Anda di halaman 1dari 7

Pembahasan

1. Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Kemoterapi

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam seseorang

mengambil keputusan (Bawelle,dkk, 2013). Pengetahuan dapat diartikan

sebagai actionable information atau information yang dapat ditindak

lanjuti atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak,

untuk mengambil keputusan dan untuk menempuh arah atau strategi

tertentu (Nursalam, 2015). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut

Meliono (2007), pegetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan, media,

dan keterpaparan informasi.

Pegetahuan tentang kemoterapi sangat penting supaya responden

bisa mengantisipasi hal-hal yang terjadi selama melakukan kemoterapi

terutama efek samping yang akan muncul setelah menjalani kemoterapi.

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi sikap dan perilakunya.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.

Hasil penelitian menujukkan bahwa pengetahuan pasien tentang

kemoterapi di Ruang One Day Care Santosa Hospital Bandung Central

terhadap 33 responden, diperoleh jumlah responden sebagian besar

memilki tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 20 orang (60,6%),

sedangkan responden yang lain sebanyak 6 orang (18,2 %) memiliki

tingkat pengetahuan cukup dan 7 orang (21,2 %) memiliki tingkat


pengetahuan baik. Pengetahuan yang kurang pada sebagian besar

responden disebabkan oleh kurangnya paparan informasi mengenai

kemoterapi yang akan mereka jalani baik dari dari media cetak dan

elektronik. Selain itu, sebagian besar responden tinggal di pedesaan

sehingga sulitnya mengakses informasi yang disebabkan karena koneksi

internet yang kurang stabil.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil tahu

atau perolehan informasi melalui panca indera. Tingkat pengetahuan

pasien tentang kemoterapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor

internal (jasmani dan rohani) dan faktor eksternal (pendidikan, paparan

media masa, status ekonomi dan pengalaman). Kemudahan pasien

memperoleh informasi baik dari perawat atau dari paparan media masa

(media cetak, media elektronik, keluarga dan sumber lainnya) merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Faktor internal (jasmani) yang mempengaruhi pengetahuan adalah

usia dan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar

responden berusia 41-65 tahun yaitu sebanyak 18 orang (54,5%).

Berdasarkan hal itu, maka semakin cukup umur maka tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih baik dalam berfikir dan bekerja yang

kemudian akan membuat seseorang menjadi lebih mudah untuk

meningkatkan pengetahuannya.

Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, sebagian responden berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak sebanyak 24 orang (72,7%). Perbedaan


pola pikir antara laki-laki dan perempuan merupakan penyebab yang

mempengaruhi pengetahuan. Perempuan cenderung lebih kompleks dan

tidak berpusat pada diri sendiri sedangkan laki-laki cenderung sebaliknya.

Penelitian Yulia (2012) menunjukkan laki-laki lebih memiliki pengetahuan

yang baik dibandingkan perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan

memiliki kecenderungan perasaan yang komplek dan menganggap bahwa

kemoterapi menjadikan beban pikiran mereka bertambah sehingga dapat

mempengaruhi pengetahuan.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan salah

satunya tingkat Pendidikan. Sebagian besar responden memiliki tingkat

pendidikan SMA yaitu sebanyak 15 Orang (45,5%). Pendidikan

merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang, hal ini berkaitan dengan semakin tinggi jenjang pendidikan

seseorang maka akan semakin mudah seseorang dalam menerima

informasi (Notoatmodjo, 2007). Bukan berarti orang yang memiliki tingkat

pendidikan rendah tidak memiliki pengetahuan yang baik, karena

pendidikan didapat bukan hanya secara formal tapi juga non formal.

2. Tingkat Kecemasan Pasien Yang Menjalani Kemoterapi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 orang yang menjadi

responden menunjukkan sebagian besar memilki tingkat kecemasan berat

yaitu sebanyak 20 orang (60,6%), sedangkan responden yang lain

sebanyak 9 orang (27,3 %) memiliki tingkat kecemasan sedang dan 4

orang (12,1 %) memiliki tingkat kecemasan ringan. Hal ini menjadikan


individu terfokus pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi

penyempitan lapangan persepsi, tetapi masih dapat melakukan sesuatu

dengan bantuan orang lain. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori

kecemasan ialah suatu kondisi emosional yang tidak menyenangkan yang

datang dari dalam, bersifat meningkatkan, menggelisahkan, dan

menakutkan yang dihubungkan dengan suatu ancaman bahaya yang tidak

diketahui asalnya oleh individu.

Perasaan ini disertai komponen somatik, fisiologik, otonomik,

biokimia, hormonal, dan perilaku. Individu yang menghadapi suatu

masalah yang akan mengalami kecemasan yang berbeda-beda sesuai

dengan berat ringannya masalah serta tergantung mekanisme koping yang

dimiliki individu. Kecemasan dapat dipengaruhi oleh berbagai factor

namun tergantung pada kematangan kepribadian seseorang, pengalaman

terhadap tantangan, harga diri dan mekanisme koping , mekanisme

pertahanan diri juga digunakan untuk mengatasi kecemasan antara lain

dengan menekan konflik, implus-implus yang tidak dapat diterima dengan

sadar dan tak mau memikirkan hal-hal yang menyenangkan.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden pasien kanker

dalam menjalani kemoterapi siklus pertama mengalami kecemasan berat,

hal ini dikarenakan sebelum responden menjalani kemoterapi, responden

terlebih dahulu dijelaskan tentang prosedur kemoterapi yang akan

dilakukan oleh petugas kesehatan tidak secara rinci, dan minimnya

mencari informasi tentang kemoterapi yang akan mereka jalani, sehingga


belum memiliki koping mekanisme yang kuat. Selain itu, mereka juga

mengalami cemas akan kondisi penyakitnya, cemas tidak akan sembuh dan

takut akan kematian.

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Pada

Pasien Kemoterapi Siklus Pertama

Hasil dari uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara

tingkat pengetahuan pasien kanker tentang kemoterapi dengan kecemasan

dalam menjalani tindakan kemoterapi di ruang One day care Santosa

Hospital Bandung Central. Dalam penelitian ini didapatkan hasil terdapat

20 orang dari 33 responden berpengetahuan kurang dimana 18 orang

tingkat kecemasannya berat, 2 orang tingkat kecemasannya sedang dan

tidak ada yang kecemasannya ringan.

Pengetahuan merupakan faktor internal dalam motivasi menjalani

kemoterapi, pengetahuan tentang apa yang diharapkan dan kemungkinan

efek samping kemoterapi itu perlu diketahui pasien kanker karena ini

dapat memberikan rasa nyaman pada pasien kanker, misalnya

kemungkinan untuk sembuh, hidup lebih panjang tanpa tanda dan gejala

kanker atau hanya meringankan tanda dan gejala kanker saja.

Pengetahuan yang baik tentang pengobatan kanker dengan

kemoterapi akan membuat penderita kanker memahami tentang tujuan

kemoterapi dan akan mempersiapkan dirinya untuk mengantisipasi

kemungkinan efek samping yang akan timbul sehingga kecemasan pasien

pun akan lebih mudah terdeteksi dan penanganannya pun akan semakin
baik. Sebaliknya kurangnya pengetahuan mengenai kemoterapi merupakan

salah satu penyebab dari kecemasan individu yang akan berefek baik dari

segi fisik atau psikis. Hal ini sejalan dengan penelitian ini yang

mengemukakan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan

kurang dan memiliki kecemasan sedang sebanyak 2 orang dan 18 orang

memiliki tingkat pengetahuan kurang dan memiliki kecemasan berat.

Dari Penelitian ini juga diperoleh informasi bahwa ada korelasi

positif yang kuat (0,709) Hasil analisis Uji Sommers’d diperoleh p =

0,000. Nilai p (0,000) lebih kecil dari α (0,05), maka disimpulkan terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan pasien tentang kemoterapi

dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi siklus

pertama di ruang one day care Santosa Hospital Bandung Central

Nilai rxy = 0,709 ini menunjukkan kekuatan hubungan

pengetahuan dengan tingkat kecemasan adalah kuat, Nilai kontribusi

variabel pengetahuan terhadap kecemasan adalah 0,7092 x 100% = 50%,

Artinya pengetahuan pasien memberikan kontribusi terhadap penurunan

kecemasan sebesar 50%, dan 50% ditentukan oleh variabel yang lain.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lutfa dan Maliya (2008)

yang mengemukakan semakin tinggi tingkat pengetahuan pasien kanker

tentang kemoterapi maka akan semakin rendah tingkat kecemasan pasien.

Hal tersebut dikarenakan semakin pasien tahu tentang kemoterapi dan efek

samping yang merugikan maka akan membuat pasien mempersiapkan diri

mereka untuk menghadapi dan mencari solusi kemungkinan efek samping


yang merugikan [31]. Pendapat ini didukung oleh Desen (2011) bahwa

semakin responden mengetahui efek-efek yang merugikan tentang

kemoterapi, maka akan membuat responden menjadi lebih siap untuk

menghadapi kemungkinan efek-efek yang merugikan dari kemoterapi. Hal

ini berarti pasien kanker yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik

atau cukup tentang kemoterapi akan menurunkan tingkat kecemasan

mereka dalam menjalani tindakan kemoterapi. [5]

Anda mungkin juga menyukai