DISUSUN OLEH :
NUR YAHYA
200104063
FAKULTAS KESEHATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Dalami, 2011). Defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting) (Direja, 2011).
Defisit perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan
deficit peraatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Yusuf, 2015).
B. PENYEBAB
Penyebab defisit perawatan diri adalah isolasi sosial. Isolasi sosial
adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Yusuf, 2015).
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi defisit perawatan diri menurut Direja (2011), adalah :
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
D. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Faktor predisposisi defisit perawatan diri
menurut Direja (2011), adalah :
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain- lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Yusuf (2015), antara lain:
1. Mandi/ hygine
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu, atau aliran
air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian/ berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, meninggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketdakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka
container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan
dari wadah lalu memasukkannya ke mullut, melengkapi makanan,
mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat,
mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan
aman.
4. BAB/ BAK
Klien memiliki keteratasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/ BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil. Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor
yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami
hara diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat
dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan,
maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat,
maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi
sosial.
F. PENATALAKSANAAN
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan keterampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perawatan
diri
b. Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau oleh klien
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
G. PSIKOPATOLOGI/ POHON MASALAH
Effect Resiko tinggi perilaku kekerasan
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal
pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
b. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan social budaya.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
3) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, dan berhitung.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat
makan kembali.
2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
4) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah
diminum.
h. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik
dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
j. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
k. Aspek medik
Diagnosa medis yang telah dirumuskan dokter, therapy
farmakologi, psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Harga diri rendah
b.Defisit Perawatan Diri
c. Resiko perilaku kekerasan
3. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN
SP II SP II
1.Evaluasi 1.evaluasi
kegiatan kegiatan
kebersihan keluarga dalam
diri. Ber merawat/melati
pujian h pasien
2.jelaskan kebersihan diri.
cara dan alat Beri pujian
untuk 2.latih dua
berdandan (yang lain)
3.latih cara cara merawat :
berdandan makan dan
setelah minum, BAB
kebersihan dan BAK
diri : sisiran, 3. anjurkan
rias muka membantu
untuk pasien sesuai
perempuan, jadwal dan beri
sisiran, pujian.
cukuran untuk
pria.
4.masukkan
pada jadwal
kegiatan
untuk
kebersihan
diri dan
berdandan.
SP III SP III
1.Evaluasi 1.evaluasi
kegiatan kegiatan
kebersihan keluarga dalam
diri dan merawat/melati
berdandan. h pasien
Beri pujian kebersihan diri
2.jelaskan dan berdandan.
cara dan alat Beri pujian
makan dan 2.bimbing
minum keluarga
3.latih cara merawat
makan dan kebersihan diri
minum yang dan berdandan
baik dan makan da
4.masukkan minum pasien
pada jadwal 3.anjurkan
kegiatan membantu
untuk latihan pasien sesuai
kebersihan jadwal dan
diri, berikan pujian.
berdandan
dan makan
dan minum
yang baik.
SP IV SP IV
1.Evaluasi 1.Evaluasi
kegiatan kegiatan
kebersihan keluarga dalam
diri, merawat/melati
berdandan, h pasien
makan dan kebersihan diri,
minum. Beri berdadan,
pujian makan dan
2.jelaskan minum. Beri
cara BAB dan pujian.
BAK yang 2.bimbing
baik keluarga
3.latih BAB merawat BAB
dan BAK dan BAK
yang baik pasien.
4.masukkan 3.jelaskan
pada jadwal follow up ke
kegiatan RSJ/PKM,
untuk latihtanda kambuh,
kebersihan rujukan
diri, 4.anjurkan
berdandan, membantu
makan dan pasien sesuai
minum dan jadwal dan
BAB/BAK memberikan
pujian.
SP V SP V
1.Evaluasi 1.evaluasi
kegiatan kegiatan
latihan keluarga dalam
perawat diri: merawat/melati
kebersihan h pasien
diri, kebersihan diri,
berdandan, berdandan,
makan dan makn dan
minum, minum. Beri
BAB/BAK. pujian
Beri pujian 2.nilai
2.latih kemampuan
kegiatan keluaga
harian merawat
3.nilai pasien.
kemampuan 3.nilai
yang telah kemampuan
mandiri keluarga
4.nilai apakah melakukan
perawatan diri kontrol ke
telah baik RSJ/PKM.
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati. (2011). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info
Media
Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika
Fitria, Nita. (2019). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. (2011). Buku Ajar keperawatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika