Anda di halaman 1dari 33

Diskusi Ilmiah

AUDIT KLINIS
Oleh :
Anggita Gardeesna Sari (1818012116)
Natasya Aurum Alifia Zaini (1818012020)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
1 2020
1. Pendahuluan
Upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan harus Salah satu prinsip upaya
dilaksanakan secara peningkatan mutu
berkesinambungan untuk pelayanan medis adalah
menjamin bahwa setiap perbaikan kulitas yang terus
pasien akan mendapatkan menerus yang dalam
pelayanan terbaik pelaksanaannya perlu
berdasarkan kaidah-kaidah dilaksanakan evaluasi
medis yang berlaku. melalui kegiatan medis atau
3
kegiatan audit(Dinas Kesehatan, 2015)
klinis.
Tujuan
Memahami tujuan pelaksanaan audit klinis

Memahami proses dan tahapan


pelaksanaan audit klinis

Memahami tehnik pelaksanaan audit klinis


4
2. Tinjauan Pustaka
Pengertian

Audit klinis adalah analisis yang


sistematis dan independent tentang asuhan
klinis, untuk menentukan jika aktifitas dan
hasilnya sesuai dengan pengaturan yang
telah di implementasikan secara efektif
dan cocok untuk mencapai tujuan,
termasuk prosedur-prosedur untuk
diagnosis, tindakan medis, perawatan,
pemanfaatan sumber daya yang terkait,
dan outcome serta kualitas
6 hidup pasien.
Tujuan Tujuan Khusus
Umum • Melakukan evaluasi mutu
pelayanan medis.
• Untuk • Membahas kasus – kasus
memelihara medis penting.
dan • Mengetahui penerapan
meningkatkan standar pelayanan medis.
mutu
• Mengetahui perbaikan-
pelayanan
perbaikan pelayanan medis
yang
sesuai kebutuhan pasien.
diberikan
kepada pasien • Mengetahui kualitas pemberi
sesuai dengan layanan medis.
standar • Peningkatan
(Menkes pengetahuan
RI, 2011)
para klinisi.
Ruang Lingkup Audit
Puskesmas
Audit • Penilaian yang dilakukan oleh pihak di luar
organisasi menggunakan standar tertentu.

Ekstern • Akreditasi Puskesmas/Klinik merupakan


salah bentuk audit eksternal yang dilakukan
berdasarkan Standar Akreditasi oleh Komisi
al Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer.

Audit • Suatu proses penilaian yang dilakukan di


dalam suatu organisasi oleh auditor internal
Interna yang juga adalah karyawan yang bekerja pada
organisasi tersebut, untuk kepentingan internal
organisasi tersebut
l 8
(Panduan Praktik Klinis, 2015).
Perencaan Audit

01 03
Pengumpulan data
Re-audit

Design audit 02 Hasil audit 04


yang jelas
(Menkes RI, 2011)
Pelaksanaan Audit Klinis di
Puskesmas
Penetapan Melakukan
Pemilih jumlah analisis kasus
an kasus/sam yang tidak sesuai
topik pel standar dan kiteria

Penetepan Membandingkan Rencan


standar dan standar/kriteria a re-
kriteria dengan audit
10
pelaksanaan
pelayanan
(Menkes RI, 2018)
• Pemilihan topik tersebut bisa berupa penanggulan
penyakit tertentu di puskesmas (misalnya:
gastroenteritis akut), penggunaan obat tertentu
(misalnya: penggunaan antibiotik), tentang prosedur
atau tinakan tertentu, tentang kematian karen
penyakit tertentu, dan lain-lain.
• Pemilihan topik ini sangat penting, dalam memilih
topik agar memperhatikan jumlah kasus atau
epidemiologi penyakit yang ada di puskesmas dan
1. Pemilihan
adanya keinginan topikperbaikan.
untuk melakukan yang akan
dilakukan audit
11

(Menkes RI, 2018)


• Bila topik yang dipilih gastroenteritis akut
maka perlu ditetapkan prosedur
pemeriksaan, diagnosa dan pengobatan
gastroenteritis akut.
• Penetapan standar dan prosedur ini oleh
peer group dalam kelompok staf medis
terkait dan atau dengan ikatan profesi
2. Penetepan standar dan
setempat.
kriteria
12

(Menkes RI, 2018)


• Dalam mengambil sampel bisa dengan
menggunakan metode pengambilan sampel
maupun cara sederhana yaitu menetapkan kasus
gastroenteritis akut yang akan diaudit dalam
kurun waktu tertentu, misalnya dari bulan Januari
sampai Maret.
• Apabila selama 3 bulan tersebut ada 200 kasus,
3. Penetapan
maka jumlah
200 kasus tersebut yangkasus/sampel
akan dilakukan yang
audit. akan diaudit
13

(Menkes RI, 2018)


• Sub komite peningkatan mutu profesi/tim pelaksanaan
audit medis mempelajari rekam medis untuk
mengetahui apakah kriteria atau standar dan prosedur
yang telah ditetapkan telah dilaksanakan atau telah
dicapai dalam masalah atau kasus-kasus yang
dipelajari.
• Data tentang kasus-kasus yang tidak memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan dipisahkan dan
dikumpulkan untuk dianalisa. Misalnya dari 200 kasus
ada 4. Membandingkan
20 kasus yang tidak memenuhistandar/kriteria
kriteria atau
standardengan pelaksanaan
maka 20 kasus pelayanan
tersebut agar dipisahkan dan
dikumpulkan. 14

(Menkes RI, 2018)


• Sub komite komite profesi/tim pelaksanaan audit
medis menyerahkan ke 20 kasus tersebut pada “peer
grup” atau “kelompok staf” medis untuk dinilai lebih
lanjut.
• Kasus-kasus tersebut dianalisa dan didiskusikan apa
kemungkinan penyebabnya dan mengapa terjadi
ketidaksesuaian dengan standar.
5. Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai
standar dan kiteria

15

(Menkes RI, 2018)


• Peer group melakukan tindakan korektif terhadap kasus
yang defisiensi tersebut.
• Secara kolegial dan menghindari blaming culture, hal
tersebut dilakukan dengan membuat rekomendasi upaya
perbaikannya, cara pencegahan dan penanggulangan,
mengadakan program pendidikan dan latihan, penyusunan
dan perbaikan prosedur yang ada dan lain sebagainya.
6. Tindakan korektif
16

(Menkes RI, 2018)


• Mempelajari topik yang sama di waktu
kemudian yaitu setelah 6 bulan kemudian.
• Tujuan audit dilaksanakan adalah untuk
mengetahui apakah sudah ada upaya perbaikan.
• Hal ini bukan berarti topik audit adalah sama
terus-menerus, audit yang dilakukan 6 bulan
kemudian ini lebih untuk melihat upaya
perbaikan namun sub komite peningkatan mutu
profesi/tim pelaksana audit dan peer group dapat
memilih topik 7.
yangRencana
lain. re-audit
17

(Menkes RI, 2018)


3. Telaah Jurnal
Telaah Jurnal:
“Audit Pelaksanaan Program
Imunisasi BCG di Puskesmas
Kota Semarang Tahun 2019
(Studi pada Puskesmas
Rowosari dan Puskesmas
Tlogosari Kulon)”
PI
O
C

20
Problem
Proporsi kasus TB anak di Dalam rangka mencapai
antara kasus baru visi DKK Semarang untuk
Tuberkulosis Paru yang mewujudkan pelayanan
tercatat di Jawa Tengah kesehatan lima besar
tahun 2017 sebesar 9,80 terbaik se-Indonesia tahun
persen, hal ini mengalami 2021 kegiatan Imunisasi
kenaikan jika BCG perlu dipantau dan
dibandingkan proporsi TB diaudit secara berkala
anak tahun 2016 yaitu pada Puskesmas dengan
6,47 persen. Pencegahan 21 cakupan Imunisasi BCG
vaksinasi terhadap tertinggi dan terendah di
penyakit tuberkulosis Kota Semarang.
adalah vaksinasi Bacillus
Intervention Comparison

• Pada jurnal ini • Pada jurnal ini


tidak dilakukan dilakukan
intervensi identifikasi
permasalahan
program
imunisasi BCG
secara diskriptif
antara Puskemas
Tlogosari Wetan
dan Puskesmas
Rowosari
Jumlah tenaga kesehatan masih mengalami kekurangan dan
beban kerja berlebih di Puskesmas Tlogosari Kulon sedangkan
di Puskesmas Rowosari sudah cukup dan sudah sesuai dengan
jobdesknya masing-masing.

OUTCOME

Petugas pelaksana imunisasi terkadang juga lupa untuk


menyampaikan efek samping imunisasi kepada ibu bayi
setelah proses imunisasi selesai, hal ini dikhawatirkan dapat
menimbulkan stigma imunisasi pada sang ibu dikarenakan
minimnya pengetahuan ibu tentang efek samping dari
imunisasi.
Kedua puskesmas tersebut masih belum
menggunakan thermometer digital untuk
mengukur suhu vaksin.

OUTCOME
Puskesmas Rowosari tidak pernah
mengalami kekurangan jumlat alat suntik
sedangkan Puskesmas Tlogosari Kulon
pernah mengalami kekurangan alat suntik
yang tidak sesuai dengan jumlah bayi yang
diimunisasi.
AI
V

25
Validity
Judul Pengarang dan
institusi
• Judul jurnal ialah • Nama pengarang dan institusi sudah
“Audit Pelaksanaan dituliskan sesuai aturan penulisan jurnal.
Program Imunisasi Aturan baku penulisan nama pengarang
BCG di Puskesmas
Kota Semarang Tahun yaitu nama lengkap (tidak disingkat),
2019 (Studi pada tidak mencantumkan gelar, dan nama
Puskesmas Rowosari dituliskan dibawah judul sehingga
dan Puskesmas mengikuti standar baku penulisan nama
Tlogosari Kulon)”. pengarang. Aturan baku penulisan adalah
Judul jurnal terdiri meliputi alamat lembaga afiliasi penulis,
dari 19 kata, judul alamat untuk korespondensi, dan e-mail.
jurnal ini cukup
menggambarkan isi
jurnal.
Abstrak Validi Pendahulu • Pada latar belakang terdapat
permasalahan. Latar belakang

Penulisan ty tidak
abstrak an didukung oleh sumber pustaka dengan
sumber yang relevan.
terstruktur, abstrak berisikan
• Jenis penelitian yang dilakukan
background, methods, results merupakan penelitian kualitatif dengan
dan conclusion. Jumlah kata pendekatan deskriptif di Puskesmas
dalam abstrak ini adalah 218
kata. Memenuhi syarat abstrak
Metodolo Rowosari dan Puskesmas Tlogosari
Kulon. Penelitian ini
yaitu memiliki jumlah 200-250 gi mengkombinasikan model audit medis
dengan teori Harrington Emerson yaitu
kata. Pada jurnal ini sudah manajemen memiliki lima unsur (5M)
terdapat keyword sehingga yaitu Man, Money, Materials,
Machines, and Methods.
sesuai dalam penulisan abstrak.
Secara keseluruhan abstrak • Daftar pustaka disusun sesuai dengan
pada jurnal ini cukup untuk Daftar aturan penulisan jurnal menurut
Vancouver. Semua sitasi pada naskah
menggambarkan isi dari jurnal. Pustaka dijelaskan di daftar pustaka dan
merujuk pada sumber yang jelas.

27
• Dalam rangka peningkatan dan penjagaan mutu
pelayanan kesehatan di Indonesia, kegiatan
imunisasi BCG perlu dipantau dan diaudit
secara berkala pada puskesmas. Dengan
pelaksanaan audit klinis ini, ditemukan masalah
dalam pelaksanaan imunisasi BCG.
• Hasil analisis indikator dalam audit klinis
menunjukkan permasalahan dalam pelaksanaan
imunisasi BCG sehingga dapat dilakukan
Importancy
perbaikan di FKTP guna perbaikan mutu
pelayanan. 28
• Jurnal ini dapat diterapkan di puskesmas
yang ada di Provinsi Lampung. Dengan
melakukan audit klinis secara berkala
menunjukkan permasalahan dalam
pelaksanaan program puskesmas guna
meningkatkan perbaikan dan
peningkatan mutu pelayanan di FKTP.
Applicability
29
Kesimpulan
Meningkatkan kompetensi dari SDM yang ada, memberikan
fasilitas berupa kesempatan untuk mengikuti kegiatan seminar,
workshop dan pelatihan agar tenaga kesehatan mendapatkan
update terkait keilmuan yang diperlukan dalam pelayanan
imunisasi.
Peralatan yang sudah baik tetap mendapatkan pemantauan yang
rutin serta dilakukan kalibrasi pada alat kesehatan yang sudah
ada sesuai dengan standard yang sudah ditetapkan.

Puskesmas diharapkan terus melakukan advokasi dalam rangka


pengadaan alat kesehatan terkait pelaksanaan program
imunisasi.
Meningkatkan pemantauan pelaksanaan imunisasi BCG di
puskesmas minimal tiga bulan sekali terutama dalam menjaga
kualitas vaksin sesuai dengan pedoman yang sudah diberikan
oleh Kementerian Kesehatan agar menjamin pelaksanaan
imunisasi yang baik dan efektif dalam menurunkan kasus TBC.
Daftar Pustaka
◉ Dinas Kesehatan Upt Puskesmas. Panduan Praktik Klinis PMK 514. 2015
◉ Dinas Kesehatan Upt Puskesmas Nusa Penida I. Panduan Audit Internal.
Pemerintah Kabupaten Klungkung. 2016.
◉ Menkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011
tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
◉ Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan. Pedoman Audit Internal dan Pertemuan
Tinjauan Manajemen Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Kemenkes RI. Jakarta.
2018.
◉ Menkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
496/MENKES/IV/2005 tentang Pedoman32 Audit Medis di Rumah Sakit
Thank You
Any Question?

33

Anda mungkin juga menyukai