Anda di halaman 1dari 97

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH IKHTIOLOGI

Oleh:
Nama : Muhamad Qoshmal Nurafiq
NIM : L1B022089
Kelompok :7
Asisten : Elsa Meilan A.

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2023
LEMBAR PENGESAHAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH IKHTIOLOGI

Oleh:

Muhamad Qoshmal Nurafiq

NIM. L1B022089

Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan praktikum mata kuliah

ikhtiologi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal

Soedirman

Disetujui,

Purwokerto, 3 Juni 2023

Koordinator Asisten, Asisten,

Elsa Meilan Astrid Elsa Meilan Astrid


L1A019046 L1A019046
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah

“Iktiologi” tepat pada waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa penulis

mengucapkan rasa terima kasih kepada para asisten praktikum Iktiologi karena

telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga laporan ini dapat disusun

dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini terdapat banyak

kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasa serta materi yang terdapat

didalamnya. Oleh karena itu, penulis menerima kritikan yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan laporan praktikum di masa yang akan dating.

Semoga laporan praktikum ini bermanfaat bagi kita semua.

Purwokerto, Mei 2023

Penulis
ACARA I
IDENTIFIKASI IKAN

Oleh:
Muhamad Qoshmal Nurafiq
NIM. L1B022089

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan merupakan hewan vertebrata aquatik berdarah dingin dan bernafas

dengan insang. Ikan didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang

(vertebrata) yang hidup di air dan secara sistematik ditempatkan pada Filum

Chordata dengan karakteristik memiliki insang yang berfungsi untuk

mengambil oksigen terlarut dari air dan sirip digunakan untuk berenang. Ikan

hampir dapat ditemukan hampir di semua tipe perairan di dunia dengan bentuk

dan karakter yang berbeda-beda (Fitrah et al., 2016). Ikan sebagai hewan air

memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki hewan darat.

Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ disesuaikan

dengan kondisi lingkungannya, misalnya sebagai hewan yang hidup di air, baik

itu perairan tawar maupun perairan laut menyebabkan ikan harus mengetahui

kekuatan maupun arah arus, karna ikan dilengkapi dengan organ yang disebut

linea lateralis (Primawati et al., 2016).

Identifikasi jenis ikan memiliki arti penting bila ditinjau dari sudut ilmiah

dikarenakan seluruh urutan pekerjaan selanjutnya sangat bergantung dari hasil

identifikasi yang benar dari suatu spesies. Berbagai wilayah Indonesia memiliki

penamaan jenis ikan yang berbeda-beda. Contohnya ikan Selar Kuning

(Selaroides leptolepis) merupakan salah satu spesies dari Famili Carangidae

(Kurniawan et al., 2019). Dalam mengetahui keberagaman ikan yang ada di suatu

perairan perlu diadakannya identifikasi ikan dengan kunci determinasi. Kunci

determinasi ialah kunci yang digunakan untuk menetapkan identitas suatu


individu. Identifikasi ialah kegiatan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri yang

beraneka ragam dari individu-individu serta, mencari perbedaan-perbedaan

yang menjadi ciri khas diantara individu-individu yang nampaknya sama.

Kegiatan identifikasi bertujuan untuk mencari dan mengenali ciri taksonomi

yang sangat bervariasi dan memasukkannya ke dalam takson. Identifikasi Ikan

hanya mengandalkan pola warna (colour pattern) hal ini tidak dapat dijadikan

sebagai acuan, mengingat warna dapat saja berubah berdasarkan atas umur

individu, maupun kondisi fisiologis dari ikan tersebut. Selain itu, untuk

mengetahui suatu identitas nama spesies ikan dengan cara mengamati beberapa

karakter atau ciri morfologi spesies tersebut dengan membandingkan ciri-ciri

yang ada sesuai dengan kunci determinasi (Sugara et al., 2022).

Ikan dapat diidentifikasi dengan 2 (dua) cara, yakni identifikasi ikan secara

ex-situ dan in situ. Identifikasi ikan secara exsitu atau secara taksonomi adalah

suatu usaha untuk mengidentifikasi ikan dengan mengambil sampel ikan, dilihat

ciri-ciri meristik dan morfometriknya (atau dilihat sampel DNA nya) serta

mencocokannya dengan kunci identifikasi dan taksonomi. Identifikasi ikan

secara in situ atau secara hidroakustik adalah suatu usaha untuk mengenali atau

mengidentifikasi ikan dengan gelombang suara pada suatu area tertentu, dan

waktu tertentu tanpa menyentuh ikan tersebut (Ghazali et al., 2020).

Pengidentifikasian ikan dilakukan berdasarkan pengukuran morfometrik dan

meristik, kemudian di data berdasarkan deskripsi dari masing-masing jenis ikan.

Selanjutnya, data yang diperoleh di susun dan dibuat susunan klasifikasinya.


Kemudian dilakukan perbandingan dengan buku identifikasi dengan

mengamati ciri morfometrik, morfologis, dan meristiknya (Pasaribu et al., 2020).

1.2. Tujuan

Mengidentifikasi suatu specimen ikan tertentu dan memberikan


klasifikasinya.
II. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alat bedah, baki parafin,

buku kunci identifikasi, jarum penusuk, kamera, pensil. Sedangkan bahan yang

dibutuhkan yaitu air tawar (ikan Nila, ikan Nilem, dan ikan Lele), air payau (ikan

Bandeng dan ikan Belanak) dan air laut (ikan Kembung dan ikan Banyar).

2.2. Metode

Ambil ikan yang akan diidentifikasi kemudian amati dan gunakan buku

taksonomi dan kunci identifikasi.

2.3. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 13 Mei 2023 pukul 07.00

WIB sampai dengan selesai. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Basah

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 1. Hasil Identifikasi Ikan Air Tawar, Ikan Air Payau, dan Ikan Air Laut

No. Nama Ikan Kunci Identifikasi Klasifikasi


1. Ikan Nila 2225. Badan berbelang-belang Kingdom : Animalia
melintang yang lebar dan Phylum : Chordata
berwarna kehitam-hitaman. Class : Osteichthyes
Badan berbelang-belang Ordo : Perciformes
membujur dengan atau tanpa Family : Cichlidae
belang-belang melintang yang Genus : Oreochromis
sempit. Badan tidak berbelang- Spesies : Oreochromis
belang melintang atau niloticus
membujur
Nama Indonesia : Nilai-nilai,
Mandela, Udu, Lamaru, Beru-
beru
2. Ikan Nilem 822. Dibawah garis rusuk 5 ½ Kingdom : Animalia
Jantan sisik. Osteochilus triporus Blkr. Phylum : Chordata
Dibawah garis rusuk 6 ½ sisik. Class : Actinopterygii
Osteochilus vittatus (CV)(Blkr) Ordo : Cypriniformes
Nama Indonesia : Milem, Family : Cryppinidae
Nilem, Ikan Kajang, Palau, Genus : Osteochilus
Penyopa, Mepa, Puyau bemban Spesies : Ostechilus
hasselti
3. Ikan Nilem 822. Dibawah garis rusuk 5 ½ Kingdom : Animalia
Betina sisik. Osteochilus triporus Blkr. Phylum : Chordata
Dibawah garis rusuk 6 ½ sisik. Class : Actinopterygii
Osteochilus vittatus (CV)(Blkr) Ordo : Cypriniformes
Nama Indonesia : Milem, Family : Cryppinidae
Nilem, Ikan Kajang, Palau, Genus : Osteochilus
Penyopa, Mepa, Puyau bemban Spesies : Ostechilus
hasselti
4. Ikan Lele 892. Jarak antara bagian segitiga Kingdom : Animalia
dan tulang pangkal kepala dan Phylum : Chordata
hidung 4 ½ - 5 ½ X jarak antara Class : Pisces
segitiga tersebut dan sirip Ordo : Ostroriophysi
punggung. Panjang ikan hingga Family : Claridae
pangkal sirip ekor 3 ½ - 3/2 X Genus : Clarius
panjang kepala hingga bagian Spesies : Clarias
segitiga. batrachus
Nama Indonesia : Lele, Maut,
Penang, Keli, Kalang, Limbat
5. Ikan Bandeng 1039. Sirip ekor panjang dan Kingdom : Animalia
bercagak keeping sebelah Phylum : Chordata
keatas lebih panjang Class : Pisces
1040. O. 14-16; A. 10-11; P. 6-17; Ordo : Molocopterygii
V. 11-12; sisik garis rusuk 75-80. Family : Chanidae
Chanos chanos (Forsk) Genus : Chanos
Nama Indonesia : Bandeng, Spesies : Chanos
Bandang, Bolu, Muroh, Ikan chanos
agam
6. Ikan Belanak 619. Penampang kepala dengan Kingdom : Animalia
punggung cembung; bibir atas Phylum : Chordata
licin. Sirip dada mencapai Class : Actinopterygii
permulaan sirip punggung Ordo : Mugiliformis
pertama. Permulaan sirip Family : Mugilidae
punggung kedua bertepatan Genus : Crenimugili
dengan permukaan sirip dubur. Spesies : Crenemugil
Sirip dada lebih pendek seheli
daripada kepala. Kepala 1 ¾ - 2
X tinggi batang ekor yang
terendah.
Nama Indonesia : Gadeh,
Belanak, Gorua
7. Ikan Kembung 2494. Panjang 2,8 X tinggi Kingdom : Animalia
panjang kepala sama dengan Phylum : Chordata
tinggi kepala. Rstrelliger Class : Pisces
brachysoma (Blkr) Ordo : Percamopy
Panjang 3,1-3,4 X tinggi panjang Family : Scombridae
kepala sama dengan tingginya. Genus : Rastrelliger
Restrelliger negiectus. Spesies : Rastrelliger
2490. D2 tidak jauh dibelakang faughni
jari-jari keras terakhir yang
sangat kecil dari D1 . Langit-
langit bergigi atau tidak. D1 dan
D2 berjauhan. Langit-langit
tidak bergigi
8. Ikan Banyar 2487. Badan berbentuk serutu. V Kingdom : Animalia
1,5; jari-jari lemah, sirip ekor Phylum : Chordata
bercabang pada pangkalnya; Class : Pisces
sirip kecil dibelakang sirip Ordo : Percamory
punggung dan sirip dubur ada Family : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger
kanagurta
3.2. Pembahasan

