Stres sudah menjadi kejadian yang sangat sering dialami semua manusia termasuk
remaja khususnya ketika sedang menghadapi masalah yang sangat mengganggu dan
mengancam kehidupan. Stres bisa terjadi karena faktor tresor yang terjadi seperti faktor dari
diri sendiri, keluarga, lingkungan dan juga sosial. Stresor yang terjadi antara satu orang
dengan orang lain sangat berbeda beda yang disebabkan karena kemampuan individu
dalam meredam dampak dari stresor yang juga berbeda beda. Orang dewasa memang
memiliki begitu banyak stresor yang bervariasi, akan tetapi ini juga terjadi pada remaja yang
sama sama memiliki stresor bervariasi. Stresor yang dialami para remaja umumnya seputar
teman, orang tua, lingkungan sampai gaya hidup yang dijalani. Seorang remaja yang tidak
bisa mengendalikan stresor dengan baik, maka bisa menyebabkan munculnya stres dalam
diri anak remaja tersebut. Jika stres yang terjadi tersebut tidak ditangani dengan baik, maka
tingkatan stres akan terus bertambah hingga akhirnya berujung pada depresi. Para remaja
yang sedang mengalami stres bahkan seringkali menarik diri mereka dari pergaulan sampai
menuntut secara berlebihan pada orang tua agar keinginannya bisa segera terpenuhi. Ada
banyak faktor stres pada remaja yang bisa terjadi dan beberapa diantaranya akan kami ulas
dalam artikel berikut ini.
1. Faktor Pendidikan
Tidak hanya bisa menimbulkan dampak stres bagi wanita hamil, namun stres juga
berdampak buruk bagi remaja. Lingkungan sosial menjadi penyebab lain dari stres
remaja. Sebagai contoh, seorang anak remaja sedang menghadapi masalah dari
lingkungan keluarga seperti bertentangan dengan jalan pikir orang tua dan perceraian
orang tua yang membuat anak remaja memiliki beban berat. Selain lingkungan keluarga,
lingkungan pergaulan juga bisa memicu stres pada remaja. Hal ini terjadi karena remaja
akan berinteraksi dengan teman seusianya dan dianggap segalanya bagi remaja bahkan
melebihi arti dari keluarga mereka sendiri. Ketika anak remaja memiliki konflik yang tidak
dapat diselesaikan dengan teman pergaulannya, maka ini juga bisa membuat remaja
tertekan kemudian berkembang menjadi stres.
2. Lingkungan Sosial
Tidak hanya bisa menimbulkan dampak stres bagi wanita hamil, namun stres juga
berdampak buruk bagi remaja. Lingkungan sosial menjadi penyebab lain dari stres
remaja. Sebagai contoh, seorang anak remaja sedang menghadapi masalah dari
lingkungan keluarga seperti bertentangan dengan jalan pikir orang tua dan perceraian
orang tua yang membuat anak remaja memiliki beban berat. Selain lingkungan keluarga,
lingkungan pergaulan juga bisa memicu stres pada remaja. Hal ini terjadi karena remaja
akan berinteraksi dengan teman seusianya dan dianggap segalanya bagi remaja bahkan
melebihi arti dari keluarga mereka sendiri. Ketika anak remaja memiliki konflik yang tidak
dapat diselesaikan dengan teman pergaulannya, maka ini juga bisa membuat remaja
tertekan kemudian berkembang menjadi stres.
3. Fisik
Kondisi fisik atau tubuh juga ternyata menjadi faktor stres pada remaja. Memiliki
tubuh yang terlalu gemuk, terlalu pendek, terlalu tinggi, berjerawat dan lain sebagainya
bisa mengurangi rasa percaya diri anak remaja dan mengganggu pikiran mereka sebab
bagi remaja penampilan adalah segalanya dan bisa berpengaruh terhadap sukses atau
tidaknya mereka bergaul. Beberapa kondisi fisik tersebut yang kemudian akan memicu
stres pada anak remaja yang bahkan bisa berkembang menjadi tanda tanda depresi.
4. Asmara
Jalinan percintaan dan asmara tidak hanya terjadi pada orang dewasa, namun kaum
remaja juga sudah mengenal kisah percintaan. Ini juga menjadi faktor yang sangat
dominan dalam kehidupan remaja. Perasaan seorang remaja yang ditinggal seseorang
yang dikasihinya bisa membuat emosi anak remaja jadi tidak terkendali sehingga bisa
memicu stres. Bahkan dalam tahap yang parah, ini juga bisa membuat remaja
berkeinginan untuk bunuh diri sebab ketika merasa ditinggal oleh seseorang yang
disayangi, maka ia menganggap juga sudah kehilangan segalanya.
5. Aspek Kognitif
Perkembangan psikologi kognitif remaja menurut Jean Piaget adalah periode terakhir
sekaligus paling tinggi pada pertumbuhan operasional formal. Dalam periode tersebut
idealnya anak remaja sudah bisa meraih tahap pemikiran abstrak dan sudah bisa
berpikir secara kritis, mampu menganalisa masalah serta mencari solusi terbaik dalam
menghadapi masalah. Belum tercapainya perkembangan kognitif pada anak remaja
nantinya bisa menyebabkan beberapa pikiran negatif terbentuk seperti lemah dalam
mengambil keputusan, senang dan bahkan memiliki kebiasaan untuk menunda, sering
lupa atau memiliki daya ingat yang lemah, susah untuk berkonsentrasi, kehilangan
harapan, selalu berpikir negatif, mudah putus asa, selalu menyalahkan diri sendiri,
kebingungan dan lain sebagainya yang kemudian memicu stres pada anak remaja.
6. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah dalam hal ini lokasi sekolah juga bisa menjadi faktor stres pada
anak remaja seperti contohnya lokasi sekolah yang jauh dari tempat tinggal, terlalu dekat
dengan pusat keramaian, sering terjebak dalam kemacetan, rawan kejahatan dan
sebagainya yang bahkan juga bisa berkembang menjadi ciri ciri depresi berat. Selain
karena lokasi, kondisi sekolah juga menjadi faktor stres pada remaja seperti ruangan
terlalu sempit, penerangan yang tidak memadai, ventilasi kurang, kelas terlalu kotor dan
suasana gaduh yang juga menjadi penyebab stres pada remaja. Sedangkan fasilitas
sekolah yang kurang lengkap juga ikut mendukung meningkatnya stres pada remaja
seperti saran umum kurang memadai seperti WC, telepon umum, fotokopi dan lain
sebagainya.
7. Guru
Guru yang sebenarnya merupakan pengganti orang tua ketika anak remaja
bersekolah juga bisa menjadi sumber stres pada anak remaja bahkan menyebabkan
depresi dalam psikologi. Hal ini disebabkan karena beberapa sifat guru yang tidak baik
sehingga bisa memicu stres pada remaja seperti suka membentak, suka marah, tidak
murah senyum, kasar, sombong, sinis, tidak adil, acuh dan sebagainya. Berbagai sifat
pribadi yang ada pada diri guru tersebut yang akhirnya membuat suasana tidak terasa
nyaman dan timbul ketidakharmonisan antara guru dan anak remaja sehingga stres
pada anak remaja bisa terjadi.
12. Biologis
Biologis remaja merupakan fase dimana terjadi perubahan aktif dari hormon yang
akhirnya bisa berpengaruh pada perilaku anak remaja. Aktifnya hormon pada anak
remaja tersebut yang akhirnya bisa membuat anak remaja merasa terguncang dan
membuat mereka semakin meledak ledak, meningkatkan rasa ingin tahu yang begitu
besar, lebih energik dan lain sebagainya. Berbagai tahap perkembangan fisik anak
remaja inilah yang akhirnya membuat anak remaja semakin rentan dengan stres.