Anda di halaman 1dari 13

REGULASI EMOSI UNTUK MENCEGAH RASA PUTUS ASA REMAJA SETELAH

PUTUS CINTA
Putri Mayang Sari, Rayvaldo Anggriawan Asmon, Zakwan Adri
Email: mayangmayang370@gmail.com, rayfaldo004@gmail.com,
zakwanadri@fip.unp.ac.id
Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi dan Kesehatan, Universitas Negeri Padang

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mencegah rasa putuh asa remaja setelah putus cinta dengan
regulasi emosi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana dalam penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek
dalam penelitian ini adalah remaja sekolah menengah pertama yang berjumlah 4 orang.
Analisis data dalam penelitian ini melakukan reduksi, penyajian data, dan menarik kesimpulan
sesuai tanggapan yang diberikan subjek. Dalam hal ini banyak remaja yang mengalami putus
cinta dan memiliki emosi yang negatif sehingga bisa menyakiti diri sendiri, kesedihan yang
mendalam, susah menerima kenyataan serta putus asa dalam hidup. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa remaja sudah dapat mengubah emosi negatif menjadi emosi positif
disebut dengan regulasi emosi.

Kata Kunci: Putus cinta, Regulasi emosi, Remaja

Abstract

This study aims to prevent adolescent despair after a breakup with emotion regulation. This
study uses a qualitative method, which in this study uses data collection techniques, namely
observation, intervews and documentation. The subjects in this study were junior high school
teenagers, totaling four people. The data analysis in this study carried out reduction, data
presentation, and drew conclusions according to the responses given by the subject. In this
case, many teenagers experience a breakup and have negative emotions that can hurt
themselves, deep sadness, hard to accept reality and despair in life. The result of this study
indicate that adolescents are able to change negative emotions into positive emotions, which is
called emotion regulation.
Keywords: Breakup, Emotional regulation, Teenagers

PENDAHULUAN Velmuls (2012) pada masa remaja, emosi


Masa remaja disebut juga dengan fase yang ditunjukkan yaitu emosi yang sulit
memasuki dewasa atau peralihan. Dimana untuk dikendalikan. Remaja belum bisa
pada masa ini remaja sudah mulai mengontrol diri dengan maksimal dalam
mengenal dan mempunyai ketertarikan menghadapi masalah dilingkungan sosial.
kepada lawan jenis, sehingga remaja sudah Setiap remaja merespon emosi dengan cara
mulai menjalin sebuah hubungan yang tidak sama seperti ketika mengalami
percintaan. Remaja akan merasakan senang emosi yang positif remaja akan merasakan
atau bahagia ketika mereka merasakan cinta kebahagiaan, ketenangan dan penuh dengan
yang berlebihan kepada lawan jenisnya. cinta serta kasih sayang. Hal ini dapat
Apabila seorang remaja sudah tidak lagi dilihat ketika remaja bahagia akan
memiliki hubungan atau mengakhiri menunjukkan respon positif seperti tertawa,
hubungannya, ini justru akan mendorong tersenyum dan merasakan kenyamanan
remaja untuk melakukan hal yang tidak dilingkungan sekitarnya. Adapun emosi
diinginkan. negatif yang dirasakan oleh remaja seperti
marah, sedih atau rasa kecewa. Hal ini pun
Sebagian besar dari remaja pasti akan
juga bisa dilihat ketika remaja marah
merasakan yang namanya jatuh cinta
mereka bisa merespon dengan cara
dengan lawan jenis. Jatuh cinta akan
melemparkan pukulan ataupun pada saat
menimbulkan masalah tersendiri bagi diri
kecewa remaja akan mudah untuk
remaja yang sudah merasakannya. Jatuh
mengeluarkan air mata (Gross, 2002).
cinta dapat menghabiskan waktu, tenaga,
pikiran serta perasaan kita. Dalam Menurut (Laren, Raffaeli, Richards, Ham,
percintaan kebahagiaan itu tidak akan & Jewel, 1990) remaja yang bisa mengatasi
selalu datang, seperti kata pepatah “Berani emosi dengan benar, maka mereka akan
berbuat berani bertanggung jawab” seperti bisa terhindar dari masalah negatif seperti
hal nya jatuh cinta, “Berani jatuh cinta depresi, stres dan cemas berlebihan.
harus berani juga menanggung akibatnya Sedangkan menurut (Silvers, McRae,
yaitu putus cinta”. Gabriele, Gross, Remy, & Ochsner, (2012)
remaja yang bisa mengatasi emosinya
Menurut Engels, Engkish, Evers, Geenen,
dengan baik akan bisa menolongnya dalam
Gross, Ha, Larsen, Middendrop dan
mengatasi stres yang dirasakan serta juga mengakibatkan emosi tersebut sulit untuk
dapat berpengaruh pada kesehatan diatasi seperti halnya rasa putus asa yang
mentalnya. diakibatkan karena putus cinta.

Masa remaja merupakan masa dimana Seperti kasus yang terjadi pada tanggal 24
individu merasakan banyak perubahan Februari 2021 ditemukannya kasus bunuh
seperti perubahan fisik dan psikologisnya diri yang menimpa pria berinisial OF warga
(Berk, 2012). Perubahan psikologis yang Kabupaten Lima Puluh Kota. Ia nekat
terjadi pada remaja seperti mengakhiri hidupnya dengan gantung diri
sosioemosionalnya, yang mana remaja akan di ventilasi udara kos pacarnya di Jalan
mengalami ketegangan yang berlebihan Melur Kelurahan Air Putih, Pekanbaru
dalam dirinya. Remaja akan mengalami sekitar pukul 22.00 WIB. Pria tersebut
berbagai permasalahan sehingga masa ini bunuh diri karena cemburu dengan pesan
disebut dengan “storm and stress” (dalam yang ada pada inbox facebook pacarnya
Berk,2012). Pada masa remaja ini mereka yang bernisial AUP, pesan tersebut
sudah mulai memiliki rasa tertarik dengan didapatkannya dari pria lain yang diduga
lawan jenis, hal ini dapat menimbulkan selingkuhannya, OF gantung diri
tekanan bagi remaja seperti permasalahan menggunakan jilbab kuning yang diikat di
dengan lawan jenis yang mengakibatkan ventilasi. Dari contoh kasus tersebut dapat
rasa sakit hati dan rasa kecewa. dilihat bahwa hubungan percintaan dapat
menimbulkan dampak yang buruk (negatif)
Menurut (Oktaviani, 2010), remaja yang
karena sudah terlalu merasa cemburu dan
bisa mengatasi emosi dengan baik saat
tidak bisa mengatasi masalah yang
putus cinta akan mengurangi rasa stres dan
dialaminya dengan kondisi emosi tertekan
dapat menjalani kehidupan dengan baik.
(kabarsumbar, Meliana Gusti).
Begitupun sebaliknya, apabila remaja tidak
bisa mengontrol emosi dengan baik saat Remaja yang melakukan bunuh diri karena
putus cinta maka mereka akan mengalami konflik dengan pasangan akan merasakan
stres yang berlebihan dan sulit untuk putus asa, rasa sedih, memendam emosi
bersosialisasi dengan lingkungannya. Pada yang dirasakan, dan tidak bisa menerima
saat ini banyak remaja yang tidak mampu kenyataan yang ada serta tidak merasakan
dalam menghadapi situasi sulitnya seperti adanya kebahagian dalam hubungan.
dalam mengontrol emosi. Hal ini Penyebab putus cinta ini merupakan salah
disebabkan karena keterampilan kurang satu bentuk yang bisa mengakibatkan rasa
dikembangkan disekolah dan putus asa. Cara yang dilakukan untuk
mengatasinya yaitu dengan regulasi emosi. perubahan terhadap kognitif seperti
Regulasi emosi ini dapat mengurangi mengubah mindsetnya terhadap situasi
dampak negatif pada remaja dan disekitar yang dapat menimbulkan emosi
membutuhkan berbagai cara untuk serta memikirkan cara untuk mengatasi
mengelola emosi dengan baik. emosi tersebut, dan (5) Perubahan respon,
hal ini dapat mempengaruhi respon fisik
Menurut (Cole dkk, 2004) Regulasi emosi
dan pengalaman emosi negatif seseorang.
merupakan suatu cara yang dilakukan untuk
Salah satu cara yang dilakukan untuk
memenuhi aspek psikologis seseorang
mengatasi respon fisik dan pengalaman
seperti seseorang dapat fokus dalam
negatif seseorang yaitu dengan berdiam diri
melakukan sesuatu, dan bisa mengatasi
dalam posisi rileks dan melakukan
masalahnya sendiri. Regulasi emosi ini
olahraga.
tidak hanya memberikan dampak yang
positif saja melainkan juga memberikan Regulasi emosi menurut (Shaffer,2005)
dampak negatif yaitu dapat menggangu adalah ruang untuk melakukan
aktifitas yang dilakukan oleh seorang pengontrolan diri pada tingkat yang telah
individu dalam mengatasi masalah yang ditentukan untuk mencapai tujuan. Regulasi
ada dilingkungan sosialnya. emosi yang sempurna yaitu mampu untuk
mengatur emosi (regulate feeling), tindakan
Terdapat lima proses regulasi emosi yang
fisik (regulate psychology), kongnitif yang
dikemukakan oleh Gross (Strongman,
mempunyai hubungan dengan emosi
2003) yaitu sebagai berikut: (1) Memilih
(emotional congnitif) dan reaksi
situasi, seorang individu dapat memilih
mempunyai hubungan dengan emosi
situasi yang diinginkannya seperti situasi
(emotion-related behavior).
yang memunculkan efek negatif ataupun
positif, (2) Mengubah situasi, seorang Regulasi emosi sangat penting untuk
individu dapat mengubah emosi melalui remaja supaya mereka bisa mengontrol
situasi yang bisa menimbulkan masalah emosi ketika mereka memiliki masalah.
terhadap dirinya sendiri. Hal ini dapat Regulasi ini bisa saja menyebabkan
dicegah dengan menghilangkan emosi peningkatan atau penurunan pada emosi
negatif yang ada dalam diri sendiri, (3) remaja seperti adanya emosi negatif dan
Menyebarkan perhatian, seorang individu positif. Tidak hanya itu, regulasi emosi
dapat mengubah pandangannya pada mendorong remaja untuk beradaptasi
sesuatu yang diinginkan, (4) Perubahan dengan lingkungannya dan bisa
kognitif, seorang individu dapat melakukan memposisikan diri ditempat yang positif.
Tujuan dari regulasi itu sendiri yaitu supaya hubungan anda sampai berakhir?” hal ini
dapat mencegah terjadinya masalah yang dilakukan untuk memperoleh jawaban yang
menimbulkan ketegangan psikologis lebih luas dari responden tentang apa yang
ataupun psikis karena putus asa setelah dirasakan. Pertanyaan tertutup yang
putus cinta. ditanyakan kepada subjek seperti “Apakah
anda merasa sedih setelah putus cinta?”
METODE PENELITIAN
yang dilakukan dengan tatap muka oleh
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pewawancara dengan subjek, wawancara
kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong, dilakukan untuk mendapatkan hasil dari
2000: 3) mengatakan bahwa penelitian pertanyaan yang telah disediakan.
kualitatif merupakan metode yang Wawancara juga mempunyai tujuan untuk
digunakan untuk mendapatkan data mengungkapkan apa yang sedang dirasakan
deskriptif melalui lisan atupun tulisan serta oleh seseorang (S. Nasution, 1996:73).
tingkah laku yang dapat diamati secara Selanjutnya dokumentasi yaitu
langsung. Dalam penelitian ini mengumpulkan berbagai dokumen yang
menggunakan teknik pengumpulan data mendukung penelitian seperti jurnal, buku,
yaitu observasi, wawancara dan dan lain sebagainya (Endang Danial,
dokumentasi. Menurut (Nazir, 1988:65) 2009:79).
observasi merupakan pandangan yang
Penelitian ini memperoleh data dari 4
difokuskan kepada lingkungan sekitar
remaja sekolah menegah pertama (SMP)
untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
yang ada di Kecamatan Mungka dengan
dari permasalahan yang ada. Hal ini
cara mengamati subjek dan melakukan
dilakukan untuk mendapatkan gambaran
wawancara secara langsung untuk
tentang regulasi emosi remaja pasca putus
mendapatkan hasil data yang diperoleh.
cinta, subjek yang dituju dalam penelitian
Partisipan berjenis kelamin laki-laki dan
ini yaitu remaja yang bersekolah di sekolah
perempuan.
menegah pertama.
Analisis data yang digunakan dalam
Setelah dilakukannya observasi, peneliti
penelitian ini menggunakan teknik
melakukan wawancara terhadap subjek
pengumpulan data model Miles dan
untuk mendapatkan data yang diinginkan.
Hubermen. Miles dan Hubermen (dalam
Menurut (Meleong, 2000:150) Wawancara
Amuri Yusuf, 2019:407) menyatakan
dilakukan dengan memberikan pertanyaan
bahwa penelitian kualitatif dapat dilakukan
terbuka seperti “Apa yang menyebabkan
dengan beberapa cara seperti wawancara,
observasi, dokumentasi. Dalam analisis berakhir Shan merasa sudah
dapat melupakan kenangan
data dapat melakukan reduksi, penyajian
dengan mantan kekasihnya.
data, dan menarik kesimpulan. Data yang Meskipun Shan sudah tidak
menjalin hubungan percintaan
sudah didapatkan melalui wawancara
dengan mantan kekasihnya
kemudian dikumpulkan menjadi data-data tersebut, Shan masih
berkomunikasi dengan baik
yang lebih bermakna. Sehingga
seperti telfonan, chatingan, dan
menghasilkan data atau informasi yang berkumpul dengan teman-
teman lainnya. Hal ini dapat
memiliki arti tersendiri dalam bentuk
dinyatakan Shan sering
kesimpulan. Data yang didapatkan membalas pesan dari mantan
kekasihnya dan berkumpul
memudahkan peneliti unuk melakukan
didepan gerbang setelah
penarikan kesimpulan. pulang sekolah. Shan
mengatakan “Saya memang
Analisis data yang dilakukan dalam sudah lama menjalin
hubungan dan saya merasakan
penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan
kekecewaan, dibalik
seluruh data yang didapatkan, membaca kekecewaan yang saya
rasakan selama berbulan-
ataupun mendengarkan seluruh jawaban
bulan. Saya sudah bisa
yang diberikan oleh subjek serta memilah melupakannya dan saya masih
menjalin hubungan baik
kata ataupun kalimat.
dengan mantan saya tersebut
tanpa adanya perasaan”.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Subjek 1. Remaja sudah


Dari wawancara yang dilakukan oleh mampu mengendalikan emosinya dengan
peneliti dengan subjek. Maka didapatkan baik dengan tetap terlibat dalam lingkungan
hasil sebagai berikut : yang berhubungan dengan mantan
kekasihnya. Putus cinta tidak menyebabkan
Subjek 1. Mengatasi Regulasi Emosi
subjek sedih, kecewa maupun melukai
dengan Menjalin Hubungan Baik
dirinya sendiri. Subjek terlihat seperti
Shan adalah remaja yang telah teman biasa dan tidak terlalu memperdalam
memiliki hubungan percintaan
dengan seorang perempuan. perasaan yang sudah lama dijalaninya
Mereka menjalin hubungan dengan mantan kekasih. Seperti yang
sudah lama dan setelah Shan
naik kekelas selanjutnya, dijelaskan oleh Engels, Engkish, Evers,
Shan hubungan mereka pun juga Geenen, Gross, Ha, Larsen, Middendrop
berakhir begitu saja. Shan
mengaku bahwa setelah putus dan Velmuls (2012) bahwa dimasa remaja
cinta ia sedikit merasa kecewa, ini emosi yang ditampilkan itu tidak stabil
namun setelah lama hubungan
atau sangat sulit untuk dikendalikan. dengan baik mampu untuk menyelesaikan
Namun dalam kasus yang pertama ini masalahnya sendiri dilingkungan sosial
remaja sudah mampu untuk mengendalikan seperti putus cinta yang menimbulkan sakit
dengan caranya sendiri yaitu dengan hati, depresi dan lain sebagainya. Remaja
melupakan pikiran-pikiran negatif yang yang berfikir positif akan
menghantuinya serta menjalin hubungan menyelesaikannya dengan emosi yang
yang baik kembali seperti tidak pernah positif serta tidak melibatkan emosi negatif
memiliki hubungan pacaran sebelumnya. sedikitpun.

Saya sudah bisa melupakan dan saya masih Subjek 2. Mengatasi Regulasi Emosi
berhubungan baik dengan mantan saya dengan Mencari Pasangan Baru
tanpa ada rasa (Lien)
Fan mengaku bahwa dirinya
sudah berkali-kali menjalin
remaja tidak hanya mampu untuk
hubungan putus nyambung
mengendalikan dirinya sendiri namun dengan mantan kekasihnya,
mereka menjalin hubungan
remaja juga dapat menghadapi masalah
sekitar 1 tahun. Hubungan yang
yang ada dilingkungan sekitarnya. Tidak tidak lancar tersebut karena
masalah-masalah sepele yang
hanya itu, Gross, Strogman (2003) juga
belum mampu mereka
menyatakan bahwa remaja dapat memilih selesaikan dengan baik, karena
mereka memiliki emosi yang
situasi yang dirasakannya sendiri seperti
belum stabil dan saling
remaja menghindari konflik dengan mengedepankan egonya
masing-masing. Fan
mantannya dengan cara menjalin hubungan Fan
mengatakan saat putus cinta ia
baik. Dalam teori ini remaja juga bisa untuk sedikit merasa kesal, namun
kekesalannya tidak berlarut-
memilah situasi yang dirasakan secara
larut. Fan juga mengatakan
langsung seperti awalnya remaja bahwa setelah hubungannya
berakhir mereka tidak pernah
merasakan kekecewaan setelah putus
melakukan komunikasi sama
dengan masa lalunya kemudian setelah sekali. Fan dapat mengatasi
kekesalannya tersebut dengan
dilakukannya pemilahan terhadap situasi
menjalin hubungan dengan
maka remaja dapat merasakan emosi positif kekasih barunya sehingga
kekesalan yang ia rasakan dapat
kembali. Remaja mampu untuk
terobati. Fan mengatakan “
menentukan arah emosi yang dialaminya Saya putus karena tidak ada
yang mau mengalah diantara
seperti remaja memandang situasi negatif
kami berdua ketika memiliki
dengan baik terhadap stimulus-stimulus masalah, emosi saya pada saat
itu memang cukup tinggi namun
yang didapatkan dilingkungan internal.
tidak saya biarkan terlalu lama.
Remaja yang dapat mengelola emosi Saya tidak ingin lagi untuk
berkomunikasi dengan mantan sehingga remaja tidak ingin berkomunikasi
saya tersebut karena takutnya
dengan masa lalunya karena takut teringat
nanti saya akan terbawa atau
teringat emosi yang telah lalu. akan kejadian yang telah terjadi
sebelumnya.

Remaja dapat mengubah situasinya sendiri


Pada Subjek 2. Remaja yang awalnya sulit secara langsung dilingkungan sosial seperti
untuk mengontrol emosinya dan selalu yang awalnya remaja memiliki emosi
merasa benar atau mengedepankan egonya negatif, tidak ingin terlibat dengan
masing-masing. Hubungan yang dijalin lingkungan yang telah berlalu. Namun
cukup lama tidak berjalan dengan mulus, setelah lama remaja ini mampu untuk
kekesalan yang dialami oleh subjek pun mengubahnya dengan emosi positif yaitu
berujung kepada mengakhiri komunikasi dengan mencari pasangan baru untuk
atau tidak mau lagi terlibat dalam mengobati rasa sakit yang dirasakannya
komunikasi dengan mantan kekasihnya selama ini. Remaja mengalihkan
sehingga subjek mengatasi hal tersebut perhatiannya dengan situasi yang baru
dengan menjalin hubungan dengan supaya stimulus negatifnya berkurang.
pasangan baru supaya dapat melupakan hal
Saya sudah bisa melupakannya dan saya
yang menyakitkan dimasa lalu. Remaja
masih menjalin hubungan baik dengan
yang memiliki emosi yang terlalu tinggi
mantan saya tersebut tanpa adanya
akan sulit untuk berhubungan dengan dunia
perasaan (Fan)
sosialnya, remaja akan lebih cendrung
untuk merasa benar diantara yang lain Subjek 3. Mengatasi Regulasi Emosi
sehingga menimbulkan berbagai dengan ikhlas dan menganggap bahwa
permasalahan. Dalam teori Gross pasangannya tidak baik untuk
menyatakan bahwa permasalahan yang kehidupannya
dialami oleh remaja dapat dilakukan
Subjek Key setelah putus cinta
dengan cara melakukan berbagai tahapan merasa sangat sedih, kecewa,
seperti menghindari emosi negatif dan murung, tidak bersemangat
dalam melakukan aktivitas
menimbulkan emosi yang positif kembali. sehari-harinya. Key mengaku
Remaja dalam kasus kedua ini mampu sangat tertekan mengalami
Key situasi saat itu karena Key
untuk mengelola emosinya namun tidak merasa sangat mencintai
langsung diubah karena remaja kekasihnya dan tidak ingin
berpisah dengan mantan
memerlukan waktu yang cukup lama, kekasihnya tersebut. Key sulit
menghadapi kenyataan
sehingga ia sangat terpukul dan aktivitas sehari-hari sehingga
sampai Key tidak masuk
remaja juga tidak masuk sekolah
sekolah memikirkan
hubungannya yang sudah karena alasan putus cinta. Remaja
berakhir. Setelah beberapa
membutuhkan waktu lama untuk
tahun putus dengan
pasangannya, Key mengaku menerima keadaan dan barulah ia
bahwa ia sudah merasa sedikit
ikhlas serta menyadari bahwa setiap
tenang, ikhlas dan melakukan
aktivitas bersama teman- yang dijauhkan darinya itu tidak
temannya kembali. Key
baik untuk kehidupannya dimasa
menyadari bahwa orang-orang
yang dijauhkan dari dirinya yang akan datang.
mungkin tidak baik untuk
Putus cinta menimbulkan efek yang
kehidupannya kelak. Key masih
berkomunikasi dengan sangat buruk pada remaja sehingga
mantannya akan tetapi,
kalau dibiarkan atau tidak mampu
komunikasi tersebut jarang
dilakukan dan menghubungi mengelolanya dengan baik akan
pada saat ada keperluan yang
berakibat pada bunuh diri. Hal ini
mendesak saja. Subjek Key
mengatakan “ Saya sangat lebih banyak dilakukan oleh remaja
terpukul disaat saya putus
yang terlalu memikirkan situasi
cinta, kata-kata itu selalu
terngiang-ngiang ditelinga secara berlebihan dan tidak mampu
saya sehingga aktifitas yang
mengontrol emosi negatifnya
saya jalani terganggu. Saya
lebih suka menyendiri, tidak dengan baik. Pada kasus ketiga ini
mau kesekolah dan saya selalu
remaja yang mengalami putus cinta
menangis. Setelah kesedihan
saya berlarut-larut dan saya merasakan kesedihan yang
berpikir kalau saya tidak
mendalam, tidak mau berinteraksi
seharusnya seperti ini sehingga
saya memutuskan untuk move dengan lingkungan sosialnya serta
on dari semua yang telah
remaja juga tidak mau untuk
terjadi.
bersekolah. Hal ini cukup
memprihatinkan apabila dibiarkan
Pada Subjek 3. Remaja yang berlarut-larut. Remaja juga harus
awalnya tidak dapat menerima dibekali dengan emosi-emosi yang
keputusan yang begitu pahit positif sehingga mereka dapat
baginya, ia merasa tidak dapat melakukannya dengan baik. Kata
menjalani kehidupan sehari-hari putus cinta selalu menghantui
seperti sebelumnya. rasa tertekan remaja sehingga berdampak kepada
yang dialaminya itu mempengaruhi aktifitas yang dilakukannya sehari-
hari.
Dalam teorinya Gross memilih akan berakhir, Lien langsung
berniat untuk menemui
situasi sangat penting bagi remaja Lien
mantannya tersebut. Setelah
untuk mendatangkan emosi positif mereka bertemu, Lien merasa
tidak terima diputuskan
seperti remaja dapat menghindari
begitu saja dan mereka
situasi yang menegangkan tersebut langsung adu mulut. Lien
mengatakan setelah
dan lain sebagainya. Tidak hanya
pertengkaran terjadi dengan
itu, remaja yang merasakan emosi yang tidak terkendali,
Lien melakukan pukulan
kesedihan yang mendalam dapat
fisik yaitu dengan menampar
mengubah emosinya dengan cara wajah mantannya. Lien
melakukan hal tersebut
melupakan stimulus negatif dan
karena sudah tidak tahan
bangkit untuk mencapai emosi dengan amarah yang ia
bendung. Lien mengaku
positif. di kasus ini pun remaja
bahwa setelah beberapa
mampu untuk mengubah emosi tahun berlalu ia selalu
teringat dan menyesali semua
negatifnya dengan cara tidak
perlakuan yang ia lakukan
menyimpan dendam atau terhadap mantan kekasihnya,
ia berinisiatif untuk
memaafkan, move on dengan
menghubungi mantan
kejadian dimasa lalu serta kembali pasangannya kembali untuk
meminta maaf sehingga
melakukan aktifitas seperlu semula
pikirannya tidak terbebani
yang dilakukannya dilingkungan untuk melakukan aktifitas
sehari-hari. Subjek Lein
sosial. Remaja dapat mengubah
mengatakan “ Saya memang
pandangannya kearah yang lebih terlalu posesif ketika
menjalin hubungan karena
baik untuk menghindari stimulus
saya tidak menginginkan
yang tidak diiginkan. pacar saya bermain
dibelakang. Dengan
Saya tidak menyimpan dendam
keposesifan saya, jadi pacar
kepada mantan saya tersebut saya tidak menyukainya dan
ia mengakhiri hubungan
karena tidak ada untung dan
yang kami jalani. Dengan
ruginya terhadap diri saya sendiri emosi yang tidak dapat saya
kendalikan, saya menampar
(Key)
pacar saya tersebut sehingga
saya memutuskan untuk
Subjek 4. Mengatasi Regulasi Emosi
menemuinya kembali dan
dengan Meminta Maaf meminta maaf atas
kesalahan yang saya lakukan
Lien merasa sangat kesal selama ini”.
setelah putus cinta. Lien
sangat marah ketika
mendengar hubungannya
Pada Subjek 4. Remaja yang benar-benar memikirkan hal yang telah terjadi
sangat sulit untuk mengontrol emosinya sebelumnya (Lien)
sehingga melakukan pukulan fisik terhadap
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
pasangan karena tidak terima diputuskan.
terhadap empat remaja smp yang berjenis
Setelah beberapa tahun amarah yang
kelamin laki-laki dan perempuan. Hal ini
dirasakan oleh remaja ini, ia pun menyadari
bertujuan untuk mengetahui perbedaan
bahwa perlakuan yang dilakukannya
antara mereka dalam mengatasi rasa putus
tersebut tidak pantas dan terlalu kasar
asa dalam hubungan percintaan. Jika dilihat
kepada laki-laki dan itupun selalu
dari masalah yang terjadi belakangan ini,
menghantuinya setiap malam. Sehingga
banyak yang stres setelah putus cinta
remaja ini meminta maaf atas perlakuannya
sehingga mereka mengakhiri hidupnya
selama ini kepada laki-laki tersebut supaya
begitu saja karena tidak dapat mengatur
dapat tenang dalam menjalankan
emosinya dengan baik dan selalu berlarut
aktivitasnya. Dalam teori Gross
dalam masalah. Namun, dalam kasus yang
menyatakan bahwa remaja mampu untuk
dijelaskan oleh empat subjek, mereka telah
mengendalikan emosinya sendiri,
mampu mengatasi rasa putus asa mereka
mengubah situasi yang dialaminya
menjadi perasaan senang seperti pada kasus
sehingga timbul situasi yang baru
pertama ia mengatasi dengan cara masih
dilingkungan sosialnya. Remaja pun juga
melakukan komunikasi dengan baik dan
mampu untuk mengalihkan perhatiannya
berkumpul bersama seakan-akan mereka
kepada stimulus yang baik sehingga tidak
tidak sedang mempunyai masalah putus
lagi mendapatkan stimulus negatif yang
cinta. Pada kasus kedua, ia mengatasi
membebani dirinya sendiri. Pada kasus
dengan cara mencari pasangan baru untuk
keempat, remaja yang mengalami emosi
mengobati kekosongan hatinya. Pada kasus
yang tidak terkendalikan setelah putus cinta
ketiga, ia mengatasinya dengan menyadari
sehingga remaja langsung melakukan
dan bersyukur bahwa pasangannya itu tidak
tindakan yang tidak wajar terhadap
baik untuk dirinya sendiri, move on dari
pasangannya. Remaja mampu mengatasi
putus cinta menjadi salah satu jalan untuk
emosinya setelah beberapa tahun karena
mendapat ketenangan. Kasus keempat, ia
remaja selalu terbebani akan hal itu.
mengatasinya dengan cara meminta maaf
Setelah. itu saya merasa bersalah dan atas segala perlakuan yang tidak baik
bertahun-tahun lamanya saya masih sehingga tidak menjadi beban pikiran.
Didalam kasus tersebut dapat dilihat mengubah situasi, menyebarkan
bahwa, subjek telah bisa mengatasi emosi perhatian/mengubah pandangan, perubahan
yang negatif menjadi emosi positif , hal ini kognitif dan perubahan respon. Remaja
mereka lakukan dengan cara mereka telah mampu mengatasi rasa putus cinta
masing-masing sehingga menjadikan diri dengan regulasi emosi meskipun
mereka menjadi lebih baik untuk menjalani memerlukan waktu yang cukup lama untuk
aktifitas sehari-hari. meredam semua emosi yang dialaminya.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Remaja yang sedang putus cinta lebih Arikunto, S. (2010). Metode


cendrung untuk menyendiri, melukai Penelitian. Jakarta: Rineka
dirinya sendiri serta dapat berakibat Cipta.
depresi. Setelah putus cinta remaja dapat
Fitriani, Y., & Alsa, A. (2015).
melakukan hal-hal yang tidak wajar seperti
Relaksasi autogenik untuk
bunuh diri karena permasalahan dengan
meningkatkan regulasi
pasangan yang tidak kunjung dapat
emosi pada siswa SMP.
terselesaikan serta remaja akan merasakan
Gadjah Mada Journal of
putus asa, rasa sedih, memendam emosi
Professional Psychology
yang dirasakan, dan tidak bisa menerima
(GamaJPP), 1(3), 149-162.
kenyataan yang ada sehingga tidak
merasakan adanya kebahagiaan dalam Garnefski, N., Teerds, J., Kraaij, V.,

hubungan yang dijalaninya. Penyebab Legerstee, J., & Kommer, T.

putus cinta ini merupakan salah satu bentuk (2004). Cognitive emotian

yang dapat mengakibatkan rasa putus asa. regulation strategies and

Cara yang dilakukan untuk mengatasi rasa depression symptoms:

putus asa tersebut yaitu dengan regulasi Differences between males

emosi. Regulasi emosi ini dapat and females. Personality

mengurangi dampak negatif pada remaja and individual differences,

dan membutuhkan berbagai cara untuk 36(2), 267-276.

mengelola emosi dengan baik. Gross, J. J. (1999). Emotion


Sebagaimana yang dijelaskan oleh Gross Regulation: Past, present,
(Strongman, 2003) tentang proses-proses future. Cognition
dalam regulasi emosi yaitu memilih situasi, &Emotion, 13(5), 551-573.
Hasmarlin, H., & Hirmaningsih, H. Psikologi Indonesia, 9(2),
(2019). Self-Compassion 24531.
dan Regulasi Emosi pada
Remaja. Jurnal Psikologi,
15(2), 148-156.

KHARISATUN, S. (2019).
REGULASI EMOSI
DALAM MENGATASI
KEPUTUSASAAN PUTUS
CINTA REMAJA (Studi
kasus pada dua mahasiswa
tarbiyah IAIN Purwekerto)
(Doctoral dissertation,
IAIN).

Rumondor, P. C. (2013).
GAMBARAN PROSES
PUTUS CINTA PADA
WANITA DEWASA
MUDA DI JAKARTA:
Sebuah studi kasus.
Humaniora, 4(1), 28-36.

Tyas, P. P. (2012). Regulasi emosi


pasca putus cinta pada
remaja tahap akhir
(Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah
Surakarta).

Widuri, E. L (2012). Regulasi emosi


dan resiliensi pada
mahasiswa tahun pertama.
Humanistik: Jurnal

Anda mungkin juga menyukai