Anda di halaman 1dari 6

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

FAKULTAS FARMASI
JURUSAN : FARMASI
Mata Uji- UU & Etika Kefarmasian 07 Januari 2021
Waktu Ujian
Course (FAR4106)
Smt./Klas-Class 7 (Tujuh)/A Jam ke-Session I
Penguji- Waktu- 45 menit
TRI BUDI JULIANTI, M.Si., Apt.
Examiner Duration
Nama Kelas A
Roni Setiawan
Mahasiswa
NIM 1811102415123
Bismillahirrahmanirrahim
Sub CPMK 1: Mampu memahami hierarki undang-undang dan definisi etika
No Soal
1 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker merupakan Penanggungjawab
Distribusi atau penyaluran obat yang wajib disalurkan kepada pelayanan kesehatan
yang sesuai. Jelaskan alur proses distribusi obat yang baik dan benar agar dapat
sampai dengan baik di pelayanan kesehatan yang dituju? (25)
Jawaban no 1 CDOB adalah cara distribusi/ penyaluran obat dan/ atau bahan obat yang bertujuan
memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan
tujuan penggunaannya.
Prinsip Umum Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) :
1. Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berlaku untuk aspek
pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat dan/atau bahan
obat dalam rantai distribusi.
2. Semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan/atau bahan obat
bertanggungjawab untuk memastikan mutu obat dan/atau bahan obat dan
mempertahankan integritas rantai distribusi selama proses distribusi.
3. Prinsip-prinsip CDOB berlaku juga untuk obat donasi, baku pembanding dan
obat uji klinis.
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses distribusi harus menerapkan prinsip
kehati-hatian (due diligence) dengan mematuhi prinsip CDOB, misalnya dalam
prosedur yang terkait dengan kemampuan telusur dan identifikasi risiko.
5. Harus ada kerja sama antara semua pihak termasuk pemerintah, bea dan cukai,
lembaga penegak hukum, pihak yang berwenang, industri farmasi, fasilitas
distribusi dan pihak yang bertanggung jawab untuk penyediaan obat, memastikan
mutu dan keamanan obat serta mencegah paparan obat palsu terhadap pasien.
alur proses CDOB yang baik dan benar harus meliputi hal-hal sebagai berikut agar
tercapai pendistribusian obat yang baik dan benar sampai ketujuan.
1.Manajemen Mutu
Fasilitas distribusi harus mempertahankan sistem mutu yang mencakup tanggung
jawab, proses dan langkah manajemen risiko terkait dengan kegiatan yang
dilaksanakan. Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa mutu obat dan/atau
bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses distribusi.
Seluruh kegiatan distribusi harus ditetapkan dengan jelas, dikaji secara sistematis
dan semua tahapan kritis proses distribusi dan perubahan yang bermakna harus
divalidasi dan didokumentasikan. Sistem mutu harus mencakup prinsip manajemen
risiko mutu.
2. Organisasi, Manajemen dan Personalia
Pelaksanaan dan pengelolaan sistem manajemen mutu yang baik serta distribusi
obat dan/ atau bahan obat yang benar sangat bergantung pada personil yang
menjalankannya. Harus ada personil yang cukup dan kompeten untuk
melaksanakan semua tugas yang menjadi tanggung jawab fasilitas distribusi.
Tanggung jawab masing-masing personil harus dipahami dengan jelas dan dicatat.
Semua personil harus memahami prinsip CDOB dan harus menerima pelatihan
dasar maupun pelatihan lanjutan yang sesuai dengan tanggung jawabnya.
3. Bangunan dan Peralatan.
Fasilitas distribusi harus memiliki bangunan dan peralatan yang memenuhi persyaratan untuk
menjamin perlindungan dan distribusi obat dan/atau bahan obat. Bangunan dan Peralatan meliputi :
Suhu dan Pengendalian Lingkungan, Peralatan, Sistem Komputer, dan Kualifikasi dan Validasi
4.Operasional
Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi harus dapat memastikan
bahwa identitas obat dan/atau bahan obat tidak hilang dan distribusinya ditangani
sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada kemasan.
Fasilitas distribusi harus menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia
untuk memastikan bahwa sumber obat dan/atau bahan obat yang diterima berasal
dari industri farmasi dan/atau fasilitas distribusi lain yang mempunyai izin sesuai
peraturan perundang-undangan untuk meminimalkan risiko obat dan/atau bahan
obat palsu memasuki rantai distribusi resmi.
5. Inspeksi Diri
Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan kepatuhan
terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan tindak lanjut langkah-langkah
perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi Diri harus dilakukan dalam jangka waktu yang ditetapkan dan mencakup
semua aspek CDOB serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
serta dilakukan dengan cara yang independen dan rinci oleh personil yang
kompeten dan ditunjuk oleh perusahaan.

2 Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek menjelaskan bahwa patient
oriented wajib ditegakkan guna memberi keamanan kepada setiap pasien. Jelaskan
alur pelayanan kefarmasian yang baik dan benar yang berorientasi pada patient
oriented? (25)
Jawaban no 2 Dokter menuliskan resep dan kemudian diterima oleh pasien dan pasien menebus
obat ke apotek dan diterima oleh apoteker kemuadian apoteker melakukan skrining
resep dan apabila tidak ada hal-hal ( pada resep narkotika tidak ada ttd dokter dan
sip apoteker mati) yang aneh dalama resep apoteker menyiapakan obat sesuai yang
tertera pada resep.

3 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 mengalami perubahan menjadi


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek menyatakan bahwa Pelayanan Kefarmasian telah
mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan Obat (drug oriented)
berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan Obat dan pelayanan farmasi
klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Salah satu bentuk pelayanan
farmasi klinik ialah konseling. Bagaimana proses konseling baik kepada pasien agar dapat
memberikan kepercayaan dalam pelayanan kefarmasian yang diberikan? (25)
Jawaban No 3
Beberapa hal yang harus kita pahami dan lakukan dalam konseling adalah :
1. Penampilan yang rapi.
2. Menunjukkan bahasa tubuh yang mendukung komunikasi dengan pasien,
seperti wajah yang bersahabat, senyum, kontak mata, suara dan jarak yang
nyaman.
3. Menunjukkan rasa empati terhadap pasien.
4. Tidak mendiskriminasi pasien.
5. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Jangan
menggunakan istilah medis yang akan membuat pasien lebih tidak mengerti
6. Hindari pertanyaan yang berbelit-belit dan pertanyaan yang jawabannya ya
atau tidak. Pertanyaan yang digunakan sebaiknya adalah open ended
questions, karena hal tersebut akan memungkinkan apoteker memperoleh
informasi yang maksimal dari pasien. Buatlah konseling menjadi sebuah
diskusi dimana pasien bebas menentukan pendapat dan membuat
keputusan.
Tahapan selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. 1. Tahap perkenalan
Pada tahap ini apoteker akan memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan
konseling. Tahap ini adalah tahap yang paling penting yang menentukan apakah
pasien akan melanjutkan konseling dan memberikan kepercayaan kepada kita atau
sebaliknya.
2. 2. Tahap penilaian awal
Pada tahap ini apoteker harus dapat menggali informasi dan memahami masalah
yang dihadapi pasien. Three prime questions dapat disampaikan kepada pasien
untuk mengetahui sejauh mana pasien memahami penyakit dan pengobatan yang
diberikan kepadanya. Selain itu, pengajuan three prime questions juga bertujuan
untuk menghindari pemberian informasi yang tumpang tindih, mencegah
pemberian informasi yang bertentangan dengan informasi yang telah disampaikan
oleh dokter (misalnya menyebutkan indikasi lain dari obat yang diberikan)
sehingga pasien tidak akan meragukan kompetensi dokter maupun apoteker.
3. ahap penjelasan
4.
3.Tahap ini adalah waktunya apoteker untuk memberikan penjelasan dan saran
kepada pasien terkait pengobatannya. Apabila pasien mengalami masalah, maka
pada tahap ini kita dapat membantu memecahkan masalahnya dan memberikan
alternatif jalan keluar. Hindari kata-kata yang bersifat menyuruh, namun pasien
diarahkan dan diberikan informasi yang cukup, sehingga pasien dapat memutuskan
sendiri masalahnya. Apabila pasien menggunakan obat khusus, berikan penjelasan
yang detil dan runtut dalam penggunaan obat, bila perlu gunakan gambar ilustrasi
atau alat peraga untuk mempermudah penjelasan. Jika kita bertemu dengan orang
lain yang bukan pasien, pastikan bahwa orang tersebut adalah orang terdekat yang
bisa menyampaikan dan menjalankan untuk pasien. Konseling terhadap orang
yang tidak berhubungan dekat dengan pasien hanya akan sia-sia dan kurang
bermanfaat.
3. 4. Tahap penilaian akhir
Pada tahap ini pasien akan diminta mengulang kembali penjelasan yang sudah
diterima. Apoteker dapat menilai apakah pasien sudah cukup memahami dan
menerima informasi yang diberikan dengan baik dan benar. Jika masih ada hal
yang belum jelas, maka apoteker dapat mengulang kembali dengan
menitikberatkan pada poin penting yang harus dipahami.
5. 5. Tahap penutupan
Pada tahap penutupan, kita harus memberi kesempatan seluas-luasnya kepada
pasien untuk bertanya kembali jika ada hal-hal yang belum dimengerti atau ada hal
lain yang masih kurang jelas. Kemudian tutuplah diskusi dengan suasana yang
menyenangkan, kalimat-kalimat yang berisi harapan, doa dan kata-kata positif
lainnya.
4 Berdasarkan Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1197 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit, Pengendalian Mutu adalah mekanisme kegiatan
pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana
dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta
menyediakan mekanisme tindakan yang diambil. Melalui pengendalian mutu
diharapkan dapat terbentuk proses peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian yang
berkesinambungan. Jelaskan peran apoteker dalam pengendalian mutu Pelayanan
Kefarmasian Rumah Sakit? (25)
Jawaban no 4 Membuat perencanaan yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring obat dan
evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai target yang diinginkan
Membuat rencana pelaksaan program kerja
Melakukan tindakan hasul monitoring dan evaluasi
Penilaian ulang kualitas pelayanan kefarmasiaan
Melakukan evaluasi hasil dari pogram kerja yang telah dilakukan dan up date
kriteria

Alhamdulillahirabbil’alamin

Anda mungkin juga menyukai