Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 3
BLOK DMS
Oleh : Tutorial 18
Anggota :

1. Yutricha Salsabila 1518011054


Learning Object

 Definisi luka dan jenis luka  Tindakan operatif fraktur terbuka, indikasi
dan jenisnya
 Mekanisme nyeri dan respon metabolik akibat
trauma  Deformitas dan penanganannya (prinsip
rehabilitasi medic pada pasien)
 Definisi, jenis fraktur dan tatalaksana awal
fraktur dan dislokasi  Defini, etiologi, klasifikasi, penegakan
diagnosis osteomyelitis
 Mekanisme terjadinya fraktur terbuka dan
berapa lama golden time nya?  Tatalaksana fraktur terbuka dengan
osteomyelitis
 Anamnesis, pemfis, pemeriksaan fisik, dan
penanganan awal fraktur terbuka  Bakteri penyebab infeksi musculoskeletal
 Bagaimana cara pemasangan spalk?  Cara merujuk pasien fraktur, dislokasi dan
osteomyelitis
 Komplikasi fraktur
 Menulis resep
1. Definisi Luka dan Jenis Luka

 Definisi :  Jenis – jenis luka :


Rusaknya kesatuan/komponen 1.Berdasarkan tingkat kontaminasi
jaringan , dimana secara spesifik
2.Berdasarkan kedalam dan luasnya
terdapat substansi jaringan yg
luka
rusak atau hilang
 Berdasarkan tingkat kontaminasi :  Berdasarkan kedalam dan luasnya
 Clean Wounds (Luka bersih)
luka :
Yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses  Stadium I : Luka Superfisial (“Non-
peradangan (inflamasi). Luka bersih biasanya Blanching Erithema)
menghasilkan luka yang tertutup
 Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi) Luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit

Merupakan luka pembedahan terkontrol, kontaminasi tidak  Stadium II : Luka “Partial Thickness”
selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah
3% - 11%. Hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan
 Contamined Wounds (Luka terkontaminasi) bagian atas dari dermis.

Termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan  Stadium III : Luka “Full Thickness”
operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik
atau kontaminasi. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan
 Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi): fasia tetapi tidak mengenai otot.

yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.  Stadium IV : Luka “Full Thickness”


Luka yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang
luas.
Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan tubuh. Luka antara lain
dapat mengakibatkan perdarahan, infeksi, kematian sel dan gangguan sebagian atau
seluruh fungsi organ.

Secara garis besar luka dibagi menjadi 2 jenis yaitu:


 Luka terbuka
 Luka tertutup

Luka terbuka

 Yaitu luka yang terpapar oleh udara karena adanya kerusakan pada kulit tanpa atau
disertai kerusakan jaringan di bawahnya. Luka terbuka merupakan jenis luka yang banyak
dijumpai.
Jenis luka terbuka:
Luka lecet (abrasi atau ekskoriasis)
 Yaitu luka yang mengenai lapisan kulit paling atas (epidermis) yang disebabkan oleh gesekan kulit dengan
permukaan yang kasar.

Luka insisi atau luka iris (vulnus scissum)


 Yaitu luka yang terjadi karena teriris oleh benda yang tajam dan rata seperti silet atau pisau. Tepi luka
tampak teratur. Misalnya luka operasi.
Luka robek (laserasi atau vulnus laceratum)
 Yaitu luka yang disebabkan oleh benturan keras dengan benda tumpul. Tepi luka biasanya
tidak teratur.

Luka tusuk (vulnus punctum)


 Yaitu luka yang disebabkan oleh benda runcing yang menusuk kulit, misalnya jarum atau
paku.
Luka karena gigitan (vulnus morsum)
 Yaitu luka yang terjadi akibat gigitan hewan atau manusia. Bentuk luka tergantung dari bentuk dan susunan
gigi yang menggigit.

Luka tembak
 Yaitu luka karena peluru dari tembakan senjata api.
2. Mekanisme nyeri dan respon metabolik akibat trauma

MEKANISME NYERI
 Transduksi merupakan proses perubahan rangsang nyeri menjadi suatu aktifitas listrik yang akan
diterima ujung-ujung saraf. Rangsang ini dapat berupa stimulasi fisik, kimia, ataupun panas. Dan
dapat terjadi di seluruh jalur nyeri.
 Transmisi adalah proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh proses transduksi
sepanjang jalur nyeri, dimana molekul molekul di celah sinaptik mentransmisi informasi dari satu
neuron ke neuron berikutnya
 Modulasi adalah proses modifikasi terhadap rangsang. Modifikasi ini dapat terjadi pada
sepanjang titik dari sejak transmisi pertama sampai ke korteks serebri. Modifikasi ini dapat berupa
augmentasi (peningkatan) ataupun inhibisi (penghambatan).
 Persepsi adalah proses terakhir saat stimulasi tersebut sudah mencapai korteks sehingga
mencapai tingkat kesadaran, selanjutnya diterjemahkan dan ditindaklanjuti berupa tanggapan
terhadap nyeri tersebut.
Mekanisme nyeri dan
respon metabolik
akibat trauma?

Marina, A.Moeliono. 2008. Physical Modalities in the Management of Pain [Jurnal]. Bandung : UNPAD
3. Definisi, jenis fraktur dan tatalaksana awal

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun
sebagian.
Jenis – jenis fraktur
1.Fraktur terbuka
2.Fraktur tertutup
3.Fraktur kompresi : akibat tekanan/tindihan yang melebihi kemampuan tulang tersebut
4.Fraktur stress : diakibatkan oleh tekanan berulang
5.Fraktur avulasi : tulang patah akibat tarikan atau regangan otot tiba - tiba
6.Greenstick fraktur : tulang patah dengan sisi lainnya membengkok
7.Fraktur transversal : garis patah tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang
8.Fraktur kominutif : tulang pecah menjadi beberapa fragmen
9.Fraktur impaksi : sebagian fragmen tulang masuk ke tulang lainnya
 Bentuk garis patahandan hubungannya dengan mekanisme trauma ada 5,yaitu:

1. Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya melintang pada tulangdan merupakan akibat trauma angulasi atau
langsung.
2. Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat
dari trauma angulasi juga.
3. Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya spiral yang di sebabkan oleh trauma rotasi.
4. Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang kearah permukaan lain.
5. Fraktur Avulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.
Gambar 1. Variasi fraktur. Keterangan : Complete fractures: (a) transversal; (b)
segmental; (c) spiral. Incomplete fractures: (d) fraktur buckle; (e, f) fraktur
greenstick (Solomon et al., 2010).
Dislokasi
Dislokasi
Definisi Jenis Tatalaksana
Keadaan terpisahnya dua permukaan • Dislokasi kongenital : terjadi sejak • Secara umum semua dislokasi harus
sendi secara keseluruhan. Apabila lahir akibat kesalahan pertumbuhan di reduksi
permukaan sendi hanya terpisah • Dislokasi patologik : akibat penyakit • Sendi yang mengalami dislokasi harus
sebagian, maka kondisi tersebut disebut sendi atau jaringan sekitar sendi. diistirahatkan hingga edema jaringan
subluksasi Disebabkan oleh kekuatan tulang lunak berkurang
yang berkurang (misal : tumor, infeksi • Jika pasien dapat mulai melatih
dan osteoporosis) lingkup gerak sendi ikuti dengan
• Dislokasi traumatik : kedaruratan fisioterapi untuk mencapai LGS
ortopedi. Terjadi karena trauma yang seutuhnya
kuat sehingga dapat mengeluarkan • Bila tidak terjadi perbaikan
tulang dari jaringan disekelilingnya pertimbangkan bedah
dan mungkin juga merusak sendi, • Dapat diberi obat anti inflamasi non-
ligamen, syaraf, dan vaskuler steroid (OAINS) jangka pendek untuk
kurangi inflamasi dan nyeri
• Diindikasikan kortikosteroid
Penatalaksanaan awal fraktur
§Pastikan penderita tersebut bernafas, mendapat cukup ruang udara ( Tidak dikerumuni orang

§Posisikan tidur terlentang.

§Gunting atau lepaskan pakaian si korban pada bagian yang patah, yang menutupi/mengganggu pandangan si penolong.

§Lakukan pembidaian bila tidak terjadi perdarahan, untuk mencegah pergerakan atau pergeseran dari ujung tulang yang
patah, mengurangi cedera baru di sekitar tulang yang patah, memberikan istirahat bagian tubuh yang patah, mengurangi
nyeri.
§Bila terjadi perdarahan seperti pada patah tulang terbuka, tekanlah dengan keras pembuluh darah yang sedang
mengeluarkan darah dengan menggunakan pembalut/kain kasa yang steril. Berikan ganjalan dibawah bidai untuk
meninggikan bagian tubuh tersebut supaya bengakak dan perdarahan berkurang.
§ Jika terlihat ada tulang yang menonjol keluar dari kulit, tutuplah dengan kasa steril dan pakaikan sebuah bidai.

§ Anggota badan sebaiknya tetap/tidak berubah pada posisi sewaktu patah tulang terjadi.

§ Bawa ke Rumah sakit terdekat.


4. Mekanisme Fraktur Terbuka dan Berapa Lama Golden
Time nya?

Mekanisme
Fraktur terbuka mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit
dan jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam (from within) atau dari luar (from
without). Mekanismenya sendiri biasanya di awali oleh adanya trauma yang
melebihi daya ketahanan tulang disertai luka berupa kulit robek.

Golden Time
6 – 7 jam
5. Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan tatalaksana awal
fraktur terbuka
Fraktur Terbuka
Anamnesis :
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik,
fraktur), baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan
ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak. Anamnesis
dilakukan dengan cermat karena fraktur tidak selalu terjadi didaerah
trauma dan dapat terjadi didaerah lain
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Radiologi :
Dilakukan untuk menentukan keadaan, lokasiserta ekstensi
fraktur. Bidai harus yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi
sementara

Pemeriksaan :
Look :
oBandingkan dengan bagian yang sehat
oPerhatikan posisi anggota gerak
oKeadaan umum penderita secara keseluruhan
oEkspresi wajah karna nyeri Tatalaksana :
oAdanya tanda anemia kerna perdarahn Tindakan bedah : untuk stabilisasikan patah tulang segera
oApakah ada luka kulit dan jaringan lunak untuk bedakan fraktur terbuka dan tertutup mungkin
oPerhatikan adanya deformitas Luka kompleks :
Palpasi : Lokal flap : diambil sebagian kulit dari daerah lain ditempatkan
oTemperatur setempat yang meningkat
oNyeri tekan : nyeri tekan bersifat superfisial disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak diatas luka
oKrepitasi : diketahui dengan perabaan Free flap : transfer lengkap jaringan dari punggung atau perut
oPalpasi areri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior
Move :
oPergerakan secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang alami trauma
Penanganan awal fraktur terbuka :
1.Bersihkan luka
Dengan menggunakan larutan aquades steril atau isotonik salin (NaCl 0,9 %) untuk membersihkan luka dari
benda-benda asing yang mungkin terkontaminasi dengan luka.
2.Antibacterial
Pembeian antibakteri dilakukan sebelum, selama dan sesudah treatment dari fraktur terbuka.
3.Antitetanus
Semua pasien fraktur terbuka memerlukan pencegahan terhadap tetanus. Jika pasien sebelumnya telah
diimunisasi tetanus toxoid, dapat dilakukan booster toxoid terhadap pasien. Jika tidak ada, atau tidak ada
informasi yang adekuat maka imunitas pasif dapat diberikan dengan menggunakan 250 units human tetanus
immune globulin 
4.Debridement
Adalah membuang jaringan devitalized (jaringan mati) dari tempat fraktur baik itu kulit, subkutis, lemak, fascia,
otot, dan ujung tulang. Karena jaringan yang kehilangan supplay darahnya akan mencegah terjadinya
penyembuhan luka dan menjadi fokus infeksi.
5.Tatalaksana untuk tulang yang fraktur
Jika luka pada fraktur kecil seperti pada fraktur terbuka grade I maka dapat dilakukan tatalaksana secara
tertutup (reposisi dan pemasangan gips ) dengan syarat luka sudah dibersihkan dan didebridement terlebih
dahulu. Jika terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas dan posisi dari tulang yang tidak stabil atau disertai
dengan trauma vaskular dapat dipertimbangkan untuk ORIF (open reduction internal fixation). Sedangkan pada
kerusakan jaringan lunak yang luas disertai dengan fraktur yang komunitif (lebih dari 3 fragmen) dapat
dipertimbangkan eksternal fiksasi
6. Cara pemasangan Spalk

1. Pastikan lokasi luka, dengan memeriksa keseluruhan tubuh korban


2. Perhatikan kondisi tubuh korban, tangani perdarahan jika perlu. Bila terdapat tulang yang mencuat, buatlah
donat dengan menggunakan kain dan letakkan pada tulang untuk mencegah pergerakan tulang.
3. Memeriksa Pulsasi, Motorik, Sensori korban
4. Tempatkan bidai di minimal dua sisi anggota badan yang cedera, letakkan bidai sesuai dengan lokasi cedera
5. Hindari mengangkat tubuh pasien untuk memindahkan pengikat bidai melalui bawah bagian tubuh tersebut.
Pindahkan pengikat bidai melalui celah antara lekukan tubuh dan lantai. Hindari membuat simpul di permukaan
patah tulang.
6. Buatlah simpul di daerah pangkal dan ujung area yang patah berada pada satu sisi yang sama. Lalu, pastikan
bidai dapat mencegah pergerakan sisi anggota 9 badan yang patah. Beri bantalan/padding pada daerah tonjolan
tulang yang bersentuhan dengan papan bidai dengan menggunakan kain.
7. Memeriksa Pulsasi, Motorik, Sensori korban kembali
8. Tanyakan kepada korban apakah bidai dipasang terlalu ketat atau tidak
 Pemasangan bidai untuk patah tulang lengan atas
atau pergeseran sendi bahu  Pemasangan bidai untuk patah tulang lengan bawah
atau pergeseran sendi siku

• Pemasangan bidai untuk patah tulang lengan bawah


atau pergeseran sendi siku
7. Komplikasi fraktur dan imobilisasi lama
Komplikasi fraktur
1.Komplikasi awal

Syok Syok hipovolemik akibat dari perdarahan karena tulang merupakan organ yang sangat vaskuler maka
dapat terjadi perderahan yang besar

Emboli Lemak Saat fraktur globula lemak dapat masuk dalam darah kemudian bergabung dengan trombosit bentuk
emboli yang menyumbat pemb. Darah kecil yang pasuk ke otak, paru, ginjal

Compartment
Masalah yang terjadi pada perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan disebabkan karena
Syndrome penurunan ukuran fasia yang membungkus otot terlalu ketat

Fraktur terbuka meningkatkan risiko sepsis. Fraktur tertutup yang ditangani secara operasi juga
Infeksi
berisiko mengalami infeksi. Penggunaan implan meningkatkan risiko infeksi oleh karena implan
menyediakan substrat untuk mikrokolonisasi bakteri tertentu.
2. Komplikasi Lambat

Penyatuan terlambat (deleyed union) terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan
Deleyed union, malunion, kecepatan normal. Tarikan fragmen tulang juga dapat sebabkan kesalahan bentuk dari
nonunion penyatuan tulang (malunion)

Nekrosis Avaskular Tulang Terjadi bila tulang kekurangan asupan darah dan mati

Kegagalan mekanisme dari pemasangan dan stabilisasi yang tidak memadai,


Reaksi terhadap alat fiksasi kegagalan material, berkaratnya alat, respon alergi terhadap logam yang
interna digunakan
8. Tindakan operatif fraktur terbuka, indikasi & jenisnya

 Imobilisasi Gips (Plaster of Paris)


Indikasi :
Penggunaan gips sebagai fiksasi agar fragmen-fragmen fraktur tidak bergeser setelah dilakukan manipulasi /
reposisi atau sebagai pertolongan yang bersifat sementara agar tercapai imobilisasi dan mencegah fragmen fraktur
tidak merusak jaringan lunak disekitarnya
 Pemasangan fiksasi
o Pemasangan plate and screws
Indikasi : memperbaiki fraktur dengan penyambungan kortek langsung tanpa pembentukan kalus
o Pemasangan screws or wires
Indikasi : fraktur kruris terbuka derajat III
o Pemasangan external fixation devices
Indikasi : untuk stabilisasi fraktur terbuka derajat I dan derajat II dan fraktur avulse.
9. Deformitas dan penanganannya (Rehabilitasi Medik)

Deformitas
Suatu kondisi ketidaksejajaran tulang akibat tulang panjang mengalami torsional atau angulasi.
Deformitas tulang bias juga merupakan suatu abnormalitas panjang tulang dimana tulang
memendek atau memanjang melebihi normal
Faktor yang menyebabkan deformitas tulang :
1.Pertumbuhan abnormal tulang bawaan
2.Fraktur
3.Gangguan pertumbuhan lempeng epifisis
4.Pembengkokan abnormal tulang
5.Pertumbuhan berlebihan pada tulang matur
Rehabilitasi Medik Pada Kasus

Rehabilitasi medik atau Physical Medicine & Rehabilitation (PMR) bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan fungsoional seseorang sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mempertahankan dan
atau meningkatkan kualitas hidup dengan cara mencegah disabilitas dan kecacatan.

Tujuan rehabilitasi medik pada cedera muskuloskeletal adalah: mengurangi nyeri, memperbaiki
deformitas, melindungi jaringan cedera, mencegah komplikasi, mengembalikan ROM dan
memperbaiki kekuatan.
1. Static Contraction: Terjadi kontraksi otot tanpa disertai perubahan
otot dan tanpa gerakan sendi. Latihan ini meningkatkan tahanan
perifer pembuluh darah, vena yang tertekan -> kontraksi -> darah di
vena ke proksimal ->edema berkurang sehingga nyeri berkurang.

2. Passive Movement: gerakan karena adanya kekuatan dari luar


sementara otot pasien lemas. Bila pasienn merasa nyeri maka
tindakan dihentikan.
3. Active Movement : latihan gerak aktif yang timbul dari kekuatan kontraksi otot
pasien secara volunteer. Gerakan ini akan menyebabkan “pumping action” yaitu
cairan oedem akan mengikuti aliran darah ke proksimal. Latihan ini juga untuk
mempertahankan kekuatan otot, latihan koordinasi dan mempertahankan mobilitas
sendi.

b. Free Active Movement


a. Assisted Active Movement

Free active movement merupakan suatu


Assisted active movement yaitu suatu
gerakan aktif yang dilakukan
gerakan aktif yang dilakukan oleh adanya
oleh adanya kekuatan otot tanpa bantuan dan
kekuatan otot dengan bantuan kekuatan
tahanan kekuatan dari luar, gerakan yang
dari luar .
dihasilkan oleh kontraksi dengan melawan
pengaruh gravitasi
4. Latihan Jalan
Latihan jalan dilakukan bila keseimbangannya sudah baik.
Latihan jalan dapat dilakukan dengan kruk, dengan cara:

a. partial weight bearing (PWB) yaitu pasien berjalan dengan menumpu sebagian
berat badan, yang kemudian ditingkatkan dengan cara,
b. full weight bearing (FWB) yaitu pasien berjalan dengan menumpu berat badan
penuh.

Latihan berjalan dilakukan dengan metode swing through. Dimana swing through
merupakan latihan berjalan dengan cara kruk diayunkan lebih dulu kemudian kaki
melangkah melebihi kruk
10. Definisi, etiologi, klasifikasi, penegakan diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik, PP, tatalaksana
osteomielitis
Osteomielitis
Definisi Etiologi Klasifikasi Diagnosis
Proses inflamasi akut atau kronik pada • Staphylococcus aureus • Menurut Waldvogel : Pada anak :
tulang dan struktur sekundernya akibat • Streptococcus pyogenes o Osteomielitis Hematogenous •Nyeri
infeksi oleh bakteri piogenik • Streptococcus pneumonia o Osteomielitis sekunder : •Demam
• Haemophilus influenza 1. Dengan gangguan vaskular •Menolak untuk menahan beban
• Kingella kingae 2. Tanpa gangguan vaskular •Tidak mau disentuh dibagian yang nyeri
• Pseudomonas aeruginosa o Osteomielitis kronik •Limfadenopati
Pada dewasa :
• Menurut Cierney-Mader •Predileksi tersering vertebratorakolumbar
o Stadium 1(osteomielitis meduler) : •Disertai riwayat prosedur urologi yang
infeksi hanya pada permukaan diikuti demam dan sakit punggung
intrameduler tulang. Contoh: infeksi
hematogen
o Stadium 2 (osteomielitis superfisial) :
osteomielitis sejati akibat infeksi
langsung
o Stadium 3 (osteomielitis terlokalisasi) :
ditandai adanya sekuestrasi tebal di
korteks)
o Stadium 4 (osteomielitis difus) : perlu
reseksi tulang untuk hentikan infeksi
Osteomielitis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Tatalaksana

Pada anamnesis sering dikaitkan • Look : • Pemeriksaan laboratorium : CRP • Mengistirahatkan bagian yang
dengan riwayat jatuh sebelumnya Tungkai bawah didapatkan adanya ↑ dalam 12 – 24 jam, LED↑ terinfeksi
disertai gangguan gerak yang luka kronis, dengan terbentuk dalam 24 – 48 jam, hitung • Pemberian antibiotik spektrum
disebut pseudoparalisis kloaska disertai adanya pus dan leukosit ↑ dan hemoglobin ↓ luas
baunya yang khas • Roentgen : setelah minggu • Mengurangi nyeri dan sebagian
• Feel : pertama baru destruksi tulang tatalaksana suportif
Adanya keluhan nyeri tekan pada metafisis dan tanda • Mengidentifikasi organisme
• Move : pertama pembentukan tulang yang menginfeksi
Gangguan pergerakan kaki, kadang reaktif • Mengeluarkan pus secara cepat
gangguan pergerakan sendi kaki • MRI : menunjukan adanya dark dan bersih, serta kurangi
karena pembengkakan sendi focus pada T1-weighted image tekanan intraoseus
dan bertambahnya berat bila • USG : pembengkakan jaringan • Stabilisasi tulang apabila terjadi
spasme lokal. lunak pertama terlihat fraktur
• Histologi (aspirasi pus) • Mengeradikasi jaringan
• Pewarnaan gram : apabila tidak avaskular dan nekrotik serta
ada pus. Untuk indentifikasi tipe kembalikan kontinuitas bila
infeksi dan pemilihan antibiotik terjadi gap pada tulang
• Mempertahankan jaringan
lunak dan kulit
11. Tatalaksana Fraktur Terbuka dengan Osteomielitis

 Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20menit
beberapa kali sehari.
 Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi organisme
dan memilih antibiotik. Antibiotika yang efektif
terhadap gram negatif
 Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.
maupun gram positif
 Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan diberikan langsung tanpa
selama 3 bulan. menunggu hasil biakan darah,
 Analgesik untuk mengurangi nyeri dan dilakukan secara
 Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik pertahankan parenteral selama 3-6
terapi antibiotik tambahan. minggu.
 Stabilisasi Fraktur
 Penutupan luka segera secara definitif
12. Bakteri penyebab infeksi musculoskeletal

Bakteri Penyebab Infeksi

Septic arthritis
OSTEOMIELITIS

Diabetic foot infections

Prosthetic joint infections


Osteomielitis

Osteomyelitis Hematogen : Osteomyelitis Sekunder :


Neonatus : Escherichia coli, Staphylococcus Staphylococcus aureus : paling banyak
aureus, Staphylococcus koagulase negatif, ditemukan
Streptococcus group B Strptococcus
Dewasa : S.aureus Enterobacteriaceae
Usila : Gram negatif, S.aureus Pseudomonas aeruginosa : kronik
Immunokompromised : fungi Anaerob : pada luka gigitan
Drug abusers : Pseudomonas aeruginosa hewan/manusia
DIABETIC FOOT INFECTION : INFEKSI PADA SENDI PROSTETIK :
Staphylococcus aureus dan Tiga perempat kasus disebabkan oleh
Streptococcus β-hemolitik predominan Staphylococcus
pada infeksi jaringan lunak akut yang
Staphylococcus aureus menyebabkan
menyebar ke tulang  gejala : selulitis
infeksiakut
akut
Staphylococcus coagulase negatif
paling sering, dengan insidensi paling
Ulkus kronik dengan selulitis ringan banyak
dan krepitasi sering didapatkan anaerob
atau Enterobacteriaceae
ARTRITIS SEPTIK

 Staphylococcus aureus
 Gram negatif batang
 Neisseria gonorrhoeae
 Listeria,Salmonella : pada immunokompromised
13. Cara merujuk pasien

 Melakukan anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa
banding. Jelaskan bahwa :
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih
mampu.
5. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus : bersihkan luka, tutup luka/tahan perdarahan, bidai
6. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan
7. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas medis / paramedis yang berkompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi
pasien
8. Apabila pasien diantar dengan kendaraan puskesmas keliling atau ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien
di IGD tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan
dr. Yutricha Salsabila
14. Resep Obat Praktek Umum

SIP: 123456789

Jl. Panglima Polem no. 33 Bandar Lampung

R/ Tramadol 100 mg kaps no. XV


S 3 dd kaps 1 pc
R/ Paracetamol 500 mg tab no. XV
S 3 dd tab 1 prn
R/ Cephalexin 500 mg kaps no. X
S 2 dd kaps 1 pc
Pro : Tn. I

Usia : 40 th

Alamat : Jl. Indah no.1 B. Lampung


DAFTAR PUSTAKA

1. Apley, A. G. and Solomon., L.1995. Buku Ajar Orthopedi & Fraktur Sistem Apley Edisi 7, diterjemahkan oleh dr. Edy
Nugroho. Jakarta: Widya Medika

2. Hoppenfeld Stanley dan Murthy Vasanhaal. 2008. Terapi dan Rehabilitasi Fraktur. Jakarta: EGC

3. Kneale Julia D dan Peter S Davis.2011. Perawatan Orthopedi dan Trauma. Jakarta: EGC

4. Noor Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal jilid 1. Jakarta: Salemba Medika

5. Rasjad C. 2007. Trauma Dalam : Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi III. Jakarta : Yarsif Watampone

6. R, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2 .Jakarta : EGC

7. Thomas, A, Mark, et al. 2011. Terapi & Rehabilitasi Fraktur. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai