Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Dasar Kanker

a. Pengertian

Kanker adalah sel yang tumbuh secara terus-menerus secara

tidak terkendali, tidak terbatas, dan tidak normal (abnormal). Secara

normal, seluruh tubuh melakukan pembelahan untuk membentuk

jaringan sel yang kompak demi terciptanya keseimbangan tubuh.

Selain melakukan pembelahan, sel juga memiliki teknik membaca

pesan yang sama demi menjalankan fungsi sebagai satu-kesatuan. [10]

Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, yang akibat

adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi

sel. Pembelahan sel ini tidak terkendali, sel-sel tersebut kemudian

menyerang dan merusak jaringan biologis lainnya baik dengan dengan

pertumbuhan secara langsung dijaringan yang bersebelahan (invasi)

atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh [11]

b. Etiologi

Kanker disebabkan oleh banyak faktor, dan berkembang dalam

waktu bertahun-tahun. Berikut adalah faktor-faktor yang paling

sering menyebabkan timbulnya kanker :

9
10

1) Virus

a) Virus Human Paapilloma (HPV), virus yang diduga sebagai

penyebab kanker serviks.

b) Virus Hepatitis B dan C, keduanya diduga sebagai penyebab

terjadinya kanker hati.

c) Virus Epstein-Bar, penyebab kanker hidung dan

tenggorokkan.

d) Virus HIV (Human Immunodeficiency virus), merupakan

penyebab limfoma dan kanker darah lainnya.

2) Bakteri

a) Parasit Schistosoma atau Biliharzia dapat menyebabkan

kanker kandung kemih

b) Infeksi Clonorchis sinensis, merupakan penyebab penyakit

pancreas dan saluran empedu.

c) Helicobacter pylori, merupakan penyebab kanker lambung.

3) Zat-zat kimia (karsinogen)

Bahan-bahan yang termasuk kedalam karsinogenik

diantaranya asap rokok, asbestos, dan alkohol Selain itu, zat

kimia yang terdapat pada makanan yang diproses berlebihan,

sepertti makanan yang digoreng dalam rendaman minyak ulang

pakai, diasap, atau dibakar. Bisa juga makanan mengandung

pengawet dan pewarna, dan makan yang terkontaminasi logam

berbahaya, seperti merkuri pada seafood.


11

4) Bakteri

d) Parasit Schistosoma atau Biliharzia dapat menyebabkan

kanker kandung kemih

e) Infeksi Clonorchis sinensis, merupakan penyebab penyakit

pancreas dan saluran empedu.

f) Helicobacter pylori, merupakan penyebab kanker lambung.

5) Zat-zat kimia (karsinogen)

Bahan-bahan yang termasuk kedalam karsinogenik

diantaranya asap rokok, asbestos, dan alkohol Selain itu, zat

kimia yang terdapat pada makanan yang diproses berlebihan,

sepertti makanan yang digoreng dalam rendaman minyak ulang

pakai, diasap, atau dibakar. Bisa juga makanan mengandung

pengawet dan pewarna, dan makan yang terkontaminasi logam

berbahaya, seperti merkuri pada seafood.

6) Paparan Sinar Ultraviolet (UV)

Paparan radiasi sinar ultraviolet (UV) dari matahari

secara berlebihan, khususnya antara pukul 10.00-14.00 dapat

menyebabkan kulit terbakar. Kerusakan permanen terhadap kulit

dan mata dalam jangka panjang berpotensi menyebabkan kanker

kulit.

7) Ketegangan atau Stres

Stres kronis dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh

seseorang yang pada akhirnya dapat menjadi salah satu faktor


12

pencetus terjadinya kanker, seperti Kaposi sarcoma dan

beberapa jenis limfoma (kanker getah bening). Stress juga

berpengaruh negative terhadapa pengeluaran hormon endokrin,

yaitu hormone yang mengatur perbaikan DNA yang mengatur

pertumbuhan sel.

8) Hormon

Terapi hormon telah digunakan selama bertahun-tahun

oleh wanita menopause untuk meringankan gejala dan

mengahambat gejala osteoporosis. Namun, hal ini bukan tanpa

efek samping. Karena ada kaitannya antara pengguna terapi

hormon kombinasi progeteron dan estrogen atau estrogen saja).

Dengan meningkatkan risiko terkena kanker payudara dan

kanker ovarium pada wanita.

9) Faktor Genetik

Sekitar 5-10% kasus kanker merupakan penyakit yang

diturunkan. Pada keluarga tertentu, gen abnormal dapat

diwariskan. Jenis kanker yang diwariskan dalam keluarga antara

lain kanker payudara, ovarium, prostat, atau kolon (usus besar).

c. Patofisiologi

Semua sel yang normal maupun sel kanker membelah dalam

diri suatu siklus sel. Namun, sel-sel yang normal didalam tubuh

berada pada keseimbangan antara kecepatan sel-sel tersebut untuk

membelah dan membentuk sel-sel baru dengan kecepatan kematian


13

sel. Secara umum, sel-sel didalam tubuh terbagi menjadi 3 kelompok

yaitu :

1) Kelompok sel yang aktif berpoliferasi

2) Kelompok sel yang berdiferensiasi

3) Kelompok sel yang tidak aktif berfoliferasi (G0) yang dapat

masuk kedalam siklus sel dengan stimulasi tertentu.

Setiap sel memulai pertumbuhannya selama fase pasca-miotic

(G1) dimana enzim-enzim yang penting untuk produksi DNA, RNA,

dan protein lain diproduksi. Fase ini diikuti oleh fase sintesis DNA

(S). setelah sintesis DNA lengkap, sel masuk fase pra-miotik (G2)

dimana terjadi sintesis protein dan RNA lebih lanjut. Fases ini diikuti

fase mitosis (M) dimana pembelahan sel terjadi, satu sel akan

membelah menjadi dua sel. Sel kemudian memasuki fase G1 kembali.

Sel yang berada pada fase G1 dapat memasuki fase istrahat (G0).

Kanker muncul dari lesi genetic yang menyebabkan

pertumbuhan atau pembelahan sel yang berlebihan yang tidak diiringi

dengan kematian sel yang adekuat. Kegagalan diferensiasi selular

menyebabkan perubahan posisi selular dan kapasitas untuk untuk

berproliferasi. Secara normal, sel-sel akan dirangsang unuk memasuki

siklus sel dari G0 atau tetap berada di siklus sel bawah pengaruh

sinyal-sinyal tertentu seperti oleh faktor pertumbuhan, sitokin dan

hormone.
14

Sel kemudian memasuki G1 dan fase S setelah melalui titik

pemeriksaan untuk memastikan bahwa gen-nya siap melakukan

replikasi. Enzim-enzim kinase tergantung siklin (cyclin-dependent

kinase (CDKs)) adalah enzim yang berperan mengatur perjalanan sel

memasuki setiap fase dalam siklus sel. Salah satu titik pemeriksaan

terpenting agar sel dapat sel dapat memasuki fase S adalah yang diatur

oleh produk dari gen pensupresi tumor p53. Produk gen ini merupakan

inhibitor CDK 4 dan 6. Enzim CDK 4 dan 6 yang teraktivasi akan

menfosforilasi produk gen renoblastoma (pRb). pRb yang

terfosforilasi akan melepaskan E2FS yang berperan dalam

menyelesaikan replikasi DNA selama fase S. selama fase G2, CDK2

bersama-sama dengan siklin A dan E memastikan bahwa sintesis

DNA yang benar telah lengkap.

Sel selanjutnya akan memasuki fase M dibawah pengaruh

CDK1 dan siklin B. Poliferasi sel kanker juga diatur oleh

protoonkogen yang dalam keadaan aktif akan menyebabkan

pertumbuhan sel. Onkogen dapat menjadi 2 kelompok, 1) onkogen

yang bekerja di sitoplasma untuk mengganggu sinyal faktor

pertumbuhan normal, ras, raf, dan enzim tirosin kinase dari src, erbB

tau sis; 2) onkogen inti, yang mengubah kontol transkripsi gen, seperti

jum, fos, myc, dan myb. Gen pensupresi tumor, seperti p53 dan pRb

bekerja mengahambat atau mencegah terjadinya pertumbuhan sel

yang tidak teratur akibat aktivitas proto-onkogen tersebut.


15

Selanjutnya, kapasitas sel untuk membelah diatur oleh aktivitas

telomerase yang mengatur replikasi kromosom. Kapasitas invasi dan

metastasis dipengaruhi oleh kerjasama antara metaloprotease untuk

menarik sel stroma pejamu pada tempat invasi melalui tumor-induced

angiogenesis.

d. Tanda dan Gejala Kanker

Pada stadium awal, biasanya kanker tidak menimbulkan gejala.

Gejala kanker baru muncul ketika telah berkembang menjadi besar

dan menekan organ-organ disekitarnya. Namun, ada beberapa gejala

umum yang biasanya semakin lama semakin buruk diantaranya :

1) Rasa sakit atau nyeri yang kerap datang serta semakin

memburuk dan sulit diobati, yang merupakan sistem tahap lanjut

penyakit kanker.

2) Sering demam yang terlihat dalam tahap-tahap lanjut, terutama

bila kanker mempengaruhi system kekebalan dan mengurangi

pertahan terhadap infeksi.

3) Rasa lelah yang berlebihan.

4) Perubahan warna kulit, sehingga kulit menguning, memerah,

gatal-gatal atau pertumbuhan rambut yang berlebihan.

5) Perubahan dalam kebiasaan buang air besar atau kecil.

6) Perubahan warna kulit tubuh atau wajah yang menetap (kuning,

merah, atau cokelat).


16

7) Penurunan bobot badan secara signitifikan (diatas 10kg) dalam

waktu singkat (hitungan bulan) tanpa sebab yang jelas.

Selain tanda-tanda yang bersifat umum, perlu diketahui tanda-

tanda kanker yang bersifat khusus, diantaranya sebagai berikut :

1) Adanya benjolan yang tumbuh dan membesar di permukaan

kulit atau di organ lain.

2) Adanya luka yang tak kunjung sembuh

3) Perdarahan tidak normal dan sering terjadi, seperti flek atau

perdarahan diluar siklus menstruasi, mimisan, atau batuk

memburuk dan batuk berdarah.

4) Perubahan dalam kebiasaan buang air besar dan kecil

5) Kesulitan mencerna atau menelan makanan

6) Batuk atau suara parau yang tidak kunjung hilang

7) Terdapat masalah pendengaran.

e. Penatalaksanaan Kanker

Penatalaksanaan pada pasien kanker meliputi:

1) Operasi, operasi ialah terapi untuk membuang tumor,

memperbaiki komplikasi dan merekonstruksi defek yang ada

melalui pembedahan.

2) Radioterapi ialah terapi untuk menghancurkan kanker dengan

sinar ionisasi. Kerusakan yang terjadi akibat sinar tidak terbatas

pada sel-sel kanker saja tetapi juga pada sel-sel normal di

sekitarnya, tetapi kerusakan pada sel kanker umumnya lebih


17

besar dari sel normal. Sehingga perlu diatur dosis agar

kerusakan jaringan dapat diminimalkan dan pulih kembali.

3) Kemoterapi ialah terapi untuk membunuh sel-sel kanker dengan

obat anti kanker yang disebut sisostatika.

4) Hormonterapi ialah terapi untuk mengubah lingkungan hidup

kanker, segingga pertumbuhan sel-selnya terganggu dan

akhirnya mati sendiri. Hormone terapi hanya dipaki untuk

beberapa jenis kanker yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh

hormon seperti kanker mammae, endometrium, thyroid, dan

prostat.

5) Immunoiterapi ialah terapi untuk menguatkan daya tahan tubuh

dan memperbesar kemampuan tubuh menghancurkan sel-sel

kanker. Kemampuan immunoterapi menghancurkan sel-sel

kanker terbatas.

6) Bioterapi ialah terapi dengan menggunakan produk biologi,

seperti sitokin, interferon, antiangiogenesis dsb.

7) Terapi lain-lain yaitu:

a) Elektrokoagulasi yaitu membakar sel-sel kanker dengan alat

listrik, elektrocauter.

b) Laser surgery yaitu membakar sel-sel kanker dengan sinar

laser. Laser dapat dipakai untuk eksisi dan sekaligus

koagulasi jaringan sehingga perdarahan jauh berkurang dan

sangat efktif untuk operasi kanker. Misalnya dipakai untuk


18

membuka lumen saluran pernapasan yang tertutup seperti

pada operasi bronchus, oesafagus, rectum.

c) Cryo surgery yaitu membekukan sel-sel kanker sampai mati

dengan alat cryo menggunakan karbondioksida.

d) Khemosurgery yaitu mematikan sel-sel kanker dengan zat

kimia.

8) Terapi Kombinasi

Terapi kombinasi ialah terapi kombinasi antara cara-cara

terapi diatas. Dalam praktek sehari-hari terapi kombinasi banyak

digunakan. Dengan memberikan cara kombinasi maka operasi

dapat disederhanakan, dosis radoterapi dapat dikurangi sehingga

komplikasi terapi dapat diperkecil.

2. Konsep Dasar Kemoterapi

a. Pengertian

Kemoterapi adalah suatu proses pengobatan dengan

menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh atau

memperlambat pertumbuhan sel kanker. [12]

 Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan atau perawatan

dari terapi obat kimia yang bertujuan untuk menghancurkan sel-sel

yang tumbuh dengan cepat di dalam tubuh.[13]

Kemoterapi merupakan terapi modalitas kanker yang paling

sering digunakan pada kanker stadium lanjut lokal, maupun metastatis

dan sering menjadi satu-satunya pilihan metode terapi yang efektif.


19

Kemoterapi dapat diberikan sebagai terapi utama, adjuvant

(tambahan), dan neoadjuvant, yaitu kemoterapi adjuvant yang

diberikan pada saat pra-operasi atau pra-radiasi. [5]

b. Jenis Kemoterapi

Kemoterapi terdiri dari lima jenis yaitu:

1) Terapi adjuvan yaitu suatu sesi kemoterapi yang digunakan

sebagai tambahan dengan modalitas terapi lainnya

(pembedahan, radiasi dan bioterapi) dan ditujukan untuk

mengobati mikrometastatis;

2) Kemoterapi neoadjuvan yaitu pemberian kemoterapi untuk

mengecilkan tumor sebelum dilakukannya pembedahan

pengangkatan tumor;

3) Terapi primer yaitu terapi pasien dengan kanker lokal, alternatif

yang ada tidak efektif;

4) Kemoterapi induksi yaitu pemberian obat sebagai terapi primer

untuk pasien kanker yang tidak memiliki alternatif terapi;

5) Kemoterapi kombinasi yaitu pemberian dua atau lebih zat

kemoterapi dalam terapi kanker, yang menyebabkan aksi obat

lainnya atau bertindak secara sinergis.

c. Penatalaksanaan Kemoterapi

Obat kemoterapi dapat diterapkan kedalam aliran darah untuk

menyerang sel-sel kanker di seluruh tubuh, atau dapat juga diterapkan


20

langsung ke tempat kanker berada. Obat kemoterapi dapat diberikan

dalam beberapa cara, yaitu:

1) Pemberian Peroral. Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas

untuk pemberian peroral, diantaranya adalah chlorambucil dan

etoposide (VP-16). Diberikan pada pada kanker ovarii yang

kambuh dengan platinum dan taksan.

2) Pemberian secara Intravena. Pemberian ini dapat dengan bolus

perlahan lahan atau diberikan secara infus (drip). Pemberian

dapat dilakukan Pada kanker payudara baik sebagai terapi

ajuvan, neoajuvan maupun kanker payudara yang sudah

metastasis. Obat yang sering digunakan pada IV adalah

epirubisin, siklosfamid, sitarabin.

3) Pemberian secara Intravascular. Pemberian dengan pemasangan

reservoar sub Q secara operatif dan dengan kateter ventricular

(SRVC). Diberikan untuk terapi meningitis neoplastic, tumor

solid, profilaksin dengan risiko tinggi limfoma dan dan

leukemia. Contoh obatnya adalah metotreksat, tiotepa, dan

sitarabin.

4) Pemberian secara Intraperitoneal. Cara ini juga jarang dilakukan

karena membutuhkan alat khusus (kateter intraperitoneal).

Pemberian kemoterapi ini diindikasikan pada minimal tumor

residu kanker ovarium, untuk trial terapi ajuvan, kanker gaster


21

dan kolon. Jenis obat pada terapi ini adalah sisplatin/karboplatin,

metotreksat, dosorubisin, paklitaksel, dan interferon alfa.

5) Pemberian Intra-arterial. Kemoterapi intra-arteri (IAC)

merupakan metode pemberian obat kemoterapi langsung ke

jaringan kenker melalui pembuluh darah arteri dengan

menggunakan kkateter dan system pencitraan X-ray untuk

melihat arteri. Metode IAC ini efktif, baik sebagai pengobatan

primer atau sekunder (setelah radiasi atau kemoterapi IV).

