Anda di halaman 1dari 9

BAB4

HASIL

Tabel 1. Distribusi Responden menurut Karakteristik Sosiodemografi

Frekuensi
Variabel
n %

Umur (Tahun)
17 – 35 9 3,66
36 – 55 112 45,53
≥ 56 125 50,81
Gender
Laki-laki 107 43,50
Perempuan 139 56,50
Hereditas
Ada 183 74,39
Tidak Ada 63 25,61
Pekerjaan
PNS 68 27,64
Swasta 178 72,36
IMT
18.50–24.99 48 19,51
< 18.50 14 5,69
25.00-29.99 115 46,75
≥ 30.00 69 28,05
Golongan darah
B 134 54,47
O 85 34,55
A 19 7,72
AB 8 3,26
Usia saat didiagnosis DM (Tahun)
17 - 35 32 13,01
36 – 55 144 58,54
≥ 56 70 28,45
Lama menderita DM (Tahun)
1-5 96 39,02
6 – 10 101 41,06
>10 49 19,92
Lanjutan..........

Variabel Frekuensi
n %
Kadar Glukosa Darah Awal (mg/dl)
201 – 300 78 31,71
301 – 400 95 38,62
401 – 500 55 22,36
>500 18 7,31
Kadar Glukosa Darah Tertinggi (mg/dl)
201 – 300 28 11,38
301 – 400 89 36,18
401 – 500 85 34,55
>500 44 17,89
Konsumsi Obat DM
Patuh 128 52,03
Tidak Patuh 118 47,97
Diet DM
Patuh 118 47,97
Tidak Patuh 128 52,03
Kontrol Penyakit
Patuh 135 54,88
Tidak Patuh 111 45,12

Tabel 1 merupakan deskripsi karakteristik responden. Dari tabel 1,

diketahui bahwa jumlah responden terbanyak (50,81%) pada kelompok

usia ≥ 56 tahun dan yang paling sedikit (3,66%) pada kelompok usia 17–

35 tahun.

Dari variabel gender, diketahui bahwa gender perempuan (56,50%) lebih

banyak daripada gender laki-laki (43,50%).


Dalam penelitian ini diketahui bahwa responden yang mempunyai riwayat

hereditas DM lebih banyak daripada responden yang tidak mempunyai

riwayat hereditas DM (74,39% vs 25,61%).

Sebagian besar (72,36%) responden adalah pegawai swasta sedangkan

PNS (27,64%).

Status gizi responden terbanyakpada kelompok overweight (46,75%) dan

yang paling sedikit pada kelompok underweight (5,69%).

Dari variabel golongan darah, diketahui jumlah responden terbanyak

(54,47%) adalah kelompok golongan darah B dan yang paling sedikit

responden dengan golongan darah AB (3,26%).

Responden pada saat didiagnosis DM terbanyak (58,54%) berumur antara

36–55 tahun dan yang paling sedikit (13,01%) pada umur 17-35 tahun.

Dari variabel lama menderita DM, diketahui bahwa jumlah responden

terbanyak (41,06%) menderita DM selama 6-10 tahun dan yang paling

sedikit (19,92 %) menderita DM selama >10 tahun.

Kadar glukosa darah awal pada saat didiagnosis DM, terbanyak (38,62%)

pada rentang 301-400 mg/dl dan terkecil (7,31%) mempunyai kadar

glukosa darah >500 mg/dl.

Dari variabel kadar glukosa darah tertinggi, diketahui bahwa responden

terbanyak (36,18%) memiliki kadar glukosa darah tertinggi 301-400 mg/dl

dan terkecil (11,38%) memiliki kadar glukosa darah tertinggi 201-300

mg/dl.
Sebagian besar responden (52,03%) patuh mengkonsumsi obat DM

sedangkan sebagian kecil (47,97%) tidak patuh.

Persentase responden yang tidak patuh diet DM adalah 52,03% dan yang

patuh diet DM adalah 47,97%.

Sebagian besar responden (54,88%) patuh untuk melakukan kontrol

penyakit sesuai anjuran dokter dan sebagian lagi (45,12%) tidak patuh.
Tabel 2 merupakan deskripsi persentase dari penderita Gagal Ginjal.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan antara umur dengan

kejadian gagal ginjal secara signifikan (p = 0,045; 95% CI = 0,038 –

0,046). Persentase penderita gagal ginjal tertinggi (56,25%) adalah pada

kelompok usia 36-55 tahun dan persentase terkecil (43,75%) adalah pada

kelompok usia ≥56 tahun. Probabilitas kelompok usia ≥56 tahun untuk

menderita gagal ginjal 1,433 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok usia 36-55 tahun.

Dari variabel hereditas DM, diketahui bahwa ada hubungan antara

hereditas DM dengan kejadian gagal ginjal secara signifikan (p = 0,044;

95% CI = 0,040 – 0,048). Responden yang mempunyai riwayat hereditas

DM lebih banyak daripada responden yang tidak mempunyai riwayat

hereditas DM (84,38% vs 15,62%). Probabilitas responden yang

mempunyai riwayat hereditas DM untuk menderita gagal ginjal 1,859 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai

riwayat hereditas.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan antara status gizi

dengan kejadian gagal ginjal secara signifikan (p = 0,038; 95% CI = 0,036

– 0,044). Status gizi penderita gagal ginjal terbanyak (37,50%) pada

kelompok obesitas dan yang paling sedikit (9,37%) pada kelompok

underweight. Probabilitas kelompok underweight untuk menderita gagal

ginjal 1,582 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok IMT normal.
Probabilitas kelompok obesitas untuk menderita gagal ginjal 1,284 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok IMT normal.

Dari variabel golongan darah, diketahui bahwa ada hubungan antara

golongan darah dengan kejadian gagal ginjal secara signifikan (p = 0,045 ;

95% CI = 0,037 – 0,045). Persentase tertinggi (45,31%) adalah kelompok

golongan darah B dan persentase terkecil (7,81%) kelompok golongan

darah AB. Probabilitas kelompok golongan darah B 1,020 lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok golongan darah O. Probabilitas kelompok

golongan darah A 1,362 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok

golongan darah O dan kelompok golongan darah AB 2,309 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan kelompok golongan darah O.


Tabel 3. Dalam penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan antara umur

pada saat didiagnosis DM dengan kejadian gagal ginjal secara signifikan

(p = 0,018). Responden pada saat didiagnosis DM terbanyak (73,44%)

berumur antara 36-55 tahun dan yang paling sedikit (9,37%) pada

umur17-35 tahun. Ada korelasi negatif (r = -0,214) antara usia pada saat

didiagnosis DM dengan kejadian gagal ginjal. Semakin muda usia

seseorang pada saat didiagnosis DM, maka probabilitas terjadinya gagal

ginjal semakin tinggi.

Dari variabel lama menderita DM, diketahui bahwa persentase gagal ginjal

tertinggi (48,44%) adalah responden yang menderita DM >10 tahun dan

persentase terkecil (10,94%) adalah responden yang menderita DM selama

1-5 tahun. Ada korelasi positif (r = 0,464) antara lama menderita DM

dengan kejadian gagal ginjal. Semakin lama menderita DM, maka

probabilitas terjadinya gagal ginjal semakin tinggi.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa kadar glukosa darah awal pada saat

didiagnosis DM, terbanyak (35,94%) pada rentang 401-500 mg/dl dan

terkecil (14,06%) mempunyai kadar glukosa darah 201-300 mg/dl. Ada

korelasi positif (r = 0,375) antara kadar glukosa darah awal dengan

kejadian gagal ginjal. Semakin tinggi kadar glukosa darah awal, maka

probabilitas terjadinya gagal ginjal semakin tinggi.

Dari variabel kadar glukosa darah tertinggi, diketahui bahwa penderita

gagal ginjal terbanyak (39,06%) memiliki kadar glukosa darah tertinggi

>500 mg/dl dan terkecil (7,81%) memiliki kadar glukosa darah tertinggi
201-300 mg/dl. Ada korelasi positif (r = 0,360) antara kadar glukosa darah

tertinggi dengan kejadian gagal ginjal. Semakin tinggi kadar glukosa darah

tertinggi, maka probabilitas terjadinya gagal ginjal semakin tinggi.


Tabel 4. Dari variabel kepatuhan konsumsi obat DM terhadap gagal ginjal,

diketahui Chi square hitung= 42,083 dan Chi square tabel= 3,841 (df = 1,

α = 0,05). Chi square hitung > Chi square tabel  HO ditolak, HA

diterima. Ada hubungan antara kepatuhan konsumsi obat DM dengan

probabilitas gagal ginjal secara signifikan. Persentase reponden gagal

ginjal yang tidak patuh mengkonsumsi obat DM adalah 4,87 kali lebih

tinggi dari yangpatuh mengkonsumsi obat DM (82,81% vs 17,19%).

Dari variabel kepatuhan diet DM terhadap gagal ginjal, diketahui Chi

square hitung= 20,855 dan Chi square tabel= 3,841 (df = 1, α = 0,05).

Chi square hitung > chi square tabel  HO ditolak, HA diterima. Ada

hubungan antara kepatuhan diet DM dengan probabilitas gagal ginjal

secara signifikan. Persentase responden gagal ginjal yang tidak patuh diet

DM adalah 3,27 kali lebih tinggi dari yang patuh diet DM (76,56% vs

23,44%). Dari variabel kepatuhan kontrol penyakit terhadap gagal ginjal,

diketahui Chi square hitung= 17,009 dan Chi square tabel=3,841 (df = 1, α

= 0,05). Chi square hitung > Chi square tabel  HO ditolak, HA diterima.

Ada hubungan antara kepatuhan kontrol penyakit DM dengan probabilitas

gagal ginjal secara signifikan. Persentase responden gagal ginjal yang

tidak patuh untuk melakukan kontrol penyakit sesuai anjuran dokter

adalah 2,048 kali lebih tinggi dari yang patuh (67,19% vs 32,81).

Anda mungkin juga menyukai