HASIL PENELITIAN
Pada bab ini di uraikan dari penelitian tentang “Faktor – Faktor Kejadian Penyakit Tidak
Menular (Hipertensi dan Dibetes Miletus) Di Desa Cijujung Kabupaten Bogor” Berdasarkan
data yang diperoleh selama masa penelitian . yang pada bulan desember 2022 hingga januari
2023, terdapat 179 responden yang terdiri dari usia lebih dari 18 tahun yang berda di wilayah
Desa Cijujung yang telah mengisi kuisioner dengan wawancara kemudian di rangkum di google
form dan dimasukan ke data exel. Data yang didapa kemudian diolah dan dianalisa untuk
responden berdasarkan ialah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, pola makan, aktifitas
fisik , peranan pelayanan Kesehatan , dan kebiasaan merokok yang merupakan variable
independent dan dan variable dependen ialah kejadian penyakit tidak menular (hipertensi ,
Ditribusi frekuensi responden berdasarkan variable dependen dalam penelitian ini adalah
kejadian penyakit tidak menular yang menjadi dau kaegorik terjadinya penyakit PTM dan
Tabel 5.1.1
dependen didapatkan bahwa dari 179 responden, terdapat 38 responden (21.2%) dengan
kategori Meliliki Penyakit tidak Menular (Hiperensi dan Diabetes Melitus) dan 141
responden (78.8%) Tidak Meliliki Penyakit tidak Menular (Hiperensi dan Diabetes
Melitus) dengan kategori tidak terkena PTM. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden tidak memiliki Penyakit Tidak Menular (Hipertensi dan Diabetes
Miletus).
terdiri dari factor terjadinya penyakit yang tidak dapat diubah dan factor kejadian penyakit
Tabel 5.2.1
independent yang tidak dapat di ubah bahwa dari 179 responden, Sebagian besar
responden berusia 18-45 tahun dengan jumlah 118 responden (65.9%) dan berusia >46
Perempuan 128 respenden (16.2%) dan laki – laki ada 51 responden (28.5%) dan lebih
banyak lagi renponden yang tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita PTM
yang dapat diubah bahwa dari 179 responden, Sebagian besar pola makan kurang
sebanyak 108 (60.3%) dengan nilai aktifitas fisik yang kurang berjumlah 94 (52.5%).
Dari data ersebu menunjukan meranan pelayanan Kesehatan yang selalu ada atau bisa di
sebut baik dengan jumlah 111(62%) dan di temukan kebiasaan merokok dengan jumlah
Analisa bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara
variable dependen (terjadinya PTM) dengan variable independent (umur, jenis kelamin,
Riwayat penyakit keluarga, pola makan, aktifitas fisik, peranan pelayanan kesehatan, dan
kebiasaan merokok), Uji statisik yang digunakan , yaitu Analisa Uji Chi Square dengan
deraja kepercayaan 95% . Penelitian menggunakan Uji Chi Square karena variable
dependen dan independent dalam penelitian ini bersifat kaegorik. Beriku ini merupakan
Tabel 5.2.1
Penderita PTM
Total OR P
Pola Makan Tidak Iya
(95% CI) Value
n % n % n %
Kurang 94 87.0 14 13.0 108 100 0.292 0.02
Cukup 47 66.2 24 33.8 71 100 0.138 – 0.615
Jumlah 141 78.8 38 21.2 179 100
Berdasarkan tabel 5.2.1 Hasil analisa hubungan antara pola makan dengan penderita PTM,
terdapat 24 (33.8%) partisipan yang tidak menderita PTM dengan pola makan cukup.
Sedangkan diantara partisipan dengan pola makan kurang terdapat 14 (13%) yang tidak
menderita PTM. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.02 yang berarti ada hubungan antara
pola makan dengan kejadian PTM. Diperoleh juga nilai OR = 0.292, yang berarti pola
5.2.2 Hubungan aktifitas fisik dengan terjadinya penyakit tidak menular (PTM)
Tabel 5.2.2
Penderita PTM
Total OR P
Aktifitas Fisik Tidak Iya
(95% CI) Value
n % n % n %
Rendah 79 84.0 15 16.0 95 100 1.519 0.025
Sedang 10 55.6 8 44.4 18 100 0.685 – 3.370
0.361
Tinggi 52 77.6 15 22.4 67 100
0.121-1.076
Jumlah 141 78.8 38 21.2 179 100
Berdasarkan Tabel 5.2.2 Hasil analisis hubungan antara aktifitas fisik dengan penderita
PTM diperoleh bahwa ada sebanyak 15 (16.0%) partisipan yang beraktifitas dengan nilai
rendah bukan penderita PTM. Hanya 8 (44.4%) partisipan yang beaktifitas dengan nilai
sedang dan bukan penderita PTM. Sedangkan diantara partisipan yang beraktifitas tinggu,
ada 15 (22,4%) yang tidak menderita PTM. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.025 maka
dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian penderita PTM dengan aktifitas fisik
(ada hubungan yang signifikan antara penderita PTM dengan aktifitas fisik). Terdapat 2
nilai OR 1.519 lebih rendah dari OR 0.0361 dengan analisa regresi logistik sederhana
dengan dummy variable, yang mana aktifitas fisik sedang berpeluang 1.5 kali menderita
PTM lebih tinggi dibandingkan dengan aktifitas fisik kurang dengan peluang 2.7 kali
menderita PTM.
Tabel 5.2.3
Penderita PTM
Total OR P
Faskes Tidak Iya
Value
n % n % n %
Kurang 2 1.4 0 0 2 100 0.905
Kadang – Kadang 52 36.9 14 21.2 66 100 0.00
00.464 – 2.155
Selalu 87 61.7 24 66.2 111 100
Jumlah 141 78.8 38 21.2 179 100
Berdasarkan Tabel 5.2.3 Hasil analisa hubungan antara peranan pelayanan kesehatan
terdapat nilai kurang 2 (1.4%) dan penderita PTM. Akan tetapi diperoleh juga partisipan
dengan kadang – kadang dengan nilai 52 (36.9%) dan penderita PTM , dengan niilai
terbanyak pada penderita PTM dengan selalu ada peranan pelayanan kesehatan 87 (67%) , .
pada nilai bukan penderita PTM dalam peranan pelayanan kesehatan itu dengan nilai
kurang nol (0) dan dengan nilai kadang kadang 14 (21.2%) dan bukan penderita PTM ,
sedangan nilai terbanyak dengan Selalu pada bukan penderita PTM 24 (66.2%) Hasil uji
statistik diperoleh nila p=0.905 yang berarti tidak ada hubungan antara peranan pelayanan
kesehatan dengan penderita PTM. Didapat nilai odds ratio = 0.00 , yang berarti peranan
Tabel 5.2.4
Penderita PTM
Kebiasaan Total OR P
Tidak Iya
Merokok (95% CI) Value
n % n % n %
Merokok 133 79.2 35 20.8 168 100 0.702 0.900
Tidak Merokok 8 72.7 3 27.3 11 100 0.177– 2.784
Jumlah 141 78.8 38 21.2 179 100
Berdasarkan Tabel 5.2.4 Hasil analisa hubungan antara kebiasaan tidak merokok terdapat 8
(72.7%) dan penderita PTM. Akan tetapi diperoleh juga partisipan dengan kebiasaan
merokok sebanyak 133 (79,2%) dan penderita PTM. Hasil uji statistik diperoleh nila
p=0.900 yang berarti tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan penderita
PTM. Didapat nilai OR = 0.702, yang berarti kebiasaan merokok memiliki peluang 0.7 kali
Pada bab ini penelitian akan membahas tentang keterbatasan penelitian dan hasil penelitian
yang telah dilakukan mengena analisis faktor – faktor kejadian penyakit tidak menular
Adapun keterbatasan yang dialami penelitian selama proses penelitian antara lain
sebagai berikut :
6.1.1 Dalam pegumpulan data secara langsung di Desa Cijujung masih dalam suasana
pandemi covid 19 jadi dalam tatap muka langsung memerlukan izin yang optimal
secara adminitrasi.
6.1.2 Dalam proses penyebaran kuisioner dilakukan secara langsung pada saat
pemerikasaan pasien di poli umum dan poli lansia di puskesmas cijujung dan
penyakit tidak menular ada 141 responden (78.8%). Oleh karena itu dapat
penelian sebelumnya yang dilakukan oleh fazar putri az zahra 2022, yang
menyebabkan PTM yaitu diantaranya ada faktor yang tidak dapat diubah
dan yang tidak dapat diubah (Dr. Irwan, 2016). Faktor yang tidak dapat
Sedangkan yang dapat diubah adalah pola makan, aktifitas fisik, peranan
yang tidak menderita penyakit PTM lebih banyak. Hal itu menunjukan
menular.
a. Umur
sebagian besar memiliki usia 18-15 tahun dengan jumlah 118 responden
(65.9%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Arania
R at al 2020 menjelaskan Batasan usia menggunakan teori penuaan
tahapan. Tahap transisi terjadi pada usia 35-45 tahun dan merupakan
Umur atau usia pada manusia adalah waktu yang terlewat sejak
sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Mayoritas pedagang
pasar kamal berusia produktif, usia produktif memiliki rentang usia 15-
kegiatan lapangan. Usia tersebut merupakan usia produkti, pada hali ini
Cijujung.
b. Jenis Kelamin
lebih banyak dan yang bertugas di posyandu itu rata – rata perempuan
di Desa Cijujung
c. Riawayat Keluarga
keluarga PTM yaitu 150 responden (83.8%). Hal ini sejalan dengan
fajar putri az azahra 2022 yang sebagian besar memiliki tidak keturuan
dapat diubah.
a. Pola Makan
terdapat 108 responden (60.3%) pola makan kurang dari jumlah 179
responden. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian suratno kadir 2019
umum pola makan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
aktifitas yang tinggi pola yang tidak teratur bisa mengaikbatkan tubuh
b. Aktifitas Fisik
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa dari 179 responden terdapat
(52.5%)
aktivitas fisik juga dinilai baik untuk menjaga kesehatan mental orang
kesehatan setempat .
d. Kebiasaan Merokok
menunjukan bahwa merokok hal yang bisa. Dan penelitian ini sejalan
rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman
yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
merupakan hal yang biasa dan tidak ada pengeruhnya terhaap penyakit
Desa Cijujung
diperoleh nilai p=0.02 yang berarti ada hubungan antara pola makan
pola makan cukup memiliki peluang 0.2 kali untuk menderita PTM. Hal
ini sejalan dengan penelitian susanti 2018 bahwa pola makan dengan
di Desa Cijujung
dengan aktifitas fisik kurang dengan peluang 2.7 kali menderita PTM.
Hal ini sejalan dengan penelitian syamsumin 2018 dimana aktifitas yang
Darihasil penelitian tersebut bahwa aktifitas yang tinggi itu sangat rentan
terhadap penyakit tidak menular , karena bebankerja yang berat itu bisa
diperoleh nila p= 0.905 yang berarti tidak ada hubungan antara peranan
Hasil uji statistik diperoleh nila p=0.900 yang berarti tidak ada hubungan
0.702, yang berarti kebiasaan merokok memiliki peluang 0.7 kali untuk
irene 2019 yang menunjukan ada hubungan PTM yang p Value = 0.016
rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman
yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
dengan PTM maka masyarakat merasa merokok itu biasa saja, padahal