2019 jadi penanda 10 tahun CEO Thisable Enterprise, Angkie Yudistia, bekerja sebagai
seorang sociopreneur. Ibu dua anak yang semula tak tahu tengah melakukan pekerjaan
tersebut menandai momentum ini dengan merilis buku ke-3 berjudul "Become Rich as a
Socio-preneur".
Sejak terjun langsung ke dunia komunitas disabilitas pada 2009, Angkie merasa punya
banyak teman seperjuangan, walau dengan layar belakang pendidikan
berbeda. Ketertarikan mengembangkan isu disablilitas membuat perempuan 32 tahun
tersebut terus belajar, bahkan sampai ke luar negeri.
Pada tahun 2013 Mimpi yang tinggi tidak hanya bisa dicapai oleh orang-
orang dengan panca indera sempurna. Beberapa orang yang memiliki
ketidaksempurnaan di tubuhnya juga bisa menggapai mimpi mereka sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Angkie baru saja meluncurkan buku keduanya bersama L'Oreal. Buku itu
berisi tentang kisah serta profil para peneliti wanita yang menginspirasi
wanita lainnya. Awalnya Angkie merasa ragu untuk bekerja sama dengan
L'Oreal mengerjakan proyek buku tersebut. Namun karena kecintaannya
menulis, ia punya keyakinan untuk berusaha mencoba dan memberikan
yang terbaik.
"Saya sangat suka menulis karena saya tunarungu. Tidak bisa mendengar
membuat saya sulit berkomunikasi makanya saya suka menulis. Awalnya
saya ragu karena nggak tahu sama sekali tentang peneliti tapi saya pikir
kenapa tidak dicoba," ujar Angkie ketika berbincang-bincang saat
peluncuran buku keduanya 'Setinggi Langit' bersama L'Oreal di kantor
L'Oreal beberapa waktu lalu, Kuningan, Jakarta Selatan.
"Tough people will win, siapapun bisa asal niat. Saya yang difabel pun
bisa," ujarnya.
Sebelum buku keduanya itu, wanita kelahiran 5 Juni 1987 ini juga telah
menerbitkan buku dengan judul 'Perempuan tunarungu Menembus Batas'.
Buku tersebut merupakan wujud dari mimpinya dalam keterbatasannya
sebagai seorang difabel. Tidak mudah menghadapi kenyataan bahwa ia
tak sama dengan gadis lainnya.
"Aku dulu selalu bertanya-tanya aku salah apa, orangtuaku pun sedih tapi
mereka nggak pernah nangis di depan aku, jadi aku mulai kebentuk nggak
bisa nangis di depan orang atau dikasihani, itu yang buat aku lebih kuat,"
tutur wanita yang pernah menjadi Finalis None Jakarta Barat 2008 itu.
Kekuatan Angkie kian lama semakin besar dan menjadi tekad yang kuat
untuk menggapai mimpinya. Hal itu pula yang menjadi alasan mengapa ia
merilis buku mengenai kehidupannya sebagai gadis tunarungu.
Ketidakmampuan mendengar menempatkan kaum tuna rungu sering menjadi korban, namun tidak
sedikit juga perempuan tuna rungu indonesia yang mencatat prestasi.Dengan mendapatkan
pendidikan yang sesuai karakternya mampu menjadikan dirinya individu yang kreatif, inovatif,
mandiri dan memiliki jiwa kewirausahaan, ini membuktikan bahwa kemiskinan bahasa yang sering
menjadi kendala bukan hambatan utama untuk menghasilkan karya besar.
SCRIPT KARYA ANGKIE YUDISTIA
Mimpi yang tinggi tidak hanya bisa dicapai oleh orang-orang dengan panca
indera sempurna. Beberapa orang yang memiliki ketidaksempurnaan di
tubuhnya juga bisa menggapai mimpi mereka sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Buku kedua yang berjudul 'Setinggi Langit' dirilis pada tahun 2013 bersama
brand kosmetik ternama L'Oreal. Dengan segala keterbatasannya itu,
Angkie berusaha bangkit menjadi wanita yang mandiri dan menginspirasi.
Hal itu dibuktikannya setelah berhasil merilis dua buku inspiratif, menjadi
pendiri dari Thisable Enterprise, serta pernah mendapat Kartini Next
Generation Awards dari Kementrian Komunikasi Informatika pada tahun
2013. . Melalui dua karyanya tersebut ia menyuarakan hak-hak
kelompok disabilitas.
Buku ketiga yang berjudul "Become Rich as a Socio-preneur" pada tahun 2019 jadi
penanda 10 tahun CEO Thisable Enterprise, Angkie Yudistia, bekerja sebagai
seorang sociopreneur. Ibu dua anak yang semula tak tahu tengah melakukan pekerjaan
tersebut menandai momentum ini dengan merilis buku ke-3 berjudul "Become Rich as a
Socio-preneur" yang menginspirasi bagi yang berminat berbisnis untuk kepentingan
sosial