A. Pelaksanaan Penelitian
di Siassy UIN Suska. Lalu diproses oleh pihak akademik dan surat keluar setelah
alat ukur (try out) terlebih dahulu yang disebarkan kepada siswa SMA yang
Peneliti melakukan try out pada tanggal 27 mei 2022. Setelah skala dibagikan,
peneliti melakukan analisis uji beda pada aitem dan melihat aitem yang layak
dijadikan untuk alat ukur penelitian. Namun untuk variable kepercayaan diri
peneliti melakukan try out lagi dikarenakan hampir semua aitem tidak layak
digunakan dan peneliti melakukan try out untuk variable kepercayaan diri dengan
skala baru pada tanggal 18 Juli 2022 pada 100 responden di SMA yang berjenis
penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu secara online di laman web
resmi DPMPTSP. Setelah surat diproses lalu peneliti mendownload berkas surat
melalui situs web yang teah diakses. Kemudian di print dan mengantarkan surat
ke kantor dinas pendidikan provinsi riau dan surat akan di proses selama 3 hari
untuk menunggu surat balasannya. Setelah mendapatkan surat balasan peneliti
kepada subjek penelitian. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
ada remaja laki-laki yang berjumlah 228 responden. penelitian dilkukan pada
langsung skala penelitian kepada siswa laki-laki di kelas 10, 11, dan 12. Skala
yang disebarkan oleh peneliti sebanyak 35 aitem, 17 aitem kepercayaan diri dan
18 skala body shaming. Peneliti bisa mengamati secara langsung proses siswa
pengambilan data. Karena saat try out peneliti melakukan 2 kali pengambilan data
untuk variabel kepercayaan diri karena banyak aitem yang tidak layak digunakan.
Dan saat pengambilan data peneli juga terhenti karena ada musibah, oleh karena
terkumpul, berupa hasil tanggapan subjek pada kusioner yang diberikan pada 228
demografi subjek. Berikut adalah ahasil analisi deskriptif subjek antara lain:
berjumlah 228 remaja laki-laki. Usia subjek berkisar antara 14-18 tahun yang
selanjutnya diikuti oleh usia 15 tahun dan 18 tahun yang sama sebesar 21,9%
(n=50), lalu untuk usia 16 tahun sebesar 19,3% (n=44), dan usia 14 tahun
Tabel 4.2
Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berat badan(kg)
IMT =
Tinggi badan ( m ) ×Tinggi badan( m)
Tabel 4.3
Gambaran indek massa tubuh (IMT) subjek
Kategori Jumlah Presntase
Kurus 95 41,7%
Normal 117 51,3%
Gemuk 6 2,6%
Obesitas 10 4,4%
Total 100%
Tabel 4.4
Deskripsi Subjek Berdasarkan Warna Kulit
Warna Kulit Frekuensi Presentase
Hitam 6 2.6%
Kuning Langsat 5 2.2%
Putih 25 11.0%
Sawo Matang 192 84.2%
Total 228 100%
Tabel 4.5
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Rambut
Jenis Rambut Frekuensi Presentase
Ikal 62 27.2%
Keriting 5 2.2%
Lurus 161 70.6%
Total 228 100%
yakni sebesar 70,6% (n=161), untuk jenis rambut ikal sebesar 27,2% (n=62),
dan untuk jenis rambut yang keriting hanya sebesar 2,2% (n=5) saja.
2. Uji Asumsi
tidak sehingga data tersebut dapat dianalisis lebih lanjut dengan regresi linear
sederhana. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas.
a. Uji Normalitas
terdistribusi normal atau tidsk. Model regresi yang baik adalah apabila
berjumlah diatas 200 sampel, maka dapat dilihat dari nilai statistik
--0,136 dan nilai statistik kurtosis sebesar -0,134. Sehingga dapat ditarik
skewness dan kurtosis dapat dikatakan normal jika nilai rasio berada pada
dilakukan dengan melihat uji F. Kaidah yang digunakan adalah jika nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) untuk linearity, dan jika nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka kedua variabel tidak
Tabel 4..7
Uji Linearitas
Variabel F P Keterangan
Kepercayaan Diri* 6,143 0,014 Linear
Body shaming
yang menunjukan nilai F = 6,143 dan p = 0,014 (p < 0,05). Maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa data pada variabel kepercayaan diri dan body
3. Uji Hipotesis
Sesuai dengan hasil uji asumsi normalitas dan linearitas yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data dalam penelitian ini
ditolaknya hipotesis dapat dilihat dari nilai signifikansi atau probabilitas, jika
(p < 0.05) artinya ada pengaruh yang signifikan namun jika (p > 0,05) artinya
Tabel 4.8
Uji Hipotesis
Variabel R R Square Sig
Body shaming 0,163 0,026 0.014
Kepercayaan Diri
shaming terhadap kepercayaan diri remaja laki-laki dengan nilai korelasi atau
hubungan (R) sebesar 0,163 atau dengan kata lain diri body shaming dapat
dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Selain
itu, nilai probabilitas atau signifikansi sebesar 0.014 < 0.05, menunjukkan
pengaruh kedua variable dalam penelitian ini, adapun hasilnya adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.9
Hubungan masing-masing Variabel bebas terhadap body shaming
Model Unstandarrdized Coefficients
B Std. Error Sig.
(contant) 4,277 0,110 0,000
Body shaming -0,072 0,029 0,014
sebagai berikut:
Y = α + bX
Keterangan:
Y = Variabel Terikat (Kepercayaan Diri)
X = Variabel Bebas (Body shaming)
α = Nilai Konstanta
b = Koefisien Regresi
Jadi, nilai constant pada tabel lampiran data pad coefficients kolam B,
Y = (4,277) + (-0,072)X
4,277 artinya jika tidak ada perubahan dari variable body shaming, maka
kepercayaan diri nilainya sebesar 4,277. Dan nilai koefisien regresi variable
body shaming sebesar –0,072. Koefisien bernilai negative yang artinya terjadi
hubungan negative antara body shaming dan kepercayaan diri, semakin tinggi
semakin rendah body shaming maka semakin tinggi pula kepercayaan diri
pada remaja.
Tabel 4.10
Hasil Uji t
T Sig.
Body shaming -2,478 0,014
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai thitung 2,478 > ttabel 1,651
dengan sig. sebesar 0,014 < 0,05 artinya hipotesis diterima body shaming
adalah:
Tabel 4.11
Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square
1 0,163 0,026
sebesar 26% dan sisanya 74% dipemgaruhi oleh factor lain yang tidak diteliti
4. Analisis Tambahan
hasil penelitian agar penelitian memiliki nilai tambah sehingga dapat dijadikan
menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Variabel body
hipotetik dan Empirik body shaming dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12
Gambar Data Hipotetik Dan Empirik Variabel Body shaming
Nilai Nilai Mean
Body shaming Aitem Range SD
Min Max ( μ)
Hipotetik 18 18 72 54 45 9
Empirik 18 36 54 18
kategori subjek pada varibel body shaming dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.13
Kategorisasi Subjek Variabel Body shaming
Kategorisasi Nilai Frekuensi Presentase
Rendah X ≤ 45 119 52,2%
Sedang 45 < X ≤ 54 80 35,1%
Tinggi 54 ≤ X 29 12,7%
Total 228 100%
body shaming berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 119 subjek
(52,2%).
aitem yang masing-masing item diberi skor respon jawaban dari 1,2,3,
skala tersebut 17x1 =17, sedangkan skor tertinggi 17x4= 68, sehingga
Tabel 4.14
Gambar Data Hipotetik Dan Empirik Variabel Body shaming
Kepercayaan Nilai Nilai Mean
Aitem Range SD
Diri Min Max ( μ)
Hipotetik 17 17 68 51 42, 8,5
Empirik 17 34 51 17 2,84 0,374
kategori subjek pada varibel body shaming dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.15
Kategorisasi Subjek Variabel Body shaming
Kategorisasi Nilai Frekuensi Presentase
Rendah X ≤ 34 0 0%
Sedang 34 < X ≤ 51 78 28,5%
Tinggi 51 ≤ X 158 71,5%
Total 228 100%
subjek (71,5%).
Tabel 4.16
Hasil Sumbangsih Efektifitas Body shaming terhadap kepercayaan diri
Variabel R R Square Sig
Body shaming* Kepercayaan Diri 0,163 0,026 0,014
Berdasarkan tabel ditas menunjukkan nilai R square sebesar 0,026
diri adalah sebesar 26% sedangkan sisanya 74% ditentukan oleh faktor
C. Pembahasan
shaming merupakan keadaan emosional yang dapat menyakitkan diri sendiri, bisa
dikarenakan merasa mendapat suatu penolakan sosial dari orang lain serta
perasaan muak pada diri sendiri akibat merasa memiliki tubuh yang tidak ideal
mendapatkan hasil nilai korelasi atau hubungan (R) sebesar 16,3% body shaming
variable lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Nilai signifikansi sebesar
0,014 (p < 0,05). Nilai F sebesar 6,143, nilai Beta sebesar 0,072 (bernilai
negative), dan Thitung sebesar, 2,478 (bernilai negative). Hal ini dapat disimpulkan
negative antara body shaming terhadap kepercayaan diri remaja laki-laki, yang
artinya semakin tinggi perilaku body shaming maka rasa kepercayaan diri semakin
rendah. Begitu pula sebaliknya, jika perilaku body shaming rendah maka akan
hasil signifikansi yaitu 0.040 < 0.05 dan nilai koefisien sebesar -0.328 maka body
shaming memengaruhi secara negatif kepercayaan diri, yang berarti bahwa jika
tingkat body shaming tinggi maka menyebabkan kepercayaan diri menjadi rendah,
begitupula sebaliknya.
(2021) yang berjudul “Pengaruh body shaming terhadap kepercayaan diri pada
sebesar 0,560 sedangkan rtabel diperoleh 0,374 (rhitung > rtabel), yang artinya ada
Batulayar.
kepercayaan diri, karena dapat merubah segala hal pada diri seseorang baik itu
kekurangan orang lain sangat diperlukan dan harus dibiasakan agar tidak
merugikan dirisendiri maupun orang lain, oleh karena itu hargailah orang
sebagaimana dirisendiri ingin dihargai. Hal inilah yang dapat membuat remaja
menjadi percaya diri ketika berada dimanapun dia berada baik di lingkungan
diri yang tidak bisa dianggap sebelah mata, karena setiap siswa memiliki rasa
kepercayaan diri yang berbeda-beda, sebagian siswa ada yang penuh dengan rasa
percaya diri, sedangkan siswa yang lain merasa kurang percaya diri. Sejalan
seperti kehilangan rasa percaya diri, mengembangkan rasa takut, merasa tidak
aman di sekolah, dan pada taraf ekstrim akan memperburuk prestasi akademik
siswa”.
banyak kasus body shaming yang dialami oleh laki-laki. Selama ini standarisasi
pada laki-laki digambarkan dengan tubuh tingi, berotot, dan tampan. Oleh karena
hal itu tak jarang laki-laki melakukan olahraga seerti nge-gym dan menjadikan
Perilaku body shaming dilakukan oleh orang sekitar kita seperti teman,
fisik dan penampilan. Namun, laki-laki terjadang saat di bully oleh teman maupun
keluarga bias menerimanya dengan lebih santai dan dijadikan bahan bercandaan.
Tapi kalua ejekan nya sudah melampaui batas biasanya laki-laki langsung
perempuan, biasaya terlihat biasa-biasa saja, namun ternyata ada perasaan sakit
kepercayaan diri berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 71,5%. Pada variabel
body shaming mendapatkal hasil rata-rata pada kategori rendah sebesar 52,2%.
sesorang terhadap dirinya. Bila perlakuan body shaming sudah berlebihan maka
bias mempengaruhi kepercayaan diri. Leuser dalam kutipan Rini dan Ghufron
sehingga seorang tidak terpengaruh dengan orang lain dan menggambarkan sikap
dengan orang lain (Gufron dan Suminta, 2010). Dalam proses tersebut diharapkan
siswa mempunyai rasa percaya diri agar ia mampu mengembangkan potensi yang
santrock, 2003 (dalam ifdil, dkk, 2017) menjelaskan salah satu faktor yang
banyak memerhatikan penampilan fisik dibanding aspek lain yang ada didalam
diri mereka, dan kebanyakan remaja tidak suka melihat apa yang mereka lihat di
cermin.
regresi sederhana yang mendapatkan hasil hipotesis diterima yaitu Ada Pengaruh
Body shaming Terhadap Kepercayaan Diri Remaja Laki-Laki. Jadi teori dan
body shaming (penampilan fisik) yang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kepercayaan diri. Masih banyak faktor lainnya, yitu konsep diri,
harga diri, hubungan dengan orang tua, hubungan dengan teman sebaya, dan lain
hasil yang diperoleh. Sehingga tidak mampu melihat lebih luas dinamika