6) Pemberian Intravesikal. Terapi ajuvan profilaksis dan etiologic

adalah untuk mengemilinasi karsinoma in situ, karsinoma

superfisial yang tidak dapat diresksi dan mencegah

kekambuhan. Terapi intravesikal, didasarkan pada

kecenderungan dan resiko terjadinya progesi dan kekambuhan.

d. Efek Samping

Beberapa efek samping dari kemoterapi yaitu:

1) Rasa lelah. Rasa lelah merupakan keluhan yang paling sering

terjadi. Suatu penanganan yang tidak membiarkan satu sel pun

dari tubuh tersentuh, menyebabkan rasa lelah, baik raga maupun

jiwa terkena dampaknya.

2) Gangguan usus dan rongga mulut. Efek kemoterapi terhadap

selaput lendir saluran pencernaan dapat menimbulkan keluhan

dan gangguan serius pada mulut sampai poros usus.


22

3) Gangguan pada kulit. Obat-obat kanker tertentu mempengaruhi

sel-sel aktif di dalam kantung rambut yang memproduksi

rambut. Jadi pada kemoterapi dengan sitostatika tertentu,

kerontokan rambut kepala dapat terjadi.

4) Gangguan organ. Tidak jarang terjadi keluhan pada mata,

kelainan kulit, gangguan fungsi hati atau ginjal, penyimpangan

otot jantung dan paru.

e. Manfaat Kemoterapi

Kemoterapi bertujuan untuk mengobati atau memperlambat

pertumbuhan sel kanker dan mengurangi gejalanya dengan cara:

1) Pengobatan yaitu kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan

satu jenis kemoterapi atau kombinasi beberapa jenis kemoterapi.

2) Kontrol yakni kemoterapi hanya bertujuan untuk mengontrol

perkembangan sel kanker agar tidak bertambah besar atau

mengalami metastase ke jaringan tubuh yang lain, sehingga

memungkinkan pasien hidup secara normal.

3) Mengurangi gejala, kemoterapi yang dilakukan tidak dapat

menghilangkan kanker tetapi dapat mengurangi gejala lain yang

timbul akibat kanker seperti meringankan rasa sakit dan memberi

perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran kanker pada tubuh

yang diserang.

3. Konsep Dasar Pengetahuan

a. Teori Bloom Tentang Pengetahuan


23

Taksonomi Bloom adalah struktur hieraki yang

mengklasifikasikan skill mulai dari tingkat rendah (sederhana) hingga

tingkat yang lebih tinggi (kompleks). Benjamin S. Bloom dalam

kerangka konsep ini, membagi tujuan pendidikan menjadi tiga

domain/ranah kemampuan intelektual yaitu kognitif, afektif dan

psikomotorik. Dalam ranah kognitif terdapat enam kategori yaitu

pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan

(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi

(evaluation) (Bloom, 1956: 18).

Pada tahun 1994, Lorin Anderson Krathwohl yang merupakan

salah seorang murid Bloom, dan beberapa ahli psikologi aliran

kognitivisme melakukan perbaikan dalam taksonomi Bloom. Doman/

ranah yang direvisi hanya pada ranah kognitif. Perbaikan tersebut

dilakukan agar sesuai dengan kemajuan jaman.

Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl dalam ranah kognitif

meliputi remembering (mengingat), understanding (memahami),

applying (menerapkan), analyzing (menganalisis), evaluating

(menilai) dan creating (mencipta). Hasil revisi kenam ranah kognitif

ini dalam pembelajaran dikenal dengan istilah C1 sampai C6.

b. Pengertian

Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas

penggabungan atau kerjasama antara suatu subjek yang mengetahui

dan objek yang diketahui.[13]


24

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). [14]

Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh

oleh seseorang melalui panca indera.

c. Tingkat Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan terdiri dari 4 macam, yaitu

pengetahuan deskriptif, pengetahuan kausal, pengetahuan normatif

dan pengetahuan esensial. Pengetahuan deskriptif yaitu jenis

pengetahuan yang dalam cara penyampaian atau penjelasannya

berbentuk secara objektif dengan tanpa adanya unsur subjektivitas.

Pengetahuan kausal yaitu suatu pengetahuan yang memberikan

jawaban tentang sebab dan akibat. Pengetahuan normatif yaitu suatu

pengetahuan yang senantiasa berkaitan dengan suatu ukuran dan

norma atau aturan. Pengetahuan esensial adalah suatu pengetahuan

yang menjawab suatu pertanyaan tentang hakikat segala sesuatu dan

hal ini sudah dikaji dalam bidang ilmu filsafat.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas

yang berbeda-beda, dan menjelaskan bahwa ada enam tingkatan

pengetahuan yaitu sebagai berikut:


25

1) Pengetahuan (Knowledge). Tahu diartikan hanya sebagai recall

(ingatan). Seseorang dituntut untuk mengetahui fakta tanpa

dapat menggunakannya.

2) Pemahaman (comprehension). Memahami suatu objek bukan

sekedar tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi harus

dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui.

3) Penerapan (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang

telah memahami objek tersebut dapat menggunakan dan

mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan

antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu objek.

5) Sintesis (synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah

ada. Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

6) Penilaian (evaluation) yaitu suatu kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu didasarkan

pada suatu kriteria atau norma-norma yang berlaku di

masyarakat.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


26

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai

berikut:

1) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin

tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang

tersebut untuk menerima sebuah informasi. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan

tetapi dapat diperoleh juga pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini

menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan

menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut. pendidikan

tinggi seseorang didapatkan informasi baik dari orang lain

maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk,

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang

kesehatan.

2) Media massa/ sumber informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengetahuan jangka

pendek (immediatee impact), sehingga menghasilkan perubahan

dan peningkatan pengetahuan. Kemajuan teknologi menyediakan

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi


27

pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sarana

komunikasi seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,

penyuluhan, dan lain-lain yang mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

3) Sosial budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

individu baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

ke dalam individu yang berada pada lingkungan tersebut. Hal

tersebut terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang akan

direspon sebagai pengetahuan.

5) Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi

ataupun pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu

cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

6) Usia
28

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola

pikir dan daya tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang

diperoleh akan semakin banyak.

e. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat -

tingkat tersebut. [14]

Tingkat pengetahuan seseorang dapat diinterpretasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Pengetahuan Baik : 76 % - 100 %.

2) Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 % .

3) Pengetahuan Kurang : < 56 %. [15]

4. Konsep Kecemasan

a. Pengertian

Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang

berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang

digunakan dalam mengatasi permasalahan. [16]

Kecemasan akibat terpajan pada peristiwa traumatik yang

dialami individu yang mengalami, menyaksikan atau menghadapi satu

atau beberapa peristiwa yang melibatkan kematian aktual atau


29

ancaman kematian atau cidera serius atau ancaman integritas fisik diri

sendiri. [17]

Kecemasan adalah kondisi psikologis seseorang yang penuh

dengan rasa takut dan khawatir, dimana perasaan takut dan khawatir

akan sesuatu hal yang belum pasti akan terjadi. Kecemasan berasal

dari bahasa Latin (anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu suatu

kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif dan

rangsangan fisiologis. [18]

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai

ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa

aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak

menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai

perubahan fisiologis dan psikologis. Anxiety atau kecemasan

merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan,

menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya

atau ancaman bahaya dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau

reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik.[19]

b. Penyebab Kecemasan

Penyebab rasa cemas dapat dikelompokan pula menjadi 3

faktor, yaitu :

1) Faktor biologis atau fisiologis, berupa ancaman akan kekurangan

makanan, minuman, perlindungan dan keamanan.


30

2) Faktor psikososial, ancaman terhadap konsep diri, kehilangan

benda atau orang yang dicintai, perubahan status sosial ekonomi.

3) Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada masa bayi, anak,

remaja. [20]

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang

meliputi beberapa aspek antara lain, terdapat komponen genetik

terhadap kecemasan, scan otak dapat melihat perbedaan terutama

pada pasien kecemasan yang respons dengan signal berbahaya,

sistem pemprosesan informasi dalam seseorang berjalan dengan

singkat (hal ini dapat direspons dengan suatu ancaman sebelum yang

bersangkutan menyadari ancaman tersebut), akar dari gangguan

kecemasan mungkin tidak akan menjadi pemisahan mekanisme yang

menyertainya namun terjadi pemisahan mekanisme yang

mengendalikan respons kecemasan dan yang menyebabkan situasi

diluar kontrol.

Proses terjadinya kecemasan Perasaan tidak nyaman atau

terancam pada ansietas diawali dengan adanya faktor predisposisi

dan faktor presipitasi.

1) Faktor Predisposisi

Berbagai faktor predisposisi yang dijelaskan ke dalam

beberapa teori mengenai kecemasan. Faktor predisposisi adalah

faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang


31

dapat digunakan individu untuk mengatasi stress. Berbagai teori

dikembangkan mengenai faktor predisposisi terjadinya ansietas

Atas dasar ini beberapa teori dan kajian tentang sumber-sumber

kecemasan telah berkembang yang diuraikan sebagai berikut :

a) Teori Psikoanalitik

Menurut pandangan psikoanalitik kecemasan

merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian yaitu Id dan super ego. Id mewakili dorongan

insting dan impuls primitif seseorang sedangkan super ego

mencerminkan hati nurai seseorang dan dikendalikan oleh

norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi

menengahi tuntutan daru dua elemen yang bertentangan dan

fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya

yang menimpa.

b) Teori Interpersonal

Pandangan ini menyatakan bahwa kecemasan timbul

dari perasaan takut tidak adanya penerimaan dan penolakan

interpersonal. Berhubungan dengan masa trauma dimasa

perkembangan seperti perpisahan dan kehilangan yang

menimbulkan kelemahan spesifik, seseorang dengan

gangguan hubungan interpersonal dengan harga diri rendah,

mudah mengalami kecemasan yang berat.

c) Teori Perilaku
32

Dalam teori ini kecemasan merupakan produk frustasi

yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan

seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar

perilaku yang lain menganggap kecemasan sebagai suatu

dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam

untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dalam

kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang

berlebihan, lebih sering menunjukkan kecemasan pada

kehidupan selanjutnya.

d) Kajian Keluarga

Menunjukkan bahwa kecemasan merupakan hal yang

biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih

antara gangguan kecemasan dan gangguan keceaman dengan

depresi.

e) Kajian Biologis

Kajian ini menunjukkan bahwa otak mengandung

reseptor untuk benzodi azepenes. Reseptor ini mungkin

membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam

aminobutirik-gammanetroregulator (GABA) yang menjadi

peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan

kecemasan. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan

umum seseorang berakibat sebagai predisposisi terhadap

kecemasan dan dapat disertai dengan gangguan fisik sehingga


33

dapat menurunkan kemampuan seseorang untuk mengatasi

stressor.

2) Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat berasal dari sumber internal dan

eksternal. Faktor ini dapat dikelompokkan dalam 2 kelompok

yaitu:

a) Ancaman terhadap integritas fisik

Meliput ketidakmampuan fisiologis yang akan datang

atau menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari misalnya infeksi virus dan bakteri, ancaman

akan keselamatan, kehilangan tempat tinggal. Makanan,

pakaian, serta traumatik akibat cidera. Sumber internal

meliputi kegagalan mekanisme fisiologis seperti hati, sistem

imun dan pengaturan suhu.

b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang

Berasal dari sumber internal dan eksternal. Sumber

internal meliputi takut kehilangan, pemahaman, perceraian

atau perpindahan, perubahan status pernikahan dan dilema

etnik serta tekanan dari kelompok sosial budaya sedangkan

sumber eksternal meliputi kesulitan-kesulitan interpersonal

dirumah atau dilingkungan kerja, atau penerimaan terhadap

peran yang baru, misalnya menjadi orang tua, pelajar dan

karyawan.
34

d. Klasifikasi Kecemasan

Semua orang pasti mengalami kecemasan pada derajat

tertentu, klasifikasi kecemasan yaitu sebagai berikut:

1) Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-

hari. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar menghasilkan

pertumbuhan serta kreatifitas. Tanda dan gejala antara lain:

persepsi dan perhatian meningkat, waspada, sadar akan stimulus

internal dan eksternal, mampu mengatasi masalah secara efektif

serta terjadi kemampuan belajar. Perubahan fisiologi ditandai

dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda

vital dan pupil normal.

2) Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang

memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang

lain, sehingga individu mengalami perhatian yang selektif,

namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon

fisiologi : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

mulut kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan respon kognitif

yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu

diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiaannya.

3) Kecemasan Berat
35

Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi

individu, individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu

yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal

lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi 15 ketegangan.

Tanda dan gejala dari kecemasan berat yaitu : persepsinya sangat

kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian sangat

terbatas, tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah,

serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini

individu mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar,

insomnia, palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang air

kecil maupun besar, dan diare. Secara emosi individu mengalami

ketakutan serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya.

4) Panik

Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan

terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan

kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan

sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang,

kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan

dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi

kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari

tingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian.


36

e. Tanda dan Gejala Kecemasan

Ada beberapa tanda-tanda kecemasan, yaitu :

1) Tanda-Tanda Fisik Kecemasan, tanda fisik kecemasan

diantaranya yaitu : kegelisahan, kegugupan,, tangan atau anggota

tubuh yang bergetar atau gemetar, sensasi dari pita ketat yang

mengikat di sekitar dahi, kekencangan pada pori-pori kulit perut

atau dada, banyak berkeringat, telapak tangan yang berkeringat,

pening atau pingsan, mulut atau kerongkongan terasa kering,

sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung yang

berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang bergetar, jari-

jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa

lemas atau mati rasa, sulit menelan, kerongkongan merasa

tersekat, leher atau punggung terasa kaku, sensasi seperti tercekik

atau tertahan, tangan yang dingin dan lembab, terdapat gangguan

sakit perut atau mual, panas dingin, sering buang air kecil, wajah

terasa memerah, diare, dan merasa sensitif atau “mudah marah”.

2) Tanda-Tanda Behavioral Kecemasan, Tanda-tanda behavorial

kecemasan diantaranya yaitu : perilaku menghindar, perilaku

melekat dan dependen, dan perilaku terguncang.

3) Tanda-Tanda Kognitif Kecemasan Tanda-tanda kognitif

kecemasan diantaranya : khawatir tentang sesuatu, perasaan

terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang

terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang


37

mengerikan akan segera terjadi (tanpa ada penjelasan yang jelas),

terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada terhadap sensasi

ketubuhan, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang

normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian,

ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan

ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa dunia

mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa

dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat

membingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal

yang sepele, berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara

berulang-ulang, berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian

(kalau tidak pasti akan pingsan), pikiran terasa bercampur aduk

atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran

terganggu, berpikir akan segera mati (meskipun dokter tidak

menemukan sesuatu yang salah secara medis), khawatir akan

ditinggal sendirian, dan sulit berkonsentrasi atau memfokuskan

pikiran.

Adapun gejala kecemasan diantaranya yaitu :

1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang

2) Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)

3) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum

(demam panggung)

4) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain


38

5) Tidak mudah mengalah

6) Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah

7) Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik),

khawatir berlebihan terhadap penyakit

8) Mudah tersinggung, membesar-besarkan masalah yang kecil

(dramatisasi)

9) Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang

dan ragu

10) Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali

diulang-ulang.

11) Apabila sedang emosi sering kali bertindak histeris.

f. Pengukuran Tingkat Kecemasan

Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Pertama kali

digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton

dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan

terutama pada penelitian trial clinic. Kecemasan dapat diukur dengan

pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang

disebut HARS. Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang

didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami

kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 symptoms yang

nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang

diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai

dengan 4 (severe). Penilaian kecemasan terdiri 14 item, meliputi :


39

1. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu

dan lesu.

3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila

tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.

4. Gangguan pola tidur, contoh : terbangun pada malam hari, tidur

tidak pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan

sulit konsentrasi.

6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan

pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik: nyeri patah otot-otot dan kaku, gertakan gigi,

suara tidak stabil dan kedutan otot.

8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur,

muka merah dan pucat serta merasa lemah.

9. Gejala kardiovaskuler : tackikardi, nyeri di dada, denyut nadi

mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

10. Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,

sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan

menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah

makan, perasaan panas di perut.


40

12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan 52

kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah,

bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar,

mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot

meningkat dan napas pendek dan cepat.

Berikut adalah tabel cara penilaian kecemasan dengan

memberikan nilai dan kategori:

Tabel 2.1 Cara Penilaian Kecemasan


Nilai Kategori

0 Tidak ada gejala sama sekali

1 Satu dari gejala yang ada

2 Sedang/separuh dari gejala yang ada

3 Berat/lebih dari setengah gejala yang


ada

4 Sangat berat/semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah skor


dan item 1-14 dengan hasil :

Tabel 2.2 Penentuan Derajat Kecemasan


Skor Hasil

≤6 Tidak ada kecemasan

7-14 Kecemasan ringan


41

15-27 Kecemasan sedang

>27 Kecemasan berat

B. Hasil Penelitian Yang Mendukung

1. Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Kemoterapi

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat

Pengetahuan Pasien Tentang Kemoterapi di Rumah Sakit Kanker

Dharmais” mengenai gambaran tingkat pengetahuan pasien tentang

kemoterapi adalah tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 61,9%, dan tingkat

pengetahuan rendah sebanyak 38,1 %. [21]

Disimpulkan bahwa sebagian sebagian besar pasien di RSK

Dharmais memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang pengobatan

kemoterapi, hal ini selain faktor-faktor diatas juga merupakan faktor

edukasi khusus (penyuluhan) yang dilakukan secara kontinyu dan berkala.

Kegiatan tersebut dilakukan seminggu sekali kepada seluruh pasien dan

keluarga pasien rawat inap dengan materi yang sudah tersistem. Dengan

kegiatan yang terus menerus tersebut akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang pengobatan kemoterapi.

Akan tetapi tidak semua pasien mengikuti kegiatan tersebut dengan

berbagai sebab dan alasan.

Berdasarkan penelitian Hilmi (2015) yang berjudul “Gambaran

Pengetahuan Tentang Kemoterapi Pada Penderita Kanker Payudara di

RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar”Tingkat pengetahuan pasien


42

tentang kemoterapi kategori baik sebanyak 20 orang (62%),

danpengetahuan kurang sebanyak 12 orang (38%). Tingkat pengetahuan

tentang kemoterapi semakin baikpada pasien yang berusia 36-45 tahun,

berpendidikan tinggi, dan memiliki aktivitas rutin. Pasien yangbelum

pernah menjalani kemoterapi cenderung memiliki pengetahuan kurang

mengenai pengobatankemoterapi. [22]

Hasil penelitian Nurhikmah (2016) yang berjudul “Gambaran

Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Ca Mammae Tentang Pemberian

Kemoterapi di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar” menunjukkan bahwa

dari 70 responden yang memiliki tinggkat pengetahuan baik, 34 responden

(48,57%), 29 responden (41,42%) yang memiliki tingkat pengetahuan

cukup ,dan 7 reponden memiliki tingkat pengetahuan kurang. [23]

2. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kemoterapi

Hasil penelitian Putri, et all (2019) yang berjudul ” Gambaran

Tingkat Kecemasan Pada Anak Kanker Sebelum Menjalani Kemoterapi di

Rumah Singgah Yayasan Peduli Kanker Anak Bali” menunjukkan bahwa

sebesar 76,7% anak mengalami tingkat kecemasan yang berat, 13,3% anak

memiliki kecemasan sedang., dan 10,0% anak mengalami kecemasan

ringan. Kecemasan tersebut dirasakan akibat takut dengan jarum suntik,

merasa sakit akibat tertusuk jarum yang terusmenerus, takut dengan

petugas kesehatan dan keramaian di rumah sakit, serta takut akan prosedur

kemoterapi yang membutuhkan waktu yang lama. Rasa takut yang dialami
43

oleh anak ini membuat anak merasa cemas setiap datang ke rumah sakit

untuk pengobatan selanjutnya [24]

Hasil penelitan Bintang, et all (2012) yang berjudul “Gambaran

Tingkat Kecemasan, Stres, dan Depresi Pada Pasien Kanker Yang

Menjalani Kemoterapi di Salah Satu RS di Kota Bandung” menunjukkan

sebanyak 34,28% mengalami kecemasan sedang ; 12,86% mengalami

kecemasan berat ; 4,28% mengalami kecemasan sangat berat ; 10%. [25]

Hasil penelitian Aulia (2019) yang berjudul “ Gabaran Tingkat

Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara Dalam Menjalani Kemoterapi

di Ruang Kemoterapi RSUP H. Adam Malik Medan” menunjukkan bahwa

dari 38 orang yang menjadi responden menunjukkan bahwa pasien yang

tidak mengalami kecemasan 3 orang (7,9%), kecemasan ringan 7 orang

(18,4%), kecemasan sedang 16 orang (42,1%), kecemasan berat 10 orang

(26,3%), kecemasan berat sekali 2 orang (5,3%). [26]

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rondonuwu, et

al (2014) yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat

Kecemasan Pada Klien Pre Operasi Katarak di Balai Kesehatan Mata

Masyarakat (BKMM) Manado” menyatakan uji chi-square melalui uji

diperoleh nilai α sebesar 0,001 yaitu lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan tingkat kecemasan klien pre operasi katarak.[27]


44

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyowati, et al (2014) yang

berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kecemasan Pasien

Hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”

menunjukkan ada hubungan negatif antara tingkat pengetahuan dengan

kecemasan pada pasien hemodialisa, yang artinyasemakin baik tingkat

pengetahuan maka akan semakin tidak ada kecemasan pada pasien

hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.[28]

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2019) yang

berjudul “Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan pada Pasien Pra

Operasi Katarak di Rumah Sakit Mitra Husada Kabupaten Pringsewu

Provinsi Lampung” menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

pengetahuan dengan kecemasan pada pasien pra operasi katarak di Rumah

Sakit Mitra Husada Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung dengan nilai

p value = 0, 003 dan nilai korelasi = 0, 597. [29]

C. Teori Model Keperawatan

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan konsep teori adaptasi Roy.

Teori adaptasi menurut Roy terdapat lima objek utama dalam ilmu

keperawatan, yaitu manusia (individu yang mendapatkan asuhan

keperawatan), keperawatan, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan, dan

aplikasi : tindakan keperawatan.

1. Manusia

Roy mengungkapkan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan

adalah individu, keluarga, kelompok, komunitas, atau sosial. Masing-


45

masing diperlakukan sebagai sistem adaptasi yang holistik dan terbuka.

Sistem terbuka berdampak terhadap perubahan yang konstan seperti

informasi, kejadian, dan energi antar sistem dan lingkungan. Interaksi

yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan

internal dan eksternal. Oleh karena itu individu harus mempertahankan

integritas dirinya yaitu beradaptasi secara kontinu.

a. Input Sistem adaptasi mempunyai input yang berasal dari internal

setiap individu. Roy mengartikan input sebagai stimulus. Stimulus

merupakan suatu informasi, kejadian, atau energi yang berasal dari

lingkungan. Ketika adanya stimulus, tingkat adaptasi individu

direspons sebagai suatu input dalam sistem adaptasi. Tingkat

adaptasi bergantung dari stimulus yang didapat berdasarkan

kemampuan individu. Tingkat respons antar individu sangat

bervariasi dan unik bergantung pada pengalaman yang didapatkan

sebelumnya, status kesehatan individu, dan stresor yang diberikan.

b. Proses Roy menggunakan mekanisme koping untuk menjelaskan

proses kontrol dari individu sebagai suatu sistem adaptasi. Roy

menekankan bahwa ilmu keperawatan digunakan untuk mengontrol

mekanisme koping. Mekanisme koping tersebut dinamakan

regulator dan kognator. Subsistem regulator mempunyai komponen

seperti input, proses internal, dan output. Stimulus input berasal dari

dalam ataupun luar individu. Perantara sistem regulator adalah

kimiawi, saraf, atau endokrin. Reflek otonomi sebagai respons


46

neuro berasal dari batang otak dan korda spinalis, yang diartikan

sebagai suatu perilaku output dari sistem regulasi. Organ target atau

endoterin dan jaringan di bawah kontrol endokrin juga

memproduksi perilaku output regulator yang mengakibatkan

terjadinya Andreno Corticalltyroid Hormone (ACTH), lalu diikuti

peningkatan kadar kortisol darah. Subsistem kognator juga berasal

dari faktor internal dan eksternal. Perilaku output subsistem

regulator dapat menjadi umpan balik terhadap stimulus subsistem

kognator. Proses kontrol kognator berhubungan dengan fungsi otak

yang tinggi terhadap persepsi atau informasi, emosi, dan

pengambilan keputusan. Persepsi proses juga berhubungan dengan

seleksi perhatian, ingatan, dan kode.

c. Efektor Menurut Roy sistem efektor adalah sistem adaptasi proses

internal yang terjadi pada individu. Terdapat 4 efektor atau model

adaptasi tersebut meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan

ketergantungan (interdependen). Mekanisme regulator dan kognator

bekerja pada model adaptasi. Perilaku yang berhubungan dengan

mode adaptasi adalah manifestasi dari tingkat adaptasi individu dan

mengakibatkan digunakannya mekanisme koping.

d. Output Perilaku individu berhubungan dengan metode adaptasi.

Koping yang tidak efektif dapat berdampak pada respons sakit

(maladaptif). Jika individu masuk pada zona maladaptif maka

individu tersebut mempunyai masalah keperawatan (adaptasi).


47

2. Keperawatan

Keperawatan merupakan bentuk pelayanan profesional berupa

pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat

maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis, dan sosial agar

dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan

kebutuhan dasar berupa meningkatnya kemampuan yang ada pada

individu, mencegah, memperbaiki dan melakukan rehabilitasi dari suatu

keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu.Menurut Roy tujuan dari

keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan

dengan empat model respons adaptasi. Perubahan internal, eksternal dan

stimulus input bergantung dari kondisi koping tiap individu. Kondisi

koping menggambarkan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi

ditentukan oleh stimulus fokal, konstekstual, dan residual. Stimulus fokal

merupakan suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap input

yang masuk. Stimulus konstekstual ialah semua stimulus lain yang

merangsang seseorang baik internal maupun eksternal serta memengaruhi

situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan

oleh individu.Stimulus residual ialah karakteristik/riwayat seseorang dan

timbul secara relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit

diukur secara objektif.

3. Konsep Sehat-Sakit

Menurut Roy sehat merupakan suatu kontinu dari meninggal

sampai dengan tingkatan tertinggi sehat. Roy menekankan bahwa


48

sehatmerupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya menjadikan

dirinya terintegrasi secara keseluruhan, yaitu fisik, mental, dan sosial.

Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu

untuk memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.

Sakit adalah suatu kondisi ketidak mampuan individu untuk beradaptasi

terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar tubuh.

Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) bergantung pada latar

belakang individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan

sehat-sakit.

4. Konsep Lingkungan

Roy mengartikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal

dari internal dan eksternal, yang mempengaruhi dan berakibat terhadap

perkembangan serta perilaku seseorang dan kelompok. Lingkungan

eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima

individu dan dipersepsikan sebagai ancaman. Sedangkan lingkungan

eksternal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa

pengalaman, kepribadian dan kemampuan emosional) dan proses stresor

biologis yang berasal dari dalam tubuh individu. Manifestasi yang

tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons.

5. Aplikasi Pada Asuhan Kepearawatan : Proses Keperawatan

Model ilmu keperawatan adaptasi Roy memberikan pedoman

kepada perawat dalam mengembangkan asuhan keperawatan melalui


49

proses keperawatan. Unsur proses keperawatan meliputi pengkajian,

diagnosis keperawatan, intervensi, dan evaluasi.

D. Kerangka Teori
50

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Keterangan:

Variabel yang tidak diteliti

Variabel yang diteliti

Sumber : Modifikasi dari Glasier and Gabbie (2005), Stuart and Sundean (2007)
Baziad ( 2003)
E. Kerangka Pemikiran

Tidak Cemas

Tingkat
Pengetahuan: Cemas Ringan
Tingkat
a. Baik Cemas Sedang
Kecemasan
b. Cukup
c. Kurang Cemas Berat

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

F. Hipotesa Penelitian
51

Adapun hipotesa pada penelitan ini yaitu:

H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kemoterapi

dengan tingkat kecemasan pada pasien yang mejalani kemoterapi siklus

pertama di ruang One Day Care Santosa Hospital Bandung Central.

H1: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kemoterapi dengan

tingkat kecemasan pada pasien yang mejalani kemoterapi siklus pertama

di ruang One Day Care Santosa Hospital Bandung Central.

Anda mungkin juga menyukai