Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326683433

Pengaruh Resiliensi dan Empati terhadap Gejala Depresi pada Remaja

Article  in  Jurnal Psikologi · June 2018


DOI: 10.24014/jp.v14i1.5035

CITATIONS READS

16 10,139

2 authors:

Endah Mujahidah Ratih Arruum Listiyandini

2 PUBLICATIONS   20 CITATIONS   
UNSW Sydney
93 PUBLICATIONS   201 CITATIONS   
SEE PROFILE
SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Empathy, Gratitude, and Other Social Competencies among Indonesian View project

Community service View project

All content following this page was uploaded by Ratih Arruum Listiyandini on 30 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 1, Juni 2018

Pengaruh Resiliensi dan Empati terhadap Gejala Depresi


pada Remaja

Endah Mujahidah1, Ratih Arruum Listiyandini2


1,2
Fakultas Psikologi, Universitas YARSI, Jakarta
email: endah_mujahidah@yahoo.com, ratih.arruum@gmail.com

Abstrak

Remaja merupakan masa kritis karena dihadapkan pada berbagai tugas perkem-
bangan yang merupakan transisi menuju dewasa. Kegagalan remaja dalam mencapai
tugas perkembangan membuat remaja rentan mengalami gangguan psikologis seperti
depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana resiliensi dan empati
berpengaruh terhadap gejala depresi pada remaja. Penelitian merupakan penelitian
kuantitatif eksplanatori dengan desain cross-sectional. Pengukuran dilakukan den-
gan menggunakan adaptasi skala Center for Epidemiologic Studies Depression Scale
Revised-10 (CESDR-10) untuk mengukur depresi, adaptasi skala resiliensi Connor &
Davidson, serta Basic Empathy Scale (BES) dari Jollife & Farrington. Sampel yang di-
gunakan berjumlah 230 orang remaja berusia 12-20 tahun berdomisili di Jakarta yang
diambil dengan teknik sampling convenience sampling. Hasil analisis statistik meng-
gunakan uji regresi sederhana menunjukkan bahwa resiliensi berpengaruh secara
bermakna terhadap gejala depresi dengan sumbangan efektif sebesar 1,8%. Empati
juga memiliki pengaruh terhadap gejala depresi secara bermakna dengan kontribusi
efektif sebesar 2%. Saat dilakukan uji regresi berganda, yaitu resiliensi dan empati
menjadi variabel prediktor secara bersama-sama, maka ditemukan bahwa empati dan
resiliensi dapat mempengaruhi kemunculan gejala depresi secara bermakna dengan
total sumbangan efektif sebesar 5,5%. Dalam hal ini, tingginya empati berpengaruh
terhadap tingginya gejala depresi, namun sebaliknya, resiliensi yang tinggi berpen-
garuh terhadap gejala depresi yang lebih rendah. Dengan demikian, dapat disimpul-
kan bahwa resiliensi dan empati berpengaruh signifikan terhadap gejala depresi pada
remaja.

Kata kunci: depresi, resiliensi, empati, remaja.

The Influence of Resilience and Empathy toward Depression


of Adolescents

Abstract

Adolescence is critical period because they are faced with a variety of developmen-
tal tasks which is transitional process for being an adult. The failure in achieving the
developmental tasks can make adolescents susceptible to psychological disorders,
such as depression. This study aimed to determine whether resilience and empathy
can influence the depression symptoms among adolescents. This study was using
explanatory quantitative approach with cross-sectional design. Measurment was taken
using adapted scale of Center for Epidemiologic Studies Depression Scale Revised-10
(CESDR-10) for measure depression, adapted resilience scale from Connor & David-
son, and the Basic Empathy Scale (BES) from Jollife & Farrington. The sample was
230 adolescents aged 12-20 years from Jakarta who were taken using convenience
sampling technique. Statistical analysis using simple linear regression indicated that
resilience has significant influence on the level of depression symptoms with 1.8%
effective contribution. Empathy can also influences the level of depression symptoms
significantly with 2% effective contribution. By using multiple linear regression, it found
that simultaneously resilience and empathy can influence the level of depression
symptoms, with 5,5% total effective contribution. In this case, while higher empathy
followed by higher depression symptoms, contradictory, the higher of resilience will be
followed by lower depression symptoms. Hence, it can be concluded that resilience
and empathy can significantly influence depression symptoms among adolescents.

Keywords: depression; resilience; empathy; adolescent

60
Pengaruh Resiliensi dan Empati terhadap Gejala Depresi ......Endah Mujahidah

Pendahuluan dan pertolongan yang memadai atau bahkan


tidak terdeteksi oleh keluarga dan lingkungan
Masa remaja merupakan masa tran- sekitarnya (Son & Kirchner 2000). Tanda-
sisi dan kritis bagi perkembangan seseorang tanda gangguan depresi pada remaja sering
(Papalia, Olds & Feldman, 2009; Batubara, dipandang sebagai gejolak emosional yang
2010; Shaffer, Kipp, Wood, & Willoughby, wajar terjadi pada tahap perkembangannya.
2013). Pada masa remaja, terjadi berbagai Padahal, depresi yang tidak diatasi pada
perubahan yang cepat, baik perubahan fisik, masa remaja akan berdampak negatif pada
kognitif bahkan psikososial (Papalia, Olds & beberapa hal dalam kehidupan sekolah, kelu-
Feldman, 2009; Hilt, Hanson, & Pollak, 2011). arga, kesulitan hubungan sosial serta keseha-
Sejalan dengan perubahan-perubahan yang tan mental di masa dewasa (Seimeon dalam
terjadi, remaja juga dihadapkan pada tugas- Milin, Walker, & Chow, 2003; Thorsteinsson,
tugas yang berbeda dibandingkan dengan Ryan, & Sveinbjornsdottir, 2013), seperti per-
masa kanak-kanak (Retnowati, 2001). Tugas ilaku bunuh diri, penggunaan narkoba, penu-
perkembangan tersebut di antaranya menjalin runan prestasi belajar, perilaku agresif dan
hubungan sosial yang lebih matang dengan perilaku merusak lainnya (Aditomo & Retno-
teman sebaya, mengembangkan keterampi- wati, 2004).
lan komunikasi interpersonal serta menca- Berdasarkan paparan terkait dampak
pai kemandirian emosional dari orangtua negatif dari depresi terhadap kehidupan re-
dan figur otoritas (Choudhury, Blakemore & maja, membuat remaja perlu memiliki ke-
Charman, 2006; Kenny, Dooley, & Fitzgerald, mampuan untuk menghadapi berbagai ke-
2013). Tugas-tugas perkembangan di atas sulitan. Kualitas pribadi yang memungkinkan
merupakan kunci dasar bagi perkembangan seseorang untuk berkembang dalam meng-
selanjutnya. Apabila tugas tersebut berhasil hadapi kesulitan disebut sebagai resiliensi
diselesaikan akan membawa dampak positif (Connor & Davidson, 2003). Ketika remaja
terhadap individu berupa kebahagiaan dan memiliki kemampuan resiliensi, maka remaja
keberhasilan penyelesaian pada tugas-tugas mampu mengatasi tekanan kehidupan yang
berikutnya. Di sisi lain, apabila individu men- dihadapinya sehari-hari (Connor & Davidson,
galami kegagalan, maka akan berdampak 2003; Isaacson dalam Everall, Altrows & Paul-
pada ketidakbahagiaan, mengalami gang- son, 2006), serta dapat mengatasi masalah
guan psikososial, ketidakstabilan emosi, bah- dalam masa perkembangannya (Crump,
kan pada akhirnya dapat memunculkan gang- et.al. 2015). Oleh karena itu, dengan adanya
guan depresi (Arnett, 1999; Steinberg, 2009; resiliensi, remaja akan terbantu dalam men-
Cunningham dalam Utari & Retnowati, 2011; ingkatkan faktor pelindung untuk menghadapi
Erikson dalam Anindyajati 2013). suatu tantangan dan meminimalkan dampak
Dalam DSM V, American Psychiatric dari faktor resiko seperti depresi (Wilks, 2008;
Association (2013) mendefinisikan depresi Pinquart, 2009). Hasil penelitian menunjuk-
sebagai gangguan suasana perasaan dimana kan bahwa resiliensi menjadi mediator dan
seseorang diliputi perasaan depresi seperti prediktor tingkat keparahan depresi remaja
sedih, hampa, dan putus asa atau kehilangan dan mahasiswa (Ziaian, et.al. 2011; Loh,
minat dalam berbagai aktivitas selama dua Schutte & Thorsteinsson, 2013; Camardese,
minggu atau lebih. Gangguan depresi dinilai et.al., 2012; Hjemdal, et.al. 2015). Individu
menjadi masalah serius yang sering terjadi dengan resiliensi yang baik, memiliki tingkat
pada masa remaja (Keenan & Hipwell, 2005; keparahan depresi yang lebih rendah. Begitu
Papalia, Olds & Feldman, 2009; Hashmi, juga sebaliknya, individu dengan resiliensi
2013; Utari &Retnowati, 2011). Hasil peneli- yang rendah, terutama dalam dimensi keper-
tian menunjukkan bahwa fenomena depresi cayaan diri dan optimisme, akan memiliki ting-
pada dasarnya meningkat secara signifikan kat keparahan yang tinggi dalam hal depresi
selama masa remaja, dan diperkiraan preva- (Bitsika, Sharpley, & Peters, 2010).
lensi depresi berat selama masa remaja men- Selain resiliensi, hal lain yang perlu
capai 14-20% (Kessler, Avenevoli, & Meri- dimiliki remaja untuk mencegah kemunculan
kangas, 2001). Meski demikian, depresi pada depresi adalah kemampuan sosial mereka.
remaja seringkali tidak mendapat perhatian Kemampuan sosial dinilai penting bagi re-

61
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 1, Juni 2018

maja mengingat bahwa salah satu tugas Hasil penelitian Donges, et.al. (2005)
perkembangan remaja adalah membangun menunjukkan bahwa pasien dengan depresi
hubungan sosial dengan orang lain (Choud- parah menunjukkan kesadaran yang utuh
hury, Blakemore, & Charman, 2006). Keber- dari emosi mereka sendiri, tetapi kurang
hasilan seseorang dalam menjalin hubungan akan kemampuan memahami emosi orang
sosial dengan orang lain dapat dilihat dari ke- lain (empati), sehingga penurunan kemam-
mampuannya dalam memahami kondisi dan puan memahami orang lain ini berhubungan
perasaan orang lain. Kemampuan untuk me- juga dengan adanya gejala depresi. Pe-
mahami kondisi dan ikut merasakan sebagian nelitian lain menemukan bahwa empati ber-
keadaan emosional orang lain disebut seba- korelasi negatif dengan depresi pada kedua
gai empati (Jolliffe & Farrington, 2006). Terda- aspek dari empati, yaitu aspek afektif dan
pat dua aspek dalam empati, yaitu komponen kognitif (Cusi, MacQueen, Spreng & McKin-
afektif dan kognitif. Empati afektif merupakan non, 2011). Hasil penelitian lainnya menun-
aspek empati yang menggambarkan proses jukkan bahwa depresi terkait dengan empati
saat emosi seseorang muncul, baik sadar, seseorang hanya dalam aspek kognitif, yaitu
maupun tidak sadar karena adanya persepsi perspective taking dan tidak terkait dengan
akan keadaan internal di dalam diri orang lain, aspek afektif (Schreiter, Pijnenborga, & Rota,
sedangkan komponen empati kognitif meng- 2013).
gambarkan pemahaman secara intelektual Berdasarkan pemaparan di atas, telah
mengenai perspektif orang lain dengan tepat ditemukan bahwa terdapat hubungan yang
(Jollife & Farrington, 2006). bersifat negatif antara depresi dengan resil-
Individu yang memiliki empati, akan iensi maupun empati pada remaja. Namun
lebih terampil dalam menginterpretasikan demikian, penelitian-penelitian sebelumnya
bahasa-bahasa nonverbal yang ditunjukkan hanya menguji hubungan kedua variabel
oleh orang lain, seperti ekspresi wajah, into- tersebut dan belum meneliti mengenai pola
nasi suara, bahasa tubuh serta mampu me- keterkaitan serta peranan antar keduanya.
nangkap apa yang dipikirkan dan dirasakan Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meng-
orang lain (Reivich & Shatte, 2002). Kemam- kaji kembali mengenai peranan resiliensi dan
puan untuk berbagi perasaan orang lain dan empati terhadap depresi pada remaja.
menempatkan diri dalam perspektif orang itu Berdasarkan hal itu, peneliti tertarik
sangat penting bagi munculnya kompetensi melakukan studi mengenai peran resiliensi
interpersonal yang baik, yang pada akhirn- dan empati terhadap depresi pada remaja.
ya, meningkatkan kesejahteraan psikologis Peneliti memiliki tiga hipotesis di dalam pe-
yang lebih positif (Chow, Ruhl, & Buhrmester, nelitian ini, yaitu bahwa: 1) terdapat pengaruh
2013). Oleh karena itu, empati membantu resiliensi yang signifikan dalam menjelaskan
untuk terciptanya hubungan sosial dan re- tingkat gejala depresi pada remaja, 2) terda-
lasi yang lebih positif, sukses dan kompeten pat pengaruh empati yang signifikan dalam
pada pertemanan remaja (Dixon & Moore, menjelaskan tingkat gejala depresi pada re-
1990; Eisenberg, 2000; Reivich & Shatte, maja, dan 3) secara bersama-sama, resiliensi
2002; Baron-Cohen & Wheelwright, 2004; dan empati berpengaruh signifikan dalam
Berndt dalam Smith & Rose, 2011). Hasil pe- menjelaskan tingkat gejala depresi pada re-
nelitian sebelumnya juga menemukan bahwa maja. Penelitian ini diharapkan dapat men-
kemampuan remaja akhir dalam memahami jadi salah satu sarana pengembangan ilmu
sinyal-sinyal sosial di lingkungan dapat mem- psikologi, terutama terkait dengan tema resil-
bantunya lebih resilien saat memasuki masa iensi, empati, dan depresi. Selain itu, peneli-
transisi kehidupan (Andriani & Listiyandini, tian ini diharapkan dapat memberikan infor-
2017). Empati menjadi bekal akan hubungan masi bagi remaja mengenai aspek yang dapat
yang sukses, dan hubungan yang sukses mencegah depresi, serta menjadi informasi
akan membentuk adanya pertemanan yang juga bagi berbagai pihak yang ingin meren-
saling mendukung satu sama lain, sehingga canakan strategi intervensi untuk mencegah
menjadi faktor pelindung terhadap kemun- depresi dan meningkatkan kesehatan mental
culan depresi (Egbert, Miraldi, & Murniadi, remaja.
2014).

62
Pengaruh Resiliensi dan Empati terhadap Gejala Depresi ......Endah Mujahidah

Metode Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan


bahwa prevalensi gangguan mental-emo-
Desain Penelitian dan Identifikasi Variabel sional, termasuk depresi pada individu usia
Penelitian ini menggunakan pendeka- 15 tahun ke atas di DKI Jakarta adalah sebe-
tan kuantitatif dengan disain penelitian aso- sar 5.7 % (Balitbang Kementerian Kesehatan,
siatif dan cross-sectional. Terdapat tiga vari- 2013). Sebagai salah satu kota besar dengan
abel dalam penelitian ini, yaitu resiliensi dan penduduk terpadat yaitu berkisar 10 juta jiwa
empati sebagai variabel prediktor (variabel (Badan Pusat Statistik, 2017), maka jumlah
bebas) dan depresi sebagai variabel kriteria orang yang diperkirakan memiliki gangguan
(variabel terikat). mental-emosional di DKI Jakarta, termasuk
depresi adalah kurang lebih 500 hingga 600
Subjek ribu orang.
Partisipan dalam penelitian ini diten- Berdasarkan persebaran data dari
tukan dengan kriteria remaja berusia 12-20 230 remaja yang berpartisipasi dalam peneli-
tahun yang bertempat tinggal di Jakarta serta tian, 55.2% adalah perempuan dan ditemukan
minimal lulus Sekolah Dasar. Partisipan di- rata-rata usia partisipan M=15.76 (SD=1.71).
ambil dengan menggunakan non-probability Sebanyak 92.6% beragama Islam sisanya
sampling dengan teknik convenience sam- beragama Nasrani, dan 41.3% partisipan
pling. Teknik convenience sampling dipilih mengidentifikasikan diri beretnis Jawa, sisan-
karena mengingat sifat studi yang bersifat ya adalah Betawi, Sunda, Minang, Ambon,
eksploratif dan tidak ditemukannya data aku- Cina, dan lainnya. Berdasarkan data penge-
rat mengenai persebaran remaja di Jakarta. luaran orangtua, sebagian besar pengeluar-
Belum ada hasil riset yang menunjukkan an orangtua partisipan berada pada rentang
mengenai prevalensi depresi pada populasi 1.000.001-3.000.000 per bulan (47.8%). Beri-
remaja secara khusus di seluruh Indone- kut adalah tabel yang menggambarkan profil
sia. Namun demikian, hasil Riset Kesehatan demografis partisipan:
Tabel 1. Persebaran Profil Demografis Partisipan
Kategori Jumlah (N) Persentase (%)

Jenis Kelamin
Laki-laki 102 44.3%
Perempuan 127 55.2%
Usia (M= 15,76; SD= 1,716)
Remaja Awal (11-14 tahun) 42 18.3%
Remaja Tengah (15-17 tahun) 163 70.9%
Remaja Akhir (18-21 tahun) 25 10.9%
Agama
Islam 213 92.6%
Kristen 16 7.0%
Hindu 1 0.4%
Suku
Betawi 53 23.0%
Jawa 95 41.3%
Sunda 37 16,1%
Batak 9 3,9%
Minang 7 3,0%
Bugis 3 1,3%
Lainnya 23 10,0%
Tidak Mengisi 3 1,3%
Pengeluaran Orangtua perbulan
<1.000.000 21 9,1%
1.000.001-3.000.000 110 47,8%
3.000.001-5.000.000 44 19,1%
5.000.001-7.000.000 19 8,3%
>7.000.000 22 9,6%
Tidak Mengisi 14 6,1%
Jumlah 230

63
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 1, Juni 2018

Pengukuran dengan orang lain, (4) pengendalian diri, (5)


pengaruh spiritual. Dari gabungan kelima di-
Alat ukur yang digunakan untuk men- mensi tersebut diwakili oleh 25 aitem dengan
gukur variabel dalam penelitian ini adalah lima pilihan jawaban 0-4 (sangat tidak benar-
Center for Epidemiologic Studies Depression hampir setiap kali benar). Skala ini sudah per-
Scale Revised-10 (CESDR-10) dari Haroz, nah diadaptasi sebelumnya oleh Listiyandini
Ybarra, dan Eaton (2014) untuk mengukur dan Akmal (2015) dan Permata dan Listiyand-
gejala depresi, skala resiliensi dari Connor ini (2015) pada sampel mahasiswa. Beberapa
dan Davidson (2003) untuk mengukur resil- pernyataan item yang ada dalam skala resil-
iensi, serta Basic Empathy Scale (BES) dari iensi Connor dan Davidson misalnya: “Saya
Jolliffe dan Farrington (2006) mengukur em- yakin dapat meraih tujuan” (aspek kompe-
pati. Sebelum dilakukan pengambilan data, tensi personal), “Saya mampu untuk me-
seluruh skala telah melalui proses adaptasi nyesuaikan diri terhadap perubahan” (aspek
bahasa melalui translasi dari Bahasa Inggris penerimaan terhadap perubahan), dan “Saya
ke Bahasa Indonesia, back-translate, serta mampu membuat keputusan yang sulit” (as-
uji keterbacaaan. Kemudian, uji coba skala pek toleran terhadap afek negatif). Uji coba
dilakukan terhadap 80 orang remaja untuk ulang menggunakan sampel remaja mene-
mengetahui validitas dan reliabilitas skala. mukan bahwa skala resiliensi Connor & Da-
CESDR-10 merupakan alat ukur yang vidson memiliki koefisien reliabilitas α=0.919
dikembangkan oleh yang terdiri dari 10 aitem dengan hasil corrected item-total correlation
dan mengukur beberapa subskala dari gejala sebesar r=0.28-0.78.
depresi, diantaranya sadness (Dysphoria), Basic Empathy Scale (BES) ada-
loss of interest (Anhedonia), appetite, sleep, lah skala yang disusun oleh Jollife dan Far-
thinking/ concentration, guilt, (worthlessness), rington (2006) untuk mengukur empati pada
tired (fatigue), movement (agitation),suicidal remaja. Skala ini terdiri dari 20 aitem yang
ideation dan irritable dengan menggunakan meliputi dua komponen empati, yaitu kom-
skala likert dengan empat pilihan jawaban ponen afektif (11 aitem) dan kognitif (9 aitem)
0 untuk sama sekali tidak atau kurang dari dengan skala likert yang terdiri dari lima pili-
1 hari dalam 2 minggu terakhir, hingga skor han jawaban dengan skala 1-5 dimulai dari
3 untuk 5-7 hari dan hampir setiap hari se- “sangat tidak setuju” sampai dengan “sangat
lama 2 minggu. Alat ukur ini merupakan skala setuju”. Contoh item dari skala adaptasi BES
yang banyak dipakai dalam penelitian epide- adalah: “Ketika seseorang merasa ‘terpuruk’,
miologis mengenai tingkat gejala depresi di saya biasanya bisa mengerti bagaimana per-
masyarakat umum. Contoh item dari skala asaan mereka” (empati kognitif) atau “Saya
CESD-R misalnya: “Saya kehilangan minat tidak menjadi sedih ketika melihat orang lain
dalam kegiatan yang biasa saya lakukan se- menangis” (empati afektif). Selanjutnya, skala
hari-hari” (subskala loss of interest/anhedo- adaptasi BES ditemukan memiliki koefisien
nia), “Saya merasa seperti orang yang buruk” reliabilitas α =0.870, dengan hasil corrected
(subskala worthlessness), dan “Saya ber- item-total correlation sebesar r=0.2-0.57.
harap untuk mati” (subskala suicidal ideation). Bila mengacu pada standar kelayakan koe-
Hasil uji coba menemukan bahwa untuk skala fisien reliabilitas dan validitas dari Nisfianoor
adaptasi CESD-R memiliki koefisien reliabili- (2009), maka seluruh skala yang diadaptasi
tas α=0.834 dengan skor corrected item-total dapat dikategorikan reliabel dan layak untuk
correlation sebesar r=0.43-0.66. digunakan untuk pengambilan data.
Skala resiliensi yang disusun oleh
Connor & Davidson (2003) mengukur tingkat Analisis Data
resiliensi partisipan berdasarkan kombinasi Untuk menjawab hipotesis penelitian,
dari lima dimensi meliputi: (1) kompetensi peneliti melakukan analisis statistik meng-
personal, standar yang tinggi dan keuletan, gunakan teknik uji regresi sederhana dan re-
(2) percaya kepada diri sendiri, memiliki tol- gresi ganda melalui SPSS 21.0. Kedua jenis
eransi terhadap afek negatif dan kuat dalam uji regresi dilakukan secara terpisah dengan
menghadapi tekanan, (3) penerimaan positif tujuan untuk menjawab setiap hipotesis yang
terhadap perubahan dan hubungan yang baik diajukan. Untuk hipotesis pertama, yaitu re-

