Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2019/2020

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI


JURUSAN : FARMASI
FARMASETIKA LANJUTAN Hari/Tgl–
Mata Uji-Course
(FAR3101) Day/Date
Smt./Klas-Class 5 (Lima) Jam ke-Session
Penguji-Examiner Muthia Dewi M.A, M.Farm., Apt. Waktu-Duration 90 menit
Nama Mahasiswa Kelas
NIM TTD
Bismillahirrahmanirrahim

A. Capaian Pembelajaran Program Studi


a. CP-ST (Capaian Pembelajaran Sikap dan Tata Nilai)
-
b. CP-KU (Capaian Pembelajaran Keterampilan Umum)
 Mampu menganalisis secara kritis masalah kefarmasian, menyusun informasi/ide/laporan/pemikiran, dan
secara efektif mengkomunikasikannya dalam berbagai bentuk media, kepada sejawat tenaga kesehatan lain
dan atau masyarakat umum
c. CP-KK (Capaian Pembelajaran Keterampilan Khusus)
 Mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah terkait obat menggunakan pendekatan berbasis bukti
dalam perancangan, pembuatan/penyiapan, pendistribusian, pengelolaan dan/atau pelayanan sediaan farmasi
untuk mengoptimalkan keberhasilan terapi.
d. CP-PP (Capaian Pembelajaran Penguasaaan Pengetahuan)
 Menguasai teori, metode, aplikasi ilmu dan teknologi farmasi (farmasetika, kimia farmasi, farmakognosi,
farmakologi), konsep dan aplikasi ilmu biomedik (biologi, anatomi manusia, mikrobiologi, fisiologi,
patofisiologi, etik biomedik, biostatistik, biokimia), konsep farmakoterapi, pharmaceutical care, pharmacy
practice, serta prinsip pharmaceutical calculation, farmakoepidemiologi, pengobatan berbasis bukti, dan
farmakoekonomi

B. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CP-MK) dan Pokok bahasan yang akan diujikan
(Sub-CP-MK)
CP-MK Sub CP-MK
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa mampu
memahami, menganalisis dan mengevaluasi adanya Mampu menjelaskan cakupan interaksi obat dengan
interaksi obat dengan makanan. penyimpanannya dan makanan dan membedakan antara interaksi obat-
melakukan evaluasi terhadap level resiko dan peristiwa makanan dengan interaksi farmasetik (fisik-khemis)
inkompatibilitas dalam sediaan steril . dan interaksi farmakologi serta Mampu melalakukan
penilaian dan mencari solusi pengatasan interaksi obat
dengan makanan
Mampu menjelaskan ketentuan dalam perhitungan
dosis berdasarkan karakteristik pasien dan karakteristik
obat dan mampu melakukan perhitungan dosis
pemakaian pada berbagai sediaan farmasi: padat,
semipadat dan larutan.
Mampu menyebutkan dan menjelaskan berbagai jenis

Page 1 of 8
inkompatibilitas yang mungkin terjadi pada sediaan
steril, teknik aseptis dalam penyiapan sediaan steril.

C. Soal Ujian
Petunjuk Pengerjaan Soal :
1. Berdoalah sebelum mengerjakan soal.
2. Jawablah setiap pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
3. Angka di belakang soal merupakan nilai maksimal jika jawaban benar.
Materi 1 : Mampu menjelaskan cakupan interaksi obat dengan makanan dan
membedakan antara interaksi obat-makanan dengan interaksi farmasetik (fisik-khemis)
dan interaksi farmakologi serta mampu melakukan penilaian dan mencari solusi
pengatasan interaksi obat dengan makanan.

1. Jelaskan perbedaan antara interaksi obat dengan makanan dan interaksi makanan dengan
obat! (10)
Jawab
interaksi obat dan makanan adalah suatu interkasi dimana makanan mempengaruhi
absorbsi obat yang diminum sehingga mekanisme kerja obat dalam tubuh
terganggu yang dapat menyebabkan efek, dari mulai peningkatan atau penurunan
efektivitas obat sampai efek samping obat. Karena makanan juga dapat menunda,
mengurangi atau meningkatkan penyerapan obat. Sedangkan interaksi makanan
dengan obat adalah suatu interaksi dimana kandungan nutrisi makanan pada setiap
individu akan mempengaruhi mekanisme kerja obat dalam tubuh dan efektivitas dari
obat didalam GI (gastrointestinal) tract atau dalam sistem fisiologi tubuh dimana
penyerapan kandungan nutrisi yang terkandung didalam dapat meningkatkan atau
menurunkan laju absorpsi dan metabolisme obat.

2. Sebutkan contoh interaksi antara makanan dengan obat/sebaliknya pada fase


farmakokinetik (10)
Jawab
Contoh interaksi obat dengan makanan: obat antibiotik TBC (INH, rifampisin, dan vitamin B6)
diminum langsung setelah makan. Pemberian obat TBC diharuskan dalam keadaan lambung
kosong karena pada saat lambung kosong absorpsi obat dapat berjalan dengan baik apabila
dikomsumsi bersamaan dengan makanan atau sesaat sesudah makan tanpa memberikan selang
waktu. Makanan dapat mengurangi absorbsi obat sehingga efek terapi tidak dapat tercapai atau
akan memberikan efektivitas obat yang kurang maksimal.
Termasuk kedalam interaksi farmakokinetik (karena menyebabkan penurunan absorpsi dari obat
antiTBC yang dikomsumsi)
Contoh interaksi makanan dengan obat: Interaksi makanan dengan parasetamol terjadi pada dua
fase, yaitu pada fase absorbsi dan pada fase metabolisme. Pada fase absorbsi, makanan dapat

Page 2 of 8
menurunkan kecepatan absorbsi dari parasetamol sehingga level parasetamol tertinggi lambat
tercapai, dan efek mungkin akan lebih lama didapatkan. Mekanisme terjadinya penundaan
absorbsi ini karena adanya makanan dapat menurunkan waktu pengosongan lambung, sehingga
menunda absorbsi dari parasetamol.Makanan tinggi karbohidrat, tinggi lemak, dan tinggi protein
dapat menunda waktu pengosongan lambung. Selain berpengaruh pada fase absorbsi, makanan
juga dapat berpengaruh pada fase metabolisme.
Termasuk kedalam interaksi farmakokinetik (karena menyebabkan penurunan absorpsi dari obat
antiTBC yang dikomsumsi)

Materi 2 : Mampu menjelaskan ketentuan dalam perhitungan dosis berdasarkan


karakteristik pasien dan karakteristik obat dan mampu melakukan perhitungan dosis
pemakaian pada berbagai sediaan farmasi: padat, semipadat dan larutan.

3. Seorang pasien anak pergi berobat ke dokter spesialis anak. Selama dua hari ini pasien
tersebut mengeluhkan demam, batuk dan pilek. Saat dokter menuliskan resep, ibu pasien
menceritakan bahwa anaknya tidak tahan oleh rasa pahit obat dan selalu muntah jika
meminumnya. Oleh dokter, pasien anak tersebut diberi resep seperti di bawah ini.
Perhatikan resep tersebut kemudian jawab pertanyaan berikut :

a. Lakukan screening pada resep di bawah ini. (15)


Jawab
Pada resep racikan yang ditunjukkan untuk anak mimi yang berusia 5 tahun dengan
berat badan 28 kg tersebut memiliki khasiat yaitu untuk mengobati batuk berdahak
yang disertai dengan alergi dan juga mengandung antibiotik untuk membunuh bakteri
dan selain itu juga mengandung vit c untuk mempercepat proses penyembuhan
dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh pada anak Mimi.
Pada resep racikan tersebut dengan aturan pakai pemberian tiga kali sehari satu
bungkus dosis amoksisilin sebesar 30 mg kg/BB masih masuk range dalam
pemberian dosis amoksisilin untuk anak usia 5 tahun dengan berat badan 28 kg yaitu
dimana 1 bungkus mengandung 500mg. Sedangkan dosis lazim amoksisilin untuk
anak dengan BB > 20kg/BB yaitu 250-500 tiap 8 jam. Dosis CTM pada resep tersebut
untuk anak usia 5 tahun terlalu besar atau over dosis sehingga pada resep tersebut
dosis ctm diturunkan menjadi 2 mg. Sehingga dapat disimpulkan resep tersebut tidak
menimbulkan overdosis pada salah satu komposisi obat untuk anak mimi.
b. Hitung dosis penyesuaian untuk usia pasien tersebut, dosis pemakaian, DM %, dan
pengenceran (jika ada) (20)

Page 3 of 8
Keterangan :
dr. Maritza DM CTM : -/40 mg
SIP : 23/DKK/2018 Dosis Amoksisilin : 30 mg/Kg BB
Jalan Sejahtera No 22, Samarinda
 Kekuatan sediaan :
Samarinda, 12 Agustus 2017  Amoksisilin : 500mg/tab
 GG : 100 mg/tab
R/ Amoksisilin 500 mg
GG 1 tab  CTM : 4 mg/tab
CTM 1 tab  Vit C : 50 mg/tab
Vit C 1 tab

m.f.pulv.dtd.No. XII
S.t.d.d.pulv I

Pro : Mimi (5 tahun)/28 kg

Materi 3 : Mampu menyebutkan dan menjelaskan berbagai jenis inkompatibilitas yang


mungkin terjadi pada sediaan steril, teknik aseptis dalam penyiapan sediaan steril.

4. Jelaskan secara singkat jenis-jenis inkompatibilitas pada sediaan steril! (15)


Jawab
1. Pembentukan partikel dan pengendapan, terjadi akibat pembentukan garam yang
tidak terlarut. Anion dan kation dengan ukuran besar dapat membentuk presipitasi
atau kompleks yang tidak terlarut (Maharani L dkk., 2013).
2. Selain itu terjadinya pengendapan yang terjadi akibat pencampuran obat yang
mengandung kation dengan obat yang mengandung anion juga dapat meningkatkan
terjadinya kekeruhan (Housman T dkk., 2011).
3. Perubahan warna, terjadinya perubahan warna campuran obat menjadi kuning
diakibatkan oleh kandungan antioksidan didalam injeksi terdekomposisi, paparan
udara menyebabkan perubahan warna menjadi kuning. Warna kuning adalah hasil
reaksi oksidasi akibat adanya radikal (ASHP, 2017).
4. Timbul gelembung atau buih, terjadi akibat adanya reaksi reduksi dan oksidasi
antara kedua obat setelah dicampurkan.
5. Perubahan pH, terjadi akibat salah satu obat bersifat basa dicampurkan dengan obat
lain yang mengandung garam,dan konsentrasi garam yang terlarut hanya sedikit
sehingga terjadi peningkatan pH campuran (Maharani L dkk,. 2014).
6. Reaksi Asam Basa Dalam reaksi asam basa terjadi serah terima H+, asam akan
mendonorkan H+ pada basanya. Pada reaksi ini dapat mengubah pH serta kelarutan
campuran. Akibat adanya molekul obat yang mengion (Anderson dkk., 2014).
5. Gambar dan jelaskan tata letak ruangan yang ideal untuk ruang steril! (15)
Jawab

Page 4 of 8
1. Ruang persiapan.
ruangan yang digunakan untuk admistrasi dan penyiapan alat kesehatan dan bahan
obat etiket, pelabelan, perhitungan dosis dan volume cairan.
2. Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian
sebelum masuk ke ruang antara petugas harus mencuci tangan, ganti pakaian kerja
dan memakai alat pelindung diri (APD)
3. ruang antara (ante room)
petugas yang akan masuk ke ruang steril harus melalui suatu ruang antara
4. Ruangan steril (clean room)
ruangan steril harus memenuhi syarat sebagai beriku:
a. jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partikel
b. jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 permeter kubik udara
c. suhu 18 sampai 22°C.
d. kelembaban 35 sampai 50%
e. dilengkapi high efficiency particulate air (hepa) filter
f. tekanan udara di dalam ruang lebih positif daripada tekanan udara di luar
ruangan
g. pass box adalah tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan bahan obat
sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran. Pass box ini terletak di antara
ruang persiapan dan ruang steril
6. Jelaskan penanganan yang dapat dilakukan pada kasus inkompatibilitas berikut : (15)
No. Kasus
1. Inj. Diazepam 10/2ml + Larutan infus
ringer laktat 2.3ml dan 40ml yang
mengakibatkan perubahan warna pada
cairan tersebut menjadi kuning pucat,
ukuran partikel menjadi lebih besar dan

Page 5 of 8
berwarna keruh.
Jawab
Obat-obat infus yang asam biasanya tepat diberikan
pelarut glukosa 5% yang memiliki range pH 4-5.
Sementara obat-obat yang basa lebih kompatibel
dengan NaCl dengan nilai pH 7. Pelarut glukosa dan
NaCl ini lebih kompatibel dengan obat-obat injeksi
karena memiliki kapasitas buffer yang rendah,
sehingga cenderung tidak merubah pH awal obat
(Stranz & Kastango, 2002). Sementara itu, cairan
seperti ringer laktat hampir tidak pernah digunakan
sebagai pelarut karena memiliki kapasitas buffer
yang tinggi.
Penanganan
Dengan cara mengganti pelarut ringer laktat dengan
NaCL.

Diazepam sebaiknya diberikan


secara intravena atau rektal karena
mempunyai durasi aksi yang pendek.
Dilakukan pemberian
metoklopramid sebelum injeksi
diazepam.  Diazepam dapat
diberikan melalui injeksi intravena
langsung ke vena besar atau ke
dalam tabung infus. Kecepatan infus
yang direkomendasikan tidak lebih
dari 5 mg/menit untuk dewasa dan
tidak kurang dari 3 menit untuk
anak. Diazepam sangat stabil pada
pH 4–8 dan terjadi hidrolisis
dikatalisasi asam jika pH di bawah
3,8 Pencampuran diazepam dengan
Nacl masih kompatibel selama
dalam range konsentrasi 50–67
mg/L. Pencampuran ini
menghasilkan konsentrasi diazepam
60 mg/L Nacl. Pencampuran
ketiganya dalam larutan infus ringer
laktat menghasilkan larutan dengan
warna merah jambu jernih.

2. Inj. Ondansetron + Inj. Furosemid. Jika


dicampur dapat mengakibatkan kekeruhan
putih diikuti oleh endapan kapur yang

Page 6 of 8
muncul.
Jawab
Dengan cara memisahkan jalur pemberian
injeksi ondansentron melalui sistem jalur
PH masing-masing obat dengan cara
penggunaan injeksi 2 lumen atau jalur 1
lumen untuk jalur basa furosemid dan satu
lumen lagi untuk jalur asam ondansentron.
3. Pencampuran 100mg Fenitoin dalam
100mL NaCl – 0,9% . Pencampuran kedua
bahan menunjukan bahwa 0,17%
pencampuran mengalami endapan yang
hilang dalam 5 menit, 0,17% dari
pencampuran menunjukkan kristal yang
hilang dalam 1 menit, 2,04% dari
pencampuran mengalami kabut yang hilang
dalam 10–15 detik, sedangkan sisanya,
97,62% jernih.
Jawab
Penyebab inkompatibilitas fenitoin adalah pelarut
yang mengandung garam, konsentrasi fenitoin
dalam larutan, pH akhir campuran (lebih dari 11),
dan temperatur. Hasil pengamatan pada
pencampuran fenitoin dengan NaCl menunjukkan
beberapa sediaan menghasilkan inkompatibilitas
berupa kabut, endapan, maupun kristal pada
beberapa larutan dengan konsentrasi akhir 1 mg/mL,
dan tidak terjadi pada larutan yang konsentrasi akhir
hanya 0,5 mg/mL, sehingga kompatibilitas fenitoin
dan NaCl diduga kuat sangat dipengaruhi
konsentrasi. Konsentrasi garam yang terlarut juga
memengaruhi pH akhir larutan, karena penambahan
natrium pada fenitoin murni mampu meningkatkan
pH fenitoin yang mulanya berkisar antara 8,03
hingga 8,33 menjadi 11 hingga 127. Perubahan pH
inilah yang menjadi penyebab utama presipitasi
fenitoin.
Penaganan
Dengan cara menurunkan konsentrasi dosis fenitoin
menjadi 50 mg/ml dan menurunkan konsentrasi
larutan nacl 0,9% menjadi 50 ml
Sehingga konsentrasi fenitoin dalam nacl menjadi
50mg/ml

Alhamdulillahirabbil’alamin
Pemberian obat bolus sebenarnya masih bisa dihindari tidak bertemu dengan obat infus, dengan system
on-off dan flushing. Sistem ini, mengaharuskan pemberian obat bolus dengan urutan sebagai berikut;
mematikan kran 3-way, mem-flush, memberikan obat bolus, mem-flush kembali, dan menghidupkan 3-
way. Sistem on-off ini bisa menghindarkan dari kejadian inkompatibilitas infus-bolus di konektor, namun

Page 7 of 8
mungkin berpengaruh pada variasi kadar obat infus selama periode on-off (Weiss, 2000). Berdasarkan
pertimbangan di atas, maka obat dengan pH asam seharusnya dipisah jalur dengan obat yang memiliki
pH basa. Oleh karena itu, dengan asumsi ketersediaan minimal tiga jalur intravena perlu disusun tabel
pemberian obat intravena yaitu jalur infus asam, jalur infus basa, dan jalur khusus yang bisa digunakan
untuk cairan-cairan hyperosmolar dan obat dengan kelarutan rendah.
n obat cukup tinggi (misalnya asam amino). Berdasarkan analisis di atas, pencegahan presipitasi melalui
sistem jalur pH diharapkan dapat membantu meminimalkan terjadinya inkompatibilitas, meskipun
potensi inkompatibilitasnya masih bisa terjadi melalui mekanisme lain. Penelitian sebelumnya
membuktikan bahwa sistem kode pH ini efektif mencegah inkompatibilitas.

Page 8 of 8

Anda mungkin juga menyukai