Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN DASAR I

STRESS DAN ADAPTASI

Jurnal Stres dan Coping Remaja yang Mengalami Perceraian pada Orangtua

DISUSUN OLEH :

Marina Lestari
1611316027

Dosen Pembimbing : Ns.Zifriyanthi Minanda Putri, M.Kep

PROGRAM B JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2016
ABSTRAK
Suatu perceraian memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan kelangsungan hidup pasangan
suami istri terlebih anak-anak, apalagi jika si anak tersebut sedang mengalami masa peralihan dalam
perkembangan fisik maupun sosial psikologis atau yang lebih dikenal dengan masa remaja, karena seperti
diketahui kebutuhan anak remaja pada saat itu terhadap peran orang tua sangat diharapkan lebih dari
sebelumnya.
Berdasakan beberapa definsi dari beberapa tokoh, stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan
ketidaksesuaian yang nyata atau tidak nyata antara tuntutan- tuntutan terhadap situasi tertentu dan stres itu
akan muncul jika tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas
seseorang. Adapun ketika remaja tersebut dihadapkan pada kondisi stres, maka mereka akan berusaha
mencoba untuk mengurangi bahkan menghilangkan perasaan stres yang dialaminya itu dengan melakukan
berbagai macam cara dalam istilah psikologi disebut strategi coping. Istilah coping disini adalah segala usaha
atau proses yang dilakukan oleh seseorang untuk menguasai perasaan stres yang dialaminya dengan cara
mengolah adanya tuntutan-tuntutan atau mengurangi dan bertoleransi dengan tuntutan-tuntutan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi tentang bagaimana gambaran stres dan coping
stres pada remaja dalam menyikapi perceraian orang tua, faktor mengapa remaja tersebut memiliki stres dan
melakukan coping yang demikian serta bagaimana proses perkembangan stres dan coping stres remaja
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan study kasus dengan subjek
penelitian seorang remaja yang mengalami perceraian pada orangtua. Subjek berumur 17 tahun dengan lama
perceraian orangtua yakni ± 1 tahun (8 bulan).
Hasil penelitian menunjukan bahwa subjek remaja yang orangtuanya bercerai tersebut mengalami
stres akibat perceraian orangtua, itu dapat dilihat dari sebagian besar gejala stres yang ditimbulkannya, dan
dari hasil penelitian dalam menghadapi permasalahannya subjek lebih condong menggunakan strategi coping
yang lebih memfokuskan pada masalah emosi subjek yakni Emotion focused coping. Faktor yang
mempengaruhi stres subjek itu dipengaruhi karena adanya kehadiran stressor lain dan karakteristik subjek,
untuk faktor yang mempengaruhi strategi coping subjek dipengaruhi karena keyakinan/ pandangan positif,
keterampilan sosial, dan dukungan sosial. Proses perkembangan stres dan coping subjek dilalui dalam 2
tahapan yakni respon terhadap kondisi stres yang muncul akibat perceraian orangtua dan proses adaptasi yang
dilakukan subjek untuk meminimalisir terhadap kondisi stres yang muncul.

Kata kunci: Stres, Coping Stres, Perceraian Orangtua

I. Pendahuluan perkawinan cenderung meningkat, dari sekitar


A. Latar Belakang 7% pada tahun 1998/1999 menjadi 9% pada
Dalam kehidupan ini adalah dua pengalaman tahun 1999/2000 dan 8 % pada tahun 2001.
yang amat menyedihkan dan paling menekan Perceraian dalam keluarga manapun
perasaan (stressful) dalam kehidupan merupakan peralihan besar dan penyesuaian
berkeluarga yaitu kematian dan perceraian, utama bagi anak. Anak akan mengalami reaksi
ditambah lagi jika pasangan yang bercerai emosi dan perilaku karena kehilangan satu
mempunyai anak, maka keadaan akan menjadi orang tua. Bagaimana anak bereaksi terhadap
bertambah rumit (Mu`tadin, 2002). Menurut perceraian orang tua berperilaku sebelum,
Holmes dan Rahe (dalam Taylor, 1999), selama, dan sesudah perpisahan. Anak akan
perceraian adalah penyebab stres kedua paling membutuhkan dukungan, kepekaan dan kasih
tinggi, setelah kematian pasangan hidup. Data sayang yang lebih besar untuk membantunya
dari Biro Pusat Statistik (BPS) (dalam Redaksi mengatasi kehilangan yang dialaminya selama
tv7 Peristiwa Episode 88. 2005) menyebutkan masa sulit ini (Cole, 2005).
bahwa persentase angka perceraian terhadap
Pada umumnya, para orangtua yang bercerai bukan membentuk kematangan fisik (purbetas)
akan lebih siap menghadapi perceraian saja akan tetapi juga mengarah ke arah
dibandingkan anak-anak mereka. Hal tersebut kematangan social-psikologis, antara lain
karena sebelum mereka bercerai biasanya menuju kedewasaan dan kemandirian (Muss,
didahului proses berpikir dan pertimbangan dalam Sarwono 1994), sehingga mereka mulai
yang panjang, sehingga sudah ada suatu merasa diperlukan atau dibutuhkannya sosok
persiapan mental dan fisik. figure orang tua yang mungkin akan selalu
Perceraian mungkin salah satu keputusan yang siap dalam memberikan arahan atau
sangat berat dan menyakitkan bagi kedua bimbingan. Sebaliknya pengharapan tersebut
belah pihak, seperti orang tua mengalami akan berubah jika keinginan mereka terhadap
kesedihan yang dalam karena perceraian, anak figure orang tua tersebut menjadi tidak
juga memiliki perasaan sedih, marah, tersampai karena adanya permasalahan dalam
penyangkalan, takut, bersalah yang sama dan keluarga, contoh dari permasalahan tersebut
mungkin reaksi lain yang akan timbul akibat salah satunya yakni perceraian, karena bisa
perceraian tersebut seperti adanya rasa luka, jadi dengan adanya permasalahan itu pikiran
rasa kehilangan, dan terlebih lagi mereka mereka akan menjadi tidak terarah, tidak
mungkin akan menunjukan kesulitan terkendali sehingga sulit menerima kenyataan
penyesuaian diri dalam bentuk masalah hidup dan pada akhirnya akan menimbulkan
perilaku, kesulitan belajar, atau penarikan diri masalah stres pada diri anak remaja tersebut.
dari lingkungan sosial. dan perasaan-perasaan Menurut Ajanuari (dalam Koper, 2005),
tersebut dapat termanifestasi dalam bentuk remaja merasakan beratnya dampak perceraian
karena selain perceraian orangtua, mereka juga

perilaku seperti suka mengamuk, menjadi


kasar, dan tindakan agresif lainnya, menjadi sedang mengalami masa yang penuh
pendiam, tidak lagi ceria, tidak suka bergaul, goncangan dan perubahan besar dalam rangka
sulit berkonsentrasi dan tidak berminat pada pencarian identitas diri. Pernyataan ini juga
tugas sekolah sehingga prestasi di sekolah ditambahkan pula oleh Wallerstuein dan Kelly
cenderung menurun, suka melamun, terutama (dalam Heaven, 1992) masa remaja merupakan
mengkhayalkan orangtuanya akan bersatu masa yang sangat sulit bila mengalami
kembali. (Mu`tadin, 2002). perceraian orangtua. Bagi remaja yang sedang
Mungkin hanya sedikit anak yang berhasil mengalami masa yang dipenuhi banyak
dalam proses adaptasi untuk menerima perubahan, perceraian orangtua akan
kenyataan yang ada, mereka tidak mengalami menambah derajat stres yang sudah ada dan
kesulitan yang berarti ketika meneruskan akhirnya akan mempengaruhi perkembangan
kehidupannya ke masa perkembangan remaja itu sendiri
selanjutnya, tetapi bagi anak yang gagal Dalam hal ini Lazarus (dalam Prabowo, 1998)
beradaptasi, maka ia akan membawa hingga mengungkapkan stres adalah suatu keadaan
dewasa perasaan ditolak, tidak berharga dan psikologis individu yang disebabkan karena
tidak dicintai. Perasaan-perasaan ini dapat individu dihadapkan pada situasi internal dan
menyebabkan anak tersebut, setelah dewasa eksternal. Dan penuturan ini ditambahkan pula
menjadi takut gagal dan takut menjalin oleh Goldberger dan Brenitz (dalam Lidwina,
hubungan yang dekat dengan orang lain atau 2004), penyebab stres (stressor) dianggap
lawan jenis (Cole, 2005). sebagai sesuatu yang berasal dari situasi
Dengan adanya permasalahan ini maka penulis eksternal yang dapat mempengaruhi individu.
mencoba untuk lebih memaparkan Jelas disini tidak hanya dari penuturan Lazarus
permasalahan tersebut ditinjau dari sudut saja tetapi dari Goldberger dan Brenitz juga
pandang remaja. Seperti diketahui masa yang menyatakan bahwa faktor eksternal
remaja merupakan masa dimana terjadinya merupakan salah satu penyebab terjadinya
peralihan dari masa anak-anak ke masa stres, dan faktor eksternal disini meliputi
dewasa, tidak hanya itu mereka juga faktor lingkungan, yang berupa lingkungan
masyarakat, lingkungan kelompok termasuk dan mengurangi emosi stres penggunaan
lingkungan keluarga. mekanisme yang dapat menghindarkan dirinya
Saat individu dihadapkan pada kondisi stres dari berhadapan dengan stressor. Penambahan
karena adanya suatu permasalahan, maka dalam penanganan stres juga diungkapkan
otomatis individu tersebut berusaha untuk oleh (Carver, Schaver dan Wentraub dalam
dapat mengurangi atau menghilangkan Triyani, H. 2000) yang menyebutkan tentang
perasaan stres yang dialaminya, dan hal itu strategi coping maladaptif yaitu
juga yang dilakukan oleh remaja yang kecenderungan coping yang kurang
mengalami stres karena perceraian orang bermanfaat dan kurang efektif dalam
tuanya. Seperti diungkapkan oleh Radley mengatasi sumber stres. Penggunaan dalam
(1994) istilah koping stres dapat diartikan menentukan strategi mana yang paling banyak
sebagai penyesuaian secara kognitif dan atau sering digunakan sangat tergantung pada
perilaku menuju keadaan yang lebih baik, kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat
mengurangi dan bertoleransi dengan tuntutan- stres dari suatu kondisi atau masalah yang
tuntutan yang ada yang mengakibatkan stres. dialaminya.
Adapun pengupayaan individu atau remaja Berdasarkan ulasan diatas, maka akan
dalam hal mengurangi atau menghilangkan diungkap secara simpulan bahwa suatu
perasaan stres tersebut yakni dengan perceraian memiliki pengaruh yang besar
menggunakan beberapa cara atau strategi. terhadap perubahan kelangsungan hidup
Lazarus (dalam Radley, 1994) beliau pasangan suami istri terlebih anak-anak,
mengungkapkan bahwa setiap individu apalagi anak tersebut sedang mengalami masa
melakukan cara koping yang berbeda-beda peralihan dalam perkembangan fisik maupun
dalam menghadapi situasi yang menekan dari sosial psikologis atau lebih dikenal dengan

lingkungan, mekanisme atau cara koping ini


bisa meliputi kognitif (pola pikir) dan perilaku masa remaja, karena seperti diketahui
(tindakan). kebutuhan anak remaja pada saat itu terhadap
Perbedaan cara yang dilakukan setiap idividu peran orang tua sangat diharapkan lebih dari
dalam hal menangani stresnya itu dimasukkan sebelumnya. Sehingga dengan adanya
kedalam 2 strategi atau cara. Seperti permasalahan tersebut suatu perceraian
diungkapkan oleh Lazarus dan Folkman orangtua dapat menjadi suatu faktor penyebab
(1974) cara koping dibedakan menjadi dua terjadinya stres pada anak remaja. Agar
bagian besar berdasarkan tujuan atau intensi tekanan atau stres yang dialami tidak
individu yaitu problem focused coping, yakni berlangsung terus-menerus, maka dibutuhkan
coping yang memfokuskan pada masalah ini suatu upaya untuk mengatasi stres tersebut
melibatkan usaha yang dilakukan untuk disebut coping stres. Menurut Lazarus (1994)
merubah beberapa hal yang menyebabkan coping adalah suatu respon individu terhadap
stres (stressor). Tujuannya adalah untuk sumber stres. Coping stres yang digunakan
mengurangi tuntutan dari situasi dan oleh individu bisa bermacam-macam,
meningkatkan usaha individu dalam misalnya melakukan suatu aktivitas yang
menghadapi situasi tersebut. lebih sesuai mengubah sumber stres menjadi suatu hal
apabila digunakan dalam menghadapi masalah yang positif atau mengurangi tekanan
atau situasi yang dianggap dapat dikontrol atau emosional yang timbul dari situasi stres.
dikuasai oleh individu. emotion focused Dengan penelitian ini secara tidak langsung
coping yakni coping ini merupakan bentuk membantu subjek dalam menghadapi
coping yang lebih memfokuskan pada masalah permasalahannya, mengurangi atau mencoba
emosi, bentuk coping ini lebih melibatkan menghilangkan beban subjek dalam
pikiran dan tindakan yang ditunjukan untuk mengahadapi pengaruh negatif yang terjadi
mengatasi perasaan yang menekan akibat dari akibat perceraian orangtuanya tersebut.
situasi stres. emotion focused coping juga B. Pertanyaan Penelitian
terdiri dari usaha yang diambil untuk mengatur
1. Bagaimana gambaran stres dan coping stres macam jenis, yaitu gejala- gejala berupa
yang terjadi pada remaja yang mengalami perilaku, emosi, kognitif dan fisik :
perceraian pada orangtua? 1) Gejala- gejala perilaku (Behavioral
2. Mengapa remaja yang mengalami symptoms)
perceraian pada orangtua memiliki stres dan Dari banyaknya gejala- gejala perilaku yang
melakukan coping stres yang demikian? timbul, beberapa diantaranya adalah
3. Bagaimana proses perkembangan stres dan prokrastinasi dan avoidance, menarik diri dari
coping stres pada remaja yang mengalami teman dan keluarga, hilangnya nafsu makan
perceraian pada orangtua? dan tenaga, ledakan emosi dan agresi,
C. Tujuan Penelitian berubahnya pola tidur (tidur tidak nyenyak).
Adapun tujuan dari penelitian ilmiah ini yaitu 2) Gejala- gejala Emosi (Emotive symptoms)
untuk mengetahui tentang Gejala- gejala emosi yang paling umum adalah
bagaimana gambaran stres dan coping stres cemas, takut, mudah marah, dan depresi.
pada remaja dalam menyikapi perceraian Gejala lainnya, ketakutan, frustasi, merasa
orang tua, faktor mengapa remaja tersebut bingung dan kehilangan kendali.
memiliki stres dan melakukan coping serta 3) Gejala- gejala kognitif (Cognitive
bagaimana proses perkembangan stres dan symptoms)
coping stres remaja tersebut. Gejala- gejala kognitif yang paling umum
D. Manfaat Penelitian adalah hilangnya motivasi dan konsentrasi.
Manfaat Praktis: Individu seakan-akan kehilangan kemampuan
Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat untuk memfokuskan perhatian pada tugas-
memperkaya pengetahuan dan membantu tugas yang harus dikerjakan dan kehilangan
pemahaman bagi masyarakat khususnya kemampuan untuk menjalankan tugas-tugas
remaja mengenai bagaimana gambaran stres tersebut dengan baik. Gejala- gejala mental
yang terjadi pada remaja dikarenakan masalah dan kognitif lainnya adalah kekhawatiran yang
berlebihan. Salah satu gejala final dari gejala
kognitif ini adalah keinginan untuk melarikan

perceraian yang terjadi pada orangtua dan


diharapkan juga hasil penelitian ini dapat
mencoba memberikan gambaran bagaimana
jalan keluar atau solusi yang akan dilakukan diri dari situasi dimana dia berada.
pada remaja yang mengalaminya. 4) Gejala- gejala fisik (Physical symptoms)
Manfaat Teoritis: Gejala- gejala fisik yang paling umum adalah
Penulis berharap penelitian ini juga dapat pegal- pegal dan lemas, migraine dan sakit
memberikan manfaat sehingga akan menjadi kepala, sakit punggung termasuk sakit
bahan literature yang dapat digunakan untuk punggung bagian bawah, dan ketegangan otot
perkembangan ilmu psikologi khususnya pada yang dapat dilihat dalam bentuk kejang urat.
bidang psikologi sosial dan psikologi Pada system kardiovaskular, stres seringkali
perkembangan yang mempunyai keterkaitan direflesikan dengan meningkatnya detak
dengan masalah penelitian ini. jantung, hipertensi, dan buruknya peredaran
B. Tinjauan Pustaka darah arteri. Pada system pernafasan,
1. Stres diperlihatkan dengan tarikan nafas yang cepat
a. Pengertian Stres dan pendek- pendek dan mengalami kelelahan
Stres yaitu keadaan yang muncul apabila yang luar biasa.
tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak c. Faktor yang mempengaruhi stres
mengancam kesejahteraan atau integritas Lahey dan Cimnero (dalam Jannah, 2006),
seseorang. Korchin (dalam Prabowo, 1998) beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi
b. Gejala Stres manusia terhadap stres yaitu:
Menurut Rice (1998), secara umum gejala- 1) Intensitas dan lamanya stres
gejala stres dapat dibedakan ke dalam empat Pada umumnya semakin kuat dan semakin
seseorang mengalami keadaan yang membuat
stress, maka makin serius reaksi stres yang tubuh atau biokimia seperti tidak enak badan,
akan di alami. sakit kepala, otot tegang, kehilangan nafsu
2) Kehadiran stressor lain makan, merasa lelah. Secara psikologi,
Suatu sumber stres tidak hanya menyebabkan meningkatnya rasa cemas, sulit konsentrasi
seseorang mengalami stres, taetapi juga akan atau tidur tidak nyenyak, bingung atau kacau.
membuat individu mudah terpengaruh oleh Mekanisme seperti rasionalisasi atau
stressor lain. Menurut Holmes dan rahe (dalam penyangkalan sering dilakukan.
Jannah, 2006) ada hubungan yang erat antara 2) Resistance
sakit yang serius dan jumlah kejadian stress Kondisi dimana tubuh berhasil melakukan
yang dialami individu dalam kehidupannya. adaptasi terhadap stres. Gejala menghilang,
3) Pengalaman terdahulu tubuh dapat bertahan dan kembali pada kondisi
Reaksi stres umumnya akan lebih kuat pada normal.
waktu individu mempunyai pengalaman 3) Exhaustion
terdahulu terhadap kejadian stres tertentu dan Kondisi yang muncul jika stres berkelanjutan
bila ia tidak mendapatkan peringatan tentang sehingga individu menjadi rapuh/ kehabisan
stres tersebut (casel dalam Jannah, 2006) tenaga. Secara fisik, tubuh menjadi
misalnya jika individu pernah gagal breakdown, energi untuk beradaptasi habis,
mendapatkan pekerjaan, saat ia melamar lagi reaksi atau gejala fisik muncul kembali, yang
ke perusahaan lain untuk bidang pekerjaan akhirnya dapat mengakibatkan individu
yang sama, kemungkinan ia akan mengalami meninggal. Secara fisiologis, mungkin terjadi
stres lebih besar dibanding stres yang ia alami halusinasi, delusi, perilaku apatis bahkan
sebelumnya. psikosis.
4) Karakteristik Individu 2. Coping Stres
Beberapa karakteristik dan keadaan tertentu a. Pengertian Coping Stres
membuat individu mengalami stres yang Coping stres yaitu sebagai penyesuaian secara
berbeda intensitasnya. Jenis kelamin, suku kognitif dan perilaku menuju keadaan yang
bangsa dan usia memegang peranan penting lebih baik, mengurangi dan bertoleransi
(Becker dkk dalam Jannah, 2006) dengan tuntutan-tuntutan yang ada yang
5) Dukungan sosial mengakibatkan stres, Radley (1994).
b. Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping

Beberapa studi (Miller dan igham dalam


Jannah, 2006), menunjukan bahwa stres yang Menurut Mu`tadin (2002), cara individu
dialami berbanding terbalik dengan dukungan menangani situasi yang mengandung tekanan
sosial yang diterima. Artinya stres yang ditentukan oleh sumber daya individu yang
dialami berbanding terbalik dengan dukungan meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan
sosial yang diterima, artinya stres yang dialami memecahkan masalah, keterampilan sosial dan
bias menurun intensitasnya jika individu dukungan sosial dan materi,
menerima dukungan sosial dari 1) Kesehatan Fisik
lingkungannya. Dukungan sosial yang dapat Kesehatan merupakan hal yang penting,
menurunkan kemungkinan individu karena selama dalam usaha mengatasi stres
berhadapan dengan situasi yang menekan individu dituntut untuk mengerahkan tenaga
diwaktu-waktu berikutnya (Cooper dan Payne, yang cukup besar
dalam Jannah, 2006) 2) Keyakinan atau pandangan positif
d. Tiga tahapan dalam stres Keyakinan menjadi sumber daya psikologis
Menurut Sarafino (1998), tiga tahapan dalam yang sangat penting, seperti keyakinan akan
stres atau lebih dikenal dengan General nasib (eksternal locus of control) yang
Adaption Syndrome (GAS) yaitu: mengerahkan individu pada penilaian
1) Alarm Reaction ketidakberdayaan (helplessness) yang akan
Merupakan respon terhadap kondisi stres yang menurunkan kemampuan strategi coping tipe :
muncul secara fisik. Terjadi perubahan pada problem-solving focused coping
3) Keterampilan Memecahkan masalah b) Planning, memikirkan bagaimana cara
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk untuk mengatasi stressor. Termasuk didalamya
mencari informasi, menganalisa situasi, adalah memikirkan suatu strategi untuk
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk bertindak, langkah-langkah apa yang harus
menghasilkan alternatif tindakan, kemudian diambil dan bagaimana cara paling baik untuk
mempertimbangkan alternatif tersebut mengatasi masalah.
sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, c) Restraint coping, menunggu sampai adanya
dan pada akhirnya melaksanakan rencana kesempatan yang tepat untuk bertindak
dengan melakukan suatu tindakan yang tepat. sebelum waktunya. Coping ini dapat dilihat
4) Keterampilan sosial sebagai strategi yang aktif dalam arti tingkah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk lakunya dilakukan untuk mengatasi stressor,
berkomunikasi dan bertingkah laku dengan namun juga dapat dilihat secara pasif karena
cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial dalam strategi ini individu tidak melakukan
yang berlaku dimasyarakat. tindakan apapun.
5) Dukungan sosial d) Seeking social support for instrumental
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan reasons, mencari nasihat, bantuan atau
kebutuhan informasi dan emosional pada diri informasi.
individu yang diberikan oleh orang tua, e) Suppressing of competing activites. Salah
anggota keluarga lain, saudara, teman, dan satu bentuk coping yang di fokuskan pada
lingkungan masyarakat sekitarnya masalah adalah individu berusaha membatasi
6) Materi ruang gerak/aktifitas dirinya yang tidak
Dukungan ini meliputi sumber daya berupa berhubungan dengan masalah. Dalam hal ini
uang, barang barang atau layanan yang individu mengurangi keterlibatannya dalam
biasanya dapat dibeli. kegiatan lain yang juga membutuhkan
c. Jenis Coping stres perhatian untuk dapat berkonsentrasi penuh
Menurut Lazarus dan Folkman (1976), cara pada tantangan manapun ancaman yang
coping dibedakan menjadi dua bagian besar dialaminya. Yang juga termasuk dalam jenis
berdasarkan tujuan atau intensi individu, yaitu: coping ini adalah perilaku mengabaikan
1) Problem Focused Coping. masalah lain untuk menghadapi sumber stres.
Coping yang memfokuskan pada masalah ini 2) Emotion Focused Coping
melibatkan usaha yang dilakukan untuk Coping ini merupakan bentuk coping yang
lebih memfokuskan pada masalah emosi.

merubah beberapa hal yang menyebabkan


stres (stressor). Tujuannya adalah untuk Bentuk coping ini lebih melibatkan pikiran dan
mengurangi tuntutan dari situasi dan tindakan yang ditunjukan untuk mengatasi
meningkatkan usaha individu dalam perasaan yang menekan akibat dari situasi
menghadapi situasi tersebut. Cara ini lebih stres. Emotion focused coping, terdiri dari
sesuai apabila digunakan dalam menghadapi usaha yang diambil untuk mengatur dan
masalah atau situasi yang dianggap dapat mengurangi emosi stres penggunaan
dikontrol atau dikuasai oleh individu. mekanisme yang dapat menghindarkan dirinya
Menurut Carver, Scheiver dan Weintraub dari berhadapan dengan stressor.
(dalam Triyani Harika, 2000) Dalam Lazarus, Folkman, dan rekannya (dalam
penelitiannya telah menyebutkan beberapa Sarafino, 1998) telah menyebutkan beberapa
strategi coping yang bisa dikelompokan strategi coping yang bisa dikelompokkan
kedalam kelompok problem focused coping, kedalam kelompok emotion focused coping,
yaitu yaitu:
a) Active coping, merupakan proses a) Distancing. Individu mencoba membuat
mengambil langkah aktif untuk mencoba suatu pola pemikiran (berpikir) yang lebih
menghilangkan stressor atau untuk positif terhadap masalah yang dihadapinya.
meringankan dampaknya. Individu bisa mencoba bertingkah laku
seakan-akan tidak pernah terjadi apapun. orang lain terhadap masalah yang sedang
Individu mencoba untuk tidak terlalu dihadapinya.
terpengaruh dengan cara tidak terlalu 3) Coping Maladaptif
memikirkan masalahnya. Carver, Scheier dan Coping Maladaptif adalah kecenderungan
Weintraub (dalam Sarafino, 1998) menyebut coping yang kurang bermanfaat dan kurang
bicara coping sebagai suatu usaha individu efektif dalam mengatasi sumber stres (Carver,
untuk menyangkal (denial) bahwa dirinya Schaver dan Wentraub dalam Triyani Harika,
dihadapkan pada suatu masalah. 2000). Begitu pula jenis coping tersebut
b) Escape- avoidance. Individu menghindari terbagi 4 strategi, antara lain:
untuk menghadapi masalah yang dihadapinya. a) Focusing and venting of emotions
Contohnya, individu berkhayal bahwa akan Kecenderungan untuk memusatkan diri pada
ada suatu keajaiban yang bisa membuat pengalaman distres atau kekecewaan individu
masalahnya selesai. Biasanya individu dan untuk mengeluarkannya. Sedangkan
mengambil tindakan pengalihan perhatian penonjolan gejala- gejala distres dapat
yang negatif (menghindar) terhadap meningkatkan ketegangan dan menjauhkan
masalahnya dengan tidur terus menerus, keluar individu dari usaha coping aktif.
rumah, lebih sering menonton televisi, b) Behavioral Disengagement
merokok atau minum-minuman beralkohol. Mengurangi usaha dalam menghadapi situasi
c) Self control. Individu mencoba untuk yang menimbulkan stres bahkan menyerah
mengatur emosinya supaya tidak diketahui atau tidak melakukan apapun terhadap sumber
oleh orang lain dan mengatur tindakannya stres tersebut. Perilaku ini muncul pada
dalam menghadapi masalahnya. seseorang yang merasa apapun yang
d) Accepting responsibility. Individu dilakukannya tidak akan menimbulkan hasil.
menyadari perannya sebagai salah satu Fenomena ini sering disebut “Helplessness”.
penyebab dari masalah yang dihadapinya dan c) Mental Disengagement
mencoba mengambil tindakan yang tepat Merupakan variasi dari behavioral
untuk menyelesaikan masalah. Individu disengagement yaitu perilaku yang muncul
merasa bertanggung jawab atas munculnya apabila suatu kondisi tidak memungkinkan
masalah tersebut. dilakukannya behavioral disengagement.
e) Positive repprasial. Individu berusaha Mental disengagement berupa kegiatan yang
mengambil sisi positif dari permasalahan yang bertujuan untuk melupakan sressor yang
dihadapinya yang dapat membantu sedang dihadapi misalnya dengan menghayal
pertumbuhan pribadinya. Menurut Carver, atau day dreaming, tidur, menonton dan
berolahraga.

Scheire dan Weintraub (dalam Sarafino, 1998)


terkadang hal ini disertai dengan
meningkatnya kesadaran sisi religius individu d) Alcohol Drug Disengagement
(turnind to religion). Lebih jelasnya, Carver, Individu berusaha untuk melepaskan diri dari
Scheire dan Weintraub (dalam Sarafino, 1998) masalah dengan lari kepada alcohol atau obat-
menyebut cara coping ini penting bagi obatan terlarang.
beberapa individu, karena agama (keyakinan 3. Perceraian
terhadap tuhan) dapat dijadikan sebagai a. Pengertian
dukungan sosial pribadi, individu terkadang Menurut Fisher (1974), Perceraian terjadi jika
menganggap hal ini sebagai sebuah alat untuk selalu diikuti oleh konflik yang semakin
dapat mencapai pertumbuhan pribadi yang menimbulkan ketegangan antar pasangan
positif dan strategi coping yang aktif. suami istri yang merupakan proses komplek
f) Seeking for social support (for emotional yang mengawasi berbagai perubahan emosi
reason). Jenis coping ini lebih mengarah dan psikologis.
kepada dukungan moral yang diperoleh 4. Remaja
individu, simpati ataupun pengertian dari a. Pengertian
Remaja atau istilah lain “Adolencent” yang berdasarkan kesepakatan bersama antara
berasal dari kata latin “adolencere”, yang subjek dan si peneliti.
artinya tumbuh ke arah kematangan (Muss, b. Tahap pelaksanaan
dalam Sarwono 1994), kematangan disini tidak Melakukan hal-hal yang berkaitan dengan
hanya kematangan fisik (pubertas) akan tetapi teknis seperti melakukan wawancara dengan
juga mengarah kearah kematangan sosial subjek sesuai pedoman yang telah dibuat, lalu
psikologis antara lain menuju kedewasaan dan mengobservasi subjek dan menganalisis data
kemandirian. yang telah diterima.
C. Metode Penelitian c. Tahap analisis data
1. Pendekatan Kualitatif Pada penelitian ini, analisis yang dilakukan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pertama-tama terhadap kasus. Peneliti
berbentuk studi kasus. Penelitian kualitatif menganalisis hasil wawancara berdasarkan
adalah penelitian ini bertujuan untuk pemahaman terhadap hal-hal yang
mendapatkan pemahaman yang mendalam diungkapkan oleh responden. Data yang telah
tentang masalah-masalah manusia dan sosial di kelompokan tersebut oleh peneliti dicoba
bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari untuk memahami secara utuh dan ditemukan
suatu realitas sebagaimana dilakukan tema-tema penting serta kata kuncinya,
penelitian kuantitatif dengan positifismenya. sehingga peneliti dapat megangkat
Peneliti menginterpretasikan bagaimana pengalaman, permasalahan, dan dinamika
subjek memperoleh makna disekeliling dan yang terjadi pada subjek.
bagaimana makna tersebut mempengaruhi d. Tahap penulisan laporan
perilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai
latar (setting) yang alamiah (naturalistic) adalah presentasi data yang didapat yaitu,
bukan hasil perlakuan (treatment) atau penulisan data-data hasil penelitian
manipulasi variable yang dilibatkan. (Basuki, berdasarkan wawansara mendalam dan
H.2006). observasi dengan subjek. Prosesnya dimulai
2. Subjek Penelitian dari data-data yang telah diperoleh dari subjek
Subjek penelitian ini adalah anak remaja yang dipahami kembali dengan membacanya
orang tuanya bercerai dengan batasan usia berulang-ulang hingga akhirnya penulis benar-
antara usia (12 tahun- 21 tahun) Jumlah subjek benar mengerti permasalahannya dan
dalam penelitian studi kasus ini adalah 1 (satu) kemudian dianalisis, sehingga mendapat
orang. gambaran mengenai permasalahan dan
3. Tahap-tahap Penelitian pengalaman subjek. Selanjutnya interpretasi
Tahap-tahap penelitian yang dilakukan peneliti secara keseluruhan dimana didalamnya
adalah: tercakup keseluruhan kesimpulan dari
a. Tahap persiapan penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data

Meliputi persiapan keperluan pelaksanaan


seperti menentukan dan mencari ciri-ciri yang Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
akan menjadi subjek penelitian sesuai dengan metode wawancara semi terstruktur. Dalam
kasus penelitian lalu berikutnya membuat penelitian ini peneliti menggunakan metode
pedoman wawancara sesuai dengan tujuan observasi dengan jenis observasi non
penelitian dan berdasarkan teori yang relevan partisipan yaitu observasi dimana pengamat
dengan permasalahan dan terakhir melakukan berada diluar subjek yang diteliti dan tidak
teknik pengumpulan data lainnya yakni ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka
observasi. Pedoman wawancara ini berupa lakukan, selain itu subjek juga menggunakan
berisi pertanyaan- pertanyaan yang mendasar observasi berstruktur yaitu observasi dimana
yang nantinya dapat berkembang dalam pengamat dalam melaksanakan observasinya
wawancara, setelah itu mempersiapkan waktu menggunakan pedoman pengamatan.
yang tepat untuk melakukan wawancara 5. Alat Bantu Pengumpul Data
Dalam penelitian, informasi atau data yang 1) Bagaimana gambaran stres dan coping stres
dibutuhkan bisa dalam bentuk verbal dan non yang terjadi pada remaja yang mengalami
verbal, dalam melakukan observasi dan perceraian pada orangtua?
wawancara peneliti memerlukan beberapa alat a) Gambaran stres
bantu yang dapat digunakan sebagai sarana Hasil penelitian baik dari segi wawancara dan
untuk mempermudah proses jalannya suatu observasi, dapat disimpulkan bahwa banyak
penelitian. Sarana atau instrumen yang gejala-gejala stres yang muncul. Pertama dari
digunakan adalah menggunakan media segi gejala perilaku subjek yaitu ketika masa
perekam suara, catatan atau tulisan tangan, perceraian orangtua terjadi, subjek selalu
pedoman wawancara, dan pedoman observasi. meghindar karena merasa kurang percaya diri
6. Keakuratan Penelitian terhadap teman- temannya, juga adanya
Untuk mencapai keakuratan dalam suatu perubahan sikap dari setiap anggota keluarga
penelitian dengan metode kualitatif, ada lainnya termasuk subjek yakni masing-masing
beberapa teknik yang digunakan dan salah menjaga jarak dan berdiam diri. Subjek pun
satunya adalah triangulasi. Triangulasi dapat mengalami perubahan dalam pola makan yaitu
dibedakan menjadi emapat macam yaitu kurangnya nafsu makan subjek setelah
triangulasi data, pengamat, teori, dan mengalami perceraian orangtua, juga
metodologis.Dalam penelitian ini peneliti perubahan dalam pola tidur yakni kurangnya
menggunakan semua triangulasi yang tersedia waktu tidur subjek dan selalu tidur larut
karena menurut peneliti triangulasi yang malam. Gejala emosi pada masa perceraian
tersedia saling berkaitan antara yang satu orangtua, subjek merasakan kecemasan pasca
dengan yang lain. perceraian seperti kecemasan perubahan sikap
7. Teknik Analisa Data teman-temannya, kurangnya intensitas
Data yang diperoleh akan di analisa dengan pertemuan dengan ayahnya pasca perceraian
menggunakan teknik analisa data kualitatif. juga kecemasan untuk mendapatkan ayah
Adapun tahapan tersebut adalah penyusunan baru., sikap subjek menjadi mudah marah atau
data, Klasifikasi data, Menguji asumsi atau mudah tersinggung setelah perceraian
permasalahan yang ada terhadap data, Mencari orangtua. Subjek juga merasa tertekan atau
alternatif penjelasan bagi data, Menulis hasil frustasi karena tidak diperbolehkan bertemu
penelitian. ayahnya, merasa tertekan dan sedih jika
D. Hasil Dan Analisis. mengingat masalah perceraian tersebut, dan
1. Hasil Observasi dan Wawancara juga merasakan ketidaknyamanan karena
a. Gambaran Umum Subjek suasana yang penuh tekanan dalam rumah
Subjek memiliki postur tubuh dengan tinggi ± termasuk setiap anggota keluarga saling
155 cm, berat 50 kg, rambut sebahu dan berdiam diri, perasaan subjek yang terlalu
mempunyai kulit sawo matang. Subjek sensitif dengan kasus perceraian orangtua
berumur 17 tahun duduk di kelas 3 SMU A, subjek, prestasi subjek yang mulai menurun,
subjek dalam kurun 8 bulan ini mengalami juga dengan intensitas migrainenya yang
menjadi lebih sering muncul, ketakutan
hilangnya perasaan ayah subjek atas kasih
sayangnya.terhadap subjek.

perceraian orangtua dan kondisi ekonomi


keluarganya pun terbilang ekonomi bawah,
saat ini subjek tinggal bersama ibunya dan
profesi ibu sendiri membuka usaha warung Gejala kognitif, subjek merasa kurangnya
sembako dan mengkreditkan jenis barang motivasi atau intensitas dorongan subjek
rumah tangga serta jenis pakaian dan segala dalam melakukan suatu hal termasuk tidak
kebutuhan subjek dipenuhi oleh ibu dan adanya dorongan dalam mengkonsumsi
kakaknya. makanan, Adanya penurunan nilai prestasi
b. Pembahasan pasca perceraian, dan hilangnya konsentrasi
subjek dalam melakukan tugas di sekolah, juga
ketakutan atau kekhawatiran diri subjek 2) Mengapa remaja yang mengalami
memiliki ayah baru perceraian pada orangtua memiliki stres dan
Gejala fisik subjek merasakan lemasnya badan melakukan coping stres yang demikian?
dan merasakan pusing sebelum perceraian dan a) Faktor yang mempengaruhi stres
setelah perceraian itu terjadi intensitasnya Faktor yang dapat meningkatkan kondisi stres
menjadi lebih sering. pada subjek yang mengalami perceraian
b) Gambaran Coping Stres orangtua yaitu kehadiran stressor lain dan
Tiga jenis coping yang diteliti dapat dilihat ada karakteristik individu. Kehadiran stressor lain
sebagian coping yang digunakan untuk merupakan faktor yang dapat meningkatkan
mengungkap gambaran coping yang terjadi kondisi stres subjek, subjek berpikir tentang
pada remaja tersebut dari jenis problem biaya kehidupan selanjutnya, disebabkan
focused coping yakni subjek menyatakan karena ayah subjek setelah perceraian itu tidak
belajar keluar bersama teman adalah langkah pernah lagi memberikan nafkah terhadap
aktif yang digunakan, subjek pun merasa perlu keluarganya Selain itu karakteristik subjek
untuk menanyakan perihal perceraian terhadap menjadi faktor lainnya, meskipun subjek
teman-teman subjek dan adanya kebutuhan berusaha dengan sikap yang seolah olah tidak
dari diri subjek sendiri dalam meminta terjadi apa-apa terhadap permasalahan yang
dukungan dari orang disekelilingnya dalam dihadapinya tetapi itu hanya terlihat diluar diri
menghadapi cobaan tersebut. subjek saja, faktanya subjek begitu tertekan
Jenis emotion focused coping yakni subjek dan merasakan kesedihan akibat perceraian
merasa perlu menggunakan cara menyangkal orangtuanya.
atau bertingkah seakan-akan tidak adanya b) Faktor yang mempengaruhi strategi coping
permasalahan dalam diri subjek seperti tidak Faktor yang mempengaruhi strategi coping
adanya keinginan untuk mencampuri urusan pada subjek yg mengalami perceraian orangtua
perceraian orangtuanya dan lebih banyak tidak yaitu keyakinan atau pandangan positif,
terlalu memikirkan permasalahan orangtuanya, keterampilan sosial dan dukungan sosial.
Subjek merasa bentuk pengalihan perhatian Keyakinan atau pandangan positif merupakan
yang negatif seperti menghindar adalah cara faktor yang mempengaruhi strategi coping,
terbaik, dan bentuk pengalihan perhatian Adanya keyakinan dalam diri subjek untuk
seperti main bareng temen adalah cara yang dapat menjalani kehidupan selanjutnya,
paling baik. Subjek juga merasakan kesedihan memasrahkan dan meyakinkan akan nasib
pasca perceraian orangtua, dan perlunya yang diberikan Tuhan kepada dirinya
mengontrol perasaannya dengan membuat yakin dalam menjalani kehidupan
menentramkan hatinya juga mengatur selanjutnya. Lain halnya, keterampilan sosial,
perasaannya agar tidak terlalu dalam subjek terbiasa keluar rumah untuk
kesedihan dan dari diri subjek sendiri subjek bersosialisasi dengan tetangga, melakukan
memiliki pengaturan suasana bathin. Subjek aktifitas bersama teman-temannya seperti
merasa ada sisi positif dari perceraian orangtua mendiskusikan masalahnya ataupun bermain.
subjek yaitu adanya kepasrahan dan keyakinan Begitu juga dengan bentuk dukungan sosial,
akan nasib yang diberikan Tuhan YME kepada itu sangat berpengaruh terhadap coping yang
subjek. Bentuk dukungan moril atau simpati subjek lakukan, subjek mendapatkan
dari orang lain adalah hal yang dibutuhkan dukungan berupa bentuk emosional dari
teman-teman dan keluarganya dan subjek
merasakan kepuasan batin terhadap bentuk

oleh subjek, baik dari segi kebutuhan, teman


share atau yang lainnya termasuk teman-teman
subjek dan subjek merasa teman subjek selalu
menjadi teman setia yang selalu dukungan tersebut
mendengarkan keluh kesah subjek.
3) Bagaimana proses perkembangan stres dan
coping stres pada remaja yang mengalami perceraian pada orangtua?
perceraian pada orangtua? Dalam menghadapi permasalahan yang terjadi
Dalam kasus subjek proses perkembangan pada dirinya tersebut, subjek lebih condong
stres dan coping tersebut hanya subjek jalani 2 menggunakan strategi coping yang lebih
tahap yakni proses alarm reaction dan memfokuskan pada masalah emosi subjek
resistance. Awal proses perkembangan stres, yakni emotion focused coping, dapat dilihat
subjek dihadapkan pada respon terhadap dari pernyataan subjek antara lain subjek lebih
kondisi stresnya. Munculnya respon tersebut memilih untuk menghindari permasalahan,
secara fisik seperti hilangnya nafsu makan dan mencoba untuk tidak terlalu memikirkan
gangguannya di sekitar kepala dan secara permasalahannya, mengatur emosi dan
psikologi munculnya respon tersebut seperti tindakannya dalam menghadapi
perasaan kacau, tidur tidak nyenyak sulitnya permasalahannya,bersikap pasrah, menerima
konsentrasi, merasakan kesedihan dan dan yakin akan nasib yang telah diberikan
perasaan tertekan. Tuhan YME kepada subjek dan lebih
Proses adaptasi yang dilakukan subjek untuk mengarah kepada dukungan moral yang
meminimalisir kondisi stres yang muncul diperoleh subjek, simpati ataupun pengertian
tersebut dilakukan dengan beberapa cara dari orang lain terhadap masalah yang sedang
antara lain subjek berusaha untuk tidak dihadapinya.
mencampuri urusan dan memikirkan masalah b. Mengapa remaja yang mengalami
perceraian tersebut, cara itu dilakukan seperti perceraian pada orangtua memiliki stres dan
keluar rumah dengan bermain bersama teman- melakukan coping stres yang demikian?
temannya, subjek merasa cara itu dapat Faktor yang dapat meningkatkan kondisi stres
mengurangi gangguan sakit kepalanya dan pada remaja yg mengalami perceraian
dapat menjernihkan kembali pikirannya. orangtua yaitu kehadiran stressor lain.
Banyaknya dukungan yang subjek rasakan dari Sedangkan faktor yang menurunkan kondisi
keluarga dan teman-temannya, seperti stres pada remaja yg mengalami perceraian
dukungan moral, simpati ataupun pengertian orangtua yaitu dukungan sosial dan
dari mereka itu dapat dijadikan suatu cara karakteristik individu. Hasil analisis copingnya
subjek untuk dapat mengurangi perasaan sendiri, faktor yang dapat mempengaruhi
tertekan dan kesedihannya. Subjek juga subjek untuk melakukan coping yaitu
mencoba untuk mengontrol perasaannya keyakinan atau pandangan positif,
dengan keyakinan akan nasib yang keterampilan sosial, dan yang terakhir
diberikan Tuhan YME kepada subjek, dukungan sosial.
mencoba untuk menentramkan hatinya, dan c. Bagaimana proses perkembangan stres dan
mengatur perasaannya agar tidak terlalu dalam coping stres pada remaja yang mengalami
kesedihan. perceraian pada orangtua?
Dengan proses adaptasi tersebut, subjek Awal proses perkembangan stres, subjek
akhirnya dapat meminimalisir kondisi dihadapkan pada respon terhadap kondisi
stresnya, proses adaptasi itu subjek jalani stresnya. Munculnya respon tersebut secara
sampai sekarang. Kondisi subjek yang semula fisik seperti hilangnya nafsu makan dan
normal dan mengalami respon terhadap gangguannya di sekitar kepala, secara
kondisi stres yang muncul karena perceraian psikologi muncul respon seperti perasaan
tersebut akhirnya dapat berjalan kembali kacau, tidur tidak nyenyak sulitnya
seperti semula. konsentrasi, merasakan kesedihan dan
E. Penutup perasaan tertekan.
1. Kesimpulan Adanya proses adaptasi yang dilakukan subjek
a. Bagaimana gambaran stres dan coping stres untuk meminimalisir kondisi stres yang
yang terjadi pada remaja yang mengalami muncul tersebut dilakukan dengan beberapa
cara, seperti dengan cara pengalihan perhatian
subjek untuk tidak mencampuri urusan dan
memikirkan masalahnya tersebut, banyaknya
dukungan yang subjek rasakan dari keluarga
dan teman-temannya itu dapat dijadikan suatu DAFTAR PUSTAKA
cara subjek untuk dapat mengurangi perasaan Atwater, E. 1983. Psychology of adjustment
tertekan dan kesedihannya, dan cara (edisi ke2). New Jersey: Prentice
meyakinan diri subjek akan nasib yang Basuki, H. 2006. Pendekatan Kualitatif.
diberikan Tuhan YME kepada subjek Depok. Universitas Gunadarma
Dengan proses adaptasi tersebut akhirnya Cole, K. 2004. Mendampingi anak
subjek dapat meminimalisir kondisi stresnya, menghadapi perceraian orang tua. Jakarta: PT.
proses adaptasi itu subjek jalani sampai Prestasi Pustakaraya.
sekarang. Kondisi subjek yang semula normal Djuwita, E. 2002. Stres dan Coping pada
dan mengalami respon terhadap kondisi stres remaja terhadap ibu yang mengalami kanker
yang muncul karena perceraian tersebut payudara. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta:
akhirnya dapat berjalan kembali seperti Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
semula.. Faisal, S. 2003. Format-format penelitian
2. Saran sosial. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
a. Bagi subjek Fisher, E. O 1974. Divorce: anew freedom a
Diharapkan untuk subjek agar mampu guide to divorcing and divorce counseling.
mengatasi stres yang dialaminya, sekiranya New York: Harper and Row. Publisher
subjek berusaha untuk dapat menghadapi Heaven.P.C.L. 1992. Live span development.
situasi- situasi dari lingkungan yang New South Wales: Harcaourt Brace Jovanovah
menurutnya tidak menyenangkan, berusaha Group (Australia) Pty Ltd
untuk menerima kenyataan bahwa untuk bisa Koper, C. 2005. Dampak perceraian orangtua
berkumpul lagi dirasakan tidak mungkin, terhadap penyesuaian diri remaja. Skripsi
Subjek juga jangan terlalu fokus dalam (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi
kekecewaan, jangan mudah menyerah dan Universitas Gunadarma
tidak berdaya untuk menghadapi stressor, Lazarus, R.S.1976. Patterns of adjustment.
karena hal tersebut tidak akan membantu Tokyo: McGraw- Hill Kogakusha, ltd
mengatasi masalah dan bukan merupakan Lidwina. 2004. Strategi Coping Loneliness
strategi coping yang efektif. wanita dewasa muda yang mengalami
b. Bagi Orangtua perceraian. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta:
Diharapkan bagi orangtua agar tetap menjaga Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
komunikasi dengan anak- anaknya, tetap Mangoenprasadjo, A. S. 2005. Self
meluangkan waktu untuk berkumpul, tetap Improvement for your stress. Yogyakarta:
memberikan perhatian dan kasih sayangnya. Thinkfresh.
c. Bagi Masyarakat Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian
Bagi masyarakat juga janganlah memandang Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
negative tentang perceraian untuk Mu`tadin. 2002. Strategi Coping.
diperbincangkan karena hal tersebut dapat (Http://www.e-psikologi.com.2002.html)
membawa dampak psikologis terhadap anak- Nabuko, C & Achmadi, A. 2002. Metodologi
anak dan keluarga yang mengalami perceraian Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
tersebut. . Nazir, M. 1996. Metode penelitian. Jakarta:
d. Bagi peneliti selanjutnya Ghalia Indonesia
Untuk para peneliti selanjutnya diharapkan Papalia, D. E. 2002. A Childs world. Infancy
mencoba untuk mencari aspek-aspek-aspek through Adolescence. New York: McGraw-
lain yang berkaitan dengan remaja yang Hill company
mengalami perceraian pada orangtua dengan Poerwandari K. 1998. Pendekatan Kualitatif
teori dan metode yang lebih spesifik. atau penelitian perilaku manusia. Jakarta:
LPSP3 UI
Prabowo, H. 1998. Pengantar Psikologi
Lingkungan. Jakarta: Gunadarma. Radley, A.
1994. Making sense of illness. The social
psychology of health and disease. London:
Sage Publication.
Rice, P. L. 1998. Stress and Health. New
York: International Thomson Publishing
Company
Sarafino, E. P. 1998. Health Psychology
Biopsychososial Interaction. New York: John
Willey and sons, Inc
Sarwono, S. W. 1994. Psikologi Remaja.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Setyaningrum, E. 2005. Gambaran penerimaan
diri remaja dengan oranngtua bercerai. Skripsi
(tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
Soeratno. 1987. Metodologi Riset Khusus.
Jakarta: Karunika Jakarta Universitas Terbuka
Stenberg, L. D. 2002. Adolescence. New
York: McGraw- Hill company
Triyani, H. 2000. Sumber-sumber stres dan
coping pada subjek yang mengalami PHK.
Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma
Taylor, S. E. 1998. Health Psychology. New
York: McGraw- Hill company
Http://www.tv7.com/Redaksi
tv7.2005.Peristiwa Episode 88: Bachelor party
dan biro jodoh di Jakarta.html

Anda mungkin juga menyukai