64
Pengaruh Resiliensi dan Empati terhadap Gejala Depresi ......Endah Mujahidah

lgresi ganda melalui SPSS 21.0. Kedua jenis Semakin banyak simtom yang di munculkan
uji regresi dilakukan secara terpisah dengan subjek, semakin parah tingkat depresi yang
tujuan untuk menjawab setiap hipotesis yang dimilikinya. Pengkategorian depresi ini dimu-
diajukan. Untuk hipotesis pertama, yaitu re- lai dari kategori depresi pada level yang tidak
siliensi berpengaruh signifikan terhadap ge- parah sampai level dengan tingkat keparahan
jala depresi dan hipotesis kedua, yaitu em- klinis. Kategorisasi yang digunakan adalah
pati berpengaruh signifikan terhadap gejala major depressive episode, probable mayor
depresi, menggunakan uji regresi sederhana. depressive episode, possible major depres-
Sedangkan, uji regresi ganda dilakukan untuk sive episode, subthreshold depression symp-
membuktikan hipotesis ketiga, yaitu resiliensi toms dan no clinical significance.
dan empati secara bersama-sama berpen- Dari hasil analisis pada 230 remaja
garuh terhadap depresi pada remaja serta uji yang berpartisipasi dalam penelitian ini, dite-
tambahan untuk menganalisis seberapa be- mukan skor rata-rata tingkat gejala depresi
sar pengaruh tiap komponen empati terhadap sebesar M=8.61 (SD=6.1). Dari hasil katego-
tingkat gejala depresi. risasi, sebanyak 50% partisipan digolongkan
memiliki gejala depresi pada kategori no clini-
Hasil cal significance. Namun demikian, terdapat
persentase sebesar 40% untuk remaja yang
Persebaran Skor Gejala Depresi, masuk dalam kategori sub-threshold depres-
Resiliensi, Empati sion symptoms. Selanjutnya, untuk kategori
Pengkategorian depresi dilakukan possible major depressive episode sebesar
berdasarkan norma yang telah ada dalam alat 5.2%, probable major depressive episode
ukur. Haroz, Ybarra, dan Eaton (2014) dalam sebesar 3%, dan major depressive episode
alat ukur CESDR-10 mengkategorian depresi sebesar 1.7%. Berikut adalah tabel rangku-
dengan cara melihat kehadiran simtom-sim- man mengenai kategorisasi tingkat gejala
tom dari depresi pada tiap-tiap partisipan. depresi pada partisipan:
Tabel 2. Gambaran Tingkat Gejala Depresi

Kategori Total Presentase

Major depressive episode 4 1,7%


Probable mayor depressive episode 7 3,0%
Possible major depressive episode 12 5,2%
Subthreshold depression symptoms 92 40,0%
No clinical significance 115 50,0%
Total 230

Untuk variabel resiliensi, ditemukan gian besar partisipan memiliki kategori resil-
skor rata-rata M=70,53 (SD=11,21). Apabila iensi yang tergolong baik (59,6%) dan sedang
dilihat berdasarkan rentang skor ideal 0-100 (40,4%). Terlampir adalah tabel 3 yang meng-
dan dilakukan pengkategorian berdasarkan gambarkan kategorisasi tingkat resiliensi
acuan dari Nisfianoor (2002), maka seba- pada remaja:

Tabel 3. Kategorisasi Resiliensi


Kategori Rentang Skor Total Presentase

Rendah 0-33 0 0%
Sedang 34-67 93 40%
Tinggi 68-100 137 59,6%
Total 230

65
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 1, Juni 2018

Untuk gambaran empati, ditemukan tian ini memiliki empati pada kategori sedang
skor rata-rata M= 65,52 (SD= 7.50). Jika (80%), sedangkan 20% remaja pada kategori
dibandingkan dengan rentang skor ideal dari tinggi. Tabel 4 menggambarkan kategorisasi
20-100, ditemukan bahwa sebagian besar re- empati pada remaja:
maja yang menjadi partisipan dalam peneli-
Tabel 4. Kategorisasi Empati
Kategori Rentang Skor Total Presentase

Rendah 20-46 0 0%
Sedang 47-73 184 80%
Tinggi 74-100 46 20%
Total 230

Uji Normalitas dan Linearitas jala depresi pada remaja secara signifikan
Sebelum melakukan uji hipotesis, pe- (F=4.215, R2=0.018, p<0.05). Oleh karena
neliti melakukan uji normalitas dan linearitas itu, hipotesis pertama dalam penelitian ini
sebagai syarat dilakukannya uji regresi. Ber- diterima. Selain itu, ditemukan juga bahwa
dasarkan acuan dari Sugiyono (2013) menge- besar pengaruh resiliensi terhadap depresi
nai hasil analisa uji normalitas dan linearitas, pada remaja adalah sebesar 1,8% sedang-
ditemukan bahwa persebaran data residual kan 98.2% lainnya dipengaruhi oleh faktor
pengujian regresi tergolong normal (p>0.05) lain. Ditemukan juga nilai beta sebesar B =
dan hubungan antar variabel dikatakan linear -0.073(p<0.05). Hal tersebut menunjukkan
(p<0.05). Berikut adalah tabel 5 dan 6 yang bahwa setiap penambahan 1 angka pada var-
menggambarkan hasil uji normalitas dan iabel resiliensi maka akan terjadi penurunan
linearitas. skor depresi sebesar 0.073 dan penurunan ini
ditemukan signifikan (p<0.05). Berikut adalah
Resiliensi sebagai Prediktor Gejala Depresi tabel 5 yang menggambarkan hasil uji regresi
Hasil analisis menemukan bahwa resiliensi terhadap depresi.
resiliensi berpengaruh terhadap tingkat ge-

Tabel 5. Model Regresi Sederhana Resiliesi sebagai Prediktor Depresi


A B β F R R2 Adj. R2 Sig

13,78 4.215 0.135 0.018 0.014 0.041
SE (6.061)
Resiliensi -0,073* -0,135 0.041

*Sig p<0.05, ** Sig p<0.01

Empati sebagai Prediktor Gejala Depresi dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai beta adalah
Hasil uji hipotesis kedua menunjuk- sebesar B=0.141 (p<0.05), sehingga setiap
kan bahwa empati mempengaruhi tingkat penambahan 1 angka pada variabel empati
gejala depresi secara signifikan pada remaja maka akan terjadi peningkatan skor depresi
(F=4.604, R2=0.020, p<0.05). Oleh karena sebesar 0.144, dan peningkatan ini ditemu-
itu, hipotesis kedua dalam penelitian ini di- kan signifikan (p<0.05). Berikut adalah tabel 6
terima. Dalam hal ini, besar kontribusi em- yang menggambarkan hasil uji regresi empati
pati dalam menjelaskan gejala depresi pada terhadap gejala depresi:
remaja sebesar 2%, sedangkan 98% lainnya

66
Pengaruh Resiliensi dan Empati terhadap Gejala Depresi ......Endah Mujahidah

Tabel 6. Model Regresi Sederhana Resiliesi sebagai Prediktor Depresi


A B β F R R2 Adj. R2 Sig
0.884 4.604 0.141
0.020
0.015 0.033
SE (6.056)
Empati 0.144*
0.142 0.033

*Sig p<0.05, ** Sig p<0.01


Pengujian lebih lanjut terkait dengan kata lain, empati afektif dianggap lebih ber-
peran masing-masing aspek empati terhadap peran terhadap peningkatan gejala depresi
depresi menunjukkan bahwa hanya empati pada remaja, dibandingkan domain empati
afektif yang berperan terhadap depresi pada kognitif. Terlampir adalah tabel 7 yang meng-
remaja (B=0.260, p<0.01). Untuk empati kog- gambarkan hasil uji regresi dari setiap kom-
nitif tidak ditemukan adanya kontribusi yang ponen empati terhadap gejala depresi:
signifikan terhadap depresi (p>0.05). Dengan
Tabel 7. Model Regresi Empati Afektif dan Kognitif sebagai Prediktor Depresi
a B β Sig

(Constant) 2.612 0.472


Empati Afektif (X1) 0.260** 0.222 0.001
Empati Kognitif (X2) -0.098 -0.065 0.342

*Sig p<0.05, ** Sig p<0.01


Resiliensi dan Empati sebagai Prediktor 1 angka pada variabel resiliensi, maka akan
Gejala Depresi Remaja terjadi pengurangan skor depresi sebesar
Hasil uji hipotesis ketiga mengguna- 0.108 dan pengurangan ini signifikan pada
kan uji regresi berganda menunjukkan bahwa level (p<0.01) Artinya, semakin tinggi besaran
resiliensi dan empati secara bersama-sa- resiliensi, maka gejala depresi pada remaja
ma berpengaruh signifikan terhadap gejala semakin rendah. Berbeda halnya dengan em-
depresi pada remaja (F=6.648, R2=0.055, pati, dari hasil pengujian mendapatkan nilai
p<0.01), sehingga hipotesis ketiga dalam pe- beta sebesar (B=0.165, p< 0.01). Hal terse-
nelitian ini diterima. Kontribusi efektif variabel but menunjukkan bahwa setiap penambahan
resiliensi dan empati secara bersama terha- 1 angka pada empati, maka akan terjadi pen-
dap gejala depresi adalah sebesar 5.5% dan ingkatan skor depresi sebesar 0.165 yang
sisanya sebesar 94.5% dipengaruhi oleh fak- signifikan pada level p<0.01. Berikut adalah
tor lain. Didapatkan pula nilai beta sebesar (B tabel 8 rangkuman yang menjelaskan peran
= -0.108, p< 0.01) untuk resiliensi. Hal terse- empati dan resiliensi secara bersama-sama
but menunjukkan bahwa setiap penambahan terhadap gejala depresi:

Tabel 8. Model Regresi Sederhana Resiliesi sebagai Prediktor Depresi

A B β F R R2 Adj. R2 Sig

5,076 6.648 0.235
0.055
0.047 0.188
SE (5.958)
Resiliensi -0.108* -0.199 0.004
Empati 0.165* 0.203 0.003

*Sig p<0.05, ** Sig p<0.01

67
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 1, Juni 2018

Pengujian lanjutan dengan uji semi- signifikan terhadap depresi, dimana variabel
parsial dilakukan untuk melihat kontribusi per- empati afektif menghasilkan peran sebesar
anan murni dari masing-masing variabel, yak- 4.4% (sr²=0.044, p<0.01), empati kognitif
ni resiliensi, empati afektif, dan empati kognitif tidak berperan terhadap gejala depresi, dan
terhadap tingkat gejala depresi pada remaja. resiliensi berperan sebesar 2.3% (sr²=0.023,
Uji korelasi semi parsial didapatkan bahwa re- p<0.05),. Berikut adalah tabel 9 rangkuman
siliensi dan empati afektif memiliki pengaruh hasil uji statistik dengan uji semi parsial.

Tabel 9. Korelasi Semi-Parsial Resiliensi, Empati Afektif, dan


Empati Kognitif, dengan Gejala Depresi
sr² sig

1 Gejala Depresi -
2 Resiliensi 0.023** 0.019
3 Empati Afektif 0.044** 0.001
4 Empati Kognitif 0.00 0.985

*Sig p<0.05, ** Sig p<0.01

Uji Perbedaan Empati, Resiliensi, dan Hasil penelitian ini mendukung te-
Depresi berdasarkan Faktor Demografis muan sebelumnya yang dilakukan oleh Zia-
Hasil uji tambahan ditemukan bahwa ian, et.al. (2012) yang menunjukkan bahwa
usia berhubungan dengan tingkat resiliensi resiliensi menjadi prediktor terhadap tingkat
remaja (r=0.178, p<0.01). Selain itu, uji tam- keparahan depresi remaja. Peran resiliensi
bahan terkait faktor demografis yang mem- terhadap depresi ini dikarenakan resiliensi
pengaruhi empati, ditemukan bahwa terdapat dapat menjadi faktor pelindung bagi remaja
perbedaan empati remaja secara signifikan untuk tidak mengalami faktor risiko seperti
apabila ditinjau dari jenis kelamin (t = -8.026, depresi (Masten & Coatsworth, 1998; Zautra,
p<0,000) dengan perbedaan perempuan me- Hall, & Murray, 2010).
miliki skor rata-rata lebih besar (M=70.65) Berdasarkan temuan Schure, Odden
dibanding laki-laki (M=63.62). Terdapat pula dan Goins (2013), individu dengan resiliensi
perbedaan depresi remaja secara signifikan tinggi lebih memungkinkan untuk mengalami
apabila ditinjau dari jenis kelamin (t=-2.237, emosi positif. Emosi positif yang dimiliki akan
p<0.05), dimana perempuan memiliki skor membantu remaja untuk mengurangi emosi
rata-rata lebih besar (M=9.39) dibanding laki- negatif sehingga remaja tetap dapat ber-
laki (M=7.62). fungsi secara optimal walaupun dihadapkan
pada suatu tantangan dalam mencapai tugas
Pembahasan perkembangannya (Bonanno, 2004). Dalam
hal kognitif, remaja dengan resiliensi yang
Depresi merupakan salah satu gang- baik mampu menunjukkan fleksibilitas dalam
guan mood (suasana perasaan) (Nevid, Ra- berfikir, sehingga ketika dihadapkan dengan
thus & Greene, 2005; Oltmanns & Emery, tuntutan perubahan ataupun permasalahan,
2013) yang serius dan sering terjadi pada ia tidak terpaku pada permasalahannya, ce-
remaja (Papalia, Olds, & Feldman, 2009; pat dalam melakukan coping stres dan dapat
Utari & Retnowati, 2011; Hashmi, 2013). Ber- memikirkan alternatif-alternatif penyelesaian
dasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam masalah yang sedang ia alami (Block & Kre-
penelitian ini, ditemukan bahwa resiliensi man 1996; Fredrickson & Levenson 1998; Lu-
berpengaruh terhadap gejala depresi pada thar, Cicchetti, & Becker, 2000; Tugade dan
remaja dengan sumbangan efektif sebesar Fredrickson 2004).
1,8%, yaitu peningkatan resiliensi akan diikuti Selanjutnya, hasil penelitian juga
dengan semakin rendahnya gejala depresi. menunjukkan bahwa empati berpengaruh

