Disusun oleh :
KELOMPOK 9
1. Anggraeni Pramudita Bahtiar 1304620005
2. Aedisti Ayuridityas 1304620015
3. Angela Diana Marthasari 1304620029
4. Nur Novita 1304620072
5. Reyhan Daffa Fadhil 1304620084
DOSEN PENGAMPU
Dr. Hanum Isfaeni, M. Si.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vertebrata kelas Chondrichthyes, hiu & kerabatnya disebut ikan bertulang rawan
karena mereka memiliki endoskeleton yang relatif lentur yang terbuat dari tulang
rawan bukan tulang keras. Rahang dan sirip berpasangan berkembang dengan baik
pada ikan bertulang rawan. Subkelas yang paling besar dan paling beraneka ragam
terdiri dari hiu dan ikan pari. Sub kelas kedua terdiri atas beberapa lusin spesies ikan
tidak umum yang disebut chimaera atau rarfish. Chondrichthyes memiliki kerangka
bertulang rawan dan kerangka bertulang rawan yang merupakan karakteristik kelas itu
berkembang setelahnya.
Gigi ikan hiu berkembang baik yang membuatnya ditakuti organisme lain. Insang
merupakan ciri sistem pernapasan pada ikan. Secara embriologis, celah insang
tumbuh sebagai hasil dari serentetan invaginasi faring yang tumbuh keluar dan
bertemu dengan invaginasi dari luar. Terdapat variasi perlengkapan insang pada
berbagai ikan. Ikan hiu memiliki 5-7 pasang celah insang ditambah pasangan celah
anterior non respirasi yang disebut spirakel. Hemibranchia dipisahkan satu dengan
lain oleh septum inter brankia yang tersusun dari lengkung kartilago. Masing-masing
septa branchialis ini menutup bagian yang terbuka dari insang berikutnya ke arah
posterior. Ikan hiu ataupun ikan bertulang rawan pada umumnya, tidak ditemukan
struktur yang mirip paru-paru. Sistem ekskresi ikan seperti juga vertebrata lain yang
mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga
keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein.
Untuk itu berkembang tiga tipe ginjal yaitu pronefros, mesonefros dan metanefros.
1
Kelompok 9
Beberapa ikan hiu, spina dorsal berhubungan dengan kelenjar yang sangat beracun.
Sebagian besar racun itu sendiri adalah toksin berasaskan protein yang menyebabkan
kesakitan pada mamalia dan biasa juga mengubah kadar degupan jantung dan
pernafasan. Ada beberapa ikan hiu yang mempunyai organ luminesen. Bioluminesen
adalah pancaran sinar oleh organisme, sebagai hasil oksidasi dari berbagai substrat
dalam memproduksi enzim. Susunan substratnya disebut luciferin dan enzim yang
sangat sensitif sebagai katalisator oksidasi disebut luciferase.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum pada kegiatan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu:
1. Memahami taksonomi dan karakteristik hewan pada kelas Chondrichthyes.
2. Mempelajari Morfologi hewan pada kelas Chondrichthyes.
3. Memahami klasifikasi hewan pada kelas Chondrichthyes.
2
Kelompok 9
HASIL KEGIATAN
● Pengukuran Morfometrik
PENGUKURAN PANJANG
(mm/cm)
Fork length: tip of mouth to the tip of the median caudal fin rays. 320 mm
Body Depth - The distance from the highest part of the dorsal 70 mm
surface to the ventral surface in a straight, vertical line
Post-orbital - The region behind the eye to the rear of the 100 mm
operculum.
Pectoral Fin Length - upper insertion point of fin to end of longest 100 mm
ray
Head width 40 mm
Gape width 32 mm
3
Kelompok 9
PEMBAHASAN
Carcharhinus sealei yang memiliki nama umum Blackspot Shark atau lebih dikenal
dengan nama cucut lanjaman (Jawa). Hiu ini memiliki tubuh berukuran kecil yang bersifat
oseanik dan pelagis. Hiu ini memiliki ciri morfologi yaitu bentuk badan fusiform, sirip
punggung pertama agak tinggi dan melengkung lancip, sedangkan sirip punggung kedua
berwarna kehitaman atau hitam pada ujungnya, dan sirip lainnya polos. Warna tubuh abu
kecoklatan. Memiliki celah insang yang berjumlah 5 celah dan tidak memiliki spirakel.
Memiliki gurat diantara sirip punggung, memiliki gigi bawah yang kecil, ramping, tegak
lurus, kadang terdapat tonjolan di sisinya. Ujung gigi bagian atas tajam dan sangat miring,
bagian sisi yang diapit terdapat beberapa tonjolan yang memiliki tepian halus (White et al.,
2006).
Carcharhinus sealei memiliki ciri morfologi yaitu bentuk badan fusiform, sirip
punggung pertama agak tinggi dan melengkung lancip, sedangkan sirip punggung kedua
berwarna kehitaman atau hitam pada ujungnya, dan sirip lainnya polos. Warna tubuh abu
kecoklatan. Memiliki celah insang yang berjumlah 5 celah dan tidak memiliki spirakel.
Memiliki gurat diantara sirip punggung, memiliki gigi bawah yang kecil, ramping, tegak
lurus, kadang terdapat tonjolan di sisinya. Ujung gigi bagian atas tajam dan sangat miring,
bagian sisi yang diapit terdapat beberapa tonjolan yang memiliki tepian halus (White et al.,
2006). Panjang maksimum hiu ini dapat mencapai 95 cm, ikan hiu jantan mencapai usia
dewasa pada ukuran >80 cm, sedangkan ikan hiu betina antara ukuran 68-75 cm, dan ukuran
ketika lahir antara 33-36 cm.
4
Kelompok 9
Carcharhinus sealei mempunyai kulit yang tertutup oleh sisik plakoid yang berupa
duri halus dan tajam dengan posisinya yang condong ke arah belakang, sisik ini sangat kecil
dan rapat. Carcharhinus sealei memiliki bulu-bulu halus sehingga tubuhnya terasa kasar.
Sedangkan bentuk dari setiap gigi hiu menyerupai bentuk sisiknya. Susunan gigi
Carcharhinus sealei pada dasarnya mempunyai struktur yang sama dan berada dalam
beberapa deret, yang berfungsi adalah deret paling luar. Deret sebelah dalam tumbuh dan
maju terus ke anterior (ke arah luar), siap menggantikan deret paling luar yang tanggal,
proses pergantian gigi ini berlangsung terus sepanjang hidupnya (Hoeve, 1988).
Carcharhinus sealei memiliki peranan ekologi yang cukup penting karena
kedudukannya yang menjadi predator puncak (top predator) dalam jejaring rantai makanan
dalam ekosistem. keberadaan Carcharhinus sealei turut menjaga keseimbangan ekosistem
yang juga dapat menjadi indikator kesehatan ekosistem laut. Dalam status konservasinya
Carcharhinus sealei berstatus hampir terancam
5
Kelompok 9
KESIMPULAN
6
Kelompok 9
REFERENSI
Agus Arifin Sentosa, Umi Chodrijah, Irwan Jatmiko. 2010. Sebaran Ukuran dan Beberapa
Parameter Populasi Hiu Karet (Prionace glauca Linnaeus, 1758) yang Tertangkap di
Perairan Selatan Nusa Tenggara. J.Lit.Perikan.Ind. 23(2). Juni 2017
Campbell, Neil. Biologi edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga, 1999. Jasin, Maskoeri.
Zoologi Dasar, Jakarta: Sinar Wijaya, 1999. Rudiyanto. 2011. Chondrichthyes.
Van Hoeve. 1988. Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna: Ikan. Redaksi Ensiklopedi Indonesia
7
Kelompok 9
LAMPIRAN