Anda di halaman 1dari 10

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang

Diabetes Mellitus tipe 2 dengan ketidakpatuhan minum obat di Puskesmas

Pamulang pada tanggal 12 Desember 2019 sampai 30 Januari 2020. Jumlah

responden pada penelitian ini adalah 71 responden. Hasil penelitian ini berupa

analisis univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan distribusi frekuensi

responden berdasarkan tingkat kepatuhan minum obat, serta

pengetahuan.

a. Kepatuhan Minum Obat

Diagram 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Kepatuhan minum obat Pada penderita DM tipe 2 di
Poli Umum Puskesmas Pamulang (n=71).

65
66

Tingkat Kepatuhan Minum Obat

16.9 (12)
Baik
Cukup
47.9% (34) Kurang

35.2 (25)

Dari data Diagram 5.1 dapat dilihat frekuensi responden menurut

kepatuhan minum obat adalah sebagian kecil kurang patuh (16.9%),

hampir setengah cukup patuh (35.2%) sedangkan hampir

setengahnya memiliki kepatuhan baik (47.9%). Hal ini sejalan

dengan penelitian dari Marshal Edwin, dkk (2015) bahwa penderita

diabetes mellitus tipe II yang memiliki kepatuhan kategori tinggi

sebanyak 37 responden (43,5%), sedangkan yang memiliki

kepatuhan kategori rendah sebanyak 48 responden (56,5%).

b. Pengetahuan

Diagram 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Pengetahuan Pada penderita DM tipe 2 di Poli Umum
PuskesmasPamulang (n=71).
67

100%
90%
80%

Persentase Responden
70%
60% 53.5% (38) Baik
50% Cukup
40% 33.8% (24) Kurang
30%
20% 12.7% (9)
10%
0%
Pengetahuan

Dari data Diagram 5.2 dapat dilihat frekuensi responden menurut

pengetahuan adalah sebagian kecil kurang 9 responden (12.7%),

hampir setengah memiliki pengetahuan cukup (33.8%) sedangkan

lebih dari setengahnya memiliki pengetahuan baik (78.8%). Menurut

penulis, pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus tipe II

sangat berpengaruh terhadap perilaku pencegahan komplikasi

diabetes mellitus. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010),

pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan Responden dengan Ketidakpatuhan minum
Obat
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan
Tingkat Pengetahuan dengan Ketidakpatuhan Minum
Obat Pada penderita DM tipe 2 di Poli Umum Puskesmas
Pamulang (n=71).
68

Ketidakpatuhan Minum Obat


Total
Pengetahuan kurang cukup baik p value
n % n % n % n %
kurang 4 44,4% 2 22,2% 3 33,3% 9 100%

cukup 2 8,3% 18 75,0% 4 16,7% 24 100%


,000
baik 6 15,8% 5 13,2% 27 71,1% 38 100%
Total 12 16,9% 25 35,2% 34 47,9% 71 100%

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan ketidakpatuhan

minum obat Hasil uji statistik di peroleh nilai p = 0,000 maka dapat di

simpulkan ada perbedaan proporsi ketidakpatuhan minum obat antara

responden yang berpengetahuan kurang, berpengetahuan cukup

dengan responden yang berpengetahuan baik (ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan ketidakpatuhan minum obat).

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

Analisis Univariat pada penelitian ini meliputi ketidakpatuhan minum

obat, umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan.

a. Ketidakpatuhan minum obat

Dilihat dari distribusi frekuensi responden berdasarkan

Ketidakpatuahn minum obat di Poli Umum Puskesmas Pamulang

didapatkan bahwa dari 71 responden ada 34 (47,9%) baik dalam

kepatuhan minum obat, ada 25 (35,2%) cukup dalam kepatuhan

minum obat, dan hanya ada 12

(16,9%) responden yang kurang dalam kepatuhan minum obat.


69

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara jumlah responden yang baik dalam kepatuhan

minum obat dengan yang kurang dalam kepatuhan minum obat, bisa

disebabkan oleh beberapa faktor dari responden.

b. Pengetahuan

Dilihat dari distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan

penderita DM tipe 2 di Poli Umum Puskesmas Pamulang didapatkan

bahwa dari 71 responden terdapat sebagian besar responden

memiliki

pengetahuan yang Baik 38 (53,5%), sedangkan responden yang

pengetahuan cukup ada 24 (33,8%), dan responden yang pengetahuan

kurang 9 (12,7%).

2. Analisa Bivariat

Dari hasil analisis hubungan antara pengetahuan dan ketidakpatuhan

minum obat diperoleh bahwa responden yang kurang dalam

kepatuhan/tidak patuh minum obat dengan pengetahuan baik sebesar

15,8%. Sedangkan responden yang kurang dalam kepatuhan/tidak patuh

minum obat dengan pengetahuan cukup sebesar 8,3%. Dan responden

yang kurang dalam kepatuhan/tidak patuh minum obat dengan

pengetahuan kurang sebesar 44,4%. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai

p (0,000) < α (0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi

ketidakpatuhan minum obat antara pengetahuan baik, pengetahuan cukup


70

dengan pengetahuan kurang (menunjukkan ada hubungan antara

pengetahuan dengan ketidakpatuhan minum obat).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marshal Edwin

Boyoh, dkk pada tahun 2015 dengan judul “ Hubungan pengetahuan

dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Prof. DR. R. D. Kandou Manado”,

Hasil uji satistik chisquare diperoleh p = 0.001. hal ini menunjukan nilai

p tidak lebih besar dari α (0.05) menunjukan bahwa hubungan

pengetahuan berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat diabetes

mellitus tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP Prof. Dr. R.D.Kandou

Manado. Dengan demikian, hipotesis (Ha) yang menyatakan ada

hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pada pasien

diabetes mellitus tipe 2 dipoliklinik endokrin RSUP Prof.DR. R. D.

Kandou Manado diterima.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yeni Umi Qoni’ah

pada tahun 2017 dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap

kepatuhan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Sukoharjo”,

hasil data pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji

Spearman’s rho. Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan

antara pengetahuan tentang penyakit dengan kepatuhan pasien Diabetes

Melitus. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa nilai p signifikan = 0,000

artinya kedua variabel anatara pengetahuan dengan kepatuhan memiliki


71

nilai yang bermakna dengan arah korelasi positif. P value lebih kecil

dibandingkan dengan 0,05 dan nilai korelasi Spearman’s rho sebesar

0,715 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan pada pasien Diabetes Melitus

Tipe 2 di RSUD. Sukoharjo dengan arah korelasi yang kuat. Maka

terdapat hubungan antara pengetahuan tentang Diabetes Melitus dengan

kepatuhan responden dalam menjalani pengobatan dengan arah korelasi

yang positif dengan kekuatan korelasi yang kuat.

Notoatmodjo (2013) mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil

pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berpendapat bahwa dalam

penelitian

yang dilakukan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan responden di Poli Umum Puskesmas Pamulang yaitu

keterbatasan waktu responden, tingkat pemahaman responden, motivasi

dari responden, sarana edukasi yang kurang. Hasil yang didapat secara

umum menggambarkan pengetahuan responden penderita DM tipe 2 di

Poli Umum Puskesmas Pamulang cenderung baik. Hasil uji korelasi

menunjukkan bahwa nilai p signifikan = 0,000 artinya kedua variabel


72

antara pengetahuan dengan kepatuhan memiliki nilai yang bermakna

dengan arah korelasi positif. P value lebih kecil dibandingkan dengan

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan terhadap ketidakpatuhan minum obat pada pasien DM Tipe

2 di Puskesmas Pamulang dengan arah korelasi yang kuat. Hasil ini

menggambarkan hal yang sesuai dimana pengetahuan yang kurang akan

berpengaruh pada ketidakpatuhan minum obat.

3. Keterbatasan Penelitian

a. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang dilakukan dengan

tekhnik cross sectional, yaitu mengukur variabel dependen dan

independen secara bersamaan. Keterbatasan desain cross sectional

adalah diperlukan responden yang banyak, tidak dapat

menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat dan

kesimpulan hubungan antara variabel independen dengan dependen

paling lemah, karena pengambilan data antara variabel independen

dan dependen dilakukan pada saat yang bersamaan. Pemilihan desain

ini dengan pertimbangan keterbatasan waktu, dan keterbatasan

komunikasi kepada responden.

b. Keterbatasan Variabel

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan minum obat

pada penderita DM tipe 2 akan tetapi dalam penelitian ini penulis


73

hanya mengikutsertakan variabel yang dapat diukur dengan kuesioner

berupa pertanyaan tertutup sehingga kemungkinan ada beberapa

faktor lain yang tidak diteliti.

c. Bias informasi

Keterbatasan lain pada penelitian ini adalah peneliti tidak melakukan

wawancara mendalam kepada responden untuk mendapatkan

informasi yang lebih dalam mengenai kepatuhan minum obat,

sehingga data pada penelitian ini hanya terbatas pada jawaban dari

kuesioner. Sehingga kemungkinan ada pengakuan yang tidak jujur

sehingga data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak

menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti juga menyadari

kekurangan dalam kuesioner. Namun demikian peneliti berusaha

untuk membahas hasil penelitian semaksimal mungkin dengan

kemampuan yang peneliti miliki.


74

Anda mungkin juga menyukai