Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KELOMPOK

GANGGUAN MENTAL PADA REMAJA DAN PENATALAKSANAANNYA


(Untuk memenuhi tugas CMHN II)

Dosen Pembimbing : Ns. Emilia Puspita S.M.Kep., Sp.Kep.J

Disusun Oleh :

1. Eva Nurmala (1907019)


2. Fitria Istikhomah (1907026)
3. Grecia Sara Natalenta (1907027)
4. Hersi Agustin (1907029)
5. Novi Sefia Tifani (1907044)
6. Tria Mayangsari (1907054)
7. Yanu Ainur Fitri (1907056)
8. Zilla Fazzira (1907057)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2021
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI................................................................................................................................................I
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................1
1. Tujuan Umum..............................................................................................................................1
2. Tujuan Khusus.............................................................................................................................2
D. Manfaat............................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................................3
A. Pengertian........................................................................................................................................3
B. Penyebab.........................................................................................................................................5
C. Karakteristik....................................................................................................................................5
D. Penyimpangan Perkembangan Remaja............................................................................................5
E. Tanda dan Gejala.............................................................................................................................5
F. Trend dan Issue................................................................................................................................7
G. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................................................8
H. Penatalaksanaan...............................................................................................................................9
BAB III......................................................................................................................................................16
PENUTUP.................................................................................................................................................16
A. Kesimpulan....................................................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................II

I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Remaja adalah mereka yang berada dimasa transisi dari anak-anak menuju
dewasa, masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dan mengalami
banyak perubahan serta persoalan dalam kehidupan remaja. Perubahan tersebut meliputi
perubahan fisik, mental, sosial, dan emosional. (Stuart, 2013). Perkembangan emosi
dimasa remaja biasanya memiliki energi yang besar dan emosi yang berkobar-kobar,
sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan
tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian (Ali & Ansori, 2017). Perubahan dan
persoalan yang terjadi pada masa remaja jika tidak dapat terkontrol dengan baik dapat
memicu terjadinya masalah mental emosional pada remaja (Devita, 2019)

Mental emosional adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami distress


psikologik, terjadi perubahan psikologis pada keadaan tertentu tetapi bisa kembali pulih
seperti semula, akan tetapi masalah mental emosional ini apabila tidak ditangani secara
tepat akan menimbulkan dampak yang buruk bagi proses perkembangan remaja
(Mubasyiroh et al., 2017). Masalah mental emosional merupakan suatu keadaan yang di
alami oleh individu ditandai dengan perubahan emosional dan apabila berkelanjutan akan
berkembang menjadi keadaan patologis

World Health Organization (WHO, 2018), menyatakan Prevalensi orang dengan


gangguan mental emosional di dunia dalam rentang usia 10-19 tahun kondisi kesehatan
mental mencakup 16% dari beban penyakit dan cedera global. Setengah dari semua
kondisi kesehatan mental dimulai pada usia 14 tahun tetapi kasus tidak terdeteksi dan
tidak diobati karena sejumlah alasan, seperti kurangnya pengetahuan atau kesadaran
tentang kesehatan mental diantara petugas kesehatan, atau stigma yang mencegah remaja
mencari bantuan, hal ini bisa meningkatkan kemungkinan pengambilan perilaku beresiko
lebih lanjut dan dapat mempengaruhi kesejahteraan kesehatan mental dan emosi pada
remaja.

Berdasarkan uraian diatas kelompok kami ingin mengetahui lebih lanjut tentang
gangguan mental pada remaja dan cara penatalaksanaannya.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :
“Bagaimana penatalaksanaan pada remaja yang terkena gangguan mental”

1
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana cara penatalaksanaan pada remaja dengan gangguan
mental

2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan pengetahuan tentang gangguan mental pada remaja
b. Mendapatkan pemahaman dalam penatalaksaan pada remaja yang mengalami
gangguan mental.
c. Mendeskripsikan penyebab, jenis, karakteristik pada remaja yang mengalami
gangguan mental.

D. Manfaat
a. Dapat digunakan sebagai landasan teori untuk melakukan asuhan keperawatan
khususnya bagi remaja yang terkena gangguan mental.
b. Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang gangguan mental pada remaja
dan penatalaksanannya
c. Sebagai dasar agar dapat melakukan tindakan lebih lanjut pada remaja yang
diduga mengalami masalah gangguan mental

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
1. Remaja
a. Definisi remaja
Menurut World Health Organization (2014), remaja dalah penduduk
dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor
25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan
menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana (BKKBN) rentang usia
remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19
tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau
sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja
berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai dengan adanya perubahan
fisik, emosi, dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu
priode masa pematangan ogan reproduksi manusia dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah priode peralihan dari masa ana ke masa dewasa
(Widastuti, Rahmawati, Purmaningrum,2019).
b. Batasan usia remaja
Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku dewasa. Menurut Kartini Kartono (2013),batasan usia
remaja dibagi tiga yaitu :
1) Remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat
dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak
pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap
kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-
kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-
ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
2) Remaja pertengahan (15-18 tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada
masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan
kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai
tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis.
Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal ini
rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada
remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan

3
penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa
ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.
3) Remaja akhir (18-21 tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal
dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri
dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan
menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu
berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.
c. Perkembangan psikososial pada remaja
Tugas perkembangan yang harus diselesaikan selama masa remaja antara
lain mencapai kemampuan membina hubungan yang lebih dewasa dengan teman
sebaya dari kedua gender, mencapai kemampuan dalam melaksanakan peran
sosial maskulin atau feminin, menerima perubahan fisik dan menjaga tubuh
secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya, mempersiapkan diri untuk pernikahan dan kehidupan
berkeluarga, mempersiapkan diri untuk berkarir, memperoleh seperangkat nilai
dan sistem etika sebagai panduan dalam berperilaku (Keliat dan Pasaribu, 2016).
Tahap-tahap tumbuh kembang remaja (12-18 atau 20 tahun) antara lain
konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan biologis, mencoba nilai-nilai
yang berlaku, pertambahan berat dan tinggi badan, stres meningkat terutama saat
terjadi konflik, anak wanita mulai mendapat haid, tampak lebih gemuk, suasana
hati berubah-ubah, menyesuaikan diri dengan standar kelompok, hubungan anak
dengan orang tua mencapai titik terendah (Nasir dan Muhith, 2011). Apabila
tidak terpenuhinya tugas perkembangan ini maka remaja dapat mengalami
Gangguan Mental Emosional.
2. Gangguan mental emosional
Gangguan mental emosional adalah gejala orang yang menderita karena memiliki
masalah mental atau jiwa, lalu jika kondisi tersebut tidak segera ditangani maka akan
menjadi gangguan yang lebih serius (Idaiani, 2010). Pada keadaan tertentu gangguan
ini dapat diderita oleh semua orang namun dapat pulih kembali seperti keadaan
semula jika dapat diatasi oleh individu tersebut atau berkunjung kefasilitas pelayanan
kesehatan tetapi jika tidak dapat diatasi maka akan berlanjut menjadi gangguan yang
lebih serius (Kemenkes RI, 2013)
Gangguan mental emosional ditandai dengan menurunnya fungsi individu pada
ranah keluarga, pekerjaan atau pendidikan, dan masyarakat atau komunitas, selain itu
gangguan ini berasal dari konflik alam bawah sadar yang menyebabkan kecemasan.
Depresi dan gangguan kecemasan merpakan jenis gangguan mental emosional yang
lazim ditemui di masyarakat. (Kurniawan & Sulistyarini, 2016)

4
B. Penyebab
Menurut Mubasyiroh (2015), faktor penyebab gangguan mental emosional pada remaja
ditimbulkan dari banyak hal yaitu :

1. Banyaknya tekananan dan kurangnya support sistem dari keluarga,


2. Pergaulan yang menyimpang pengaruh dari teman,
3. Tekanan dari tuntutan pelajaran disekolah yang diberikan guru kepada siswa.

Gangguan mental relative terjadi pada remaja perempuan dikarenakan banyaknya


tindakan tindakan pelecahan yang terjadi pada perempuan, tidak dapat mencerna
dengan positif hal hal yang ada dalam kehidupan. Remaja yang terindikasi
mengkonsumsi narkoba juga dapat beresiko lebih besar mengalami gangguan mental
emosional.

C. Karakteristik
1. Gangguan mental ringan
Gangguan mental ringan adalah gangguan yang disebabkan oleh adanya kerusakan
pada anggota tubuh, missal otak, sentral saraf, atau hilangnya berbagai kelenjar,
saraf-saraf atau anggota fisik lainya untuk menjalankan tugasnya (Darajat, 2012).
2. Gangguan mental berat
Gangguan mental berat disebabkan oleh gangguan jiwa yang telah berlarut-larut
tanpa adanya solusi (penyelesaian) secara wajar. Atau diakibatkan oleh hilangnya
keseimbangan mental secara menyeluruh, akibat dari suasana lingkungan yang
sangat menekan (tidak bersahabat), ketegangan batin, dan sebagainya (Daradjat,
2012).