3.2.1. Cara Identifikasi Ikan

Ikan sebagai salah satu organisme yang menjadi kajian ekologi, sehingga

harus dijaga kelestariannya. Sebagai langkah awal diperlukan kegiatan

identifikasi terhadap organisme tersebut. Identifikasi adalah menempatkan atau

memberikan identitas suatu individu melalui prosedur deduktif ke dalam suatu

takson dengan menggunakan kunci determinasi. Kunci determinasi adalah

kunci jawaban yang digunakan untuk menetapkan identitas suatu individu.

Kegiatan identifikasi bertujuan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi

yang sangat bervariasi dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Selain itu

untuk mengetahui nama suatu individu atau spesies dengan cara mengamati

beberapa karakter atau ciri morfologi spesies tersebut dengan membandingkan

ciri-ciri yang ada sesuai dengan kunci determinasi (Fitrah et al., 2016). Identifikasi

sampel ikan mengacu pada buku identifikasi dengan mengamati ciri

morfometrik, morfologis, dan meristiknya (Andani et al., 2017). Ciri-ciri

morfologi ikan yang diamati pada saat identifikasi adalah ciri-ciri morfologi ikan

secara umum yaitu: tipe mulut, badan (sirip, sisik, linea lateralis), dan bentuk

ekor dengan menggunakan buku panduan kunci identifikasi dengan

menampilkan gambar spesies yang di amati (Samdani et al., 2021).

Taksonomi adalah metode pengelompokan, penggolongan, atau penamaan

organisme berdasarkan persamaan dan mengidentifikasi ciri-cirinya (Primawati

et al, 2016). Data morfometrik dapat memberikan informasi yang komprehensif

dan tidak ambigu tentang taksonomi ikan (Asiah et al., 2018). Studi morfometrik
ikan ini penting karena akan mempelajari hubungan dan perubahan morfologi

antara spesies ikan yang satu dengan spesies lainnya (Khayra et al., 2016).

Metode ini biasa digunakan dalam studi taksonomi dengan memeriksa

komponen terukur. Ukuran mutlak berbeda untuk setiap spesies ikan. Hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin dan lingkungan

(Febrianti et al., 2022)

3.2.2. Identifikasi Ikan Air Tawar

3.2.2.1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 1. IKan Nila (Oreochromis niloticus)

Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan klasifikasi ikan Nila :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Osteichthyes

Ordo : Perciformes

Family : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus


Hasil klasifikasi yang diperoleh ketika praktikum sesuai dengan referensi

yang diperoleh menurut Arifin (2016). Ikan nila termasuk kedalam Filum

Chordata, Kelas Osteichthyes, Sub klas Teleostei, Ordo Perciformes, Subordo

percoidea, Famili Cichlidae, Genus Oreochromis, dengan Species Oreochromis

Sp (Arifin, 2016).

3.2.2.2. Ikan Nilem Jantan (Ostechilus hasselti)

Gambar 2. Ikan Nilem Jantan (Ostechilus hasselti)

Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan klasifikasi ikan Nilem Jantan :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Family : Cryppinidae

Genus : Osteochilus

Spesies : Ostechilus hasselti

Hasil klasifikasi yang diperoleh ketika praktikum sesuai dengan referensi

yang diperoleh menurut Setyaningrum et al. (2019). Ikan Nilem termasuk kelas

Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, dan famili Cyprinidae. Bentuk tubuh ikan


nilem memanjang dan pipih, terdapat dua pasang sungut peraba pada kedua

sudut mulutnya serta bibir tertutup oleh lipatan kulit. Warna perut kemerahan

dan warna punggung coklat kehijauan. Warna sirip caudal, sirip anal dan sirip

ventral kemerahan (Setyaningrum et al., 2019).

3.2.2.3. Ikan Nilem Betina (Ostechilus hasselti)

Gambar 3. Ikan Nilem Betina (Ostechilus hasselti)

Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan klasifikasi ikan Nilem Betina :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Family : Cryppinidae

Genus : Osteochilus

Spesies : Ostechilus hasselti

Hasil klasifikasi ikan nilem betina sama dengan klasifikasi yang diperoleh

oleh ikan nilem jantan karena merupakan masih satu spesies dan sudah sesuai

dengan referensi yang diperoleh menurut Setyaningrum et al. (2019). Ikan Nilem

termasuk kelas Osteichthyes, Ordo Cypriniformes, dan famili Cyprinidae.


Bentuk tubuh ikan nilem memanjang dan pipih, terdapat dua pasang sungut

peraba pada kedua sudut mulutnya serta bibir tertutup oleh lipatan kulit. Warna

perut kemerahan dan warna punggung coklat kehijauan. Warna sirip caudal,

sirip anal dan sirip ventral kemerahan (Setyaningrum et al., 2019).

3.2.2.4. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Gambar 4. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan klasifikasi ikan Lele :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Ordo : Ostroriophysi

Family : Claridae

Genus : Clarius

Spesies : Clarias batrachus

Hasil klasifikasi yang diperoleh ketika praktikum sesuai dengan referensi

yang diperoleh menurut Manik et al. (2022). Phillum Chordata, kelas Pisces, Sub

Kelas Telestei, Ordo/Bangsa : Ostariophysi, Famili/Suku Claridae,

Genus/Marga Clarias, Species/Jenis Clarias sp (Manik et al., 2022).


3.2.3. Identifikasi Ikan Air Payau

3.2.3.1. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Gambar 5. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan klasifikasi ikan Bandeng :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Ordo : Molocopterygii

Family : Chanidae

Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos

Hasil klasifikasi yang diperoleh ketika praktikum sesuai dengan referensi

yang diperoleh menurut Wijayanti et al. (2016). Bandeng (Chanos chanos sp)

merupakan salah satu jenis ikan air payau yang memiliki rasa yang spesifik dan

telah dikenal di Indonesia bahkan di luar negeri. Ikan ini merupakan satu-

satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae. Produksi Bandeng

hampir dapat dijumpai di seluruh provinsi di Indonesia (Wijayanti et al., 2016).


3.2.3.2. Ikan Belanak (Crenemugil seheli)

Gambar 6. Ikan Belanak (Crenemugil seheli)

Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan klasifikasi ikan Belanak :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Mugiliformis

Family : Mugilidae

Genus : Crenimugili

Spesies : Crenemugil seheli

Hasil klasifikasi yang diperoleh ketika praktikum sesuai dengan referensi

yang diperoleh menurut Sinaga et al. (2022). Klasifikasi ikan belanak

(Crenimugil seheli) Kingdom Animalia, Phylum Chodata, Class Actinopterygii,

Ordo Mugiliformes, Family Mugilidae, Genus Crenimugil, Spesies Crenimugil

seheli (Sinaga et al. 2022)


3.2.4. Identifikasi Ikan Air Laut

3.2.4.1. Ikan Kembung (Rastrelliger faughni)

Gambar 7. Ikan Kembung (Rastrelliger faughni)

Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan klasifikasi ikan Kembung :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Ordo : Percamopy

Family : Scombridae

Genus : Rastrelliger

Spesies : Rastrelliger faughni

Hasil klasifikasi yang diperoleh ketika praktikum sesuai dengan referensi

yang diperoleh menurut Puspitasari (2013) ikan Kembung memiliki nama ilmiah

Rastrelliger Sp. Ikan Kembung merupakan ikan dari kingdom animalia, filum

chordata, kelas pisces, ordo percomorphi, famili scomberidae, genus rastrelliger

(Puspitasari,2013)
3.2.4.2. Ikan Banyar (Rastrelliger kanagurta)

Gambar 8. Ikan Banyar (Rastrelliger kanagurta)

Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan klasifikasi ikan Banyar :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Ordo : Percamory

Family : Scombridae

Genus : Rastrelliger

Spesies : Rastrelliger kanagurta

Hasil klasifikasi yang diperoleh ketika praktikum sesuai dengan referensi

yang diperoleh menurut Sarasati et al. (2016). Hasil klasifikasinya pun mirip

dengan ikan kembung, karena ikan Banyar merupakan ikan kembung jantan.

Ikan Kembung merupakan ikan dari kingdom animalia, filum chordata,kelas

pisces, ordo percomorphi, famili scomberidae, genus rastrelliger (Sarasati et al.,

2016).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah didapatkan

klasifikasi dari masing-ikan air tawar, payau dan laut. Ikan air tawar yang

diidentifikasi adalah ikan nila dengan klasifikasi Kingdom Animalia; Phylum

Chordata ; Class Osteichthyes; Ordo Perciformes; Family Cichlidae; Genus

Oreochromis; Spesies Oreochromis niloticus. Ikan Nilem jantan dan betina dengan

klasifikasi Kingdom Animalia; Phylum Chordata; Class Actinopterygii; Ordo

Cypriniformes; Family Cryppinidae; Genus Osteochilus; Spesies Ostechilus

hasselti. Terakhir ikan air tawar ada ikan lele dengan klasifikasi Kingdom

Animalia; Phylum Chordata; Class Pisces; Ordo Ostroriophysi; Family Claridae;

Genus Clarius; Spesies Clarias batrachus.

Ikan air payau yang diidentifikasi adalah ikan bandeng dengan

klasifikasinya Kingdom Animalia; Phylum Chordata; Class Pisces; Ordo

Molocopterygii; Family Chanidae; Genus Chanos; Spesies Chanos chanos. Ikan

belanak dengan klasifikasinya Kingdom Animalia; Phylum Chordata; Class

Actinopterygii; Ordo Mugiliformis; Family Mugilidae; Genus Crenimugili;

Spesies Crenemugil seheli.

Ikan air laut yang diidentifikasi adalah ikan kembung dengan

klasifikasinya Kingdom Animalia; Phylum Chordata; Class Pisces; Ordo

Percamopy; Family Scombridae; Genus Rastrelliger; Spesies Rastrelliger faughni.

Ikan terakhir yang diidentifkasi adalah ikan banyar dengan klasifikasinya


Kingdom Animalia; Phylum Chordata; Class Pisces; Ordo Percamory; Family

Scombridae; Genus Rastrelliger; Spesies Rastrelliger kanagurta.

4.2. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya adalah agar berhati-hati dalam

melakukan praktikum untuk meminimalisir kesalahan dalam hasilnya


DAFTAR PUSTAKA
Andani, A., Herawati, T., Zahidah., dan Hamdani, H. 2017. Identifikasi dan

Inventarisasi Ikan yang Dapat Beradaptasi di Waduk Jatigede pada Tahap

Inundasi Awal. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 8(2): 28-35

Arifin, M. Y. 2016. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp)

Strain Merah dan Strain Hitam yang Dipelihara pada Media Bersalinitas.

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 16(1): 159-166

Febrianti, D., Harisandy, M. D., Nadhira, C. A., dan Syahputra, M. R. 2022.

Keanekaragaman dan Identifikasi Morfometrik Jenis Ikan Hasil

Tangkapan Nelayan di TPI Kuala Langsa. Jurnal Pendidikan Sains dan

Teknologi, 9(2): 758-766

Fitrah, S. S., Dewiyanti, I., dan Rizwan, T. 2016. Identifikasi Jenis Ikan di Perairan

Laguna Gampoeng Pulot Kecamatan Leupung Aceh Besar. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 1(1): 66-81

Ghazali, T. M., et al. 2020. Identifikasi Jenis Ikan Disepanjang Pesisir Kelurahan

Hajoran Kabupaten Tapanuli Tengah. Jurnal Enggano, 5(3): 439-450

Kurniawan., Asmarita., dan Supratman, O. 2019. Identifikasi Jenis Ikan

(Penamaan Lokal, Nasional dan Ilmiah) Hasil Tangkapan Utama (HTU)

Nelayan dan Klasifikasi Alat Penangkap Ikan di Pulau Bangka Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Sumberdaya Perairan, 13(1): 42-51


Manik, et al. 2022. Sosialisasi Pembenihan Ikan Lele (Clarias sp.) dengan

Menggunakan Pemijahan Semi Buatan di Desa Aras Kabupaten Batu Bara.

Mattawang: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(1): 47-51

Pasaribu, R. H., Eddiwan., dan Putra, R. M. 2020. Identifikasi Jenis Ikan di

Perairan Sungai Umban Sari Kecamatan Rumbai Provinsi Riau. Jurnal

Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik, 1(2): 131-142

Primawati, S. N., Efendi, I., dan Marnita. 2016. Identifikasi Jenis Ikan Hasil

Tangkapan Nelayan di Pantai Jeranjang. Jurnal Pendidikan Mandala, 1(1):

73-78

Puspitasari, A. F. 2013. Identifikasi dan Prevalensi Cacing Ektoparasit pada Ikan

Kembung (Rastrelliger sp) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong,

Lamongan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas

Airlangga, Surabaya.

Samdani, M., Restu, I. W., dan Ekawaty, R. 2021. Inventarisasi Ikan Ekonomis

Penting pada Musim Barat di PPI Kedonganan, Bali. Journal of Marine and

Aquatic Sciences, 7(1): 10-17

Sarasati, W., Boer, M., dan Sulistiono. 2016. Status Stok Rastrelliger spp. Sebagai

Dasar Pengelolaan Perikanan. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada,

18(2): 73-81

Setyaningrum, N., Sastranegara, M. H., Sugiharto., dan Isdianto, F. 2019. Kualitas

Air dan Pertumbuhan Ikan Nilem (Osteochilus vittatus Valenciennes,) pada


Sistem Resirkulasi dengan Media Filtrasi Berbeda. Majalah Ilmiah Biologi

Biosfera : A Scientific Journal, 36(3): 139-146

Sinaga, I., Sihombing, N. S., Sitinjak, L., dan Siregar, T. S. 2022. Identifikasi Jenis

Ikan yang Berasosiasi pada Ekosistem Padang Lamun Pantai Pandaratan

Sarudik Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Terapan

Perikanan dan Kelautan, 4(2): 1-18

Sugara, A., et al. 2022. Identifikasi Keanekaragaman Jenis Ikan Hasil Tangkapan

Nelayan Tapak Paderi Kota Bengkulu. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan,

13(1): 51-62

Wijayanti, I., Romadhon., dan Rianingsih, L. 2016. Karakteristik Hidrolisat

Protein Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dengan Konsentrasi Enzim

Bromelin yang Berbeda. Jurnal Saintek Perikanan, 11(2): 129-133


LAMPIRAN
1. Dokumentasi Ikan

Ikan Bandeng

Ikan Banyar

Ikan Nila

Ikan Lele

Ikan Nilem Jantan


Ikan Nilem Betina

Ikan Belanak

Ikan Kembung

2. Screenshoot jurnal yang dipakai


3. Data Pengamatan

Ikan Banyar
Ikan Belanak

Ikan Nila

Ikan Nilem Jantan


Ikan Nilem Betina

Ikan Lele
Ikan Bandeng

Ikan Kembung
ACARA II
MORFOLOGI IKAN

Oleh:
Muhamad Qoshmal Nurafiq
NIM. L1B022089

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Deskripsi morfologi berperan penting dalam kegiatan identifikasi dan

klasifikasi spesies. Pengenalan struktur ikan tidak lepas dari morfologi ikan yaitu

bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam

mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat

ikan tersebut di perairan (Safitri, 2017). Morfologi ikan merupakan ilmu

pengetahuan mengenai bentuk tubuh dan susunan ikan. Karakter morfologi

meliputi studi morfometrik dan meristik dari ikan. (Putri dan Maduppa, 2020).

