Anda di halaman 1dari 51

PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DAN

KESEHATAN REPRODUKSI

DOSEN PEMBIMBING: Hj. SITTI ZAENAB, SST, M.Keb

OLEH:

NAMA : ATIKA FATMALA SARI

NIM: P00324018055

KELAS: II B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
DIII KEBIDANAN
2020
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Keluarga

Berikut ini adalah perencanaan keluarga yang seharusnya dilakukan:

a) Seorang perempuan telah dapat melahirkan, segera setelah ia


mendapatkanhaid pertama (menarche)
b) Kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai
menopause.
c) Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya resiko paling rendah untuk ibu
dan anak adalah 20 sampai 35 tahun
d) Persalinan pertama dan kedua paling rendah resikonya
e) Jarak antara kedua kelahiran sebaiknya 2 sampai 4 tahun

B. Persyaratan Medis/ Penapisan Klien


1. Persyaratan medis
Sebelum memberikan pelayanan kontrasepsi tentunya penting
sekali anda mengetahui mengenai persyaratan medis dalam penggunaan
kontrasepsi. Adapun persyaratan medis secara umum adalah:
a) Pelayanan dan informasi KB merupakan intervensi kunci dalam
upaya meningkatkan kesehatan perempuan dan anak serta
merupakan Hak Asasi Manusia (HAM)
b) Untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan KB yang bermutu
dilakukan berbagai strategi, misalnya:
1) Hak hak klien perlu dipertimbangkan dalam perencanaan,
manageman dan penilaian dalam pelayanan KB
2) Meningkatkan ketersediaan berbagai metode kontrasepsi
sehingga klien dapat memilih metode kontrasepsi yang paling
cocok untuk mereka.
3) Melaksanakan konseling dan pelayanan KB berdasarkan kriteria
dan persyaratan medis yang terkini
Apakah anda mengetahui isu tentang mutu pelayanan dan akses yang
mempengaruhi pemberian kontrasepsi?

Isu tentang mutu pelayanan dan akses yang mempengaruhi pemberian


kontrasepsi yaitu: klien memperoleh informasi yang cukup artinya bahwa
klien sebelum menentukan pilihan kontrasepsinya klien telah mendapatkan
konseling terlebih dahulu, lalu tenaga terlatih misalnya tenaga selalu
mendapatkan pelatihan kontrasepsi terkini, fasilitas (pelatihan, pasokan dan
panduan panduan) tersedia dengan cukup.
Efektifitas

Efektifitas jenis kontraseps sangat penting dipelajari karena membantu


klien dalam menentukan kontrasepsi sesuai kondisi dirinya.

Dalam hubungan pilihan kontrasepsi, klien perlu diberi informasi tentang:

a) Efektivitas relatif dari berbagai metode kontrasepsi yang tersedia


b) Efek negatif kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan dan
resiko kesehatan potensial pada kehamilan dengan kondisi medis
tertentu

Tingkat efektivitas metode kontrasepsi sesuai dengan jenisnya

Tingkat Efektivitas Metode Kontrasepsi


Sangat Efektif Implan
Vasektomi
Suntikan kombinasi
Suntikan DMPA/ NET EN
Tubektomi
AKDR CuT 380A
Pil Progesteron (Laktasi)
Efektif dalam pemakaian iasa, Metode Amenorea Laktasi
sangat efektif bila dipakai secara Pil Kontrasepsi Kombinasi
tepat dan konsisten Pil Progesteron (bukan masa
Laktasi)
Efektif bila dipakai secara tepat dan Kondom pria
konsisten/ terus menerus Senggama terputus
Diafragma + spermisida
KB Alamiah
Kondom perempuan
spermisida
Tidak efektif Tanpa KB
*Dikutip dari WHO, 2004 Gambar Tingkat Efektivitas Kontrasepsi

Anda perlu mengetahui beberapa kondisi media yang akan meningkatkan


resiko jika terjadi kehamilan:

1. Hipertensi (TD> 160/100 mmHg)


2. Diabetes
3. Penyakit jantung sistemik
4. Stroke
5. Penyakit jantung katup dengan hipertensi
6. Karsinoma payudara
7. Karsinoma indometrium
8. IMS
9. HIV/AIDS
10. Sirosis hati
11. Hepatoma
12. Penyakit tofoblas ganas
13. Penyakit sel sickle
14. Penyakit sel sicle
15. Skistomiasis dengan fibrosis hati
16. Tuberkolosis

Pada keadaan diatas perlu dipilihkan metode kontrasepsi yang lebih


efektif
Kembalinya kesuburan

Jika klien mengiginkan anak lagi tentunga anda memiliki kewajiban


menjelaskan mengenai beberapa kontrasepsi yang bisa mengembalikan
kesuburan, yaitu:
a) Semua metode kontrasepsi, kecuali kontap tidak mengakibatkan
terhentinya kesuburan
b) Kembalinya kesuburan berlangsung segera setelag pemakaian metode
kontrasepsi dihentikan, kecuali DMPA dan NET EN yakni 10 dan 6
bulan terhitung mulai suntikan terakhir.
c) Kontrasepsi harus diangap sebagai metode permanen.

Klasifikasi persyaratan medis

Keadaan atau kondisi yang mempengaruhi persyaraytan medis dalam


penggunaan setiap metode kontrasepsi yang tidak permanen dikelompokkan
dalam 4 kategori:

a) Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan


metode kontrasepsi, contohnya klien dengan hepatitis virus aktif
mengiginkan kontrasepsi AKDR
b) Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan
resiko yang diperkirakan akan terjadi, contohnya klien dengan anemia
defisiensi besi mengnginkan kontrasepsi AKDR
c) Resiko yang diperkirakan lebih besar dari pada manfaat penggunaan
kontrasepsi, contohnya klien dengan tumor hati jinak menginginkan
kontrasepsi implan
d) Resiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan,
contohnya klien tumor hati jinak menginginkan pil kombinasi
2. Penapisan Klien

Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode


kontrasepsi (misalnya: pil, suntikan. Atau AKDR) adalah untuk menentukan
apakah ada:

a) Kehamilan
b) Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
c) Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang
membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut

Untuk memudahkan anda dalam melakukan penapisan, anda dapat


menggunakan tabel berikut

Tabel 1 Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Nonoperatif

Metode hormonal (pil kombinasi, pil prodrestin,


Ya Tidak
suntikan dan susuk)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
atau lebih
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu
pasca persalinan
Apakah mengalami pendarahan/ pendarahan bercak
antara haid setelah senggama
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata
Apakah pernah sakit kepala hebat atau gangguan
visual
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau
dada, atau tungkai bengkak (edema)
Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg
(sistolik) atau 90 mmHg (diastolik)
Apakah ada massa atau benjolan payudara
Apakah anda sedang minum obatobatananti kejang
(epilepsi)
AKDR ( semua jenis pelepasan tembaga dan
progrestin)
Apakah haid pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (pasangan) mempunyai pasangan sex
yang lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular sex
(IMS)
Apakah pernah pernah mengalami penyakit radang
panggul atau kelainan ektopik
Apakah pernah mengalami haid lebih banyak (lebih 1
sampai 2 pembalut tiap 4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8
hari)
Apakah pernah mengalami disminorehea berat yang
membutuhkan analgetika dan atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami pendarahan / pendarahan
bercak antara haid atau setelah senggama
Apakah pernah mengalami penyakit jantung valvular
atau congnital

Keterangan :

a) Apabila klien menyusui dari 6 minggu pasca persalinan maka pil


kombinasi adalah metode pilihan terakhir.
b) Tidak cocok untuk pil progestin (mini pil), suntikan (DMPA NET-ET)
c) Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-ET)

Jika semua jawaban diatas adalah “Tidak” dan tidak dicurigai adanya
kehamilan dapat diteruskan dengan konseling khusus. Bila respon banyak
yang “Ya” berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.
Jika semua keadaan diatas adalah ‘tidak’ (negative) dan tidak dicuringai
adanya kehamilan maka dapat diteruskan dengan konseling metode
khusus.bila espon banyak yang ‘iya’ (positif),berarti klien perlu dievakuasi
sebelum keptusan akhir dibuat.

Catatan :

Klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi


diatas. Namun, petugas harus mengetahui bagaimana keadaan klien
sebenarnya. Bila diperlukan petugas dapat mengulang pertanyaan dengan
cara yang berbeda.

Penggunaan klaisfikasi dalam penapisan klien

Klasifikasi yang diuraikan tidaklah kaku. Tingkat pengetahuan dan


pengalaman petugas kesehatan serta sumbersumber yang tersedia perlu
menjadi pertimbangan.

Ditempat pelayanan dengan fasilitas klinik terbatas. Klasifikasi 1


sampai 4 dapat disederhanakan menjadi 2. Klasifikasi 1 sampai 2 digabung
menjadi klasifikasi 1 dan klasifikasi 3 sampai 4 menjadi klasifikasi 2. Pada
tempat pelayanan dengan fasilitas lengkap pakailah klasifikasi 1,2,3, dan 4.

C. Pelayanan Kontrasepsi
1. Metode kotrasepsi sederhana
a. Metode kontrasepsi tanpa alat
1) Metode kalender/ metode ritmik
Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan
masa subur dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa
perlindungn kontrasepsi pada hari ke 8-19 siklus mestruasinya.
Keuntungan metode kalender:
a) Dapat digunakan untuk mencegah atau mendapatkan kehamilan
b) Tanpa resiko kesehatan yang berkaitan dengan metodenya
c) Tanpa efek samping sistemik
d) Murah

Keterbatasan/ kekurangan metode kalender:

a) Diperlukan banyak pelatihan untuk bisa menggunakannya


dengan benar
b) Memerlukan asuhan (non-medis) yang sudah terlatih
c) Memerlukan penahanan nafsu selama fase kesuburan untuk
menghindari kehamilan.
2) Metode suhu basal badan (THEMAL)
Metode suhu basa badan adalah suatu metode kontrasepsi yang
dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu
tubuh basal, untuk menentukan masa ovulasi.

Keuntungan metode suhu basal badan

a) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap


masa subur
b) Membentu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan
cara mendeteksi ovulasi
c) Dapat membantu menunjukkan perubahan tubuh lain selain
kalender sekviks
d) Berada dalam kendali wanita
e) Dapat digunakan untuk mencegah kehamilan

Kekurangan metode suhu basal:

a) Membutuhkan motivasi
b) Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana
c) Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, kurang tidur, stress,
alcohol, imunisasi, iklim, dan gangguan saluran cerna
d) Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama
setiap hari ini akan menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh
basal
e) Tidak mendeteksi permulaan masa subur sehingga mempersulit
untuk mencapai kehamilan
f) Membutuhkan masa pantang yang panjang/ lama

3) Metode lendir serviks (metode ovulasi biling/ MOB)


Metode lendir serviks adalah metode kotrasepsi dengan
menghubungkan pengawasan terhadap perubahan lendir serviks
wanita yang dapat dideteksi divulva.

Keuntungan metode lendir serviks

a) Dalam kendali wanita


b) Memberi kesempatam pada pasangan menyentuh tubuhnya
c) Meningkatkan kesadaran terhadap perubahan pada tubuh
d) Memperirakan lendir yang subur sihingga memungkinkan
kehamilan
e) Dapat digunakan mencegah kehamilan

Kerugian metode lendir servik

a) Membutuhkan komitmen
b) Perlu diajarkan oleh spesialis KB alami
c) Dapat membutuhkan 2-3 iklus untuk mempelajari metode
d) Infeksi vagina dapat menyulitkan identifikasi lendir yang subur
e) Beberapa obat yang digunakan mengobati flu, dapat
menghambat produksi lendir serviks
f) Melibatkan sentuhan pada tubuh, yang tidak disukai beberapa
wanita
g) Membutuhkan pantang

4) Metode sympto thermal


Metode sympto thermal adalah metode kotrasepsi yang
dilakukan dengan mengamati perubahan lendir dan perubahan suhu
badan tubuh.
Dasarnya merupakan kombinasi antara bermacam metode KB
alamiah untuk menentukan masa subur/ ovulasi

Keuntungan metode sympto thermal

a) Untuk pasangan suami istri yang menginginkan kehamilan,


metode ini dapat menentukan hari-hari subur istri sehingga
senggama dapat direncanakan saat-saat itu
b) Dapat digabungkan dengan metode-metode kontrasepsi lainnya,
misalnya metode marrier

Efek samping dan komplikasi langsung metodeini tidak ada.


Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/ kehamilan, karena ada
data-data yang menunjukkan timbulnya kelainan-kelainan janin
sehubungan dengan terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa dan
ovum yang berumur tua/ terlalu matang

5) Metode amenorhea laktasi (MAL)


Metode amenorhea laktasi (MAL) adalah kotrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif,
artinya hanya diberikan ASI saja tanpa pemberian makanan atau
minuman apapun
Keuntungan MAL:
a) Segera efektif
b) Tidak mengganggu senggama
c) Tidak ada efek samping secara sistemik
d) Tidak perlu pengawasan medis
e) Tidak perlu obat atau alat
f) Tanpa biaya
Kekurangan MAL

a) Perlu persiapan sejak perawaran kehamilan agar segera


menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
c) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/
HBV dam HIV/ AIDS

6) Metode coitus interruptus (senggama terputus)


Metode caitus interruptus adalah metode kontrasepsi dimana
senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi inrta-vagina. Ejakulasi
terjadi jauh dari vagina eksterna

Keuntungan metode coitus interruptus

a) Tidak mengganggu produksi ASI


b) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
c) Tidak ada efek samping
d) Dapat digunakan setiap waktu
e) Tidak membutuhkan biaya
Keterbatasan metode ini adalah memutus kenikmatan berhubungan
seksual

b. Motode sederhana dengan alat


1) Kondom
Kondom adalah suatu selubung atau sarung karet yang terbuat
dari berbagai bahan antaranya lateks (karet), plastic, atau bahan
alami yang dipasangkan pada penis (kondom pria) atau vagina
(kondom wanita) pada saat berhubungan seksual.

Keuntungan:

a) Memberi perlindungan terhadap PMS


b) Tidak mengganggu kesehatan klien
c) Murah dan dapat dibeli secara umum
d) Tidak perlu pemeriksaan medis
e) Tidak mengganggu produksi ASI
f) Mencegah ejakulasi dini
g) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks

Kerugian:

a) Angka kegagalan relatif tinggi


b) Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas
hubungan seks
c) Perlu dipakai secara konsisten
d) Harus selalu tersedia setiap kali hubungan seks
e) Masalah pembuangan kondom bekas

2) Spermisida
Spermisida adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan
spermatozoa didalam vagina sebelum spermatozoa bergerak
kedalam traktus genetalia

Keuntungan:

a) Aman
b) Sebagai kontrasepsi pengganti untuk wanita dengan
kontraindikasi pemaiakan pil per oral, IUD, dan lain-lain
c) Efek pelumasan pada wanita yang mendekati menopause
disamping efek proteksi terhadap kemungkinan hamil
d) Tidak memerlukan supervise medic

Kekurangan:

a) Angka kegagalan relative tinggi


b) Harus digunakan sebelum senggama
c) Ada wanita yang sengan melakukannya karena harus diketakkan
dalam-dalam atau tinggi dalam vagina
d) Harus diberikan berulangkali untuk senggama yang berturut-
turut
e) Dapat menimbulkan iritasi atau rasa panas pada wanita
Efek samping dari penggunaan metode ini yaitu iritasa vaginal
atau penis dan ketidaknyamanan, perasaan panas dalam vafina dan
tablet busa vafina tidak meleleh.

3) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari
lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum
melakukan hubungan seksual dan menutupi serviks.
Manfaat:
a) Segera efektif
b) Tidak berpengaruh pada pemberian ASI
c) Tidak menggaggu hubungan seksual
d) Tidak ada resiko yang berkaitan dengan metode
e) Tidak ada efek samping

Keterbatasan:

a) Tergantung pengguna (membutuhnan motivasi terus menerus


dan digunakan setiap melakukan hubungan seksual.
b) Pemeriksaan pelvik oleh tenaga pelayanan terlatih dibutuhkan
untuk pemasangan awal serta pemasangan kembali
c) Berkaitan dengan infeksi saluran kencing pada beberapa
pengguna
d) Harus tetap berasa ditempatnya selama 6 jam setelah hubungan
seksual
e) Suplai harus siap sebelum hubungan seksual terjadi
Efek samping:

a) Toxic shock syndrome (TSS)


b) Infeksi saluran kencing
c) Reaksi alergi akibat diafragma
d) Nyeri akibat penekanan pada kandung kemih
e) Cairan kotor dan berbai dari vagina jika dibiarkan dalan vagina
lehih dari 24 jam
4) Kap serviks
Kap serviks yaitu suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi
serviks saja.
Manfaat:
a) Efektif meskipun tanpa spermisid
b) Tidak terasa oleh suami saat senggama
c) Dapat dipakai oleh wanita yang mengalami kelainan anatomis
d) Tidak perlu pengukuran
e) Jarang terlepas saat senggama
Keterbatasan metode ini yaitu dalam pemasangan dan
pengeluaran lebih sulit karena letak jauh dalam vagina.

c. Kotrasepsi kimiawi

Kontrasepsi kimiawi. Sesuai dengan namanya, kontrasepsi kimiawi


digunakan dengan bantuan jeli, busa, krim dan supositoria
spermisida (pembunuh sperma). Zat-zat tersebut merupakan toksik
bagi sperma, sehingga sperma tidak bisa berkembang.

1. Spermisida

merupakan alat kontrasepsi sederhana yang mengandung zat 


kimia untuk membunuh spema, dimasukkan ke
dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual untuk
mencegah kehamilan. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat
digunakan sendiri. Namun demikian, akan jauh lebih efektif bila
dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain seperti kondom, diafra
gma, cervical caps ataupun spons. Bentuk spermisida bermacam-
macam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal
contraceptive film/tissue, maupun suppositoria.

Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan


dari alat kontrasepsi spermisida ini 18 persen per tahun apabila
digunakan dengan benar dan konsisten dan 29 persen apabila
digunakan tidak sesuai petunjuk dan kurang berkesinambungan.

2. Aerosol (busa)

Cara pemakaian:

Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit.


Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada
mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan aplikator
ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring.
Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan
untuk tidak menarik kembali pendorong karena busa dapat masuk
kembali ke pendorong. Aplikator segera dicuci menggunakan
sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan
untuk pribadi. Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan
segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan
hubungan seksual.
3. Krim dan Jeli

Cara pemakaian:

Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan


aplikator dan atau mengoles di atas penis. Krim atau jeli biasanya
digunakan dengan diafragma atau kap serviks, atau dapat juga
digunakan bersama kondom. Masukkan spermisida 10-15 menit
sebelum melakukan hubungan seksual. Isi aplikator dengan krim
atau jeli. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks.
Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli keluar.
Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera
dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.

Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli


dengan inserter.
4. Kontrasepsi Vagina Film/Tissue

Cara pemakaian:

Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan


sabun dan air mengalir. Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa
kotak-kotak tipis yang larut dalam serviks. Untuk
menggunakannya, lipat film menjadi dua dan kemudian letakkan di
ujung jari. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong film
ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan
cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan
membantu penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu
sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif.

5. Suppositoria
Cara pemakaian:

Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul yang


dapat larut dalam vagina. Cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir sebelum membuka kemasan. Lepaskan tablet vagina atau
suppositoria dari kemasan. Sambil berbaring, masukkan
suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15 menit sebelum
melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu tablet vagina atau
suppositoria.

Cara memasukkan spermisida bentuk suppositoria.

2. Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah jenis alat kontrasepsi yang mengubah
produksi hormon pada tubuh wanita untuk mencegah kontrasepsi.
Menurut Rhabe (2003), ada 3 junis kontrasepsi hormonal yaitu
minipil, suntikan depot dan implant.
1. Minipil
Minipil ini berisi progesteron yang dapat mengganggu ovulasi,
mengubah lendir serviks endometrium dan implantasi. Dan ini
merupakan tablet harian yang tanpa estrogen, namun kerugian dari
minipil adalah tingginya insiden gangguan menstruasi dengan
amenorea atau perdarahan ireguler.Terdapat dua jenis kandungan
dalam pil KB yaitu pil dengan kombinasi estrogen/progestin dan
minipil yang hanya mengandung progestin saja (Westheimer, 2002).
Kontinuitas setelah 1 tahun pemakaian minipil <50% yang masih tetap
menggunakan minipil (Hartanto, 2002).
2. Suntikan progrestin
Merupakan alat kontrasepsi dengan kandungan progresteron depot
dengan kerja mengganggu ovulasi, mengubah lendir serviks
endometrium, dan implantasi. Ini disuntikan intramuskular pada hari
ke-5 siklus menstruasi atau pascapartus. Metode ini dapat digunakan
untuk jangka panjang yaitu setiap 3 bulan sekali. Namun kerugian dari
suntikan progestin adalah tingginya insiden gangguan menstruasi
dengan amenorea atau perdarahan ireguler. Kontinuitas dari
pemakaian suntikan ini 50 sampai 75% akseptor tetap
menggunakannya setelah 1 tahun (Hartanto, 2002).
3. Implant

Implant juga merupakan alat kontrasepsi dengan kandungan


progesteron, dan prinsip kerja serupa, ini dipasang di subkutan pada
lengan atas melalui insisi kulit kecil dengan anestesi lokal. Metode ini
sangat menguntungkan Karena bisa digunakan untuk jangka waktu
yang sangat panjang, namun mempunyai efek samping sama seperti
minipil dan suntikan depot.Kontinuitas penggunaan implant yaitu
lebih dari 2/3 akseptor memakainya untuk sekurang-kurangnya 2
tahun, setelah 1 tahun kuntinuitasnya 87-95% dan setelah 2 tahun 66-
92%, serta setelah 5 tahun 42-78% (Hartanto, 2002).

C. KB keadaan khusus
1. Kontrasepsi Untuk Perempuan Berusia Lebih Dari 35 Tahun

Perempuan berusia > 35 tahun memerlukan kontrasepsi yang aman


dan efektif karena kelompok ini akan mengalami peningkatan
morbiditas dan mortalitas jika mereka hamil.
Bukti – bukti terakhir menunjukkan bahwa baik pil kombinasi
maupun suntikan kombinasi dapat digunakan dengan aman oleh klien
berusia > 35 tahun sampai masa menoupause, jika tidak terdapat faktor
risiko lain. Kekhawatiran tentang risiko kanker mammae pada
pemakaian kontrasepsi hormonal sesudah usia 35 tahun, menurut
penelitian terakhir tidak terbukti. Disamping terbukti turunnya tingkat
prevalensi kanker payudara di antara perempuan usia > 35 tahun, juga
ternyata risiko kanker endometrium dan kanker ovarium juga turun.
Namun, perempuan usia > 35 tahun yang merokok sebaiknya tidak
menggunakan pil kombinasi ataupun suntikan kombinasi. Pemakaian
pil kombinasi pada perempuan usia di atas 35 tahun menunjukkan
bahwa risiko penyakit kardiovaskular meningkat pada perokok dan
penderita dengan faktor predisposisi penyakit jantung, hipertensi, DM,
riwayat penyakit jantung, stroke. Sedangkan pada bukan perokok tidak
ada pengaruh dan tidak ada batasan usia pemakaian pil kombinasi,
justru memiliki sejumlah manfaat kesehatan. Kontrasepsi oral
memberikan kontrol sirkulasi yang baik dan mengurangi risiko kanker
endometrium paling tidak 50% dengan lebih dari 12 bulan penggunaan,
perlindungan dari kanker ovarium, adanya peningkatan insiden
dysplasia dan carcinoma pada servik yang dapat dipengaruhi oleh faktor
lain seperti jumlah partner sex.

Tabel berbagai cara kontrasepsi pada perempuan berusia > 35 tahun.

Metode Kontrsepsi Catatan

Pil kombinasi/ 1.        Sebaiknya tidak digunakan oleh perempuan >


suntikan kombinasi 35 tahun yang perokok.

2.        Perokok berat (> 20 batang/ hari) jangan


menggunakan pil/ suntikan kombinasi.

Catatan 1, 2: Dapat meningkatkan tekanan darah dan


Metode Kontrsepsi Catatan

retensi cairan, sehingga risiko stroke dan gangguan


pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat.

3.        Pil kombinasi dosis rendah dapat berfungsi


sebagai Terapi Sulih Hormon pada masa
perimenopause (keuntungan non kontrasepsi).

Kontrasepsi 1.        Dapat digunakan pada masa perimenopause


Progestin (Implan, (usia 40 – 50 tahun).
Kontrasepsi
2.        Dapat digunakan oleh perempuan berusia > 35
Suntikan Progestin,
tahun dan perokok.
Kontrasepsi Pil
Progestin) 3.        Implan dapat digunakan pada perempuan > 35
tahun yang mengingnkan kontrasepsi jangka panjang,
tetapi belum siap untuk kontrasepsi mantap.

AKDR 1.        Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun


yang tidak terpapar pada Infeksi Saluran Reproduksi
dan IMS.

2.        AKDR Cu dan progestin: sangat efektif, tidak


perlu tindak lanjut, efek jangka panjang (Cu T-380A
efektif sampai 10 tahun).

Kondom 1.        Satu – satunya metode kontrasepsi yang dapat


mencegah Infeksi Saluran Reproduksi dan IMS (HBV,
HIV/ AIDS).

2.        Perlu motivasi tinggi bagi pasangan untuk


mencegah kehamilan.
Metode Kontrsepsi Catatan

Kontrasepsi 1.        Sangat tepat untuk pasangan yang benar – benar


Mantap tidak ingin tambahan anak lagi.

   

Tabel 10.2: Klasifikasi persyaratan medis dalam penapisan klien

Kondisi

M = Mulai, L = Lanjut

Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi

Kontrasepsi Merokok (≥ 35
Nyeri kepala
tahun)

< 15 ≥ 15 Tanpa aura (≥ Dengan aura

batang/ batang/ 35 tahun) (semua usia)

hari hari M L M L

Pil Kombinasi 3 4 3 4 4 4

Suntikan
2 3 3 4 4 4
Kombinasi

Pil progestin 1 1 1 2 2 3

DMPA NET-EN 1 1 2 2 2 3

Implan 1 1 2 2 2 3

AKDR Cu 1 1 1 1 1 1

AKDR Progestin 1 1 2 2 2 3
Kondisi

M = Mulai, L = Lanjut

Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi

Kontrasepsi Merokok (≥ 35
Nyeri kepala
tahun)

< 15 ≥ 15 Tanpa aura (≥ Dengan aura

batang/ batang/ 35 tahun) (semua usia)

hari hari M L M L

Tubektomi A A A A A A

Keterangan:

Berdasarkan WHO, 2004

1: Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan


metode kontrasepsi.

2: Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan


dengan risiko yang diperkirakan akan terjadi.

3: Risiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat penggunaan


kontrasepsi.

4: Risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan

Berdasarkan klasifikasi lain


A: Tidak ada alasan medis yang merupakan kontraindikasi
dilakukannya kontrasepsi mantap.

B: Tindakan kontrasepsi mantap yang dilakukan, tetapi dengan


persiapan dan kewaspadaan khusus.

C: Sebaiknya tindakan kontrasepsi mantap sampai kondisi medis


diperbaiki. Sementara itu diberikan metode kontrasepsi lain.

D: Tindakan kontrasepsi mantap hanya dilakukan oleh tenaga yang


sangat berpengalaman, dan perlengkapan aneistesi tersedia. Demikian
pula fasilitas lainnya. Diperlukan pula kemampuan untuk menunjukkan
prosedur klinik serta aneistesi yang tepat.

Pada premenopause semua macam kontrasepsi menjadi lebih efektif.


Pilihan kontrasepsi mana yang dipakai pada masa ini tergantung pada
tiap-tiap individu. Urutan pemilihan kontrasepsi pada wanita
premenopause, sebagai berikut:

1) Pilihan pertama yang dianjurkan adalah mengggunakan kontrasepsi


mantap. Ligasi tuba dan elektro koagulen dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi uterus dan ovarium sehingga menyebabkan
perdarahan menstruasi yang lebih banyak.
2) Pilihan lain yang dianjurkan berdasarkan efektifitas adalah IUD,
karena pada masa premenopause lanjut, pregnancy rate, expulsi,
perforasi, kemungkinan terjadinya infeksi rendah. Pemakaian IUD
yang mengandung cuprum dapat lebih lama dari batas yang
ditentukan pada masa premenopause karena infertilitas menurun.
Penggunaan IUD yang mengandung levonogestrel atau 3 keto
desogestrel, suatu generasi terbaru dari IUD bentuk T, gangguan
menstruasi dan pregnancy rate rendah. Progestin akan
mempengaruhi cervical mucous, mencegah infeksi. Penggunaan
levonogestrel releasing (LNG-IUD) untuk perempuan pada masa
premenopause akan mengurnagi terjadinya perdarahan ireguler.
Dianjurkan untuk mengangkat IUD jika terdapat perdarahan dan
nyeri pada perempuan di atas 35 tahun. Hal ini mencegah terjadinya
anemia dan infeksi serta keterlambatan diagnostik adanya kesalahan
organik.
3) Pilihan berikutnya norplant, implant dan suntikan. Norplant dan
implant kurang disukai karena harus dipasang dan dilepas secara
khusus oleh tenaga terlatih. Manfaatnya yaitu rendahnya insiden dari
perdarahan yang tidak teratur, biasanya tidak begitu berat, dan untuk
perempuan premenopause ini hanya merupakan masalah awal
menorrhagia, penggunaan norplant dapat mengurangi volume darah
yang hilang dan melindungi dari anemia. Suntikan seperti Depo
Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) dan norethisterone ananthate (
Net-EN) sangat efektif dan reversibel. DMPA disuntikkan tiap tiga
bulan, Net-EN tiap dua bulan pada empat suntikan pertama yang
dilanjutkan tiga bulan sekali. Keluhan Net-EN lebih sedikit
dibandingkan DMPA Cyclofem (MPA 25 mg + EC 5 mg) diberikan
tiap bulan, cukup efektif dan efek samping seperti gangguan
menstruasi sedikit. Namun tidak mendapatkan manfaat dari
perlindungan dari osteoporosis karena tidak mengandung hormone
estrogen.
4) Pilihan berikutnya adalah mini-pil (pil progestin) yang cukup efisien
dan efek sampingnya rendah. Mekanisme kerjanya terutama
mempengaruhi cervical mucous dan mempunyai efek langsung pada
axis ovarial hipotalamik hingga sering menyebabkan perdarahan
ireguler.
5) Pil kontrasepsi kombinasi mempunyai efek utama yaitu supresi
ovulasi selain mempunyai efek menurunkan produksi FSH dan LH.
Pil kombinasi menyebabkan endometrium lebih tipis dan
kemampuan sekresi rendah. Keuntungan pemakaian pil kombinasi
pada masa premenopause adalah perlindungan osteoporosis, keluhan
vasomotor berkurang, keluhan somatik (insomnia, kelelahan, mudah
tersinggung) berkurang, keluhan urogenital berkurang, lubrikan
vaginal bertambah, disfungisonal menorrhagia berkurang. Hal ini
mengurangi penggunaan danazol, norethindrome yang menyebabkan
perubahan profil lipid. Pil ini dapat digunakan sampai beberapa
tahun setelah menopause asal memperhatikan kontraindikasinya.
6) Metode barrier meskipun efektifitasnya rendah, pada masa
premenopause lanjut cukup efektif karena frekuensi koitus berkurang
dan fertilitas menurun. Suatu keuntungan yang menonjol dari
pemakaian kondom adalah risiko yang rendah terjadinya sexually
transmitted diseases. Kerugiannya adalah alergi terhadap spermisida
atau lubrikan yang dipakai dan problem psikologis.

2. Kontrasepsi Pascapersalinan

KB pascapersalinan adalah suatu program yang dimaksudkan untuk


mengatur kelahiran, menjaga jarak kehamilan dan menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, agar dapat mengatur kehamilan
melalui penggunaan alat/ obat kontrasepsi setelah melahirkan. Klien
pascapersalinan dianjurkan:

1) Memberi ASI eksklusif (hanya memberi ASI saja)  kepada bayi


sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Sesudah bayi berusia 6 bulan
diberikan makanan pendamping ASI, dengan pemberian ASI
diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.
2) Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.
3) Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak
mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi.

Klien pascapersalinan yang tidak menyusui, masa infertilitas rata-


rata berlangsung sekitar 6 minggu sedangkan klien pascapersalinan
yang menyusui, masa infertilitas lebih lama. Namun, kembalinya
kesuburan tidak dapat diperkirakan.
Menyusui secara eklusif merupakan suatu metode kontrasepsi
sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan
waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektifitas dapat
mencapai 98%. Efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi
mendapat cukup asupan perlaktasi.

Waktu mulai kontrasepsi pascapersalinan tergantung dari status


menyusu. Metode yang langsung dapat digunakan adalah: Spermisida,
kondom dan koitus interuptus.

Klien Menyusui

1) Klien menyusui tidak memerlukan kontrasepsi pada 6 minggu


pascapersalinan. Pada klien yang mengunakan MAL waktu tersebut
dapat sampai 6 bulan.
2) Gambar dibawah menunjukan waktu yang dianjurkan untuk mulai
suatu metode kontrasepsi. Jika klien menginginkan metode selain
MAL, perlu didiskusikan efek samping metode kontasepsi tersebut
terhadap laktasi dan kesehatan bayi. Sebagai contoh pil kombinasi
dan suntikan kombinasi merupakan pilihan terakhir. Pil kombinasi,
meskipun dengan pil dosis rendah (30-35µg EE) akan mengurangi
produksi ASI dan secara teoritis akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan normal bayi pada 6-8 minggu pascapersalinan.
Tunggulah 8-12 minggu pascapersalianan sebelum mulai pil
kombinasi atau suntikan kombinasi.

Persalinan                3 minggu              6 minggu               6 bulan

Metode Amenorea Laktasi

AKDR

Kontrasepsi Mantap

Kondom
Kontrasepsi Progestin

Kontrasepsi Kombinasi

Gambar 10.1: Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita
menyusui

Klien Tidak Menyusui

1) Klien tidak menyusui umumnya akan mendapat haid kembali dalam


4-6 minggu pascapersalinan. Kurang lebih 1/3nya berupa siklus
ovulatoir. Oleh karena itu kontrasepsi harus mulai pada waktu atau
sebelum hubungan seksual pertama pascapersalian. Karena masalah
pembekuan darah masih terdapat pada 2-3 minggu pascapersalinan.
Sebaliknya kontrasepsi progestin dapat segera dimulai
pascapersaliann karena metode ini tidak meningkatkan risiko
masalah pembekuan darah.

Persalinan               3 minggu                    6 minggu            6 bulan

AKDR

Kontrasepsi Mantap

Kondom

Kontrasepsi Progestin

Kontrasepsi Kombinasi
Gambar 10.2: Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita
tidak menyusui

Tabel 10.3 Metode kontrasepsi pascapersalianan

Metode Waktu pasca


Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan

MAL 1.        Mulai 1.        Manfaat 1.        Harus 


segera kesehatan bagi ibu benar-benar ASI
pascapersalinan. dan bayi. ekslusif.

2.        Efektifitas
tinggi sampai 6
2.        Memberikan
bulan
waktu untuk memilih
pascapersalian 2.        Efektifitas
metode kontrasepsi
dan belum haid. berkurang jika
lain.
mulai
suplementasi.

Kontrasepsi 1.        Jika 1.        Selama 6-8 1.        Kontrasepsi


kombinasi menyusui: minggu kombinasi
pacapersaliana, merupakan pilihan
a.        Jangan
kontrasepsi kombinasi terakhir pada klien
dipakai sebelum
akan mengurangi ASI menyusui.
6-8 minggu
dan mempengaruhi
pascapersalianan
tumbuh kembang
.
bayi.

2.        Selama 3
minggu
pascapersalinan
b.        Sebaiknya
Metode Waktu pasca
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan

tidak dipakai kontrasepsi kombinasi 2.        Dapat


dalam waktu 6 meningkatkan risiko diberikan pada
minggu – 6 masalah pembekiaun klien dengan
bulan darah. riwayat
pacapersalinan. preeklampsi atau
hipertensi dalam
3.        Jika klien tidak kehamilan.
2.        Jika pakai mendapat haid dan
MAL tunda sudah berhubungan
sampai 6 bulan. seksual, mulailah
kontasepsi kombinasi
3.        Jika tidak
setelah yakin klien
menyusui dapat
tidak ada kehamilan.
dimulai 3
minggu 3.        Sesudah 3
pascapersalian. minggu
pascapersalinan
tidak
meningkatkan
risiko pembekuan
darah.

Kontarsepsi 1.        Sebelum 6 1.        Selama 6 1.        Perdarahan


progestin minggu minggu pertama ireguler dapat
pascapersalianan pascapersalina, terjadi
, klien menyusui progestin
jangan mempengaruhi
menggunakan tumbuh kembang
kontrasepsi bayi.
Metode Waktu pasca
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan

progestin.

2.        Jika
mengunakan
2.        Tidak ada
MAL
pengaruh terhadap
kontrasepsi
ASI.
preogestin dapat
ditunda sampai 6
bulan.

3.        Jika tidak
menyususi, dapat
segera dimulai.

4.        Jika tidak
menyusui, lebih
dari 6 minggu
pascapersalianan
, atau sudah
dapat haid,
kontrasepsi
progestin dapat
dimulai setelah
yakin tidak ada
kehamilan
Metode Waktu pasca
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan

AKDR 1.        Dapat 1.        Tidak ada 1.        Insesi


dipasang pengaruh terhadap postplasental
langsung ASI. memerlukan
pascapersalianan petugas terlatih
, sewaktu khusus.
seksiosesaria,
atau 48 jam
pascapersalianan
.

2.        Jika tidak
insersi ditunda
sampai 4-6
minggu
pascapersalinan.
2.        Konseling
2.        Efek samping perlu dilakukan
3.        Jika lebih sedikit pada sewaktu asuhan
laktasi atau haid klien yang menyusui. antenatal.
sudah dapat,
insersi dilakukan
sesudah yakin
tidak ada
kehamilan

3.        Angka
pencabutan AKDR
Metode Waktu pasca
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan

tahun pertama
lebih tinggi pada
klien menyusui.

4.        Ekspulsi
spontan lebih
tinggi (6-10%)
pada pemasangan
pascaplasental

5.        Sesudah 4-
6 minggu
pascapersalianan
teknik sama
dengan
pemasangan waktu
interval.

Kondom/ 1.        Dapat 1.        Tak ada 1.        Sebaiknya


spermisida digunakan setiap pengaruh terhadap pakai kondom
saat laktasi. yang diberi
pascapersalianan pelican.
2.        Sebagai cara
.
sementara sambil
memilih metode lain.

Diagfragma 1.        Sebaiknya 1.        Tidak ada 1.        Perlu


tunggu sampai 6 pengaruh terhadap pemeriuksaan
minggu laktasi. dalam oleh
pascapersalian. petugas.
Metode Waktu pasca
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan

2.        Penggunaan
spermisids
membantu
mengatasi masalah
keringnya vagina.

KB 1.        Tidak 1.        Tidak ada 1.        Lendir


alamiah dianjurkan pengaruh terhadap serviks tidak
sampai siklus laktasi. keluar seperti haid
haid kembali regular lagi.
teratur. 

2.        Suhu basal
tubuh kurang
akurat jika klien
sering terbangun
waktu malam
untuk menyusui.

Koitus 1.        Dapat 1.        Tidak ada 1.        Beberapa


interuptus dilakuakn dalam pengaruh terhadap pasangan tidak
atau 48 jam laktasi atau tumbuh sanggup untuk
abstinensia pascapersalinan. kembang bayi. abstinensia.

2.        Abstinensi
100% efektif.
2.        Perlu
konseling.
Metode Waktu pasca
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan

Kontrasepsi 1.        Dapat 1.        Tidak ada 1.        Perlu


mantap dilakukan dalam pengaruh terhadap anestesi lokal.
Tubektomi 48 jam laktasi atau tumbuh
pascapersalinan. kembang bayi.

2.        Jika tidak
tunggu sampai 6
2.        Minilaparotomi
minggu pasca
pascapersalianan
persalinan.
paling mudah
2.        Konseling
dilakukan dalam 48
sudah harus
jam pascapersalinan
dilakukan sewaktu
asuhan antenatal.

Vasektomi 1.        Dapat 1.        Tidak segera 1.        Merupakan


dilakukan setiap efektif karena perlu salah satu cara KB
saat paling sedikit 20 untuk pria
ejakulasi (±3 bulan)
sampai benar-benar
steril.

Tabel 10.4: Klasifikasi persyaratan medis dalam penapisan klien


Kondisi

M = Mulai, L = Lanjut

Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi

Pascapersalinan Pascapersalinan (laktasi/ non


Kontrasepsi
(tanpa laktasi) laktasi) termasuk SC

≥ 48
< Sepsis
< 21 ≥ 21 jam - < ≥ 4
48 puerper
hari hari 4 minggu
jam alis
minggu

Pil
3 1
Kombinasi

Suntikan
3 1
Kombinasi

Pil
1 1
prpgestin

DMPA
1 1
NET-EN

Implan 1 1

AKDR Cu 2 3 1 4

AKDR
3 3 1a 4
Progestin

Keterangan:

Berdasarkan WHO, 2004


1: Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan metode
kontrasepsi.

2: Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan risiko


yang diperkirakan akan terjadi.

3: Risiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat penggunaan kontrasepsi.

4: Risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan

a: Jika laktasi, kategori menjadi 3 sampai 6 minggu pascapersalinan

Tabel 10.5: Kontrasepsi mantap perempuan (Tubektomi)

Kondisi Kategori

Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi

Pascapersalinan

·          -    < 7 hari A


C
-          7 - < 42 hari
A
-          ≥ 42 hari

·         Preeklampsia/ eklampsia
A
-          Preeclampsia ringan C

-          Preeclampsia berat/ eklampsia

·         Ketuban pecah lama C

-          > 24 jam C
C
·         Infeksi nifas
C
Kondisi Kategori

Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi

·         Perdarahan antepartum

·         Trauma berat pada daerah genitalia D

·         Ruptur uterus

Keterangan:

Berdasarkan klasifikasi lain

A: tidak ada alasan medis yang merupakan kontraindikasi dilakukannya


kontrasepsi mantap.

B: tindakan kontrasepsi mantap yang dilakukan, tetapi dengan persiapan dan


kewaspadaan khusus.

C: sebaiknya tindakan kontrasepsi mantap sampai kondisi medis diperbaiki.


Sementara itu diberikan metode kontrasepsi lain.

D: tindakan kontrasepsi mantap hanya dilakukan oleh tenaga yang sangat


berpengalaman, dan perlengkapan aneistesi tersedia. Demikian pula fasilitas
lainnya. Diperlukan pula kemampuan untuk menunjukkan prosedur klinik serta
aneistesi yang tepat.

Pada pascapersalinan dan pasca SC, penggunaan kontrasepsinya tidak ada


perbedaan dan terklasifikasi kedalam kategori yang sama berdasarkan WHO
(2004) dan klasifikasi lainnya.

3. Kontrasepsi Pascakeguguran
KB pascakeguguran adalah suatu program yang dimaksudkan untuk
mengatur kelahiran, menjaga jarak kehamilan dan menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, agar dapat mengatur kehamilan
melalui penggunaan alat/ obat kontrasepsi setelah keguguran.

Keterkaitan asuhan pascakeguguran dengan keluarga berencana

Pelayanan kontrasepsi pasca keguguran mencakup :

a. Konseling tentang kontrasepsi.


b. Jaminan tersedianya pasokan kontrasepsi.
c. Akses terhadap asuhan lanjutan.
d. Informasi tentang perlindungan terhadap IMS.
e. Hal-hal khusus berkenaan dengan pribadi klien, kondisi klinis, dan
kemampuan fasilitas kesehatan setempat.

Waktu mulai

Kontrasepsi pascakeguguran perlu dimulai segera karena ovulasi


dapat terjadi 11 hari sesudah terapi keguguran/ abortus. Sekurang-
kurangnya klien perlu mendapat konseling dan informasi agar mereka
mengerti bahwa :

a. Klien dapat hamil lagi sebelum haid berikutnya datang.


b. Ada kontrasepsi yang aman untuk menunda atau mencegah
kehamilan.
c. Dimana dan bagaimana klien dapat memperoleh pelayanan.

Jenis kontrasepsi yang dapat dipakai

a. Kontrasepsi yang dianjurkan sesudah keguguran trimester 1, sama


dengan yang dianjurkan pada masa interval.
b. Kontrasepsi yang dianjurkan sesudah keguguran trimester 2 sama
dengan yang dianjurkan pada masa pasca persalinan, yaitu:
1) Memberi ASI eksklusif (hanya member ASI saja)  kepada bayi
sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Sesudah bayi berusia 6 bulan
diberikan makanan pendamping ASI, dengan pemberian ASI
diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.
2) Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.
3) Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak
mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi.

Tabel Metode kontrasepsi pasca keguguran

Metode Waktu mulai


Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi penggunaan

Pil Segera mulai. 1.        Dapat segera 1.        Jik


kombinasi dimulai walaupun a
terdapat infeksi. konseling
dan
2.        Sangat efektif.
informasi
belum
cukup,
3.        Langsung
Kontraseps tunda
efektif.
i progestin suntikan
pertama
atau
4.        Mengurangi
Suntikan pemasang
kehilangan
kombinasi an
darah/anemia.
implant.
Berikan
Implan metode
sementara.
Metode Waktu mulai
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi penggunaan

2.        Unt
uk
implant,
perlu
tenaga
terlatih.

Metode Waktu mulai


Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi penggunaan

AKDR Trimester I

1.        AKDR 1.        Jik
dapat langsung a
dipasang jika konseling
tidak ada dan
infeksi. informasi
belum
cukup,
2.        Tunda tuda
pemasangan pemasang
sampai luka an.
atau infeksi
sembuh,
perdarahan
Metode Waktu mulai
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi penggunaan

diatasi, dan 2.        Per


anemia lu tenaga
diperbaiki. terlatih
untuk
pemasang
Trimester II an AKDR.

1.        Tunda
pemasangan 4-
6 minggu pasca
kuguguran
kecuali jika
tenaga terlatih
dan peralatan
untuk insersi
pasca
keguguran
tersedia.

2.        Yakinka
1.        Pad
n tidak ada
a trimester
infeksi. Jika
II
ternyata ada
kemungki
infeksi, tunda
nan risiko
pemasangan
perforasi
sampai infeksi
sewaktu
teratasi 3 bulan.
pemasang
an lebih
Metode Waktu mulai
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi penggunaan

besar.

Kondom/ 1.        Mulai 1.        Metode


spermisida segera sewaktu sementara sambil
mulai hubungan menunggu metode
seksual. lain.

KB 1.        Tidak 1.        Wa
alamiah dianjurkan. ktu
ovulasi
pertama
pasca
keguguran
sulit
diperkirak
an.

Tubektomi 1.        Secara 1.        Minilaparotom 1.        Per


teknis, i sesudah keguguran lu
tubektomi dapat trimester I sama konseling
langsung dengan waktu dan
dikerjakan interval. informasi
sewaktu terapi yang
keguguran cukup.
kecuali jika ada 2.        Setelah
perdarahan keguguran trimester
banyak atau II sama dengan
infeksi. prosedur pasca
persalinan.
Tabel 10.7: Panduan metode kontrasepsi pada beberapa kondisi klinis

Kondisi klinis Perlu hati-hati Rekomendasi

Infeksi

1.        Tanda-tanda 1.        AKDR: jangan 1.        Kontrasepsi


infeksi. dipasang sampai kombinasi: dapat
infeksi teratasi (3 segera diberikan .
bulan).

2.        Tubektomi:
2.        Kontrasepsi
2.        Tanda-tanda jangan dilakukan
progestin: dapat
aborsi tidak aman. sampai infeksi teratasi
segera diberikan.
(3 bulan).

3.        Tidak dapat
3.        Barier: dapat
menyingkirkan
digunakan.
infeksi.

Perlukaan jalan
lahir

1.        Perforasi
1.        AKDR: jangan 1.        Kontrasepsi
uterus.
dipasang sampai kombinasi: dapat
perlukaan sembuh. segera diberikan .

2.        Diagfragma: 2.        Kontrasepsi
Kondisi klinis Perlu hati-hati Rekomendasi

jangan dipasang progestin: dapat


sampai perlukaan segera diberikan.
2.        Perlukaan
sembuh.
vagina atau
serviks.
3.        Barier: dapat
3.        Spermisida: digunakan.
jangan dipasang
sampai perlukaan
sembuh.

4.        Tubektomi:
jangan dipasang
sampai perlukaan
sembuh.

Perdarahan banyak

(Hb <8 gr%).

1.        Implan: tunda 1.        Kontrasepsi


sampai anemia diatasi. kombinasi: dapat
segera diberikan.

2.        AKDR: dapat
2.        Kontrasepsi
digunakan.
suntik: tunda sampai
anemia diatasi.
Kondisi klinis Perlu hati-hati Rekomendasi

3.        Kontrasepsi 3.        Spermisida:
progestin: hati-hati. dapat digunakan.

4.        AKDR: tunda
sampai anemia diatasi.

5.        Tubektomi:
tunda sampai anemia
diatasi.

Tabel: Klasifikasi Persyaratan Medis dalam Penapisan Klien

Kondisi

M = Mulai, L = Lanjut

Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi


Kontrasepsi
Pascakeguguran
Pascakehami
Trimester Trimester Pascaabortus lan Ektopik
1 2 Septik

Pil
1 1 1 1
Kombinasi

Suntikan
1 1 1 1
Kombinasi

Pil 1 1 1 2
progestin

DMPA
1 1 1 1
NET-EN

Implan 1 1 1 1

AKDR Cu 1 2 4 1

AKDR
1 2 4 1
Progestin

Keterangan:

Berdasarkan WHO, 2004

1: Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan metode


kontrasepsi.

2: penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan risiko


yang diperkirakan akan terjadi.

3: risiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat penggunaan kontrasepsi.

4: risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan

Penggunaan kontrasepsi pascakeguguran pada trimester 1 dan trimester 2 hanya


berbeda pada penggunaan kontrasepsi AKDR Cu dan kontrasepsi AKDR
Progestin.  Penggunaan kontrasepsi pascakehamilan ektopik juga diperbolehkan
dan masih aman dalam penggunaannya.

Tabel: Kontrasepsi mantap perempuan (Tubektomi)

Kondisi Kategori

Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi


Pascaabortus

-          Tanpa komplikasi

-          Sepsis pascakeguguran A

-          Perdarahan pascakeguguran C
C
-          Trauma alat genital/ serviks/ vagina saat
C
pengguguran
D
-          Perforasi uterus C

-          Hematometra

Keterangan:

Berdasarkan klasifikasi lain

A: tidak ada alasan medis yang merupakan kontraindikasi dilakukannya


kontrasepsi mantap.

B: tindakan kontrasepsi mantap yang dilakukan, tetapi dengan persiapan dan


kewaspadaan khusus.

C: sebaiknya tindakan kontrasepsi mantap sampai kondisi medis diperbaiki.


Sementara itu diberikan metode kontrasepsi lain.

D: tindakan kontrasepsi mantap hanya dilakukan oleh tenaga yang sangat


berpengalaman, dan perlengkapan aneistesi tersedia. Demikian pula fasilitas
lainnya. Diperlukan pula kemampuan untuk menunjukkan prosedur klinik serta
aneistesi yang tepat
Daftar Pustaka

http://edunakes.bppsdmk.kemkes.go.id/images/pdf/Obsgin_4_Juni_2014/Blok
%209/KONTRASEPSI%20ppt.pdf

http://repository.ump.ac.id/1283/3/Atika%20Nuriprihatin_BAB%20II.pdf

http://kbsederhanadenganalat.blogspot.com/2014/10/kb-sederhana-dengan-alat.html

http://diar13-midyuin08.blogspot.com/2010/04/makalah-kbkelompok-1kontarepsi.html

Anda mungkin juga menyukai