(1102016172)
SASARAN BELAJAR
1. Mengetahui dan menjelaskan anatomi Vesica Urinaria dan Urethrae
1.1 Makroskopik
Vesica Urinaria (Kandung Kemih)
Vesica urinaria terletak tepat di belakang pubis di dalam cavitas pelvis. Vesica urinaria cukup
baik untuk menyimpan urine. Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat. Bentuk dan
batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin di dalamnya. Vesica urinaria yang
kosong pada dewasa seluruhnya terletak di dalam pelvis; bila vesica urinaria terisi, dinding
atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastricum. Pada anak kecil, vesica urinaria yang
kosong menonjol di atas apertura pelvis superior; kemudian bila cavitas melebar, vesica
urinaria terbenam di dalam pelvis untuk menempati posisi seperti pada orang dewasa. Vesica
urinaria yang kosong berbentuk piramid, mempunyai apex, basis, dan sebuah facies superior
serta dua buah facies inferolateralis; juga mempunyai collum.
Vesica Urinaria mempunyai 4 bagian, yaitu :
Apex vesicale, dihubungkan ke cranial oleh urachus sampai ke umbilicus membentuk
ligamentum vesico umbilicale mediale.
Corpus vesicae, antara apex dan fundus.
Fundus (basis) vesicae, sesuai dengan basis.
Cervix vesicae, sudut caudal mulai uretra dengan ostium uretra internum.
Lapisan dalam vesica urinaria pada muara masuknya ureter terdapat plica ureterica yang
menonjol. Ketika VU ini kosong maka plica ini terbuka sehingga urin dapat masuk dari ginjal
melalui ureter, sedangkan ketika VU penuh maka plica ini akan tertutup karena terdorong
oleh urin sehingga urin tidak akan naik ke atas ureter.
Membran mukosa VU pada waktu kosong membentuk lipatan yang sebagian
menghubungkan kedua ureter membentuk plica interureterica. Bila dihubungkan dengan
ostium uretra internum maka
akan membentuk segitiga yang
disebut trigonum vesicae
(litaudi). Lapisan otot VU
terdiri dari 3 otot polos
membentuk trabekula yang
disebut m.Destrusor vesicae
yang akan menebal di leher
VU membentuk sfingter
vesicae.
▲
Gambar 1-1. Vesica
urinaria dan prostata, dilihat dari ventral
Perdarahan Vesica Urinaria
Berasal dari Aa.Vesicalis superior dan A.vesicalis inferior cabang dari A.iliaca interna,
sedangkan pembuluh baliknya melalui V.vesicalis menyatu disekeliling VU membentuk
plexus dan akan bermuara ke V.iliaca interna .
Urethra pars spongiosa panjangnya sekitar 15,75 cm dan dibungkus di dalam bulbus dan
corpus spongiosum penis. Ostium urethrae externum merupakan bagian yang tersempit dari
seluruh urethra. Bagian urethra yang terletak di dalam glans penis melebar membentuk fossa
navicularis (fossa terminalis). Glandula bulbourethralis bermuara ke dalam urethra pars
spongiosa distal dari diaphragma urogenitale.
Urethra feminina
Panjang urethra feminina + 3,8 cm. Urethra terbentang dari collum vesicae urinaria sampai
ostium urethrae externum yang bermuara ke dalam vestibulum sekitar 2,5 cm distal dari
clitoris. Urethra menembus musculus sphinter urethrae dan terletak tepat di depan vagina. Di
samping ostium urethrae externum, terdapat muara kecil dari ductus glandula paraurethralis.
Vaskularisasi Urethra
Arteria dorsalis penis dan arteria bulbourethralis yang merupakan cabang dari arteria
pudenda interna.
Persarafan Urethra
Persarafan urethra diurus oleh nervus dorsalis penis yang merupakan cabang-cabang dari
nervus pudendus.
1.2 Mikroskopik
Vesica Urinaria
Adalah organ berongga yang fungsi utamanya adalah menampung urine. Lumen vesika
urinaria dilapisi epitel transisional yang dapat meregang atau membesar ( berubah bentuk )
saat diisi urine. Vesika urinaria dilapisi oleh 3 lapisan yaitu mukosa, muskularis dan
adventisia / serosa. Lapisan yang
menyusun epitel transisional pada
mukosa lebih banyak, pada
permukaan epiel yang teregang
dapat ditemukan sel payung
dengan dinding
apikalnyaberwarna asidofil.
Dibawah epitel terdapat lamina
propia. Tunika muskularis
tersusun oleh lapisan – lapisan
otot polos yang berjalan ke
berbagai arah. Tunika adventitia
berupa jaringan ikat, sebagian
vesika urinaria ditutupi oleh peritoneum (serosa).
▲
Gambar 2-1. Mikroskopik Vesica Urinaria
Urethrae
Pada urethra pria Epitel pembatas urethra pars prostatica ialah epitel transisional, tetapi pada
bagian lain berubah menjadi epitel berlapis / bertingkat silindris, dengan bercak epitel
berlapis gepeng, ujung urethra
bagian penis yang melebar atau
fosa naviculare dibatasi oleh epitel
berlapis gepeng terdapat sedikit
sel goblet penghasil
mukus.sedangkan pada wanita
muskularisnya terdiri dari dua
lapisan sel otot polos tetapi
diperkuat sfingter otot pada
muaranya, dan epitel pembatasnya
berupa epitel berlapis gepeng.
Lamina propianya merupakan
jaringan ikat fibrosa longgar yang
ditandai dengan banyaknya sinus venosus mirip jaringan cavernosa.
▲
Gambar 2-2. Mikroskopik Urethrae
Daya tampung kandung kemih berkisar 250-400 ml, semakin banyak terisi urin maka
volume di dalam kandung kemih juga semakin besar dan semakin besar pula tingkat
pengaktifan reseptor regang.
Aktivasi reseptor regang→ke serat-serat aferen→korda spinalis→antar neuron→rangsang
parasimpatis→hambat neuron motorik yang persarafi sfingter eksterna, kedua sfingter
terbuka dan urin terdorong keluar menuju uretra karena gaya kontraksi kandung kemih.
REFLEX BERKEMIH
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan
pada saat yang sama terjadi relaksasi sfingter internus, diikuti oleh relaksasi sfingter
eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang
menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi sfingter interus dihantarkan melalui
serabut–serabut para simpatis. Kontraksi sfingter eksternus secara volunter bertujuan untuk
mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf–saraf
yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi
kerusakan pada saraf–saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar
terus–menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran
darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom.
Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira–kira perbatasan ureter masuk kandung
kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis
bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan
menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf
simpatis: impuls menghambat vesika urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot
detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls
menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI
(normal: tidak nyeri).
REFLEKS MIKTURISI
Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Melibatkan dua proses; pertama. Kandung kemih terisi secara progresif sehingga tegangan
pada dindingnya meningkat melampai ambang batas. Keadaan ini akan mencetuskan tahap
kedua. Yaitu adanya reflekks saraf (reflex mikturisi) yang kaan mengosongkan kandung
kemih, atau jika gagal, setidaknya akan menyebabkan keinginan berkemih yang disadari.
Kerja alat-alat proses berkemih
Otot detrusor
Kontraksi otot detrusor merupakan tahap utama pada proses pengosongan kandung
kemih, eksitasi otot ini yang terletak diseluruh vesica urinaria akan menyebabkan kontraksi
kandung kemih secara keseluruhan. Menyebabkan peningkatan tekanan intra-VU yang
menyebabkan urin terdorong keluar.
Sphycter interna
Tonus alamiah dari otot sfingter leher kandung kemih menahan terjadinya pengosongan
kandung kemih hingga tekanan pada bagian utama kandung kemih meningkat melampaui
nilai ambang.
Sphyncter externa
Otot ini berada di bawah kendali volunteer oleh system saraf dan dapat digunakan untuk
mencegah miksi secara sadar bahkan ketika kendali involunter berusaha untuk
mengosongkan kandung kemih.
2. Nervus pudendus
Merupakan serabut motorik skeletal yang mempersarafi sfingter eksterna
3. Nervus hipogastrik
Merupakan persarafan simpatis untuk merangsang pembuluh dara, memberi sedikit
efek kontraksi kandung kemih dan sensasi rasa penuh & nyeri
Kontrol refleks
Setelah urin terbentuk keluar dr papila ureterrangsang parasimpatis utk
memperkuat kontraksi peristaltik 1-5 x/mnt dan dpt dihambat rangsang simpatis
mendorong urin ke vesika dan kumpul di vesika urinaria meningkatkan regangan
vesika urinaria sampai ambang batas (tresshold) tertentu (250-400ml)
mengaktifkan reseptor regang
Ambang reseptor regang tercapai impuls korda spinalis rangsang saraf
parasimpatis kontraksi vesika urinariasfingter interna terbukasfingter eksterna
terbuka (hambatan neuron motorik akibat rangsang parasimpatis) urin keluar
Kandung kemih mendapat persyarafan utama dari saraf-saraf pelvis, yang berhubungan
dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan segmen S-2
dan S-3 dari medulla spinalis. Perjalanan melalui saraf pelvis terdapat dalam dua bentuk
persyarafan dan, yaitu serabut saraf sensorik dan serabut saraf motorik. Serabut sensorik
mendeteksi derajat regangan dalam dinding kandung kemih. Sinyal-sinyal regangan
khususnya dari urethra posterior merupakan sinyal yang kuat dan terutama berperan untuk
memicu reflex pengosongan kandung kemih.
Persyarafan motorik yang dibawa dalam sarafpelvis merupakan serabut parasimpatis.
Saraf ini berakhir di sel ganglion yang terletak di dalam dinding kandung kemih. Selain saraf
pelvis, ada dua jenis persarafan lain yang penting yaitu serabut motorik skeletal yang dibawa
melalui saraf pudendus ke sfingter eksterna kandung kemih. Saraf ini merupakan serabut
saraf somatic yang mempersarafi dan mengatur otot rangka volunter pada sfingter tersebut.
Kandung kemih juga mendapatkan persarafan simpatis dari rangkaian simpatis melalui saraf-
saraf hipogastrik, yang terutama berhubungan dengan segmen L-2 dari medulla spinalis.
Serabut simpatis ini terutama merangsang pembuluh darah dan memberi sedikit efek terhadap
proses kontraksi kandung kemih.
Secara Anatomi
A. Perempuan :
a. Sistitis : infeksi VU bermakna
b. Sindrom Uretra akut : presentasi sistitis tanpa ditemukan MO (steril)
B. Laki-laki :
a. Sistitis
b. Prostatitis
Prostatitis akut disebabkan oleh infeksi akut pada kelenjar prostat seluruh,
mengakibatkan demam dan rasa sakit lokal. Mikroskopis, infiltrat neutrophilic,
edema difus, dan microabscesses dapat dilihat, yang dapat bergabung menjadi
koleksi yang lebih besar.
Prostatitis kronis dapat disebabkan oleh penyakit inflamasi yang penyebab
paling umum adalah dari kekambuhan infeksi saluran urin pada pria.
c. Orchitis
Orkitis adalah salah satu infeksi genitourinari beberapa hasil dari patogen virus.
d. Epididimitis
Epididimitis adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh infeksi atau peradangan
pada epididimis. Kondisi ini adalah penyebab paling umum dari skrotum akut
pada populasi pria dewasa. Komplikasi jangka panjang termasuk abses, infark,
kambuh, sakit kronis, dan infertilitas
e. Ureteritis
2. ISK atas
a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
oleh infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluk
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
Secara Klinis
1. ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan yang tidak
hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.
2. ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada anak-
anak, laki-laki, atau ibu hamil.
Yang penting adalah membedakan antara pielonefritis dan sistitis. Ingat akan pielonefritis
apabila didapatkan infeksi dengan hipertensi, disertai gejala-gejala umum, adanya faktor
predisposisi, fungsi konsentrasi ginjal menurun, respons terhadap antibiotik kurang baik.
3.3 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih biasanya terjadi karena faktor pencetus seperti litiasi, obstruksi saluran
kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, Diabetes Melitus, senggama, kehamilan,
kateterisasi, penyakit sickle cell dan tergantung oleh usia, gender, prevalensi, bakteriuria,
sehingga menyebabkan perubahan struktur saluran kemih. Selama periode usia beberapa
bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki.
Infeksi asendens sering ditemukan, terutama pada wanita; 10-20% wanita kemungkinan
menderita bakteriuria selama kehidupannya, dimana 1% dijumpai pada anak perempuan yang
masih sekolah, 4% pada wanita muda, 7% pada wanita diatas lima puluhan tahun. Infeksi
saluran kemih pada wanita 10 kali lebih besar dari pada laki-laki. 90% infeksi saluran kemih
pada anak-anak terjadi pada anak perempuan, hal ini terjadi karena pendeknya saluran uretra.
Gejala yang sering ditemukan adalah frekuensi dan disuria yang disertai perasaan nyeri
suprapubik dan pinggang, demam dan reaksi sistemik. Adanya semua simton-simton ini
menunjukkan persangkaan yang kuat suatu infeksi saluran kemih, akan tetapi diagnosa pasti
adalah dengan terbuktinya bekteriuria yang signifikan pada urin kultur. Beberapa penyelidik
menyatakan bahwa 50% saja dari keseluruhan penderita yang mengeluh frekuensi disuria,
yang menunjukkan adanya bakteriuria. Pada kelompok usia lebih tua insidens infeksi saluran
kemih meningkat pada pria, karena pada pria infeksi saluran kemih sering terjadi sehubungan
penyakit obstruktif seperti BPH dan secara asendens dengan instrumentasi (kateterisasi).
Infeksi saluran kemih tidak akan naik lebih tinggi dari kandung kemih bila taut vesiko-ureter
utuh sehingga tidak terdapat refluks vesiko-ureter.
Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi ISK
pada periode sekolah 1% meningkat menjadi 5% selama periode aktif seksual. Prevalensi
infeksi asimtomatik adalah 30%, pada bayi laki-laki 3:1 dan 5:1 dibandingkan bayi
perempuan.
3.4 Etiologi
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut, ternyata
Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh :
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci dan
Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia
lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter urin. Demikian
juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur
hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam
urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara hematogen adalah brusella,
nocardia, actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa.
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien-
pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau pasien yang mendapat pengobatan
antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah Candida
albican dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara
hematogen.
(%)
1. Escherichia coli 50-90
2. Klebsiela sp. atau Enterobacter sp. 10-40
3. Proteus sp. 5-10
4. Pseudomonas aeroginosa 2-10
5. Staphylococcus epidermidis 2-10
6. Enterococci sp. 2-10
7. Candida albicans 1-2
8. Staphylococcus aureus 1-2
A. Enterobacteriacea
Enterobacteriaceae adalah kuman yang hidup diusus besar manusia dan hewan,
tanah, dan air. Enterobacteriaceae adalah kuman berbentuk batang pendek dengan
ukuran 0,5 um x 3,0 um negatif gram tidak berspora, gerak positif dengan flagel peritrik
(Salmonella, Proteus, Escherichia) atau gerak negatif (Shigella, Klebsiella), mempunyai
kapsul/selubung yang jelas seperti pada Klebsiella atau hanya berupa selubung tipis pada
Escherichia atau tidak berkapsul sama sekali. Sebagian besar spesies mempunyai fili atau
fimbriae yang berfungsi sebagai alat perlekatan dengan bakteri lain.
Contoh Enterobacteria yang menyebabkan infeksi saluran kemih
1. Escherichia coli
Morfologi
Kuman ini berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 u x 0,4 sampai 0,7 u;
gram-negatif, tak bersimpai, bergerak aktif dan tidak berspora.
Patogenisitas
Eschericia coli adalah penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan
merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda.
Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan puria. Nyeri
pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas. Tak satupun dari gejala
atau tanda-tanda ini bersifat khusus untuk bakteri E. coli. Infeksi saluran kemih dapat
mengakibatkan bakterimia dengan tanda-tanda khusus sepsis.
E.coli yang nefropatogenik secara khas menghasilkan hemolisin. Kebanyakan
infeksi disebabkan oleh E.coli dengan sejumlah kecil tipe antigen O. Antigen K
tampaknya penting dalam patogenesis infeksi saluran atas. Pieloneftritis berhubungan
dengan jenis philus khusus, philus P yang mengikat zat golongan darah P.
Infeksi saluran kemih misalnya sistitis, pielitis dan pielonefritis. Infeksi dapat
terjadi akibat sumbatan saluran kemih karena adanya pembesaran prostat dan kehamilan.
E.coli yang biasa menyebabkan infeksi saluran kemih ialah jenis 01, 2, 4, 6, dan 7. Jenis-
jenis pembawa antigen K dapat menyebabkan timbulnya piolonefritis.
2. Klebsiella
Klebsiella pneumoniae kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan
bakteremia dengan lesi fokal pada pasien yang lemah. Ditemukan pada selaput lendir
saluran napas bagian atas, usus dan saluran kemih dan alat kelamin. Tidak bergerak,
bersimpai, tumbuh pada perbenihan biasa dengan membuat koloni berlendir yang besar
yang daya lekatnya berlainan.
3. Enterobacter aerogenes
Organisme ini mempunyai simpai yang kecil, dapat hidup bebas seperti dalam
saluran usus, serta menyebabkan saluran kemih dan sepsis. Infeksi saluran kemih terjadi
melalui infeksi nosokomial.
4. Proteus
Kuman ini adalah kuman patogen oportunis. Dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih atau kelainan bemanah seperti abses, infeksi luka, infeksi telinga atau saluran
napas. Spesies proteus dapat menyebabkan infeksi pada manusia hanya bila bakteri itu
meninggalkan saluran usus. Spesies ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan
menyebabkan bakterimia, pneumonia dan lesi fokal pada penderita yang lemah atau pada
penderita yang menerima infus intravena.
P.mirabilis menyebabkan infeksi saluran kemih dan kadang-kadang infeksi
lainnya. Karena itu, pada infeksi saluran kemih oleh Proteus urine bersifat basa, sehingga
memudahkan pembentukan batu dan praktis tidak mungkin mengasamkannya.
Pergerakan cepat oleh Proteus mungkin ikut berperan dalam invasinya terhadap saluran
kemih. Spesies Proteus menghasilkan urease mengakibatkan hidrolisis urea yang cepat
dengan pembebasan amonia.
B. Pseudomonas aeroginosa
P.aeruginosa bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya abnormal,
misalnya bila selaput mukosa dan kulit "robek" karena kerusakan kulit langsung. Pada
pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih atau bila terdapat netropenia, misalnya
pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni selaput mukosa atau kulit dan
menginvasi secara lokal dan menimbulkan penyakit sistemik. Proses ini dibantu oleh phili,
enzim dan toksin.
C. Enterococcus faecalis
Terdapat sedikitnya 12 spesies enterokokus. Enterococcus faecalis merupakan yang paling
sering dan menyebabkan 85-90% infeksi enterokokus. Enterokokus adalah yang paling sering
menyebabkan infeksi nosokomial.
2. Saat menggunakan tampon, atau saat melakukan aktivitas seksual, bisa saja bakteri
terdorong masuk ke uretra wanita bagian dalam
3. Menyebarnya bakteri dari anus saat membilas dari belakang ke depan, yang seharusnya
dari depan ke belakang
4. Saat mengganti kateter, bisa terjadi kerusakan
5. Bendungan di sistem urinarius yang menghalangi pengosongan kandung kemih
a. Anomali kongenital
6. Pada wanita menopause, saluran dari vesika urinaria ke uretra menjadi tipis karena
kekurangan hormone estrogen. Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi kerusankan dan
infeksi. Wanita juga memproduksi mucus lebih sedikit saat menopause, dan tanpa mucus
ini, bakteri bisa bermultiplikasi dengan mudahnya. Tapi bila wanita menopause
melakukan hormone replacement therapy (HRT) maka kemungkinan ISK lebih kecil
7. Pada wanita, kerusakan fisik dan memar bisa disebabkan aktivitas seksual yang sering
dan kuat, dan menyebabkan honeymoon cystitis .
Berdasarkan bagian saluran kemih yang terinfeksi, tanda dan gejala sebagai berikut:
Sistitis : piuria urgensi, frekuensi miksi meningkat perubahan warna dan bau
urine, nyeri suprapublik, demam biasanya tidak ada.
Uretritis : mungkin mirip dengan sistitis kecuali adanya dischargeurethra
Prostatitis: serupa dengan sistitis kecuali gejala obstruksi orifisium uretra (cont:
hesitansi, aliran lemah).
Pielonefritis : demam, menggigil, nyeri punggung atau bokong, mual, muntah,
diare.
Abses ginjal (intrarenal atau perinefrik); serupa dengan pielonefritis kecuali
demam menetap meskipun diobati dengan antibiotik.
SUA ditemukan pada perempuan 20-50 tahun.
SUA dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Kelompok I: Pasien dengan piuria, biakan urin dapat diisolasi E.Coli dengan
cfu
/ml urin 103 samapi 105. Sumber infeksi dari kelenjar peri-urethral / urethral
itu sendiri. Kelompok ini berespon baik jika diberi golongan ampisillin.
b. Kelompok II : Pasien lekosituria 10 – 50 /lp tinggi dan kultur urin steril.
Kultur khusus ditemukan Chlamydia trachomatis / bakteri anaerob.
c. Kelompok III : Pasien tanpa piuria dan biakan steril.
Gejala Lain
Pada beberapa kasus, mungkin terlihat sedikit darah pada air seninya yang baunya
sangat menyengat.
Terasa sakit di akhir kencing.
Anyang-anyangan atau rasa masih ingin kencing lagi. Meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
Cara Pengambilan Sampel Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya
diambil pagi hari. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic
puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine).
Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam
wadah bermulut lebar dan steril.
a. Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari
kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang
penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah
yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis
harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun
jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.
b. Kateter Bahan
urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga
penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis
harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung
kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang
diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi
suprapubik.
c. Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan
yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita.
Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh
menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel
dan menyebabkan kultur false-negative.
Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
1 Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan
menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan
koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat
dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah
penampungan.
2 Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih
dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya
tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.
3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4oC selama
tidak lebih dari 24 jam.
Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey) Pemeriksaan ini dilakukan untuk
penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin empat porsi yaitu :
1. Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra,
2. Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli,
3. Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat,
4. Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
1) Urinalisis
Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik,
walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus
dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine dalam vesica
urinaria. Yang dinilai adalah sebagai berikut:
a) Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi
berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu saluran
kemih dan infeksi saluran kemih. Positif bila ditemukan 5-10 per lapang
pandang sedimen urin.
b) Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan olehStamm, bila
ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau
setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di
sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit
sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin.
c) Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara
lain :
Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis
ginjal
Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk
pielonefritis
Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada
gromerulonefritis akut
Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila
ditemukan bersamaan dengan proteinuria nefrotik.
d) Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e) Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan
infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.
2) Bakteriologis
a) Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau
pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri
lapangan pandang minyak emersi.
b) Biakan bakteri
Pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis
ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik >100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme
patogen
Kateter >20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah >100.000 cfu/ml
3) Tes Kimiawi
Dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang paling sering
dipakai adalah tes reduksi griess nitrate (untuk bakteri gram negative). Dasarnya
adalah sebagian besar mikroba kecualienter ococci mereduksi nitrat. Batasannya
bila ditemukan bakteri >100.000. Kepekaannya mencapai 90% dengan spesifitas
99%.
4) Tes Plat-Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik
bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat
khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan
digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung
plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama satu
malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan kuman yang terjadi dengan serangkaian gambar yang
memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu per mL
urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat.
Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.
5) Pemeriksaan Kultur Urin
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin
masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang
tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh
merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah <
103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya
merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah
koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat
disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru.
Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien,
frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya.
Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis
bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah
terkontaminasi.
b. Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat
berupa foto polos abdomen, pielonegrafi intravena, demikian pula dengan
pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT Scan.
Diagnosis Banding
1. Sistitis nonbakterial adalah istilah yang mencakup semuanya yang terdiri berbagai
gangguan kesehatan, termasuk nonbakterial infeksi (virus, mikobakteri, klamidia,
jamur, schistosomal) dan tidak menular ( sistitis radiasi , kimia, autoimun,
hipersensitivitas) sistitis, serta menyakitkan sindrom kandung kemih / sistitis
interstisial ( PBS / IC).
2. Gagal Ginjal karena Pielonefritis akut dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang
signifikan; , pembentukan abses (misalnya, nephric, perinephric); sepsis, atau
sindrom sepsis, syok septik, dan kegagalan multiorgan sistem.
3. Refluks vesicoureteral (VUR) adalah aliran abnormal urin dari kandung kemih ke
saluran kemih atas dan penyakit urologi paling umum di masa kecil.Keberadaannya
adalah patologis, dan merupakan faktor risiko yang paling signifikan untuk anak
usia jaringan parut ginjal dan gejala sisa.
4. Obstruksi saluran kemih dapat terjadi pada setiap titik di saluran kencing, dari ginjal
ke meatus uretra.Uropati obstruktif dapat mengakibatkan rasa sakit, infeksi saluran
kemih, kehilangan fungsi ginjal, atau, mungkin, sepsis atau kematian.Gejala
hematuria mungkin ada dengan atau tanpa infeksi.
3.8 Tatalaksana
Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian terapi, namun bila
sudah terjadi keluhan harus segera dapat diberikan antibiotika.Antibiotika yang diberikan
berdasarkan atas kultur kuman dan tes kepekaan antibiotika.
Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi tinggi ke dalam urin.
Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan untuk mendapatkan efek sistemik
dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran kemih. Bermacam cara pengobatan yang
dilakukan pada pasien ISK, antara lain:
1. pengobatan dosis tunggal
2. pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
3. pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
4. pengobatan profilaksis dosis rendah
5. pengobatan supresif
Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala, mencegah dan
mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi risiko kerusakan ginjal
yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek
samping yang minimal. Oleh karena itu, pola pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk
ISK, keadaan anatomi saluran kemih, serta faktor-faktor penyerta lainnya.
Pemilihan antibiotik sangat dipengaruhi oleh bentuk resistensi lokal suatu daerah.
Amoksisilin secara tradisional merupakan antibiotik lini pertama untuk ISK pada anak-anak.
Namun, peningkatan angka resistensi E.coli terhadap antibiotik ini menjadikan angka
kegagalan kesembuhan ISK yang diterapi dengan antibiotik ini menjadi tinggi3. Uji
sensitivitas antibiotik menjadi pilihan utama dalam penentuan antibiotik yang dipergunakan.
Antibiotik yang sering dipergunakan untuk terapi ISK, yaitu:
1 Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri penyebab ISK
resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini masih dapat diberikan pada ISK dengan
bakteri yang sensitif terhadapnya.
2 Kloramfenikol 50 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi 4, sedangkan untuk
bayi premature adalah 25 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi 4.
3 Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis.
Sebagian besar ISK akan menunjukkan perbaikan dengan cotrimoxazole. Penelitian
menunjukkan angka kesembuhan yang lebih besar pada pengobatan dengan
cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.
4 Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin 1-2 gr dalam dosis tunggal atau dosis
terbagi (2 kali sehari) untuk infeksi saluran kemih bagian bawah (sistitis) sehari.
Cephalexin kira-kira sama efektif dengan cotrimoxazole, namun lebih mahal dan
memiliki spectrum luas sehingga dapat mengganggu bakteri normal usus atau
menyebabkan berkembangnya jamur (Candidasp.) pada anak perempuan.
Obat-obatan seperti Asam nalidiksat atau Nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-anak
yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK. Selain itu nitrofurantoin
juga lebih mahal dari Cotrimoxazole dan memiliki efek samping seperti mual dan
muntah. Fluoroquinolon yang sering dipergunakan pada pasien dewasa tidak pernah
dipergunakan pada anak-anak karena mengganggu perkembangan pada sistem
muskuloskeletal dan sendi .
Lama pemberian antibiotik pada ISK umumnya masih menjadi kontroversi.Pada pasien
dewasa, pemberian antibiotik selama 1-3 hari telah menunjukkan perbaikan berarti, namun
dari berbagai penelitian, lamanya antibiotik diberikan pada anak adalah sebaiknya 7-14 hari.
Jika tidak ada perbaikan dalam 2 hari setelah pengobatan, contoh urin harus kembali diambil
dan diperiksa ulang. Kultur ulang setelah 2 hari pengobatan umumnya tidak diperlukan jika
diperoleh perbaikan dan bakteri yang dikultur sebelumnya sensitif terhadap antibiotik yang
diberikan. Jika sensitivitas bakteri terhadap antibiotik yang diberikan atau tidak dilakukan tes
sensitivitas/resistensi sebelumnya, maka kultur ulang dilakukan setelah 2 hari pengobatan.
Antibiotik profilaksis tidak dianjurkan diberikan pada anak penderita ISK. Dalam
penelitiannya, Conway et al. menyatakan bahwa pemberian antibiotik profilaksis berkaitan
erat dengan meningkatnya risiko terjadinya resistensi dan tidak adanya pengurangan dalam
risiko terjadinya ISK berulang maupun renal scarring. Pada anak penderita refluks vesiko-
urinaria, antibiotik profilaksis tidak memberikan efek berarti dalam pengurangan risiko
terjadinya ISK berulang, sehingga pemberian antibiotik profilaksis tidaklah diperlukan.
Sulfonamide
Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram negatif. Secara struktur
analog dengan asam p-amino benzoat (PABA). Biasanya diberikan per oral, dapat
dikombinasi dengan Trimethoprim, metabolisme terjadi di hati dan di ekskresi di ginjal.
Sulfonamide digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih dan bisa terjadi resisten
karena hasil mutasi yang menyebabkan produksi PABA berlebihan.
Trimethoprim
Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat enzim
dihydrofolate reductase yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam bentuk aktif dari
folic acid. Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan baik dari usus dan ekskresi
dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali Pseudomonas spp. Biasanya untuk
pengobatan utama infeksi saluran kemih. Trimethoprim dapat diberikan tunggal (100 mg
setiap 12 jam) pada infeksi saluran kemih akut
Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis folat, mencegah
resistensi, dan bekerja secara sinergis. Sangat bagus untuk mengobati infeksi pada saluran
kemih, pernafasan, telinga dan infeksi sinus yang disebabkan oleh Haemophilus influenza
dan Moraxella catarrhalis. Karena Trimethoprim lebih bersifat larut dalam lipid daripada
Sulfamethoxazole, maka Trimethoprim memiliki volume distribusi yang lebih besar
dibandingkan dengan Sulfamethoxazole. Dua tablet ukuran biasa (Trimethoprim 80 mg +
Sulfamethoxazole 400 mg) yang diberikan setiap 12 jam dapat efektif pada infeksi berulang
pada saluran kemih bagian atas atau bawah. Dua tablet per hari mungkin cukup untuk
menekan dalam waktu lama infeksi saluran kemih yang kronik, dan separuh tablet biasa
diberikan 3 kali seminggu untuk berbulan-bulan sebagai pencegahan infeksi saluran kemih
yang berulang-ulang pada beberapa wanita.
Efek samping : pada pasien AIDS yang diberi TMP-SMX dapat menyebabkan demam,
kemerahan, leukopenia dan diare
Fluoroquinolones
Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan diare. Fluoroquinolon dapat
merusak kartilago yang sedang tumbuh dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien di bawah
umur 18 tahun.
Norfloxacin
Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat baik untuk
infeksi saluran kemih.
Ciprofloxacin
Merupakan generasi kedua dari fluoroquinolones, mempunyai efek yang bagus dalam
melawan bakteri gram negatif dan juga melawan gonococcus, mykobacteria, termasuk
Mycoplasma pneumoniae.
Levofloxacin
Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolones. Hampir sama baiknya dengan generasi
kedua tetapi lebih baik untuk bakteri gram positif.
Nitrofurantoin
Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram positif dan gram negatif.
Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat di metabolisasi dan
diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri sistemik. Obat
ini diekskresikan di dalam ginjal. Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada
orang dewasa adalah 50 sampai 100 mg, 4 kali sehari dalam 7 hari setelah makan.
Efek samping : anoreksia, mual, muntah merupakan efek samping utama. Neuropati dan
anemia hemolitik terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.
3.9 Komplikasi
Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan tipe
berkomplikasi (complicated)
a. ISK sederhana (uncomplicated). ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu nonobstruksi
dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan
tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama.
b. ISK tipe berkomplikasi (uncomplicated)
ISK selama kehamilan
ISK pada DM. Penelitian epidemiologi klinik melaporkan bakteriuria dan ISK
lebih sering ditemukan pada DM dibandingkan perempuan tanpa DM.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang adalah
terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal
kronik. ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati:
pielonefritis, bayi prematur, anemia, Pregnancy-induced hypertension
ISK pada kehamilan: retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, Cerebral palsy, fetal
death.
Sistitis emfisematosa : sering terjadi pada pasien DM.
Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.
Abses perinefrik
Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal, dan gagal ginjal
kronik
3.10 Pencegahan
Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing, infeksi kandung
kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri , bila setelah buang air besar
atau air kecil bersihkan dengan cara membersihkan dari depan ke belakang, dan
mencuci kulit di sekitar dan antara rektum dan vagina setiap hari. Mencuci sebelum
dan sesudah berhubungan seksual juga dapat menurunkan resiko seorang wanita dari
ISK.
Minum banyak cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran bakteri melalui
sistem urine.
Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk buang air kecil
juga bisa membantu mengurangi risiko infeksi kandung kemih atau ISK.
Buang air kecil sebelum dan setelah melakukan hubungan seks dapat flush setiap
bakteri yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan seksual.
Vitamin C membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri berbahaya
dalam sistem saluran kemih.
Hindari pemakaian celana dalam yang dapat membuat keadaan lembab dan berpotensi
berkembang biaknya bakteri. Hindari sandal jepit.
3.11 Prognosis
Meskipun sederhana rendah ISK (sistitis) dapat menghilang secara spontan, pengobatan yang
efektif mengurangi durasi gejala dan mengurangi kejadian pengembangan menjadi ISK
bagian atas. Bahkan dengan pengobatan yang efektif, bagaimanapun, sekitar 25% wanita
dengan cystitis akan mengalami kekambuhan.Pasien yang lebih muda memiliki tingkat
terendah dari morbiditas dan mortalitas.
5. Berwudhu
Mayoritas ulama berpendapat bahwa berwudhu saat mandi junub hukumnya sunnah, tidak
wajib. Mereka berpandangan bahwa berwudhu saat mandi junub semuanya hanyalah
diriwayatkan dari perbuatan Nabi. Sedangkan semata-mata perbuatan nabi, tidaklah
menjadikan sebuah hukum menjadi wajib. Demikian pendapat yang dipilih oleh Al-Imam
An-Nawawi, Ibnu Batthal, Asy-Syaukani dan para ulama lainnya. (Lihat Nailul Authar,
1/273)
Adapun tata cara berwudhu ketika hendak mandi janabah, para ulama juga berbeda pendapat.
Mayoritas ulama berpendapat sunnahnya mengakhirkan pencucian kedua telapak kaki saat
berwudhu ketika mandi janabah. Demikian menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah.
(Lihat Nailul Authar, 1/271)
Namun jika menilik berbagai hadits yang ada, maka kita dapati bahwa ternyata berwudhu
ketika mandi janabah memiliki beberapa cara, yaitu:
Pertama: Berwudhu secara sempurna seperti wudhu ketika hendak shalat. Dalilnya adalah
hadits Maimunah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
صالَ ِة َّ ضو َءهُ لِل ُ ضأ َ ُو َّ ثُ َّم ت ََو
“Kemudian beliau berwudhu seperti wudhunya ketika hendak shalat.” (HR. Muslim no. 476)
Kedua: Berwudhu seperti ketika hendak shalat, dengan mengakhirkan mencuci kedua kaki
setelah mandi untuk cara mandi junub yang sempurna. Juga dari Maimunah radhiyallahu
‘anha, ia berkata:
صالَ ِة َغ ْي َر ِر ْجلَ ْي ِه َّ ضو َءهُ لِل ُ ضأ َ ُو َّ ثُ َّم ت ََو
“Kemudian beliau berwudhu seperti wudhunya ketika hendak shalat, tanpa mencuci kedua
telapak kaki.” (HR. Al-Bukhari no. 272)
Ketiga: Berwudhu seperti wudhu ketika hendak shalat, tanpa mengusap kepala. Dari Ibnu
‘Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
س ْح َ سهُ لَ ْم يَ ْم َ س ُل َو ْج َههُ َو ِذ َرا َع ْي ِه ثَالَثًا ثَالَثًا َحتَّى إِ َذا َبلَ َغ َر ْأ
ِ ض َويَ ْغ
ُ ض ِم
ْ ق َويُ َم ِ ستَ ْن
ُ ش ِ ثُ َّم يَ ْغ
ْ َس ُل يَ َد ْي ِه ثَالَثًا َوي
“Kemudian beliau berwudhu dengan membasuh kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali,
lalu memasukkan air ke dalam hidung sekaligus ke dalam mulut dengan berkumur-kumur,
lalu membasuh wajahnya dan kedua tangannya masing-masing sebanyak tiga kali, hingga
ketika sudah masuk bagian kepala beliau tidak mengusapnya.” (HR. An-Nasa’i no. 419.
Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan An-Nasa’i no.
420 bab tidak mengusap kepala dalam wudhu ketika mandi janabah).
Nampak dari hadits-hadits di atas, bahwa ketiga cara tersebut semuanya sunnah untuk
dilakukan. Karena masing-masingnya didasari oleh hadits yang shahih dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikianlah salah satu bentuk penggabungan (jama’) terhadap
hadits-hadits diatas yang dilakukan Al-Imam As-Sindi rahimahullah dalam Syarh Sunan An-
Nasa’i (1/225), karya beliau.
6. Menyela-nyela pangkal rambut dengan jari-jemari hingga kulit kepala terasa basah
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
ش َع ِره َ صو َل ُ ُصابِ َعهُ فِي ا ْل َما ِء فَيُ َخلِّ ُل بِ َها أ َ َثُ َّم يُ ْد ِخ ُل أ
“Kemudian beliau memasukkan jari-jemarinya ke dalam air, lalu menyela-nyela pangkal
rambutnya dengan jari-jari tersebut (hingga terasa basah).” (HR. Al-Bukhari no. 240)
Guyton dan Hall. 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Singapore : Elsevier
Junqueira C.L.,Carneiro, L. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Edisi10.EGC : Jakarta
Penta Seputra.K, dkk. 2015. Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia
Pria 2015. Ikatan Ahli Urologi Indonesia
Sudoya.A, Setiyohadi.B, Alwi.I, 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI.
Jakarta : Interna Publishing
Sukandar,E.,(2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa.
Edisi 5. Jilid 2. Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta
Tessy A, Ardaya, Suwanto. 2001. Infeksi Saluran Kemih, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam oleh Suyono HS. Edisi ke 3. Jakarta: FKUI.