Disusun oleh:
Ayi Nurdin 31114006
TASIKMALAYA
2018
A. Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)
yang di buat dari produsen agar sampai kepada para konsumen yang tersebar luas.
atau memakai barang atau jasa yang di tawarkan oleh produsen dalam kegiatan
dari semua aspek yang berkaitan dengan distribusi (European Guidelines, 2013)
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.
mengatur bagaimana cara distribusi atau penyaluran obat dan atau bahan obat yang
bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau jalur penyaluran sesuai
bagaimana cara mendistribusikan obat yang baik guna menjamin mutu dan kualitas
dari suatu obat atau bahan obat sehingga ketika sampai kepada konsumen
kualitasnya tetap sama seperti pada saat pembuatannya yang senantiasa memenuhi
persyaratan yang berlaku sepanjang proses alur distribusi produk sehingga tidak
menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia internasional. Untuk itu sistem
ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Dengan demikian penerapan
CDOB merupakan nilai tambah bagi sistem distribusi obat di Indonesia agar dapat
bersaing dengan produk sejenis dari Negara lain baik di pasar dalam negri maupun
dan Makanan ini meliputi obat, bahan obat dan produk biologi termasuk vaksin
yang digunakan untuk manusia (Anonim, 2012). Penerapan CDOB oleh PBF dan
obat dan atau bahan obat selain itu Instalasi Sediaan Farmasi yang
adminstratif, yaitu :
(1) Peringatan
Sanksi peringatan diberikan pada apotek jika terdapat temuan dengan tingkat
kekritisan minor, sedangkan peringatan keras akan diberikan pada apotek jika
terdapat temuan pada tingkat kekritisan mayor, sedangkan penghentian sementara
kegiatan dan pencabutan izin akan diberikan pada sanksi yang melanggar CDOB
pada tingkat kekritisan kritikal. Pada dasarnya penghentian sementara kegiatan dan
1. Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berlaku untuk aspek
2. Semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan/atau bahan obat
3. Prinsip-prinsip CDOB berlau juga untuk obat donasi, baku pembanding dan
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses distribusi harus menerapkan prinsip
5. Harus ada kerja sama antara semua pihak termasuk pemerintah, bea dan cukai,
memastikan mutu dan keamanan obat serta mencegah paparan obat palsu
terhadap pasien.
tanggung jawab, proses dan langkah manajemen risiko terkait dengan kegiatan
yang dilaksanakan. Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa mutu obat dan/atau
bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses distribusi.
Seluruh kegiatan distribusi harus ditetapkan dengan jelas, dikaji secara sistematis
dan semua tahapan kritis proses distribusi dan perubahan yang bermakna harus
manajemen risiko mutu. Pencapaian sasaran mutu merupakan tanggung jawab dari
Pelaksanaan dan pengelolaan sistem manajemen mutu yang baik serta distribusi
obat dan/ atau bahan obat yang benar sangat bergantung pada personil yang
Tanggung jawab masingmasing personil harus dipahami dengan jelas dan dicatat.
Semua personil harus memahami prinsip CDOB dan harus menerima pelatihan
identifikasi obat dan/ atau bahan obat palsu ke dalam rantai distribusi.
perlindungan dan distribusi obat dan / atau bahan obat. Bangunan harus dirancang
dan disesuaikan untuk memastikan bahwa kondisi penyimpanan yang baik dapat
untuk memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang baik, dan area
4. Operasional
Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi harus dapat memastikan
bahwa identitas obat dan/ atau bahan obat tidak hilang dan distribusinya ditangani
sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada kemasan. Fasilitas distribusi harus
menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia untuk memastikan bahwa
sumber obat dan/atau bahan obat yang diterima berasal dari industri farmasi dan/
atau fasilitas distribusi lain yang mempunyai izin sesuai peraturan perundang-
undangan untuk meminimalkan risiko obat dan/atau bahan obat palsu memasuki
5. Inspeksi diri
Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan
kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan tindak lanjut langkah-
langkah perbaikan yang diperlukan. Program inspeksi diri tidak hanya dilakukan
pada bagian tertentu saja, melainkan mencangkup semua aspek CDOB serta
6. Keluhan, Obat dan/ atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu dan Penarikan
Kembali
Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/ atau bahan obat berpotensi
rusak harus dikumpulkan, dikaji dan diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis serta
kebenaran asalusul obat dan/atau bahan obat termasuk identitas obat dan/atau bahan
obat untuk memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat tersebut bukan obat
7. Transportasi
memadai. Obat dan/atau bahan obat harus diangkut dengan kondisi penyimpanan
sesuai dengan informasi pada kemasan. Metode transportasi yang tepat harus
digunakan mencakup transportasi memalui darat, laut, udara atau kombinasi di atas.
Apapun metode transportasi yang dipilih, harus dapat menjamin bahwa obat
dan/atau bahan obat tidak mengalami perubahan kondisi selama transportasi yang
Cakupan kegiatan kontrak terutama yang terkait dengan keamanan, khasiat dan
2) Kontrak antara fasilitas distribusi dengan pihak penyedia jasa antara lain
Semua kegiatan kontrak harus tertulis antara pemberi kontrak dan penerima
9. Dokumentasi
mutu. Dokumentasi tertulis harus jelas untuk mencegah kesalahan dari komunikasi
lisan dan untuk memudahkan penelusuran, antara lain sejarah bets, instruksi,
B. Dokumentasi
Dokumentasi meliputi :
a. Surat pesanan harus memuat nama dan nomor ijin sarana, nomor surat
pesanan, tanggal, item obat dan/atau bahan obat yang dipesan, jumlah, nama
b. Faktur penjualan /surat jalan/SPB harus memuat informasi nama dan nomor
nama dan alamat tujuan pengiriman, nama obat dan/bahan obat, jumlah dan
item, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, nama dan SIKA serta tanda tangan
c. Kartu stok secara komputer atau manual harus dapat ditelusur dan
a. Kondisi penyimpanan obat dan /atau bahan obat sesuai yang tercantum
dalam label;
fasilitas distribusi dan ditulis dalam bahasa yang jelas, dimengerti oleh
personil yang berwenang. Prosedur tertulis tidak ditulis tangan dan harus
tercetak
5. Setiap perubahan yang dibuat dalam dokumentasi harus ditandatangani,
pada tempat yang aman untuk mencegah dari perubahan yang tidak sah,
9. Dokumen harus dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up to date.
10. Dokumentasi permanen, tertulis atau elektronik, untuk setiap obat dan/atau
obat dan/atau bahan obat; nomor bets; tanggal kedaluwarsa; jumlah yang
12. Dokumentasi harus dibuat pada saat kegiatan berlangsung, sehingga mudah
untuk ditelusuri.
mengenai cara yang seharusnya dilakukan o;eh staff suatu organisasi dalam
Aspek-aspek SOP :
(sistematik).
telah ditetapkan.
mengembangkannya.
dokumen.
yang berlaku dan didata pada formulir daftar dokumen internal oleh
3. Penerbitan Dokumen
K3.
- Formulir, sebagai bagian dari dokumen harus diidentifikasi dengan
Master
4. Perubahan Dokumen
jawab.
Manajemen.
- Apabila usulan revisi dokumen berasal dari pemilik dokumen, maka
terkait
Dokumen
h. Menarik salinan dokumen revisi sebelumnya dan melakukan
berlaku.
bidang.
dari penggunaan
7. Pengkajian Ulang
- Tiap SOP harus dikaji ulang paling lama setelah 3 (tiga) tahun.
- Bila revisi diperlukan, maka seluruh POB harus ditulis ulang dan
8. Sistem Online
berikut :
a. Service Report
Service Report dibuat dan diserahkan oleh teknisi Pihak kedua setiap kali
pelaksanaan service.
rekomendasi.
BPOM, 2012, Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta