B.Tujuan
1. Mengatur tata kelola klinis (clinical governance) yang baik agar mutu pelayanan medis
dan keselamatan pasien di klinik lebih terjamin dan terlindungi
2. Mengatur penyelenggaraan komite medik di setiap Fasilitas Kesehatan dalam rangka
peningkatan profesionalisme staf medis
3. menjaga kendali mutu dalam ruang lingkup pelayanan kesehatan
C.Dasar Hukum
1. UU Kedokteran Pada Pasal 49
1. ayat (1) setiap dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
atau kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya.
2. Ayat (2) dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diselenggarakan Audit Medis
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medis di Klinik, menjelaskan bahwa Audit Medis adalah upaya
evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien
dengan menggunakan rekam medisnya, yang dilaksanakan oleh profesi medis.
3. UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, Pasal 66 menekankan untuk
mewajibkan kepada tenaga medis patuh terhadap standar profesi dan standar prosedur
operasional
4. Permenkes Nomor 1438/Menkes/PER/IX/2010,
1. Pasal 1 Ketentuan Umum; Tentang Standar Pelayanan Kedokteran “Standar
Pelayanan Kedokteran adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter
gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran”
2. Pasal 4 Ayat 3Standar Pelayanan Kedokteran harus sahih pada saat ditetapkan,
mengacu pada kepustakaan terbaru dengan dukungan bukti klinis, dan dapat
berdasarkan hasil penapisan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan atau institusi pendidikan kedokteran.
D.Pelaksanaan Audit Medis dilakukan oleh 2 Lembaga yang
Berbeda yakni oleh
1. Komite medis di Klinik ; sebagai bahan evaluasi dari semua tindakan medis yang
dilakukan oleh dokter
2. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ; berdasarkan, pada pengaduan ketika terjadi kasus atau
penyimpangan yang diduga dilakukan oleh pihak dokter itu sendiri
Tahapan Audit
Tujuan audit harus jelas. Apa yang ingin diketahui dari audit harus jelas dan ditetapkan
dalam menyusun design audit tersebut.
Bagaimana menetapkan standar/kriteria. Penetapan standar/ kriteria sangatlah penting
karena itu harus tercantum dalam design audit. Standar/kriteria dapat dibagi dua yaitu
kriteria wajib dan kriteria tambahan.
Bagaimana melakukan pencarian literatur. Pencarian literatur penting dilakukan untuk
menetapkan standar/kriteria dan sebagai acuan dalam melakukan analisa data.
Bagaimana menjamin bahwa audit dapat mengukur pelayanan medik. Karena itu
pemilihan topik yang akan di audit harus jelas sehingga keluaran dari audit juga jelas.
Bagaimana menetapkan strategi untuk pengumpulan data dan dari mana saja data tersebut
dikumpulkan
Bagaimana menetapkan sampel dari pasien yang layak
Bagaimana data yang dikumpulkan di anlisa dan di presentasikan
Susun perkiraan waktu audit, waktu mulai dilakukan audit sampai audit tersebut selesai.
2.Pengumpulan data
Untuk melakukan pengumpulan data, pada tahap pertama perlu melakukan uji coba
atau pilot study. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan
mudah untuk dinilai dan mudah dikumpulkan.
Dalam melakukan pengumpulan data dapat dengan menggunakan komputer.
Kumpulkan data yang dibutuhkan atau diperlukan saja.
Menjamin untuk kerahasiaan
Saran :
AUDIT KLINIS DEMAM THYPOID (JANUARI 2022 - JULI 2022)
A. PENDAHULUAN
Salah satu perangkat bagi fasilitas kesehatan dalam hal peningkatan mutu pelayanan yang
diberikan kepada pelanggan. Salah satu acuan untuk memecahkan masalah pelayanan yang ada.
B. LATAR BELAKANG
1. Demam tifoid termasuk 10 besar penyakit yang ada di unit rawat inap.
2. Ada beberapa rekam medik rawat inap demam tifoid yang tidak diisi lengkap.
3. Laporan rutin unit rekam medik diagnose demam tifoid masuk sepuluh besar rekam medik
tidak lengkap dalam hal pengisian.
4. Adanya kelengkapan SOP demam tifoid
C. TUJUAN
Mengetahui apakah penatalaksanaan pasien dengan demam tifoid sudah sesuai dengan SOP
yang ada.
D. METODE
1. Pengumpulan sampel : Januari - Juli 2022
2. Penentuan sampel : Sampel non statistik
3. Analisis data : data diolah dengan kriteria proses yaitu dibandingkan dengan standar atau
SOP yang sudah ada
B. DIAGNOSIS
1. Anamnesis : demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap
(kontinyu)atau remiten pada minggu kedua ,demam terutama sore/malam hari,sakit
kepala,nyeri otot,anoreksia,mual muntah,obtipasi atau diare.
2. Pemeriksaan fisik : febris,kesadaran berkabut,bradikari rekative (peningkatan suhu 1 oc tidak di
ikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit),lidah yang berselaput (kotor di tengah,tepi
ujung merah,serta tremor).hepatomegali,splenomegaly,nyeri abdomen,reseolae (jarang pada
orang Indonesia).
3. Laboraorium : dapat ditemukan leukopeni,leukositosis,atau leukosit
normal,aneosinofilia,limfopenia,peningkatan LED,anemia ringan ,trombositopenia,gangguan
fungsi hati,kultur darah(biakan empedu)positif atau peningkatan titer uji widal> 4 kali lipat
setelah satu minggu memastikan diagnosis. Kultur darah negative tidak menyingkirkan
diagnosis uji widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 Atau H 1/640 disertai gambaran klinis
khas menyokong diagnosis.
4. Hepatitis tifosa
5. Bias memenuhi 3 atau lebih criteria khosia (1990),hepatomegaly,ikterik,kelainan laboratorium
(antara lain: bilirubin >30,6 umol/1,peningkatan SGOT/SGPT,penurunan indeks PT),kelainan
histopatologi
6. Thypoid karier
7. Ditemukannya kuman salmonella typhi dalam biakan feses atau urine pada seseorang tanpa
tanda klinis infeksi pada sesorang setelah 1 tahun pasca demam thypoid.
C. DIAGNOSIS BANDING
Infeksi virus,Malaria
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pembuluh darah perifer lengkap,tes fungsi hati,serologi,kultur darah (biakan empedu)
E. TERAPI
1. Non farmakologis,tirah baring,makanan lunak,rendah serat
2. Farmakologi : simptomatis dan antimikroba
3. Antimikroba pilihan utama : klorafenikol 4x500mg sampai dengan 7 hari bebas panas
4. Antimikroba alternatif lain :
a. Tiamphenicol 4x500mg komplikasi hematologi lebh rendah dibandingkan klorampenicol
b. Kontrimoksazol 2x2 tablet selama 2 minggu
c. Ampicillin dan amoxicillin 50-150mgkgBB selama 2 minggu
d. Cephalosporin generasi III yang terbukti efektif adalah ceftriakson 3-4 gram dalm
dekstrose 100cc selama setegah jam per infus sekai sehari selama 3-5 hari
e. Dapat pula diberikan cefotaxim 2-3x 1 gram,cefoperazon 2x 1 gram.
f. Fluorokuinolon demam biasanya lisis pada hari ke III atau menjelang hari ke IV
g. Norfloksasin 2x400mg per hari selama 14 hari
h. Ciprofloksasi 2x500mg per hari selama 6 hari
i. Ofloksasin 2x40mg per hari selama 7 hari
j. Pefloksasin 400mg/hari selama 7 hari
k. Fleroksasin 400mg/hari selama 7 hari
5. Kasus toksik tifoid (demam tifoid disertai gangguan kesadaran dengan atau tanpa kelainan
neurologis lainnya dan hasil pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal) langsung
diberikan kombinasi kloramfenikol 4x500mg dengan ampicillin 4x1gr dan dexametazone 3x5mg,
6. Kombinasi antibiotik hanya diindikasikan pada toxic tifoid,peritonitis atau perforasi,renjatan
septic
7. Steroid hanya diindikasikan pada toxic tifoid atau demam tifoid yang mengalami renjatan septk
dengan dosis 3x5mg.
F. KASUS THYPOID KARIER
1. Tampa kolelitiasis pilihan regimen terapi selama 3 bulan
2. Ampicillin 100mg/kkBB/hri+probenesid 3omg/kkBB/hari
3. Amoxicillin 100mg/kkBB/hari+ probenesid 30mg/kkBB/hari
4. Kontrimoksasol 2x2 tablet per hari.
5. Dengan kolelitiasis kolesistektomi +regimen tersebut di atas selama 28 hari atau
kolesistektomi + salah satu regimen berikut :
6. Ciprofloksasin 2x750mg/hari
7. Norfloksasin 2x400mg/hari
8. Dengan infeksi shistozoma haematobium pada traktus urinarius eradikasi schistozoma
haematobium
9. Praziquantel 40mg/kkBB Dosis tunggal atau
10. Metrifonat 7,5-10mg/kgBBbila perlu diberikan 3 dosis,interval 2 minggu
11. Setelah eradikasi berhasil diberikan rejimen terapi untuk tifoid karier seperti diatas
G. HASIL
Analisis Data :
1. Sebagian besar dari rekam medik tidak terisi sepenuhnya,banyak yang kosong
2. Proses penegakan diagnosis dalam hal anamnesa belum memenuhi syarat diagnosis demam
thypoid,atau belum sesuai dengan SOP yang ada
3. Penegakan diagnosis demam thypoid masih dominan berdasar pada hasil laboratorium
widal
4. Kolom pemeriksaan fisik sering kali kosong dan hanya ‘’dbn/dalam batas normal”
H. SARAN/REKOMENDASI
1. Perlunya kesepakatan bersama tentang pentingnya kelengkapan penulisan rekam medik
2. Mengingatkan dokter atau mengembalikan lagi rekam medik apabila ada rekam medik yang
penulisannya belum lengkap
3. Perlunya kesepakatan bersama tentang pentingnya penerapan SOP yang sudah disepakati
bersama
( )