Anda di halaman 1dari 10

Diagnosa Morbus Hansen menurut WHO ditegakkan berdasarkan

'cardinal sign‘

• Jika pasien menunjukan satu atau lebih cardinal sign ini maka
diadidagnosa sebagai pasien Morbus Hansen. Tanda - tanda cardinal
itu adalah :
• 1)Hipo-pigmentasi atau kemerahan lesi kulit lokal dengan hilangnya
sensasi(khususnya sentuhan dan suhu)
• 2) keterlibatan saraf perifer, yangditunjukkan oleh penebalan pada
saraf saraf perifer tertentu dengan hilangnyasensasi (khususnya
sentuhan dan suhu)
• 3) kulit yang positif untukBTA.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Bakterioskopik
• Membantu menegakkan diagnosis
• Pengamatan pengobatan
• M. leprae terlihat merah:
-solid : batang tubuh  hidup
-fragmented : batang terputus  mati
-granular : butiran  mati
• Indeks Bakteri:
- Kepadatan BTA (solid + non solid) pada satu sediaan
- Nilai 0 – 6+

• Indeks Morfologi:
- Presentase bentuk solid dibandingkan dengan jumlah solid dan non
solid
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI PADA LEPRA
Cara pengambilan sampel (slit-skin smear)
1. Bersihkan daerah sampel dengan kapas alkohol. Biarkan mengering.
2. Kulit dijepit diantara ibu jari dan telunjuk sampai terlihat memucat.
3. Dengan menggunakan skalpel, dibuat insisi sepanjang 5 mm dengan
kedalaman 2-3 mm pada kulit yang terjepit antara jari. Kemudian pisau
diputar sampai membentuk sudut 90° terhadap insisi dan dasar luka
dikerok hingga didapatkan sedikit cairan dan jaringan dermis di
ujungnya. Tidak boleh ada darah pada spesimen karena dapat
mengganggu pengecatan dan pembacaan.
4. Lepaskan jepitan pada kulit dan hapus darah dengan kapas alkohol.
5. Cairan ini dengan hati-hati dioleskan pada area lingkaran kurang lebih
diameter 8 mm pada gelas obyek. Gelas obyek harus selalu dipegang
pada ujung-ujungnya. Satu gelas obyek dapat digunakan untuk 6
apusan kulit.
6. Hapus kotoran di skalpel dengan kapas alkohol . Lewatkan skalpel di
atas nyala api bunsen 3-4 detik. Biarkan dingin tapi jangan menyentuh
apapun.
7.Ulangi langkah di atas untuk lokasi sampel lain.
8. Pada penderita lepra aktif, harus diambil 6 sampel, satu dari tiap-tiap
lobus telinga, dan 4 dari lesi aktif. Lokasi pengambilan sampel harus
dicatat (dapat dibantu dengan menggunakan diagram) dan indeks
bakteriologik dihitung untuk tiap lokasi.
Interpretasi :

Kepadatan BTA tanpa membedakan solid dan non-solid pada


sebuah sediaan dinyatakan dengan Indeks Bakteri (IB) dengan
rentang nilai dari 0 sampai 6+ menurut Ridley. Interpretasi hasil
adalah sebagai berikut:
a) 0 apabila tidak ada BTA dalam 100 lapang pandang (LP).
b) 1+ apabila 1-10 BTA dalam 100 LP
c) 2+ apabila 1-10 BTA dalam 10 LP
d) 3+ apabila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
e) 4+ apabila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP
f) 5+ apabila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
g) 6+ apabila >1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
2. Pemeriksaan Histopatologik
- Untuk memastikan gambaran klinis
- Penentuan klasifikasi kusta

3. Permeriksaan Serologis
- Tes ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
- Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
- Tes ML dipstick (Mycobacterium Leprae dipstick)
Tes Lepromin : Tes lepromin adalah tes non spesifik untuk klasifikasi dan prognosis lepra tapi tidak untuk
diagnosis.

Tes ini berguna untuk menunjukkan sistem imun penderita terhadap M. leprae.
• 0,1 ml lepromin dipersiapkan dari ekstrak basil organisme,
disuntikkan intradermal.
• Kemudian dibaca setelah 48 jam/ 2hari (reaksi Fernandez)
atau 3 – 4 minggu (reaksi Mitsuda).
Reaksi Fernandez positif bila terdapat indurasi dan eritema yang menunjukkan kalau penderita
bereaksi terhadap M. Leprae, yaitu respon imun tipe lambat ini seperti mantoux test (PPD) pada
tuberkolosis.
Diagnosis Banding :

Pada lesi papul : Pada lesi plak :

Pada lesi makula, • tinea korporis


differensial diagnosisnya • granuloma annulare • ptiriasis rosea
adalah : • lichen planus. • psoriasis.

• Vitiligo
• ptiriasis versikolor
• ptiriasis alba, Pada lesi nodul : Pada lesi saraf:
• Tinea korporis. • acne vulgaris • amyloidosis diabetes
• neurofibromatosis. • trachoma

Anda mungkin juga menyukai