Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan

Pasien Tentang Kemoterapi dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien yang

Menjalani Kemoterapi Siklus Pertama di Ruang One Day Care Santosa

Hospital Bandung Central”. Hasil analisis univariat yaitu diawalai dengan

menjelaskan karakteristik responden untuk menambah wawasan dalam

pembahasan tentang Usia, Jenis kelamin, Pendidikan, pekerjaan. Berikut

gambaran tingkat pengetahuan pasien tentang kemoterapi, dan gambaran

tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi siklus pertama di

ruang One Day Care Santosa Hospital Bandung Central. Sedangkan Analisis

bivariatnya adalah hubungan antara tingkat pengetahuan pasien tentang

kemoterapi dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani

kemoterapi siklus pertama di ruang One Day Care Santosa Hospital Bandung

Central, disajikan dalam tabel distribusi frekwensi sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah menjelaskan

Usia, Jenis kelamin, Pendidikan, pekerjaan responden, seperti pada tabel

4.1 sebagai berikut :

65
Tabel 4.1 Distribusi Frekwensi karakteristik responden

Karakteristik Frekwensi Persentasi

Usia 21-40 th 10 30,3


41-65 th 18 54,5
>65 5 15,2

Jenis Laki-laki 9 27,3


Kelamin
Perempuan 24 72,7

Pendidikan SD 9 27,3
SMP 5 15,2
SMA 15 45,5
Akademi/Sarjana 4 12,1

Pekerjaan Swasta 5 15,2


Wiraswasta 2 6,1
Buruh 2 6,1
Lain-lain 24 72,7

Total 33 100

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil analisis gambaran karakteristik

responden berdasarkan usia yaitu sebagian besar 18 orang (54,5 %) usia

ibu 41-65 tahun, dan hampir setengahnya yaitu 10 orang (30,3%) 21-40

tahun, serta hanya sebagian kecil yaitu 5 orang (15,2%) berusia >65 tahun.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar yaitu 24


orang (72,7%) perempuan dan hampir setengahnya yaitu 9 orang (27,3 %)

laki-laki. Berdasarkan pendidikan, hampir setengahnya berpendidikan

SMA

dan SD masing-masing yaitu berpendidikan SMA ada 15 orang (45,5%)

dan yang berpendidikan SD ada 9 orang (27,3 %), dan hanya sebagian

kecil yang berpendidikan SMP dan akademi/Sarjana masing-masing yang

berpendidiakn SMP ada 5 orang (15,2%) dan yang pendidikan

akademi/sarjana ada 4 orang (12,1%). Pekerjaan responden adalah

sebagian besar ada 24 orang (72,7 %) pekerjaan lain-lain, sebagian kecil

lainnya adalah bekerja swasta, wiraswasta dan buruh, masing swasta 5

orang (15,2%), 2 orang (6,1%) wiraswasta, 2 orang (6,1%) buruh.

2. Analisis Univariat

a. Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Kemoterapi Di Ruang

One Day Care Santosa Hospital Bandung Central.

Tabel 4.2 Distribusi Frekwensi Gambaran Tingkat Pengetahuan

Pasien Tentang Kemoterapi di Ruang One Day Care

Santosa Hospital Bandung Central.

Pengetahuan Frekwensi Persentasi

Kurang 20 60,6
Cukup 6 18,2
Baik 7 21,2

Total 33 100
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diperoleh hasil analisis gambaran

tingkat pengetahuan pasien tentang kemoterapi di ruang one day care

Santosa Hospital Bandung Central, sebagian besar yaitu 20 orang

(60,6%) berpengetahuan kurang, dan sebagian kecil berpengetahuan

cukup dan baik masing-masing yang berpengetahuan baik ada 7 orang

(21,2%) dan berpengetahuan cukup ada 6 orang (18,2%).

b. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Tentang Kemoterapi di Ruang

One Day Care Santosa Hospital Bandung Central.

Tabel 4.3 Distribusi Frekwensi Gambaran Tingkat Kecemasan

Pasien Tentang Kemoterapi di Ruang One Day Care

Santosa Hospital Bandung Central.

Tingkat Kecemasan Frekwensi Persentasi

Berat 20 60,6
Sedang 9 27,3
Ringan 4 12,1

Total 33 100

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh hasil analisis gambaran

tingkat kecemasan pasien tentang kemoterapi di ruang One Day Care

Santosa Hospital Bandung Central, yaitu sebagian besar ada 20 orang

(60,6%) cemas berat, dan hampir setengahnya yaitu 9 orang (27,3%)

cemas sedang, serta hanya sebagian kecil kecemasan ringan yaitu 4

orang (12,1%)
3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penlelitian ini adalah analisi korelatif data

kategori ordinal dengan ordinal menggunakan uji Sommers’d dengan hasil

disajikan pada tabel 4,4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang

Kemoterapi dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang Menjalani

Kemoterapi Siklus Pertama di Ruang One Day Care Santosa Hospital

Bandung Central.

Tingkat Kecemasan Total r p

Berat Sedang Ringan

Pengetahuan Kurang 18 2 0 20

Cukup 2 2 2 6 0,709 0,000

Baik 0 5 2 7

Total 20 9 4 33

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh hasil analisis hubungan

Antara tingkat pengetahuan pasien tentang kemoterapi dengan tingkat

kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi siklus pertama di ruang

one day care Santosa Hospital Bandung Central yaitu terdapat 20 orang

dari 33 responden berpengetahuan kurang dimana 18 orang tingkat


kecemasannya berat, 2 orang tingkat kecemasannya sedang dan tidak ada

yang kecemasannya ringan.

Hasil analisis Uji Sommers’d diperoleh p = 0,000. Nilai p (0,000)

lebih kecil dari α (0,05), maka disimpulkan terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan pasien tentang kemoterapi dengan tingkat

kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi siklus pertama di ruang

one day care Santosa Hospital Bandung Central

Nilai rxy = 0,709 ini menunjukkan kekuatan hubungan pengetahuan

dengan tingkat kecemasan adalah kuat. Nilai kontribusi variabel

pengetahuan terhadap kecemasan adalah 0,7092 x 100% = 50%, Artinya

pengetahuan pasien memberikan kontribusi terhadap penurunan

kecemasan sebesar 50%, dan 50% ditentukan oleh variabel yang lain.

B. Pembahasan

1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Kemoterapi

Faktor yang membuat seseorang mengambil suatu keputusan

salah satunya yaitu tingkat pengetahuan (Bawelle, et al, 2013). Tingkat

pengetahuan dapat didefinisikan sebagai informasi yang dapat

dipraktikkan, ditindaklanjuti, atau digunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan, tindakan, dan hal lain yang memerlukan pertimbangan.

(Nursalam, 2015). Pengetahuan atau kognitif yang dimiliki seseorang

merupakan unsur yang sangat penting untuk pengembangan aktivitas

seseorang. Meliono (2007) menegaskan bahwa paparan informasi, media,


dan pendidikan merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang.

Pengetahuan tentang kemoterapi sangatlah penting bagi pasien

yang sedang atau akan menjalani kemoterapi, dengan pengetahuan yang

baik mereka dapat mempersiapkan apa yang akan terjadi selama

kemoterapi, termasuk efek samping yang akan timbul setelah menjalani

kemoterapi. Tingkat pengetahuan seseorang akan mempengaruhi sikap dan

perilaku seseorang serta merupakan faktor yang sangat penting untuk

pengembangan perilaku seseorang.

Hasil penelitian menujukkan bahwa pengetahuan pasien tentang

kemoterapi di Ruang One Day Care Santosa Hospital Bandung Central

terhadap 33 responden, diperoleh jumlah responden sebagian besar

memilki tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 20 orang (60,6%),

sedangkan responden yang lain sebanyak 6 orang (18,2 %) memiliki

tingkat pengetahuan cukup dan 7 orang (21,2 %) memiliki tingkat

pengetahuan baik. Pengetahuan yang kurang pada sebagian besar

responden disebabkan oleh kurangnya paparan informasi mengenai

kemoterapi yang akan mereka jalani baik dari dari media cetak dan

elektronik. Selain itu, sebagian besar responden tinggal di pedesaan

sehingga sulitnya mengakses informasi yang disebabkan karena koneksi

internet yang kurang stabil.

Pengetahuan adalah hasil dari mengetahui sesuatu atau

mengumpulkan informasi menurut Notoatmodjo (2007). Adapun faktor


yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yaitu faktor internal

(jasmani dan spiritual) dan eksternal (pendidikan, paparan media massa,

status ekonomi dan pengalaman). Salah satu unsur yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang adalah kemudahan pasien dapat menerima

informasi dari perawat atau dari paparan media massa (media cetak, media

elektronik, keluarga, dan sumber lainnya).

Usia dan jenis kelamin merupakan faktor internal (fisik) yang

mempengaruhi pengetahuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 18

responden, atau mayoritas, berusia antara 41- 65 tahun. (54,5 %). Dengan

demikian, semakin besar usia dan tingkat kedewasaan seseorang, maka

akan semakin baik pula pola pikir seseorang yang akan mempermudah

mereka untuk memahami suatu informasi.

Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden yaitu 24 orang

adalah perempuan (72,7%). Pengetahuan dipengaruhi jenis kelamin yang

akan berpengaruh pada pola piker seseorang. Pria cenderung lebih

egosentris, sedangkan wanita cenderung lebih kompleks dan tidak egois.

Menurut penelitian Yulia (2012), laki-laki memiliki tingkat pengetahuan

lebih baik daripada perempuan. Hal ini terjadi karena wanita memiliki

kecenderungan untuk memiliki perasaan yang kompleks, sehingga

kemoterapi membuat pikiran wanita lebih terbebani, yang dapat

menghambat kemampuan mereka untuk mencari informasi.

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Mayoritas responden


yaitu 15 orang (45,5 %) memiliki ijazah SMA. Tingkat pendidikan

merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin

mudah seseorang dalam menerima informasi (Notoatmodjo, 2007). Tetapi

bukan berarti responden yang berpendidikan rendah tidak memiliki tingkat

pengetahuan yang baik, hal tersebut dikarenakan pendidikan dapat

diperoleh seseorang secara formal maupun informal.

2. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien yang Menjalani Kemoterapi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 orang yang menjadi

responden menunjukkan sebagian besar memilki tingkat kecemasan berat

yaitu sebanyak 20 orang (60,6%), sedangkan responden yang lain

sebanyak 9 orang (27,3 %) memiliki tingkat kecemasan sedang dan 4

orang (12,1 %) memiliki tingkat kecemasan ringan. Hal ini dikarenakan

penyempitan bidang persepsi seseorang sehingga menjadi lebih fokus pada

pikiran yang menjadi perhatiannya, namun ia tetap dapat bekerja seperti

biasanya. Hasil penelitian ini mendukung gagasan bahwa kecemasan

adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan yang berasal dari

dalam diri seseorang, seperti perasaan kesal, dan takut, yang terkait dengan

ancaman yang tidak diketahui.

Komponen somatik, fisiologis, otonom, biokimia, hormonal, dan

perilaku juga dapat mempengaruhi emosi seseorang. Seseorang yang

menghadapi masalah akan mengalami berbagai tingkat kecemasan, namun

tergantung pada tingkat keparahan situasi dan mekanisme koping orang


tersebut. Mekanisme koping yang baik dapat digunakan untuk mengatasi

kecemasan, salah satunya dengan meredam konflik, impuls yang tidak

dapat diterima secara sadar, dan tidak terus menerus memikirkannya.

Kecemasan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat tergantung

pada seberapa matang kepribadian seseorang, pengalaman mereka

menghadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme koping.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan

pasien kanker yang menjalani siklus pertama kemoterapi merasa sangat

cemas. Hal ini dikarenakan, sebelum menjalani kemoterapi responden

hanya mendapat penjelasan sepintas tentang prosedur yang akan dilakukan

oleh tenaga kesehatan selama menjalani kemoterapi serta keterbatasan

dalam mencari informasi. Hal tersebut dapat membuat responden tidak

memiliki strategi koping yang kuat sehingga mereka sering merasa

khawatir tentang keadaan penyakitnya, khawatir tidak akan sembuh, dan

takut akan kematian.

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Pada

Pasien Kemoterapi Siklus Pertama

Hasil dari uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara

tingkat pengetahuan pasien kanker tentang kemoterapi dengan kecemasan

dalam menjalani tindakan kemoterapi di ruang One day care Santosa

Hospital Bandung Central. Dalam penelitian ini didapatkan hasil terdapat

20 orang dari 33 responden berpengetahuan kurang dimana 18 orang


tingkat kecemasannya berat, 2 orang tingkat kecemasannya sedang dan

tidak ada yang kecemasannya ringan.

Pengetahuan merupakan faktor internal dalam memotivasi pasien

kemoterapi. Informasi mengenai apa yang diharapkan dari kemoterapi dan

potensi efek samping kemoterapi adalah informasi penting yang harus

dimiliki pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi karena dapat

memberi mereka kenyamanan, kesempatan untuk sembuh atau hidup lebih

lama tanpa menunjukkan indikasi penyakit, atau sekadar menenangkan

kondisi.

Pemahaman menyeluruh tentang kemoterapi untuk pengobatan

kanker akan membantu pasien kanker memahami tujuannya dan

mempersiapkan mereka untuk segala kemungkinan yang terjadi terutama

efek samping dari kemoterapi. Selain itu, tingkat pengetahuan yang baik

membuat pasien tersebut lebih mudah untuk mengidentifikasi

kekhawatiran dan meningkatkan jalannya pengobatan. Di sisi lain,

kurangnya pengetahuan tentang kemoterapi adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi terhadap tingkat kecemasan seseorang yang dapat memiliki

efek fisik dan psikologis. Hal ini sejalan dengan penelitian ini yang

mengemukakan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan

kurang dan memiliki kecemasan sedang sebanyak 2 orang dan 18 orang

memiliki tingkat pengetahuan kurang dan memiliki kecemasan berat.


Dari Penelitian ini juga diperoleh informasi bahwa ada korelasi

positif yang kuat (0,709) Hasil analisis Uji Sommers’d diperoleh p =

0,000. Nilai p (0,000) lebih kecil dari α (0,05), maka disimpulkan terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan pasien tentang kemoterapi

dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi siklus

pertama di ruang one day care Santosa Hospital Bandung Central.

Nilai rxy = 0,709 ini menunjukkan kekuatan hubungan

pengetahuan dengan tingkat kecemasan adalah kuat, Nilai kontribusi

variabel pengetahuan terhadap kecemasan adalah 0,7092 x 100% = 50%,

Artinya pengetahuan pasien memberikan kontribusi terhadap penurunan

kecemasan sebesar 50%, dan 50% ditentukan oleh variabel yang lain.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lutfa dan Maliya

(2008), yang menyatakan bahwa kecemasan pasien berkurang seiring

dengan meningkatnya pengetahuan pasien kanker tentang kemoterapi. Hal

ini karena pasien akan lebih siap menghadapi kemoterapi dan menemukan

solusi untuk potensi efek samping yang merugikan jika mereka

mengetahui lebih banyak tentang kemoterapi dan efek sampingnya. [31].

Desen (2011) berpendapat bahwa semakin banyak responden diberikan

informasi tentang efek samping kemoterapi, semakin siap mereka untuk

menghadapi potensi efek samping tersebut. Hal ini berarti bahwa pasien

kanker akan mengalami lebih sedikit kekhawatiran selama kemoterapi jika

mereka memiliki tingkat pengetahuan yang baik atau cukup tentang

kemoterapi. [5]

Anda mungkin juga menyukai