Secara umum, morfometrik dapat didefinisikan sebagai teknik untuk

mendeskripsikan bentuk tubuh. Metode tersebut banyak digunakan dalam studi

taksonomi dengan melihat pada komponen yang dapat diukur (yaitu mengukur

panjang atau jarak antara ciri-ciri fisik atau landmark) anatomi ikan seperti

ukuran bagian tubuh dan sirip dan rasio panjang tubuh. Selama sekitar 50 tahun

terakhir, metode morfometrik telah berhasil membedakan antar spesies pada

ikan di seluruh dunia (Asiah et al., 2018). Sedangkan Perhitungan meristik

adalah pengukuran yang menekankan pada bagian-bagian tertentu tubuh ikan.

Karakteristik dari meristik ialah yang berkaitan dengan perhitungan jumlah

bagian dari tubuh ikan mulai dari berapa jumlah sirip ikan (dorsal, dada, perut,

anal dan ekor), jumlah sisik pada ikan (Apriani et al., 2021).

Adanya perbedaan karakteristik morfologi pada setiap spesies dapat

menjadi suatu petunjuk mengenai habitat dan gaya adaptasinya dengan

lingkungan. Karakteristik morfologi merupakan hasil dari ekspresi fenotip yang


dihasilkan oleh suatu gen, sehingga analisis morfometrik juga dapat digunakan

untuk mengukur efek genetik terhadap suatu spesies (Akmal et al., 2018). Faktor

ekologis juga berperan dalam memengaruhi variasi morfologi tubuh dalam

kelompok ikan, termasuk suhu, salinitas, oksigen terlarut, kedalaman air,

kecepatan aliran. Ini termasuk toleransi spesies yang berhasil terhadap faktor

fisik-kimia dari badan air dengan mengembangkan kemampuan untuk

menempati area yang memiliki beragam kondisi hidrologi (Isti’anah dan

Maulana, 2020).

1.2. Tujuan

Mengenal bentuk, bagian, ciri-ciri tubuh luar ikan sehingga diharapkan

mahasiswa dapat membuat diskripsi tentang jenis ikan tertentu.


II. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu baki parafn, pensil dan

buku gambar. Sedangkan bahan yang dibutuhkan air tawar (ikan Nilem, ikan

Nila, ikan Lele), air payau (ikan Bandeng dan ikan Belanak) dan air laut (ikan

Kembung dan ikan Banyar).

2.2. Metode

1. Ikan yang telah mati (diawet dengan formalin atau dirusak saraf pusatnya)

diletakkan pada baki bedah dengan posisi, kepala di sebelah kiri dan punggung

di atas.

2. Sirip-sirip ikan dibuat dalam posisi meregang yaitu diregangkan dengan

bantuan jarum penusuk.

3. Gambarkan ikan yang telah disiapkan tadi dan agar gambar yang dibuat mirip

dengan keadaan aslinya, buatlah sketsa terlebih dahulu.

4. Dalam membuat sketsa ukurlah bagian tubuh ikan kemudian

perbesar/perkecil ukuran tersebut sesuai yang diinginkan.

5. Setelah sketsa terbentuk periksa posisi bagian tubuh ikan, misal letak sirip,

mata dan sebagainya apakah sudah benar

6. Gambar ikan dengan garis yang tegas bukan arsiran

7. Setelah gambar selesai berilah nama daerah dan nama ilmiah gambar

tersebut.
8. Berilah keterangan di bawah gambar tentang : - bentuk tubuh, bentuk mulut,

letak sungut, posisi sirip perut terhadap sirip dada, bentuk-bentuk sirip ekor,

dan ciri-ciri khusus pada ikan (apabila ada).

2.3. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 13 Mei 2023 pukul 07.00

WIB sampai dengan selesai. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Basah

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 1. Hasil pengamatan morfologi ikan air tawar

Parameter
Nama Ikan Bentuk Bentuk Bentuk Ekor Letak Sirip Perut
Letak Mulut
Tubuh Mulut Sirip terhadap Dada
Ikan Nila Compressed Dapat Terminal Truncate Thoracic
disembulkan
Ikan Nilem Compressed Dapat Terminal Forked Abdominal
Betina disembulkan
Ikan Nilem Compressed Dapat Terminal Forked Abdominal
Jantan disembulkan
Ikan Lele Depressed Tidak dapat Interior Rounded Abdominal
Compressed disembulkan
Fusiform

