Key points
Resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit,
dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit.
Sangat penting bagi seseorang dengan orang tua yang bercerai untuk
memiliki kemampuan positif dalam menghadapi tantangan. Kemampuan
positif tersebut biasa disebut dengan resiliensi. Seseorang tidak mampu
menghindari gangguan psikologis seperti stress, depresi dan lainnya ketika
menghadapi masalah karena kemampuan resiliensinya rendah. Ismiati (2018)
menjelaskan bahwa dampak yang dialami anak ketika menghadapi perceraian
orang tua ialah perasaan tertekan yang menyebabkan ia menjadi stress dan
depresi. Dengan membangun resiliensi, remaja memiliki kemampuan dalam
mencegah, mengantisipasi, beradaptasi, dan menghadapi masalah yang
dihadapi.
References
Hermansyah, M. Taufik. H. M. Rochman. (2020). Resiliensi Pada Remaja Yang
Mengalami Perceraian Orang Tua: Studi Literatur. Motiva : Jurnal Psikologi,
3(2), 52–57. https://doi.org/10.31293/mv.v3i2.4950
Indriani, M. (2018). Resiliensi remaja korban perceraian orangtua [Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.]. http://etheses.uin-malang.ac.id/13587/
Putri, T. Adiyanti. K. R. N. (2022). Resiliensi Pada Remaja Korban Perceraian
Orang Tua. Character : Jurnal Penelitian Psikologi, 9(6), 147–160.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/47436
Sihombing, S. J. (2020). Resiliensi Anak Korban Perceraian Dalam Menjalin
Hubungan Kencan Di Usia Dwasa Awal. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan
Pengembangan SDM, 9(1), 33–52.
https://ejournal.borobudur.ac.id/index.php/psikologi/article/view/722
Uruk, F. Huta. A. Riska. B. Alwen. (2019). Children Resilience In Dealing With
Parental Divorce Based On the Ability to Regulate Emotions And Optimism.
International Journal of Research in Counseling and Education, 4(1), 9–
14. DOI: 10.24036/00124za0002
Widuri, E. Listyanti. (2012). Regulasi Emosi dan Resiliensi Pada Mahasiswa
Tahun Pertama. Humanitas, 9(2), 147-156.