Anda di halaman 1dari 10

Depresi Pada Remaja Korban Bullying....

Aprilia
Ramadhani

Depresi Pada Remaja Korban Bullying

Aprilia Ramadhani
Sofia Retnowati
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk menemukan hubungan antara mengalami bullying dengan
depresi pada remaja. Hipotesis penelitian adalah ada korelasi positif antara mengalami
bullying dengan depresi pada remaja. Subjek penelitian ini adalah 146 siswa SMA. Data
dianalisis dengan korelasi product moment. Hasil analisis menemukan terdapat hubungan
positif antara mengalami bullying dengan depresi pada remaja, dengan r = 0.218 (p <0,01).
Mengalami bullying memberikan sumbangan efektif terhadap munculnya depresi pada
remaja sebesar 4.7%. Korelasi antara mengalami bullying fisik dan depresi sebesar r =
0.137 (p <0.05); bullying verbal berkorelasi dengan depresi sebesar r = 0.209 (p <0.01) dan
bullying relasional berkorelasi depresi sebesar r = 0.196 (p <0,01). Tidak terdapat perbedaan
skor depresi antara subjek laki-laki dan perempuan dengan t = -1,476 (p>0,05). Hasil
penelitian menemukan tidak terdapat perbedaan frekuensi bullying yang dialami subjek laki-
laki dan perempuan dengan t=1,759 (p>0,05). Hasil menemukan perbedaan frekuensi
bullying jenis fisik yang dialami oleh subjek laki-laki dan perempuan dengan t = 2,167
(p<0,05). Laki-laki lebih banyak mengalami bullying dibandingkan perempuan.

Kata Kunci: bullying, depresi, remaja

Abstract

This study aims to determine whether there is a relationship between bullying experience
with depression in adolescents. The hypothesis of this study stated that there is a positive
correlation between bullying experience with depression in adolescent. In this study, bullying
variable was measured by the modified version of the Multidimensional Scale Peer-
victimization (Mynard & Joseph, 2000) and depression variable was measured with the Beck
Depression Inventory adapted by Retnowati (1990). Subjects in this study were 146 tenth
grade high school students. The data analysis method used in this study is Pearson product
moment correlation statistical measurement. Based on the analysis conducted, it showed
that there is a positive relationship between bullying experience with depression with r =
0.218 (p <0,01). Bullying contributed effectively by 4.7% in the occurrence of depression.
Physical bullying correlated with depression with r= 0.137 (p <0.05), verbal bullying
correlated with depression with r=0.209 (p <0.01), and relational bullying correlated with
depression with r=0.196 (p <0,01). From this study it was found that there was no difference
in depression scores between male and female subjects with the value t = -1.476 (p> 0.05),
but there is a difference between the frequency of physical bullying among male and women
subjects with t = 2.167 (p <0,05). Men experienced physical bullying more than women did.
akan menjadi penyebab kematian kedua
Key words: bullying, depression, adolescent setelah kardiovaskuler pada tahun
Pendahuluan

WHO menyatakan bahwa depresi


akan menduduki peringkat ke 2 dalam
peringkat beban penyakit global pada tahun
2020 (Kompas, 8 Oktober 2012). Depresi
2020 (Kompas, 9 Oktober 2012). Depresi
unipolar masih menempati peringkat ke e m
patdiduniapadatahun1990
(www.thejakartapost.com).
Pada tahun 2002 terdapat 154 juta
orang yang mengalami depresi di dunia
dengan sedikitnya terdapat 5,8% laki-laki
dan 9,5% perempuan yang mengalami satu
Jurnal Psikologi , Volume 9 Nomor 2, Desember 2013

kali episode depresi pada kehidupannya ( w w dewasa. Depresi pada remaja lebih mungkin
w. t h e j a k a r t a p o s t . c o m ) . M e n u r u berlanjut pada usia dewasa dibandingkan
t perkiraan, saat ini terdapat 350 juta orang dengan depresi pada anak (Hankin, 2006).
telah terjangkit depresi di seluruh dunia. Depresi meningkat secara drastis dari usia
Depresi telah menjadi penyakit yang sangat anak ke remaja sebanyak 17% pada usia
serius sehingga Federasi Dunia untuk remaja tengah hingga remaja akhir (Hankin,
Kesehatan Mental (WFMH) menentukan tema 2006). Peningkatan depresi terjadi sebesar
Hari Kesehatan Jiwa dengan judul Depresi: enam kali lipat dari usia 15 tahun sebesar
Suatu Krisis Global pada tanggal 10 Oktober 3% dan meningkat menjadi 17% pada usia
2012 (Kompas, 8 Oktober 2012). 18 tahun (Hankin, 2006).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Penelitian oleh Hankin (2006)
(Riskesdas) pada tahun 2007, persentase menyatakan bahwa salah satu faktor
masyarakat pada umur 15 tahun atau lebih kerentanan depresi pada remaja adalah
di Indonesia dengan gangguan kecemasan kejadian hidup negatif yang menekan. Taylor
dan depresi terdiri dari 11,6% atau sekitar (2006) menyatakan bahwa suatu stresor
19 juta orang (www.thejakartapost.com). memiliki karakteristik tertentu untuk dianggap
Sementara itu, prevalensi individu yang sebagai kejadian yang menekan yakni bersifat
mengalami gangguan mental serius terdiri negatif, tidak dapat dikendalikan, bersifat
dari 0,46% atau sekitar 1 juta orang ambigu, dan terlalu membebani. Remaja
(www.thejakartapost.com). Prevalensi angka kerap mendapatkan perilaku kekerasan di
depresi dan kecemasan di Jakarta sekolah, seperti perilaku kekerasan dari guru,
berdasarkan Riskesdas 2007 adalah 14,1% teman sekelas, dan kakak kelas. Perilaku
sehingga melampaui angka nasional kekerasan ini dapat disebut dengan istilah
sebesar 11,6% (Kompas, 9 Oktober 2012). bullying. Seorang murid dikatakan mengalami
Istilah depresi dapat merujuk pada bullying jika terkena secara berulang kali dan
jenis perasaan tertentu (simtom), kumpulan sepanjang waktu pada tindakan negatif oleh
simtom (sindrom), dan gangguan klinis. satu atau lebih murid lainnya (Olweus, 1986
Depresi dapat merujuk pada keadaan dan 1991 dalam Olweus 1993). Bullying dapat
subyektif seperti rasa kecewa, putus asa, dianggap sebagai kejadian hidup yang
atau tidak bahagia. Depresi juga dapat menekan sebab berkarakteristik negatif dan
merujuk pada pola penyimpangan pada sulit untuk dikendalikan oleh korban.
perasaan, kognisi, atau perilakuan yang
belum mewakili gangguan psikiatri sehingga Bullying dapat menjadi stresor yang
disebut sebagai kumpulan simtom atau mengancam pada remaja sebab penerima-
sindrom. Depresi juga dapat diartikan an dari teman sebaya merupakan hal yang
sebagai gangguan klinis dengan sifat, sangat penting sehingga pengucilan dapat
karakteristik, dan simtom-simtom tertentu diartikan sebagai stres, frustrasi, dan
(Beck, 1985) . kesedihan (Santrock, 2003). Remaja meng-
Depresi pada remaja ditandai andalkan teman sebaya untuk memberikan
dengan adanya perubahan tingkat fungsi dukungan yang sebelumnya disediakan oleh
disertai dengan suasana perasaan depresi keluarga (Frankel, 1990; Sebald, 1986
atau hilangnya minat pada hampir seluruh dalam Rice & Dolgin, 2002). Penolakan
aktivitas. Remaja yang mengalami depresi akan berakibat pada munculnya masalah
akan terlihat sedih, tidak bahagia, rewel, psikologis seperti kecemasan, depresi,
suka mengeluh, mudah tersinggung, dan kesedihan, kesulitan berhubungan dengan
mudah marah. Remaja dengan depresi oranglain, dan kesepian (Baumeister &
merasa bahwa tidak ada yang memperhati- Leary, 1995; Baumeister & Tice, 1990 dalam
kan dan menyayanginya. Remaja terkadang McCabe, Miller, Laugesen, Antony, & Young,
merasa hampa, tidak merasakan perasaan 2009).
apapun, dan mengeluh sakit yang sebenar- Olweus (dalam Wiyani, 2012)
nya tidak nyata (Rey, 2002). menyatakan bahwa terdapat dua bentuk dari
Gangguan depresi pada remaja bullying, yaitu bullying secara langsung
tidak dapat diabaikan dan dibiarkan tanpa (direct bullying) dan bullying secara tidak
penanganan karena beresiko untuk berkem- langsung (indirect bullying). Bullying secara
bang menjadi gangguan depresi pada saat langsung dilakukan terhadap orang lain

74
Depresi Pada Remaja Korban Bullying....Aprilia
Ramadhani

melalui kontak fisik secara langsung digunakan dalam penelitian ini adalah
ataupun secara verbal melalui serangan dengan menggunakan skala. Berikut adalah
secara terbuka seperti mengancam, pemaparan lebih lanjut mengenai skala
mendorong, dan mencubit (Olweus, 1993). yang digunakan dalam penelitian:
Bullying tidak langsung atau dapat disebut 1. Beck Depression Inventory (BDI)
sebagai relational bullying adalah perilaku Skala BDI terdiri dari dari 21 item
agresif tertutup yang dimaksudkan untuk yang menggambarkan 21 kategori sikap dan
merusak hubungan sosial yang dimiliki oleh gejala depresi, yaitu: (1) perasaan sedih,
korban bullying seperti penyebaran gosip, (2) perasaan pesimis, (3) perasaan gagal,
menye-barkan isu, dan mengeluarkan (4) perasaan tidak puas, (5) perasaan berdosa
korban dari pergaulan (Coyne, Archer, & atau bersalah, (6) perasaan dihukum, (7)
Eslea, 2006 dalam Kowalski, dkk., 2008). membenci diri sendiri, (8) menyalahkan diri
Berbagai penelitian mengenai bullying sendiri, (9) keinginan untuk bunuh diri, (10)
memperkuat hasil bahwa korban bullying menangis, (11) mudah tersinggung, (12)
memiliki kecenderungan yang lebih besar menarik diri dari hubungan sosial, (13) tak
untuk mengembangkan gangguan depresi jika mampu mengambil keputusan, (14)
dibandingkan dengan remaja yang tidak penyimpangan citra tubuh, (15) kelambanan
mengalami bullying. Penelitian oleh Fekkes, dalam bekerja, (16) gangguan tidur, (17)
Pijpers, & Verloove-Vanhorick (2004) kelelahan, (18) kehilangan selera makan, (19)
menunjukkan bahwa korban bullying penurunan berat badan, (20) preokupasi
menunjukkan depresi pada taraf sedang somatik, dan (21) kehilangan libido (Beck,
sejumlah tiga kali lipat lebih besar dan depresi 1985). Koefisien reliabilitas skala yang
dengan taraf berat sejumlah tujuh kali lipat dianalisis dengan teknik Cronbach Alpha
lebih besar jika dibandingkan dengan subjek menunjukkan angka 0,736. Skala BDI pada
yang tidak mengalami bullying. penelitian ini menggunakan adaptasi Skala
Berdasarkan pemaparan-pemaparan BDI oleh Retnowati (1990 dalam Hasanat,
di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam 1994).
penelitian ini adalah terdapat hubungan
positif antara mengalami bullying dengan 2. Skala Korban Bullying
depresi pada remaja yang berarti semakin Skala yang digunakan untuk meng-
sering mengalami bullying pada individu ukur frekuensi mengalami bullying adalah
maka akan semakin berat depresi yang modifikasi skala yang diciptakan oleh
dialami dan sebaliknya semakin jarang Mynard & Joseph (2000). Skala yang
mengalami bullying pada individu maka diciptakan oleh Mynard dan Joseph terdiri
semakin ringan depresi yang dialami. dari 45 aitem namun peneliti memilih 30
aitem dan menambahkan 10 aitem. Seleksi
Metode Penelitian aitem dari skala korban bullying dianalisis
melalui daya diskriminasi aitem dengan cara
Subjek Penelitian menghitung koefisien korelasi antara
Subjek yang dipilih dalam penelitian distribusi skor aitem dengan distribusi skor
ini adalah siswa dan siswi SMA X di Jakarta skala itu sendiri. Berdasarkan analisis
Timur. Karakteristik dari subjek penelitian dengan SPSS for Windows 20.0 terdapat 9
adalah murid Sekolah Menengah Atas aitem gugur sehingga menyisakan 31 butir
(SMA) kelas X di Jakarta. Subjek terdiri dari aitem yang dianggap sahih. Reliabilitas
64 siswa laki-laki dan 82 subjek perempuan. skala dengan teknik Alpha Cronbach
Usia subjek berkisar antara 13 tahun hingga menunjukkan koefisien alpha sebesar 0,930.
16 tahun. Subjek berusia 13 tahun Pengukuran ini bertujuan untuk
sebanyak 1 orang (0,68%), subjek berusia mengukur tingkat keseringan subjek menjadi
14 tahun sebanyak 4 orang (2,74%), subjek korban bullying di sekolah. Aspek yang
berusia 15 tahun sebanyak 85 orang diukur dalam skala ini terdiri dari:
(58,22%), dan subjek berusia 16 tahun a. Bentuk bullying secara fisik (langsung)
sebanyak 56 orang (38,36%). b. Bentuk bullying secara verbal (langsung)
c. Bentuk bullying secara relasional (tidak
Metode Pengumpulan Data langsung)
Metode pengumpulan data yang

75
Jurnal Psikologi , Volume 9 Nomor 2, Desember 2013

Kuesioner ini terdiri dari pernyataan (p<0,01). Pada korelasi antara mengalami
favorable yang terdiri dari lima alternatif bullying relasional dengan depresi didapat-
jawaban. Skor untuk pernyataan favorable kan hasil bahwa terdapat korelasi yang
adalah sebagai berikut: skor 0 untuk jawaban signifikan dengan r= 0,196 pada p=0,009.
Tidak Pernah, skor 1 untuk jawaban Jarang Berdasarkan analisis uji independent
yaitu 1 kali dalam satu bulan, skor 2 untuk sample t test dihasilkan nilai t = 1,759
pilihan jawaban Kadang-kadang yaitu 2 atau 3 dengan p = 0,081 (p > 0,05) sehingga dapat
kali dalam satu bulan, skor 3 untuk jawaban disimpul-kan bahwa tidak ada perbedaan
Sering yaitu mengalami satu kali perilaku frekuensi bullying yang dialami pada subjek
bullying dalam satu minggu, dan skor 4 untuk laki-laki dan perempuan.
pilihan jawaban Sangat Sering yaitu Peneliti juga melakukan uji indepen-
mengalami bullying dalam beberapa kali dent sample t test pada setiap jenis bullying
dalam seminggu. seperti bullying jenis fisik, verbal, dan
relasional. Berdasarkan analisis uji indepen-
Analisis Data dent sample t test didapatkan nilai t= 2,167
Sebelum dilakukan pengujian hipo- dengan p= 0,033 (p < 0,05) sehingga dapat
tesis, peneliti melakukan uji asumsi berupa disimpulkan bahwa ada perbedaan freku-
uji normalitas dan linearitas. Uji normalitas ensi bullying fisik antara subjek laki-laki dan
digunakan untuk mengetahui apakah skor perempuan. Subjek laki-laki mengalami
kedua variabel penelitian berdistribusi frekuensi bullying lebih sering jika di-
normal, sedangkan uji linearitas dilakukan bandingkan dengan subjek perempuan. Hal
untuk mengetahui apakah hubungan antara ini dapat dilihat melalui perbedaan mean
skor bullying dengan skor depresi bersifat frekuensi bullying fisik pada subjek laki-laki
linear. Setelah uji asumsi berupa uji yang lebih besar jika dibandingkan dengan
normalitas dan linearitas terpenuhi maka uji subjek perempuan. Mean frekuensi bullying
hipotesis akan dilakukan. laki-laki adalah 7,0156 sedangkan mean
Berdasarkan hipotesis dan tujuan frekuensi bullying pada subjek perempuan
penelitian, maka teknik yang digunakan untuk adalah 5,2317.
menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah Berdasarkan uji independent sample
teknik korelasi product moment dari Pearson t test pada jenis bullying verbal dan
untuk mengetahui hubungan antara meng- relasional ditemukan tidak ada perbedaan
antara subjek laki-laki dan perempuan.
alami bullying dengan depresi pada remaja.
Analisis uji independent sample t test
Untuk melakukan pendalaman uji menghasilkan nilai t = 0,771 dengan
beda antara subjek yang berjenis kelamin signifikansi 0,442 (p > 0,05) sehingga dapat
laki-laki dan subjek yang berjenis kelamin disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
perempuan digunakan analisis independent frekuensi bullying verbal antara subjek laki-
sample t-test. laki dan perempuan. Berdasarkan analisis
Hasil uji independent sample t test dihasilkan nilai
t = 1,393 dengan p= 0,166 (p > 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
Berdasarkan analisis korelasi product
ada perbedaan frekuensi bullying relasional
moment Pearson maka hipotesis bahwa
antara subjek laki-laki dan perempuan.
terdapat hubungan antara mengalami bullying
Pada analisis independent sample t
dengan depresi dinyatakan diterima dengan test pada skor depresi didapatkan hasil nilai
r=0,218 dengan p= 0,004 (p<0.01). t = -1,476 dengan p= 0,142 (p > 0,05)
Sumbangan efektif variabel bullying terhadap sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
depresi adalah 4,7%. Hasil ini menunjukkan ada perbedaan skor depresi antara subjek
bahwa masih terdapat 95,3% faktor lain yang laki-laki dan perempuan. Hal ini dapat dilihat
dapat mempengaruhi munculnya depresi. melalui mean skor depresi yang tidak jauh
Pada korelasi antara mengalami berbeda pada subjek laki-laki dan subjek
bullying fisik dengan depresi didapatkan hasil perempuan. Mean skor depresi pada laki-
bahwa terdapat korelasi yang signifikan laki adalah 14,1094 sedangkan mean skor
dengan r=0,137 pada p=0,049 (p<0,05). depresi pada subjek perempuan adalah 15,
Korelasi antara mengalami bullying verbal 8902.
dengan depresi adalah 0,209 pada p=0,006

76
Depresi Pada Remaja Korban Bullying....Aprilia
Ramadhani

Pembahasan kemungkinan memiliki pemikiran dan


rencana untuk bunuh diri.
Berdasarkan hasil analisis yang Penelitian oleh Klomek, dkk (2007) di
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa New York menunjukkan bahwa subjek yang
terdapat hubungan yang signifikan antara sering mengalami bullying cenderung
mengalami bullying dengan depresi pada mengalami depresi sebesar 7 kali lipat lebih
remaja. Hasil uji hipotesis menunjukkan besar jika dibandingkan dengan murid yang
bahwa hipotesis dapat diterima dengan tidak pernah menjadi korban. Subjek yang
perolehan r=0,218 (p<0,01) dari subjek mengalami bullying dengan frekuensi jarang
berjumlah 146 orang sehingga dapat di- cenderung mengalami depresi sebesar 2
simpulkan bahwa semakin sering meng- hingga 3 kali lipat jika dibandingkan dengan
alami bullying maka semakin berat depresi murid yang tidak pernah menjadi korban
yang dialami, sebaliknya semakin jarang bullying.
mengalami bullying maka semakin rendah Bullying selalu melibatkan pelaku yang
depresi yang dialami. lebih kuat dari korban sehingga korban
Dari hasil penelitian ini maka dapat mengalami kesulitan untuk membela diri.
disimpulkan bahwa jenis bullying, baik Perasaan tidak berdaya pada korban dapat
secara fisik, verbal, dan relasional memiliki muncul karena ketidakmampuan untuk
hubungan dengan depresi. Korelasi antara membela dirinya. Parson (2009) menyatakan
mengalami bullying jenis fisik dengan bahwa terhadap beberapa respon yang
depresi sebesar 0,137 dengan p=0,049 ditunjukkan oleh guru dan orangtua ketika
(p<0,05), korelasi antara mengalami bullying menghadapi bullying, yaitu lebih menyukai
jenis verbal dengan depresi sebesar 0,209 pelaku daripada korban, menyalahkan korban
pada p=0,006 (p<0,01), dan korelasi antara bullying, dan mempercayai si pelaku bullying.
mengalami bullying jenis relasional dengan Reaksi orang dewasa yang bersifat tidak
depresi sebesar 0,196 pada p=0,009 mendukung akan menyulitkan korban ketika
(p<0,01). mencari pertolongan sehingga perasaan tidak
Hubungan positif antara mengalami memiliki kendali akan menciptakan rasa tidak
bullying dan depresi telah ditunjukkan pada berdaya pada korban.
penelitian lainnya dengan subjek remaja Berdasarkan teori learned helpless-
antara lain pada penelitian di Ghana ness oleh Seligman (1975 dalam Nolen-
(Owusu, Hart, Oliver, & Kang, 2011), Chile Hoeksema, 2008), seseorang yang
(Fleming & Jacobsen, 2009), dan New York mengalami stres dalam jangka waktu yang
(Klomek, Marrocco, Kleinman, Schonfeld, & lama dan merasa bahwa tidak ada yang
Gould, 2007). dapat dilakukan akan mengalami
Penelitian pada murid SMA di Ghana ketidakberdayaan sehingga merasa
(Owusu, dkk., 2011) menunjukkan hasil bahwa terperangkap dan tidak dapat meng-hindari
subjek yang mengalami bullying pada satu hasil yang negatif. Ketidak-berdayaan dari
bulan terakhir merasakan kesepian, ketidakmampuan untuk mengatasi situasi
kecemasan hingga mempengaruhi pola tidur, yang negatif diyakini Seligman sebagai
melaporkan gejala-gejala depresi, dan karakteristik utama dari depresi.
memiliki pemikiran mengenai bunuh diri yang Teori learned helplessness menekan-k
lebih besar daripada subjek yang tidak an p aparan kejadian negatif sebagai
mengalami bullying. penyebab timbulnya atribusi bahwa ketidak-
Penelitian di Chile (Fleming & berdayaan berasal dari kurangnya sumber
Jacobsen, 2009) pada murid kelas 7 hingga 9 daya personal, meluas pada setiap aspek
menunjukkan hasil bahwa subjek yang kehidupan, dan berlangsung secara terus
mengalami bullying lebih cenderung untuk menerus sehingga atribusi bersifat internal,
melaporkan adanya simtom-simtom depresi. stabil, dan global (Halgin & Whitbourne, 2005).
Simtom-simtom depresi seperti perasaan Ketiga atribusi ini dikenal sebagai gaya
sedih dan putus asa mengalami peningkatan atribusional depresif (Durand & Barlow, 2006).
seiring dengan semakin banyak jumlah hari Internal yaitu individu menganggap bahwa
ketika mengalami bullying yang dilaporkan kejadian negatif berasal dari ketidak-
oleh subjek. Peran korban dalam bullying juga mampuannya, stabil yaitu individu meyakini
berhubungan dengan meningkatnya bahwa kejadian buruk yang berasal dari
77
Jurnal Psikologi , Volume 9 Nomor 2, Desember 2013

kesalahannya akan selalu terjadi, dan global bersikap baik dan suka menolong. Ber-
yaitu individu meyakini bahwa kesalahan dasarkan buffering hypothesis, dukungan
atau ketidakmampuannya meluas ke sosial dapat melindungi individu dari kejadian
berbagai macam isu (Durand & Barlow, negatif yang dapat menyebabkan stres
2006). (Cohen & Wills, 1985 dalam Sarafino, 1998).
Santrock (2003) menyatakan bahwa Remaja mengandalkan teman sebaya untuk
learned helplessness merupakan faktor memberikan dukungan yang sebelum-nya
yang penting dalam memahami depresi disediakan oleh keluarga (Frankel, 1990;
pada remaja. Learned helplessness terjadi Sebald, 1986 dalam Rice & Dolgin, 2002).
ketika individu dihadapkan pada stimulasi Hubungan antara mengalami bullying
aversif atau tidak menyenangkan, seperti dengan depresi yang rendah pada penelitian
stres atau sakit yang berkepanjangan yang ini dengan r=0,218 dapat dijelaskan melalui
tidak dapat dikendalikan oleh individu. keengganan subjek penelitian untuk
Pengalaman ini menyebabkan hadirnya melaporkan bullying. Ada beberapa alasan
perasaan putus asa dan keyakinan bahwa korban bullying enggan untuk melaporkan
tidak ada yang bisa dilakukan untuk bullying yaitu karena adanya anggapan negatif
memperbaiki situasi (Seligman, 1975 dalam mengenai seseorang yang mengadu dan
Santrock, 2003). Seligman (1989 dalam adanya anggapan yang rendah pada
Santrock, 2003) telah berspekulasi bahwa kemampuan guru dan pihak sekolah dalam
banyaknya kasus depresi yang terjadi pada menghen tikan tindakan bullying. Laki-laki
remaja dan dewasa muda disebabkan oleh mengalami tekanan yang lebih besar dalam
meluasnya perasaan tidak berdaya karena menghadapi bullying karena tidak dapat
meningkatnya penekanan pada diri, menunjukkan kelemahan dengan meng-
kemandirian, dan individualisme serta
adukan bullying pada orangtua. Korban
menurunnya penekanan pada hubungan
bullying di usia remaja memiliki kecenderung-
dengan orang lain, keluarga, dan agama.
an untuk tidak melaporkan bullying terlebih
Perubahan sosial pada remaja
lagi pada laki-laki (Melton et al., 1998; Olweus
dilatar-belakangi pada keinginan untuk
& Limber, 2010; Rivers & Smith, 1994;
mandiri dari orangtua. Remaja mengalami
proses individuation yaitu proses menjadi Whitney & Smith, 1993 dalam Kowalski, dkk.,
individu terpisah yang dapat bertindak 2012).
secara independen dan bertanggungjawab
pada pilihan-pilihannya (Josselson, 1980 Daftar Pustaka
dalam Steinberg & Belsky, 1991).
Kemandirian remaja dari orangtua seiring Beck, A.T. (1985). Depression Causes and
dengan meningkatnya konformitas pada Treatment. Philadelphia: University
teman sebaya pada masa remaja awal dan of Pennsylvania Press.
remaja tengah (Steinberg & Belsky, 1991). Durand, V.M. & Barlow D.H. (2006). Intisari
Keinginan mandiri pada remaja dapat Psikologi Abnormal Edisi Keempat
berdampak pada hilangnya dukungan dari (terjemahan: Helly Prajitno Soetjipto
keluarga yang dapat mencegah hadirnya & Sri Mulyantini Soetjipto.
perasaan depresi (Rey, 2000). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bullying dapat menimbulkan perasa- Fekkes, M., Pijpers M., & Verloove-
an tidak aman pada remaja dengan Vanhorick S.P. (2004). Bullying
berkurangnya dukungan sosial dan tidak Behavior and Association with
terpenuhinya kebutuhan untuk diterima Psychosomatic Complaints and
pada lingkungan teman sebaya. Hal ini Depression in Victims. The Journal of
didukung oleh penelitian Fleming dan Pediatrics, January 2004.
Jacobsen (2009) yang mendapatkan hasil Fleming, L. C., & Jacobsen, K. H. (2009).
bahwa korban bullying lebih sering melapor- Bullying and Symptoms of
kan tidak memiliki teman dekat jika di- Depression in Chilean Middle School
bandingkan dengan subjek yang tidak Student. Journal of School Health.
melaporkan pengalaman bullying. Korban March 2009, Vol. 79, No. 3. American
yang mengalami bullying juga jarang School Health Association.
menyatakan bahwa teman-teman sekelas Halgin, R.P. & Whitbourne S.K. (2005).
Abnormal Psychological Clinical
78
Depresi Pada Remaja Korban Bullying....Aprilia
Ramadhani

Perspective on Psychological & Schuster.


Disorders 4th Edition. New York: Mc Rice, F. P. & Dolgin, K. G. (2002). The A d o l
Graw Hill. escent:Development ,
Hasanat, Nida Ul. (1994). Apakah Wanita Relationship, & Culture 10th edition.
Lebih Depresif Daripada Pria?. L a p Boston: Allyn & Bacon.
oranPenelitian.(Tidak Santrock, J. W. (2003). Adolescence
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Perkembangan Remaja (terjemahan:
Psikologi UGM. Shinto B. Adelar & Sherly Saragih).
Klomek, A. B., Marrocco, F., Kleinman, M., Jakarta: Penerbit Erlangga.
Schonfeld, I. S., & Gould M. S. (2007). Sarafino, E. P. (1998). Health Psychology
Bullying, Depression, & Suicidality in Biopsychosocial interactions 3rd
Adolescents. Journal of American edition. New York: John Wiley & Sons.
Academy of Child and Adolescent Steinberg, L., & Belsky, J. (1991). Infancy, c
Psychiatry, 46:1. January 2007. hildhood,andadolescen
Kompas. 2012, 8 Oktober. Wabah Bisu c e : Development in Context. New
Pencetus Bunuh Diri. Hlm 1. York: McGraw-Hill.
Kompas. 2012, 9 Oktober. "Ini Hari Minggu, Taylor, S. E. (2006). Health Psychology 6th
Kami Tutup...". Hlm. 14. edition. New York: McGraw-Hill.
Kowalski, R. M., Limber, S., & Agatston, P. W. Wiyani, N.A. (2012). Save Our Children
(2008). Cyber Bullying: Bullying in the From School Bullying. Yogyakarta:
Digital Age. Malden: Blackwell. Ar-Ruzz Media.
Kowalski, R. M., Limber, S., & Agatston, P. http://www.thejakartapost.com/news/2012/1
W. (2012). Cyber Bullying: Bullying 0/08/masked-depression-brings-
in the Digital Age 2nd edition. stigma-economic-losses.html diakses
Malden: Blackwell. pada 10 November 2012 pukul 13.00
McCabe, R. E., Miller, J. L., Laugesen N., WIB.
Antony, M. M., & Young L. (2009). The
Relationship Between Anxiety
Disorders in Adults and Recalled
Childhood Teasing. Journal of Anxiety
Disorders 24, (2010), 238243.
Mynard, H . , & Joseph S . (2000) .
Development of the Multidimensional
Peer-Victimization Scale. Aggressive
Behavior Volume 26, 169-178.
Nolen-Hoeksema, S. (2008). Abnormal
Psychology 4th Edition. New York:
McGraw Hill.
Olweus, D. (1993). Bullying at school: What
We Know and What We Can Do.
Oxford: Blackwell Publishers.
Owusu, A., Hart, P., Oliver, B., & Kang, M.
(2011). The Association Between
Bullying and Psychological Health
Among Senior High School Students
in Ghana, West Africa. Journal of
School Health. Vol. 81, No. 5. May
2011.
Parson, Les. (2009). Bullied Teacher Bullied
Student: Guru dan Siswa yang
Terintimidasi (terjemahan: Grace
Worang). Jakarta: Penerbit Grasindo.
Rey, J. (2002). More Than Just The Blues:
Understanding Serious Teenage
Problems. New South Wales: Simon

79

Anda mungkin juga menyukai