D. Penyimpangan Perkembangan Remaja


Dikutip dari Keliat, Helena, & Farida (2011) karakteristik remaja dengan
penyimbangan perkembangan adalah :
1. Remaja gagal mencapai tugas perkembangan
2. Gagal menjalankan peran, merasa bingung atau bimbang
3. Gagal membuat tujuan pribadi atau tidak punya rencana untuk masa depan
4. Gagal mengenali keunikan diri/ciri khas (kelebihan dan kelemahan) atau tidak
menyukai diri sendiri.
5. Tidak mampu berinteraksi / isolasi
6. Tidak mempunyai minat
7. Tidak mandiri

E. Tanda dan Gejala


Gejala adalah tanda-tanda yang mendahului suatu problem,atau sesuatu yang
dapat diamati sebelum menjadi timbulnya suatu problem, atau keadaan yang menjadi

5
tanda tanda akan timbulnya atau berjangkitnya sesuatu. Berikut gejala gangguan mental
emosional menurut Daradjat (2012):

1. Reaksi psikis ditandai oleh unsur kecemasan yang tidak sadar diekspresikan
dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri( (Defence of mechanism).
Seringkali merasa dirinya itu normal, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih
penting dari orang lain.
2. Relasinya dengan dunia luar sedikit sekali, walaupun orang yang bersangkutan
masih memilik insight/wawasan yang baik. Seperti kesulitan menyesuaikan diri
dengan wajar.
3. Timbul perasaan cemas yang tidak bisa dibendung, misalnya: takut mati, takut
kalau jadi gila, dan ketakutan ketakutan lain yang tdak rasional, dan tidak bisa
dimasukan dalam kategori fobia. Dengan gejala emosi tidak stabil, suka marah-
marah, Sering dihinggapi perasaan depresi sering dalam keadaan excited (gelisah
sekali), sering berfantasu, dihinggapi ilusi, delusi, dan rasa dikejar-kejar, sering
merasa mual-mual dan muntah, badanya merasa sangat letih, sesak nafas, banyak
berkeringat, bergemataran, tekanan detak jantung meningkat dan sering menderita
diare, dan lain sebagainya.
4. Penderita selalu diganggu oleh perasaan sakit dan nyeri yang berpindah pindah
pada setiap bagian badanya, khususnya pada bangian punggung, dan kepala yang
disertai oleh rasa pusing, sehingga penderita menjadi malas dan segan melakukan
aktivitas atau segan melakukan sesuatu (kehilangan semangat atau gairah hidup).
5. Biasanya diikuti oleh gerakan motoric pada inteleknya lemah. Seperti cepat
merasa suntuk, malas berfikir, dan lambat dalam mengambil keputusan
6. Sering mangalami depresi emosional yang biasanya disertai dengan menangis
atau suka menangis.
7. Nafsu makan menurun bahkan sampai kehilangan nafsu makan, seks, menderita
ensomnia dan muncul gangguan-gangguan pada pencernaan.
8. Cenderung egois dan introvert. Kehilangan kemampuan dalam berkonsentrasi,
mudah dipengaruhi, cepat bingung, semangat sensitive dan sikapnya selalu
antagonistik (selalu bertentangan) dan cenderung negative.

Manifestasi secara psikis antara lain khawatir secara berlebihan, gelisah tidak
menentu, takut berlebihan dan tidak tentram. Manifestasi secara fisik dapat berupa nafas
pendek, nyeri perut, tangan bergetar, diare, penglihatan kabur, otot terasa tegang
(Daradjat,2012)

Tanda dan gejala gangguan mental pada remaja lebih mengarah kepada masalah
gangguan neurosis, yaitu ;

1. Depresi

6
depresi merupakan suatu masa tergangguanya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan
pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,
serta ancaman untuk bunuh diri atau mencelakai dirinya sendiri.
2. Ansietas
Kecemasan merupakan sesuatu kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan disertai
dengan perasaan tegang, lesu, cepat lelah, susah tidur, suka berkonsentrasi, dan
daya ingat yang mengalami penurunan.
3. Keputusasaan
Merasa tidak bergairahnya seseorang dalam menjalani hidup, merasa mudah lelah,
dan sulit untuk berfikir. Sehingga, seseorang memandang adanya keterbatasan
atau tidak tersedianya alternative pemecahan pada masalah yang dihadapi.
4. Harga diri rendah
perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
5. Koping tidak efektif
Ketidakmampuan seseorang untuk mengatasi masalah yang dihadapinya

F. Trend dan Issue


1. Bunuh diri
Bunuh diri merupakan masalah psikologis yang mengancam. Tren bunuh
diri mulai tampak meningkat pada anak- anak dan remaja. Di Asia terutama
Jepang dan Korea sering diberitakan warganya melakukan bunuh diri. Bunuh diri
juga termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15- 34 tahun
selain faktor kecelakaan. Metode yang digunakan adalah menggantung diri,
minum racun dan menyayat nadi. (Mariyati et al,2020)
2. Masalah NAPZA
Kecenderungan ini memperlihatkan bahwa Indonesia sudah menjadi target
pasar bagi produsen dan pengedar narkoba.Bahkan Indonesia sangat mungkin
sudah menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara. Akibatnya, penyalahgunaan
narkoba telah merasuk ke semua kalangan masyarakat, baik kalangan pelajar dan
mahasiswa, artis, pedagang, supir angkot, anak jalanan, pejabat dan lain
sebagainya. Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi, target pasar dari para
pengedar narkoba tersebut utamanya adalah kaum muda dalam rentang umur 11
sampai dengan 24 tahun. Oleh karena itu tidak heran jika penyalahgunaan
narkoba tersebut sebagian besar dilakukan oleh generasi muda atau mereka dalam
rentang usia sekolah antara SMP sampai dengan perguruan tinggi. Alasan yang
umum dikemukakan kenapa mereka menggunakan narkoba, antara lain, adalah
hanya coba- coba, diajak teman sepergaulan, mengikuti gaya hidup anak muda
dan untuk melupakan permasalahan yang dihadapi,Implikasinya, generasi muda

7
sebagai generasi penerus akan semakin melemah karena dihancurkan oleh
narkoba yang merusak kesehatan dan mental serta daya kritisnya. Sebagai contoh,
ketika pengguna “Shabu” tidak mengkonsumsinya, maka dia akan merasa gelisah,
tak mampu berpikir rasional, malas bekerja, cepat lelah, depresi berat sehingga
mudah marah dan cenderung bertindak semaunya sendiri, bahkan dapat
melakukan tindakan di luar nalar. Bila kondisi ini melanda generasi muda sebagai
generasi penerus, maka pada gilirannya akan mengancam kelangsungan
kehidupan bangsa di masa depan. (Mariyati et al,2020)
3. Kekerasan
Hasil SNPHAR 2018 juga menunjukkan remaja tidak hanya menjadi
korban kekerasan, tapi juga menjadi pelaku kekerasan. Faktanya, 3 dari 4 anak
remaja melaporkan bahwa pelaku kekerasan emosional dan kekerasan fisik adalah
teman atau sebaya. Bahkan, pelaku kekerasan seksual baik kontak ataupun non
kontak paling banyak dilaporkan adalah teman atau sebayanya (47%-73%) dan
sekitar 12%-29% pacar menjadi pelaku kekerasan seksua. (Mariyati et al,2020)
4. Kecanduan teknologi
Kecanduan gadget maupun internet merupakan penggunaan secara
berlebihan yang mengganggu kehidupan sehari-hari penggunanya, biasanya
mengakibatkan keasyikan dan cenderung apatis terhadap sekitar dan sering kali
marah apabila ada seseorang yang mengganggunya. Di Indonesia sendiri
penggunaan gadget didominasi oleh remaja. Indonesia kecanduan internet pada
remaja sebesar 42,4%.Pada kesuluruhan remaja yang menggunakan internet, 70%
diantaranya menggakses internet untuk hal hal negative seperti cybercrime,
cyberporn, dan game online lebih dari 3 jam perhari. Kecanduan internet juga
dapat menimbulkan permasalahan fisik seperti mata kering, nyeri punggung
dikarenakan terlalu lama duduk di depan komputer, kebersihan yang terabaikan
dan gangguan pola tidur. masalah psikologis dan sosial seperti: penurunan daya
ingat, euforia saat online, waktu berinternet berlebihan, menarik diri dari
lingkungan sosial, merasa cemas dan depresi bila offline. (Mariyati et al,2020)

G. Pemeriksaan Penunjang
Meskipun masalah kesehatan mental saat ini banyak ditemui mengganggu orang
dewasa seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, dan psikosis, namun banyak
masalah kesehatan mental tersebut yang sudah memunculkan gejala atau hambatan saat
masih anak-anak dan remaja (O’Reilly, 2015). Masalah kesehatan mental anak dan
remaja dapat diamati dari adanya permasalahan pada tahapan perkembangan pada tiga
area besar, yaitu :

1. Emosi
Remaja yang selalu merasa sedih, mudah murung dan merasa kurang bahagia
memiliki kemungkinan mengalami permasalahan kesehatan mental. Mereka akan

8
mermiliki banyak kekhawatiran dan kecemasan yang membuat seseorang tidak
berani melakukan eksplorasi. Ketika mengekspresikan emosinya, seseorang lebih
memilih menangis berlebihan, ataupun berteriak berlebihan. Sehingga anak perlu
diperkenalkan dan dibimbing untuk dapat memahami serta mengekspresikan
emosinya dengan cara yang sesuai.
2. Perilaku
Adanya masalah perilaku pada usia remaja dapat dideteksi dari aktivitas yang ia
lakukan setiap hari, seperti aktivitas tidur, makan, dan bermain. Beberapa
contohnya adalah seseorang yang selalu sulit untuk bangun tidur atau bermalas-
malasan, memiliki pola tidur bermasalah atau insomnia, mengalami gangguan
makan, berbohong dan mudah menyalahkan orang lain untuk kesalahannya, serta
melanggar aturan dapat menjadi indikasi masalah.
3. Perkembangan
Adanya masalah perkembangan sangat terkait dengan tahapan perkembangan usia
remaja. Beberapa permasalahan terkait perkembangan dapat dilihat dari faktor
kognisi dan juga atensi. Faktor kognisi terkait dengan permasalahan kecerdasan
dan juga kesulitan dalam belajar. Atensi adalah fokus dari sumber daya mental
(Santrock, 2011). Seseorang diusia remaja memiliki rentang atensi yang terbatas,
artinya hanya sejumlah informasi yang mampu mereka perhatikan. Atensi akan
berkembang seiring dengan usia dan aktivitas seseorang. Kesulitan seseorang
dalam memusatkan perhatian pada tugas, seseorang yang gelisah, isolasi sosial,
mudah teralihkan perhatiannya menjadi indikasi masalah kesehatan mental.
Masalah-masalah seperti yang telah dijelaskan di atas dapat menjadi indikasi awal
yang mengarah pada gangguan kesehatan mental apabila hal ini konsisten dinampakkan
oleh anak usia remaja . Oleh karenanya, menjadi tugas bagi orang tua atau caregiver
untuk dapat mendeteksi sedari dini permasalahan ini supaya tidak berkembang menjadi
gangguan.

Gangguan mental dapat diukur dengan menggunakan Self Reporting


Questionnaire (SRQ) yang terdiri dari 20 pertanyaan, sehingga dikenal sebagai SRQ-20
dan telah direkomendasikan oleh WHO (Dinuriah, 2015). Kuesioner SRQ-20 bisa
digunakan untuk skrining masalah kesehatan jiwa di masyarakat dan memiliki jawaban
“ya” atau “tidak” dengan maksud mempeermudah masyarakat untuk menjawabnya
(Riskesdas, 2013). Pertanyaan yang terdapat dalam SRQ-20 terdiri dari pertanyaan
mengenai gejala yang lebih mengarah kepada gangguan neurosis.

H. Penatalaksanaan
Kualitas kesehatan mental individu pada masa remaja mempengauhi kesehatan
mental mereka di masa dewasa. Melakukan promosi terhadap kesehatan mental remaja
artinya meningkatkan kesehatan mental masyarakat di masa depan secara keseluruhan.
Upaya pemberian dukungan pada kesehatan mental dapat dilakukan melalui tiga cara

9
yaitu promosi, prevensi dan intervensi (kurasi). Merancang upaya dukungan terhadap
kesehatan mental pun perlu dilakukan secara sistemik dan melibatkan berbagai pihak ,
mulai dari orang tua (keluarga), guru atau pihak sekolah, komunitas serta pemerintah
(Herrman, et al., 2015)..

Promosi kesehatan mental bertujuan untuk mempromosikan kesehatan mental


yang positif. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatan kesejahteraan
psikologis, kompetensi, ketahanan manusia, serta menciptakan kondisi dan lingkungan
hidup yang mendukung. Promosi kesehatan mental dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data terkait insidensi gangguan tersebut supaya masyarakat meningkat
kesadarannya dan mendapat pengetahuan terkait permasalahan. Selain itu, tindakan
pemeliharaan lingkungan hidup seperti pemeliharaan kesehatan dan kebugaran badan,
pemeliharaan gizi makanan penting dilakukan. Perubahan gaya hidup seperti nutrisi yang
baik, olahraga dan tidur yang cukup dapat mendukung.

Prevensi kesehatan mental berfokus pada mengurangi risk factor dan


meningkatkan protective factor yang terkait dengan kesehatan mental . Deteksi dini dan
mengenalkan bagaimana penanganan perilaku maladaptif dalam keluarga dan komunitas
menjadi fokus yang sering dilakukan dalam tindakan prevensi. Prevensi dan promosi
seringkali hadir dalam program dan strategi yang sama. Walaupun begitu, hasil yang
didapat berbeda namun saling melengkapi. Untuk itu, promosi dan prevensi harus
dipahami sebagai pendekatan konseptual yang berbeda tetapi saling terkait.

Intervensi umum digunakan dalam menjelaskan berbagai macam tindakan yang


dimaksudkan untuk memberikan kesembuhan atau meningkatkan penyesuaian diri.
Intervensi pun dapat dilakukan pada setiap pihak seperti intervensi individual, intervensi
berbasis keluarga (family-based intervention), intervensi sekolah (school-based
intervention), serta intervensi pada komunitas (community-based interventions).
Intervensi individual biasanya berupa konseling atau psikoterapi. Psikoterapi pun
memiliki banyak jenis tergantung pendekatan yang akan digunakan, seperti terapi
perilaku, terapi kognitif, terapi humanistik serta terapi psikodinamik. Dalam memilih dan
merancang intervensi yang tepat, kita perlu memiliki beberapa pertimbangan seperti apa
saja gejala yang muncul dan seberapa parah gejalanya dan seberapa banyak gejala ini
menyebabkan distress dan memengaruhi kehidupan sehari-hari. Pemahaman terkait
resiko dan manfaat dari intervensi tersebut untuk individu dan faktor kepribadian serta
kebutuhan individu lainnya pun perlu dijadikan pertimbangan.

