Anda di halaman 1dari 52

HORMON

REPRODUKSI
Kelompok 4
ANGGOTA KELOMPOK

Fitria Miga Nadia Afina Reyhan Daffa Anis


Suryaningsih Haqq Fadhil Muthiah
(1304620070) (1304620066) (1304620084) (1304620062)

Rahma Novianti Anggria Mira Wisda Reviergha


(1304620033) Cahyaning Handayani Windatri Putri
(1304620019) (1304620006) (1304620051)
POKOK BAHASAN

Pengaturan Hormon Kelainan dan


01 Terhadap Sistem 02 Penyakit Hormon
Reproduksi Terhadap Sistem
Reproduksi

Pengaturan Hormon Kelainan dan Penyakit


03 Terhadap Tumbuh 04 Terhadap Hormon Tumbuh
Kembang dan Kembang dan
Metamorfosis Metamorfosis
01
Pengaturan Hormon
Terhadap Sistem
Reproduksi
Pengaturan
Hormon Terhadap
Sistem Reproduksi
Jantan
Hormon-Hormon Yang Berperan Pada Sistem
Reproduksi Hewan Jantan

Luteinizing Hormone (LH)

Luteinizing hormone juga disebut sebagai Luteotrophin dan Interstitial


Cell Stimulating Hormone (ICSH). LH akan menstimulasi testis dalam mensintesis hormon
testosteron yang tepatnya berlangsung di dalam sel leydig atau sel interstitial.

Follicle Stimulating Hormone (FSH)

FSH juga disebut sebagai follicotrophin. Struktur kimia hormon ini terdiri dari dua sub unit
alfa dan beta. Sub unit alfa diidentifikasikan pada beberapa spesies dari hormon FSH, LH dan
TSH. Pada hewan jantan, FSH merangsang sel germinatif dari tubulus seminiferus dalam
testes.
Mekanisme
FSH dan LH
pada Hewan
Jantan
Hormon-Hormon Yang Berperan Pada Sistem
Reproduksi Hewan Jantan

Growth Hormone Releasing Hormone (GH-RH)

Gn-RH berfungsi untuk merangsang atau menstimulasihipofisa anterior untuk


mensintesis hormon gonadotropin yakni FSH dan LH,ICSH pada hewan jantan.

Inhibin

Inhibin juga disebut dengan folliculostatin, struktur kimia hormon ini belum diketahui.
Hormon ini diproduksi oleh sel Sertoli pada hewan jantan. Inhibin dapat menghambat
pelepasan FSH dari hipofisis anterior tanpa mempengaruhi pelepasan LH.
Hormon-Hormon Yang Berperan Pada Sistem
Reproduksi Hewan Jantan

Testosteron

Diproduksi pada testis jantan. Hormon ini berfungsi mengontrol perkembangan dan
fungsi gonad jantan serta perkembangan seks sekunder. Selain itu, berfungsi
merangsang pendewasaan spermatozoa. Yang terbentuk dalam tubulus seminiferus,
merangsang pertumbuhan kelenjar aksesoris

Esterogen

Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel sertoli dan berfungsi untuk pematangan sperma.
Hubungan Antara Hipotalamus dan Kelenjar Pituitary
Siklus Hormon Reproduksi pada Hewan Jantan
Pengaturan
Hormon Terhadap
Sistem Reproduksi
Betina
Hormon-Hormon Yang Berperan Pada Sistem
Reproduksi Hewan Betina

Oxytocin

Hormon Oxytocin dan Vasopressin disintesis di hipothalamus. Oxytocin berperan dalam proses
kelahiran yaitu kontraksi otot uterus. Oxytocin juga menyebabkan peningkatan frekuensi kontraksi
pada oviduk. Sebagai aplikasi Oxytocin seringkali dipergunakan pada peternakan untuk
menginduksi pancaran air susu setelah partus jika terjadi masalah dan untuk menginduksi
pengeluaran plasenta. Juga untuk membantu apabila terjadi kesukaran kelahiran.

Luteinizing Hormone Releasing Hormone (LH-RH)


Luteinizing hormone releasing hormone (LH-RH) merupakan hormon protein yang tersusun dari
10 asam amino (decapeptide) dengan berat molekul 1183 dalton. Hormon ini menginduksi
pelepasan Luteinizing hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis
anterior
Hormon-Hormon Yang Berperan Pada Sistem
Reproduksi Hewan Betina

Luteinizing Hormone (LH)


Luteinizing hormone juga disebut sebagai Luteotrophin dan Interstitial Cell Stimulating Hormone
(ICSH). Pada hewan betina, LH bekerja pada saat pre ovulasi yang menyebabkan pecahnya
dinding folikel dan terjadi ovulasi. Selain itu LH juga berfungsi untuk pembentukkan corpus
luteum dan mendukung terjadinya siklus estrus yang normal

Follicle Stimulating Hormone (FSH)

Pada hewan betina, FSH merangsang pertumbuhan dan maturasi dari Folikel de Graaf pada
ovarium. Mekanisme kerja FSH dalam folikullogenesis juga melibatkan interaksi dengan LH
sehingga kedua hormon ini harus tersedia cukup dalam tubuh ternak agar siklus estrus dapat
berjalan normal.
Hormon-Hormon Yang Berperan Pada Sistem
Reproduksi Hewan Betina

Prolactin (PRL)
Hormon yang berfungsi dalam pengaturan sifat-sifat keibuan atau maternal behavior,
menstimulasi kelenjar air susu (mamary gland) untuk menghasilkan air susu (ternak ruminansia). Di
ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus
luteum.

Pregnant Mare Serum Gonadotrophin (PMSG)

Hormon PMSG adalah hormon yang paling dikenal digunakan bersama dengan progestogen
untuk meningkatkan ovulasi sebelum inseminasi buatan. PMSG dapat menginduksi pertumbuhan
folikel oleh ovarium dan menghasilkan ovulasi.
Hormon-Hormon Yang Berperan Pada Sistem
Reproduksi Hewan Betina

Placental Lactogen (PL)


Sesuai dengan nama dan tempat berasalnya hormon ini berfungsi untuk regulasi pemberian
makan dari induk ke fetus

Relaxin

Relaxin berperan dalam dilatasi serviks dan vagina selama kelahiran. . Juga menghambat kontraksi
uterus dan menyebabkan peningkatan pertumbuhan kelenjar susu bila diberikan bersama dengan
estradiol.

Inhibin

Fungsi hormon ini yaitu menghambat pelepasan FSH dari hipofisis anterior tanpa mempengaruhi
pelepasan LH
Hormon-Hormon Yang Berperan Pada Sistem
Reproduksi Hewan Betina

Estrogen

Fungsi estrogen adalah perkembangan organ genital betina, memicu birahi sebelum terjadi
ovulasi, penebalan endometrium, serta terlibat dalam persiapan kelahiran atau partus, memicu
pembukaan cervix pada saat estrus serta sekresi cairan untuk memudahkan perjalanan
spermatozoa ke dalam organ reproduksi ternak betina, sedangkan pada saat kelahiran ternak
estrogen menyebabkan kontraksi pada otot-otot vagina sehingga memudahkan dalam proses
kelahiran ternak.
Hormon-Hormon Yang Berperan Pada Sistem
Reproduksi Hewan Betina

Progesteron

Progesteron berfungsi dalam persiapan implantasi saat terjadi fertilisasi, serta mendukung fisiologi
uterus pada saat kebuntingan dan perkembangan embrio. Selain itu, progesteron juga berfungsi
menghambat LH dalam bentuk memberikan negative feedback saat tidak terjadi kebuntingan
sehingga corpus luteum mengalami lisis sehingga gelombang perkembangan folikel yang baru
dimulai.
Siklus Hormon Reproduksi pada Hewan Betina

Gn-RH
Mekanisme
kelahiran pada
Hewan Betina

Figure 17.18 Positive feedback during birth


Oxytocin, prostaglandins, and mechanical stimuli
at the cervix participate in a positive feedback
loop that progressively forces the cervix to open
wide enough to permit the fetus to be born.
02
Kelainan dan Penyakit
Hormon Terhadap
Sistem Reproduksi
Kelainan dan Penyakit Hormon Terhadap Sistem
Reproduksi Jantan

1. Gangguan Tiroid

Hormon tiroid berfungsi untuk mengatur metabolisme tubuh dan kinerja organ
reproduksi pria, termasuk produksi dan kualitas sperma. Oleh karena itu, ketika
hormon tiroid bermasalah, misalnya karena kelebihan hormon tiroid
(hipertiroidisme) atau kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme), seorang pria bisa
mengalami infertilitas.
Kelainan dan Penyakit Hormon Terhadap Sistem
Reproduksi Jantan

2. Hiperprolaktinemia

Hiperprolaktinemia atau kondisi ketika kadar hormon prolaktin dalam darah


meningkat drastis hingga melebihi batas normalnya.
Dalam kadar yang normal, hormon prolaktin juga berfungsi untuk menstabilkan
gairah seks pada pria.
Sehingga, kadar prolaktin yang terlalu tinggi dapat memengaruhi produksi sperma,
hasrat untuk berhubungan seksual atau libido, hingga impotensi.
Kelainan dan Penyakit Hormon Terhadap Sistem
Reproduksi Jantan

3. Hipogonadotropik Hipogonadisme (HH)

Hipogonadotropik hipogonadisme adalah disebabkan kegagalan atau insufisiensi hipotalamus untuk


menyekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang berfungsi untuk menstimulasi kelenjar pituitari.
Kelenjar pituitari kemudian akan menyekresi luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone
(FSH). LH dan FSH berfungsi untuk menstimulasi testis untuk menyekresi hormon yang berfungsi dalam
maturasi fungsi reproduksi.
Sehingga pada bayi yang masih dalam kandungan dapat menyebabkan micropenis. Micropenis
adalah kondisi ketika penis memiliki ukuran lebih kecil dari normal. Kondisi ini biasanya sudah dapat
dideteksi sejak bayi atau anak-anak. Kondisi ini dapat dikaitkan dengan jumlah sperma yang lebih rendah,
sehingga tingkat kesuburan bisa jadi lebih rendah.
Kelainan dan Penyakit Hormon Terhadap Sistem
Reproduksi Betina

Kelainan Hormon Terhadap Sistem Reproduksi Betina

011. Sista Ovarium (Ovaria, folikuler dan Luteal)

Penyebab terjadinya sista ovarium adalah gangguan ovulasi dan endokrin (rendahnya
hormon LH). Adanya sista tersebut menjadikan folikel de graf (folikel masak) tidak
berovulasi (anovulasi) tetapi mengalami regresi (melebur) atau mengalami luteinisasi
sehingga ukuran folikel meningkat, adanya degenerasi lapisan sel granulosa dan
menetap paling sedikit 10 hari. Akibatnya sapi-sapi menjadi anestrus atau malah
menjadi nymphomania (kawin terus menerus).
Kelainan dan Penyakit Hormon Terhadap Sistem
Reproduksi Betina

2. Subestrus dan Birahi Tenang


02
Subestrus merupakan suatu keadaan di mana gejala birahi yang berlangsung
singkat/pendek (hanya 3-4 jam) dan disertai ovulasi (pelepasan telur). Birahi tenang
merupakan suatu keadaan sapi dengan aktifitas ovarium dan adanya ovulasi namun
tidak disertai dengan gejala estrus yang jelas. Penyebab kejadian ini di antaranya ialah
rendahnya hormon estrogen.
Kelainan dan Penyakit Hormon Terhadap Sistem
Reproduksi Betina

3. Anestrus
03
Anestrus merupakan suatu keadaan pada hewan betina yang tidak menunjukkan gejala
estrus dalam jangka waktu yang lama. Keadaan anestrus dapat diklasifikasikan
berdasarkan penyebabnya yaitu : pertama, True anestrus (anestrus normal).
Abnormalitas ini ditandai dengan tidak adanya aktivitas siklik dari ovaria, penyebabnya
karena tidak cukupnya produksi hormon gonadotropin atau karena ovaria tidak respon
terhadap hormone gonadotropin (GnRH).
Kelainan dan Penyakit Hormon Terhadap Sistem
Reproduksi Betina

Kedua, Anestrus karena gangguan hormon. Biasanya terjadi karena tingginya kadar
progesterone (hormon kebuntingan) dalam darah atau akibat kekurangan hormon
gonadotropin. Ketiga, Anestrus karena kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan gagalnya produksi dan pelepasan hormon gonadotropin, terutama
FSH dan LH, akibatnya ovarium tidak aktif. Keempat, Anestrus karena genetik.
Anestrus karena faktor genetik yang sering terjadi adalah hipoplasia ovarium dan
agenesis ovaria.
Kelainan dan Penyakit Hormon Terhadap Sistem
Reproduksi Betina

4. Ovulasi yang Tertunda


04
Ovulasi tertunda (delayed ovulation) merupakan suatu kondisi ovulasi yang
tertunda/tidak tepat waktu. Hal ini dapat menyebabkan perkawinan tidak tepat waktu,
sehingga fertilisasi (pembuahan) tidak terjadi dan akhirnya gagal untuk bunting.
Penyebab utama ovulasi tertunda adalah rendahnya kadar LH dalam darah.
Kelainan dan Penyakit Hormon Terhadap Sistem
Reproduksi Betina

Penyakit Hormon Terhadap Sistem Reproduksi Betina

1. Kista ovarium adalah struktur pada ovarium yang berisi cairan. Kista ovarium terjadi
karena gangguan pada hipofisa anterior dimana pelepasan FSH terjadi dengan kadar
normal tetapi pelepasan LH tidak dengan kadar normal.

Kista Folikel

Kista folikel adalah sekelompok folikel di permukaan ovarium yang tumbuh tetapi
tidak mengalami ovulasi. Hal ini terjadi karena kadar FSH yang dilepaskan oleh
hipofisa anterior cukup untuk mendorong pertumbuhan folikel tetapi kadar LH yang
dilepaskan tidak cukup untuk menyebabkan ovulasi pada folikel yang telah tumbuh.
Kelainan dan Penyakit Hormon Terhadap Sistem
Reproduksi Betina

Kista Luteal

Kista luteal adalah kista yang terjadi karena pada saat terbentuk kista folikel dimana
kadar LH rendah tetapi pada saat yang bersamaan terjadi pelepasan LTH yang cukup
banyak menyebabkan pada permukaan folikel akan terjadi proses luteinisasi sehingga
terbentuk sel luteal pada permukaan folikel.

Kista Korpus Luteum

Kista korpus luteum terbentuk dari folikel yang telah mengalami ovulasi dan terbentuk
korpus luteum yang normal, namun dalam perkembangannya pada bagian tengah
korpus luteum terbentuk rongga yang berisi cairan. Penderita kista korpus luteum
memiliki siklus estrus normal, mengalami ovulasi dan bila terjadi kebuntingan dapat
menghasilkan progesteron dengan kadar yang cukup untuk memelihara kebuntingan.
Kelainan dan Penyakit Hormon Terhadap Sistem
Reproduksi Betina

Korpus Luteum Persisten (CLP)

Korpus luteum persisten adalah korpus luteum yang tidak mengalami regresi (lisis)
pada akhir siklus estrus atau setelah melahirkan sehingga tetap berfungsi menghasilkan
progesteron. Tingginya kadar progesteron menyebabkan terjadi hambatan pada
mekanisme umpan balik terhadap FSH dan LH dengan demikian tidak terjadi
pertumbuhan folikel baru pada ovarium sehingga tidak terjadi produksi estrogen dan
tidak timbul tanda estrus.
03
Pengaturan Hormon
Terhadap Tumbuh
Kembang dan
Metamorfosis
Pengaturan Hormon
Terhadap Tumbuh
Kembang
Hormon-Hormon Yang Berperan Terhadap Tumbuh
Kembang Hewan

Growth Hormone
hormon tiroksin adalah salah satu jenis hormon yang terdapat pada hewan yang dihasilkan
oleh kelenjar tiroid dan berfungsi untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
fisiologi hewan seperti sistem pernapasan pada hewan dsb, sama seperti jenis hormon
yang lainnya

Somatomedin

Somatomedin adalah sekelompok protein yang mendorong pertumbuhan dan pembelahan


sel sebagai respons terhadap stimulasi oleh hormon pertumbuhan (GH) juga dikenal sebagai
somatotropin (STH). Selain tindakan meningkatkan pertumbuhan mereka, somatomedin
juga merangsang produksi somatostatin, yang menekan pelepasan hormon pertumbuhan.
Mekanisme Growth Hormon
Pengaturan Hormon
Terhadap Metamorfosis
Hormon Yang Berperan
Terhadap Metamorfosis

1. Metamorfosis Serangga
Hormon Juvenile : dihasilkan oleh corpora allata dan berfungsi menghambat
metamorfosis, sehingga menyebabkan insekta tetap dalam keadaan larva.
Hormon Ekdison : dihasilkan oleh kelenjar prothoraks dan berfungsi pada proses
pergantian kulit atau molting.

2. Metamorfosis Amfibi
Hormon T3 dan T4 : berperan dalam metabolisme tubuh, sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan larva katak.
Mekanisme Hormon
Terhadap Metamorfosis
Serangga
Mekanisme Hormon Terhadap Metamorfosis Amfibi
04
Kelainan dan Penyakit
Terhadap Hormon Tumbuh
Kembang dan Metamorfosis
Kelainan dan
Penyakit Terhadap
Hormon Tumbuh
Kembang
Growth Hormone
(GH)
=
Somatotropin

Too much GH
Acromegaly (adult), Secondary
diabetes, Giantism (children)

Not enough GH
Growth Hormone Dificiency (GHD),
Hipopitutarism
1. Acromegaly

● Akromegali adalah gangguan hormonal yang berkembang ketika


kelenjar pituitari menghasilkan terlalu banyak hormon pertumbuhan
selama masa dewasa
● Penyakit endokrin kronis yang pertama kali dijelaskan oleh ahli saraf
Prancis Pierre Marie pada tahun 1886.
● Akromegali hampir selalu disebabkan oleh adenoma hipofisis yang
mensekresi GH.

Gejala umum akromegali:


● Tangan dan kaki membesar
● Fitur wajah yang membesar, termasuk tulang wajah, bibir,
hidung dan lidah
● Kulit kasar, berminyak, menebal
● Pertumbuhan kecil jaringan kulit (skin tag)
● Kelelahan dan kelemahan sendi atau otot
● Nyeri dan mobilitas sendi terbatas
2. Gigantism
● Gigantisme adalah kondisi langka yang menyebabkan pertumbuhan abnormal pada anak-anak.
● Perubahan ini paling menonjol dalam hal tinggi badan, tetapi ketebalan kulit juga terpengaruh.
● Terjadi ketika kelenjar pituitari anak membuat terlalu banyak hormon pertumbuhan.
● Penyebab gigantisme yaitu tumor kelenjar putuitari, kelenjar tersebut membuat hormon pertumbuhan jauh
lebih banyak daripada yang dibutuhkan tubuh.

Gejala umum gigantisme:


● tangan dan kaki yang sangat besar
● jari kaki dan jari yang tebal
● rahang dan dahi yang menonjol
● fitur wajah kasar
● Anak-anak dengan gigantisme mungkin juga
memiliki hidung pesek dan kepala besar , bibir, atau
lidah.
3. Growth Hormone Deficeancy
● Kekurangan hormon pertumbuhan (GHD) terjadi ketika kelenjar pituitari tidak
menghasilkan cukup hormon pertumbuhan.
● GHD lebih sering mempengaruhi anak-anak daripada orang dewasa.
● GHD terjadi pada sekitar 1 dari 7.000 kelahiran . Kondisi ini juga merupakan
gejala dari beberapa penyakit genetik, termasuk sindrom Prader-Willi.
● GHD yang tidak ada saat lahir mungkin disebabkan oleh tumor di otak.
Tumor ini biasanya terletak di lokasi kelenjar pituitari atau daerah hipotalamus
terdekat di otak.
● Pada anak-anak dan orang dewasa, cedera kepala serius, infeksi, dan
perawatan radiasi juga dapat menyebabkan GHD. Ini disebut defisiensi
hormon pertumbuhan yang didapat (AGHD).
● Orang dewasa dengan AGHD biasanya memiliki kadar lemak dalam darah
dan kolesterol tinggi.
● Sebagian besar kasus GHD adalah idiopatik, artinya belum ada penyebab
yang ditemukan.
4. Hipopitutarism
● Hipopituitarisme adalah penyakit yang terjadi akibat kurangnya hormon yang dihasilkan kelenjar di otak,
yang disebut kelenjar hipofisis atau pituitari.
● Ketika seseorang mengalami kekurangan salah satu atau lebih dari hormon-hormon yg dihasilkan. maka
fungsi tubuh yang diatur oleh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari akan terganggu.
● Contohnya, kekurangan GH akan mengakibatkan seseorang mengalami gangguan pertumbuhan tulang.
● Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, namun sebagian besar disebabkan oleh tumor pituitari.
● Selain disebabkan oleh tumor, hipopituitarisme juga dapat disebabkan oleh cedera pada kelenjar tersebut,
misalnya karena komplikasi operasi daerah otak.
● Gejala-gejala penyakit bervariasi tergantung hormon apa yang terpengaruh
Kelainan dan
Penyakit Terhadap
Hormon
Metamorfosis
Kelainan dan Penyakit terhadap Hormon Metamorfosis

4. Kelainan proses metamorfosis yang terjadi pada hewan disebabkan karena kekurangan atau
01 kelebihan hormon yang dibutuhkan untuk melakukan metamorfosis. Beberapa akibat yang
ditimbulkan dari kelainan terhadap hormon metamorfosis yaitu :

● Terganggunya fungsi kerja organ di dalam tubuh


● Terjadi mutasi pada tubuh hewan
● Terganggunya pertumbuhan dan perkembangan metabolisme
● Pada serangga, terganggunya proses pergantian kulit
● Tidak berfungsinya organ setelah bermetamorfosis
DAFTAR PUSTAKA
Boguszewski MCS. Growth hormone deficiency and replacement in children. Rev Endocr Metab
Disord. 2021 Mar;22(1):101-108. doi: 10.1007/s11154-020-09604-2. Epub 2020 Oct 8.
PMID: 33029711.

Damayanti, Tita, dkk. (2014). Ilmu Reproduksi Ternak. Surabaya: Airlangga University Pres
https://www.prospecbio.com/pmsg

Habibi, soraya. (2011, 05). JUVENILE HORMONE (JH) SEBAGAI PENDUKUNG DAN
PENGONTROL KEHIDUPAN INSEKTA. Diakses dari
http://www.pdf-archive.com/2011/12/05/13-soraya-habibi/13-soraya-habibi.pdf

Hiil, Richard W., Gordon Wyse, Margaret Anderson. (2016). Animal Physiology, Fourth Edition.
Massachusetts : Sinauer Associates

J Ayuk, M C Sheppard. (2005). Growth Hormone and its Disorders. Post Graduate Medical Journal.
82(963). 24-30
DAFTAR PUSTAKA
Nomiyama T, Yanase T. [Secondary diabetes]. Nihon Rinsho. 2015 Dec;73(12):2008-12. Japanese.
PMID: 26666145.

Putro, S. D. K., Lestari, U., & Lukiati, B. (2016). Pengembangan Buku Ajar Perkembangan Hewan
Berbasis Penelitian Metamorfosis Ulat Sutera Bombyx Mori L. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan, 1(7), 1229-1234.

https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/EN05_Hipogonadisme.pdf
diakses pada tanggal 28 Februari 2022
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai