ABSTRAK
Daun seledri merupakan tanaman yang dapat dikonsumsi sebagai sayuran, sehingga
ditemukan berbagai senyawa aktif yang terdapat dalam daun dan batang. Flavonoid
merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dan terdapat pada semua bagian tumbuhan
terutama bagian daunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan dan
kadar senyawa flavonoid yang terdapat pada ekstrak metanol seledri (Apium Graveolens
L) menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, dan untuk mengetahui toksisitas akut (LC 50)
ekstrak metanol seledri terhadap larva Artemia Salina Leach dengan metode BSLT.
Sampel penelitian diambil dari kabupaten Gowa, provinsi Sulawesi Selatan. Tahap
penelitian ini meliputi preparasi sampel, ekstraksi, identifikasi, dan uji toksisitas. Ekstrak
seledri diperoleh dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol yang kemudian
diuji secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil pengujian secara kualitatif dan kuantitatif
ekstrak seledri mengandung senyawa flavonoid dengan kadar pada daun seledri sebesar
0.8236 sedangkan pada batang seledri sebesar 0.1788. Pengujian toksisitas ekstrak seledri
terhadap Artemia Salina Leach diperoleh LC50 pada batang seledri sebesar 275.42ppm
sedangkan pada daun seledri sebesar 1109.17ppm. Dari nilai LC 50 yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa ekstrak metanol batang seledri memiliki sifat toksik terhadap larva
yang ditandai dengan perolehan nilai LC 50 <1000ppm sedangkan pada esktrak metanol
daun seledri memiliki sifat praktis tidak toksik terhadap larva yang ditandai dengan
perolehan nilai LC50 >1000ppm.
Kata Kunci: Seledri, Toksisitas, Metode BSLT, Flavonoid
ABSTRACT
Celery leaves are a plant that can be consumed as a vegetable, so various active
compounds are found in the leaves and stems. Flavonoids are a typical content of green
plants and are found in all parts of the plant, especially the leaves. This research aims to
determine the content and levels of flavonoid compounds found in the methanol extract
of celery (Apium Graveolens L) using a UV-Vis Spectrophotometer, and to determine
acute toxicity (LC50) celery methanol extract against Artemia Salina Leach larvae using
the BSLT method. The research sample was taken from Gowa district, South Sulawesi
province. This research stage includes sample preparation, extraction, identification and
toxicity testing. Celery extract was obtained by maceration using methanol solvent which
was then tested qualitatively and quantitatively. Qualitative and quantitative test results of
celery extract contain flavonoid compounds with levels in celery leaves of 0.8236 while
in celery stems it is 0.1788. Testing the toxicity of celery extract against Artemia Salina
Leach obtained LC50 on celery stems of 275.42ppm while on celery leaves it was
1109.17ppm. From the LC50 value obtained, it can be concluded that the methanol
extract of celery stems has toxic properties to larvae, which is indicated by the LC50
value <1000ppm, while the methanol extract of celery leaves has practically non-toxic
properties to larvae, which is indicated by the LC50 value >1000ppm.
Keywords: Celery, Toxicity, BSLT Method, Flavonoids
yaitu 27,5 bpj. Penelitian Kartikasari (2019) metanol teknis, aquades, air laut, kertas
ekstrak etanol batang seledri memiliki saring Whatman no 42, aluminium foil,
potensi toksisitas akut terhadap larva artemia larutan pereaksi warna untuk identifikasi
salina dengan nilai LC50 174,58 mcg/ml. meliputi pereaksi larutan H2SO4 pekat, NaOH
Penelitian Rizqianingrum (2020) menyatakan 10%, DMSO, logam Mg, dan HCl pekat.
bahwa kadar flavonoid total ekstrak daun Alat yang digunakan pada penelitian
seledri adalah 50,39%≈ mgQE/100g ekstrak. ini yaitu, timbangan, blender, rotary
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti akan evaporator, alat maserasi, neraca analitik,
menguji adanya senyawa flavonoid beserta wadah kaca transparan, lampu, tabung reaksi,
kadarnya dan sifat ketoksikan terhadap corong Buchner, rak tabung, Aerator, selang,
artemia salina leach pada daun dan batang botol vial, wood crusher, instrumen
seledri. Spektrofotometer T60 UV-VIS PG dan
seperangkat alat – alat gelas.
METODE PENELITIAN E. Prosedur Penelitian
A. Jenis Penelitian 1. Preparasi Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian Seledri yang masih segar dibersihkan
eksplorasi, meliputi identifikasi senyawa dari kotorannya, kemudian pisahkan antara
flavonoid pada ekstrak metanol seledri daun dan batang seledri. Selanjutnya batang
(Apium Graveolens L). Tahapan penelitian dan daun seledri dikeringkan dengan cara
terdiri dari ekstraksi, identifikasi, uji diangin-anginkan. Sampel yang sudah kering
spektrofotometer UV-VIS dan uji toksisitas kemudian dihaluskan menggunakan blender
dengan metode BSLT. dan diayak sampai menjadi serbuk simplisia
B. Tempat dan Waktu Penelitian (DepKes RI, 1995).
Penelitian dilakukan di Laboratorium 2. Pembuatan Ekstrak Metanol Seledri
jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Sebanyak 1 kg serbuk simplisia halus
Pengetahuan Alam Universitas Negeri seledri (Apium graveolens L) dimaserasi
Makassar mulai dari ekstraksi hingga dengan larutan metanol sebanyak 2000 ml
identifikasi senyawa flavonoid. Analisis selama 3×24 jam. Kemudian disaring
dengan Spektrofotometri UV-VIS dan menggunakan corong buchner dan kertas
pengujian Brine Shrimp Lethality Test saring Whatman. Ekstrak yang dihasilkan
(BSLT) yang dilakukan di Laboratorium kemudian dipekatkan dengan evaporator
Terpadu Universitas Hasanuddin, Penelitian pada suhu 40ºC sehingga menghasilkan
ini berlangsung selama lima bulan mulai ekstrak kental metanol.
Januari- Mei 2023. 3. Identifikasi Senyawa Flavonoid
C. Objek Penelitian Skrining fitokimia merupakan
Objek dalam penelitian ini adalah pengujian kandungan senyawa pada suatu
seledri (Apium Graveolens L). yang berasal ekstrak agar zat-zat kimia didalamnya dapat
dari Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolo teridentifikasi. Prinsip dari pengujian
Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. kandungan senyawa daun seledri (Apium
D. Bahan dan Alat Penelitian graveolens L) adalah perubahan warna,
Sampel yang akan digunakan adalah pembentukan busa dan munculnya
serbuk seledri (Apium Graveolens L) dan endapan(Wulandari P., 2015).
telur udang Artemia salina L. Bahan kimia Ekstrak kental metanol yang telah
yang digunakan pada penelitian ini adalah diperoleh kemudian diencerkan dan
dilakukan uji golongan/pereaksi dengan flakon yang telah disiapkan, dimana flakon
menggunakan pereaksi HCl pekat, H 2SO4 telah berisi 5 ml air laut buatan. Setelah larva
pekat, dan NaOH 10%. sudah dibagi diberi 1 ml larutan uji dan 1
4. Penetapan Kadar Senyawa Flavonoid tetes suspensi ragi sebagai sumber makanan
Menggunakan Metode Spektrofotometri UV- larva (Meyer et al., 1982). Kemudian
Vis diamkan larva selama 24 jam, setelah 24 jam
Uji kadar senyawa ekstrak amati pergerakannya selama 10 detik, apabila
merupakan pengujian lanjutan dari skrining larva Artemia salina Leach tidak ada
kimia, dimana kita menguji kadar senyawa pergerakan selama 10 detik maka larva
ekstrak seledri (Apium Graveolens L) Artemia salina Leach dapat dikatakan mati
menggunakan spektrofotometer UV-VIS (Meyer et al., 1982). Efek toksisitas dianalisis
dengan bantuan persamaan regresi linier dari pengamatan dengan persen kematian.
