Anda di halaman 1dari 19

KAPITA SELEKTA FARMASI

CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK (CDOB)

Disusun oleh:
Ayi Nurdin 31114006

Evi Mariyana 31114017

Helni Nopelia 31114021

Henni Solihani 31114022

Maya Azzahra 31114031

Ricky Maulana 31114044

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

PROGRAM STUDI FARMASI

TASIKMALAYA

2018
A. Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

Distribusi merupakan suatu proses yang menunjukkan penyaluran barang

yang di buat dari produsen agar sampai kepada para konsumen yang tersebar luas.

Produsen sendiri memiliki pengertain sebagai orang yang melakukan dan

membuat suatu produksi, sedangkan konsumen adalah orang yang menggunakan

atau memakai barang atau jasa yang di tawarkan oleh produsen dalam kegiatan

pembuatan barang (Bunawan, 1994).

Suatu jaringan distribusi harus menyelenggarakan suatu sistem jaminan

kualitas sehingga produk yang di distribusikan terjamin mutu, khasiat, keamanan

dan keabsahannya sampai ke tangan konsumen. Semua orang dan perangkatnya

bertanggungjawab dalam menanangi, menyimpan, dan mendistribusikan obat.

CDOB ini memberikan pedoman langkah-langkah dalam menjaga kualitas produk

dari semua aspek yang berkaitan dengan distribusi (European Guidelines, 2013)

Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik ( CDOB ) menurut

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

Hk.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 adalah peraturan perundang-undangan yang

mengatur bagaimana cara distribusi atau penyaluran obat dan atau bahan obat yang

bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau jalur penyaluran sesuai

persyaratan dan tujuan penggunaannya. Seluruh aspek yang menyangkut

bagaimana cara mendistribusikan obat yang baik guna menjamin mutu dan kualitas

dari suatu obat atau bahan obat sehingga ketika sampai kepada konsumen

kualitasnya tetap sama seperti pada saat pembuatannya yang senantiasa memenuhi
persyaratan yang berlaku sepanjang proses alur distribusi produk sehingga tidak

terpengaruh akan faktor eksternal maupun faktor internal.

Penerapan CDOB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk

menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia internasional. Untuk itu sistem

mutu hendaklah dibangun, dimantapkan dan diterapkan sehingga kebijakan yang

ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Dengan demikian penerapan

CDOB merupakan nilai tambah bagi sistem distribusi obat di Indonesia agar dapat

bersaing dengan produk sejenis dari Negara lain baik di pasar dalam negri maupun

internasional. Pengaturan CDOB dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan ini meliputi obat, bahan obat dan produk biologi termasuk vaksin

yang digunakan untuk manusia (Anonim, 2012). Penerapan CDOB oleh PBF dan

PBF cabang dalam menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran

obat dan atau bahan obat selain itu Instalasi Sediaan Farmasi yang

menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan atau bahan

obat juga wajib menerapkan Pedoman Teknis CDOB.

Pelanggaran terhadap ketentuan Pedoman Teknis CDOB dapat dikenai sanksi

adminstratif, yaitu :

(1) Peringatan

(2) Peringatan Keras

(3) Penghentian sementara kegiatan

(4) Pencabutan Izin

Sanksi peringatan diberikan pada apotek jika terdapat temuan dengan tingkat

kekritisan minor, sedangkan peringatan keras akan diberikan pada apotek jika
terdapat temuan pada tingkat kekritisan mayor, sedangkan penghentian sementara

kegiatan dan pencabutan izin akan diberikan pada sanksi yang melanggar CDOB

pada tingkat kekritisan kritikal. Pada dasarnya penghentian sementara kegiatan dan

pencabutan izin sama-sama menghentikan seluruh kegiatan apotek sehingga sama-

sama menjadi sanksi dalam tindak lanjut dari pelanggaran kritikal.

Terdapat prinsip-prinsip yang berlaku di dalam CDOB :

1. Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berlaku untuk aspek

pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat dan/atau

bahan obat dalam rantai distribusi.

2. Semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan/atau bahan obat

bertanggungjawab untuk memastikan mutu obat dan/atau bahan obat dan

mempertahankan integritas rantai distribusi selama proses distribusi.

3. Prinsip-prinsip CDOB berlau juga untuk obat donasi, baku pembanding dan

obat uji klinis.

4. Semua pihak yang terlibat dalam proses distribusi harus menerapkan prinsip

kehati-hatian (due diligence) dengan mematuhi prinsip CDOB, misalnya dalam

prosedur yang terkait dengan kemampuan telusur dan identifikasi risiko.

5. Harus ada kerja sama antara semua pihak termasuk pemerintah, bea dan cukai,

lembaga penegak hukum, pihak yang berwenang, industri farmasi, fasilitas

distribusi dan pihak yang bertanggung jawab untuk penyediaan obat,

memastikan mutu dan keamanan obat serta mencegah paparan obat palsu

terhadap pasien.

Aspek dalam CDOB meliputi :


1. Manajemen Mutu

Fasilitas distribusi harus mempertahankan sistem mutu yang mencakup

tanggung jawab, proses dan langkah manajemen risiko terkait dengan kegiatan

yang dilaksanakan. Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa mutu obat dan/atau

bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses distribusi.

Seluruh kegiatan distribusi harus ditetapkan dengan jelas, dikaji secara sistematis

dan semua tahapan kritis proses distribusi dan perubahan yang bermakna harus

divalidasi dan didokumentasikan. Sistem mutu harus mencangkup prinsip

manajemen risiko mutu. Pencapaian sasaran mutu merupakan tanggung jawab dari

penanggung jawab fasilitas distribusi, membutuhkan kepemimpinan dan partisipasi

aktif serta harus didukung oleh komitmen manajemen puncak.

2. Organisasi, Manajemen, dan Personalia

Pelaksanaan dan pengelolaan sistem manajemen mutu yang baik serta distribusi

obat dan/ atau bahan obat yang benar sangat bergantung pada personil yang

menjalankannya. Harus ada personil yang cukup dan kompeten untuk

melaksanakan semua tugas yang menjadi tanggung jawab fasilitas distribusi.

Tanggung jawab masingmasing personil harus dipahami dengan jelas dan dicatat.

Semua personil harus memahami prinsip CDOB dan harus menerima pelatihan

dasar maupun pelatihan lanjutan yang sesuai dengan tanggung jawabnya.

Penanggung jawab mempunyai uraian tugas yang harus memuat kewenangan

dalam hal pengambilan keputusan sesuai dengan tanggung jawabnya. Manajemen

fasilitas distribusi harus memberikan kewenangan, sumber daya dan tanggung

jawab yang diperlukan kepada penanggung jawab untuk menjalankan tugasnya.


Penanggung jawab harus seorang Apoteker yang memenuhi kualifikasi dan

kompentensi sesuai peraturan perundang-undangan. Disamping itu, telah memiliki

pengetahuan dan mengikuti pelatihan CDOB yang memuat aspek keamanan,

identifikasi obat dan/ atau bahan obat palsu ke dalam rantai distribusi.

3. Bangunan dan Peralatan

Fasilitas distribusi harus memiliki bangunan dan peralatan untuk menjamin

perlindungan dan distribusi obat dan / atau bahan obat. Bangunan harus dirancang

dan disesuaikan untuk memastikan bahwa kondisi penyimpanan yang baik dapat

dipertahankan, mempunyai keamanan yang memadai dan kapasitas yang cukup

untuk memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang baik, dan area

penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai untuk

memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan secara akurat dan aman.

4. Operasional

Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi harus dapat memastikan

bahwa identitas obat dan/ atau bahan obat tidak hilang dan distribusinya ditangani

sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada kemasan. Fasilitas distribusi harus

menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia untuk memastikan bahwa

sumber obat dan/atau bahan obat yang diterima berasal dari industri farmasi dan/

atau fasilitas distribusi lain yang mempunyai izin sesuai peraturan perundang-

undangan untuk meminimalkan risiko obat dan/atau bahan obat palsu memasuki

rantai distribusi resmi.

