B. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CP-MK) dan Pokok bahasan yang akan diujikan
(Sub-CP-MK)
CP-MK Sub CP-MK
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa mampu
memahami, menganalisis dan mengevaluasi adanya Mampu menjelaskan cakupan interaksi obat dengan
interaksi obat dengan makanan. penyimpanannya dan makanan dan membedakan antara interaksi obat-
melakukan evaluasi terhadap level resiko dan peristiwa makanan dengan interaksi farmasetik (fisik-khemis)
inkompatibilitas dalam sediaan steril . dan interaksi farmakologi serta Mampu melalakukan
penilaian dan mencari solusi pengatasan interaksi obat
dengan makanan
Mampu menjelaskan ketentuan dalam perhitungan
dosis berdasarkan karakteristik pasien dan karakteristik
obat dan mampu melakukan perhitungan dosis
pemakaian pada berbagai sediaan farmasi: padat,
semipadat dan larutan.
Mampu menyebutkan dan menjelaskan berbagai jenis
Page 1 of 8
inkompatibilitas yang mungkin terjadi pada sediaan
steril, teknik aseptis dalam penyiapan sediaan steril.
C. Soal Ujian
Petunjuk Pengerjaan Soal :
1. Berdoalah sebelum mengerjakan soal.
2. Jawablah setiap pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
3. Angka di belakang soal merupakan nilai maksimal jika jawaban benar.
Materi 1 : Mampu menjelaskan cakupan interaksi obat dengan makanan dan
membedakan antara interaksi obat-makanan dengan interaksi farmasetik (fisik-khemis)
dan interaksi farmakologi serta mampu melakukan penilaian dan mencari solusi
pengatasan interaksi obat dengan makanan.
1. Jelaskan perbedaan antara interaksi obat dengan makanan dan interaksi makanan dengan
obat! (10)
Jawab
interaksi obat dan makanan adalah suatu interkasi dimana makanan mempengaruhi
absorbsi obat yang diminum sehingga mekanisme kerja obat dalam tubuh
terganggu yang dapat menyebabkan efek, dari mulai peningkatan atau penurunan
efektivitas obat sampai efek samping obat. Karena makanan juga dapat menunda,
mengurangi atau meningkatkan penyerapan obat. Sedangkan interaksi makanan
dengan obat adalah suatu interaksi dimana kandungan nutrisi makanan pada setiap
individu akan mempengaruhi mekanisme kerja obat dalam tubuh dan efektivitas dari
obat didalam GI (gastrointestinal) tract atau dalam sistem fisiologi tubuh dimana
penyerapan kandungan nutrisi yang terkandung didalam dapat meningkatkan atau
menurunkan laju absorpsi dan metabolisme obat.
Page 2 of 8
menurunkan kecepatan absorbsi dari parasetamol sehingga level parasetamol tertinggi lambat
tercapai, dan efek mungkin akan lebih lama didapatkan. Mekanisme terjadinya penundaan
absorbsi ini karena adanya makanan dapat menurunkan waktu pengosongan lambung, sehingga
menunda absorbsi dari parasetamol.Makanan tinggi karbohidrat, tinggi lemak, dan tinggi protein
dapat menunda waktu pengosongan lambung. Selain berpengaruh pada fase absorbsi, makanan
juga dapat berpengaruh pada fase metabolisme.
Termasuk kedalam interaksi farmakokinetik (karena menyebabkan penurunan absorpsi dari obat
antiTBC yang dikomsumsi)
3. Seorang pasien anak pergi berobat ke dokter spesialis anak. Selama dua hari ini pasien
tersebut mengeluhkan demam, batuk dan pilek. Saat dokter menuliskan resep, ibu pasien
menceritakan bahwa anaknya tidak tahan oleh rasa pahit obat dan selalu muntah jika
meminumnya. Oleh dokter, pasien anak tersebut diberi resep seperti di bawah ini.
Perhatikan resep tersebut kemudian jawab pertanyaan berikut :
Page 3 of 8
Keterangan :
dr. Maritza DM CTM : -/40 mg
SIP : 23/DKK/2018 Dosis Amoksisilin : 30 mg/Kg BB
Jalan Sejahtera No 22, Samarinda
Kekuatan sediaan :
Samarinda, 12 Agustus 2017 Amoksisilin : 500mg/tab
GG : 100 mg/tab
R/ Amoksisilin 500 mg
GG 1 tab CTM : 4 mg/tab
CTM 1 tab Vit C : 50 mg/tab
Vit C 1 tab
m.f.pulv.dtd.No. XII
S.t.d.d.pulv I
Page 4 of 8
1. Ruang persiapan.
ruangan yang digunakan untuk admistrasi dan penyiapan alat kesehatan dan bahan
obat etiket, pelabelan, perhitungan dosis dan volume cairan.
2. Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian
sebelum masuk ke ruang antara petugas harus mencuci tangan, ganti pakaian kerja
dan memakai alat pelindung diri (APD)
3. ruang antara (ante room)
petugas yang akan masuk ke ruang steril harus melalui suatu ruang antara
4. Ruangan steril (clean room)
ruangan steril harus memenuhi syarat sebagai beriku:
a. jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partikel
b. jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 permeter kubik udara
c. suhu 18 sampai 22°C.
d. kelembaban 35 sampai 50%
e. dilengkapi high efficiency particulate air (hepa) filter
f. tekanan udara di dalam ruang lebih positif daripada tekanan udara di luar
ruangan
g. pass box adalah tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan bahan obat
sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran. Pass box ini terletak di antara
ruang persiapan dan ruang steril
6. Jelaskan penanganan yang dapat dilakukan pada kasus inkompatibilitas berikut : (15)
No. Kasus
1. Inj. Diazepam 10/2ml + Larutan infus
ringer laktat 2.3ml dan 40ml yang
mengakibatkan perubahan warna pada
cairan tersebut menjadi kuning pucat,
ukuran partikel menjadi lebih besar dan
Page 5 of 8
berwarna keruh.
Jawab
Obat-obat infus yang asam biasanya tepat diberikan
pelarut glukosa 5% yang memiliki range pH 4-5.
Sementara obat-obat yang basa lebih kompatibel
dengan NaCl dengan nilai pH 7. Pelarut glukosa dan
NaCl ini lebih kompatibel dengan obat-obat injeksi
karena memiliki kapasitas buffer yang rendah,
sehingga cenderung tidak merubah pH awal obat
(Stranz & Kastango, 2002). Sementara itu, cairan
seperti ringer laktat hampir tidak pernah digunakan
sebagai pelarut karena memiliki kapasitas buffer
yang tinggi.
Penanganan
Dengan cara mengganti pelarut ringer laktat dengan
NaCL.
Page 6 of 8
muncul.
Jawab
Dengan cara memisahkan jalur pemberian
injeksi ondansentron melalui sistem jalur
PH masing-masing obat dengan cara
penggunaan injeksi 2 lumen atau jalur 1
lumen untuk jalur basa furosemid dan satu
lumen lagi untuk jalur asam ondansentron.
3. Pencampuran 100mg Fenitoin dalam
100mL NaCl – 0,9% . Pencampuran kedua
bahan menunjukan bahwa 0,17%
pencampuran mengalami endapan yang
hilang dalam 5 menit, 0,17% dari
pencampuran menunjukkan kristal yang
hilang dalam 1 menit, 2,04% dari
pencampuran mengalami kabut yang hilang
dalam 10–15 detik, sedangkan sisanya,
97,62% jernih.
Jawab
Penyebab inkompatibilitas fenitoin adalah pelarut
yang mengandung garam, konsentrasi fenitoin
dalam larutan, pH akhir campuran (lebih dari 11),
dan temperatur. Hasil pengamatan pada
pencampuran fenitoin dengan NaCl menunjukkan
beberapa sediaan menghasilkan inkompatibilitas
berupa kabut, endapan, maupun kristal pada
beberapa larutan dengan konsentrasi akhir 1 mg/mL,
dan tidak terjadi pada larutan yang konsentrasi akhir
hanya 0,5 mg/mL, sehingga kompatibilitas fenitoin
dan NaCl diduga kuat sangat dipengaruhi
konsentrasi. Konsentrasi garam yang terlarut juga
memengaruhi pH akhir larutan, karena penambahan
natrium pada fenitoin murni mampu meningkatkan
pH fenitoin yang mulanya berkisar antara 8,03
hingga 8,33 menjadi 11 hingga 127. Perubahan pH
inilah yang menjadi penyebab utama presipitasi
fenitoin.
Penaganan
Dengan cara menurunkan konsentrasi dosis fenitoin
menjadi 50 mg/ml dan menurunkan konsentrasi
larutan nacl 0,9% menjadi 50 ml
Sehingga konsentrasi fenitoin dalam nacl menjadi
50mg/ml
Alhamdulillahirabbil’alamin
Pemberian obat bolus sebenarnya masih bisa dihindari tidak bertemu dengan obat infus, dengan system
on-off dan flushing. Sistem ini, mengaharuskan pemberian obat bolus dengan urutan sebagai berikut;
mematikan kran 3-way, mem-flush, memberikan obat bolus, mem-flush kembali, dan menghidupkan 3-
way. Sistem on-off ini bisa menghindarkan dari kejadian inkompatibilitas infus-bolus di konektor, namun
Page 7 of 8
mungkin berpengaruh pada variasi kadar obat infus selama periode on-off (Weiss, 2000). Berdasarkan
pertimbangan di atas, maka obat dengan pH asam seharusnya dipisah jalur dengan obat yang memiliki
pH basa. Oleh karena itu, dengan asumsi ketersediaan minimal tiga jalur intravena perlu disusun tabel
pemberian obat intravena yaitu jalur infus asam, jalur infus basa, dan jalur khusus yang bisa digunakan
untuk cairan-cairan hyperosmolar dan obat dengan kelarutan rendah.
n obat cukup tinggi (misalnya asam amino). Berdasarkan analisis di atas, pencegahan presipitasi melalui
sistem jalur pH diharapkan dapat membantu meminimalkan terjadinya inkompatibilitas, meskipun
potensi inkompatibilitasnya masih bisa terjadi melalui mekanisme lain. Penelitian sebelumnya
membuktikan bahwa sistem kode pH ini efektif mencegah inkompatibilitas.
Page 8 of 8