Dalam merancang rencana kesehatan mental anak dan remaja, penting untuk
memperhatikan tahapan perkembangan anak serta mempertimbangkan faktor perbedaan
budaya yang dapat memengaruhi perkembangan tahapan tersebut. Misalnya ketika ingin
merancang intervensi terkait kesehatan mental pada remaja. Apabila masyarakat
memandang bahwa remaja masih dalam periode ketergantungan yang berkelanjutan pada

10
orang tua, maka kita perlu mempertimbangkan peran penting orang tua dalam
mengidentifikasi, mengevaluasi serta menyetujui intervensi yang diberikan.

Peran orang tua dapat memulai dengan memberikan nutrisi yang cukup pada
anak, kesempatan pada anak untuk belajar baik sendiri maupun bersama teman, serta
waktu untuk bermain yang akan meningkatkan kualitas hidup anak sedari dini. Pemberian
pola pengasuhan yang memberikan rasa aman dan nyaman, dengan adanya kedekatan
terhadap seluruh anggota keluarga dan komunikasi yang terjalin dengan baik membuat
keluarga menjadi sebuah sistem yang memiliki fungsi optimal pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.

Pemerintah dapat memberikan kebijakan terkait perlindungan hukum serta


peningkatan kualitas hidup, seperti meningkatkan pemberian dan penyebaran makanan
yang bernutrisi, hunian rumah yang nyaman serta akses untuk mendapat pendidikan yang
memadai. Hal tersebut tentu berkaitan pula dengan kondisi perekonomian serta jaringan
komunitas yang ada.

I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam memberikan asuhan
keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Pengumpulan data ini
juga harus dapat menggambarkan status kesehatan klien dan kekuatan masalah-masalah
yang dialami oleh klien. (Hutahaean Serri, 2011).

Pengkajian keperawatan pada remaja yang mengalami gangguan mental yaitu


mengkaji data demografi, riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari,
keadaan fisik, status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan keluarga

1. Data demografi
Pengkajian data demografi meliputi nama; usia; tempat; dan tanggal lahir klien;
nama, pendidikan, alamat orang tua; serta data lain yang dianggap perlu diketahui.
Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima klien, juga
perlu di kaji. Selain itu, perkembangan kognitif, psikososial dan fisiologis atau
aktifitas kehidupan sehari-hari klien meliputi keadaan gizi termasuk berat badan,
jadwal makan, dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan
masalah kualitas tidur,eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan
dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
2. Pemeriksaan fisik
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga,
hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler, muskuloskeletal, dan neurologis anak.
Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh gangguan fisik terhadap prilaku seseorang. Misalnya, anak yang menderita

11
diabetes atau asma sering berperilaku merusak dalam usahanya mengendalikan
lingkungan. Selain itu, hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam
menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan
bekas penganiayaan yang pernah di alami anak.
3. Status mental
Pemeriksaan status mental anak remaja bermanfaat untuk memberi gambaran
mengenai fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi
ego anak dari waktu kewaktu. Oleh karena itu, status mental anak remaja perlu dikaji
setiap waktu dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak. Data dicatat sesuai
dengan perilaku yang di amati untuk menjaga objektivitas pengkajian, kesan,
perasaan, dan pendapat perawat.Pemeriksaan status mental meliputi keadaan emosi,
proses berpikir, dan isi pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bicara dan orientasi;
keinginan untuk bunuh diri atau membunuh. Pengkajian terhadap hubungan
interpersonal anak remaja dilihat dalam hubungannya dengan teman sebayanya yang
penting untuk diketahui kesesuaian perilaku dengan usianya. Pertanyaan yang perlu
diperhatikan perawat ketika mengkaji hubungan interpersonal anak remaja, antara
lain sebagai berikut
a) Apakah klien berhubungan dengan teman sebaya dan dengan jenis kelamin
tertentu?
b) Apakah klien mampu menemukan ciri khas pada dirinya?
c) Apakah klien mempunyai rencana untuk masa depannya?
d) Bagaimana saat klien mengambil suatu keputusan ?
e) Bagaimana keterampilan sosial klien ketika menjalin dan berhubungan
dengan anak lain?
f) Apakah klien mempunyai teman dekat? Dan lain-lain
Kemampuan anak remaja berhubungan dengan orang dewasa juga penting dikaji
untuk mengetahui kebutuhan anak akan tokoh panutan dan kebutuhan anak remaja
akan dukungan dan kasih sayang.
4. Riwayat personal dan keluarga
Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala,
tumbuh kembang anak remaja, yang biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data
ini sangat diperlukan untuk mengerti perilaku anak remaja dan membantu menyusun
tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan kebagian penting
dari pengkajian melalui pengalihan fokus dari anak remaja sebagai individu ke
sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasi
siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk
menyelesaikan masalah tersebut

J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang

12
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situai yang
berkaitan dengan kesehatan. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Berdasarkan SDKI 2017 diagnosa keperawatan pada pasien remaja yang terkena
gangguan mental kemungkinan yang muncul yaitu :

1. Potensial (normal) , antara lain :


a) D.0113 Kesiapan peningkatan pengetahuan
b) D.0089 Kesiapan peningkatan konsep diri
c) D.0090 Kesiapan peningkatan koping keluarga
d) D.0112 Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
2. Risiko (penyimpangan) , antara lain:
a) D.0107 Risiko gangguan perkembangan usia remaja
b) D.0080 Ansietas
c) D.0087 Harga diri rendah situasional
d) D.0121 Isolasi sosial
e) D.0096 Koping tidak efektif

K. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,2018)

Setelah pengkajian selesai dan masalah utama yang dialami anak remaja telah
diidentifikasi, rencana perawatan dan pengobatan yang komprehensif di susun. Tujuan
asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak remaja, seperti modifikasi,
penyesuaian sekolah klien dan perubahan lingkungan klien. Tujuan umum untuk klien
yang dirawat di unit perawatan adalah sebagai berikut :

1. Tujuan umum
Tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada remaj adalah mampu melakukan
tugas atau peran sesuai dengan perkembangannya agar dapat menciptakan dan
mempertahan kan budaya, meningkatkan perkembangan bio-psiko dan sosial.
2. Tujuan khusus
a) Dapat menggunakan mekanisme koping yg efektif
b) Dapat menggunakan kemampuan pengetahuan yang dimiliki
c) Dapat memelihara kesehatannya
d) Dapat melakukan perawatan diri secara mandiri
e) Mampu membina dan berinteraksi dengan lingkungannya atau temans sebaya
f) Mampu merencanakan masa depannya dan dapat mengambil keputusan.

13
Sehingga perlu adanya rencana keperawatan yang akan diberikan kepada remaja
ataupun keluarga yang terdiri atas sebagai berikut.

a) I.10341 Promosi perkembangan remaja


Bertujuan untuk meningkatkan perkembangan fisik kognitif sosial dalam
emosional adri masa remaja ke masa dewasa. Perawat dapat melakukan
identifikasi tahap perkemabngan yang dialami oleh pasien remaja,
menyediakan bimbingan dan konseling kesehatan remaja dan keluarga ,
memfasilitasi keterampilan dalam pembuatan keputusan dan rasa tanggung
jawab pada diri dan orang lain, mendukung perkembangan dan
mempertahankan ubungan sosial. Perawat juga dapat memberikan edukasi
kepada klien dengan menjelaskan perkembangan normal remaja, mengajarkan
strategi pencegahan penyalagunaan napza, mengajarkan untuk mengenali
masalah kesehatan dan penyimpangan pada masa remaja tentang
penyalahgunaan obat-obatan atau rokok, gangguan citra tubuh, harga diri
rendah dan lain lain.
b) I.08248 Terapi menenangkan
Teknik relaksasi dengan pembentukan imajinasi individu dengan
menggunakan semua indra melalui pemrosesan kognitif untuk mengurangi
stress dan ansietas. Tindakan keperawatan dalam memberikan asuhan
terapeutik yaitu dengan menciptakan ruangan yang tenang dan nyaman,
menganjurkan melakukan teknik menenangkan hingga perasaan menjadi
tenang setelah itu perawat dapat mengidentifikasi masalah yang dialami klien.
c) I.12463 Manajemen perilaku
Diharapkan dari tindakan ini ialah klien dapat mengidentifikasi dan
mengelola perilaku negative pada dirinya. Peran perawat dalam memberikan
tindakan terapeutik ialah mendiskusikan tanggung jawab terhadap perilaku,
klien dapat menjadwalakan kegiatan secara terstruktur, Perawat melakukan
bina hubungan saling percaya dengan klien, mencegah perilaku pasif dan
agresif, menghindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
serta perawat juga dapat menginformasikan kepada keluarga bahwa keluarag
sebagai dasar pembentukan kognitif.
d) I.13498 Promosi sosialisasi
Yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan
orang lain. Perawat berperan dalam memberikan tindakan terapeutik dengan
memotivasi berinteraksi dengan lingkungan luar , memberikan umpan balik
positif pada setiap peningkatan kemapuan, mendiskusikan perencanaan
kegiatan di masa depan. Perawat juga memberikan edukasi kepada klien yaitu
dengan menganjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap,
menganjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain, dan melatih
mengekspresikan marah dengan tepat.

14
e) I.14525 Pelibatan keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orang
tua perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan
yang dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada
Anaknya dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari
bahwa keadaan dalam keluarga terus menimbulkan gangguan pada anak. Oleh
karena itu, perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran
keluarga.
Pendidikan terhadap orang tua merupakan hal yang penting untuk mencegah
gangguan kesehatan jiwa pada anak, begitu pula untuk meningkatkan kembali
penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh
kembang anak remaja sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku yang
sesuai dengan usia anak. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan
pengertian dan empati antara orang tua dan anak. Teknik yang tepat dalam
mengasuh anak juga diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak.
Hal-hal lain, seperti psikodinamika keluarga, konsep kesehatan mental, dan
penggunaan pengobatan, juga diajarkan.
f) Dan lain sebagainya.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan periode permulaan (onset) untuk adanya berbagai
perilaku dan kondisi yang memengaruhi kesehatan dan juga dapat menyebabkan
gangguan pada masa dewasa. Adanya masa pubertas merupakan salah satu tantangan
bagi remaja. Pubertas mengacu pada masa transisi perkembangan yang ditandai dengan
perubahan biologis yang mengakibatkan kematangan dari segi fisik dan seksual. Kadar
hormon selama masa pubertas dapat mempengaruhi respons stress dalam tubuh dan otak.
Faktor lain yang juga penting adalah pengaruh peer (teman sebaya) yang dapat membuat
anak perlu mengembangkan kemampuan terkait penyesuaian diri dan regulasi diri. Ketika
remaja merasa diterima di lingkungan pertemanannya dan tidak membandingkan diri
secara berlebihan, hal ini mampu membuat mereka merasa aman di lingkungan. Mental
illness seperti gangguan kepribadian serta emosi banyak dimulai di masa ini. Perilaku-
perilaku tidak sehat seperti merokok, minum minuman keras dan penggunaan obat-
obatan terlarang (NAPZA) sering dimulai pada masa remaja dan berhubungan erat
dengan peningkatan masalah hingga kematian yang merupakan tantangan utama dalam
kesehatan.

Kesehatan jiwa remaja merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas
bangsa. Remaja yang tumbuh dalam lingkungan kondutif dan mendukung merupakan
sumber daya manusia yang dapat menjadi aset bangsa yang tidak ternilai. Untuk
menciptakan remaja berkualitas perlu dilakukan berbagai upaya tindakan nyata dengan
cara mempersiapkan generasi muda yang kuat dan tahan dalam menghadapi berbagai
macam tantangan hidup. Tindakan ini berfokus pada tiga bidang utama, yaitu kesadaran
(awareness) dengan melakukan promosi, pencegahan (prevention) dan perlakuan
(treatment) atau intervensi tindakan. Agar dapat melalui masa remajanya dengan baik,
sangat penting peran orang tua, pemerintah dan masyarakat sekitarnya dalam
memberikan bimbingan dan teladan.

B. Saran
Kepada yang membaca makalah sederhana ini, harapan kami agar dapat
memahami dengan betul tentang materi gangguan mental pada remaja dan
penatalaksanaannya sehingga dapat memberi masukan berupa saran dan kritik yang
bersifat membangun tentang makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Ansori, M. (2017). Psikologi Remaja (12th ed.). Bumi Aksara

Daradjat, Zakiyah, 2012, Kesehatan Mental, Jakarta: haji Mas Agung.

Devita, yeni. (2019). Prevalensi Masalah Mental Emosional Remaja di Kota Pekanbaru. 4(1),
33–43.

Kartini, Kartono. 2013. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Herrman, H., et al. (2015). Promoting Mental Health: Concepts, Emerging Evidence, Practice. A
Report of the WHO. Geneva: World Health Organization

Idaiani, S. (2010). Elderly people and women more risk to mental emotional disorder. Health
Science Indones, 8

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013, Desember 1). www.depkes.go.id. Retrieved


November 23, 2016, from 73 diakses dari link
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf

Kurniawan, Y., & Sulistyarini, I. (2016). Komunitas sehati (sehat jiwa dan hati) sebagai
intervensi kesehatan mental berbasis masyarakat. INSAN Jurnal Psikologi dan
Kesehatan Mental

Mariyati.,et al. (2020). Buku Ajar Pengasuhan Untuk Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja. Kendal:
LPPM Stikes Kendal

Mubasyiroh, R., Yunita, I., & Putri, S. (2017). Determinan Gejala Mental Emosional Pelajar
SMP-SMA di Indonesia Tahun 2015. Buletin Penelitian Kesehatan, 45(2), 103–112

Nasir abdul & Muhith abdul (2011) Dasar – dasar keperawatan jiwa. Jakarta,Salemba Medika,
2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2013.

Rofingatul Mubasyiroh, Indri Yunita Surya Putri, dan Dwi Hapsari Tjandrarini (2015).
Determinan Gejala Mental Emosional Pelajar SMP-SMA di Indonesia Tahun 2015.
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 2, Juni 2017

II
Stuart, G. W., Keliat, B. A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip dan praktik keperawatan kesehatan
jiwa stuart. Edisi Indonesia. Singapore: Elsevier

Stuart, W. . (2013). Prinsip dan praktik keperawatan kesehatan jiwa Stuart (vol 1 & 2). Elsevier

World Health Organization. (2014). Social determinants of mental health. Geneva: World Health
Organization

WHO. (2018). Adolescent Mental Health. Diakses pada tanggal 21 Januari 2019 dari
http://www.who.int/news-room/fa ct-sheets/detail/adolescent-mental-health

Widyastuti, Y. Rahmawati A. Purwaningrum, Y, E. (2019). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:


Penerbit Fitramaya

III

Anda mungkin juga menyukai