5. Inspeksi diri
Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan

kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan tindak lanjut langkah-

langkah perbaikan yang diperlukan. Program inspeksi diri tidak hanya dilakukan

pada bagian tertentu saja, melainkan mencangkup semua aspek CDOB serta

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, pedoman dan prosedur tertulis.

6. Keluhan, Obat dan/ atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu dan Penarikan

Kembali

Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/ atau bahan obat berpotensi

rusak harus dikumpulkan, dikaji dan diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis serta

harus tersedia dokumentasi untuk setiap proses penanganan keluhan termasuk

pengembalian dan penarikan kembali dan mempunyai bukti dokumentasi tentang

kebenaran asalusul obat dan/atau bahan obat termasuk identitas obat dan/atau bahan

obat untuk memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat tersebut bukan obat

dan/atau bahan obat palsu.

7. Transportasi

Selama proses transportasi, harus diterapkan metode transportasi yang

memadai. Obat dan/atau bahan obat harus diangkut dengan kondisi penyimpanan

sesuai dengan informasi pada kemasan. Metode transportasi yang tepat harus

digunakan mencakup transportasi memalui darat, laut, udara atau kombinasi di atas.

Apapun metode transportasi yang dipilih, harus dapat menjamin bahwa obat

dan/atau bahan obat tidak mengalami perubahan kondisi selama transportasi yang

dapat mengurangi mutu. Pendekatan berbasis risiko harus digunakan ketika

merencanakan rute transportasi.


8. Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak

Cakupan kegiatan kontrak terutama yang terkait dengan keamanan, khasiat dan

mutu obat dan/atau bahan obat :

1) Kontrak atar fasilitas distribusi

2) Kontrak antara fasilitas distribusi dengan pihak penyedia jasa antara lain

transportasi, pengendalian hama, pergudangan, kebersihan dan sebagainya.

Semua kegiatan kontrak harus tertulis antara pemberi kontrak dan penerima

kontrak serta setiap kegiana harus sesuai dengan persyaratan CDOB.

9. Dokumentasi

Dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem manajemen

mutu. Dokumentasi tertulis harus jelas untuk mencegah kesalahan dari komunikasi

lisan dan untuk memudahkan penelusuran, antara lain sejarah bets, instruksi,

prosedur. Dokumentasi merupakan dokumen tertulis terkait dengan distribusi

(pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan), prosedur tertulis dan

dokumen lain yang terkait dengan pemastian mutu.

B. Dokumentasi

Dokumentasi meliputi :

a. Dokumen pengadaan: surat pesanan, faktur atau surat jalan dari

pemasok harus disatukan.

b. Dokumen penyimpanan; meliputi kartu stok


c. Dokumen penyaluran meliputi: surat pesanan dari pelanggan, faktur

atau surat jalan/surat penyerahan barang harus disatukan.

d. Dikecualikan bagi fasilitas distribusi yang memiliki system

komputerisasi yang terintegrasi antara pusat dan cabang.

e. Dokumen pembayaran jika diperlukan.

Ketentuan kelengkapan dokumentasi meliputi:

a. Surat pesanan harus memuat nama dan nomor ijin sarana, nomor surat

pesanan, tanggal, item obat dan/atau bahan obat yang dipesan, jumlah, nama

dan SIKA/SIPA/SIKTTK serta tanda tangan penanggung jawab sarana

pemesan, stempel sarana pemesan.

b. Faktur penjualan /surat jalan/SPB harus memuat informasi nama dan nomor

ijin fasilitas distribusi penerbit, nomor dan tanggal faktur/surat jalan/SPB,

nama dan alamat tujuan pengiriman, nama obat dan/bahan obat, jumlah dan

item, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, nama dan SIKA serta tanda tangan

apoteker penanggung jawab fasilitas distribusi pengirim, nama dan

SIKA/SIPA/SIKTTK serta tandatangan penerima, stempel fasilitas

pengirim dan penerima.

c. Kartu stok secara komputer atau manual harus dapat ditelusur dan

menginformasikan nama obat dan/atau bahan obat, jumlah masuk dan

keluar (mutasi), sisa stok, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, sumber

pengadaan, nama sarana penerima, nomor faktur/surat jalan/SPB.

Apabila dokumentasi dilakukan oleh pihak ketiga harus ada:

a. Daftar dokumen yang tersimpan di pihak ketiga


b. Nama dan alamat tempat penyimpanan

c. Perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengambil dokumen dari tempat

penyimpanan dokumen di luar fasilitas distribusi yang bersangkutan.

Fasilitas distribusi menentukan waktu kaji ulang dokumen dan mengikuti

perubahan peraturan perundang-undangan. Fasilitas distribusi harus mempunyai

dokumen yang mencantumkan:

a. Kondisi penyimpanan obat dan /atau bahan obat sesuai yang tercantum

dalam label;

b. Hal-hal yang perlu diperhatikan secara khusus;

c. Tanggal uji ulang untuk bahan obat (jika ada).

Syarat-syarat dokumentasi pada CDOB

1. Dokumentasi terdiri dari semua prosedur tertulis, petunjuk, kontrak, catatan

dan data, dalam bentuk kertas maupun elektronik.

2. Dokumentasi yang jelas dan rinci merupakan dasar untuk memastikan

bahwa setiap personil melaksanakan kegiatan, sesuai uraian tugas sehingga

memperkecil risiko kesalahan.

3. Dokumentasi harus komprehensif mencakup ruang lingkup kegiatan

fasilitas distribusi dan ditulis dalam bahasa yang jelas, dimengerti oleh

personil dan tidak berarti ganda.

4. Prosedur tertulis harus disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh

personil yang berwenang. Prosedur tertulis tidak ditulis tangan dan harus

tercetak
5. Setiap perubahan yang dibuat dalam dokumentasi harus ditandatangani,

diberi tanggal dan memungkinkan pembacaan informasi yang asli. Jika

diperlukan, alasan perubahan harus dicatat.

6. . Dokumen harus disimpan selama minimal 3 tahun.

7. Seluruh dokumentasi harus tersedia sebagaimana mestinya.

8. Semua dokumentasi harus mudah didapat kembali, disimpan dan dipelihara

pada tempat yang aman untuk mencegah dari perubahan yang tidak sah,

kerusakan dan/atau kehilangan dokumen.

9. Dokumen harus dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up to date.

Jika suatu dokumen direvisi, harus dijalankan suatu sistem untuk

menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku.

10. Dokumentasi permanen, tertulis atau elektronik, untuk setiap obat dan/atau

bahan obat yang disimpan harus menunjukkan kondisi penyimpanan yang

direkomendasikan, tindakan pencegahan dan tanggal uji ulang khusus untuk

bahan obat (jika ada) harus diperhatikan. Persyaratan farmakope dan

peraturan nasional terkini tentang label dan wadah harus dipatuhi.

11. Dokumentasi distribusi harus mencakup informasi berikut: tanggal, nama

obat dan/atau bahan obat; nomor bets; tanggal kedaluwarsa; jumlah yang

diterima / disalurkan; nama dan alamat pemasok / pelanggan.

12. Dokumentasi harus dibuat pada saat kegiatan berlangsung, sehingga mudah

untuk ditelusuri.

Standar Operasional Prosedur (SOP) Dokumentasi


Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan sebuah pernyataan

mengenai cara yang seharusnya dilakukan o;eh staff suatu organisasi dalam

melaksanakan aktivitas tertentu. SOP biasanya lebih mengikat

dibandingkan pedoman (A.F. Al. Asiff, 2009).

Aspek-aspek SOP :

1. Adanya serangkaian langkah

2. Langkah-langkah itu (sudah) dianggap benar dan harus dilaksanakan.

3. Langkah-langkah itu dilaksanakan dengan urutan yang tepat

(sistematik).

4. Pelaksanaan langkah-langkah itu adalah untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

5. Semua langkah, urutan dan tujuan yang hendak dicapai sudah

dispesifikasi dan disistematik.

SOP pada umumnya mendeskripsikan suatu urutan, aktivitas, sementara

aturan dan peraturan berfokus pada suatu aktivitas.

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengendalian Dokumen

1. Menetapkan Jenis Dokumen

- Semua karyawan di semua Bagian melalui kepala bagian

menetapkan dokumen yang dianut. Dokumen tersebut dapat berupa

dokumen internal, dokumen eksternal.

2. Pembuatan Dokumen Internal

- Apabila ada kebutuhan pembuatan dokumen baru maka diusulkan

untuk pembuatan dokumen baru melalui formulir


Permintaan/Perubahan Dokumen yang diajukan kepada

Penanggung Jawab/Ka Bag Pemastian Mutu/Wakil Manajemen.

Kecuali dalam pengembangan sistem baru atau perubahan sistem

secara menyeluruh, maka tidak perlu dilakukan permintaan

pembuatan dokumen melainkan di bentuk Tim untuk

mengembangkannya.

- Bila usulan pembuatan dokumen baru/perubahan dokumen berasal

dari pemilik proses, maka langsung di sertai dengan usulan draft

dokumen.

- Pemeriksaan kelayakan draft dokumen oleh Penanggung Jawab/Ka

Bag Pemastian Mutu/Wakil Manajemen dengan

mempertimbangkan proses bisnis perusahaan, peraturan

perusahaan, persyaratan CDOB, ISO 9001, SMK3 dan peraturan

lain yang terkait.

- Dokumen yang telah disetujui oleh pihak-pihak terkait (ditandai

dengan tanda tangan) selanjutnya didistribusikan sesuai ketentuan

yang berlaku dan didata pada formulir daftar dokumen internal oleh

Penanggung Jawab/Ka Bag Pemastian Mutu/Wakil Manajemen

3. Penerbitan Dokumen

- Setiap dokumen yang akan diterbitkan, kecuali kebijakan

perusahaan, sasaran mutu dan program manajemen lingkungan dan

K3.
- Formulir, sebagai bagian dari dokumen harus diidentifikasi dengan

kode dan nomor formulir

- Kode untuk dokumen Dokumen pada saat diterbitkan pertama kali

diberi nomor revisi 00 dan tanggal pada saat mulai diterbitkan.

- Dokumen yang terbit harus diberi stempel “ASLI” dengan warna

merah pada sampul dokumen dan dicatat dalam Daftar Dokumen

Master

4. Perubahan Dokumen

- Apabila ada kebutuhan perubahan dokumen maka dapat diusulkan

untuk melakukan revisi dokumen melalui formulir

permintaan/perubahan dokumen, yang diajukan kepada penanggung

jawab.

- Wakil Manajemen akan berkoordinasi dengan Bidang terkait

pemilik dokumen untuk membahas kelayakan revisi dokumen

seperti yang diusulkan.

- Apabila dari hasil pembahasan revisi dokumen disepakati untuk

tidak dilakukan, maka dilakukan penjelasan kepada pihak yang

mengusulkan tentang kesimpulan pembahasan. Apabila dari hasil

pembahasan disepakati perlunya revisi dokumen, maka dibuat draf

revisi dokumen oleh pemilik dokumen terkait untuk diusulkan

kepada Penanggung Jawab/Ka Bag Pemastian Mutu/Wakil

Manajemen.
- Apabila usulan revisi dokumen berasal dari pemilik dokumen, maka

langsung disertai dengan usul dan draft revisi dokumen.

- Pemeriksaan kelayakan draf revisi dokumen oleh Penanggung

Jawab/Ka Bag Pemastian Mutu/Wakil Manajemen dengan

mempertimbangkan proses bisnis perusahaan, peraturan

perusahaan, persyaratan CDOB, ISO 9001, SMK3 dan peraturan

lain yang terkait.

- Apabila draft revisi dokumen dianggap layak, maka sekretariat

melakukan proses pendokumentasian, yaitu :

a. Melakukan editing dokumen

b. Merubah nomor revisi dan tanggal efektif berlakunya dokumen

dalam Daftar dokumen Internal

c. Menyimpan rekaman formulir Permintaan/Perubahan Dokumen

terkait

d. Melakukan proses pengesahan revisi dokumen sesuai tabel

aturan pengesahan dokumen

e. Menggandakan dokumen sejumlah pengguna dokumen sesuai

daftar dokumen internal

f. Memberikan nomor salinan

g. Mendistribusikan salinan dokumen dengan formulir Penyerahan

Dokumen
h. Menarik salinan dokumen revisi sebelumnya dan melakukan

tindakan untuk menghindari penggunaan salinan yang tidak

berlaku.

i. Menyimpan bukti penyerahan dokumen

j. Memberikan stempel ”TIDAK BERLAKU” warna merah pada

dokumen asli yang telah direvisi dan menyimpan sampai tiga

revisi terakhir sebagai referensi.

5. Pemberlakuan dokumen eksternal

- Dokumen eksternal yang menjadi acuan kinerja PT. ..., didaftar

dalam formulir Daftar Dokumen Eksternal oleh masing-masing

bidang.

- Copy daftar dokumen eksternal dibagikan kepada masing-masing

Bidang agar tidak terjadi kesalahan penggunaan dokumen eksternal

- Apabila ada perubahan penggunaan dokumen eksternal maka

dilakukan pemberitahuan kepada masing-masing Bidang dengan

melampirkan daftar dokumen eksternal yang baru.

6. Penarikan dan pemusnahan Dokumen Tidak Berlaku

- Apabila dokumen diubah, maka Dokumen Asli dan Terkendali yang

lama dinyatakan sebagai dokumen Tidak Berlaku dan harus ditarik

dari penggunaan

- Dokumen Asli yang Tidak Berlaku dikeluarkan dari tempat

penyimpanan dan diberi tanda “TIDAK BERLAKU” dengan warna

merah, sedangkan dokumen terkendali yang tidak berlaku


dikembalikan ke Sekretariat untuk dimusnahkan dengan

menggunakan Berita Acara Pemusnahan Dokumen/Rekaman

- Dokumen Asli yang tidak Berlaku disimpan terpisah dari dokumen

Asli yang masih berlaku.

- Penarikan, penyimpanan dan pemusnahan dokumen tidak berlaku

dilakukan oleh Sekretariat 5.6.5. Ketentuan ini berlaku untuk

dokumen internal dan eksternal.

7. Pengkajian Ulang

- Tiap SOP harus dikaji ulang paling lama setelah 3 (tiga) tahun.

- Bila revisi tidak diperlukan maka Manajer yang bersangkutan

membubuhkan paraf dan tanggal pada dokumen master sebagai

tanda tidak diperlukan tindakan lanjut.

- Bila revisi diperlukan, maka seluruh POB harus ditulis ulang dan

diberi nomor revisi yang baru. Tidak dibenarkan mengubah

hanya satu halaman atau satu bagian saja.

8. Sistem Online

Jika media online untuk dokumen Sistem Mutu telah tersedia,

pembuatan/perubahan dokumen pengecekan dan pengesahan dilakukan

sesuai IK pembuatan dan penerbitan dokumen Sistem Mutu online.

Contoh pasal Dokumentasi menyatakan Pihak Kedua mendokumentasikan

seluruh pekerjaan Pest Management Service dalam standard dokumentasi sebagai

berikut :

a. Service Report
Service Report dibuat dan diserahkan oleh teknisi Pihak kedua setiap kali

pelaksanaan service.

b. Pest Progress Report

Laporan dibuat setiap 3 (tiga) bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan Pest

Management Service dalam bentuk trend perkembangan hama, analisa dan

rekomendasi.

c. Lay Out Monitoring

Dokumentasi berupa gambaran penempatan masing-masing unit monitoring yang

diinstall di area Pihak Pertama, diserahkan setelah service pertama atau

jika ada perubahan.


DAFTAR PUSTAKA

Bunawan, 1994, Pengantar Pengolahan Data Terdistribusi, Gunadarma, Jakarta.


European Guidelines, 2013, Good Distribution Practice of Medicinal Products for
Human Use, Official Journal of the European Union, European
Commission.

BPOM, 2012, Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai