari 2023 jam 21.00
Didapatkan data subjektif pasien mengatakan keluhan pusingnya
erkurang sehingga sudah mampu melakukan aktivitas secara mandiri. Data
objektif yang didapatkan pasien tampak lebih rileks, pasien kooperatif hasil
pemeriksaan TTV yaitu TD : 140/95 mmHg. S : 36 C, N: 82 x/menit, RR :
20 x/menit. Maka dapat disimpulkan masalah teratasi dan hentikan
intervensi.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Evaluasi hari pertama tanggal 21 Febuari 2023 jam 07.00
Didapatkan data sujektif pasien mengatakan pasien mengatakan kurang
tau tentang penyakit dan cara perawatannya. Data objektif yang didapatkan
pasien kooperatif hasil pemeriksaan TTV yaitu TD : 198/92 mmHg, S : 36
C, RR :21x/menit, N: 87x/menit. Maka dapat disimpulkan masalah belum
teratasi dan penulis merencanakan melanjutkan intervensi di hari berikutnya
yaitu menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan, menganjurkan
perilaku hidup bersih dan sehat.
Evaluasi hari ke dua tanggal 22 Febuari 2023 jam 15.00
Didapatkan data subjektif pasien mengatakan kurang tahu cara
perawatan penyakitnya dan kurang tahu makanan yang boleh dikonsumsi
dan yang perlu dihindari,pasien bersedia menerima informasi dan mengikuti
penkes. Data objektif yang didapatkan pasien aktif bertanya, pasien
kooperatif hasil pemeriksaan TTV yaitu TD : 170/80 mmHg. S : 36.5 C, N:
88 x/menit, RR : 20 x/menit. Maka dapat disimpulkan masalah teratasi
39

sebagian dan penulis merencanakan melanjutkan intervensi dihari


berikutnya yaitu mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Evaluasi hari ke tiga tanggal 23 Febuari 2023 jam 21.00
Didapatkan data subjektif pasien mengatakan setelah diberikan
pendidikan kesehatan tahu apa itu hipetensi, cara perawatannya serta
makanan yang boleh dikonsumsi dan yang perlu dihindari. Data objektif
yang didapatkan yaitu pasien kooperatif hasil pemeriksaan TTV yaitu TD :
140/95 mmHg. S : 36 C, N: 82 x/menit, RR : 20 x/menit. Maka dapat
disimpulkan masalah teratasi dan hentikan intervensi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab IV ini penulis membahas mengenai asuhan keperawatan pada Ny. N
dengan hipertensi di ruang Baitul Izzah 1 RSI Sultan Agung Semarang, yang
dikelola selama 3 hari mulai tanggal 20 Febuari 2023- tanggal 23 Febuari 2023
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pada bab ini,
penulis juga akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan asuhan
keperawatan serta masalah yang penulis temui pada saat melakukan praktik klinik.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan seluruh data pasien yang diperoleh
dari berbagai sumber di susun secara sistematis untuk menilai dan menentukan
status kesehatan pasien (Hadinata & Abdillah, 2022). Sesuai teori yang ada
penulis melakukan pengkajian pada Ny.N dengan metode wawancara secara
langsung dengan pasien dan keluarga, mengobservasi secara langsung dan
melihat data rekam medis untuk memperoleh informasi seperti terapi apa saja
yang diberikan, hasil pemeriksaan laboratorium, hasil radiologi serta catatan
perkembangan pasien.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis pada tanggal 20
Febuari 2023 diperoleh data hasil pengkajian masalah yang dialami oleh Ny.N
yaitu hipertensi hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas
normal. Ny.N menunjukkan gejala yang dirasakannya yaitu pusing, sakit
kepala bagian belakang, sulit tidur, tekanan darah 198/92 mmHg, mengeluh
sesak napas sehingga diberikan O2 nasal kanul 3 lpm, pasien lemas sehingga
sulit melakukan aktivitas. Namun tanda dan gejala yang muncul berbeda-beda
tiap individu, dan adapun penderita hipertensi asimtomik sering di sebut silent
killer (Tika, 2021).
Pada tahap pengkajian terdapat persamaan antara kasus dengan teori.
Pasien suka makan makanan yang asin. Mengonsumsi garam berlebihan dapat
memicu peningkatan tekanan darah. Ginjal akan menyingkirkan kelebihan
natrium melalui urine. Jika ginjal tidak beroperasi dengan efektif, natrium bisa

40
41

menumpuk dalam darah. Sebagai respons, tubuh akan memproduksi lebih


banyak cairan, memaksa jantung dan pembuluh darah untuk bekerja lebih keras
agar bisa memompa dan mengedarkan darah. Selama garam dikonsumsi sesuai
kebutuhan maka ginjal dapat beroperasi dengan baik serta proses kimia dan
fisiologi tubuh berjalan dengan normal tanpa gangguan (Zainuddin, 2017)
Selama melakukan pengkajian penulis tidak mengalami hambatan atau
kesulitan apapun, dikarenakan pasien kooperatif serta responsif selama
pengkajian berlangsung. Tujuan dilakukannya pengkajian ini untuk
memperoleh identitas pasien, keluhan yang dirasakan pasien, status Kesehatan
pasien, serta ketidakmampuan fungsional maupun keterbatasan yang dialami
oleh pasien selama sakit.
Adapun data yang sebenarnaya perlu dilengkapi oleh penulis dalam asuhan
keperawatan yang dilakukan namun belum tertulis secara lengkap oleh penulis.
Yaitu pada pemberian teraphy obat penulis tidak mencantumkan tanggal
berapa obat itu diberikan ke pasien. Selain itu pada pengkajian nutrisi dan
metabolic pasien mengeluh nafsu makannya menurun saat sakit yang semula
menghabiskan 1 porsi makan ketika sakit pasien hanya habis ½ porsi makan,
adanya keluhan mual namun tidak sampai muntah, masalah ini tidak terkaji
lebih mendalam oleh penulis yang memungkinkan beresiko menimbulkan
masalah defisit nutrisi pada pasien.
Pada pengkajian riwayat kesehatan lalu didapatkan data subjektif dari
pasien yaitu pasien mengatakan menderita penyakit DM. Namun, masalah ini
tidak terkaji lebih mendalam oleh penulis karena tidak ada pemeriksaan medis
hasil glukosa yang menunjukkan pasien menderita DM.
Pasien mendapat terapi histigo 3x1 mg dan betahistine 2x6 mg terapi
tersebut merupakan terapi untuk meredakan keluhan vertigo. Selain hipertensi
pasien juga ada keluhan vertigo namun masalah ini tidak terkaji oleh penulis.
Karakteristik vertigo yang dikeluhkan oleh pasien yaitu pasien mengalami
pusing serta sulit untuk melakukan aktivitas karena kehilangan keseimbangan
saat berdiri maupun berjalan, pasien juga mengalami sakit kepala, disertai
dengan mual dan ingin muntah. Vertigo sering terjadi pada usia 50 tahun serta
42

sering dialami oleh wanita gejala yang biasanya dialami oleh penderita yaitu
pengelihatan buram, telinga berdenging, mual, muntah, pusing, hilangnya
keseimbangan, dan pengelihatan ganda (Tim Promkes RSST, 2022).
Didalam pengkajian didapatkan data pasien terdapat bengkak dikedua
kakinya serta mendapatkan infus 20 tpm hal ini dapat menyebabkan pasien
kelebihan cairan maka perlu dilakukan perhitungan balance cairan. Di dalam
kasus tersebut penulis tidak mencantumkan perhitungan balance cairan.
Rumus menghitung balance
Intake = output + IWL
IWL = (15x BB)/ 24 jam = 15 x 60 kg/ 24 jam = 37,5 cc/ jam
Dalam 24 jam → 37,5 x 24 jam = 900cc/24 jam
Input cairan
Infuse : 2000 cc/24 jam
Minum : 800cc /24 jam
------------------------------------ +
2800 cc
Output cairan
Urine : 1200 cc
BAB : 100 cc
----------------------------- +
900 cc
Balance cairan = intake = output + IWL
2800 cc = 1200 cc + 900 cc
2800 cc = 2100 cc
Balance cairan = 2800 cc – 2100 cc
= + 700 cc
43

B. Diagnosa keperawatan
Menurut SDKI (PPNI, 2018a) diagnosa keperawatan merupakan
penilaian klinis terhadap reaksi klien mengenai masalah kesehatan yang ada
baik actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan ini bertujuan untuk
mengetahui reaksi individu, keluarga, maupun komunitas terhadap masalah
kesehatan.
Dalam menentukan diagnosa prioritas sesuai dengan hierarki
kebutuhan maslow yang terbagi menjadi lima tingkat prioritas yaitu
kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan prioritas tertinggi dalam hirarki
maslow, tingkat dua yaitu kebutuhan keamanan dan keselamatan, tingkat
tiga kebutuhan mencintai dan dicintai, tingkat empat yaitu kebutuhan harga
diri dan tingkat lima yaitu kebutuhan aktualisasi diri (Darmawan, 2019).
Diagnosa yang muncul berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan
oleh penulis untuk asuhan keperawatan pada Ny.N dengan hipertensi, ada 4
diagnosa yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiolgis
Menurut SDKI (PPNI, 2018a) nyeri akut merupakan pengalaman
sensorik atau emosional yang tidak menyenangkan dan timbul secara
mendadak atau lambat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Pada tanggal 20 Febuari 2023 penulis menegakkan diagnosa ini
karena saat melakukan pengkajian diperoleh data subjektif yaitu pasien
mengeluh pusing dan nyeri kepala belakang sejak 3 hari yang lalu
badannya gemetar dan lemas, nyeri dirasakan pasien saat melakukan
aktivitas belebih, rasanya cenut cenut di kepala bagian belakang dengan
skala nyeri 4, nyeri yang dirasakan hilang timbul. Data objektif
didapatkan pasien tampak meringis merasakan nyeri, tampak gelisah
dan lemas TD : 198/92 mmHg, S : 36 C, RR :21x/menit, N: 87x/menit.
Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis menjadi diagnosa prioritas utama karena pada pasien
hipertensi nyeri kepala dan pusing merupakan gejala yang paling sering
dirasakan. Maka harus segera dilakukan penanganan karena jika tidak
44

dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mempersulit untuk


beraktifitas serta berpengaruh pada fisiologis, psikologis, dan perilaku
seseorang tersebut. Tujuan ditegakkannya diagnosa ini sebagai
diagnosa prioritas utama yaitu untuk menurunkan skala nyeri sehingga
masalah ini dapat segera diatasi (Dwi Novitasari & Wirakhmi, 2018).
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
SDKI (PPNI, 2018a) gangguan pola tidur merupakan gangguan
kualitas dan kuantitas tidur akibat faktor eksternal. Kurang kontrol tidur
yang dialami pasien dibuktikan dengan pasien mengeluh sulit tidur,
pasien mengeluh sering terjaga pada malam hari, pasien mengeluh pola
tidurnya berubah, pasien hanya bisa tidur selama 3-4 jam dan sering
terbangun, selama sakit kontrol tidur pasien tidak teratur yang biasanya
tidur selama 8 jam.
Pada tanggal 20 Febuari 2023 penulis menegakkan diagnosa ini
karena saat melakukan pengkajian diperoleh data subjektif Ny.N
mengatakan sebelum sakit biasa tidur selama 8 jam perhari diwaktu
malam hari dari mulai pukul 21.30 sampai pukul 04.30 dapat tidur
dengan nyenyak dan jarang terjaga serta tidak ada kesulitan tidur. Saat
dirawat pasien mengatakan keluhan susah tidur dan sering terjaga pada
malam hari sebab merasakan nyeri dan hanya bisa tidur 4-5 jam
terbangun sebanyak 3-4 x. Data objektif didapatkan pasien tampak
lemas frekuensi tidur sebelum sakit 8jam/hari sedangkan frekuensi tidur
saat dirawat hanya 4-5 jam , terbangun sebanyak 3-4x dan sering terjaga
karena merasa nyeri, TD : 198/92 mmHg, S : 36 C, RR :21x/menit, N:
87x/menit
Tidur adalah kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap
individu, dengan tidur yang memadai organ tubuh dapat beroperasi
dengan optimal. Individu yang sedang sakit memerlukan lebih banyak
istirahat dari biasanya (Madeira et al., 2019). Rusaknya pola tidur
pasien dipengaruhi oleh salah satu faktor resiko yaitu nyeri kepala pada
penderita hipertensi. Hal ini membuat pasien terjaga dan sulit untuk
45

tidur sehingga mengakibatkan durasi tidur lebih singkat dan


menyebabkan terganggunya aktivitas dan menurunnya konsentrasi
(Habel et al., 2019).
Penulis menegakkan diagnosa gangguan pola tidur sebagai
diagnosa prioritas ke dua karena sesuai dengan batasan karateristik
yang telah di tetapkan di buku SDKI. Pola tidur yang kurang dan
kualitas tidur yang buruk dapat mengganggu keseimbangan fisiologis
dan psikologis pasien dan menyebabkan hipertrofi atrium dan ventrikel
kiri jantung akibatnya jantung bekerja lebih keras dan mempengaruhi
peningkatan tekanan darah (Noegroho et al., 2017).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Menurut SDKI (PPNI, 2018a) intoleransi aktivitas merupakan
ketidakcukupan energi. Gejala subjektif yang muncul yaitu pasien
mengeluh lelah, merasa lemah dan data objektifnya tekanan darah
pasien berubah > 20% dari kondisi istirahat.
Pada tanggal 20 Febuari 2023 penulis menegakkan diagnosa ini
karena saat melakukan pengkajian diperoleh data subjektif , sebelum
sakit Ny.N mengatakan tidak ada hambatan dalam melakukan aktivitas,
serta tidak ada kesulitan dalam melakukan pergerakan, saat dirawat
pasien mengatakan mudah merasa lelah saat melakukan aktivitas
berlebih dan mengeluh sulit beraktivitas dan dibantu oleh keluarganya
saat melakukan aktivitas karena sering pusing akibat penyakit yang
dideritanaya. Data objektif didapatkan pasien tampak lemas dan
bedrest, TD : 198/92 mmHg, S : 36 C, RR :21x/menit, N: 87x/menit.
Pada diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan ini kurang tepat seharusnya diagnosa intoleransi aktivitas ini
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen hal ini dibuktikan dengan pasien mengeluh mudah lelah,
merasa lemas, tekanan darah pasien berubah > 20% dari kondisi
istirahat, pasien terpasang O2 nasal kanul 3 lpm. Kekurangnya aktivitas
fisik dapat merusak organ tubuh dan menghambat suplai darah dan
46

oksigen, sehingga dapat memberikan peningkatan aliran darah. Dengan


melakukan aktivitas fisik yang bertahap bisa memberikan penurunan
aliran darah (Warijan et al., 2021).
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Defisit pengetahuan yakni ketiadaan atau kurangnya informasi
kognitif mengenai suatu topik tertentu (PPNI, 2018a) Masalah ini
biasanya ditandai dengan ketidakpatuhan dalam menjalankan terapi
pengobatan serta perilaku yang tidak sehat, tidak mengikuti perintah
dan kurangnya pengetahuan, jika masalah defisit pengetahuan tidak
segera diatasi maka akan menimbulkan masalah komplikasi lebih
lanjut. Faktor utama tidak terkontrolya hipertensi disebabkan karena
kurangnya pengetahuan (Parmilah et al., 2022).
Hal ini didukung dengan data subjektif pasien mengatakan kurang
tahu tentang penyakit nya hanya tahu hipertensi adalah darah tinggi dan
kurang tahu mengenai cara perawatannya, Ny.N suka makan makanan
yang manis dan asin, Ny.N tidak memeriksakan kesehatannya secara
berkala kecuali saat dirinya sakit Data objektif yang didapatkan pasien
tampak lemas dan bingung TD : 198/92 mmHg, S : 36 C, RR
:21x/menit, N: 87x/menit. Dari data tersebut sesuai dengan batasan
karateristik diagnosa dari SDKI. maka dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan defisit pengetahuan berkaitan pada kurangnya informasi.
C. Perencanaan keperawatan
Intervensi keperawatan yaitu tindakan yang dilakukan perawat dengan
mempertimbangkan evaluasi klinis dan pengetahuan, guna memenuhi
kebutuhan pasien. Perencanaan ini dibuat sesuai dengan data pengkajian
dan diagnosa yang telah ditegakkan tujuannya untuk mencegah komplikasi
pada pasien dan meningkatkan status kesehatan pasien (S. D. Sari, 2019).
1. Intervensi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis sesuai dengan SLKI (PPNI, 2018c) yang
dilakukan selama 3x 8 jam kepada Ny.N bertujuan untuk menurunkan
tingkat nyeri dengan kriteria hasil skala nyeri turun dari 4 menjadi 2 ,
47

meringis menahan nyeri yang dirasakan menurun, perasaan gelisah


menurun, kesulitan tidur menurun, tekanan darah pasien membaik.
Sesuai dengan SIKI (PPNI, 2018b) yaitu dengan manajemen nyeri.
Intervensi yang dilakukan antara lain : identifikas lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri,
identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, berikan
dan ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, kolaborasi
pemberian analgetic dengan tim kesehatan lain. Manajemen nyeri dapat
dilakukan dengan 2 metode yaitu farmakologis dan non farmakologis.
Analgesic dapat diberikan untuk membantu penatalaksanaan
farmakologis, sedangkan penatalaksanaan non farmakologis dapat di
berikan antara lain massase, TENS, distraksi, imajinasi terbimbing,
hypnosis dan relaksasi napas dalam merupakan salah satu metode yang
paling mudah di pelajari dan dilakukan untuk mengurangi nyeri
(Saputri et al., 2022). Dalam intervensi yang akan dilakukan kepada
Ny.N penulis menggunakan Teknik nonfarmakologi relaksasi napas
dalam dan dzikir sesuai dengan terapi benson. rasionalnya terapi
relaksai benson merupakan terapi non farmakologis yang melibatkan
system kepercayaan pasien dan metode relaksasi pernapasan. Saat
dilakukan relaksasi benson menyebabkan rangsangan pada system saraf
parasimpatis, yang membangkitkan semua fungsi saraf simpatis yang
sebelumnya ditekan. Aktivitas system saraf simpatis dapat berkurang
akibat relaksasi ini, yang selanjutnaya dapat menyebabkan arteri
melebar secara bertahap dapat memperlancar aliran darah, sehingga
meningkatkan pengiriman oksigen ke semua jaringan, terutama
jaringan perifer. Sehingga dapat menstabilkan tekanan darah secara
bertahap dan menurunkan nyeri kepala akibat terjadinya hipertensi
(Pratiwi et al., 2021).
2. Intervensi untuk diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan
kurang kontrol tidur sesuai dengan SLKI (PPNI, 2018c) yang dilakukan
selama 3x8 jam kepada Ny.N bertujuan agar pola tidur pasien membaik
48

dengan kriteria hasil keluhan sulit tidur menurun, keluhan sering terjaga
menurun, kemampuan beraktivitas meningkat. Sesuai dengan SIKI
(PPNI, 2018b) yaitu dengan dukungan tidur. Intervensi yang dilakukan
antara lain identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor
pengganggu tidur, modifikasi lingkungan, tetapkan jadwal tidur rutin,
jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit. Dukungan tidur
merupakan tindakan yang dilakukan perawat untuk meningkatkan
kenyamanan pasien dengan pengaturan posisi tidur , menetapkan
jadwal tidur, dan modifikasi lingkungan. Rasionalnya lingkungan yang
nyaman dapat meningkatkan pola tidur, serta situasi lingkungan yang
kondusif seperti pencahayaan saat tidur juga berpengaruh terhadap pola
tidur. Orang yang tidur dengan pencahayaan yang redup dapat
mengurangi sekresi melatonin dan memperpanjang latensi tidur
(Handayani et al., 2021).
3. Intervensi untuk diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan sesuai dengan SLKI (PPNI, 2018c) yang dilakukan selama
3x8 jam kepada Ny.N bertujuan agar toleransi aktivitas pasien
meningkat dengan kriteria hasil keluhan lelah menurun, perasaan lemah
menurun, tekanan darah membaik. Sesuai dengan SIKI (PPNI, 2018b)
yaitu dengan manajemen energi. Intervensi yang dilakukan antara lain
identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan,
monitor pola dan jam tidur, monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas, anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap. Aktivitas fisik merupakan segala aktivitas yang melibatkan
gerak tubuh, tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi dapat
terjadi karena kurangnya aktivitas fisik yang dapat membahayakan sel
saraf dan menyebabkan pembuluh darah diotak pecah dan
melumpuhkan organ (Neng yulia maudi et al., 2021). Aktivitas fisik
secara bertahap yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan
menganjurkan pasien untuk duduk, berdiri, serta dapat berjalan ke
kamar mandi secara bertahap. Rasionalnya dengan dilakukannya
49

aktivitas fisik secara bertahap bertujuan untuk mencegah komplikasi


pada pasien.
4. Intervensi untuk diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi Sesuai dengan SLKI (PPNI, 2018c) yang
dilakukan selama 3x8 jam kepda Ny.N bertujuan agar tingkat
pengetahuan pasien membaik dengan kriteria hasil perilaku sesuai
anjuran meningkat, pengetahuan tentang suatu topik meningkat. Sesuai
dengan SIKI (PPNI, 2018b) yaitu dengan edukasi kesehatan. Intervensi
yang dilakukan yaitu identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan, jadwalkan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat. Edukasi Kesehatan yang dilakukan penulis yaitu dengan
menyedikan media saat akan melakukan kegiatan Pendidikan
Kesehatan misalnya leafleat rasionalnya agar mempermudah pasien
memahami informasi yang diberikan. Selain itu , penulis juga
mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan
sebelum makan yang rasionalnya untuk meningkatkan kesehatan
pasien.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi dari intervensi keperawatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi
masalah kesehatan dan mencapai kesehatan yang baik/optimal (Hadinata &
Abdillah, 2022).
1. Implementasi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis
Implementasi ini dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 20 Febuari
2023-23 Febuari 2023. Penulis melakukan implementasi keperawatan
sesuai dengan intervensi keperawatan yang sudah di tetapkan. Pada saat
melakukan implementasi keperawatan penulis tidak mengalami
kesulitan sebab pasien dan keluarga kooperatif selama dilakukan
perawatan. Selama 3 hari implementasi yang dilakukan oleh penulis
50

yaitu : mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi faktor
yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan dan
mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
Teknik non farmakologis yang digunakan untuk mengurangi nyeri
yaitu Teknik relaksasi benson yang menggabungkan antara relaksasi
napas dalam dengan kepercayaan pasien. Relaksasi benson efektif pada
pasien hipertensi untuk mengurangi nyeri kepala yang dialami pasien
selain menggunakan analgetik, Latihan relaksasi benson ini dapat
menurunkan kortisol yaitu hormon stress yang dapat menyebabkan
hipertensi (Afiffa & Septiawan, 2021). Saat dilakukan relaksasi benson
menyebabkan rangsangan pada system saraf parasimpatis, yang
membangkitkan semua fungsi saraf simpatis yang sebelumnya ditekan.
Aktivitas system saraf simpatis dapat berkurang akibat relaksasi ini,
yang selanjutnaya dapat menyebabkan arteri melebar secara bertahap
dapat memperlancar aliran darah, sehingga meningkatkan pengiriman
oksigen ke semua jaringan, terutama jaringan perifer. Sehingga dapat
menstabilkan tekanan darah secara bertahap dan menurunkan nyeri
kepala akibat terjadinya hipertensi (Pratiwi et al., 2021).
Memberikan analgetic untuk mengurangi nyeri kepala yaitu
dengan memberikan Adalat oros 1 x 30 mg, Furosemide 2 x 1 A,
Histigo 3 x 1 mg, Nicardipine 0,5 mg, Betahistin 2 x 6 mg.
2. Implementasi keperawatan untuk diagnosa gangguan pola tidur
berhubungan dengan kurang kontrol tidur
Implementasi ini dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 20 Febuari
2023-23 Febuari 2023. Penulis melakukan implementasi keperawatan
sesuai dengan intervensi keperawatan yang sudah di tetapkan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah yang dialami pasien. Pada saat
melakukan implementasi keperawatan penulis tidak mengalami
kesulitan sebab pasien dan keluarga kooperatif selama dilakukan
perawatan. Selama 3 hari implementasi yang dilakukan oleh penulis
51

yaitu mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur, mengidentifikasi faktor


pengganggu tidur, memodifikasi lingkungan dengan mengganti linen
apabila kotor, memberikan selimut dan pengaturan cahaya sehingga
meningkatkan kenyamanan dan memperbaiki pola tidur pasien. Situasi
lingkungan yang kondusif seperti pencahayaan yang galap, lingkungan
yang tenang dapat berpengaruh terhadap pola tidur pasien (Hidayat &
Mumpuningtias, 2018).
Menetapkan jadwal tidur rutin dengan ditetapkannya jadwal tidur
pasien dapat menepati jadwal tidur yang telah disepakati agar pola tidur
pasien menjadi lebih baik , menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit. Tidur yang cukup selama sakit sangat penting untuk
memaksimalkan efek kerja hormon pertumbuhan selama proses
regenerasi sehingga dapat mempercepat penyembuhan (Rahma Reza et
al., 2019).
3. Implementasi keperawatan untuk intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan
Implementasi ini dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 20 Febuari
2023-23 Febuari 2023. Penulis melakukan implementasi keperawatan
sesuai dengan intervensi keperawatan yang sudah di tetapkan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah yang dialami pasien. Pada saat
melakukan implementasi keperawatan penulis tidak mengalami
kesulitan sebab pasien dan keluarga kooperatif selama dilakukan
perawatan. Selama 3 hari implementasi yang dilakukan oleh penulis
yaitu mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan, memonitor pola dan jam tidur, memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, menganjurkan
melakukan aktivitas secara bertahap. Aktivitas fisik secara bertahap
yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan menganjurkan pasien untuk
duduk, berdiri, serta dapat berjalan ke kamar mandi secara bertahap
dengan dibantu oleh keluarganya untuk mencegah resiko jatuh. Dengan
dilakukannya aktivitas fisik secara bertahap bertujuan untuk mencegah
52

komplikasi pada pasien. Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan


tekanan darah, orang yang kurang aktif secara fisik biasanya memiliki
detak jantung yang lebih tinggi, yang memaksa otot jantung
berkontraksi lebih kuat disetiap detaknya dan tekanan di pembuluh
darah arteri semakin besar. Sehingga dapat menyebabkan tekanan darah
meningkat (Maskanah et al., 2019).
4. Implementasi keperawatan untuk defisit pengetahuan berhubungan
dengan kurang terpapar informasi
Implementasi ini dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 20 Febuari
2023-23 Febuari 2023. Penulis melakukan implementasi keperawatan
sesuai dengan intervensi keperawatan yang sudah di tetapkan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah yang dialami pasien. Pada saat
melakukan implementasi keperawatan penulis tidak mengalami
kesulitan sebab pasien dan keluarga kooperatif selama dilakukan
perawatan. Selama 3 hari implementasi yang dilakukan oleh penulis
yaitu mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan, menjadwalkan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, mengajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat. Dengan dilakukannya edukasi kesehatan ini
pengetahuan pasien mengenai penyakitnya meningkat. Penulis dalam
memberikan edukasi Kesehatan yaitu dengan menyediakan media yaitu
leafleat untuk mempermudah pasien dalam menerima informasi dan
mengajarkan perilaku hidup sehat kepada pasien seperti cuci tangan
sebelum makan, diet makanan bagi penderita hipertensi yang berguna
untuk meningkatkan kesehatan pasien.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,
evaluasi bertujuan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dari diagnosa,
intervensi, implementasi yang sudah dilakukan apakah dapat tercapai atau
tidak. Evaluasi keseluruhan pada tanggal dari tanggal 20 Febuari 2023-
tanggal 23 Febuari 2023 didapatkan hasil:
53

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


Didapatkan data subjektif pasien mengatakan pusing dan nyeri
kepala bagian belakang mulai berkurang P: nyeri dirasakan saat
melakukan aktivitas berlebih, Q : nyeri rasanya cenut-cenut seperti
dipukul, R: nyeri pada kepala bagian belakang, S: skala nyeri 2 (1-10),
T: hilang timbul. Data objektif yang didapatkan yaitu pasien tampak
lebih rileks, pasien koperatif, hasil pemeriksaan TTV yaitu TD : 140/95
mmHg. S : 36 C, N: 82 x/menit, RR : 20 x/menit. Dapat disimpulkan
masalah sudah teratasi dan hentikan intervensi.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
Didapatkan data subjektif pasien mengatakan nyeri kepala nya
berkurang semalam bisa tidur dengan nyenyak tidur pukul 22.00 bangun
pukul 04.00 dan mematuhi jadwal tidur yang telah di tetapkan. Data
objektif didapatkan pasien tampak lebih rileks dan kooperatif hasil
pemeriksaan TTV yaitu TD : 140/95 mmHg. S : 36 C, N: 82 x/menit,
RR : 20 x/menit. Maka dapat disimpukan masalah teratasi dan hentikan
intervensi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Didapatkan data subjektif pasien mengatakan keluhan pusingnya
berkurang sehingga sudah mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
Data objektif yang didapatkan pasien tampak lebih rileks, pasien
kooperatif hasil pemeriksaan TTV yaitu TD : 140/95 mmHg. S : 36 C,
N: 82 x/menit, RR : 20 x/menit. Maka dapat disimpulkan masalah
teratasi dan hentikan intervensi.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Didapatkan data subjektif pasien mengatakan setelah diberikan
pendidikan kesehatan tahu apa itu hipetensi, cara perawatannya serta
makanan yang boleh dikonsumsi dan yang perlu dihindari. Data objektif
yang didapatkan yaitu pasien kooperatif hasil pemeriksaan TTV yaitu
TD : 140/95 mmHg. S : 36 C, N: 82 x/menit, RR : 20 x/menit. Maka
dapat disimpulkan masalah teratasi dan hentikan intervensi.
54

F. Diagnosa keperawatan tambahanan


1. Resiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi
Menurut SDKI (PPNI, 2018a) resiko perfusi serebral tidak efektif
yaitu beresiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak. Penulis
mengangkat diagnosa ini karena pada saat pengkajian didapatkan data
tekanan darah pasien yaitu 198/92 mmHg. Data tersebut sesuai dengan
batasan karakterisik diagnosa dari SDKI. Menurut (European Society
of Cardiology, 2018) tekanan darah yang di alami oleh pasien di
klasifikasikan dalam kategori hipertensi derajat 3. Tekanan darah yang
tinggi dapat menyebabkan penurunan sirkulasi darah ke otak hal ini bisa
beresiko timbulnya penyakit stroke.
2. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
Menurut SDKI (PPNI, 2018a) hipervolemia yaitu peningkatan
volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraseluler. Data
yang didapatkan penulis saat melakukan pengkajian yaitu pasien
mengatakan kedua kakinya bengkak, serta intake lebih banyak dari
output, pasien mengeluh sesak napas sehingga diberikan O2 nasal kanul
3 lpm. Hal ini sesuai dengan batasan karakteristik diagnosa dari SDKI.
Namun, masalah ini tidak terkaji lebih mendalam oleh penulis sehingga
diagnosa hipervolemia tidak ditegakkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari asuhan keperawatan yang dilakukan oleh penulis pada tanggal
20 febuari 2023- 23 Febuari 2023 pada Ny.N dengan hipertensi di ruang Baitul
Izzah 1 RSI sultan agung semarang diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian secara menyeluruh yang di dapat dari berbagai sumber
diperlukan untuk memeroleh identitas pasien, keluhan yang dirasakan
pasien, status Kesehatan pasien, serta ketidakmampuan fungsional
maupun keterbatasan yang dialami oleh pasien selama sakit. Saat penulis
melakukan pengkajian terhadap Ny.N ditemukan keluhan utama pasien
yaitu nyeri kepala bagian belakang dengan skala nyeri 4, nyeri dirasakan
pasien saat melakukan aktivitas berlebih rasanya cenut-cenut seperti
dipukul. Tekanan darah pasien tinggi yaitu 198/92 mmHg. Nyeri kepala
tersebut mengakibatkan pola tidur dan aktivitas pasien menjadi terganggu.
Selain itu kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit yang
dideritanya merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan
terjadinya hipertensi.
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada Ny.N dengan hipertensi ada
4 yaitu yang pertama nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis, yang kedua yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan
kurang kontrol tidur, yang ketiga yaitu intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan, dan yang terakhir yaitu defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang muncul sudah sesuai dengan buku SLKI meliputi tujuan

55
56

dan kriteria hasil dan sesuai buku SIKI meliputi Tindakan observasi,
terapeutik, edukasi, dan kolaborasi.
4. Implementasi Keperawatan
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan selama 3 hari sudah
sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kondisi
pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang didapatkan dari 4 masalah keperawatan yang muncul
sudah teratasi karena keluhan nyeri yang dirasakan pasien menurun,
gangguan pola tidur pasien membaik, toleransi aktifitas pasien meningkat
serta tingkat pengetahuan pasien meningkat.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Karya tulis ilimah ini bisa digunakan sebagai sumber informasi
kepustakaan dan sebagai referensi bagi mahasiswa dalam menerapkan
teori asuhan keperawatan dengan gangguan system kardiovaskular
hipertensi.
2. Bagi rumah sakit atau lahan praktek
Penulisan karya tulis ilmiah ini bagi rumah sakit yaitu untuk
meningkatkan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan system kardiovaskular hipertensi.
3. Bagi profesi keperawatan
Sebagai bahan referensi bagi tenaga Kesehatan untuk menambah
wawasan supaya dapat menentukan diagnosa dan intervensi yang tepat
dalam memberi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system
kardiovaskular hipertensi.
4. Bagi mahasiswa
Karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat sebagai bahan belajar untuk
membuat tugas atau melakukan asuhan keperawatan.
57

DAFTAR PUSTAKA

Adam, A. G. A., Jeini, E. N., & Windy, M. V. W. (2018). Kejadian Hipertensi dan
Riwayat Keluarga Menderita Hipertensi di Puskesmas Paceda Kota Bitung.
Jurnal KESMAS, 7(5), 1–5.

Adistia, E. A., Dini, I. R. E., & Annisaa’, E. (2022). Hubungan antara Rasionalitas
Penggunaan Antihipertensi terhadap Keberhasilan Terapi Pasien Hipertensi
di RSND Semarang. Generics: Journal of Research in Pharmacy, 2(1), 24–
36. https://doi.org/10.14710/genres.v2i1.13067

Aditya, N. R., Mustofa, S., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Lampung, U.,
Fisiologi, B., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2023). Hipertensi : Gambaran
Umum Hypertension : An Overview. 11, 128–138.

Afiffa, A. N., & Septiawan, T. (2021). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson


terhadap Skala Nyeri Kepala Pada Penderita Hipertensi : Literarure Review.
Borneo Student Research, 3(2), 1–16.

Ayaturahmi, Mahmudah, R., & Tasalim, R. (2022). Hubungan Dukungan


Keluarga dan Peran Perawat Terhadap Motivasi Pengendalian Tekanan
Darah pada Penderita Hipertensi. SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan
Masyarakat), 1(4), 284–294. https://doi.org/10.54259/sehatrakyat.v1i4.1102

Berliana, dwike andika. (2022). NYERI (HIPERTENSI) PADA Ny.P DI RT.26


WILAYAH PUSKESMAS PEMBANTU PAL IX DUSUN PARIT KELADI
II KABUPATEN KUBU RAYA. Braz Dent J., 33(1), 1–12.

Darmawan, D. (2019). Teori Kebutuhan Maslow. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Jateng
Tahun 2019. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 3511351(24), 61.

Dinkes, jawa tengah. (2021). Jawa Tengah Tahun 2021.

European Society of Cardiology. (2018). 2018 ESC/ESHGuidelines for


58

themanagement ofarterial hypertension The Task Force for the management


of arterial hypertension of the European Society of Cardiology (ESC) and the
European Society of Hypertension (ESH). In Journal of Hypertension (Vol.
25, Issue 6). European Society of Cardiology.
https://doi.org/10.1097/HJH.0b013e3281fc975a

Fabiana Meijon Fadul. (2019). Pengertian Hiperetnsi.

Fitri Tambunan, F., Nurmayni, Rapiq Rahayu, P., Sari, P., Indah Sari, S., Depkes,
Suling, F. R. W., Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D.,
Yulianti, M., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Khie, L.,
Widhani, A., Wijaya, E., … Kesehatan, D. (2021). Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia. In Buku (Vol. 8, Issue 2).

Habel, P. R. G., Silalahi, P. Y., & Taihuttu, Y. (2019). Hubungan Kualitas Tidur
dengan Nyeri Kepala Primer pada Masyarakat Daerah Pesisir Desa Nusalaut,
Ambon. Smart Medical Journal, 1(2), 47.
https://doi.org/10.13057/smj.v1i2.28698

Hadinata, D., & Abdillah, A. J. (2022). Metodologi Keperawatan. In M. H. K.


wahyuni,Sri S.kep.,Ners. (Ed.), Paper Knowledge . Toward a Media History
of Documents (1st ed., Vol. 3, Issue juli). widina bhakti persada bandung.

Handayani, W., Lukman, M., & Mambang Sari, C. W. (2021). Quality of Sleep
Among Elderly with Hypertension at Werdha Institusion in West Java
Province. Journal of Nursing Science Update (JNSU), 9(1), 133–142.
https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.01.17

Hariyono. (2020). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Cardiovaskuler Untuk


Profesi Ners.

Hidayat, S., & Mumpuningtias, E. D. (2018). Terapi Kombinasi Sugesti Dan


Dzikir Dalam Peningkatan Kualitas Tidur Pasien. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan, 6(3), 219. https://doi.org/10.33366/cr.v6i3.953

Kemenkes. (2019). Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number,


59

Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK.”. Kemenkes RI.

Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2011). buku ajar patofisiologi. alih
bahasa oleh Andry Hartono. EGC.

Madeira, A., Wiyono, J., & Ariani, N. L. (2019). Hubungan Gangguan Pola Tidur
Dengan Hipertensi Pada Lansia. Nursing News, 4(1), 29–39.

Mandasari, U. S., Pratiwi, L., & Rizkifani, S. (2022). Identifikasi Penggolongan


Obat Berdasarkan Peresepan Obat Hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah
Sakit. Journal Syifa Sciences and Clinical Research, 4(2), 287–296.
https://doi.org/10.37311/jsscr.v4i2.14028

Marhabatsar, N. S., & Sijid, S. T. A. (2021). Review : Penyakit Hipertensi Pada


Sistem Kardiovaskular. November, 72–78.

Marlene, H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Buku Kedokteran EGC.

Maskanah, S., Suratun, S., Sukron, S., & Tiranda, Y. (2019). Hubungan Aktivitas
Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 4(2), 97–
102. https://doi.org/10.30651/jkm.v4i2.3128

Najib Bustan, M. (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular.


Rineka Cipta.

Neng yulia maudi, Platini, H., & Pebrianti, S. (2021). Aktivitas Fisik Pasien
Hipertensi. Jurnal Keperawatan ’Aisyiyah, 8(1), 25–38.
https://doi.org/10.33867/jka.v8i1.239

Noegroho, R. T. S., Suriadi, & Nurfianti, A. (2017). Hubungan Antara Pola Tidur
Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soedarso Pontianak. Kesehatan, 3, 68.

Novitasari, Diah. (2018). Konsep Teori Hipertensi. Paper Knowledge . Toward a


Media History of Documents, 8–29.

Novitasari, Dwi, & Wirakhmi, I. N. (2018). Penurunan Nyeri Kepala Pada Lansia
60

Dengan Hipertensi Menggunakan Relaksasi Autogenik Di Kelurahan Mersi


Purwokerto. Media Ilmu Kesehatan, 7(2), 104–113.
https://doi.org/10.30989/mik.v7i2.278

Parmilah, P., Maryani, A., & Wulandari, T. S. (2022). Upaya Penyelesaian


Masalah Defisit Pengetahuan Tentang Program Diet Hipertensi Melalui
Tindakan Edukasi Diet. Jurnal Keperawatan Karya Bhakti, 8(2), 50–56.
https://doi.org/10.56186/jkkb.103

PPNI. (2018a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018c). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP PPNI.

Pratiwi, K. A., Ayubbana, S., & Fitri, N. L. (2021). Penerapan Relaksasi Benson
terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Kota Metro.
Jurnal Cendikia Muda, 1(1), 90–97.

Rahma Reza, R., Berawi, K., Karima, N., Budiarto, A., Tidur dalam Manajemen
Kesehatan, F., Fakultas Kedokteran, M., Lampung, U., Biomedik, B.,
Fakultas Kedokteran, F., Psikologi, F., & Jenderal Achmad Yani, U. (2019).
Fungsi Tidur dalam Manajemen Kesehatan Sleep Function in Health
Management. Medical Journal Of Lampung University, 8(2), 247–253.

Riskesdas. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Nasional.pdf. In Lembaga Penerbit


Balitbangkes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Saputra, S., & Huda, S. A. (2023). PENURUNAN NYERI KEPALA MELALUI


TEKNIK RELAKSASI AUTOGENIC PADA PENDERITA HIPERTENSI.
14(1), 345–353.

Saputri, R., Ayubbana, S., & HS, S. A. S. (2022). Penerapan Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Nyeri Kepala Pasien Hipertensi di Ruang Jantung RSUD
Jend. Ahmad Yani Kota Metro. Jurnal Cendikia Muda, 2(2), 506–513.

Sari, N. P. (2020). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hipertensi yang di


61

Rawat di Rumah Sakit. In Journal of Chemical Information and Modeling


(Vol. 53, Issue 9). http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1069/1/KTI Novia
Puspita Sari.pdf

Sari, S. D. (2019). Intervensi Keperawatan Berdasarkan Nic Sebagai Panduan


Perawat Dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Pasien. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1–10.

Suprapto, Hariati, Ningsih, O. S., Solehudin, A. F., Achmad, V. S., Ramadhan


Trybahari Sugiharno, Y. A. U., Wasilah, H., Tondok, S. B., Kismiyati, &
Rahmatillah, N. (2022). Keperawatan Medikal Bedah. In S. T. K. Dr. Neila
Sulung, S.Pd. Ns. M.Kes Rantika Maida Sahara (Ed.), Bcg (Issue 021).
PTGLOBAL EKSEKUTIF TEKNOLOGI.

Tika, T. T. (2021). PENGARUH PEMBERIAN DAUN SALAM (Syzygium


polyanthum) PADA PENYAKIT HIPERTENSI : SEBUAH STUDI
LITERATUR. Jurnal Medika, 03(01), 1260–1265.

Tim Promkes RSST. (2022). Vertigo.

Warijan, W., Wahyudi, T., Astuti, Y., & Rahayu, R. D. (2021). Nursing Care of
Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in
Dr. R. Soetijono Blora Hospital. Jurnal Studi Keperawatan, 2(1), 14–23.
https://doi.org/10.31983/j-sikep.v2i1.6805

Zainuddin, A. (2017). Asupan Natrium Dan Lemak Berhubungan Dengan


Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Poasia Kota Kendari. Seminar
Nasional Teknologi Terapan Berbasis Kearifan Lokal (SNT2BKL), i, 581–
588.

Anda mungkin juga menyukai