Regulasi
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) diatur oleh Pemerintah melalui
Peraturan Kepala Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan), dan Petunjuk
Pelaksanaan Pedoman Teknis Pedoman CDOB yang diterbitkan oleh Badan
POM RI sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
telah ditetapkan untuk menjalankan fungsi Pengawasan Obat dan Makanan.
Prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB) :
1.Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berlaku untuk aspek pengadaan, penyimpanan,
penyaluran termasuk pengembalian obat dan/atau bahan obat dalam rantai distribusi.
2.Semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan/atau bahan obat bertanggungjawab untuk memastikan
mutu obat dan/atau bahan obat dan mempertahankan integritas rantai distribusi selama proses distribusi.
3.Prinsip-prinsip CDOB berlaku juga untuk obat donasi, baku pembanding dan obat uji klinis.
4.Semua pihak yang terlibat dalam proses distribusi harus menerapkan prinsip kehati-hatian (due diligence)
dengan mematuhi prinsip CDOB, misalnya dalam prosedur yang terkait dengan kemampuan telusur dan
identifikasi risiko.
5.Harus ada kerja sama antara semua pihak termasuk pemerintah, bea dan cukai, lembaga penegak hukum,
pihak yang berwenang, industri farmasi, fasilitas distribusi dan pihak yang bertanggung jawab untuk
penyediaan obat, memastikan mutu dan keamanan obat serta mencegah paparan obat palsu terhadap pasien.
Pembahasan :
V. Inspeksi Diri
VI. Keluhan, Obat dan / atau Bahan Obat kembalian, diduga palsu, dan penarikan
Kembali
VII. Transportasi
IX. Dokumentasi
V. Inspeksi Diri
Inspeksi adalah suatu evaluasi kesesuaian melalui pengamatan dan penetapan, jika perlu
dengan pengukuran, pengujian atau pembandingan (ISO 9000) Audit adalah proses sistematis,
independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara
obyektif untuk menentukan tingkat pemenuhan kriteria audit. Audit internal, seringkali
dinamakan audit pihak pertama, dilakukan oleh, atau atas nama organisasi sendiri untuk
tinjauan manajemen dan sasaran internal lainnya dan dapat dijadikan dasar bagi pernyataan
diri organisasi tentang kesesuaiannya.
Dalam beberapa kasus, khususnya untuk organisasi yang lebih kecil, independensi dapat
dibuktikan dengan kebebasan dari tanggung jawab untuk kegiatan yang diaudit. (Misal :
bagian pemastian mutu bisa mengaudit bagian penjualan). Audit eksternal secara umum
dinamakan “Audit Pihak Kedua” atau “Audit Pihak Ketiga”. Audit pihak kedua dilakukan oleh
pihak yang berkepentingan dengan organisasi, seperti pelanggan atau oleh orang lain atas nama
mereka. Audit pihak ketiga dilakukan oleh organisasi eksternal, organisasi audit yang
independen, misalnya organisasi yang memberikan sertifikasi/registrasi kesesuaian dengan ISO-
9001 atau GDP.
Pelaksanaan inspeksi diri
• Pelaksanaan inspeksi diri dilakukan secara berkala dan setiap pelaksanaannya
harus dicatat dan didokumentasikan.
• Pelaksana inspeksi diri dapat dilakukan secara independent dan terperinci oleh
personel yang kompeten yang ditujuk oleh perusahan, baik kepala cabang maupun
supervisor atau dengan tim audit eksternal yang dilakukan oleh ahli independent
untuk membantu, untuk memastikan kepatuhan penerapan CDOB
• Aspek untuk inspeksi diri dilakukan dengan membuat daftar periksa inspeksi diri
yang berisi pertanyaan terkait ketentuan CDOB. Dalam hal ini, terdapat form
ceklis self assessment dari BPOM.
• Inspeksi diri atau audit mutu dapat dilakukan oleh principal yang bekerjasama
dengan PBF untuk memantau pelaksanaan proses distribusi khususnya untuk
sediaan yang berasal dari principal tersebut.
1. Tujuan Inspeksi diri
Bertujuan untuk mengevaluasi seluruh sistem operasional di Fasilitas Distribusi
dalam semua aspek yang dapat mempengaruhi mutu obat dan/atau bahan obat
serta memastikan keefektikan Sistem Mutu yang diterapkan. Inspeksi diri bukan
hanya untuk mencari kesalahan atau kelemahan yang ada tapi lebih utama untuk
mencari cara pencegahan dan mengatasi masalah secara efektif.
POB ini bertujuan agar inspeksi diri dan audit mutu dapat:
• mengevaluasi kegiatan operasional di Fasilitas Distribusi terhadap
pemenuhan persyaratan CDOB dan menemukan kekurangan yang harus
diperbaiki
• melaksanakan inspeksi diri dan audit mutu secara teratur dan sistematis
untuk memastikan Sistem Mutu sudah diterapkan dengan baik dan
dilakukan sesuai dengan CDOB
2. Ruang Lingkup
2.1 POB ini berlaku pada saat penyiapan jadwal dan pelaksanaan
Inspeksi Diri di Fasilitas Distribusi
2.2 Inspeksi diri ini mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
• Profil Fasilitas Distribusi
• Manajemen Mutu
• Personalia
• Bangunan dan Peralatan
• Proses operasional : pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pengiriman/penyaluran, pengembalian, penarikan kembali (recall)
• Dokumentasi
3. Tanggung Jawab
• Penanggung Jawab/Kepala Bagian Pemastian Mutu
bertanggung jawab menyiapkan, mengkaji dan
melatihkan POB ini.
• Penanggung Jawab/Kepala Bagian Pemastian Mutu
bertanggung jawab merumuskan daftar periksa.
• Penanggung Jawab/Kepala Bagian Pemastian Mutu
bertanggung jawab menyiapkan jadwal dan
menentukan Tim Inspeksi Diri
• Tim Inspeksi Diri yang dipimpin oleh Kepala Tim
bertanggung jawab untuk pelaksanaan inspeksi diri.
4. Prosedur Inspeksi Diri
Inspeksi diri dilakukan terhadap bagian-bagian internal di Fasilitas
Distribusi
Tentukan Tim yang akan melaksanakan inspeksi diri.
Siapkan daftar periksa.
Lakukan pemeriksaan dan catat temuan di lapangan.
Buat laporan temuan pada Formulir Laporan Temuan
Rekomendasikan rencana perbaikan dan tindak lanjut.
Sampaikan laporan yang telah diisi lengkap kepada Kepala Pabrik dan
Kepala Bagian yang terkait.
Siapkan daftar dan rencana perbaikan dalam Formulir Tindakan Perbaikan
Inspeksi Diri
Inspeksi Diri dilakukan secara sistematis dan berkala minimal 6 (enam)
bulan sekali
Corrective Action dan Preventive Action (CAPA)
Corrective action dan preventive action dilakukan jika saat pelaksanaan inspeksi ditemukan
hal yang menyimpang dari aspek CDOB.
CAPA dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab terjadinya penyimpangan dan digunakan
untuk memperbaiki serta mencegah terjadinya penyimpangan yang serupa. Hal yang terdapat
di CAPA yaitu:
Aspek CDOB
Temuan
Tingkat kritis
Penyebab
GAP analisis
Tindakan perbaikan
Tindakan pencegahan
Timeline beserta penangung jawab
VI. Keluhan, Obat dan / atau Bahan Obat
kembalian, diduga palsu, dan penarikan Kembali
Obat dan/atau bahan obat yang telah disalurkan kepada pelanggan jika dikembalikan baik karena
alasan kesalahan pengiriman atau obat kembalian harus dikarantina dulu untuk dilakukan evaluasi
oleh penanggung jawab. Evaluasi mencakup kebenaran obat (penandaan, nomor bets dan
kedaluwarsa) dan kondisi penyimpanan selama tranportasi.
Jika hasil evaluasi dinyatakan baik, maka dapat dimasukkan ke dalam stok dan dapat dijual kembali.
Jika hasil evaluasi dinyatakan tidak baik atau dicurigai adanya obat palsu, maka dilakukan
pengamanan untuk diproses lebih lanjut.
Jika ditemukan kecurigaan obat dan/atau bahan obat palsu, terhadap obat kembalian dari pelanggan,
fasilitas distribusi dapat berkoordinasi dengan instansi terkait (Balai Besar/Balai POM
setempat/Badan POM, Kepolisian), Industri Farmasi, Fasilitas Distribusi lainnya, Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian untuk melakukan pengecekan produk.
JENIS DAN PENANGANAN KELUHAN
1. keluhan pelayanan
2. keluhan produk
Umumnya transportasi PBF menjadi tanggung jawab dari pihak pengiriman PBF sendiri
maupun pihak ketiga pengiriman. Personil pengiriman barang memiliki tanggung jawab
terhadap kebersihan, perawatan dan penyusunan produk di ruang penyimpanan
kendaraan. PBF responden telah melakukan tindakan tersebut secara teratur.
Jadwal pengiriman disesuaikan dengan:
1. Jadwal moda transportasi;
2. Perkiraan waktu kedatangan di sarana tujuan pengiriman
3. Kondisi geografis perjalanan, dan
4. Kondisi keamanan selama perjalanan.
2. Ruang Lingkup
Proses pengiriman barang ke pelanggan, atau industri farmasi yang meliputi penerimaan faktur dan
BKB/Surat Jalan sampai dengan pengumpulan faktur atau Dokumen Tanda Terima
3. Prosedur
Proses pengiriman barang terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
• Kiriman ke Industri Farmasi
• Kiriman ke pelanggan Kiriman ke Industri Farmasi dan pelanggan
Dokumen spesifikasi meliputi spesifikasi : bahan baku, bahan f. kondisi penyimpanan atau tindakan pengamanan lain
pengemas, produk antara, produk ruahan dan obat jadi. yang diperlukan;
Spesifikasi bahan baku hendaklah memuat: h. nama pemasok yang disetujui; dan
nama dan kode produk yang ditentukan dan digunakan oleh i. tanggal diterbitkan spesifikasi kekerasan, keregasan,
perusahaan; waktu hancur dan kemanfaatan hayati in-vitro, bila
perlu;
a. nama dan kode yang diberikan oleh pemasok;
j. spesifikasi obat jadi hendaklah juga mencakup jenis
b. pemerian. karakteristik fisika dan karakteristik kimia dan spesifikasi bahan pengemasan yang digunakan;
serta standar mikrobiologi, jika ada;
k. masapakai atau batas daluwarsa;
c. rujukan monograf atau metode pengujian yang
digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian l. kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan yang
spesifikasi atau farmakope yang digunakan; diperlukan;dan
d. frekuensi pengujian ulang terhadap bahan yang di m. spesifikasi kemasan dan label.
simpan, jika perlu;
e. jenis pengujian spesifik yang diperlukan dalam rangka Spesifikasi produk antara, produk ruahan atau spesifikasi obat
penilaian ulang terhadap bahan yang sudah daluwarsa jadi dapat terpisah atau termasuk dalam Dokumen Produksi
untuk menentukan kemungkinan perpanjangan masa Induk.
Dokumen Produksi tidak akan berubah maupun yang akan
Dokumen produksi terdiri dari: mengalami perubahan selama proses;
Dokumen Produksi Induk hendaklah memuat nama d. daftar lengkap bahan pengemas;
produk, bentuk sediaan, kekuatan, pemerian, nama e. spesifikasi bahan pengemas;
penyusun dan bagian, nama pemeriksa yang terlibat, f. garis besar prosedur pengolahan dan
daftar isi dan daftar distribusi. pengemasan;
Isi dokumen induk hendaklah memuat: g. daftar peralatan yang dapat dipakai untuk
a. bagian umum yang memuat jenis kemasan pengolahan dan pengemasan;
atau alternatif kemasan, pernyataan tentang h. pengawasan dalam proses yang harus
stabilitas produk, tindakan pengamanan dilaksanakan selama pengolahan dan
selama penyimpanan serta tindakan pengemasan; dan
pengamanan lain yang perlu dilaksanakan
selama pengolahan dan pengemasan; i. masa pakai produk.
Prosedur Pengolahan Induk hendaklah mencakup hal h. pernyataan mengenai hasil teoretis dan batas
berikut: presentase termasuk persentase maksimum dan
minimum hasil nyata yang diperoleh terhadap hasil
a. Nama dan kekuatan produk serta pemerian bentuk
teoritis yang diperkenankan; dan
sediaan;
i. lokasi pengolahan dan peralatan yang akan
b. Daftar lengkap bahan baku, dengan menyebutkan digunakan.
Prosedur Pengemasan Induk a. Nama, bentuk sediaan dan kekuatan serta
Prosedur Pengemasan Induk adalah dokumen yang pemerian produk ruahan;
kemudiandigandakan untuk pencatatan pengemasan b. Daftar lengkap wadah, tutup dan bahan
tiap bets produk. pengemas lain termasuk satu contoh label dan
Prosedur Pengemasan Induk hendaklah memuat penandaan lainnya yang ditandatangani dan
prosedur dan instruksi lengkap dan rinci mengenai dibubuhi tanggal oleh petugas yang berwenang
untuk member persetujuan atas penandaan
1. pengemasan termasuk pengawasan dalam proses seperti itu.
yang harus dilakukan bagian produksi dan bagian
pengawasan mutu, tindakan pengamanan dan hal c. Pernyataan mengenai hasil teoretis dan batas
khusus yang perlu diperhatikan selama. pengemasan. persentase maksimum dan minimum hasil
Prosedur Pengemasan Induk hendaklah menyediakan nyata yang diperoleh terhadap hasil teoretis
ruang untuk mencatat data pengemasan. Dokumen ini yang diperkenankan;
hendaklah dibuat, dibubuhi tanggal dan tanda tangan d. prosedur rekonsiliasi antara produk ruahan dan
oleh manajer produksi serta diperiksa secara terpisah, bahan pengemas yang dikeluarkan; dan
diberi tanggal dan ditandatangani oleh manajer e. lokasi pengemasan dan peralatan yang akan
pengawasan mutu. digunakan
2. Prosedur Pengemasan Induk hendaklah mencakup
hal berikut:
Dokumen Pengawasan Mutu oleh pejabat yang berwenang serta mencakup
Dokumen pengawasan mutu terdiri dari : hal sebagai berikut: