Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM 2

MEDICATION SAFETY
“ SISTEM YANG MEMASTIKAN ADANYA DISTRIBUSI OBAT YANG
LEBIH BAIK DAN SISTEM YANG MEMASTIKAN ADANYA
PENGECEKAN YANG MEMADAI/ADEKUAT ”
Disusun untuk memenuhi tugas praktikum Keselamatan Pasien dan K3 dalam
Keperawatan

Dosen Pengampu :
Endang Pertiwiwati, Ns., M.Kes.
Disusun Oleh Kelompok 1:
Abdi Cahyadi Akbar 2010913210009
Assyifa Lutfia Puteri 2010913220008
Maria Melania 2010913320030
Muhammad Rifky Furwanda 2010913210004
Mutmainnah 2010913320032
Norsasmita 2010913220015
Rizka Ananda Ungang 2010913220028
Salmi Hayatun 2010913120001
Siti Fatimah 2010913320004

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
OPENING MATERI

Disuatu tempat mahasiswa keperawatan disalah satu perguruan tinggi,


mereka mendapat proyek yaitu membuat video edukasi terkait dengan Medication
Safety yang menjadi tema praktikum mereka untuk minggu ini.

Perawat 1 (Fatim) : “Guys, siang ini jadi kan kita kerja kelompok video
edukasi K3.”
Perawat 2 (Abdi) : “ Wait, wait yang mana rasanya gak ada tugas, deh.”
Perawat 3 (Maria) : “ Ohh, iya yang untuk minggu ini kan ada proyek video
edukasi k3 medication safety” ( sambil membuka jadwal
praktikum)
perawat 2 (Abdi) : “ Ohww , hehehe aku lupa kebanyakan grup soalnya, aku
kabari yang lain dulu ya kita kumpul disini buat
menyusun naskah, selanjutnya kita konsulkan dengan
asdos ya.”

Merekapun berkumpul disuatu tempat untuk menyusun naskah video edukasi


K3. Setelah naskah selesai dan disetujui oleh asisten dosen, keesokan harinya
mereka berencana untuk membuat video edukasi medication safety sesuai dengan
pembagian peran yang telah mereka sepakati.

ISI MATERI

Perawat 1 (Fatim) : “Asalamualaikum Waramatullahi Wabarakatuh. Salam


sejahtera bagi kita semua, Shalom, Om swastiastu, Namo
buddhaya, Salam kebajikan." Hai teman-teman
keperawatan semua kami dari kelompok 1 praktikum
Keselamatan Pasien dan K3 dalam Keperawatan, kami
terdiri dari 9 orang yang beranggotakan Abdi Cahyadi
Akbar, Assyifa Lutfia Puteri, Maria Melania,
1|Keselamatan Pasien dan K3 dalam Keperawatan
Muhammad Rifky Furwanda, Mutmainnah, Norsasmita,
Rizka Ananda Ungang, Salmi Hayatun, dan Siti
Fatimah. Disini kami ingin menyampaikan pemaparan
singkat mengenai Medication Safety yang lebih
khususnya tentang Sistem Yang Memastikan Adanya
Distribusi Obat Yang Lebih Baik Dan Sistem Yang
Memastikan Adanya Pengecekan Yang
Memadai/Adekuat. Yuk, disimak baik-baik ya
penjelasannya agar teman- teman paham terkait dengan
Medication Safety ini.”

Perawat 2 (Abdi) : “Baik, saya ambil alih. Nah, sesuai dengan yang sudah
dikatakan oleh perawat 1, yaitu pertama-tama saya akan
menjelaskan tentang apasih itu Sistem Yang Memastikan
Adanya Distribusi Obat Yang Lebih Baik. Jadi, Sistem
Yang Memastikan Adanya Distribusi Obat Yang Lebih
Baik atau yang disingkat (CDOB) merupakan kumpulan
metode kerja rutin yang terstandar, yang memastikan
bahwa kualitas, keamanan, dan kemanjuran produk obat
tetap utuh sejak awal hingga akhir masa kadaluwarsa.
CDOB juga dapat diartikan sebagai cara distribusi/
penyaluran obat dan/ atau bahan obat yang bertujuan
memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran
sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Bisa
dikatakan bahwa CDOB ini memastikan bahwa bahan
obat/cara penyaluran obat dan atau/distribusi obat
terhindar dari bahan-bahan ilegal dan tidak baik.”

Perawat 3 (Maria) : “Untuk pihak-pihak yang terlibat dalam CDOB antara


lain adalah produsen obat, Pedagang Besar Farmasi
(PBF), Instalasi Farmasi, Apotek, Rumah Sakit, Toko
2|Keselamatan Pasien dan K3 dalam Keperawatan
Obat, dll. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pedagang Besar Farmasi (PBF) wajib memiliki Apoteker
sebagai penanggung jawab yang biasa disebut dengan
Apoteker Penanggung Jawab (APJ). Selain itu, semua
SDM yang terlibat dalam penyaluran sediaan farmasi di
PBF harus pernah mengikuti pelatihan CDOB agar
proses dapat berjalan sesuai standar. CDOB diatur oleh
Pemerintah melalui Peraturan Kepala Badan POM
(Pengawas Obat dan Makanan), dan Petunjuk
Pelaksanaan Pedoman Teknis Pedoman CDOB yang
diterbitkan oleh Badan POM RI sebagai salah satu
Lembaga Pemerintah Non Departemen yang telah
ditetapkan untuk menjalankan fungsi Pengawasan Obat
dan Makanan.”

Perawat 4 (Ika) : “Perawat ternyata juga mempunyai peran loh teman-


teman dalam pendistribusian obat khususnya kepada
pasien. Nah, untuk itu agar mencegah kesalah pemberian
obat kepada pasien, perawat harus memastikan hal-hal
berikut:
1. Baca label obat dengan teliti.
2. Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial
untuk dosis tunggal.
3. Waspadai obat-obatan bernama sama.
4. Cermati angka di belakang koma.
5. Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan
berlebihan.
6. Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim
diprogramkan, konsultasi kepada sumbernya.
7. Jangan beri obat yang diprogramkan dengan
nama pendek atau singkatan tidak resmi.
3|Keselamatan Pasien dan K3 dalam Keperawatan
8. Jangan berupaya atau mencoba menguraikan dan
mengartikan tulisan yang tidak dapat dibaca.
9. Kenali klien yang memiliki nama akhir sama.
Juga minta klien menyebutkan nama lengkapnya.
Cermati nama yang tertera pada tanda pengenal.
10. Cermati ekuivalen.”

Perawat 5 (Salmi) : “Okey, sampai disini teman-teman paham kan terkait


materi pertama yaitu Sistem Yang Memastikan Adanya
Distribusi Obat Yang Lebih Baik. Gimana paham ?
Okey, kalau paham yuk kita lanjutkan ke materi kedua
yaitu Sistem Yang Memastikan Adanya Pengecekan
Yang Memadai/Adekuat, yuk disimak baik-baik.”

Perawat (Rifky) : “Baik, terima kasih ya perawat 5. Ternyata guys dalam


pemberian obat kepada pasien sangat perlu lo dilakukan
pengecekan. Pasti teman-teman berpikir, Kenapa sih
harus dilakukan pengecekan? Jawabannya sangatlah
simpel yaitu untuk menjaga keamanan obat agar sesuai
dengan pasien yang dimaksud dan jenis obat yang
diberikan. Ini penting lohh bagi seoarang perawat !!!, so
ini dia jenis-jenis pengecekan yang dapat dilakukan,
yang pertama sistem pengecekan barcoding atau kode
batang, metode ini digunakan pada medication safety
agar obat dan klien sesuai, yang kedua sistem deteksi
komputer untuk kejadian efek samping obat: Untuk
meminimalkan risiko efek samping obat yang tidak
diingiinkan. Sistem pengaturan ini dirancang untuk
mendeteksi perubahan dalam keseimbangan asas
manfaat-risiko obat yang menjadi jelas selama
penggunaan klinis rutin di masyarakat. Yang Ketiga,

4|Keselamatan Pasien dan K3 dalam Keperawatan


yaitu pengecekan ganda oleh perawat yang memberikan
obat (terutama untuk obat yang menyebabkan adiksi,
sitotoksik, obat-obat baru, obat yang diberikan secara
epidural, insulin, produk darah.”

Perawat 7 (Inna) : “Selain itu, yang harus diperhatikan oleh seorang


perawat ketika akan memberikan obat kepada pasien,
harus mengetahui dan memperhatikan 12 prinsip benar
obat !!!. Hayoo, apa aja 12 prinsip benar obat itu? Pasti
dong teman-teman tau, baik yang pertama benar pasien,
kedua benar obat, ketiga benar dosis obat, keempat benar
cara pemberian obat kelima benar waktu pemberian obat,
kenam benar dokumentasi, Huhh !! banyak juga ya,
bantu dong perawat 8 buat melanjutkan.”

Perawat 8 (Syifa) : “Oke, oke aku lanjutkan ya, yang ketujuh benar
evaluasi, kedelapan benar pengkajian, yang kesembilan
benar reaksi terhadap obat lain, kesepuluh benar reaksi
terhadap makanan, kesebelas benar hak klien untuk
menolak dan yang terakhir benar pendidikan kesehatan
kepada klien, dari 12 prinsip benar obat yang sudah kami
sampaikan tadi, terdapat enam benar yang harus
diperhatikan tidak boleh sedikitpun salah yaitu benar
pasien, benar obat, benar dosis, benar rute, benar waktu,
dan benar dokumentasi. Hal ini karena kalau sampai
salah sangat berbahaya lo bagi pasien, ingat ya harus di
perhatikan, awas kalo engga !! .”

CLOSING MATERI

Perawat 9 (Mita) : “Okey, terima kasih teman-teman penjelasannya terkait


dengan Sistem Yang Memastikan Adanya Distribusi Obat

5|Keselamatan Pasien dan K3 dalam Keperawatan


Yang Lebih Baik dan Sistem Yang Memastikan Adanya
Pengecekan Yang Memadai/Adekuat kami harap melalui
penjelasan ini teman-teman bisa mengerti akan begitu
pentingnya medication safety dalam pengobatan kepada
pasien agar tercapainya keselamatan pasien serta
mengurangi resiko bahaya yang terkait dengan
penggunaan obat-obatan. Mungkin itu saja yang dapat
kami sampaikan, semoga bermanfaat,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam
sejahtera, Shalom, Om swastiastu, Namo buddhaya,
Salam kebajikan, Sampai jumpa.”

6|Keselamatan Pasien dan K3 dalam Keperawatan


SUMBER MATERI

Medication Safety

Medication safety adalah suatu proses yang panjang, mulai dari sejak
suatu senyawa dinyatakan layak untuk dijadikan sebagai “obat”, proses produksi,
pemasaran, pendistribusian, peresepan hingga sampai penyerahan dan dikonsumsi
oleh pasien, serta pengawasannya bahkan setelah obat dikonsumsi pasien selama
obat tersebut masih berada di pasaran (pharmacovigilance). Setiap kegiatan
tersebut di atas memerlukan peran apoteker, termasuk dalam proses semua
tahapan clinical trial hingga pharmacovigilance. Medication safety adalah
tanggung jawab semua apoteker, baik yang secara langsung berhubungan dengan
pasien pada farmasi klinik dan yang bekerja pada pelayanan kefarmasian mulai
dari pengadaan hingga pemusnahan di klinis, peresepan hingga penggunaan obat
oleh pasien, maupun apoteker yang secara tidak langsung berhubungan dengan
pasien.

Tujuan Medication Safety

Medication safety bertujuan agar tercapainya keselamatan pasien serta


mengurangi resiko bahaya yang terkait dengan penggunaan obat-obatan.

1.) Sistem yang memastikan adanya distribusi obat yang lebih baik

Distribusi Obat

Distribusi sediaan farmasi dari industri farmasi sebelum sampai ke tempat


pelayanan kefarmasian harus melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF). Pedagang
besar farmasi merupakan penyalur sediaan farmasi pasca produksi dan siap
didistribusikan ke fasilitas kesehatan seperti apotek atau instalasi farmasi.
Pedagang Besar Farmasi merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan

7|Keselamatan Pasien dan K3 dalam Keperawatan


farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pengertian Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

Cara distribusi obat yang baik (CDOB) merupakan kumpulan metode


kerja rutin yang terstandar, yang memastikan bahwa kualitas, keamanan, dan
kemanjuran produk farmasi tetap utuh sejak awal hingga akhir masa kadaluwarsa.
Karakteristik dari CDOB yang mencakup semua aspek dapat memberikan banyak
peluang untuk efisiensi yang lebih besar dalam operasional PBF. Namun, CDOB
yang mencakup semua aspek juga membuatnya rentan terhadap munculnya titik
lemah yang dapat memudahkan masuknya produk-produk ilegal (Cvetanovski et
al., 2020).

Pihak yang Berperan dalam Distribusi Obat

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pedagang Besar Farmasi


(PBF) wajib memiliki Apoteker sebagai penanggung jawab yang biasa disebut
dengan Apoteker Penanggung Jawab (APJ). Sebagai APJ, apoteker harus
memiliki kompetensi CDOB dalam menjalankan tugas tanggung jawabnya di
PBF. Selain itu, semua SDM yang terlibat dalam penyaluran sediaan farmasi di
PBF harus pernah mengikuti pelatihan CDOB agar proses dapat berjalan sesuai
standar (Chandra et al., 2013). Fasilitas distribusi harus memperoleh pasokan obat
dari pemasok yang mempunyai izin sesuai peraturan perundang-undangan.
Sumber pengadaan PBF dapat berasal dari PBF pusat, PBF cabang, PBF lokal dan
industri farmasi. Jika obat diperoleh dari PBF lain, maka PBF wajib memastikan
bahwa pemasok tersebut telah mempunyai izin dan telah menerapkan prinsip dan
pedoman CDOB.

Pengadaan Distribusi Obat

Pedagang Besar Farmasi wajib melakukan pendokumentasian pengadaan,


penyimpanan dan penyaluran sediaan farmasi secara tertib. Dua puluh delapan
8|Keselamatan Pasien dan K3 dalam Keperawatan
(97%) PBF sudah melaksanakan dokumentasi. Jenis dokumentasi tentang
penerimaan pesanan barang dari pelanggan dilakukan PBF baik secara manual
maupun dengan komputer. Jenis dokumentasi lain yakni pemusnahan obat,
pengembalian obat ke produsen, stok barang, pengurangan barang dari stok
penjualan pengiriman obat kepada pelanggan, pengeluaran dari gudang,
penyimpanan obat, penerimaan dan pemesanan sediaan farmasi (Putra & Hartini,
2012).

Penyimpanan Obat

Penyusunan sediaan farmasi selama penyimpanan harus memperhatikan


berdasarkan abjad, penggolongan obat, bentuk sediaan, serta Look Alike Sound
Alike (LASA) (Sinen et al., 2017). Kondisi penyimpanan sediaan farmasi harus
sesuai dengan penandaan yang didasarkan pada hasil pengujian stabilitas obat.
Kondisi penyimpanan harus ditentukan dan dijelaskan pada label produk. Semua
obat harus disimpan sesuai dengan kondisi yang dijelaskan pada label. Area
penyimpanan harus dirancang atau disesuaikan untuk memastikan kondisi
penyimpanan yang baik (Shafaat et al., 2013). Ruang penyimpanan juga harus
aman dari pencurian dan kebakaran (Sinen et al., 2017). Pengaturan suhu pada
tempat penyimpanan dapat menggunakan sistem komputer yang otomatis, agar
memudahkan kontrol suhu ruang penyimpanan (Chandra et al., 2013).

Penyaluran Obat

Dalam penyaluran obat, setiap PBF dilarang melakukan praktek distribusi


secara eceran dan melayani resep dokter. Pedagang besar farmasi hanya dapat
menyalurkan obat kepada PBF lain, dan fasilitas pelayanan kefarmasian meliputi
apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, atau toko obat
(Agustyani et al., 2017). Selama proses pengiriman standar kualitas dan mutu dari
sediaan farmasi tidak boleh berubah ataupun berkurang. Oleh karena itu,
personalia yang melakukan pengiriman sediaan farmasi harus memiliki
pengetahuan yang baik (Cvetanovski et al., 2020).

9|Keselamatan Pasien dan K3 dalam Keperawatan


Permasalahan dalam Distribusi Obat

Permasalahan yang muncul dalam proses distribusi sediaan farmasi adalah


masih sering ditemukan penyebaran sediaan farmasi palsu atau biasa disebut obat
palsu dan penjualan sediaan farmasi yang ilegal atau obat tidak berizin.
Permasalahan masih banyaknya obat palsu dan obat ilegal yang beredar antara
lain disebabkan karena pengawasan kegiatan impor dan ekspor yang masih belum
optimal oleh pemerintah serta bahan baku dan alat pembuat sediaan farmasi
mudah didapatkan oleh para pembuat obat palsu.

Faktor Permasalahan Distribusi Obat

Faktor-faktor yang mempengaruhi peredaran obat yang dipalsukan atau


produk ilegal adalah keuntungan ekonomi yang besar, kurangnya peraturan dan
undang-undang, jalur penyediaan obat yang beragam, sistem keamanan obat yang
lemah, dan kesalahpahaman konsumen dan tenaga kesehatan (Jeong & Ji, 2018).
Untuk mencegah distribusi sediaan farmasi berkualitas buruk, maka implementasi
CDOB harus berkualitas baik di PBF yang dimiliki oleh pemerintah maupun PBF
yang dimiliki oleh swasta (Jeong & Ji, 2018; Van Assche et al., 2018).

Untuk Mencegah Kesalahan Dalam Pemberian Obat Kepada Pasien,


Perawat Harus Memperhatikan Beberapa Hal Sebagai Berikut:

1) Baca label obat dengan teliti.


2) Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal.
3) Waspadai obat-obatan bernama sama.
4) Cermati angka di belakang koma.
5) Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan.
6) Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim diprogramkan,
konsultasi kepada sumbernya.
7) Jangan beri obat yang diprogramkan dengan nama pendek atau singkatan
tidak resmi.

10 | K e s e l a m a t a n Pasien dan K3 dalam Keperawatan


8) Jangan berupaya atau mencoba menguraikan dan mengartikan tulisan yang
tidak dapat dibaca.
9) Kenali klien yang memiliki nama akhir sama. Juga minta klien
menyebutkan nama lengkapnya. Cermati nama yang tertera pada tanda
pengenal.
10) Cermati ekuivalen

2.) Sistem yang memastikan adanya pengecekan yang memadai/adekuat

Jenis-jenis sistem untuk pengecekan, yaitu:

1. Bar coding : Sebuah kode batang (atau barcode) adalah suatu kumpulan
data optik yang dibaca mesin.
2. Sistem deteksi komputer untuk kejadian efek samping obat : Untuk
meminimalkan risiko efek samping obat yang tidak diingiinkan, sistem
Pharmacovigilance telah dibentuk untuk terus memantau dari segi
keselamatan. Sistem pengaturan ini dirancang untuk mendeteksi
perubahan dalam keseimbangan asas manfaat-risiko obat yang menjadi
jelas selama penggunaan klinis rutin di masyarakat.
3. Pengecekan ganda oleh perawat yang memberikan obat (terutama untuk
obat yang menyebabkan adiksi, sitotoksik, obat-obat baru, obat yang
diberikan secara epidural, insulin, produk darah) : Dengan menerapkan
prinsip benar obat Perawat mencocokkan jenis/nama obat yang ada di
status pasien dengan obat yang akan diberikan untuk pasien.

Obat Barcode

Pemberian obat barcode biasanya melibatkan menghubungkan barcode


dari pengidentifikasi pasien dan Kode Obat Nasional yang diharuskan ada oleh
undang-undang pada semua kemasan obat. Setelah obat dikeluarkan, pasien dan
farmasi keduanya diidentifikasi secara elektronik dengan kode batang sebelum
pemberian, yang memungkinkan sistem catatan kesehatan elektronik (EHR) untuk
memeriksa silang pesanan yang ada terhadap obat dan dosis yang ada. Alur kerja
11 | K e s e l a m a t a n P a s i e n d a n K 3 d a l a m K e p e r a w a t a n
ini juga memfasilitasi akurasi dokumentasi dan waktu administrasi, yang
keduanya mengurangi kesalahan administrasi obat hilir.

Banyak fasilitas sudah menggunakan teknologi EHR dengan pemberian


obat barcode wajib di area rawat inap mereka, tetapi pemberian obat barcode yang
berarti tidak ada di sebagian besar lokasi anestesi di seluruh negeri meskipun
tingkat pengiriman obat tinggi selama operasi. Pemberian obat biasanya dicatat
pada catatan kertas tulisan tangan atau modul EHR bergaya yang dirancang untuk
meniru bagan kertas. Kedua metode mendukung penambahan obat ke dalam
catatan hanya setelah pemberian. Bahkan ketika administrasi obat barcode
intraoperatif tersedia, tingkat adopsi sangat rendah karena resistensi dokter dan
alur kerja administrasi yang berbeda secara signifikan yang diperlukan di area
dengan tingkat kritis yang tinggi.

Solusi Medication Safety

Beberapa solusi yang terbukti dapat menurunkan kejadian errors yaitu


implementasi computerized provider order entry, barcode system, dll. Solusi lain
yaitu automated dispensing machines (ADM) yang sudah tersedia di pasaran.

Automated Dispensing Machine (ADM) merupakan suatu sistem


komputerisasi yang bekerja otomatis untuk membantu proses dispensing di
farmasi. Mesin ini akan terhubung dan terintegrasi dengan sistem informasi di
rumah sakit termasuk proses peresepan, elektronik rekam medis, hingga inventory
control di farmasi. ADM merupakan suatu sistem mandiri yang sudah memiliki
bahasa komunikasi mandiri pula. ADM secara khusus ditujukan untuk membantu
farmasi dalam proses dispensing; untuk mendapatkan hasil maksimal berupa
penurunan angka medication error, ADM harus terintegrasi dengan sistem
informasi rumah sakit atau farmasi. Tujuannya adalah untuk menyamakan bahasa
saat mulai pemesanan obat dalam bentuk resep termasuk informasi terkait
identitas pasien hingga informasi tentang obat. Proses penyamaan ini disebut
sebagai proses kontrol pelayanan agar dapat mendeteksi sumber kesalahan atau

12 | K e s e l a m a t a n Pasien dan K3 dalam Keperawatan


potensi kesalahan. Proses dispensing merupakan proses setelah penerimaan resep
hingga obat siap diserahkan ke pasien.

Pada saat proses pemesanan obat datang berupa resep, farmasi perlu
melakukan verifikasi atau pengesahan resep. Informasi permintaan obat akan
diteruskan ke ADM dan obat akan keluar secara otomatis dari ADM (baik terlabel
maupun tidak terlabel). Informasi yang diteruskan ke ADM adalah informasi jenis
obat, dosis obat, jumlah obat, cara pemakaian; termasuk identitas pasien, nama,
umur, alamat, dll.

Ketepatan pemberian obat merupakan salah satu bentuk


kinerja perawat. Walaupun dalam hal ini merupakan suatu bentuk tugas
limpahan dari apoteker atau farmasi, namun kegiatan ini lebih sering
dilakukanoleh perawat dan bahkan seolah-olah merupakan tugas wajib
perawat dibandingkan dengan peran dan fungsi perawat yang lain, dalam hal
ini juga peran perawat dalam pemberian obat merupakan peran yang vital
didalam pencapaian derajat kesembuhan dan kesehatan bagi pasien dilihat
dari latar belakang kejadian yang dapat ditimbulkan apabila hal ini tidak
dilakukan sesuai SOP (Robbins, 2013).

Prinsip Pemberian Obat

12 Prinsip benar obat yaitu :

1. Benar pasien.
2. Benar obat.
3. Benar dosis obat.
4. Benar cara pemberian obat.
5. Benar waktu pemberian obat.
6. Benar dokumentasi.
7. Benar evaluasi.
8. Benar pengkajian.

13 | K e s e l a m a t a n Pasien dan K3 dalam Keperawatan


9. Benar reaksi terhadap obat lain.
10. Benar reaksi terhadap makanan.
11. Benar hak klien untuk menolak.
12. Benar pendidikan kesehatan kepada klien.

Prinsip enam benar pemberian obat (Hidayat dan Uliyah, 2014):


Benar pasien dimana sebelum memberikan obat cek kembali identitas
pasien. Benar obat, sebelum memberikan obat kepada pasien, label pada
botol atau kemasan harus di periksa minimal 3 kali. Benar dosis dalam
memberikan obat perawat harus memeriksa dosis obat dengan hati-hati dan teliti,
jika ragu perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum di
lanjutkan ke pasien. Benar cara/rute, artinya ada banyak rute/cara
dalam memberikan obat, perawat harus teliti dan berhati-hati agar tidak
terjadi kesalahan pemberian obat. Benar waktu, dimana sangat
pentingkhususnya bagi obat yang efektivitas tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan darah yang memadai, ada beberapa obat yang diminum
sesudah atau sebelum makan, juga dalam pemberian antibiotik tidak oleh di
berikan bersamaan dengan susu, karna susu dapat mengikat sebagian besar
obat itu,sebelum dapat di serap tubuh. Benar dokumentasi, setelah obat itu
di berikan kita harus mendokumentasikan dosis, rute, waktu dan oleh siapa
obat itu diberikan, dan jika pasien menolak pemberian obat maka harus
didokumentasikan juga alasan pasien menolak pemberian obat.

14 | K e s e l a m a t a n Pasien dan K3 dalam Keperawatan


REFERENSI

Bryson, TD, Fox, PE, Poterack, KA, & Rothman, BS (2020). Obat Barcode di
OR: Is It Time?. Asa Monitor , 84 (9), 33-33.
Feriani, P., 2020. Ketepatan Pemberian Obat Oleh Perawat Dipengaruhi Budaya
Organisasi Di Ruang Rawat Inap RSUD Kanujoso Balikpapan. Borneo
Nursing Journal (BNJ), 2(1), pp.39-45.
Feriani, P., 2020. Ketepatan Pemberian Obat Oleh Perawat Dipengaruhi
Lingkungan Kerja Di Ruang Rawat Inap Rsud Kanujoso Balikpapan. JIKO
(Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi), 4(1), pp.34-40.
Karundeng, D.J. and Permanasari, V.Y., 2018. Automated Dispensing Machine
Sebagai Salah Satu Upaya Menurunkan Medication Error Di Farmasi
Rumah Sakit. Cermin Dunia Kedokteran, 45(10), pp.741-746.
Liwu, Irene., Erwin G. Kristanto, Jerry G. Tambun.Analisis Distribusi Obat Pada
Pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Di Rsup Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado. Jurnal Biomedik (JBM).2017.Vol.9(1) : 40- 45.
Meilani, D. and Sinuraya, R.K., 2018. Pharmacovigilance Dalam Aspek
Penanganan Reaksi Obat Yang Tidak Diinginkan: Sebuah Artikel Review.
Farmaka, 16(1), pp.103-112.
Mustaqimah, M., Saputri, R., & Hakim, A. R. (2021). Narrative Review:
Implementasi Distribusi Obat yang Baik di Pedagang Besar Farmasi.
Jurnal Surya Medika (JSM), 6(2), 119-124.
Suryaningsih, N.P.A. and Reganata, G.P., 2021. Pengobatan Yang Aman
Berdasarkan 5 Moment For Medication Safety. Jurnal Riset Kesehatan
Nasional, 5(1), pp.47-52.
Widjaja, G., 2019. Peran Dan Tanggung Jawab Apoteker Dalam Menjamin
Medication Safety. Udayana University Press.

15 | K e s e l a m a t a n Pasien dan K3 dalam Keperawatan


PEMBAGIAN TUGAS

Abdi Cahyadi Akbar : Opening Skrip


Assyifa Lutfia Puteri : Editor Video
Maria Melania : Clossing Skrip
Muhammad Rifky Furwanda : Isi Skrip
Mutmainnah : Sumber Materi
Norsasmita : Sumber Materi
Rizka Ananda Ungang : Isi Skrip
Salmi Hayatun : Sumber Materi
Siti Fatimah : Editor Skrip

16 | K e s e l a m a t a n Pasien dan K3 dalam Keperawatan


DOKUMENTASI

17 | K e s e l a m a t a n Pasien dan K3 dalam Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai