Anda di halaman 1dari 29

Tugas : Makalah

Dosen : Ns. Nurafriani., S.Kep., M.Kes

KEPERAWATAN ANAK II

(AUTISME)

OLEH KELOMPOK II

Attin Nurhidayah (NH0117015) Febryani Mahadjani (NH0117040)

Ersin (NH0117031) Gretzia Heatubun (NH0117046)

Dodi Alfarez (NH0117026)) Huriyah (NH0117050)

Fadli Kamil (NH0117032) Fajar Aswad (NH0117033)

Agil M. Syahrul (NH0117004) Farila (NH0117036)

Iga Juwita Pratiwi (NH0117051)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT.Karena dengan


rahmat dan hidayah serta karunia-Nya, sehingga kami masih diberi kesempatan
untuk bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Autisme”, makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami
ibu Ns. Nurafriani, S.Kep., M.Kes dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak kami harapkan.

Makassar, Desember 2019

Kelompok II

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB I KONSEP MEDIS .......................................................................................4

A. PENGERTIAN .............................................................................................4
B. ETIOLOGI ...................................................................................................4
C. MANIFESTASI KLINIS .............................................................................5
D. KLASIFIKASI .............................................................................................5
E. PENATALAKSANAAN .............................................................................6

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................19

A. PENGKAJIAN ...........................................................................................19
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................19
C. INTERVENSI ............................................................................................19
D. IMPLEMENTASI ......................................................................................22
E. EVALUASI ................................................................................................26
BAB III PENUTUP ..............................................................................................27

A. KESIMPULAN ..........................................................................................27
B. SARAN ......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
LAMPIRAN ..............................................................................................................

3
BAB I
KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN
Istilah medis untuk autisme adalah gangguan spectrum autisme.Hal
tersebut karena secara medis, autisme digolongkan ke dalam kelompok
masalah anak, termasuk sindrom aspenger. Masalah ini terjadi ketika otak
berkembang secara tidak normal sehingga membuat anak kesulitan
berkomunikaso dengan orang lain. Setiap saat, otak membantu anak
memahami (menafsirkan) hal-hal yang diterima melalui indera penglihatan,
penciuman, pengecapan, pendengaran, peraba, serta hal-hal lain yang kita
alami. Otak anak-anak dengan sindrom autisme mengalami kesulitan untuk
mengolah/menafsirkan informasi-informasi tersebut sehingga menyulitkan
anak-anak untuk bicara, mendengar, bermain, dan belajar. Speer (2007)
mendefinisikan autisme sebagai ketidakmampuan perkembangan yang
biasanya terlihat sebeum usia dua setengah tahun dan ditandai dengan
gangguan pada wicara, bahasa, mobilitas, persepsi, dan hubungan
interpersonal. (Suryani, 2017)
Anak-anak dengan gangguan spectrum autisme sulit bertingkah laku
seperti anak-anak lainnya.Bila anak-anak lain menganggap senyuman
seseorang adalah tanda keramahtamahan, anak dengan gangguan ini belum
tentu berpikiran demikian. Umumnya, anak-anak yang memiliki gangguan
spectrum autisme mengalami kesulitan memahami emosi apa yang terlihat
dan seperti apa orang lain berpikir. Mereka mungkin bertindak dengan cara
yang tidak biasa, dan akan sulit untuk memahami mengapa mereka
melakukannya. (Sari, 2019)

B. ETIOLOGI
Gangguan spectrum autisme disebabkan oleh kombinasi makanan yang
salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun.Dua hal tersebut
mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang menyebabkan masalah dalam

4
tingkah laku dan fisik.Secara lebih terperinci, penyebab gangguan spectrum
autisme adalah sebagai berikut.
1. Faktor keturunan/genetik. Menurut penelitian 80% penderita gangguan
spketrum autisme adalah kembar dizigot. Faktor ini terurama terjadi pada
keluarga anak austik (mengalami abnormalitas kognitif dan kemampuan
bicara).
2. Kelainan kromosom (sindrom x yang mudah pecah atau fragile.
3. Neurokimia (katekolanin, serotonin, dopamine belum pasti).
4. Cedera otak, kerentanan utama, aphasia, deficit pengaktif reticulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur cerebellum, lesi hipocamus
otak depan.
5. Penyakit otak organis dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensoris serta epilepsy.
6. Fakor lingkungan, terutama sikap orang tua dan kepribadian anak.
(Ichsan and Iswari, 2019)

C. MANIFESTASI KLINIS
Seorang anak dengan gangguang spekrtum autisme mungkin memiliki tanda-
tanda sebagai berikut.
1. Mengalami kesulitan belajar arti kata.
2. Melakukan hal yang sama berulang-ulang.
3. Menggerakkan anggota tubuhnya dengan cara yang tidak biasa.
4. Mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
(misalnya memilih makanan baru, mainan baru, atau berada di tempat
baru). (Dwi Cintiya, 2015)
D. KLASIFIKASI
1. Autisme Persepsi
Merupakan autisme yang timbul sebelum lahir dengan gejala adanya
rangsangan dari luar baik lemah maupun kuat yang dapat menimbulkan
kecemasan.

5
2. Autisme Reaktif
Autisme reaktif dengan gejala penderita membuat gerakan-gerakan
tertentu berulang kali dan terkadang disertai kejang yang dapat diamati
pada usia 6-7 tahun. Penderita autisme reaktif sangat rapuh, lemah, dan
mudah terpengaruh oleh dunia luar.
3. Autisme Yang Timbul Kemudian
Diketahui setelah anak agak besar dan akan mengalami kesulitan dalam
mengubah perilakunya karena sudah melekat atau ditambah adanya
pengalaman baru. (Pritama, Sannang and Tarigan, 2018)

E. PENATALAKSANAAN
1. Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan
penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang
dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan
positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur
kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di
Indonesia.
2. Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara
dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula
individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat
kurang.Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka
tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi /
berinteraksi dengan orang lain.Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa
akan sangat menolong.
3. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam
perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka
kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan
untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain

6
sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih
mempergunakan otot halusnya dengan benar. (Ardiana and Sophia, 2018)
4. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara
individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik
kasarnya. Kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat.
Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi
sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan ototnya dan
memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5. Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam
bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan
pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi dua arah, membuat teman
dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu
dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-
teman sebaya dan mengajari caranya.
6. Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan
pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya
berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang
terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik
tertentu. (Autis and Sosial, 2016)
7. Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali
tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan
kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya
dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis
perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif
tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan
lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.

7
8. Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention)
dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya,
kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan
kemampuan sosial, emosional dan intelektualnya. Terapi perkembangan
berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan
ketrampilan yang lebih spesifik.
9. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual
learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk
mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar,
misalnya dengan metode PECS (Picture Exchange Communication
System). Beberapavideo games bisa juga dipakai untuk mengembangkan
ketrampilan komunikasi.
10. Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung
dalam DAN (Defeat Autism Now). Mereka sangat gigih melakukan riset
dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya
gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak.
Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan,
darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan
dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih
banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang
komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri
(biomedis). (Sari, 2019)

8
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. O DENGAN KASUS
AUTISME DI RUANG ANAK RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

An. O ( Laki-laki, 4 tahun ) dirawat di RSUP Wahidin dengan keluhan memiliki


kebiasaan asik pada diri sendiri, hanya memainkan jari jari tangannya,
menghindari kontak mata dengan lawan bicara, lebih senang dengan menyendiri
dari pada diajak bermain dengan teman-temannya, kadang-kadang diam dan
berteriak-teriak N : 98 x/menit, S : 38˚c, RR: 30 x/menit.

A. PENGKAJIAN

Tanggal 14 Februari 2019, jam 11.00 WIB, di ruang Anak - RSUP


Wahidin Makassar, diperoleh data sebagai berikut:
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : An. O
Umur : 4 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat : Kota Makassar
Tanggal masuk : 12 Februari 2018
Diagnosa Medis : Autisme

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. I
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Agama : Islam

9
Pendidikan : S2 Pendidikan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kota. Makassar
Hub. Dengan pasien : Ibu
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ibu Klien mengatakan anaknya tidak bisa berbicara dan asik
dengan dirinya sendiri seperti teriak-teriak jika lapar atau
menginginkan sesuatu.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien membawa Anaknya datang ke IGD RSUP Wahidin
pada tanggal 12 Februari 2019 pukul 09.30, dengan
keluhan memiliki kebiasaan asik pada diri sendiri, hanya
memainkan jari jari tangannya, menghindari kontak mata
dengan lawan bicara, lebih senang dengan menyendiri dari
pada diajak bermain dengan teman-temannya, kadang-kadang
diam dan berteriak-teriak, tidak peka terhadap rangsangan
nyeri. An. O tidak mampu berbicara, hanya mengerang.
Seluruh Activity Daily Living (ADL) An. O dibantu oleh orang
tua. N : 80 x/menit, S : 38˚c, RR: 20 x/menit.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Ibu klien mengatakan anaknya pada waktu bayi mengalami
panas tinggi dan mengalami kejang, ketika di rumah pada
usia anak 3 tahun selalu menyendiri dan suka main air di
kamar mandi berjam-jam bahkan air di bak sering diminum,
BAB dan BAK digosokkan ke rambut dan anggota tubuh
lainnya bahkan sering dimasukan kemulutnya
2) Imunisasi
Klien telah mendapat imunisasi yang lengkap
a. BCG : 1 kali
b. Campak : 1 kali

10
c. DPT : 3 kali
d. Polio : 4 kali
e. Hepatitis: 3kali
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan keluarga tidak mempunyai riwayat yang
sama dengan penyakit anaknya.
e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Klien lahir dengan berat badan dan lahir 3200 gram, lahir
langsung dan menangis, menurut ibu klien selama hamil ibu
sering periksa ke dokter maupun bidan praktek. Klien juga di
beri ASI selam 1 tahun dan diberikan susu formula
f. Riwayat Perkembangan
1) Gizi
Selera makan An. O baik, dapat menghabiskan 1 porsi
makanan yang diberikan dengan reflex menelan baik.
2) Kemandirian dalam bergaul
An. O tidak mampu beraktifitas/bermain selalu asik dengan
dirinya sendiri saat di panggil namanya pun tidak ada
respon.
3) Motorik halus
An. O hanya tidak mampu mamainkan jari-jari tanganya
4) Motorik Kasar
An. O tidak mampu melakukan aktifitas seperti, menulis,
melempar, berdiri dan berjalan dibantu untuk menjaga
keseimbangan tubuhnya..
5) Kognitif dan bahasa
An. O tidak mampu berbicara hanya mengerang saja.
6) Psikososial
An. O tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, hanya
mampu berteriak.

11
g. Genogram

: Pasien

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Tinggal serumah

3. Pola Akitivitas dan Istrahat


a. Subjektif : Rasa lemah cepat lelah.
b. Objektif : Klien tampak lemas.
4. Pola Nutri-Metabolik
a. Subjektif : Tidak ada penurunan berat badan.
b. Objektif : Turgor kulit baik
5. Respirasi
a. Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas (-), sakit
dada (-).
b. Objektif : -
6. Rasa Nyaman dan Nyeri
a. Subjektif : Nyeri (-)
b. Obiektif : -
7. Integritas Ego
a. Subjektif : Faktor stress lama, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan, klien merasa malu
b. Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung.

12
8. Interaksi Sosial
Subyektif: Perasaan isolasi klien tidak mau bermain dengan orang
lain.

9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Nadi : 98 x / menit
c. Pernafasan : 30 x / menit
d. Suhu : 37 0 C
e. TD : 90/60 mmHg
f. GCS : 4-5-6
g. BB SMRS : 16 Kg
h. BB MRS : 14 Kg
i. TB : 98 Cm
Pemeriksaan Sistematis
a. Integumen
1) Inspeksi : Tidak adan memar, lesi (-), edema (-),
diaphoresis (-), inflamasi (-), kuku sianosis.
2) Palpasi :Akral kering, teksturk asar, turgor >2 detik,
nyeritekan (-), tekstur kuku halus, capillary refill time > 2
detik.
b. Kepala
1) Inspeksi: Posisi kepala tegak, proporsional, bentuk kepala
sesuai, rambut lurus, tersebar merata dan terpotong pendek.
2) Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada krepitasi dan
deformitas, nyeri tekan tidak ada, kulit kepala lembab.
c. Mata
1) Inspeksi : Bola mata simetris, alissejajar, , kelopak mata
normal, bulumata normal, konjungtiva anemis (-), ikterik -/-
, perdarahan -/-, hypema -/- iris simetris, warnahitam, cat
aye reflex -/+.

13
2) Palpasi : edema (-), nyeri -/-
d. Telinga
1) Inspeksi :posisisejajar, proporsional, simetris, otorea (-),
kemerahan (-), battle sign (-), serumen (-), tidakkotor.
2) Palpasi :teksturlembut, nyeritekan (-), pembengkakan (-).
e. Hidung
1) Inspeksi: Ukuran proporsional, secret (+), bulu hidung
normal, rhinorea (-), perdarahan (+), lesi (-), pernapasan
cuping hidung ().
2) Palpasi: Yyeritekan (-), krepitasi (-).
f. Bibir, mulutdan faring
1) Inspeksi: Bibir nampak pucat, lesi (-), mukosa bibir kering,
gigi utuh bersih, pendarahan gusi (-), lidah kotor, tidak bau
mulut, faring kemerahan (-).
g. Leher
2) Inspeksi: M. Sternoklei domastoideus simetris, kontraksi (-
), deviasi trakea (-), pembesaran tiroid (-), pembesaran
limfe (-), pembesaran vena jugularis (-), eritema (-).
3) Palpasi: Posisi trakea pada garis tengah, pembesaran tiroid
(-), nyeri tekan (-), pembesaran limfe (-).
h. Thoraks
1) Inspeksi: Bentuk normal, simetris, lesi (-), ekspansi dinding
dada tidak simetris, retraksi otot bantu pernafasan berat,
bentuk mamaesimetris, ukuran sama, putting menonjol,
kulit halus, RR 20 x/menit, rasio inspirasi ekspirasi 1:2.
2) Palpasi: Massa (-), krepitasi (-), deformitas (-), nyeri tekan
(-), ictus cordisteraba di midclavikula sinistra 4-5 ICS,
pembengkakan (-), emfisema sub kutis (-), fremitus lemah
dekstra sinistra.

14
3) Perkusi: Pekak, batas jantungkiri ICS 2 SL kiridan 4 SL
kiri, batas kanan ICS 2 SL kanandan ICS 5 MCL kanan,
pembesaran jantung (-), pekak.
4) Auskultasi : Bunyi sonor apek paru ki/ka., Vokal fremitus
lemah ki/ka.
i. Abdomen
1) Inspeksi: Bentuk rata, penegangan abdomen (-), caput
medusa (-), kulit pruritus, massa (-).
2) Palpasi: Massa (-), hepar teraba, lien tidak teraba, feses
tidak teraba, VU tidak teraba, nyeri tekan (-) pada
semuaregio.
- - -
- - -
- - -

3) Perkusi : Timpani.
4) Auskultasi : Bising usus 3 x/menit.
j. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadifemoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan
pembuluh limfe tidak ada, tidak ada hemoroid, warna feses
kuning lembek, urine kuning bening.
k. Ekstremitas
1) Inspeksi: Garis anatomi lurus, persendian normal, eritema
(-).
2) Palpasi: Kekuatan tendon (+), nyeri tekan (-), krepitasi (-),
deformitas (-).
3) Pergerakan normal, kekuatan otot5/5.
5 5

5 5

15
l. Persyarafan
1) Pasien dalam keadaan compos mentis, kaku kuduk (-).
2) Reflek S
Biceps :+, tricep : +, patella : +babinski : +
10. Analisa Data
Analisa Data Pasien AN. O Dengan Kasus Autisme di Ruang Anak
RSUP Wahidin tanggal 14 Februari 2019

No Tanggal Data focus Problem Etiologi


1. 14 - 02 - 2019 Data Subjektif Kerusakan Stimulus
- Ibu klien komunikasi sensorik yang
mengatakan Verbal tidak sesuai
anaknya tidak
dapat berbicara
hingga umur 4
tahun saat ini
Data Objektif
- An. O tampak
tidak bisa
berbicara hanya
mengerang
- Asik dengan
dirinya sendiri
- Teriak-teriak dan
hanya berkata
“mam-mam”jika
lapar atau
menginginkan
sesuatu.

16
2. 14 - 02 - 2019 Data Subjektif: Kerusakan Proses penyakit
- Ibu klien Interaksi Sosial
mengatakan
anaknya tidak
mampu
melakukan
aktifitas seperti,
menulis,
melempar,
Data Objektif :
- Asik pada dirinya
sendiri
- An. O tampak
kesulitan
menggerakan
tangan dan
kakinya.
- Tidak ada
menunjukan
keinginan untuk
bergaul dengan
teman-temannya
yang lain
- Hanya diam dan
kadang-kadang
eriak-teriak di
ranjang tempat
tidurnya
- An. O tidak
mampu
beraktifitas /

17
bermain

3. 14 - 02 - 2019 Data Subjektif: Resiko Perilaku


- Ibu Klien membahayakan hiperaktif
mengatakan dir sendiri dan
anaknya sering orang lain.
memainkan dan
menggigit jari-jari
tangannya ke
dalam mulu
Data Objektif :
- An. O sering
loncat-loncat di
ranjang tempat
tidurnya
- An O sering
membanting
badannya langsung
terbaring di tempat
tidurnya
- An. O Tampak
sering menekan-
nekan bagian leher
sebelah kiri
menggunakan
tanganya

18
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan sensorik yang tidak
sesuai
2. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan proses penyakit
3. Resiko membahayakan diri atau orang lain berhubungan dengan perilaku
hiperaktif.

C. INTEVENSI KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
KRITERIA INTERVENSI
DIAGNOSA RASIONAL
HASIL (NIC)
(NOC)
1. Kerusakan Tujuan: 1. Pertahankan 1. Hal ini memudahkan
komunikasi Setelah dilakukan konsistensi tugas kepercayaan dan
verbal tindakan staf untuk kemampuan untuk
berhubungan keperawatan memahami memahami tindakan-
dengan selama 1x24 jam tindakan-tindakan tindakan dan
sensorik yang pertemuan dan komunikasi komunikasi pasien
tidak sesuai diharapkan Anak anak 2. Pemenuhan kebutuhan
akan membentuk 2. Antisipasi dan pasien akan dapat
kepercayaan penuhi kebutuhan- mengurangi kecemasan
dengan seorang kebutuhan anak anak sehingga anak
pemberi sampai kepuasan akan dapat mulai
perawatan pola komunikasi menjalin komunikasi
ditandai dengan terbentuk dengan orang lain
sikap responsive 3. Gunakan tehnik 3. Teknik-teknik ini
dan kontak mata validasi konsensual digunakan untuk
dalam waktu yang dan klarifikasi untuk memastikan akurasi
telah ditentukan menguraikan kode dari pesan yang
dengan pola komunikasi diterima, menjelaskan
pengertian-pengertian

19
Kriteria Hasil: 4. Gunakan yang tersembunyi di
1) Pasien pendekatan tatap dalam pesan. Hati-hati
mampu muka berhadapan untuk tidak “berbicara
berkomunikas untuk atas nama pasien tanpa
i dengan cara menyampaikan seinzinnya
yang ekspresi-ekspresi 4. Kontak mata
dimengerti nonverbal yang mengekspresikan minat
oleh orang benar dengan yang murni terhadap
lain menggunakan dan hormat kepada
2) Pesan-pesan contoh seseorang
nonverbal
pasien sesuai
dengan
pengungkapa
n verbal
3) Pasien
memulai
berinteraksi
verbal dan
non verbal
dengan orang
lain
2. Kerusakan Tujuan: 1. Berikan informasi 1. Membantu anak
interaksi Setelah dilakukan tentang sumber- meningkatkan interaksi
sosial tindakan sumber dari sosial komunitas
berhubungan keperawatan komuitas 2. Benda-benda ini
dengan proses selama 1x24 jam 2. Berikan benda- memberikan rasa aman
penyakit pertemuan benda yang dikenal dalam waktu-waktu
keluarga klien (misalnya: mainan aman bila anak merasa
mengerti tentang kesukaan, selimut) distress
pemberian untuk memberikan 3. Karakteristik

20
stimulasi kepada rasa aman dalam meningkatkan
anak. waktu-waktu pembentukan dan
Kriteria Hasil: tertentu agar anak mempertahankan
tidak mengalami hubungan saling
1) Stimulus
distress percayai
diberikan
3. Berikan sikap yang 4. Anak autis dapat
setiap hari
hangat, dukungan merasa terancam oleh
oleh keluarga
dan ketersediaan suatu rangsangan yang
2) Pasien mampu
ketika gencar pada pasien
berinteraksi
anaknberusaha tidak terbiasa
baik dengan
memenuhi
anak lain
kebutuhan dasarnya.
3) Keluarga
4. Mulai dengan
mampu
penguatan yang
menyediakan
positif pada kontak
pengawasan
mata perkenalan
untuk anak
secara berangsur-
dengan tepat
angsur dengan
4) Membina
sentuhan dan
hubungan
pelukan
kasih sayang
3. Resiko Tujuan: 1. Sediakan 1. Anak autis dapat
membahayaka Setelah dilakukan lingkungan kondusif berkembang melalui
n diri atau tindakan dan sebanyak lingkungan yang
orang lain keperawatan mungkin rutinitas kondusif dan rutinitas
berhubungan selama 1x24 jam sepanjang biasanya tidak dapat
dengan pertemuan perawatan periode beradaptasi terhadap
perilaku diharapkan Anak di rumah perubahan dalam hidup
hiperaktif. menunjukan 2. Dekati anak dengan mereka
penurunan sikap lembut, 2. Mempertahankan
kecenderunan bersahabat dan program yang teratur

21
melakukan jelaskan apa yang dapat mencegah
kerusakan atau akan dilakukan perasaan frustasi yang
perilaku merusak dengan kalimat dapat menuntun pada
diri sendiri yang jelas dan ledakan kekerasan
Kriteria Hasil: sederhana 3. Mempertahankan sikap
1) Sikap agresif 3. Gunakan restrain tenang dan ramah dan
berkurang fisik selama mendemontrasikan
2) Tidak prosedur ketika prosedur pada orang
melakukan membutuhkannya tua dapat membantu
kebiasaan- anak menerima
kebiasaan tindakan yang tidak
yang mengecap dapat
membahayaka mencegah perilaku
ndiri destruktif.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Hari/ tanggal/ Implementasi Evaluasi


jam
Kerusakan Jum’at 15 1. Mempertahanka Anak belum
komunikasi verbal Februari 2019 n konsistensi menunjukan perubahan
berhubungan 08.00 tugas staf untuk yang lebih baik dalam
dengan sensorik memahami masalah berkomunikasi
yang tidak sesuai tindakan-
tindakan dan
komunikasi
anak
2. Mengantisipasi
dan penuhi
kebutuhan-
kebutuhan anak

22
sampai
kepuasan pola
komunikasi
terbentuk
3. Menggunakan
tehnik validasi
konsensual dan
klarifikasi untuk
menguraikan
kode pola
komunikasi
4. Menggunakan
pendekatan
tatap muka
berhadapan
untuk
menyampaikan
ekspresi-
ekspresi
nonverbal yang
benar dengan
menggunakan
contoh
Kerusakan Jum’at 15 1. Memberikan Anak belum
interaksi sosial Februarai 2019 informasi menunjukan interaksi
berhubungan 08.30 tentang sumber- social yang baik
dengan proses sumber dari
penyakit komuitas
2. Memberikan
benda-benda
yang dikenal

23
(misalnya:
mainan
kesukaan,
selimut) untuk
memberikan
rasa aman
dalam waktu-
waktu tertentu
agar anak tidak
mengalami
distress
3. Memperlihatkan
sikap yang
hangat,
dukungan dan
ketersediaan
ketika
anaknberusaha
memenuhi
kebutuhan
dasarnya.
4. Memulai
dengan
penguatan yang
positif pada
kontak mata
perkenalan
secara
berangsur-
angsur dengan
sentuhan dan