68
Pengaruh Resiliensi dan Empati terhadap Gejala Depresi ......Endah Mujahidah

dalam menjelaskan gejala depresi pada re- asaan-perasaan negatif orang lain, dapat
maja sebesar 2%, yaitu tingginya empati re- terjadi penularan emosi negatif dan mun-
maja diikuti dengan meningkatnya depresi. culnya rasa sakit bersama dengan orang
Analisa lebih lanjut menemukan bahwa kom- lain (Shamay-Tsoory dalam Schreiter, Pi-
ponen empati yang dianggap memiliki kon- jnenborga, & Rota, 2013). Hal tersebut dapat
tribusi signifikan dalam peningkatan gejala membuat remaja gagal dalam membedakan
depresi pada remaja (p<0.01) adalam kom- antara perasaan dirinya dan perasaan orang
ponen empati afektif dibandingkan empati lain, yang pada akhirnya, empati tersebut jus-
kognitif. Empati afektif merupakan komponen tru meningkatkan tekanan dalam diri secara
empati yang menggambarkan sejauh mana pribadi (Batson, 1991).
individu dapat merasakan respon emosi yang Kemampuan regulasi emosi yang
selaras sesuai dengan kondisi emosi yang di- masih belum berkembang baik maupun kega-
rasakan orang lain (Decety & Jackson, 2004). galan dalam membedakan perasaan dirinya
Oleh karena itu, remaja dengan empati afektif dan perasaan orang lain justru mengakibat-
yang tinggi, cenderung mudah untuk ikut mer- kan empati afektif yang muncul lebih domi-
asakan kesedihan, kemarahan, penderitaan, nan memunculkan personal distress (Batson,
maupun kebahagiaan orang lain. Penelitian 1991; Decety, 2010). Personal distress ada-
sebelumnya menemukan bahwa empati ber- lah salah satu aspek empati afektif yang ser-
hubungan negatif dengan depresi pada ked- ing juga diasosiasikan dengan kemunculan
ua aspek dari empati, yaitu aspek afektif dan emosi negatif seperti depresi (Davis, 1983).
kognitif (Cusi, MacQueen, Spreng & McKin- Personal distress mencerminkan kapasitas
non, 2011) atau penelitian yang menemukan seseorang untuk mengalami emosi negatif
bahwa depresi terkait dengan aspek kognitif, saat melihat penderitaan orang lain (Neu-
yaitu perspective taking dan tidak terkait den- mann, Chan, Wang, & Boyle, 2016). Personal
gan aspek afektif (Schreiter, Pijnenborga, & distress membuat individu mengubah fokus
Rota, 2013). Oleh karena itu, hasil dalam pe- mereka ke dalam dirinya dengan memfokus-
nelitian ini yang menemukan bahwa empati kan perhatian mereka pada emosi serta me-
afektif berpengaruh untuk memunculkan ge- ringankan kecemasan diri sendiri yang ditim-
jala depresi yang lebih tinggi menjadi temuan bulkan akibat melihat penderitaan orang lain
baru dibandingkan penelitian sebelumnya. (Cassels, Chan, Chung, & Birch, 2010).
Berdasarkan studi literatur, peran em- Penelitian menunjukkan adanya
pati afektif terhadap tingginya depresi pada hubungan yang positif antara depresi dan
remaja diduga berkaitan dengan adanya personal distress dari empati afektif, dimana
proses regulasi emosi yang masih belum adanya respon empati yang terlalu berorienta-
berkembang baik pada remaja. Terkait den- si pada diri dapat meningkatkan depresi pada
gan perkembangan emosi remaja, pada seseorang (O’Connor, Berry, & Weiss, 2002;
masa ini, remaja dilaporkan seringkali men- Ghorbani dalam Schreiter, Pijnenborga, &
galami suasana emosi yang negatif dan juga Rota, 2013). Adanya personal distress mem-
adanya naik turun dalam keadaan emosional, buat remaja terlarut pada perasaan negatif
sehingga remaja sering dikatakan belum me- orang lain di sekitarnya, dan lebih mengarah
miliki kemampuan regulasi emosi yang baik kepada diri sendiri, sehingga membuat mere-
(Rosenblum & Lewis, 2006; Larson & Brown, ka lebih rentan mengalami depresi.
2007; Crowell, Skidmore, Rau, & Williams, Hasil penelitian juga menunjukkan
2013). Kemampuan regulasi emosi yang be- bahwa resiliensi dan empati secara bersama-
lum berkembang baik diduga mempengaruhi sama berpengaruh terhadap depresi pada
reaksi remaja dalam memproses emosi yang remaja dengan kontribusi sebesar 5,5%. Ber-
dimilikinya, termasuk dalam menanggapi dasarkan hasil analisis menunjukkan ting-
reaksi emosi orang lain di sekitarnya. ginya resiliensi, diikuti dengan rendahnya
Ketika remaja dihadapkan dengan depresi pada remaja, sedangkan tingginya
situasi yang menimbulkan stres, seperti per- empati, khususnya empati afektif menun-

69
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 1, Juni 2018

jukkan tingginya kemunculan depresi pada remaja secara signifikan apabila ditinjau dari
remaja. Apabila melihat arah hubungannya jenis kelamin dengan perbedaan perempuan
ketika variabel resiliensi dimasukan hubun- memiliki skor rata-rata lebih besar dibanding
gannya dengan variabel depresi, peneliti laki-laki. Hasil tersebut sejalan dengan peneli-
memprediksi bahwa pengaruh empati afektif tian yang dilakukan Buck (1995) yang men-
dalam meningkatkan depresi pada remaja da- unjukkan bahwa perempuan memiliki empati
pat berkurang dengan adanya resiliensi. Den- yang lebih tinggi dibanding laki-laki, terlebih
gan adanya resiliensi, remaja akan mampu pada komponen empati afektif (Lafferty dalam
mengendalikan perasaan (Grotberg, 1995), Garaigordobil, 2009).
serta meregulasi emosi yang muncul ketika Mengingat bahwa hasil utama dalam
dihadapkan dalam emosi negatif (Reivich & penelitian ini menemukan adanya asosiasi
Shatte, 2002). Dengan adanya regulasi emosi positif antara empati dan gejala depresi,
yang berhubungan dengan resiliensi, remaja maka tingginya skor empati pada perem-
dapat menyeimbangkan emosi yang diala- puan yang ditemukan dalam penelitian, di-
minya (Thompson, 1991), sehingga hal ini duga dapat menjelaskan faktor perbedaan
dapat membantunya untuk tidak mengalami gender dalam gejala depresi yang selama
perasaan terlarut dalam emosi orang lain atau ini ditemukan dalam penelitian sebelumnya
personal distess dari empati afektif dan pada (Wade, Cairney, & Pevalin, 2002; Galambos,
akhirnya mencegah kemunculan depresi. Leadbeater, Barker, 2004; Helgeson, 2012).
Hasil temuan bahwa empati afektif berperan Konsisten dengan penelitian sebelumnya,
terhadap tingginya gejala depresi menjadi te- bahwa dalam penelitian ini ditemukan bahwa
muan baru yang perlu ditelaah lebih lanjut dan terdapat perbedaan depresi remaja secara
dibuktikan kembali pada penelitian-penelitian signifikan apabila ditinjau dari jenis kelamin,
selanjutnya. dimana perempuan memiliki kemunculan
Resiliensi dan empati secara bersama- gejala depresi lebih tinggi dibandingkan laki-
sama hanya berperan sebesar 5,5% terhadap laki. Temuan ini sejalan dengan penelitian se-
depresi remaja, sehingga terdapat beberapa belumnya yang menunjukkan bahwa remaja
faktor lain yang diduga mempengaruhi gejala perempuan memiliki faktor risiko lebih untuk
depresi namun belum diukur dalam penelitian mengalami depresi daripada remaja laki-laki
ini, seperti faktor genetik, faktor neurologis (Nolen-Hoeksema & Girgus, dalam Children’s
dan hormonal, kepribadian, peristiwa negatif Mental Health Ontario, 2001). Dalam hal ini,
kehidupan, kemampuan coping, dan faktor tingginya skor empati yang dimiliki remaja per-
pelindung lain seperti konsep diri, harga diri, empuan diduga memprediksi tingkat depresi
dukungan keluarga, serta faktor lingkungan yang lebih tinggi pula. Asumsi ini perlu dite-
(Herman, et.al. 2009; Ranttila & Shrestha, laah lebih lanjut dalam penelitian lainnya.
2011). Peneliti menyadari masih terdapatnya
Hasil uji tambahan terkait faktor de- kelemahan ataupun kekurangan pada proses
mografi terhadap resiliensi, ditemukan bahwa penelitian yang dilakukan, diantaranya, alat
usia berhubungan dengan tingkat resiliensi ukur yang digunakan peneliti dalam men-
remaja. Hasil ini serupa dengan penelitian gukur empati tidak secara spesifik mengukur
yang dilakukan Sun dan Stewart (2007) yang mengenai personal distress dalam aspek em-
menunjukkan bahwa usia berpengaruh ter- pati afektif dan tidak mengukur regulasi emo-
hadap resiliensi seseorang. Semakin matang si yang diduga mempengaruhi kemunculan
usia individu, semakin ia mampu untuk me- tingkat depresi seseorang. Selain itu, sampel
mandang suatu masalah secara lebih positif yang digunakan masih menggunakan remaja
sehingga memungkinkannya untuk lebih resil- umum sehingga tidak dapat dijadikan acuan
ien. untuk menggambarkan kondisi depresi rema-
Untuk uji tambahan terkait faktor de- ja pada populasi khusus yang memang sudah
mografis yang mempengaruhi empati, dite- memiliki riwayat depresi ataupun remaja yang
mukan bahwa terdapat perbedaan empati secara khusus lebih rentan mengalami depre-

70
Pengaruh Resiliensi dan Empati terhadap Gejala Depresi ......Endah Mujahidah

si, misalnya pada mahasiswa, remaja yang pada remaja, diperlukan adanya perhatian
kehilangan orangtua, mengalami perceraian, pada aspek empati dan resiliensi yang dimiliki
dan sebagainya. remaja.

Kesimpulan Daftar Pustaka

Berdasarkan hasil penelitian ini dite- Aditomo, A., & Retnowati, S. (2004).
mukan bahwa resiliensi berpengaruh sig- Perfeksionisme, harga diri, dan
nifikan dalam menjelaskan gejala depresi kecenderungan depresi pada remaja
remaja dengan sumbangan efektif sebesar akhir. Jurnal psikologi, 31(1), 1-14.
1.8%. Dalam hal ini, penambahan skor resil- American Psychiatric Association. (2013).
iensi akan diikuti dengan penurunan skor ge- DSM-V: Diagnostic and statistical
jala depresi. Penelitian ini juga menemukan manual of mental disorders (5th ed.,
bahwa empati, khususnya domain empati Text Revision). Washington, DC
afektif, berpengaruh secara signifikan dalam Anindyajati, P. D. (2013). Status identitas
menjelaskan gejala depresi pada remaja den- remaja akhir: hubungannya
gan kontribusi efektif sebesar 2%. Ditemukan dengan gaya pengasuhan orangtua
bahwa semakin tinggi empati afektif pada re- dan tingkat kenakalan remaja.
maja, maka semakin tinggi pula kemungkinan Character: Jurnal Penelitian
munculnya gejala depresi pada mereka. Psikologi., 1(2). 1-6.
Secara bersama, resiliensi dan em- Andriani, A., & Listiyandini, R. A. (2017).
pati, khususnya empati afektif, berpengaruh Peran kecerdasan sosial terhadap
signifikan terhadap tingkat gejala depresi resiliensi pada mahasiswa tingkat
pada remajadengan kontribusi efektif sebesar awal. Psympathic: Jurnal Ilmiah
5.5%. Dalam hal ini, empati afektif berpen- Psikologi, 4(1), 67-90.
garuh pada munculnya gejala depresi yang Arnett, J. J. (1999). Adolescent storm and
lebih tinggi. Namun sebaliknya, resiliensi ber- stress, reconsidered. American
pengaruh pada menurunnya gejala depresi. psychologist, 54(5), 317.
Hasil ini mengindikasikan bahwa pengaruh Badan Pusat Statistik. (2017). Jumlah
empati afektif yang dapat meningkatkan penduduk dan laju pertumbuhan
terjadinya gejala depresi diprediksi akan penduduk. Diunduh dari web: http://
berkurang jika terdapat resiliensi yang tinggi. www.jakarta.bps.go.id pada tanggal
Secara metodologis, diharapkan pe- 21 April 2018.
nelitian selanjutnya dapat menggunakan alat Baron-Cohen, S., & Wheelwright, S. (2004).
ukur lain yang lebih dapat mengukur aspek The empathy quotient: an
personal distress dalam empati afektif. Hal investigation of adults with Asperger
ini terkait dengan keterbatasan penelitian syndrome or high functioning autism,
yang sudah dijelaskan dalam pembahasan and normal sex differences. Journal of
bahwa skala yang digunakan peneliti dalam autism and developmental disorders,
mengukur empati belum secara spesifik men- 34(2), 163-175.
gukur mengenai personal distress dalam as- Batson, C. (1991). The altruism question:
pek empati afektif. Penelitian selanjutnya juga toward a social–psychological answer.
diharapkan melibatkan variabel psikologis Lawrence Erlbaum Associates:
lain, yaitu regulasi emosi yang diduga ber- Hillsdale, New Jersey.
peran terhadap kemunculan depresi ataupun Batubara, J. R. (2016). Adolescent
faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap development (perkembangan
depresi, serta melakukan penelitian dengan remaja). Sari Pediatri, 12(1), 21-9.
desain longitudinal. Sebagai implikasi dari Bitsika, V., Sharpley, C. F., & Peters, K. (2010).
hasil penelitian, maka dalam intervensi un- How is resilience associated with
tuk mencegah atau mengatasi gejala depresi anxiety and depression? Analysis of

71
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 1, Juni 2018

factor score interactions within a adolescence. In Handbook of


homogeneous sample. German adolescent health psychology
journal of psychiatry, 13(1), 9-16. (pp. 129-141). Springer: New York.
Block, J., & Kremen, A. M. (1996). IQ and Crump, C., Sundquist, J., Winkleby, M. A.,
ego-resiliency: conceptual and & Sundquist, K. (2016). Low stress
empirical connections and resilience in late adolescence and
separateness. Journal of personality risk of hypertension in adulthood.
and social psychology, 70(2), 349. Heart, doi:10.1136/ heartjnl-2015-
Bonanno, G. A. (2004). Loss, trauma, and 308597.
human resilience: have we Cusi, A. M., MacQueen, G. M., Spreng, R. N.,
underestimated the human capacity & McKinnon, M. C. (2011). Altered
to thrive after extremely aversive empathic responding in major
events?. American psychologist, depressive disorder: relation to
59(1), 20. symptom severity, illness burden, and
Camardese, G., Janiri, L., Leone, B., Mattioli, psychosocial outcome. Psychiatry
B., Serrani, R., & Treglia, M. (2012). research, 188(2), 231-236.
Childhood trauma, resilience and Davis, M. H. (1983). Measuring individual
depression. International Journal of differences in empathy: Evidence for
Psychiatry in Clinical practice, 16(1), a multidimensional approach. Journal
52-53. of personality and social psychology,
Cassels, T. G., Chan, S., & Chung, W. (2010). 44 (1), 113.
The role of culture in affective Decety, J. (2010). The neurodevelopment of
empathy: Cultural and bicultural empathy in humans. Developmental
differences. Journal of Cognition and neuroscience, 32(4), 257-267.
Culture, 10(3), 309-326. Decety, J., & Jackson, P. L. (2004). The
Children’s Mental Health Ontario. (2001). functional architecture of human
Evidence Based Practices for empathy. Behavioral and cognitive
Depression in Children and neuroscience reviews, 3(2), 71-100.
Adolescents, diunduh dari Dixon, J. A., & Moore, C. F. (1990). The
http:// www.cmho.org pada Mei 2017. development of perspective taking:
Choudhury, S., Blakemore, S. J., & Charman, Understanding differences in
T. (2006). Social cognitive information and weighting. Child
development during adolescence. Development, 61(5), 1502-1513.
Social cognitive and affective Donges, U. S., Kersting, A., Dannlowski,
neuroscience, 1(3), 165-174. U., Lalee-Mentzel, J., Arolt, V., &
Chow, C. M., Ruhl, H., & Buhrmester, D. Suslow, T. (2005). Reduced
(2013). The mediating role of awareness of others’ emotions in
interpersonal competence between unipolar depressed patients. The
adolescents’ empathy and friendship Journal of nervous and mental
quality: A dyadic approach. Journal disease, 193(5), 331-337.
of Adolescence, 36(1), 191–200. Egbert, N., Miraldi, L. B., & Murniadi, K.
Connor, K.M., & Davidson, M.D. (2003). (2014). Friends don’t let friends
Development of a new resilience suffer from depression: How threat,
scale: The Connor-Davidson efficacy, knowledge, and empathy
Resilience Scale (CD-RISC). relate to college students’; intentions
Depression and Anxiety, 18, 76-82. to intervene on behalf of a depressed
Crowell, S. E., Skidmore, C. R., Rau, H. K., friend. Journal of health
& Williams, P. G. (2013). communication, 19(4), 460-477.
Psychosocial stress, emotion Eisenberg, N. (2000). Emotion, regulation,
regulation, and resilience in and moral development. Annual

72
Pengaruh Resiliensi dan Empati terhadap Gejala Depresi ......Endah Mujahidah

review of psychology, 51(1), 665-697. of Adolescence, Volume 3 (pp.


Everall, R. D., Altrows, K. J., & Paulson, B. L. 160-169). Elsevier Inc: New York.
(2006). Creating a future: A study of Hjemdal, O., Vogel, P. A., Solem, S., Hagen,
resilience in suicidal female K., & Stiles, T. C. (2011). The
adolescents. Journal of Counseling & relationship between resilience and
Development, 84(4), 461-470. levels of anxiety, depression, and
Fredrickson, B. L., & Levenson, R. W. (1998). obsessive–compulsive symptoms in
Positive emotions speed recovery adolescents. Clinical psychology &
from the cardiovascular sequelae psychotherapy, 18(4), 314-321
of negative emotions. Cognition & Jolliffe, D., & Farrington, D. P. (2006).
emotion, 12(2), 191. Development and validation of the
Galambos, N. L., Leadbeater, B. L., & Basic Empathy Scale. Journal of
Barker, E. T. (2004). Gender adolescence, 29(4), 589-611.
differences in and risk factors for Keenan, K. & Hipwell, A. E. (2005).
depression in adolescence: A 4-year Preadolescent clues to understanding
longitudinal study. International depression in girls. Clinical Child and
Journal of Behavioral Development, Family Psychology Review, 8(2), 89-
28 (1), 16–25. 105
Garaigordobil, M. (2009). A comparative Kenny, R., Dooley, B., & Fitzgerald, A. (2013).
analysis of empathy in childhood and Interpersonal relationships and
adolescence: Gender differences and emotional distress in adolescence.
associated socio-emotional variables. Journal of Adolescence, 36(2), 351-
International Journal of Psychology 360
and psychological therapy, 9(2), 217- Kessler, R.C., Avenevoli, S., & Merikangas,
235 K. R. (2001). Mood disorders in
Grotberg, E. (1995). A Guide to Promoting children and adolescents: An
Resilience in Children: Strengthening epidemiologic perspective. Biological
The Human Spirit. USA: Benard Psychiatry, 49:1002–1014
Van Leer Fondation. Larson, R. W., & Brown, J. R. (2007).
Hashmi, S. A. B. A. (2013). Adolescence: Emotional development in
An age of storm and stress. Review of adolescence: What can be learned
Arts and Humanities, 2(1). from a high school theater program?
Haroz, E. E., Ybarra, M., & Eaton, W. W. Child Development, 78 (4), 1083–
(2014). Psychometric evaluation of 1099
a self-report scale to measure Listyandini, R. A., & Akmal, S. A. (2015).
adolescent depression: the Hubungan antara kekuatan
CESDR-10 in two national adolescent karakter dan resiliensi pada
samples in the United States. Journal mahasiswa. Prosiding Temu Ilmiah
Affect Disorder, 158, 154–160. Nasional Psikologi. Jakarta: Fakultas
Helgeson, V.S. (2012). The Psychology of Psikologi Universitas Pancasila
Gender. 4th ed. United State: Pearson Loh, J. M., Schutte, N. S., & Thorsteinsson,
Education, Inc E. B. (2014). Be happy: The role
Herman, K.C.; Reinke, W.M.; Parkin, J; of resilience between characteristic
Traylor, K.B. & Agarwal, G. (2009). affect and symptoms of depression.
Childhood depression: rethinking Journal of Happiness Studies, 15 (5),
the role of the school. Psychology 1125-1138
in the School, 45 (5), 433-443 Luthar, S. S., Cicchetti, D., & Becker, B.
Hilt, L., Hanson, J., & Pollak, S. (2011 ). (2000). The construct of resilience:
Emotion Dysregulation. In B. Bradford A critical evaluation and guidelines
Brown, & M. Prinstein, Encyclopedia for future work. Child

73
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 1, Juni 2018

Development, 71(3), 543–562. ience factor: 7 Essential skills or


Masten, A. S., & Coatsworth, J. D. (1998). overcoming life in evitable obstacles.
The development of competence in New York: Broadway Books
favorable and unfavorable Retnowati, S. (2001). Remaja dan
environments: Lessons from Permasalahannya. Yogyakarta:
research on successful children. Universitas Gajah Mada
American psychologist, 53(2), Rosenblum, G. D., & Lewis, M. (2006).
205-220 Emotional development in
Milin, R., Walker, S., & Chow, J. (2003). Major adolescence. Blackwell Handbook
depressive disorder in adolescence: of Adolescence. Blackwell Publishing
A brief review of the recent treatment Ltd
literature. The Canadian Journal of Balitbang Kementrian Kesehatan. (2013).
Psychiatry, 48(9), 600-606. Laporan Riskesdas 2013 dalam
Neumann, D. L., Chan, R. C., Wang, Y., & Angka. Diunduh dari www.depkes.
Boyle, G. J. (2016). Cognitive and go.id pada tanggal 21 April 2018.
affective components of empathy and Schreiter, S., Pijnenborg, G. H. M., & Aan
their relationship with personality Het Rot, M. (2013). Empathy in adults
dimensions in a Chinese sample. with clinical or subclinical depressive
Asian Journal of Social Psychology, symptoms. Journal of Affective
19 (3), 244-253. Disorders, 150(1), 1-16.
Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. Schure, M. B., Odden, M., & Goins, R. T.
(2005). Psikologi Abnormal. Jakarta: (2013). The association of resilience
Erlangga with mental and physical health
Nisfianoor, M. (2009). Pendekatan Statistika among older American Indians: The
Modern Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba native elder care study. American
Humanika Indian and Alaska native mental health
O’Connor, L. E., Berry, J. W., Weiss, J., & research (Online), 20(2), 27.
Gilbert, P. (2002). Guilt, fear, Shaffer, R. David., Katherine, K.,
submission, and empathy in Elleen, W. & Willoughby, T. (2013).
depression. Journal of affective Developmental Psychology Childhood
disorders, 71(1), 19-27. and Adolescence. United States:
Oltmanns, T. F., & Emery, R. E. (2013). Nelson Education Ltd.
Psikologi Abnormal. 7th ed. Son, S. E., & Kirchner, J. T. (2000).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Depression in children and
Papalia, E. D., Olds, W. S., & Feldman, D. adolescents. American family
R. (2009). Perkembangan Manusia. physician, 62(10), 2297-308.
Buku 2, Edisi 10. Jakarta: Salemba Steinberg, L. (2009). Adolescent development
Humanika and juvenile justice. Annual review of
Permata, D. C., & Listiyandini, R. A. (2015). clinical psychology, 5, 459-485.
Peranan pola asuh orang tua dalam Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian.
memprediksi resiliensi mahasiswa Bandung: Alfabeta
tahun pertama yang merantau di Sun, J., & Stewart, D. (2007). Age and gender
jakarta. Prosiding PESAT, 6. effects on resilience in children and
Pinquart, M. (2009). Moderating effects of adolescents. International Journal of
dispositional resilience on mental health promotion, 9(4), 16-25.
associations between hassles and Smith, R. L., & Rose, A. J. (2011). The “cost
psychological distress. Journal of of caring” in youths’ friendships:
applied Developmental psychology, Considering associations among
30 (1), 53-60 social perspective taking, co-rumina
Reivich, K., & Shatte, A. (2002).The Resil- tion, and empathetic distress.

74
Pengaruh Resiliensi dan Empati terhadap Gejala Depresi ......Endah Mujahidah

Developmental psychology, 47 (6), adolescence: National panel results


1792. from three countries. Journal of the
Thompson, R. A. (1991). Emotional American Academy of Child &
regulation and emotional Adolescent Psychiatry, 41 (2), 190-
development. Educational Psychology 198.
Review. 3(4), 269-307 Wilks, S. E. (2008). Psychometric
Thorsteinsson, E. B., Ryan, S., & evaluation of the shortened resilience
Sveinbjornsdottir, S. (2013). The scale among Alzheimer’s caregivers.
mediating effects of social support and American Journal of Alzheimer’s
coping on the stress-depression Disease & Other Dementias®, 23
relationship in rural and urban (2), 143-149.
adolescents. Open Journal of Zautra, A. J., Hall, J. S., & Murray, K. E.
Depression, 2(1), 1-6. (2010). Resilience: A new definition
Tugade, M. M., & Fredrickson, B. L. (2004). of health for people and communities.
Resilient individuals use positive In J. W. Reich, A. J. Zautra, & J. S.
emotions to bounce back from Hall (Eds.), Handbook of adult
negative emotional experiences. resilience. New York: Guilford.
Journal of personality and social Ziaian, T., de Anstiss, H., Antoniou, G.,
psychology, 86(2), 320. Baghurst, P., & Sawyer, M. (2012).
Utari, H. & Retnowati, S. (2011). ”Makro” Resilience and its association with
program: a way to minimize depression, emotional and
depressive symptoms in teenagers. behavioural problems, and mental
Anima: Psychological Indonesian health service utilisation among
Journal, 27 (1), 1-15 refugee adolescents living in
Wade, T. J., Cairney, J., & Pevalin, D. J. South Australia. International
(2002). Emergence of gender Journal of Population Research, 2012.
differences in depression during

75

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai