Anda di halaman 1dari 17

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini di uraikan dari penelitian tentang “Faktor – Faktor Kejadian Penyakit Tidak

Menular (Hipertensi dan Dibetes Miletus) Di Desa Cijujung Kabupaten Bogor” Berdasarkan

data yang diperoleh selama masa penelitian . yang pada bulan desember 2022 hingga januari

2023, terdapat 179 responden yang terdiri dari usia lebih dari 18 tahun yang berda di wilayah

Desa Cijujung yang telah mengisi kuisioner dengan wawancara kemudian di rangkum di google

form dan dimasukan ke data exel. Data yang didapa kemudian diolah dan dianalisa untuk

mengetahui hubungan dari masing – masing variable .

5.1 Analisa Univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik

responden berdasarkan ialah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, pola makan, aktifitas

fisik , peranan pelayanan Kesehatan , dan kebiasaan merokok yang merupakan variable

independent dan dan variable dependen ialah kejadian penyakit tidak menular (hipertensi ,

dan diabetes militus)

5.1.1 Disribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Dependen

Ditribusi frekuensi responden berdasarkan variable dependen dalam penelitian ini adalah

kejadian penyakit tidak menular yang menjadi dau kaegorik terjadinya penyakit PTM dan

tidak terjadinya PTM

Tabel 5.1.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Dependen, (n=179)


n %
Iya Memiliki Penyakit PTM (HT & DM) 38 21.2
Penyakit Tidak
Tidak Memiliki Penyakit PTM (HT & DM) 141 78.8
Menular
Total 179 100.0
Berdasarkan table .5.2.1 dapat dilihat bahwa data distribusi frekuensi berdasarkan variabel

dependen didapatkan bahwa dari 179 responden, terdapat 38 responden (21.2%) dengan

kategori Meliliki Penyakit tidak Menular (Hiperensi dan Diabetes Melitus) dan 141

responden (78.8%) Tidak Meliliki Penyakit tidak Menular (Hiperensi dan Diabetes

Melitus) dengan kategori tidak terkena PTM. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar responden tidak memiliki Penyakit Tidak Menular (Hipertensi dan Diabetes

Miletus).

5.1.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Independen

Distribusi frekuensi responden berdasarkan variable independen dalam penelitian ini

terdiri dari factor terjadinya penyakit yang tidak dapat diubah dan factor kejadian penyakit

yang dapat di ubah

Tabel 5.2.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Independen, faktor terjadinya


penyakit yang tidak dapat diubah (n=179)
Variabel n %
Umur >46 tahun 61 34.1
18 – 45 tahun 118 65.9
Jenis Kelamin Laki Laki 51 28.5
Perempuan 128 71.5
Riwayat Penyaki Ada Riwayat Keluarga yang 29 16.2
Keluarga PTM
Tidak Ada Riwayat Keluarga 150 83.8
Yang PTM
Pola Makan Kurang 108 60.3
Cukup 71 37.9
Aktifias Fisik Rendah 94 52.5
Sedang 18 10.1
Tinggi 67 37.4
Peranan Fasyankes Kurang 2 1.1
Kadang – kadang 66 36.9
Selalu 111 62
Kebiasaan Merokok Merokok 168 93.9
Tidak Merokok 11 6.1
Total 179 100
Berdasarkan table 5.2.1 dapat diliha bahwa data ditribusifrekuensi berdasarkan variable

independent yang tidak dapat di ubah bahwa dari 179 responden, Sebagian besar

responden berusia 18-45 tahun dengan jumlah 118 responden (65.9%) dan berusia >46

tahun dengan jumlah 61 responden (34.1%) dengan mayoritas berjenis kelamin

Perempuan 128 respenden (16.2%) dan laki – laki ada 51 responden (28.5%) dan lebih

banyak lagi renponden yang tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita PTM

dengan jumlah 150 respondenn (83.8%).

Berdasarkan table 5.3.1 dapat di disribusikan frekuensi berdasarkan variable independent

yang dapat diubah bahwa dari 179 responden, Sebagian besar pola makan kurang

sebanyak 108 (60.3%) dengan nilai aktifitas fisik yang kurang berjumlah 94 (52.5%).

Dari data ersebu menunjukan meranan pelayanan Kesehatan yang selalu ada atau bisa di

sebut baik dengan jumlah 111(62%) dan di temukan kebiasaan merokok dengan jumlah

168 responden (93.9%)

5.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara

variable dependen (terjadinya PTM) dengan variable independent (umur, jenis kelamin,

Riwayat penyakit keluarga, pola makan, aktifitas fisik, peranan pelayanan kesehatan, dan

kebiasaan merokok), Uji statisik yang digunakan , yaitu Analisa Uji Chi Square dengan

deraja kepercayaan 95% . Penelitian menggunakan Uji Chi Square karena variable

dependen dan independent dalam penelitian ini bersifat kaegorik. Beriku ini merupakan

hasil Analisa bivariat dalam peneletian ini :


5.2.1 Hubungan pola makan dengan terjadinya penyakit tidak menular (PTM)

Tabel 5.2.1

Penderita PTM
Total OR P
Pola Makan Tidak Iya
(95% CI) Value
n % n % n %
Kurang 94 87.0 14 13.0 108 100 0.292 0.02
Cukup 47 66.2 24 33.8 71 100 0.138 – 0.615
Jumlah 141 78.8 38 21.2 179 100

Berdasarkan tabel 5.2.1 Hasil analisa hubungan antara pola makan dengan penderita PTM,

terdapat 24 (33.8%) partisipan yang tidak menderita PTM dengan pola makan cukup.

Sedangkan diantara partisipan dengan pola makan kurang terdapat 14 (13%) yang tidak

menderita PTM. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.02 yang berarti ada hubungan antara

pola makan dengan kejadian PTM. Diperoleh juga nilai OR = 0.292, yang berarti pola

makan cukup memiliki peluang 0.2 kali untuk menderita PTM.

5.2.2 Hubungan aktifitas fisik dengan terjadinya penyakit tidak menular (PTM)

Tabel 5.2.2

Penderita PTM
Total OR P
Aktifitas Fisik Tidak Iya
(95% CI) Value
n % n % n %
Rendah 79 84.0 15 16.0 95 100 1.519 0.025
Sedang 10 55.6 8 44.4 18 100 0.685 – 3.370
0.361
Tinggi 52 77.6 15 22.4 67 100
0.121-1.076
Jumlah 141 78.8 38 21.2 179 100

Berdasarkan Tabel 5.2.2 Hasil analisis hubungan antara aktifitas fisik dengan penderita

PTM diperoleh bahwa ada sebanyak 15 (16.0%) partisipan yang beraktifitas dengan nilai

rendah bukan penderita PTM. Hanya 8 (44.4%) partisipan yang beaktifitas dengan nilai

sedang dan bukan penderita PTM. Sedangkan diantara partisipan yang beraktifitas tinggu,

ada 15 (22,4%) yang tidak menderita PTM. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.025 maka
dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian penderita PTM dengan aktifitas fisik

(ada hubungan yang signifikan antara penderita PTM dengan aktifitas fisik). Terdapat 2

nilai OR 1.519 lebih rendah dari OR 0.0361 dengan analisa regresi logistik sederhana

dengan dummy variable, yang mana aktifitas fisik sedang berpeluang 1.5 kali menderita

PTM lebih tinggi dibandingkan dengan aktifitas fisik kurang dengan peluang 2.7 kali

menderita PTM.

5.2.3 Hubungan peranan fasilitas pelayanan kesehatan dengan terjadinya penyakit

tidak menular (PTM)

Tabel 5.2.3

Penderita PTM
Total OR P
Faskes Tidak Iya
Value
n % n % n %
Kurang 2 1.4 0 0 2 100 0.905
Kadang – Kadang 52 36.9 14 21.2 66 100 0.00
00.464 – 2.155
Selalu 87 61.7 24 66.2 111 100
Jumlah 141 78.8 38 21.2 179 100

Berdasarkan Tabel 5.2.3 Hasil analisa hubungan antara peranan pelayanan kesehatan

terdapat nilai kurang 2 (1.4%) dan penderita PTM. Akan tetapi diperoleh juga partisipan

dengan kadang – kadang dengan nilai 52 (36.9%) dan penderita PTM , dengan niilai

terbanyak pada penderita PTM dengan selalu ada peranan pelayanan kesehatan 87 (67%) , .

pada nilai bukan penderita PTM dalam peranan pelayanan kesehatan itu dengan nilai

kurang nol (0) dan dengan nilai kadang kadang 14 (21.2%) dan bukan penderita PTM ,

sedangan nilai terbanyak dengan Selalu pada bukan penderita PTM 24 (66.2%) Hasil uji

statistik diperoleh nila p=0.905 yang berarti tidak ada hubungan antara peranan pelayanan

kesehatan dengan penderita PTM. Didapat nilai odds ratio = 0.00 , yang berarti peranan

pelayanan kesehatan tidak memiliki peluang untuk menderita PTM.


5.2.4 Hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya penyakit tidak menular (PTM)

Tabel 5.2.4

Penderita PTM
Kebiasaan Total OR P
Tidak Iya
Merokok (95% CI) Value
n % n % n %
Merokok 133 79.2 35 20.8 168 100 0.702 0.900
Tidak Merokok 8 72.7 3 27.3 11 100 0.177– 2.784
Jumlah 141 78.8 38 21.2 179 100

Berdasarkan Tabel 5.2.4 Hasil analisa hubungan antara kebiasaan tidak merokok terdapat 8

(72.7%) dan penderita PTM. Akan tetapi diperoleh juga partisipan dengan kebiasaan

merokok sebanyak 133 (79,2%) dan penderita PTM. Hasil uji statistik diperoleh nila

p=0.900 yang berarti tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan penderita

PTM. Didapat nilai OR = 0.702, yang berarti kebiasaan merokok memiliki peluang 0.7 kali

untuk tidak menderita PTM.


BAB VI
PEMBAHASAN

Pada bab ini penelitian akan membahas tentang keterbatasan penelitian dan hasil penelitian

yang telah dilakukan mengena analisis faktor – faktor kejadian penyakit tidak menular

(hipertensi dan diabetes militus) di Desa Cijujung Kabupaten Bogor

6.1 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang dialami penelitian selama proses penelitian antara lain

sebagai berikut :

6.1.1 Dalam pegumpulan data secara langsung di Desa Cijujung masih dalam suasana

pandemi covid 19 jadi dalam tatap muka langsung memerlukan izin yang optimal

secara adminitrasi.

6.1.2 Dalam proses penyebaran kuisioner dilakukan secara langsung pada saat

pemerikasaan pasien di poli umum dan poli lansia di puskesmas cijujung dan

dilakukan juga kunjungan langsung wilayah desa cijujung dalam penyebaran

kuisioner rensponden kurang memahi terhadap pertanyaan sehingga peniliti

menjelaskan ulang atau di lakukan pengisian bersamaan.

6.2 Pembahasan Hasil Penelitian

6.2.1 Hasil Analisa Univariat

6.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Dependen

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa data ditribusi frekuensi

berdasakan variabel dependen didapatkan didapatkan bahwa dari 179


responden terdapat 38 responden (212%) dengan kategori memiliki

penyakit tidak menular (PTM) dengan kategori yang bukan penderita

penyakit tidak menular ada 141 responden (78.8%). Oleh karena itu dapat

di simpulkan bahwa sebagian besar responden berada pada kategori tidak

menderita penyakit menular. Penelitian ini berbeda dengan dengan

penelian sebelumnya yang dilakukan oleh fazar putri az zahra 2022, yang

mengatakan ada 65 responden terkena PTM dan 15 responden tidak

memiliki PTM dengan hipertensi dan diabetesmilitus.

Penyakit tidak menular adalah suatu penyakit yang diantaranya

( hipertensi, diabetes militus dan obesitas ). Banyak faktor yang dapat

menyebabkan PTM yaitu diantaranya ada faktor yang tidak dapat diubah

dan yang tidak dapat diubah (Dr. Irwan, 2016). Faktor yang tidak dapat

diubah yaitu umur, jenis kelamin, dan riwayat penyakit keluarga.

Sedangkan yang dapat diubah adalah pola makan, aktifitas fisik, peranan

pelayanan kesehatan dan kebiasaan merokok. Pada penelitian ini jumlah

yang tidak menderita penyakit PTM lebih banyak. Hal itu menunjukan

bahwa penelitian ini untuk menunjukan angka terjadinya penyakit tidak

menular.

6.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Independen yang

tidak dapat diubah.

a. Umur

Berdasarkan hasil penelitian didapaikan bawah dari 179 responden,

sebagian besar memiliki usia 18-15 tahun dengan jumlah 118 responden

(65.9%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Arania
R at al 2020 menjelaskan Batasan usia menggunakan teori penuaan

(aging) yang terjadi secara perlahan-lahan dibagi menjadi beberapa

tahapan. Tahap transisi terjadi pada usia 35-45 tahun dan merupakan

tahap mulai terjadinya gejala penuaan yang sudah menunjukkan

terjadinya tandatanda penurunan fungsi fisiologis dalam tubuh yang

dapat bermanifestasi pada berbagai penyakit

Umur atau usia pada manusia adalah waktu yang terlewat sejak

kelahiran. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur

sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Mayoritas pedagang

pasar kamal berusia produktif, usia produktif memiliki rentang usia 15-

60 tahu. Usia produktif adalah usia ketika seseorang masih mampu

bekerja dan menghasilkan sesuatu menurut (KBBI, 2021).

Pada penelitian ini banyak pada usia responden berusia 18 – 45 tahun,

hal ini muncul karena banyak masyrakat yang berkunjung ke puskesmas

dan kunjungan kegiatan Upaya Berbasis Masyarakat (UKBM) pada saat

kegiatan lapangan. Usia tersebut merupakan usia produkti, pada hali ini

untuk mengetahui terjadinya penyakit tidak menular (PTM) di Desa

Cijujung.

b. Jenis Kelamin

Dapat dilihat bahwa data distribusi frekuensi berdasarkan variabel

independen yang tidak dapat di ubah didapatkan bahwa dari 179

responden sebagian besar responden mayooritas berjenis kelamin

perempuan dengan jumlah 128 responden (71.5%) hal ini sejalan

dengan sulistiayaningsi 2021 yang berjudul “Deteksi faktor risiko


penyakit tidak menular melalui pos pembinaan terpadu warga sehat di

era pandemi” yang dilakukan dengan 7 responden (46.7%) laki – laki

dan 8 responden (53.3%) perempuan sejaln dengan perempuan yang

lebih banyak dan yang bertugas di posyandu itu rata – rata perempuan

di Desa Cijujung

c. Riawayat Keluarga

Dapat dilihat bahwa data distribusi frekuensi berdasarkan variabel

independen yang tidak dapat di ubah didapatkan bahwa dari 179

responden sebagian besar responden tidak memiliki riwayat penyakit

keluarga PTM yaitu 150 responden (83.8%). Hal ini sejalan dengan

fajar putri az azahra 2022 yang sebagian besar memiliki tidak keturuan

dengan yang berjumlah 43 responden (53.8%)

6.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Independen yang

dapat diubah.

a. Pola Makan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 179 responden,

terdapat 108 responden (60.3%) pola makan kurang dari jumlah 179

responden. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian suratno kadir 2019

menunjukan pola makan yang baik sebanyan 42 responden (63.6%).

Pola makan membentuk gambaran kebiasaam makan seseorang, secara

umum pola makan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor

ekonomi, faktor sosial budaya, faktor agama, fakor pendidikan, faktor

lingkungan dan faktor kebiasaan makan ( Basri NIR 2020)


Frkuensi makan merupakan kebutuhan sehari – hari manusia seingga

bahan makanan yang dikonsumsi berbeda beda sehingga kebutuhan

nutrisi apalagi di daerah pedasaan yang minunimnya informasi tentang

kebutuhan pokok makanan yang baik di konsumsi. Apalagi dengan

aktifitas yang tinggi pola yang tidak teratur bisa mengaikbatkan tubuh

mudah terserang penyakit apalagi dengan kurang nya istirahat.

b. Aktifitas Fisik

Dari hasil penelitian yang didapat bahwa dari 179 responden terdapat

aktifitas sedang itu menunjukan 18 responden (10.1%). Hal ini

menunjukan berbanding terbalik dengan penelitian faranita at al 2018

yang menunjukan bawah aktifitas fisik ringan lebih tinggi 94 responden

(52.5%)

Seseorang akan membutuhkan aktivitas fisik jika mengetahui manfaat

dalam jangka panjang. Selain bermanfaat untuk kesehatan fisik, 32

aktivitas fisik juga dinilai baik untuk menjaga kesehatan mental orang

dewasa. Aktivitas fisik teratur memiliki efek positif dalam mengurangi

stres dan kecemasan. Pada gangguan depresi ringan hingga sedang,

aktivitas fisik juga dipercaya memiliki efek yang bermanfaat dalam

pencegahan dan penyembuhan (Abadini & Wuryaningsih, 2019: 7).

Dalam penelitian ini menujukan bawah aktifitas fisik yang menunjukan

dengan aktifitas ringan bahwa masyarakat masih kurang dalam menjaga

dirinya dari kesehatan

c. Peranan Pelayanan Kesehatan


Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa dari 179 responden

dipapatkan nilai peranan peleyanan kesehatan aktif dalam menjaga

kesehatan lingkungannya dengan menunjukan 111 responden (62%).

Hail ini menujukan sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Filda de lima 2021 bahwa kader dalam melaksankan

kegiatan posbidunya baik dengan binaan atau peranan dari tenaga

kesehatan setempat .

Pelayanan kesehatan adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang

tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah

penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat. Karena ruang

lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan

masyarakat banyak, maka peran pemerintah dalam pelayanan kesehatan

masyarakat cukup besar. (livia 2019)

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa peranan pemanfaat fasilitas

kesehatan di Desa Cijujung menunjukan selalu aktif dalam kegiatan

UKBM atau dalam memberikan pelayanan kesehatan hal in perlu di

lakukan penghargaan dari kepala daerah setempat.

d. Kebiasaan Merokok

Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa dari 179 responden

dipapatkan nilai kebiasaan merokok 168 responden (93.9%) ini

menunjukan bahwa merokok hal yang bisa. Dan penelitian ini sejalan

dengan penelitian sebelumnya oleh Jurgen M 2019 dimana

respondennya lebih banyak 52 responden (54.2%)


Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk

dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek,

rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman

nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya

yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan

tambahan (PP No. 109 tahun 2012).

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa kebiasaan merokok itu

merupakan hal yang biasa dan tidak ada pengeruhnya terhaap penyakit

tidak menular, dan kurang mempedulikan terhadap lingkungan sekitar

terhadap dempak dari bahaya merokok itu sendiri.

6.2.2 Hasil Analisa Bivariat


6.2.2.1 Hubungan pola makan dengan terjadinya penyakit tidak menular di

Desa Cijujung

Berdasarkan Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh nilai p=0.02 yang berarti ada hubungan antara pola makan

dengan kejadian PTM. Diperoleh juga nilai OR = 0.292, yang berarti

pola makan cukup memiliki peluang 0.2 kali untuk menderita PTM. Hal

ini sejalan dengan penelitian susanti 2018 bahwa pola makan dengan

pengkonsumsian kadar gula yang tinggi bisa terjadinya PTM.

Dari hasil penelitian di atas menunjukan bahwa prevensi pola makan

berdarkan hitungan FFQ itu menujukan kurang, bahwa kebiasaan

masyarakat dalam kurang terkontrolnya pola makan yang sehat atau

kurang nya pengetahuan tentangizi seimbang itu bisa terjadinya PTM

atau dengan kadar gula yang tinggi. Dari hasil pengkonsumsian

terbanyak dalam penelitian ini makannnya yaitu nasi merupakan hal


yang umum di kalangan masyarkat dan merupakan kebutuhan sehar-hari

di masyarakat pedesaan khususnya Desa Cijujung.

6.2.2.2 Hubungan aktifitas fisik dengan terjadinya penyakit tidak menular

di Desa Cijujung

Berdasarkan Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh nilai p=0.025 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi

kejadian penderita PTM dengan aktifitas fisik (ada hubungan yang

signifikan antara penderita PTM dengan aktifitas fisik). Terdapat 2 nilai

OR 1.519 lebih rendah dari OR 0.0361 dengan analisa regresi logistik

sederhana dengan dummy variable, yang mana aktifitas fisik sedang

berpeluang 1.5 kali menderita PTM lebih tinggi dibandingkan dengan

aktifitas fisik kurang dengan peluang 2.7 kali menderita PTM.

dengan aktifitas fisik kurang dengan peluang 2.7 kali menderita PTM.

Hal ini sejalan dengan penelitian syamsumin 2018 dimana aktifitas yang

tinggi pe velue Ref yang menunjukan tinggi dalam beraktifitas.

Darihasil penelitian tersebut bahwa aktifitas yang tinggi itu sangat rentan

terhadap penyakit tidak menular , karena bebankerja yang berat itu bisa

aktifitas fisik berkurang apa lagi

6.2.2.3 Hubungan peranan fasilitas pelayanan kesehatan dengan terjadinya

penyakit tidak menular di Desa Cijujung

Berdasarkan Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh nila p= 0.905 yang berarti tidak ada hubungan antara peranan

pelayanan kesehatan dengan penderita PTM. Didapat nilai odds ratio =


0.00 , yang berarti peranan pelayanan kesehatan tidak memiliki peluang

untuk menderita PTM. Hasil penelitian sejalan dengan permenkes no 44

tahun 2016 bahwa kegitan Upaya kesehatan bermutu merupakan upaya

yang memberikan rasa puas sebagai pernyataan subjektif pelanggan, dan

menghasilkan outcome sebagai bukti objektif dari mutu layanan yang

diterima pelanggan. Dalam kegiatan upaya kesehatan masyarakat.

Pelayanan kesehatan adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan

utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit

dengan sasaran utamanya adalah masyarakat. Karena ruang lingkup

pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan masyarakat

banyak, maka peran pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyarakat

cukup besar. (livia 2019)

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa peran aktif pelayanan kesehatan

dalam menjalankan kegiatan program esensial berjalan optimal dalam

upaya promotif, preventi, kuratif, dan rehabilitatif. Sehingga angka

penuruanan kesakitan berkurang.

6.2.2.4 Hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya penyakit tidak

menular di Desa Cijujung

Hasil uji statistik diperoleh nila p=0.900 yang berarti tidak ada hubungan

antara kebiasaan merokok dengan penderita PTM. Didapat nilai OR =

0.702, yang berarti kebiasaan merokok memiliki peluang 0.7 kali untuk

tidak menderita PTM. Hal ini berbanding terbaling dengan penelitian

irene 2019 yang menunjukan ada hubungan PTM yang p Value = 0.016

lebih kecil dari P Value = 0.05.


Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk

dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek,

rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman

nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya

yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan

tambahan (PP No. 109 tahun 2012).

Dari penelitian ini menunjukan bahwa merokok tidak ada hubungannya

dengan PTM maka masyarakat merasa merokok itu biasa saja, padahal

dalam kesehatan merokok bisa menjadikan PTM yang merupakan

pnelitian ini berbanding terbalik tengan teori kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai