Anda di halaman 1dari 23

Penapisan calon 1st Grade

akseptor KB &
pelayanan
kontrasepsi KB
Nama : Rina Rahmadona
Kelas/NIM : 1A-214110322
Dosen : : NS.FARIDAH BD S.KEP,M.KES
Penapisan !
CALON AKSEPTOR KB
Pemerintah memberikan kewenangan pada
bidan untuk memberikan pelayanan keluarga
berencana (KB) dan kesehatan reproduksi,
yang mana hal tersebut telah dituliskan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK)
No 28 tahun 2017 tentang Praktik Bidan
(Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2017). 

—penapisan calon akseptor


Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian
kontrasepsi adalah untuk menetukan apakah ada :
1. Kehamilan
2. Keadan yang membutuhkan perhatian khusus
2. Masalah yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan
lebih lanjut (diabetes atau tekanan darah tinggi
purpose of sesi

Knowing the working mechanism Align the desired method


of contraceptives and their effect with the client's health
01 on normal body functions
02 condition

determine the client's most


likely health condition for one
03 chosen method or various
alternatives
Tabel Daftar Tilik Penapisan Klien Non Operatif
vr eterangan
kombinasi
menyusui
progestin
(minipil),
suntikan
pelepas
Apabila
metode
terakhir
minggu
(DMPA
kurang
adalah
pilihan
AKDR
pasca
susuk
cocok
maka
untuk
Tidak
klien
EN),
NET
atau
EN)
dan
dari
pil
mengkonsumsi
membutuhkan
tertahankan
penglihatan
perdarahan
postpartum
merasakan
menstruasi
mengalami
kombinasi,
dismenore
kehamilan
analgesik/
gangguan
sedang
minggu1
6
2
3
4
progestin)
menderita
progestin,
pasangan
menyusui
tungkai
banyak
setelah
jantung
ektopik
radang
pernah
susuk)
edema
bercak -3.:-
(diastolik)
payudara
hormonal
pembalut
tembaga
spotting/
suntikan
(sistolik)
benjolan
penyakit
ataupun
memiliki
tekanan
panggul
istirahat
Apakah
(semua
Metode
ikterus
kepala
mmHg
massa
kejang
jumlah
AKDR
antara
HPHT
baring
dalam
coitus
gejala
darah
hebat
Tidak
betis,
klien/
berat
mata
paha
dada
pada
nyeri
seks
lama
yang
lebih
jenis
klien
hari)
obat
jam)
atau
haid
atas
baik
kulit
IMS
dan
160
ada
hari
anti
tiap
lalu
lain
(pil
tak
ibu
Ya
90
pil
(>
di
6
<
7
1
2
4
8
1,2

Catatan !
Klien tidak selalu memberikan informasi tentang
kondisi diatas, namun petugas kesehatan harus
mengetahui bagaimana keadaan klien yang sebenarnya.
Bila diperlukan petugas dapat mengulangi dengar cara
yang bertanya
Cara meyakini klien tidak hamil

• Tidak sanggama sejak haid terakhir


• Sedang menggunakan alat kontrasepsi efektif secara
baik dan benar
• Dalam 7 hari pertama haid terakhir
• Dalam 4 minggu pascapersalinan
• Dalam 7 hari pascakeguguran
• Memberi ASI eksklusif dan belum haid
Bagaimana jika klien mungkin hamil ?

• Pemeriksaan bimanual hanya dapat mendeteksi kehamilan diatas 6


minggu
• Uji kehamilan tidak selalu memberikan kepastian kecuali bila
menggunakan jenis yang sangat sensitif
• Jika tidak tersedia uji kehamilan, anjurkan memakai kondom
hingga haid berikut atau observasi kepastian hamil
Prosedur penapisan
PELAYANAN
KONTRASEPSI KB
Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN
MASA SEBELUM HAMIL, MASA HAMIL, PERSALINAN, DAN
MASA SESUDAH MELAHIRKAN, PENYELENGGARAAN
PELAYANAN KONTRASEPSI, SERTA PELAYANAN
KESEHATAN SEKSUAL
Pelayanan KB PP dan PK memiliki beberapa kriteria yang
harus dipenuhi antara lain:
a. fasilitas kesehatan;
b. ketersediaan alat dan obat kontrasepsi
c. jenis-jenis kontrasepsi;
d. pembiayaan pelayanan KB;dan
e. pencatatan dan pelaporan.
Pelayanan kontrasepsi

Penyelenggaan Pelayanan Kontrasepsi dilakukan


01 dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan dari
segi agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan

Pelayanan kontrasepsi sebagaimana dimaksud meliputi :


02 a. pergerakan pelayanan kontrasepsi;
b. pemberian atau pemasangan kontrasepsi; dan
c. penanganan terhadap efek samping, komplikasi, dan
kegagalan kontrasepsi.
Pergerakan pelayanan kontrasepsi harus dilakukan sebelum pelayanan
sampai pasangan usia subur siap untuk memilih metode kontrasepsi

Penggerakan pelayanan dilakukan secara berkesinambungan oleh tenaga


kesehatan dan tenaga non kesehatanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, No. 135 11

Pemberian atau pemasangan kontrasepsi harus didahului oleh konseling


dan persetujuan tindakan medik (Informed Consent).
Konseling dapat dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan atau tempat pelayanan lain Konseling berupa
komunikasi, informasi, dan edukasi tentang metode
kontrasepsi.

Informasi harus dilakukan secara lengkap dan cukup


sehingga pasien dapat memutuskan untuk memilih
metoda kontrasepsi yang akan digunakan (informed
choise)
Metode kontrasepsi
- Pilihan metode kontrasepsi yang dilakukan oleh pasangan suami istri harus
mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak, kondisi kesehatan, dan norma
agama.
- Pilihan metode kontrasepsi mengikuti metode kontrasepsi rasional sesuai
dengan fase yang dihadapi pasangan suami istri meliputi :
a. menunda kehamilan pada pasangan muda atau ibu yang belum berusia
20 (dua puluh) tahun;
b. menjarangkan kehamilan pada pasangan suami istri yang berusia antara
20 (dua puluh) sampai 35 (tiga puluh lima) tahun; atau
c. tidak menginginkan kehamilan pada pasangan suami istri yang berusia
lebih dari 35 (tiga puluh lima) tahun.
Lanjutan..
- Metode kontrasepsi sebagaimana dimaksud dapat berupa:
a. metode kontrasepsi jangka pendek; dan
b. metode kontrasepsi jangka Panjang

- Metode kontrasepsi jangka pendekmeliputi suntik, pil, dan kondom.


- Pemberian pelayanan metode kontrasepsi jangka pendek berupa pil
dan kondom dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan atau
fasilitas lain.
- Metode kontrasepsi jangka Panjang meliputi Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR), Alat Kontrasepsi Bawah Kulit atau implan, Metode
Operasi Pria (MOP), dan Metode Operasi Wanita (MOW) harus
dilaksanakan sesuai standar di fasilitas pelayanan kesehatan.
- Pemberian pelayanan Metode kontrasepsi jangka
pendek berupa suntik dan metode kontrasepsi jangka
Panjang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
- Dalam hal pasangan suami istri memilih metode
kontrasepsi jangka pendek berupa pil pemberian
pelayanan untuk pertama kalinya harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan
Kontrasepsi darurat
1. Kontrasepsi darurat diberikan kepada ibu tidak terlindungi
kontrasepsi atau korban perkosaan untuk mencegah kehamilan.
2. Pelayanan kontrasepsi darurat pada ibu yang tidak terlindungi
kontrasepsi meliputi:

a) kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya


b) ;diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat;
c) kegagalan senggama terputus (misal : ejakulasi di vagina atau
pada genitalia externa)
d) salah hitung masa subur;
Lanjutan

e) AKDR ekspulsi; ,
f) lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
g) Terlambat lebih dari 1 minggu untuk suntik KB yang setiap
bulan; dan
h) Terlambat lebih dari 2 minggu untuk suntik KB yang tiga
bulanan

Pemberian kontrasepsi darurat sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) harus dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai standar
Pelayanan KB PP dan PK di fasilitas kesehatan, termasuk pemberian
konselingnya dan pemasangan kontrasepsi harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih dan kompeten.
1. Tenaga kesehatan adalah dokter spesialis kandungan dan kebidanan
ataupun dokter spesialis bedah urologi, dokter umum dan bidan,
2. Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan IUD dan implan harus
telah mengikuti pelatihan KB PP dan PK serta telah 28 dinyatakan
kompeten untuk memberikan pelayanan KB.
THANK’S !

Anda mungkin juga menyukai