diberikan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yakni Kelompok
Pasien Kontrol dan Kelompok Pasien Perlakuan. Sebelum kedua kelompok pasien
dianalisis lebih lanjut perbandingan selisih kadar NLR-nya, maka terlebih dulu dipastikan
bahwa kedua kelompok pasien tersebut memiliki karakteristik dasar yang tidak berbeda
signifikan dalam beberapa aspek dasar, seperti rata-rata usia, jenis kelamin, BMI, komorbid
awal, suplementasi oksigen awal, onset, neutrofil, limfosit, sofa score-nya. Hal ini dilakukan
untuk memastikan bahwa tidak ada faktor-faktor lain selain perlakuan (pemberian ketamin)
yang diberikan yang turut mempengaruhi perbedaan selisih kadar NLR kedua kelompok
pasien yang dibandingkan. Hal ini dilakukan agar hasil analisis perbedaan rata-rata selisih
Jika kondisi awal kedua kelompok pasien dari awal sudah berbeda signifikan, maka
hal ini tentunya membuat analisis perbandingan rata-rata selisih kadar NLR antar kedua
kelompok pasien menjadi kurang tepat untuk dilakukan karena terpengaruh oleh kondisi
awal (bawaan) pasien. Metode analisis yang dilakukan adalah dengan analisis statistika
inferensia, yakni menggunakan uji t dua sampel bebas untuk variabel usia, BMI, onset,
neutrofil, limfosit dan SOFA score dan menggunakan uji chi square untuk variabel jenis
kelamin, komorbid awal, dan suplementasi oksigen awal. Uji t dua sampel bebas digunakan
untuk memastikan bahwa rata-rata usia, BMI, nutrrofil, limfosit, onset dan SOFA score
kedua kelompok pasien tidak berbeda signifikan. Sedangkan uji chi square digunakan untuk
oksigen awal tidak berhubungan signifikan dengan klasifikasi pasien (kontrol dan
perlakuan). Dalam konteks penelitian ini, dapat pula dikatakan bahwa uji chi square
digunakan untuk mengetahui apakah komposisi jenis kelamin, banyaknya komorbid, dan
suplementasi oksigen awal antar kedua kelompok pasien tidak berbeda signifikan.
5.1 Karakteristik Demografi Pasien
Keterangan : Jika P value <0.05 berarti terdapat perbedaan signifikan dan jika P
value>0,05 berarti tidak terdapat perbedaan signifikan
Berdasarkan data tabel karakteristik pasien diatas dijelaskan bahwa usia pasien
kelompok kontrol rentang usia 40-49 tahun yakni 4 orang dan rentang 50-59 tahun yakni 6
orang dengan rata-rata usia pasien 51 tahun sedangkan pada kelompok perlakuan rentang
usia 40-49 tahun yakni 4 orang dan rentang usia 50-59 tahun yakni 7 orang. Dalam hal ini
rata-rata usia pada kelompok perlakuan lebih tinggi yakni 52 tahun sedangkan kelompok
kontrol 51 tahun.
Dari tabel diatas juga dijelaskan bahwa BMI pada kelompok kontrol dan perlakuan
sama-sama diatas 30, pada kelompok kontrol BMI 32 sedangkan pada kelompok perlakuan
33. Pada tabel diatas juga disebutkan pada kelompok kontrol jenis kelamin laki-laki 7 orang
perempuan berjumlah 5. Pada kedua kelompok didapatkan data bahwa laki-laki lebih
Pada kedua kelompok juga dapat diketahui data komorbid awal masing-masing
pasien pada kedua kelompok. Pada kelompok kontrol yang mempunyai riwayat hipertensi
orang, sisanya tidak mempunyai riwayat komorbid, pada kelompok perlakuan yang
Dari tabel diatas juga dijelaskan onset dan suplementasi oksigen awal pasien ketika
tiba di ICU. Onset disini maksudnya adalah hari dimana pasien merasakan gejala awal
sampai dirawat di ICU Incovid. Pada kelompok kontrol rata-rata pada hari ke 6 sedangkan
pada kelompok perlakuan pada hari ke 5. Untuk terapi oksigen awal pasien pada kelompok
kontrol, 4 orang menggunakan NIV, 5 orang intubasi dan 1 orang HFNC, sedangkan pada
Berdasarkan uji t dua sampel, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi uji (p-value)
dari 11 variabel (Usia, BMI, Onset, SOFA Score, Neutrofil, Hb, Leukosit, Procalcitonin,
Ferritin, PaO2, dan SpO2) lebih besar dari taraf nyata 5%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Usia, BMI, Onset, SOFA Score, Neutrofil, Hb, Leukosit,
Procalcitonin, Ferritin, PaO2, dan SpO2 antar kedua kelompok pasien tidak berbeda
signifikan. Sedangkan untuk variabel Limfosit, berdasarkan hasil uji t dua sampel bebas
nilai signifikansinya (p-value) lebih kecil dari taraf nyata 5%. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan rata-rata limfosit yang signifikan antara kelompok pasien kontrol
Pada variabel leukosit dari uji homogenitas tidak terpenuhi maka digunakan uji Mann
Whitney. Pada uji Mann Whitney dapat diketahui bahwa nilai ujinya lebih besar dari taraf
nyata 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai tengah kadar leukosit antar
Oleh karena data jenis kelamin, komorbid dan dan suplementasi oksigen merupakan
data nominal atau kategorikal, maka uji t dua sampel bebas tidak bisa digunakan. Uji yang
dapat digunakan untuk dua variabel berskala nominal adalah uji chi square. Berdasarkan
hasil uji chi square, nilai signifikansi uji (p-value) dari ketiga pengujian bernilai lebih besar
dari taraf nyata 5%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara kedua kelompok pasien dengan jenis kelamin, komorbid awal dan
suplementasi oksigen awal. Dengan kata lain, dapat juga disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan komposisi jenis kelamin, banyaknya komorbid awal dan suplementasi oksigen
Dari tabel diatas juga dijelaskan bahwa hasil uji normalitas nilai signifikansi uji
kolomogorov smirnov (p-value) untuk sebelas variabel di kedua kelompok sampel bernilai
lebih besar dari taraf nyata 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi
normalitas data Usia, BMI, Onset, SOFA Score, Neutrofil, Hb, Leukosit, Procalcitonin,
Sebelum dilakukan uji perbandingan kadar NLR antara kedua kelompok pasein
setelah diberi perlakuan, perlu terlebih dulu dipastikan bahwa rata-rata kadar NLR kedua
kelompok pasien sebelum diberi perlakuan tidak berbeda signifikan. Akan menjadi sebuah
informasi yang bias ketika membandingkan dua kelompok pasien yang rata-rata kadar
NLR-nya sudah berbeda dari awal (sebelum diberi perlakuan). Deskripsi kadar NLR awal
dari kedua kelompok pasien tersaji pada Tabel 5.2 dan Gambar 5,1 berikut.
Tabel 5.2. Deskripsi Kadar NLR Awal Kedua Kelompok Pasien Sebelum Diberi Perlakuan
6.00
4.00
2.00
0.00
Kontrol Perlakuan
kelompok pasien perlakuan sedikit lebih tinggi daripada rata-rata kadar NLR awal kelompok
pasien kontrol. Berdasarkan nilai koefisien keragamannya, dapat diketahui bahwa variasi
kadar NLR awal kedua kelompok pasien cukup tinggi, yakni 40-50%. Hal ini menunjukkan
kondisi NLR awal pasien sangat bervariasi. Besarnya variasi ini menjadikan selang
kepercayaan 95% bagi mean kadar NLR awal kedua kelompok sampel cukup lebar.
Dengan tingkat kepercayaan 95%, disimpulkan bahwa nilai tengah kadar NLR awal
kelompok pasien kontrol terletak antara 5.7244 hingga 12.296, sedangkan nilai tengah
kadar NLR awal kelompok pasien perlakuan terletak antara 7.9348 hingga 13.8143.
berdasarkan selang kepercayaan ini sebenarnya sudah bisa diketahui bahwa rata-rata
5.3 Uji Perbandingan Perubahan Kadar NLR Kedua Kelompok Pasien (Setelah
Perlakuan)
Setelah sampel diberi perlakuan dan diperiksa kembali kadar NLR-nya pada jam ke
24, kemudian dihitung selisih antara kadar NLR sesudah dengan sebelum diberi perlakuan.
Data selisih (perubahan) kadar NLR tersebut kemudian dibandingkan antara kelompok
pasien kontrol dengan kelompok pasien yang diberi perlakuan. Perbandingan rata-rata
perubahan kadar NLR sesudah diberi perlakuan antar kedua kelompok pasien dapat dilihat
2.00
Selisih Kadar NLR
1.00
0.00
-1.00
-2.00
-2.16
-3.00
Kontrol Perlakuan
Gambar 5.2 Perbandingan Rata-rata Selisih Kadar NLR antar Kedua Kelompok Pasien
Dari grafik di atas, terlihat jelas perbedaan antara perubahan kadar NLR antar kedua
kelompok pasien. Pasien yang hanya diberi perlakuan Dexmedetomidin saja cenderung
Untuk memastikan apakah terdapat perbedaan rata-rata selisih kadar NLR antar
kedua kelompok pasien, dapat dilakukan uji beda nilai tengah dua sampel bebas. Uji yang
dapat diigunakan adalah uji t dua sampel bebas atau uji Mann-Whitney jika asumsi uji t dua
sampel bebas tidak terpenuhi. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, ada dua asumsi
uji t dua sampel bebas yang harus dipenuhi, yakni data kedua kelompok pasien menyebar
Tabel 5.3 Hasil Uji Mann-Whitney Perbandingan Nilai Tengah Perubahan Kadar NLR
Kedua Kelompok Pasien
Test Statisticsa
NLR
Mann-Whitney U 14.000
Wilcoxon W 80.000
Z -2.887
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.004
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] (p value) 0.003
Dari hasil uji Mann-Whitney di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi ujinya
lebih kecil dari taraf nyata 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan rata-rata perubahan kadar NLR yang signifikan antara kelompok pasien yang
pada pasien Covid-19 memberikan efek (pengaruh) pada perubahan kadar NLR yang
Selain perbandingan perubahan kadar NLR antar kedua kelompok pasien, dapat juga
dilakukan perbandingan antara kadar NLR sebelum dengan kadar NLR sesudah pemberian
sebelum dan sesudah diberi perlakuan antar kedua kelompok pasien dapat dilihat pada
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
Kontrol Perlakuan
Gambar 5.3 Perbandingan rata-rata kadar nlr kedua kelompok pasien sebelum dan
sesudah diberi perlakuan
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata kadar NLR pasien perlakuan setelah
daripada kadar NLR sebelum diberi perlakuan. Sedangkan rata-rata kadar NLR pasien
kontrol setelah hanya diberi perlakuan Dexmedetomidin justru lebih tinggi (mengalami
Tabel 5.4 Hasil Uji t Dua Sampel Berpasangan Perbandingan Kadar NLR Sebelum Dan
Paired Differences
Sig.
90% Confidence (2-
Std. T Df
Std. Interval of the tailed)
Mean Error
Deviation Difference P value
Mean
Lower Upper
Pair NLR_24_Kontrol -
1 NLR_0_Kontrol 2.57100 3.06302 .96861 .79542 4.34658 2.654 9 0.026
Pair NLR_24_Perlakuan -
2 NLR_0_Perlakuan
-2.16182 3.38251 1.01987 -4.01029 -.31335 -2.120 10 0.060
Keterangan : Jika P value <0.05 berarti terdapat perbedaan signifikan dan jika P value
>0,05 berarti tidak terdapat perbedaan signifikan
Berdasarkan hasil uji t dua sampel berpasangan di atas dapat diketahui bahwa rata-
rata selisih kadar NLR sesudah dan sebelum perlakuan pada kelompok pasien kontrol
bernilai positif (2,57100) dengan nilai signifikansi uji sebesar 0,026 (lebih kecil dari taraf
nyata 0,05 ataupun 0,10). Hal ini berarti bahwa dengan resiko kesalahan sebesar 2,6%
dapat dikatakan bahwa rata-rata kadar NLR sesudah perlakuan pada pasien kontrol
meningkat secara signifikan jika dibandingkan dengan rata-rata kadar NLR sebelum diberi
perlakuan. Sedangkan pada pasien perlakuan, diketahui bahwa rata-rata selisih kadar NLR
sesudah dengan sebelum perlakuan bernilai negatif (-2,16182) dengan nilai signifikansi uji
sebesar 0.060. Hal ini berarti bahwa dengan resiko kesalahan sebesar 6%, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata kadar NLR pasien sesudah diberi perlakuan Dexmedetomidin
ditambah ketamin lebih rendah daripada rata-rata kadar NLR pasien sebelum diberi
perlakuan.
5.5 Uji Perbandingan Kadar Neutrofil Sebelum Perlakuan (sedasi dexmedetomidin)
Dari grafik pada gambar di atas dapat dilihat bahwa rata-rata neutrofil dari kedua kelompok
memastikan hal ini perlu dilakukan uji statistik inferensia, yakni uji beda nilai tengah dua
sampel berpasangan.
Tabel 5.5. Hasil Uji t Dua Sampel Berpasangan Perbandingan Kadar Neutrofil Sebelum dan
Sesudah Perlakuan pada Kedua Kelompok Pasien
Paired Samples Test
Paired Differences
Sig.
95% Confidence
Std. Std. (2-
Interval of the t df
Mean Deviatio Error tailed
Difference
n Mean )
Lower Upper
Pai Neu_Sebelum_Dex - -
5.6540 20.3145 6.4240 20.1861 0.88
r 1 Neu_Sesudah_Dex 8.8781 9 0.402
0 4 2 5 0
5
Pai Neu_Sebelum_Dex+Ke
-
r2 t 3.5363 2.7572 1.28 1
9.14476 2.6071 9.67989 0.229
Neu_Sesudah_Dex+Ke 6 5 3 0
7
t
Berdasarkan hasil uji t dua sampel berpasangan di atas, dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi uji baik itu pada kontrol maupun perlakuan lebih besar dari taraf nyata yakni
0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata kadar neutrofil yang
signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian perlakuan, baik itu kelompok pasien
ditambah Ketamin tidak berpengaruh signifikan terhadap naik turunnya kadar neutrofil
pasien.
5.6 Uji Perbandingan Kadar Limfosit Sebelum Perlakuan ( sedasi dexmedetomidin)
6.02
6.00
4.00
2.00
0.00
Kontrol Perlakuan
Dari grafik pada gambar di atas dapat dilihat bahwa rata-rata kadar limfosit dari kelompok
pasien kontrol cenderung mengalami penurunan setelah diberi perlakuan. Sedangkan pada
Namun, untuk memastikan hal tersebut perlu dilakukan uji statistik inferensia, yakni uji beda
Paired Differences
Sig.
95% Confidence
Std. Std. (2-
Interval of the t df
Mean Deviatio Error tailed
Difference
n Mean )
Lower Upper
Pai Lim_Sebelum_Kontrol - -
r 1 Lim_Sesudah_Kontrol 2.3160 2.5472 8.0782 0.90
8.05505 3.4462 9 0.057
0 3 4 9
4
Pai Lim_Sebelum_Perlakua
- - -
r2 n- 0.5854 0.5471 1
0.7572 1.94172 2.0617 1.29 0.025
Lim_Sesudah_Perlakua 5 9 0
7 4 3
n
Berdasarkan hasil uji t dua sampel berpasangan di atas, dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi uji pada kontrol lebih besar dari taraf nyata 0.05. Sedangkan pada kelompok
perlakuan lebih kecil dari taraf nyata 0.05 Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
rata-rata kadar limfosit yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.