Anda di halaman 1dari 17

No Dokumen: 800/30.

D-46/PED-
KB/PKM/2016
PEDOMAN
TglTerbit: 02 Maret 2016
KELUARGA No Revisi: 00

BERENCANA (KB) Jumlah Halaman : 18


Di tetapkan
PUSKESMAS
Kepala UPF Cicalengka DTP
CICALENGKA DTP
drgNurtiana
NIP. 19760810 200810 2010

BAB I
DEFINISI

A. Definisi

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau


merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (manuaba,
2003)
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, dan maju,
mandiri, memiliki jumlah yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab,
harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. PUS adalah pasangan yang
istrinya berumur 15-49 tahun.
Peserta KB baru adalah PUS yang baru pertama kali menggunakan metode
kontrasepsi termasuk mereka yang pasca keguguran, sesudah melahirkan atau pasca
istirahat minimal 3 bulan.
Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini sedang memakai
kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan dan
masih terlindung oleh efek kontrasepsinya.
Drop Out adalah peserta KB yang tidak menggunakan alat kontrasepsi lagi
dengan alasan apapun, setelah suatu periode pemakaian tertentu.

B. Tujuan

Tujuan umum : terwujudnya keluarga sejahtera yang maju, mandiri, dan berkualitas.
Tujuan khusus :
 Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi
 Menurunkan jumlah angka kelahiran bayi
 Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan
kelahiran

1
C. Target

Target untuk akseptor KB aktif per tahun Kabupaten Bandung adalah targetnya 81%.
Sedangkan untuk KB pasca salin 80% pertahun.

D. Strategi
1. Meningkatkan kualitas, akses, sarana dan pra sarana KB
2. Meningkatkan profesionalisme
3. Meningkatkan advokasi dan koordinasi
4. Memperkuat dukungan di lapangan

BAB II
RUANG LINGKUP
Fokus utama pelayanan KB di Puskesmas Soreang adalah semua pasangan usia subur (PUS).
Adapun pelayanan KB di Puskesmas Soreang meliputi antara lain :

1. Umum
a. Konseling dan persetujuan tindakan medis
b. Perencanaan keluarga dan penapisan klien
c. Pencegahan infeksi
d. Persyaratan medis dalam penggunaan kontrasepsi
e. Infeksi menular dan kontrasepsi
f. Remaja dan kontrasepsi
g. Kontrasepsi untuk perempuan berusia lebih dari 35 tahun
h. Kontrasepsi pasca salin
i. Kontrasepsi pasca keguguran
j. Kontrasepsi darurat

2. Metode kontrasepsi

a. MAL
b. Keluarga Berencana Alamiah
c. Senggama terputus
d. Metode barier
e. PIL
f. Suntik
g. AKDR
h. Inflant
i. Kontap

2
3. Prosedur klinik

a. Pemasangan dan pencabutan AKDR


b. Pemasangan dan pencabutan Inflant
c. Suntik KB

4. Jaminan Mutu

a. Mutu pelayanan
b. Sistem rujukan
c. Monitoring dan evaluasi

BAB III
TATA LAKSANA

Pelayanan KB yang diberikan meliputi :

1. Bagian Umum
a. Konseling dan persetujuan klinik
Dengan konseling petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya dengan menggunakan
ABPK (Alat Bantu Pengambilan Keputusan). Langkah-langkah nya yaitu : SATU
TUJU
SA : sapa dan salam
T : tanyakan pada klien tentang informasi dirinya
U : uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling tepat
TU : bantulah klien menentukan pilihannya
J : jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya
U : perlu dilakukan kunjungan ulang

Informed Choice adalah suatu kondisi calon peserta KB yang memilih kontrasepsi
di dasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi yang lengkap
melalui KIP/K dengan tujuan sebagai kunci yang baik menuju pelayanan KB
berkualitas.
Informed Concent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya
atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap klien tersebut.

3
b. Perencanaan keluarga dan penapisan klien
Dalam perencanaan keluarga ada 3 fase yaitu : fase manunda kehamilan (<20
tahun), fase menjarangkan kehamilan (2-4 tahun), fase tidak hamil lagi (35 tahun
keatas).
Penapisan klien bertujuan untuk menentukan apakah ada kehamilan, keadaan yang
membutuhkan perhatian khusus, dan masalah yang membutuhkan pengamatan
dan pengelolaan lebih lanjut sebelum pemberian metode kontrasepsi (PIL, Suntik
AKDR).
c. Pencegahan infeksi
Tujuan nya melindungi klien dan petugas pelayanan KB dari akibat tertularnya
penyakit infeksi. Caranya dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan
pemrosesan alat (dekontaminasi) serta pembuangan limbah.
d. Persyaratan medis
Ada 4 kategori yaitu :
1. : kondisi dimana tidak pembatasan apapun dalam penggunaan metode
kontrasepsi
2. : penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan resiko
yang di perkirakan akan terjadi
3. : tidak dianjurkan kecuali cara yang terpilih di tolak atau cara yang di anjurkn
tidak tersedia
4. : resiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan

e. Infeksi menular sexual dan kontrasepsi


Ada 2 tipe IMS yaitu :
 Infeksi yang merusak saluran reproduksi
 Infeksi pada saluran reproduksi perempuan yang tidak di sebabkan karena
penularan melalui hubungan sex, tetapi merupakan pertumbuhan berlebih
dan bakteri normal yang ada dalam vagina (b. Vaginosis dan jamur)

Pelayanan kontrasepsi dapat sekaligus memberiksn pelayanan terhadap IMS


seperti :

 Pendidikan tentang pencegahan IMS dan pengenalan gejala dan tanda


IMS serta komplikasi IMS.
 Konseling mengenai perilaku sexual yang beresiko, alternatif perilaku
sexual yang aman kepatuhan klien untuk berobat hingga tuntas dan
perlunya pasangan klien juga ikut berobat.
 Skrining tau penapisan IMS termasuk pemeriksaan vagina
 Pengobatan IMS
 Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap
 Menyediakan kontrasepsi dengan perlingan ganda seperti kondom

4
Jenis kontrasepsi untuk pengobatan IMS

 Kondom latek
 Female condom (kondom perempuan)
 Spermisida
 Diagfarma
f. Remaja dan kontrasepsi
Kontrasepsi remaja bersifat komporer dan harus tidak memberikan efek samping
dan kesulitan pada pengambilan kesuburan
g. Kontrasepsi untuk perempuan berusia 35 tahun
Perempuan berusia lebih 35 tahun memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif
karena kelompok ini akan mengalami peningkatan mortlitas jika mereka hamil,
biasanya di anjurkan untuk metode jangka panjang seperti IUD, implant.
h. Kontrasepsi pasca persalinan
 MAL (segera pasca salin, efektifitas sampai 6 bulan)
 Kontrasepsi kombinasi (sebaiknya tidak di pakai dalam waktu 6 minggu
sampai 6 bulan pasca salin)
 Kontrasepsi progestin (di berikan setelah 6 bulan pasca salin)
 AKDR (dapat di pasang langsung pasca salin, atau setelah 6 minggu pasca
salin)
 Tubektomi (dapat dilakukan dalam 48 jam pasca salin)
i. Kontrasepsi pasca keguguran
Mencakup hal sebagai berikut :
 Konseling tentang kontrasepsi
 Jaminan tersedianya pasokan kontrasepsi
 Akses terhadap asuhan lanjutan
 Informasi tentang perlindungan terhadap IMS
 Hal hal khusus berkenaan dengan pribadi klien, kondisi klien, kemampuan
fasilitas kesehatan setempat.
Waktu mulai : di mulai segera ovulasi dapat terjadi 11 hari sesudah terapi
keguguran/abortus.
Jenis kontrasepsi yang dapat digunakan PIL kombinasi, progestin, implant
AKDR, suntik kombinasi.
j. Kontrasepsi darurat
Adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan segera setelah
hubungan sexual.
Jenis kontrasepsi darurat sbb :
 Mekanik AKDR CU (copper T,Nova T)
 Pil kombinasi dosis tinggi (mikroginon 50, neoginon, nordiol)
 Progestin (dosis 2x1)
 Estrogen
 Pil kombinasi dosis rendah (mikroginon 30, nordet dosis 2x4 tb)

5
2. Metode kontrasepsi
Jenis metode kontrasepsi terdiri :
a. MAL (metode aminorea laktaci)
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eklusif
artinya hanya di berikan ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman apapun
lainnya.
Cara kerja : pemudahan penekanan ovulasi
Efektifitas : sampai 6 bulan

b. Metode barier
Kondom tidak hanya sebagai alat kontrasepsi tetapi juga mencegah penyakit IMS
termasuk HIV/AIDS.
Cara kerja : kondom menghalangi pertemuan sperma dan sel telur juga mencegah
penularan mikroorganisme.

c. Kontrasepsi Kombinasi
 PIL kombinasi mempunyai cara kerja menekan ovulasi, mencegah
imflantasi, lendir serviks menjadi kental.
Jenisnya tripasik, hiparsik, dan monopasik
 Suntikan Kombinasi (ciklopem)
Di suntikan secara IM setiap satu bulan sekali
Car kerja : menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental,
perubahan pada endometrium, dan menghambat transportasi gamet oleh
tuba.
d. Kontrasepsi Progestin
 Depo provera di suntikan secara IM setiap 3 bulan sekali
Cara kerja : mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks, selaput lendir
rahim menjadi atropi, menghambat transportasi gamet oleh tuba.
 Mini PIL cara kerja : menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid
sexs di ovarium, mengentalkan lendir serviks, mengubah motilitas tuba.
 Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen
dan dapat mencegah kehamilan 3-5 tahun. Di pasang di lapisan subdermal
lengan atas
Cara kerja : menekan mukus serviks, menekan ovulasi hipotrovisme
endometrium.
 AKDR dengan progestin
Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah pigestase yang
mengandung progesteron dari mirena yang mengandung ke vonorgestrel.
Cara kerja : endometrium mengalami transpormasi yang iregurel,
mencegah terjadinya perubahan, mengurangi jumlah sperma yang
mencapai tuba valopii menginaktifkan sperma.

6
e. Kontrasepsi AKDR
Jenisnya : AKDR CUT-380A dan NovaT
Cara kerja : menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopii,
mempengaruhi pertilisasi, mencegah pertemuan sperma dan sel telur, mencegah
imflantasi.
f. Kontrasepsi mantap
Jenisnya : minilaparotomi dan laparoskopi
 Tubektomi adalah metode kontrasepsi permpuan yang tidak ingin anak
lagi di perlukan prosedur bedah sehingga di perlukan pemeriksaan fisik
dan tambahan lainnya untuk memastikan apakah klien sesuai untuk
menggunakan metode ini.
Cara kerja : mengoklusi tuba fallopii (mengikat dan memotong atau
memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
 Vasektomi
Adalah metode kontrasepsi untuk laki-laki yang tidak ingin anak lagi.
disebut metode kontrasepsi operatif lelaki
Cara kerja : membuat sperma (yang disalurkan melalui pas diveren) tidak
dapat mencapai vesikula seminalis yang pada saat ejakulasi di keluarkan
bersamaan dengan cairan semen. Dilakukan prosedur bedah untuk
tindakan vasektomi ini.
Prosedur klinik :
1. Pemasangan AKDR T380A
Persyaratan ruangan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
 Tersedia ruangan tunggu yang aman
 Tersedia toilet pasien dan petugas
 Tersedia ruang konseling
 Tersedia ruangan pemeriksaan yang memiliki pencahayaan dan
fasilitas cuci tangan.

Persediaan alat dan instrumen untuk pemasangan AKDR :

1. Spekulum
2. Tenakulum
3. Sondeuterus
4. Korentang
5. Gunting
6. Mangkuk untuk larutan antiseptik
7. Sarung tangan
8. Cairan antiseptik
9. Kain kassa atau kain kapas
10. Lampu
11. AKDR dalam kemasan steril

7
Langkah-langkah pemasangan :

1. Petugas menjelaskan kepada klien apa yang dilakukan dan


mempersilahkan klien mengajukan pertanyaan sampaikan pada
klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada waktu
pemasangan dan nanti akan di beritahu bila sampai pada langkah-
langkah tersebut.Pastikan klin telah mengosongkan kandung kemih.
2. Petugas melakukan pemeriksaan genitalia eksternal, pemeriksaan
spekulum, dan pemeriksaan panggul.
3. Petugas melakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada
indikasi.
4. Petugas melakukan loding IUD dengan cara memasukan lengan
AKDR copper TI 380 A didalam kemasan sterilnya.
5. Petugas memasukan spekulum, dan usap vagina dengan serviks
dengan larutan anti septik. Gunakan tenakulum untuk menjepit
serviks.
6. Petugas memasukan sonde uterus kedalam rahim untuk mengetahui
ukuran rahim.
7. Petugas memasang AKDM copper T 380 A
- tarik tena kulum (yang masih menjepit serviks setelah
melakukan metode uterus) sehingga kavum uteri,
kanaliservikalis dan vagina berada dalam satu garis lurus,
masukan dengan pelan-pelan dan hati-hati tabung inserter yang
sudah berisi AKDR kedalam kanaliservikalis dengan
mempertahankan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter
sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada
tahanan dari pundus uteri, pastikan leher biru tetap dalam posisi
horizontal.
- Pegang serta tahan tena kulum dan pendorong dengan satu
tangan sedang tangan lain menarik tabung inserter sampai
pangkal pendorong.
- Keluarkan pendoromg dengan tetap memegang dan menahan
tabung inserter, setelah pendorong keluar dari tabung inserter,
dorong kembali tabung insenter dengan pelan dan hati-hati
sampai terasa ada tahanan fundus.
- Keluarkan tabung inserter dari canalis servikalis, kemudian
gunting benang IUD.
8. Petugas membereskan alat-alat dan mencuci tangan.
9. Petugas memberikan konseling vasca pemasangan IUD.
10. Petugas mencatat data pasien pada register dan kohort KB.
b. Pencabutan AKDR
Persiapan alat dan instrumen:
1. Speculum
2. Korentang

8
3. Sarung tangan
4. Tampontang
5. Cairan anti septik
6. Kain kasa atau kapas
7. Lampu

Langkah-langkah pencabutan AKDR

1. Petugas memanggil pasien sesuai urutan, lalu memberikan


penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek
samping, dan cara menanggulangi efek samping.
2. Petugas melaksanakan anamnese umum keluarga, media dan
kebidanan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan umum meliputi timbang
badan, mengukur tensimeter.
4. Petugas menyiapkan alat-alat yang diperlukan.
5. Petugas mempersilahkan calon peserta untuk berbaring di bad
gynaecologi dengan posisi ditotomi.
6. Petugas membersihkan vagina dengan lysol.
7. Petugas melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan
keadaan dan posisi uterus.
8. Petugas memasang spekculum (cocor bebek).
9. Petugas mencari benang IUD kemudian dilepas dengan
tampontang.
10. Petugas membereskan alat-alat setelah IUD dilepas.
11. Petugas merapihkan pasien kembali.
12. Petugas memberikan penjelasan kepada peserta gejala-gejala
yang mungkin terjadi/dialami setelah AKDR dilepas dan kapan
harus kontrol.
13. Petugas mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan,
register KB untuk dilaporkan kebagian rekamedik.
c. Pemasangan implan (susuk KB)
Peralatan yang diperlukan untuk pemasangan implan:
 Tempat tidur
 Penyangga lengan
 Sabun
 2 kapsul implan
 2 mangkuk steril dan DTT
 Sarung tangan steril
 Larutan antiseptik
 Anestesi
 Tabung spuit
 Trokar
 Skalpel

9
 Pola
 Band aid
 Kassa pembalut

Langkah-langkhwa pemasangan kapsul implan:


1. Petugas memeriksa kembali untuk meyakinkan bahwa
klien telah mencuci tangannya sebersih mungkin
dengan sabun dan air dan membilasnya sehingga tidak
ada sisa sabun.
2. Petugas menentukan tempat pemasangan pada bagian
lengan atas.
3. Petugas memberi tanda pada tempat pemasangan.
4. Petugas memastikan bahwa peralatan yang steril atau
DTT dan kapsul norplant sudah tersedia
5. Petugas mencuci tangan dengan air dan
sabun,keringkan dengan kain bersih.
6. Petugas memakai sarung tangan steril atau DTT.
7. Petugas mengusap tempat pemasangan dengan larutan
anti septik.
8. Petugas memasang penutup (doek) steril atau DTT di
sekeliling tangan klien
9. Petugas menyuntikan anastesi lokal tepat dibawah kulit
sampai kulit sedikit menggelembung
10. Petugas meneruskan penususkan jarum kurang lebih 4
cm,dan suntikan masing masing 1 cc diantara pola
pemasangan nomer 1 dan 2
11. Petugas menguji efek anestesi sebelum melakukan insisi
pada kulit.saat insisi dangkal selebar 2 mm dan skapel
alternative lain tusukan trokar langsung di bawah kulit/
subdermal)
12. Sambil mengungkit kulit, masukan terus ujung trokar
yang berisi implant dan pendorongnya sampai atas
tenda satu (pada pangkat trokar) tepat berada pada luka
insisi
13. Petugas mengeluarkan pendorong dan tekan dan
masukan kapsul kearah ujung
14. Petugas menarik trokar dan pendorongnya secara
bersama sama sampai batas tanda terlihat pada luka
insisi (jangan mengeluarkan trokar dari tempat insisi)
15. Petugas menahan kapsul yang telah terpasang dengan
satu jari ddan masukan kembali trokar serta
pendorongnya sampai tanda satu

10
16. Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi sampai
seluruh kaapsul terpasang
17. Petugas memastikan kapsul terpasang
18. Petugas mendekatkan ujung-ujung insisi dan tutup
dengan band aid
19. Petugas memberi pembalut tekan untuk mencegah
perdarahan dan mengurangi memar
20. Petugas menyimpan alat suntik di tempat terpisah dan
letakan semua peralatan dalam larutan klorin untuk
dekontaminasi
21. Petugas membuang peralatan yang sudah tidak terpakai
lagi ke tempatnya (kassa, kapas, sarung tangan, atau alat
suntik sekali pakai)
22. Petugas melepaskan sarung tangan dan rendam dalam
larutan klorin
23. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air kemudian
keringkan dengan air bersih
24. Petugas menggambar perta kapsul pada rekap medik
dan catat bila ada hal khusus
25. Petugas memberi penjelasan pada klien cara merawat
luka dan kapan klien harus datang kembali ke klinik
untuk kontrol
26. Petugas meyakinkan pada klien bahwa ia dapat datang
ke klinik setiap saat bila menginginkan untuk mencabut
kembali implant
27. Petugas melakukan observasi selama 5 menit sebelum
memperbolehkan klien pulang

Hal-hal yang harus di perhatikan :


Peserta kb implant harus menjaga agar daerah sayatan tetap kering minimal
selama 3 hari utuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi kemungkinan
infeksi.
Bila lengan aseptor terasa membengkak dan berwarna kebiru biruan. Hal tersebut
biasanya akibat tindakan suntikan atau pemasangan implant dan akan menghilang
selama 3-5 hari.
Setelah 3 tahun pemakaian implant dapat di lepas

d. Persiapan alat
 Tempat tidur
 Penyangga lengan
 Sabun
 Kain penutup steril
 3 mangkuk steril/ DTT
 Sarung tangan steril

11
 Balutan anti septik
 Anestesi
 Tabung spuit
 Bisturi
 Skalpel
 Band aid
 Kassa pembalut
Langkah-langkah pencabutan implant :
1. Petugas mempersilahkan klien untuk mencuci seluruh lengan dan
tangan dengan sbaun dan air yang mengalir serta membilasnya,
pastikan tidak terdapat sabun.
2. Petugas menutup tempat tidur klien dengan kain bersih yang kering
3. Petugas mempersilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih
jarang digunakan diletakan pada lengan penyangga lengan atau meja
samping. Lengan harus di sangga dengan baik dan dapat di gerakan
lurus atau sedikit bengkok sesuai dengan posisi yang disukai oleh
klienisi untuk memudahkan pencabutan
4. Petugas meraba kedua kapsul untuk menentukan lokasinya, untuk
menentukan tempat insisi, raba (tanpa sarung tanan) ujung kapsul
dekat lipatan siku, bila tidak dapat meraba kapsul liha lokasi
pemasangan rekam medik klien.
5. Petugas memastikan posisi dari setiap kapsul dengan membuat tanda
pada kedua ujung setiap kapsul dengan menggunakan spidol
6. Petugas menyiapkan tempat alat-alat dan membuka bungkus steril
tanpa menyentuh alat didalam nya
7. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Keringkan
dengan air bersih
8. Petugas memakai sarung tangan steril/DTT (ganti sarung tangan untuk
setiap klien guna mencegah kontaminasi silang)
9. Petugas mengatur alat dan bahan-bahan sehingga mudah di capai
10. Petugas mengusap tempat pencabutan dengan kassa beranti septik,
gunakan klem steril atau DTT untuk memegang kassa tersebut (bila
memegang kassa beranti septik hanya dengan tangan. Hati-hati jangan
sampai mengkotaminasi sarung tangan dengan menyentuh kulit yang
tidak steril). Mulai mengusap dan tempat yang akan dilakukan insisi
ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 81 cm dan biarkan
kering sebelum memulai tindakan.
11. Bila ada petugas menggunakan kain lubang untuk menutupi lengan.
Lubang terebut harus cukup lebar untuk memaparkan lokasi kapsul.
Dapat juga menutupi lengan dibawah tempat kapsul di passang dengan
menggunakan kain steril.
12. Petugas sekali lagi raba seluruh kapsul untuk menentukan lokasinya

12
13. Petugas memastikan klien tidak alergi obat anestesi isi alat suntikan
dengan 3 ml obat anestesi (1% tanpa epineprin) masukan jarum tepat
di bawah kulit pada tempat insisi akan di buat, kemudian lakukan
aspirasi memastikan jarum tidak masuk ke pembuluh darah. Suntikan
sedikit anestesi untuk membuat gelembung kecil bawah kulit.
Masukan jarum secara hati-hati di bawah ujung kapsul pertama sampai
lebih kurang 1/3 panjang kapsul (1 cm) tarik jarum pelan-pelan sambil
menyuntikan obat anastesi (kira-kira 0,5 ml) untuk mengangkat ujung
kapsul
14. Petugas menentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dan
ujung bahwa semua kapsul kira-kira 5 cm dari ujung bawah kapsul
15. Petugas buat insisi melintang yang kecil lebih kurang 4 mm dengan
menggunakan skapel, pada lokasi yang sudah dipilih
16. Petugas mulai dengan mencabut kapsul yang mudah di raba dari luar
atau yang terdekat tempat insisi
17. Petugas mendorong ujung kapsul ke arah insisi dengan jari tangan
sampai ujung kapsul tampak pada luka insisi, saat ujung kapsul
18. Petugas membersihkan dan membuka jaringan ikat yang mengelilingi
dengan cara menggosok-gosok pakasi kassa steril.
19. Petugas menjepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan
klem kapsul dilepaskan kem pertama dan cabut pelan-pelan
20. Petugas memilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah di
cabut. Gunakan teknik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya
21. Petugas menentukan lokasi insisi pada kulit di antara 3 dan 4 kurang
lebih 5 mm dari ujung kapsul tempat siku
22. Petugas membuat insisi kecil (4 mm) memanjang sejajar diantara
sumbu panjang kapsul dengan menggunakan skapel
23. Petugas memasukan ujung klem pemegang implant norplen secara
hati-hati melalui luka insisi
24. Petugas mempiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi
dengan jari telunjuk sejajar panjang kapsul
25. Petugas memasukan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh
kapsul buka klem dan jepit
26. Petugas bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya
dengan menggosok-gosok menggunakan kassa steril.
27. Petugas menggunakan klem lengkung untuk menjepit kapsul yang
sudah terpapar, lepaskan klem pemegang norplen dan cabut kapsul.
28. Petugas melakukan pencabutan kapsul berikutnya yang tampak paling
mudah dicabut, gunakan teknik yang sama untuk mencabut
29. Petugas membersihkan tempat insisi dan sekitarnya, bila pasien tidak
ingin melanjutkan pemakaian implant.
30. Petugas mendekatkan kedua tepi luka insisi dengan band aid (plester
untuk luka ringan) atau kassa steril dan plester

13
31. Luka insisi perlu dijahit, karena mungkin dapat menimbulkan jaringan
parut
e. Kontrasepsi suntik
Persiapan alat-alat :
1. Obat kb yang akan disuntikan
2. Spuit steril
3. Alkohol dan kapas
Teknik suntikan :
Intruksi kerja
1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air
mengalir, keringkan dengan handuk.
2. Petugas membuka dan membuang tutup kaleng pada vial yang
menutupi karet, hapus karet yang ada di bagian atas vial dengan
kapas yang telah di basahi dengan alkohol 6-90% biarkan
kering.
3. Petugas segera membuka plastiknya bila menggunakan jarum
spuit sekali pakai. Bila menggunakan jarum atau semprit yang
telah di sterilkan dengan DTT pakai kolentang yang telah di
DTT dengan mengambilnya.
4. Petugas memasang jarum pada semprit suntik dengan
memasukan jarum pada mulut semprit penghubung.
5. Petugas membalikan vial dengan mulut vial kebawah. Masukan
cairan suntik dalam semprit, gunakan jarum yang sama untuk
menghisap kontrasepsi suntik yang menyuntikan klien.

Teknik suntikan :

1. Petugas menggosok botol dengan baik, hindarkan terjadinya


gelembung udara (pada depoplovera ata siklopem) keluarkan
isinya.
2. Petugas menyuntikan secar intramuskular dalam di daerah
pantat (di daera gluteal) apabila suntikan di berikan terlalu
dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan
tidak bekerja segera dan efektif.
3. Depoplovera (3 ml/150 mg atau 1 ml/150 mg) di berikan setiap
3 bulan atau 12 minggu
4. Siklopem 25 mg medroksi progesteron asetat dan 5 mg
estrogen sipional di berikan setiap bulan

Jaminan mutu pelayanan kb

a. Pelayanan kb yang bermutu meliputi :


 Pelayanan di sesuaikan dengan kebutuhan pasien
 Klien di layani secara profesional dan memenuhi
standar pelayanan

14
 Menjaga kerahasiaan privasi
 Petugas memberikan informasi tentang berbagai metode
kontrasepsi yang tersedia
 Pasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang di
tentukan
 Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang
cukup
b. Sistem rujukan
Rujukan medik dapat berlangsung :
 Rujukan internal
 Rujukan antar puskesmas dan pebantu puskesmas
 Rujukan masyarakat dan puskesmsa
 Rujukan satu puskesmas dan puskesmas lain
 Rujukan antar puskesmas dan rumah sakit,
laboratorium, dan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.

Dalam memberikan rujukan harus di berikan :

 Konseling tentang kondisi klien


 Konseling tentang kondisi yang diharapkan di peroleh di
tempat rujukan
 Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat
rujukan yang di tuju
 Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang di tuju
mengenai kondisi klien saat ini dan riwayat sebelumnya
serta upaya tindakan yang telah di berikan
c. Monitoring dan evaluasi
Tujuan sistem monitoring dan evaluasi adalah untuk
mengetahui sejauh mana keseluruhan upaya yang dilaksanakan
berdampak terhadap kemajuan program kb, termasuk pelayan
kontrasepsi mencakup ketersediaan, keterjangkauan pelayanan,
dan kualitas pelayanan KB tersebut berdasarkan kebijakan
yanag berlaku.

15
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Formulir pencatatan
Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi program KB di tunjukan kepada
kegiatan dan hasil kegiatan operasional yang meliputi :
 Kegiatan pelayanan kontrasepsi
 Hasil kegiatan
 Pelayanan kontrasepsi baik di klinik KB maupun di dokter/bidan praktek
swasta
 Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi di klinik KB

Adapun formulir pencatatan hasil pelayanan KB di unit pelayanan KB terdiri :

1. Pendataan PUS (FP PUS/08)


Formulir ini digunakan untuk mendata PUS yang terkait dengan perhitungan
sasaran program KB dan kesehatan reproduksi
2. Register kohort KB (K/KB/08)
Register ini digunakan untuk mencatat hasil pelayanan kontrasepsi pada peserta
KB lama dan baru setiap hari pelayanan.
Register ini berisikan data hasil pelayanan, keluhan, konflikasi, efek samping,
kegagalan KB, dan ganti cara.
Jenis pencatatan pelayanan kontrasepsi lainnya sebagai berikut :
a. Jika pembuatan klinik KB baru harus di buat kartu pendaftaran klinik KB
(K/0Kb/04)
b. Pendaftaran ulang klnik KB setiap satu tahun harus mengisi K/0/KB/04
c. Setiap peserta KB baru dan peserta KB pindahan harus dibuat kartu status
peserta KB (K/IV/KB/04)
d. Setaip peserta KB baru atau pindahan di buatkan kartu peserta KB
(K/I/KB/04)
e. Setiap pelayanan Kb di catat ke dalam register klinik KB (R/I/KB/04)
f. Setiap penerimaan dan pengeluaran jenis alkon oleh klinik KB dicatat kedalam
register alat kontrasepsi klinik KB (R/II/KB/04)
g. Pelayanan Kb yang dilakukan dokter atau bidan praktik swasta di catat di
dalam buku bantu hasi pelayanan kontrasepsi (B/I/DBS/04)
h. Setiap bulan petugas klinik KB membuat laporan bulanan klinik KB
(F/II/KB/04)
B. Formulir pelaporan

Seluruh hasil kegiatan KB dibuat laporannya oleh puskesmas, selanjutnya di laporkan


ke DINKES KAB.
Jenis formulir pelaporan KB tingkat puskesmas :
 Rekapitulasi pendataan PUS ( REK P.PUS/08) setiap tahun 1 kali

16
 Laporan pelayanan KB TK puskesmas (REK KOHORT KB/08) dilaksanakan
setiap bulan
 Rekapitulasi pendataan tenaga dan sarana fasilitas pelayanan KB tingkat
puskesmas (REK.TS/08)
 Laporan bulanan alkon dan Bhp (LB.ALOKON/08)QQK

17

Anda mungkin juga menyukai