24
pelukan
Resiko Jum’at 15 1. Menyediakan Keluarga sudah
membahayakan diri Februari 2019 lingkungan memahami
atau orang lain 10.00 kondusif dan
berhubungan sebanyak
dengan perilaku mungkin
hiperaktif. rutinitas
sepanjang
perawatan
periode di
rumah
2. Mendekati anak
dengan sikap
lembut,
bersahabat dan
jelaskan apa
yang akan
dilakukan
dengan kalimat
yang jelas dan
sederhana
3. Menggunakan
restrain fisik
selama prosedur
ketika
membutuhkann
ya

25
E. EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/ Tanggal Diagnosa Evaluasi


Jum’at 15 Kerusakan komunikasi S : Ibu klien mengatakan anaknya
Februari verbal berhubungan masih belum bisa berkomunikasi
2019 dengan sensorik yang secara baik dan benar
tidak sesuai O:
- An. O tampak tidak bisa
berbicara hanya mengerang
- Nampak Asik dengan dirinya
sendiri
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Jum’at 15 Kerusakan interaksi S : Ibu klien sudah memahami
Februari sosial berhubungan bagaimana membangun interaksi
2019 dengan proses penyakit social anaknya
O:
- Klien hanya diam dan kadang-
kadang eriak-teriak di ranjang
tempat tidurnya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Jum’at 15 Resiko membahayakan S : Ibu klien sudah memahami
Februari diri atau orang lain bagaimana merawat anak dengan
2019 berhubungan dengan autisme di rumah
perilaku hiperaktif. O:
- An. O masih sering loncat-loncat
di ranjang tempat tidurnya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Istilah medis untuk autisme adalah gangguan spectrum autisme.Hal
tersebut karena secara medis, autisme digolongkan ke dalam kelompok
masalah anak, termasuk sindrom aspenger. Masalah ini terjadi ketika otak
berkembang secara tidak normal sehingga membuat anak kesulitan
berkomunikaso dengan orang lain. Setiap saat, otak membantu anak
memahami (menafsirkan) hal-hal yang diterima melalui indera penglihatan,
penciuman, pengecapan, pendengaran, peraba, serta hal-hal lain yang kita
alami .Otak anak-anak dengan sindrom autisme mengalami kesulitan untuk
mengolah/menafsirkan informasi-informasi tersebut sehingga menyulitkan
anak-anak untuk bicara, mendengar, bermain, dan belajar. Speer (2007)
mendefinisikan autisme sebagai ketidakmampuan perkembangan yang
biasanya terlihat sebeum usia dua setengah tahun dan ditandai dengan
gangguan pada wicara, bahasa, mobilitas, persepsi, dan hubungan
interpersonal.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karna itu kelompok meminta kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat
bermanfaat bagi pembaca.

27
DAFTAR PUSTAKA
Ardiana, E. and Sophia, T. C. (2018) ‘Budaya Literasi Membaca Anak Autis
SDLB’, 5(2), pp. 87–96. doi: 10.17509/mimbar-sd.v5i2.7976.
Autis, P. A. and Sosial, I. (2016) ‘Penanganan Anak Autis dalam Interaksi Sosial’,
pp. 1–8.
Dwi Cintiya, R. (2015) Teori Dan Konsep Tumbuh Kembang Anak. 1st edn.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Ichsan, M. and Iswari, M. (2019) ‘Pelaksanaan Pembelajaran IPA bagi Anak
Autis di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi’, 7, pp. 243–248.
Pritama, R., Sannang, D. and Tarigan, S. A. (2018) ‘Pengaruh Motivasi Orang
Tua Terhadap Perilaku Sosial Anak Autis Di Sekolah Dasar Mulia Bhakti
Makassar’, pp. 198–204.
Sari, F. P. (2019) ‘Nur Fitriyani Hardi dan Ferra Puspito Sari PARENTING
STRESS PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK AUTIS Nur Fitriyani
Hardi’, 16(1), pp. 21–36.
Suryani, E. (2017) Asuhan Keperawatan Anak Sehat Dan Berkebutuhan Khusus.
1st edn. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.

28
Lampiran

29

Anda mungkin juga menyukai