Anda di halaman 1dari 14

BAB V

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Pasien Covid-19 terkonfirmasi yang dirawat di ICU berdasarkan perlakuan yang

diberikan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yakni Kelompok

Pasien Kontrol dan Kelompok Pasien Perlakuan. Sebelum kedua kelompok pasien

dianalisis lebih lanjut perbandingan selisih kadar NLR-nya, maka terlebih dulu dipastikan

bahwa kedua kelompok pasien tersebut memiliki karakteristik dasar yang tidak berbeda

signifikan dalam beberapa aspek dasar, seperti rata-rata usia, jenis kelamin, BMI, komorbid

awal, suplementasi oksigen awal, onset, neutrofil, limfosit, sofa score-nya. Hal ini dilakukan

untuk memastikan bahwa tidak ada faktor-faktor lain selain perlakuan (pemberian ketamin)

yang diberikan yang turut mempengaruhi perbedaan selisih kadar NLR kedua kelompok

pasien yang dibandingkan. Hal ini dilakukan agar hasil analisis perbedaan rata-rata selisih

kadar NLR antara kedua kelompok pasien tidak bias.

Jika kondisi awal kedua kelompok pasien dari awal sudah berbeda signifikan, maka

hal ini tentunya membuat analisis perbandingan rata-rata selisih kadar NLR antar kedua

kelompok pasien menjadi kurang tepat untuk dilakukan karena terpengaruh oleh kondisi

awal (bawaan) pasien. Metode analisis yang dilakukan adalah dengan analisis statistika

inferensia, yakni menggunakan uji t dua sampel bebas untuk variabel usia, BMI, onset,

neutrofil, limfosit dan SOFA score dan menggunakan uji chi square untuk variabel jenis

kelamin, komorbid awal, dan suplementasi oksigen awal. Uji t dua sampel bebas digunakan

untuk memastikan bahwa rata-rata usia, BMI, nutrrofil, limfosit, onset dan SOFA score

kedua kelompok pasien tidak berbeda signifikan. Sedangkan uji chi square digunakan untuk

memastikan bahwa komposisi jenis kelamin, banyaknya komorbid, dan suplementasi

oksigen awal tidak berhubungan signifikan dengan klasifikasi pasien (kontrol dan

perlakuan). Dalam konteks penelitian ini, dapat pula dikatakan bahwa uji chi square

digunakan untuk mengetahui apakah komposisi jenis kelamin, banyaknya komorbid, dan

suplementasi oksigen awal antar kedua kelompok pasien tidak berbeda signifikan.
5.1 Karakteristik Demografi Pasien

Tabel 5.1 Hasil Karakteristik Dasar Sampel Penelitian


Mean (CI 95% for Mean) /
Variable Frequency (Percent) Normalitas p-value
Kontrol Perlakuan
Usia(dalam tahun) 51 tahun (45 - 57 tahun) 52 tahun (46 - 58 tahun)
 <20 0 0
 20-29 0 0
 30-39 0 0
√ 0.788
 40-49 4 4
 50-59 6 7
 >60 0 0

BMI (n) 32 (30 - 34) 33 (31 - 35)


 < 18.5 0 0
 18,5-24,9 0 0
√ 0.476
 25-29,9 0 0
 >30 10 11

L = 7 (70%) L = 6 (54.5%) 0.466


Jenis Kelamin -
P = 3 (30%) P = 5 (45.5%)
0 komorbid = 5 (50%) 0 komorbid = 4 (36.4%)
Hipertensi = 1 (10%) Hipertensi = 2 (18.2%)
Hipertensi + DM = 3 Hipertensi + DM = 5
Komorbid (30%) (45.5%) - 0.593
Hipertensi + DM + Hipertensi + DM +
Penyakit jantung = 1 Penyakit jantung = 0
(10%) (0.0%)
Hipertensi 1 (10%) 2 (18.2%) - 0,413

DM 2 (20%) 3 (29,2 %) - 0.506

Penyakit Jantung 1 (10%) 0 (0%) - 0.522

Suplementasi O2 NIV = 4 (40%) NIV = 2 (18.2%)


Intubasi = 5 (50%) Intubasi = 8 (72.7%) - 0.518
HFNC = 1 (10%) HFNC = 1 (9.1%)
Onset 6 5.5 √ 0.767

SOFA 154.0 (109.7 – 198.3) 154.9 (116.1 – 193.7) √ 0.973

Limfosit 11.1 (8.9 – 13.3) 7.0 (5.8 – 8.3) √ 0.001**

Neutrofil 80.9 (71.3 – 90.5) 90.2 (80.6 – 99.8) √ 0.142

Hb 11.72 (10.91 – 12.53) 11.64 (10.95 – 12.32) √ 0.860

Leukosit 11205 (7363 – 15047) 9849 (7979 – 11719) X 0.888

Procalcitonin 1.61 (0.73 – 2.49) 1.67 (0.88 – 2.47) √ 0.907

Ferritin 325.9 (134.0 – 517.8) 266.7 (140.7 – 392.8) √ 0.562

PaO2 87.80 (77.23 – 98.37) 81.27 (74.08 – 88.47) √ 0.257


Pf Ratio 168 (96-261) 204.3 (144-251) √ 0.332

SpO2 90.9 (88.3 – 93.5) 91.8 (90.6 – 93.1) √ 0.467

Keterangan : Jika P value <0.05 berarti terdapat perbedaan signifikan dan jika P
value>0,05 berarti tidak terdapat perbedaan signifikan

Berdasarkan data tabel karakteristik pasien diatas dijelaskan bahwa usia pasien

kelompok kontrol rentang usia 40-49 tahun yakni 4 orang dan rentang 50-59 tahun yakni 6

orang dengan rata-rata usia pasien 51 tahun sedangkan pada kelompok perlakuan rentang

usia 40-49 tahun yakni 4 orang dan rentang usia 50-59 tahun yakni 7 orang. Dalam hal ini

rata-rata usia pada kelompok perlakuan lebih tinggi yakni 52 tahun sedangkan kelompok

kontrol 51 tahun.

Dari tabel diatas juga dijelaskan bahwa BMI pada kelompok kontrol dan perlakuan

sama-sama diatas 30, pada kelompok kontrol BMI 32 sedangkan pada kelompok perlakuan

33. Pada tabel diatas juga disebutkan pada kelompok kontrol jenis kelamin laki-laki 7 orang

sedangkan perempuan 3 orang, pada kelompok perlakuan laki-laki berjumlah 6 dan

perempuan berjumlah 5. Pada kedua kelompok didapatkan data bahwa laki-laki lebih

banyak dibanding perempuan.

Pada kedua kelompok juga dapat diketahui data komorbid awal masing-masing

pasien pada kedua kelompok. Pada kelompok kontrol yang mempunyai riwayat hipertensi

1 orang, hipertensi ditambah DM 3 orang, hipertensi ditambah DM dan penyakit jantung 1

orang, sisanya tidak mempunyai riwayat komorbid, pada kelompok perlakuan yang

mempunyai riwayat hipertensi 2 orang, hipertensi ditambah DM 5 orang, sisanya tidak

mempunyai riwayat komorbid.

Dari tabel diatas juga dijelaskan onset dan suplementasi oksigen awal pasien ketika

tiba di ICU. Onset disini maksudnya adalah hari dimana pasien merasakan gejala awal

sampai dirawat di ICU Incovid. Pada kelompok kontrol rata-rata pada hari ke 6 sedangkan

pada kelompok perlakuan pada hari ke 5. Untuk terapi oksigen awal pasien pada kelompok
kontrol, 4 orang menggunakan NIV, 5 orang intubasi dan 1 orang HFNC, sedangkan pada

kelompok perlakuan 2 orang NIV, 8 intubasi dan 1 orang HFNC.

Berdasarkan uji t dua sampel, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi uji (p-value)

dari 11 variabel (Usia, BMI, Onset, SOFA Score, Neutrofil, Hb, Leukosit, Procalcitonin,

Ferritin, PaO2, dan SpO2) lebih besar dari taraf nyata 5%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa rata-rata Usia, BMI, Onset, SOFA Score, Neutrofil, Hb, Leukosit,

Procalcitonin, Ferritin, PaO2, dan SpO2 antar kedua kelompok pasien tidak berbeda

signifikan. Sedangkan untuk variabel Limfosit, berdasarkan hasil uji t dua sampel bebas

nilai signifikansinya (p-value) lebih kecil dari taraf nyata 5%. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan rata-rata limfosit yang signifikan antara kelompok pasien kontrol

dengan kelompok pasien yang diberi perlakuan.

Pada variabel leukosit dari uji homogenitas tidak terpenuhi maka digunakan uji Mann

Whitney. Pada uji Mann Whitney dapat diketahui bahwa nilai ujinya lebih besar dari taraf

nyata 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai tengah kadar leukosit antar

kedua kelompok pasien tidak berbeda secara signifikan.

Oleh karena data jenis kelamin, komorbid dan dan suplementasi oksigen merupakan

data nominal atau kategorikal, maka uji t dua sampel bebas tidak bisa digunakan. Uji yang

dapat digunakan untuk dua variabel berskala nominal adalah uji chi square. Berdasarkan

hasil uji chi square, nilai signifikansi uji (p-value) dari ketiga pengujian bernilai lebih besar

dari taraf nyata 5%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara kedua kelompok pasien dengan jenis kelamin, komorbid awal dan

suplementasi oksigen awal. Dengan kata lain, dapat juga disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan komposisi jenis kelamin, banyaknya komorbid awal dan suplementasi oksigen

awal antar kedua kelompok pasien.

Dari tabel diatas juga dijelaskan bahwa hasil uji normalitas nilai signifikansi uji

kolomogorov smirnov (p-value) untuk sebelas variabel di kedua kelompok sampel bernilai

lebih besar dari taraf nyata 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi
normalitas data Usia, BMI, Onset, SOFA Score, Neutrofil, Hb, Leukosit, Procalcitonin,

Ferritin, PaO2, dan SpO2 telah terpenuhi.


5.2 Analisa NLR Awal Kedua Kelompok

Sebelum dilakukan uji perbandingan kadar NLR antara kedua kelompok pasein

setelah diberi perlakuan, perlu terlebih dulu dipastikan bahwa rata-rata kadar NLR kedua

kelompok pasien sebelum diberi perlakuan tidak berbeda signifikan. Akan menjadi sebuah

informasi yang bias ketika membandingkan dua kelompok pasien yang rata-rata kadar

NLR-nya sudah berbeda dari awal (sebelum diberi perlakuan). Deskripsi kadar NLR awal

dari kedua kelompok pasien tersaji pada Tabel 5.2 dan Gambar 5,1 berikut.

Tabel 5.2. Deskripsi Kadar NLR Awal Kedua Kelompok Pasien Sebelum Diberi Perlakuan

Statistik Kontrol Perlakuan

Mean 9.01 10.87


Standar Deviasi 4.5887 4.3759
Koefisien Keragaman 50.95% 40.24%
Standar Error 1.4511 1.3194
Selang Kepercayaan 95% bagi 9.01 ± 3.2826 10.87 ± 2.9398
Mean (5.7244 - 12.296) (7.9348 - 13.8143)

Perbandingan Rata-rata Kadar NLR Kedua Kelompok Pasien


Sebelum Diberi Perlakuan
12.00 10.87
10.00 9.01
8.00
Kadar NLR

6.00
4.00
2.00
0.00
Kontrol Perlakuan

Gambar 5.1 Perbandingan Rata-rata Kadar NLR Kedua Kelompok Pasien


Sebelum Diberi Perlakuan
Dari Tabel 5.2 dan Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar NLR awal

kelompok pasien perlakuan sedikit lebih tinggi daripada rata-rata kadar NLR awal kelompok

pasien kontrol. Berdasarkan nilai koefisien keragamannya, dapat diketahui bahwa variasi

kadar NLR awal kedua kelompok pasien cukup tinggi, yakni 40-50%. Hal ini menunjukkan

kondisi NLR awal pasien sangat bervariasi. Besarnya variasi ini menjadikan selang

kepercayaan 95% bagi mean kadar NLR awal kedua kelompok sampel cukup lebar.

Dengan tingkat kepercayaan 95%, disimpulkan bahwa nilai tengah kadar NLR awal

kelompok pasien kontrol terletak antara 5.7244 hingga 12.296, sedangkan nilai tengah

kadar NLR awal kelompok pasien perlakuan terletak antara 7.9348 hingga 13.8143.

berdasarkan selang kepercayaan ini sebenarnya sudah bisa diketahui bahwa rata-rata

kadar NLR awal kedua kelompok pasien tidak berbeda signifikan.

5.3 Uji Perbandingan Perubahan Kadar NLR Kedua Kelompok Pasien (Setelah

Perlakuan)

Setelah sampel diberi perlakuan dan diperiksa kembali kadar NLR-nya pada jam ke

24, kemudian dihitung selisih antara kadar NLR sesudah dengan sebelum diberi perlakuan.

Data selisih (perubahan) kadar NLR tersebut kemudian dibandingkan antara kelompok

pasien kontrol dengan kelompok pasien yang diberi perlakuan. Perbandingan rata-rata

perubahan kadar NLR sesudah diberi perlakuan antar kedua kelompok pasien dapat dilihat

pada gambar 5.2 berikut.


Perbandingan Rata-rata Selisih Kadar NLR
(Sesudah Perlakuan - Sebelum Perlakuan)
Antar Kedua Kelompok Pasien
3.00 2.57

2.00
Selisih Kadar NLR

1.00

0.00

-1.00

-2.00
-2.16
-3.00
Kontrol Perlakuan

Gambar 5.2 Perbandingan Rata-rata Selisih Kadar NLR antar Kedua Kelompok Pasien

Dari grafik di atas, terlihat jelas perbedaan antara perubahan kadar NLR antar kedua

kelompok pasien. Pasien yang hanya diberi perlakuan Dexmedetomidin saja cenderung

mengalami peningkatan kadar NLR, sedangkan pasien yang diberi perlakuan

Dexmedetomidin ditambah ketamin cenderung mengalami penurunan kadar NLR.

Untuk memastikan apakah terdapat perbedaan rata-rata selisih kadar NLR antar

kedua kelompok pasien, dapat dilakukan uji beda nilai tengah dua sampel bebas. Uji yang

dapat diigunakan adalah uji t dua sampel bebas atau uji Mann-Whitney jika asumsi uji t dua

sampel bebas tidak terpenuhi. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, ada dua asumsi

uji t dua sampel bebas yang harus dipenuhi, yakni data kedua kelompok pasien menyebar

normal dan ragam antar kedua kelompok pasien homogen.

Tabel 5.3 Hasil Uji Mann-Whitney Perbandingan Nilai Tengah Perubahan Kadar NLR
Kedua Kelompok Pasien

Test Statisticsa
NLR
Mann-Whitney U 14.000
Wilcoxon W 80.000
Z -2.887
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.004
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] (p value) 0.003
Dari hasil uji Mann-Whitney di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi ujinya

lebih kecil dari taraf nyata 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan rata-rata perubahan kadar NLR yang signifikan antara kelompok pasien yang

diberi perlakuan (Dexmedetomidin ditambah ketamin) dengan kelompok pasien kontrol

(Dexmedetomidin saja). Dengan kata lain, pemberian Dexmedetomidin ditambah ketamin

pada pasien Covid-19 memberikan efek (pengaruh) pada perubahan kadar NLR yang

berbeda signifikan dengan kelompok pasien yang hanya diberi Dexmedetomidin.

5.4 Uji Perbandingan Kadar NLR Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Selain perbandingan perubahan kadar NLR antar kedua kelompok pasien, dapat juga

dilakukan perbandingan antara kadar NLR sebelum dengan kadar NLR sesudah pemberian

perlakuan pada masing-masing kelompok pasien. Perbandingan rata-rata kadar NLR

sebelum dan sesudah diberi perlakuan antar kedua kelompok pasien dapat dilihat pada

gambar 5.2 berikut.

Perbandingan Rata-rata Kadar NLR Kedua Kelompok Pasien


Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan
14.00
11.58
12.00 10.87
10.00 9.01 8.71
Kadar NLR

8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
Kontrol Perlakuan

NLR Sebelum NLR Sesudah

Gambar 5.3 Perbandingan rata-rata kadar nlr kedua kelompok pasien sebelum dan
sesudah diberi perlakuan

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata kadar NLR pasien perlakuan setelah

diberi perlakuan Dexmedetomidin ditambah ketamin lebih rendah (mengalami penurunan)

daripada kadar NLR sebelum diberi perlakuan. Sedangkan rata-rata kadar NLR pasien
kontrol setelah hanya diberi perlakuan Dexmedetomidin justru lebih tinggi (mengalami

peningkatan) daripada kadar NLR sebelum diberi perlakuan.

Tabel 5.4 Hasil Uji t Dua Sampel Berpasangan Perbandingan Kadar NLR Sebelum Dan

Sesudah Perlakuan Pada Kedua Kelompok Pasien

Paired Differences
Sig.
90% Confidence (2-
Std. T Df
Std. Interval of the tailed)
Mean Error
Deviation Difference P value
Mean
Lower Upper
Pair NLR_24_Kontrol -
1 NLR_0_Kontrol 2.57100 3.06302 .96861 .79542 4.34658 2.654 9 0.026

Pair NLR_24_Perlakuan -
2 NLR_0_Perlakuan
-2.16182 3.38251 1.01987 -4.01029 -.31335 -2.120 10 0.060

Keterangan : Jika P value <0.05 berarti terdapat perbedaan signifikan dan jika P value
>0,05 berarti tidak terdapat perbedaan signifikan

Berdasarkan hasil uji t dua sampel berpasangan di atas dapat diketahui bahwa rata-

rata selisih kadar NLR sesudah dan sebelum perlakuan pada kelompok pasien kontrol

bernilai positif (2,57100) dengan nilai signifikansi uji sebesar 0,026 (lebih kecil dari taraf

nyata 0,05 ataupun 0,10). Hal ini berarti bahwa dengan resiko kesalahan sebesar 2,6%

dapat dikatakan bahwa rata-rata kadar NLR sesudah perlakuan pada pasien kontrol

meningkat secara signifikan jika dibandingkan dengan rata-rata kadar NLR sebelum diberi

perlakuan. Sedangkan pada pasien perlakuan, diketahui bahwa rata-rata selisih kadar NLR

sesudah dengan sebelum perlakuan bernilai negatif (-2,16182) dengan nilai signifikansi uji

sebesar 0.060. Hal ini berarti bahwa dengan resiko kesalahan sebesar 6%, dapat

disimpulkan bahwa rata-rata kadar NLR pasien sesudah diberi perlakuan Dexmedetomidin

ditambah ketamin lebih rendah daripada rata-rata kadar NLR pasien sebelum diberi

perlakuan.
5.5 Uji Perbandingan Kadar Neutrofil Sebelum Perlakuan (sedasi dexmedetomidin)

dan Sesudah Perlakuan (sedasidexmedetomidin ditambah ketamin)

Gambar 5.4 Perbandingan Kadar Neutrofil Sebelum (dexmedetomdine) dan Sesudah


Perlakuan (dexmedetomidin+ketamin)

Dari grafik pada gambar di atas dapat dilihat bahwa rata-rata neutrofil dari kedua kelompok

pasien cenderung mengalami penurunan setelah diberi perlakuan. Namun, untuk

memastikan hal ini perlu dilakukan uji statistik inferensia, yakni uji beda nilai tengah dua

sampel berpasangan.
Tabel 5.5. Hasil Uji t Dua Sampel Berpasangan Perbandingan Kadar Neutrofil Sebelum dan
Sesudah Perlakuan pada Kedua Kelompok Pasien
Paired Samples Test
Paired Differences
Sig.
95% Confidence
Std. Std. (2-
Interval of the t df
Mean Deviatio Error tailed
Difference
n Mean )
Lower Upper
Pai Neu_Sebelum_Dex - -
5.6540 20.3145 6.4240 20.1861 0.88
r 1 Neu_Sesudah_Dex 8.8781 9 0.402
0 4 2 5 0
5
Pai Neu_Sebelum_Dex+Ke
-
r2 t 3.5363 2.7572 1.28 1
9.14476 2.6071 9.67989 0.229
Neu_Sesudah_Dex+Ke 6 5 3 0
7
t

Berdasarkan hasil uji t dua sampel berpasangan di atas, dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi uji baik itu pada kontrol maupun perlakuan lebih besar dari taraf nyata yakni

0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata kadar neutrofil yang

signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian perlakuan, baik itu kelompok pasien

kontrol (Dexmedetomidin) maupun kelompok pasien perlakuan (Dexmedetomidin ditambah

ketamin). Dengan kata lain, pemberian Dexmedetomidin maupun Dexmedetomidin

ditambah Ketamin tidak berpengaruh signifikan terhadap naik turunnya kadar neutrofil

pasien.
5.6 Uji Perbandingan Kadar Limfosit Sebelum Perlakuan ( sedasi dexmedetomidin)

dan Sesudah Perlakuan (dexmedetomidin + ketamin)

Perbandingan Rata-rata Limfosit Kedua Kelompok Pasien


Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan
12.00 11.10
9.78
10.00
7.78
8.00
Limfosit

6.02
6.00

4.00

2.00

0.00
Kontrol Perlakuan

Limfosit Sebelum Limfosit Sesudah

Gambar 5.5 Perbandingan limfosit kelompok pasien yang mendapatkan sedasi


dexmedetomidin dan dexmedetomidin ditambah ketamin

Dari grafik pada gambar di atas dapat dilihat bahwa rata-rata kadar limfosit dari kelompok

pasien kontrol cenderung mengalami penurunan setelah diberi perlakuan. Sedangkan pada

kelompok pasien perlakuan, rata-rata kadar limfositnya cenderung mengalami peningkatan.

Namun, untuk memastikan hal tersebut perlu dilakukan uji statistik inferensia, yakni uji beda

nilai tengah dua sampel berpasangan.


Tabel 5,6 Hasil Uji t Dua Sampel Berpasangan Perbandingan Kadar Limfosit
Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kedua Kelompok Pasien
Paired Samples Test

Paired Differences

Sig.
95% Confidence
Std. Std. (2-
Interval of the t df
Mean Deviatio Error tailed
Difference
n Mean )

Lower Upper
Pai Lim_Sebelum_Kontrol - -
r 1 Lim_Sesudah_Kontrol 2.3160 2.5472 8.0782 0.90
8.05505 3.4462 9 0.057
0 3 4 9
4
Pai Lim_Sebelum_Perlakua
- - -
r2 n- 0.5854 0.5471 1
0.7572 1.94172 2.0617 1.29 0.025
Lim_Sesudah_Perlakua 5 9 0
7 4 3
n

Berdasarkan hasil uji t dua sampel berpasangan di atas, dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi uji pada kontrol lebih besar dari taraf nyata 0.05. Sedangkan pada kelompok

perlakuan lebih kecil dari taraf nyata 0.05 Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

rata-rata kadar limfosit yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.

Dengan kata lain, pemberian Dexmedetomidin ditambah Ketamin berpengaruh signifikan

terhadap naiknya kadar limfosit pasien.

Anda mungkin juga menyukai