senyawa standar. Rumus persentase kematian larva yaitu:
Uji kadar senyawa flavonoid dalam
ekstrak seledri (Apium Graveolens L)
dilakukan dengan cara pembuatan larutan (1)
baku quersetin terlebih dahulu yang Dengan mengetahui kematian larva Artemia
kemudian dilanjutkan preparasi sampel dan salina Leach kemudian dicari angka probit
penentuan kadar (Rajendra, 2014). Tahapan melalui tabel dan dibuat persamaan garis :
pembuatan larutan baku quersetin yaitu Y = Bx + A
dengan membuat larutan induk quersetin Keterangan: Y = log konsentrasi dan
dengan cara 0,05 g quersetin dilarutkan X = Angka probit
dengan 10 mL metanol sampai larut yang Apabila pada kontrol ada larva yang mati,
kemudian membuat seri konsentrasi 2 ppm, 4 maka % kematian ditentukan dengan rumus
ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 32 ppm. Tahap Abbot (Meyer et al., 1982).
selanjutnya yaitu penentuan kadar flavonoid
dengan cara sampel sebanyak 0,5 mL
ditambahkan 3 mL metanol, kemudian (2)
ditambahkan 0,2 mL AlCl3 10% dan 0,2 mL Keterangan :
CH3COOK 1 M. Kemudian dicukupkan T = Jumlah larva uji yang mati
volumenya menjadi 10 mL dengan cara K = Jumlah larva kontrol yang mati
menambahkan 6,2 mL aquades. Setelah itu 10 = Jumlah larva uji
campuran diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum (400-500nm) yang
kemudian dihitung menggunakan persamaan HASIL DAN PEMBAHASAN
linier y = a + b(x) menggunakan
Sampel Seledri (Apium
graveolens L) yang digunakan diperoleh
spektrofotometer UV-Vis. Quersetin
dari Desa Kanreapia, Kecamatan
digunakan sebagai standar sedangkan
Tombolo Pao, Kabupaten Gowa,
campuran metanol digunakan sebagai blanko.
Sulawesi Selatan. Seledri terlebih dahulu
5. Uji Toksisitas Dengan Metode Brine dipisahkan dari batang dan daunnya,
Shrimp Lethality Test (BSLT) kemudian dikeringkan dengan sinar
Pada uji toksisitas akut menggunakan larva matahari. Pengeringan sinar matahari
Artemia salina Leach dilakukan dalam pada umumnya memiliki suhu yang
dengan cara membagi larva pada flakon- relatif lebih tinggi yaitu 28-45℃
(Nugraha et.al, 2015). Batang yang sudah seledri yang bertujuan untuk memastikan
kering kemudian dihaluskan dengan alat keberadaan senyawa metabolit sekunder yang
wood crusher dan diperoleh serbuk halus terkandung didalamnya (Wulandari P., 2015).
sedangkan daun yang sudah kering Pada penelitian kali ini peneliti hanya
dihaluskan dengan menggunakan blender menguji kandungan senyawa flavonoid pada
dan diperoleh serbuk halus. Proses ini daun dan batang seledri. Menurut Pawarta
bertujuan untuk memperluas permukaan (2014) senyawa flavonoid sebagai antikanker
sampel, sehingga saat proses maserasi sebagai oksidan dapat mengaktifkan jalur
dapat diperoleh lebih banyak ekstrak apoptosis sel kanker merupakan proses
senyawa metabolit sekunder. Dari hasil fragmentasi DNA yang diawali dengan
preparasi sampel daun seledri diperoleh
dilepasnya rantai proksimal DNA oleh
sebanyak 2 kg sedangkan pada batang
senyawa oksigen reaktif seperti radikal
seledri sebanyak 1,6 kg.
hidroksil sedangkan sebagai penghambat
Proses ekstraksi dilakukan dengan
proliferasi tumor atau kanker yang salah
cara maserasi Sebanyak 1 kg serbuk
simplisia daun dan batang seledri satunya dengan menginhibisi aktivitas
menggunakan pelarut metanol selama 3× protein kinase sehingga menghambat jalur
24 jam. Pelarut metanol digunakan karena tranduksi sinyal dari membran sel kedalam
memiliki kelebihan titik didih yang lebih inti sel.
rendah daripada etanol sehingga mudah Ekstrak metanol yang diperoleh
diuapkan pada suhu yang lebih rendah kemudian diuji untuk mengetahui golongan
daripada etanol yang relatif tinggi senyawa flavonoid yang terkandung di dalam
sehingga lebih sulit diuapkan. Selama ekstrak metanol daun dan batang seledri
maserasi dilakukan pengadukan sesekali (Apium Graveolens L). Pengujian dilakukan
untuk memaksimalkan proses ekstraksi. dengan pereaksi HCl pekat dan logam Mg,
Maserat yang diperoleh berwarna hijau H2SO4 pekat,dan NaOH 10%. Hasil
pekat pada daun seledri sedangkan pada pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.1dan
batang seledri berwarna coklat. Setelah Gambar 4.1.
itu ekstrak yang didapatkan disaring
menggunakan corong Buchner kemudian
dipekatkan menggunakan vacuum rotary
evaporator dengan suhu 40℃ hingga
mendapat ekstrak kental. Penggunaan
rotary evaporator bertujuan untuk
(a) (b) (C)
mengurangi kontak langsung antara
ekstrak dan suhu panas secara terus Gambar 4.1. Hasil skrining fitokimia
menerus agar senyawa yang terkandung
senyawa flavonoid ekstrak metanol daun
tidak berubah atau rusak. Hasil evaporasi
seledri dengan pereaksi (a) HCl pekat
diperoleh ekstrak kental berupa pasta
+logam Mg, (b) H2SO4 pekat, dan (c) NaOH
berwarna hijau pekat dan coklat pekat.
Hasil penguapan ekstrak kental metanol 10%
daun seledri yang diperoleh sebanyak Pereaksi Hasil Keterangan
53,99 gram sedangkan pada batang
seledri sebanyak 34,10 gram. HCl Hijau + flavonoid
Uji pendahuluan atau skrining pekat + kuning
fitokimia pada ekstrak daun dan batang logam
Berdasarkan pada Gambar 4.3 kurva standar yang diperoleh memiliki persamaan garis y =
0.0066x+8E-05. Persamaan ini digunakan untuk menghitung kadar flavonoid dalam sampel dimana
(y) menyatakan nilai absorbansi dan (x) menyatakan kadar flavonoid dalam sampel. Dengan nilai
koefisien korelasi yang diperoleh R2 = 0.9987. Hal ini menunjukkan dari kurva tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi pula absorbansinya. Persamaan
linier y = 0.0066x + 8E -05 yang diperoleh akan digunakan untuk menetapkan kadar flavonoid
pada batang dan daun seledri dengan metode maserasi dengan y adalah absorbansi sampel dan x
adalah konsentrasi flavonoid dalam sampel. Pengukuran absorbansi pada ekstrak daun dan batang
seledri dilakukan pada panjang gelombang maksimal yang didapat yaitu 437nm. Data kadar
flavonoid pada sampel menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada gelombang 437nm dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Kode sampel A (λ = 437 nm) Kadar flavonoid Kadar flavonoid
(%) rerata (%)
peningkatan nilai probit apabila nilai ditandai dengan perolehan nilai LC 50 >
konsentrasi meningkat. 1000ppm, yakni 1109.17ppm.
Berdasarkan perhitungan nilai LC50
yang telah didapat, maka dapat disimpulkan B. Saran
bahwa ekstrak metanol batang seledri (Apium Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut
graveolens L) memiliki sifat toksik karena menggunakan alat instrumen lain seperti
LC50 yang dimiliki <1000ppm sedangkan spektrofotometri GC-MS, Spektrofotometri
pada daun seledri memiliki sifat praktis tidak FTIR untuk mendukung hasil yang diperoleh.
toksik karena LC50 yang dimiliki >1000ppm.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mayer DAFTAR PUSTAKA
(1982) yang menyatakan bahwa senyawa
dengan nilai LC50 <100 memiliki sifat yang Dhahiyat, Y dan Djuangsih. 1997. Uji
sangat toksik, namun pada kategori toksik Hayati (Bioassay); LC 50 (Acute
memiliki nilai LC50 <1000 dan kategori Tixicity Tests) Menggunakan
praktis tidak toksik memiliki nilai LC 50 Daphnia dan Ikan. PPSDAL LP
>1000 (Meyer et al, 1982). UNPAD. Bandung.