Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan peneliti mengurus surat perizinan

penelitian ke pihak akademik kampus psikologi dengan mengajukan secara online

di Siassy UIN Suska. Lalu diproses oleh pihak akademik dan surat keluar setelah

3 hari pengurusan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba

alat ukur (try out) terlebih dahulu yang disebarkan kepada siswa SMA yang

berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden.

Peneliti melakukan try out pada tanggal 27 mei 2022. Setelah skala dibagikan,

peneliti melakukan analisis uji beda pada aitem dan melihat aitem yang layak

dijadikan untuk alat ukur penelitian. Namun untuk variable kepercayaan diri

peneliti melakukan try out lagi dikarenakan hampir semua aitem tidak layak

digunakan dan peneliti melakukan try out untuk variable kepercayaan diri dengan

skala baru pada tanggal 18 Juli 2022 pada 100 responden di SMA yang berjenis

kelamin laki-laki, lalu di analisis dan melakukan penelitian.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus surat perizinan

rekomendasi riset terlebih dahulu kepada akademik yang ditujukan ke dinas

penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu secara online di laman web

resmi DPMPTSP. Setelah surat diproses lalu peneliti mendownload berkas surat

melalui situs web yang teah diakses. Kemudian di print dan mengantarkan surat

ke kantor dinas pendidikan provinsi riau dan surat akan di proses selama 3 hari
untuk menunggu surat balasannya. Setelah mendapatkan surat balasan peneliti

menyerahkan surat balasan tersebut ke tata usaha sekolah tempat penelitian

sebagai syarat untuk melakukan pengambilan data penelitian.

Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan dengan cara memberi skala

kepada subjek penelitian. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

ada remaja laki-laki yang berjumlah 228 responden. penelitian dilkukan pada

tanggal 25 juli 2022 di SMA N 12 Pekanbaru selama 5 hari dikarenakan

mengambil data kekelas dengan menggunakan waktu guru BK disekolah. Namun

dipertengahan pengambilan data peneliti terkena musibah kecelakaan dan

dijambret dan penelitianpun tertunda. Penelitian dilakukan kembali pada tanggal

05-09 september 2022. Dalam proses pengambilan data, peneliti memberikan

langsung skala penelitian kepada siswa laki-laki di kelas 10, 11, dan 12. Skala

yang disebarkan oleh peneliti sebanyak 35 aitem, 17 aitem kepercayaan diri dan

18 skala body shaming. Peneliti bisa mengamati secara langsung proses siswa

dalam mengisi kusioner tersebut. Kemudian data yang terkumpul dianalisis

dengan menggunakan SPSS versi 26.00 for windows.

Kesulitan yang dialami peneliti dalam penelitian ini adalah waktu

pengambilan data. Karena saat try out peneliti melakukan 2 kali pengambilan data

untuk variabel kepercayaan diri karena banyak aitem yang tidak layak digunakan.

Dan saat pengambilan data peneli juga terhenti karena ada musibah, oleh karena

itu menjadi penyebab terhambatnya penelitian ini selesai.


B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Demografi Subjek Penelitian

Analisis deskripsi subjek penelitian berdasarkan data pneelitian yang telah

terkumpul, berupa hasil tanggapan subjek pada kusioner yang diberikan pada 228

subjek remaja laki-laki. Data penelitian yang terkumpul ditransformasikan dalam

bentuk table numerik sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Analisis

deskriptif digunakn peneliti untuk memberikan informasi mengenai karateristik

demografi subjek. Berikut adalah ahasil analisi deskriptif subjek antara lain:

a. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia


Tabel 4.1
Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Presentase
14 Tahun 4 1.8 %
15 Tahun 50 21.9 %
16 Tahun 44 19.3 %
17 Tahun 80 35.1 %
18 Tahun 50 21.9 %
Total 228 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa subjek penelitian

berjumlah 228 remaja laki-laki. Usia subjek berkisar antara 14-18 tahun yang

didominasi oleh subjk yang berusia 17 tahun sebesar 35,5% (n=80)

selanjutnya diikuti oleh usia 15 tahun dan 18 tahun yang sama sebesar 21,9%

(n=50), lalu untuk usia 16 tahun sebesar 19,3% (n=44), dan usia 14 tahun

hanya sebesar 1.8% (n=4).


b. Gambaran Subjek Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)

Tabel 4.2
Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori Nilai IMT


Kurus Underweight <18,5
Normal Ideal 18,5-25,0
Gemuk Overweight 25,1-27,0
Obesitas Obesitas >27,1
Sumber: Alodokter.com

Untuk mengetahui apakah subjek memiliki berat badan yang ideal,


maka akan menggunakan rumus indeks massa tubuh (IMT) sebagai berikut:

Berat badan(kg)
IMT =
Tinggi badan ( m ) ×Tinggi badan( m)

Berdasarkan rumus diatas yang dihitung secara manual terhadap berat


bdan dan tinggi badan subjek maka mendapatkan hasil perhitungannya sebagai
beikut:

Tabel 4.3
Gambaran indek massa tubuh (IMT) subjek
Kategori Jumlah Presntase
Kurus 95 41,7%
Normal 117 51,3%
Gemuk 6 2,6%
Obesitas 10 4,4%
Total 100%

Tabel diatas menunjukkan bahwa gambaran berat badan subjek


berdasarkan nilai IMT yang sudah dihitungyang memiliki presentase
terbanyak adalah pada kategori normal/ideal yaitu sebanyak 117 (51,3%)
subjek. Sedangkan presentase terendah yaitu pada kategori gemuk sebanyak 6
orang (2,6%) subjek.
c. Gambaran Subjek Berdasarkan Berat Badan

Tabel 4.4
Deskripsi Subjek Berdasarkan Warna Kulit
Warna Kulit Frekuensi Presentase
Hitam 6 2.6%
Kuning Langsat 5 2.2%
Putih 25 11.0%
Sawo Matang 192 84.2%
Total 228 100%

Kemudian tabel menunjukkan bahwa warna kulit subjek dominan


sawo matang yaitu sebesar 84,2% (n=192), selanjutnya warna kulit putih
sebesar 11,0% (n=25), warna kulit hitam sebesar 2,6% (n=6), dan warna kulit
kuning langsat sebesar 2,2% (n=5) saja.

d. Gambaran Subjek Berdasarkan Berat Badan

Tabel 4.5
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Rambut
Jenis Rambut Frekuensi Presentase
Ikal 62 27.2%
Keriting 5 2.2%
Lurus 161 70.6%
Total 228 100%

Tabel juga menunjukkan untuk jenis rambut subjek dominan lurus

yakni sebesar 70,6% (n=161), untuk jenis rambut ikal sebesar 27,2% (n=62),

dan untuk jenis rambut yang keriting hanya sebesar 2,2% (n=5) saja.

2. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan sebelum uji hipotesis yang berguna untuk

mengetahui apakah data penelitian tersebut terdistribusi secara normal atau

tidak sehingga data tersebut dapat dianalisis lebih lanjut dengan regresi linear

sederhana. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas.
a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah nilai residual

terdistribusi normal atau tidsk. Model regresi yang baik adalah apabila

variable independen dan variable dependen memiliki nilai residual yang

terdistribusi secara normal.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas

N Mean Skewness Kurtosis


Statisti Statisti Statisti Std. Statisti Std.
c c c Eror c Eror
Body 228 3,7662 -0,953 0.161 1,784 0.321
shaming
Kepercayaan 228 4,0042 -0,136 0.161 -0,314 0.321
Diri

Menurut field (2009) untuk mengetahui normalitas pada data yang

berjumlah diatas 200 sampel, maka dapat dilihat dari nilai statistik

skewness dan kurtosis tanpa perlu membagi dengan standard eror.

Berdasarkan tabel 4.6 variabel body shaming memiliki nilai statistik

skewness sebesar -0,953 dan nilai statistik kurtosis sebesar 1,784.

Kemudian pada variabel kepercayaan diri nilai statistik skewness sebesar

--0,136 dan nilai statistik kurtosis sebesar -0,134. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa data berdistribusi secara normal karena nilai statistik

skewness dan kurtosis dapat dikatakan normal jika nilai rasio berada pada

rentang -2 sampai +2.


b. Uji Linieritas

Uji liniearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variable

mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan yang

dilakukan dengan melihat uji F. Kaidah yang digunakan adalah jika nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) untuk linearity, dan jika nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka kedua variabel tidak

berkolerasi linear (Field, 2009).

Tabel 4..7
Uji Linearitas
Variabel F P Keterangan
Kepercayaan Diri* 6,143 0,014 Linear
Body shaming

Dari tabel tabel 4.4 setelah dilakukannya analisis didapatkan hasil

yang menunjukan nilai F = 6,143 dan p = 0,014 (p < 0,05). Maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa data pada variabel kepercayaan diri dan body

shaming memiliki hubungan yang linear.

3. Uji Hipotesis

Sesuai dengan hasil uji asumsi normalitas dan linearitas yang telah

dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data dalam penelitian ini

berdistribusi secara normal dan linear, sehingga dapat dilanjutkan pengolahan

data dengan menggunakan teknik analisi regresi sederhana dengan bantuan

program SPSS for windows versi 26.0.

Uji hipotesis dilakukan untuk meliat apakah hipotesis yang diajukan

peneliti diterima atau ditolak. Ketentuan dasar keputusan diterima atau

ditolaknya hipotesis dapat dilihat dari nilai signifikansi atau probabilitas, jika
(p < 0.05) artinya ada pengaruh yang signifikan namun jika (p > 0,05) artinya

tidak ada pengaruh antar variabel yang diteliti (Field, 2009).

Tabel 4.8
Uji Hipotesis
Variabel R R Square Sig
Body shaming 0,163 0,026 0.014
Kepercayaan Diri

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa adanya pengaruh body

shaming terhadap kepercayaan diri remaja laki-laki dengan nilai korelasi atau

hubungan (R) sebesar 0,163 atau dengan kata lain diri body shaming dapat

mempengaruhi kepercayaan diri sebesar 16,3% dan sisanya 83,7%

dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Selain

itu, nilai probabilitas atau signifikansi sebesar 0.014 < 0.05, menunjukkan

bahwa hipotesis diterima yaitu adanya pengaruh body shaming terhadap

kepercayaan diri remaja laki-laki. Kemudian peneliti melihat bagaimana

pengaruh kedua variable dalam penelitian ini, adapun hasilnya adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.9
Hubungan masing-masing Variabel bebas terhadap body shaming
Model Unstandarrdized Coefficients
B Std. Error Sig.
(contant) 4,277 0,110 0,000
Body shaming -0,072 0,029 0,014

Dalam penelitian ini rumus persamaan regresi sederhana adalah

sebagai berikut:

Y = α + bX
Keterangan:
Y = Variabel Terikat (Kepercayaan Diri)
X = Variabel Bebas (Body shaming)
α = Nilai Konstanta
b = Koefisien Regresi

Jadi, nilai constant pada tabel lampiran data pad coefficients kolam B,

dapat diketahui nilai Konstanta (α ) sebesar 4,277 dan koefisien regresi (b )

sebesar -0,072. Kemudian, nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam

persamaan regresi linear sederhana, sebagai berikut:

Y = (4,277) + (-0,072)X

Penjelasan dari persamaan tersebut adalah nilai konstanta sebesar

4,277 artinya jika tidak ada perubahan dari variable body shaming, maka

kepercayaan diri nilainya sebesar 4,277. Dan nilai koefisien regresi variable

body shaming sebesar –0,072. Koefisien bernilai negative yang artinya terjadi

hubungan negative antara body shaming dan kepercayaan diri, semakin tinggi

body shaming maka semakin rendah rasa kepercayaan diri, sebaliknya

semakin rendah body shaming maka semakin tinggi pula kepercayaan diri

pada remaja.

Tabel 4.10
Hasil Uji t
T Sig.
Body shaming -2,478 0,014

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai thitung 2,478 > ttabel 1,651

dengan sig. sebesar 0,014 < 0,05 artinya hipotesis diterima body shaming

berpengaruh terhadap kepercayaan diri remaja laki-laki.


Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel independen dalam menjelaskan secara keseluruhan terhadap

variabel dependen. Kemudian angka koefisien determinasi (R2) akan

dikonversikan ke dalam bentuk persen (%). Berikut hasil uji determinasi

adalah:

Tabel 4.11
Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square
1 0,163 0,026

Berdasarkan tabel di atas nilai koefisien determinasi R 2 adalah sebesar

0,026. Artinya pengaruh body shaming terhadap kepercayaan diri adalah

sebesar 26% dan sisanya 74% dipemgaruhi oleh factor lain yang tidak diteliti

dalam penelitian ini.

4. Analisis Tambahan

Analisis tambahan dalam penelitian ini untuk melihat aspek-spek

variabel body shaming yang paling berkontribusi terhadap variabel

kepercayaan diri (Y). Analisis tambahan juga bertujuan untuk memperkuat

hasil penelitian agar penelitian memiliki nilai tambah sehingga dapat dijadikan

pertimbangan untuk memilih focus penitian untuk peneliti selanjutnya.

a. Kategorisasi Data Penelitian

Menurut Azwar (2010), bahwa sisi diagnostik suatu proses

pengukuran atribut psikologi adalah pemberian makna atau interprestasi


terhadap skor skala yang bersangkutan. Tidak adanya makna mutlak pada

skor X=0 dari hasil pengukuran psikologi menjadi permasalahan bila

diperlukan pemilihan skor individual ke dalam beberapa (kategori)

diagnosis berbeda. Berikut penelitian membuat kategorisasi dari variabel

body shaming (X) dan variabel kepercayaan diri (Y).

1. Kategorisasi Subjek Pada Skala Body shaming

Pada skala body shaming, pengelompokkan subjek dibagi

menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Variabel body

shaming terdiri dari 18 aitem yang mana masing-masing aitem diberi

skor respon 1,2,3, dan 4. Skor terkecil yang kemungkinan diperoleh

subjek adalah 18x1 = 18, sedangkan skor tertinggi 18x4 = 72,

sehingga luas jarak sebenarnya (Range) sebesar 72-18 = 54.

Sementara itu mean teoritiknya adalah μ = (72+18)/2 = 45 dan satuan

standar deviasinya adalah range/6 σ = (72-18)/6 = 9. Gambar data

hipotetik dan Empirik body shaming dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.12
Gambar Data Hipotetik Dan Empirik Variabel Body shaming
Nilai Nilai Mean
Body shaming Aitem Range SD
Min Max ( μ)
Hipotetik 18 18 72 54 45 9
Empirik 18 36 54 18

Berdasarkan data Empirik pada tabel di atas mengacu pada

rumus kategorisasi yang dikemukakan oleh Azwar sebelumnya, maka

kategori subjek pada varibel body shaming dapat dilihat pada tabel

berikut:
Tabel 4.13
Kategorisasi Subjek Variabel Body shaming
Kategorisasi Nilai Frekuensi Presentase
Rendah X ≤ 45 119 52,2%
Sedang 45 < X ≤ 54 80 35,1%
Tinggi 54 ≤ X 29 12,7%
Total 228 100%

Berdasarkan tabel kategorisasi variabel body shaming tersebut

diatas menujukkan bahwa kepercayaan diri memiliki kategori rendah

sebanyak 119 subjek (52,2%), sedangkan sisanya pada kategori

sedang sebanyak 80 (35,1%), dan kategori tinggi sebanyak 29 subjek

(12,7%). Dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek pada variabel

body shaming berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 119 subjek

(52,2%).

2. Kategorisasi Subjek Pada Skala Kepercayaan Diri

Pada variabel dukungan kematangan emosi terdiri dari 17

aitem yang masing-masing item diberi skor respon jawaban dari 1,2,3,

sampai 4. Skor terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek pada

skala tersebut 17x1 =17, sedangkan skor tertinggi 17x4= 68, sehingga

luas jarak sebenarnya (Range) adalah 68-17=51. Sementara itu mean

teoretiknya adalah µ = (68+17)/2 =42,5 satuan standar deviasinya

adalah range/6 σ = (68-17)/6 = 8,5. Gambar data hipotetik dan

empirik kepercayaan diri dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.14
Gambar Data Hipotetik Dan Empirik Variabel Body shaming
Kepercayaan Nilai Nilai Mean
Aitem Range SD
Diri Min Max ( μ)
Hipotetik 17 17 68 51 42, 8,5
Empirik 17 34 51 17 2,84 0,374

Berdasarkan data Empirik pada tabel di atas mengacu pada

rumus kategorisasi yang dikemukakan oleh Azwar sebelumnya, maka

kategori subjek pada varibel body shaming dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.15
Kategorisasi Subjek Variabel Body shaming
Kategorisasi Nilai Frekuensi Presentase
Rendah X ≤ 34 0 0%
Sedang 34 < X ≤ 51 78 28,5%
Tinggi 51 ≤ X 158 71,5%
Total 228 100%

Berdasarkan tabel kategorisasi variabel kepercayaan diri diatas

menujukkan bahwa kepercayaan diri memiliki kategori tinggi

sebanyak 158 subjek (71,5%), sedangkan sisanya pada kategori

sedang sebanyak 78 subjek (28,5%), dan kategori rendah sebanyak 0

subjek (0%). Dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek pada variabel

kepercayaan diri berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 158

subjek (71,5%).

b. Analisis Sumbangsih Efektif Variabel Body shaming

Berdasarkan hasil analisis sumbangsih efektif variabel body

shaming terhadap kepercayaan diri adalah sebagai berikut:

Tabel 4.16
Hasil Sumbangsih Efektifitas Body shaming terhadap kepercayaan diri
Variabel R R Square Sig
Body shaming* Kepercayaan Diri 0,163 0,026 0,014
Berdasarkan tabel ditas menunjukkan nilai R square sebesar 0,026

yang artinya sumbangsih variabel body shaming terhadap kepercayaan

diri adalah sebesar 26% sedangkan sisanya 74% ditentukan oleh faktor

lain yang tidak iteliti dalam penelitian ini.

C. Pembahasan

Menurut Robert & Goldenberg, 2007 (dalam Muqomah, 2022) body

shaming merupakan keadaan emosional yang dapat menyakitkan diri sendiri, bisa

dikarenakan merasa mendapat suatu penolakan sosial dari orang lain serta

perasaan muak pada diri sendiri akibat merasa memiliki tubuh yang tidak ideal

atau berbeda dengan orang lain.

Penelitian ini mengunakan teknik analisis regresi sederhana yang

mendapatkan hasil nilai korelasi atau hubungan (R) sebesar 16,3% body shaming

dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan sisanya 83,7% dipengaruhi oleh

variable lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Nilai signifikansi sebesar

0,014 (p < 0,05). Nilai F sebesar 6,143, nilai Beta sebesar 0,072 (bernilai

negative), dan Thitung sebesar, 2,478 (bernilai negative). Hal ini dapat disimpulkan

bahwa Hipotesis dalam penelitian ini diterima, bahwasanya terdapat pengaruh

negative antara body shaming terhadap kepercayaan diri remaja laki-laki, yang

artinya semakin tinggi perilaku body shaming maka rasa kepercayaan diri semakin

rendah. Begitu pula sebaliknya, jika perilaku body shaming rendah maka akan

semakin tinggi rasa kepercayaan diri.


Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nur M (2020) yang

menunjukkan bahwa variabel body shaming dengan kepercayaan diri diperoleh

hasil signifikansi yaitu 0.040 < 0.05 dan nilai koefisien sebesar -0.328 maka body

shaming memengaruhi secara negatif kepercayaan diri, yang berarti bahwa jika

tingkat body shaming tinggi maka menyebabkan kepercayaan diri menjadi rendah,

begitupula sebaliknya.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Yolanda, Suarti, dan Muzanni

(2021) yang berjudul “Pengaruh body shaming terhadap kepercayaan diri pada

siswa kelas XI di SMAN 1 Batulayar”. Berdasarkan hasil perhitungan nilai rhitung

sebesar 0,560 sedangkan rtabel diperoleh 0,374 (rhitung > rtabel), yang artinya ada

pengaruh body shaming terhadap kepercayaan diri siswa kelas XI SMAN 1

Batulayar.

Menurut Yolanda, dkk (2021) body shaming berkaitan erat dengan

kepercayaan diri, karena dapat merubah segala hal pada diri seseorang baik itu

erubahan kecil maupun besar. Mengontrol diri untuk tidak menyebutkan

kekurangan orang lain sangat diperlukan dan harus dibiasakan agar tidak

merugikan dirisendiri maupun orang lain, oleh karena itu hargailah orang

sebagaimana dirisendiri ingin dihargai. Hal inilah yang dapat membuat remaja

menjadi percaya diri ketika berada dimanapun dia berada baik di lingkungan

keluarga, masyarakat, maupun lingkungan sekolah.

Pengaruh dari body shaming salah satunya yaitu kehilangan kepercayaan

diri yang tidak bisa dianggap sebelah mata, karena setiap siswa memiliki rasa
kepercayaan diri yang berbeda-beda, sebagian siswa ada yang penuh dengan rasa

percaya diri, sedangkan siswa yang lain merasa kurang percaya diri. Sejalan

dengan pendapat diatas Menurut Ohsako (dalam Yolanda, dkk, 2021)

mengunggkapkan bahwa “adanya dampak yang akan ditimbulkan oleh korban

seperti kehilangan rasa percaya diri, mengembangkan rasa takut, merasa tidak

aman di sekolah, dan pada taraf ekstrim akan memperburuk prestasi akademik

siswa”.

Body shaming tidak hanya dialami perempuan saja, berjalannya waktu

banyak kasus body shaming yang dialami oleh laki-laki. Selama ini standarisasi

pada laki-laki digambarkan dengan tubuh tingi, berotot, dan tampan. Oleh karena

hal itu tak jarang laki-laki melakukan olahraga seerti nge-gym dan menjadikan

protein shake sebagai makanannya sehari-hari. Laki-laki memiliki citra tubuh

yang harus dihargai sama halnya dengan perempuan.

Perilaku body shaming dilakukan oleh orang sekitar kita seperti teman,

lingkungan sekitar, masyarakat, bahkan keluarga sendiripun ikut mengkomentari

fisik dan penampilan. Namun, laki-laki terjadang saat di bully oleh teman maupun

keluarga bias menerimanya dengan lebih santai dan dijadikan bahan bercandaan.

Tapi kalua ejekan nya sudah melampaui batas biasanya laki-laki langsung

melawannya ataupun menjauhi orang yang membully. Berbeda dengan

perempuan, biasaya terlihat biasa-biasa saja, namun ternyata ada perasaan sakit

hati yang dipendamnya.


Selanjutnya berdasarkan kategorisasi data penelitian pada variable

kepercayaan diri rata-rata remaja laki-laki rata-rata subjek pada variabel

kepercayaan diri berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 71,5%. Pada variabel

body shaming mendapatkal hasil rata-rata pada kategori rendah sebesar 52,2%.

Body shaming sering dan hampir terjadi pada perempuan, namun

berjalannya waktu sekarang banyaknya kasus-kasus body shaming yang dialami

oleh laki-laki. Laki-laki sama perempuan beda acara menanggapi komentar

sesorang terhadap dirinya. Bila perlakuan body shaming sudah berlebihan maka

bias mempengaruhi kepercayaan diri. Leuser dalam kutipan Rini dan Ghufron

mengatakan kepercayaan diri ialah keyakinan akan kemampuan diri sendiri

sehingga seorang tidak terpengaruh dengan orang lain dan menggambarkan sikap

yang mandiri dimana individu mampu melakukan sesuatu tanpa tergantung

dengan orang lain (Gufron dan Suminta, 2010). Dalam proses tersebut diharapkan

siswa mempunyai rasa percaya diri agar ia mampu mengembangkan potensi yang

ada dalam dirinya.

Kepercayaan diri merupakan komponen yang sangat penting dan utama

yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam kehidupannya sehari-hari.

Rendahnya kepercayaan diri pada seseorang disebabkan oleh beberapa faktor,

santrock, 2003 (dalam ifdil, dkk, 2017) menjelaskan salah satu faktor yang

memengaruhi kepercayaan diri adalah penampilan fisik. Perubahan fisik

menimbulkan dampak psikologis yang tidak diinginkan. Kebanyakan remaja lebih

banyak memerhatikan penampilan fisik dibanding aspek lain yang ada didalam
diri mereka, dan kebanyakan remaja tidak suka melihat apa yang mereka lihat di

cermin.

Dari teori-teori yang telah diajukan dalam pembahasan terdahulu yang

dilanjutkan dengan membandingkan dengan menganalisis statistic dengan analisis

regresi sederhana yang mendapatkan hasil hipotesis diterima yaitu Ada Pengaruh

Body shaming Terhadap Kepercayaan Diri Remaja Laki-Laki. Jadi teori dan

analisis data memiliki kesinambungan yaitu Ada Pengaruh Body shaming

Terhadap Kepercayaan Diri Remaja Laki-Laki.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya peneliti hanya melihat

body shaming (penampilan fisik) yang merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kepercayaan diri. Masih banyak faktor lainnya, yitu konsep diri,

harga diri, hubungan dengan orang tua, hubungan dengan teman sebaya, dan lain

sebagainya. Keterbatasan lainnya adalah penelitian ini dilakukan hanya

menggunakan pedekatan penelitian kuantitatif yang hanya bisa diinterprestasikan

dalam bentuk angka dan presentase yang kemudian dideskripsikan berdasarkan

hasil yang diperoleh. Sehingga tidak mampu melihat lebih luas dinamika

psikologis yang terjadi dalam prosesnya.

Anda mungkin juga menyukai