Tabel 2. Hasil pengamatan morfologi ikan air payau

Parameter
Nama Ikan Bentuk Bentuk Bentuk Ekor Letak Sirip Perut
Letak Mulut
Tubuh Mulut Sirip terhadap Dada
Ikan Fusiform Dapat Terminal Forked Abdominal
Bandeng disembulkan
Ikan Compressed Dapat Terminal Homocercal Abdominal
Belanak disembulkan

Tabel 3. Hasil pengamatan morfologi ikan air laut

Parameter
Nama Ikan Bentuk Bentuk Bentuk Ekor Letak Sirip Perut
Letak Mulut
Tubuh Mulut Sirip terhadap Dada
Ikan Compressed Dapat Terminal Forked Abdominal
Kembung disembulkan
Ikan Banyar Fusiform Dapat Inferior Forked Abdominal
disembulkan
3.2. Pembahasan

3.2.1. Cara Pengamatan Morfologi Ikan

Karakterisasi spesies ikan dapat dilakukan melalui pengukuran morfologi

(morfometrik dan meristik) sebagai bentuk interaksinya dengan lingkungan. Ciri

morfologis merupakan ciri yang paling umum digunakan pada proses

identifikasi di antara ciri-ciri taksonomik lainnya termasuk untuk membedakan

ikan jantan dan betina. Bentuk luar jenis ikan seringkali mengalami perubahan

sejak ikan menetas hingga menjadi dewasa. Perubahan bentuk ini ada yang

sangat mencolok dan ada pula yang tidak, bergantung spesiesnya. Bentuk tubuh

ikan ada hubungannya dengan tempat dan cara hidup ikan (Suryaningsih et al.,

2019).

Identifikasi spesies bisa dilakukan dengan metode morfologi dan

molekuler. Salah satu teknik yang kerap dijadikan acuan dalam identifikasi

morfologi ikan adalah morfometrik. Morfometrik merupakan teknik dalam

identifikasi ikan dengan melakukan perhitungan bentuk tubuh secara umum

yang bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman subyek. Morfometrik

merupakan salah satu cara untuk mengetahui keanekaragaman suatu spesies

dengan melakukan pengujian terhadap karakter morfologi secara umum.

Informasi morfometrik sangat berguna untuk mengkaji variasi bentuk akibat

adanya perbedaan geografis (Fadhil et al., 2016). Selain itu, informasi

morfometrik sering juga digunakan dalam taksonomi dan mendeskripsikan ikan

Landmark perhitungan morfometrik merupakan hasil ekspresi genotip suatu

spesies yang diamati. Identifikasi molekuler identik dengan pengaplikasian


DNA barcoding, yaitu teknik identifikasi yang mengacu pada susunan basa

nukleotida yang dimiliki suatu spesies (Putri dan Maduppa, 2020).

3.2.2. Morfologi Ikan Air Tawar

3.2.2.1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 1. Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nilai memiliki morfologi sebagai berikut, bentuk tubuhnya bertipe

compressed, bentuk mulut dapat disembulkan, letak mulutnya adalah terminal,

bentuk sirip ekor adalah truncate dan bentuk sisiknya adalah stenoid

Morfologi ikan nila yaitu memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah

vertikal dengan profil empat persegi panjang ke arah posterior. Posisi mulut

terletak di ujung hidung (terminal) dan dapat disembuhkan. Pada sirip ekor

tampak jelas garis-garis vertikal dan pada sirip punggungnya garis tersebut

kelihatan condong letaknya. Ciri khas ikan nila adalah garis-garis vertikal

berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip caudal

(ekor) dengan bentuk membuat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan

sebagai indikasi kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak kehitaman.

Sisik ikan nila adalah tipe stenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal

yang keras, begitu pun bagian analnya (Mutia dan Razak, 2018). Sudah sesuai

dengan referensi.
3.2.2.2. Ikan Nilem Jantan (Osteochillus hasselti)

Gambar 2. Morfologi Ikan Nilem Jantan (Osteochillus hasselti)

Morfologi dari ikan nilem jantan yaitu bentuk tubuhnya compressed,

bentuk mulutnya dapat disembulkan, letak mulutnya bertipe terminal, bentuk

sirip ekornya forked, dan sisiknya berupa stenoid.

Bentuk tubuh ikan nilem memanjang dan pipih, terdapat dua pasang

sungut peraba pada kedua sudut mulutnya serta bibir tertutup oleh lipatan kulit.

Warna perut kemerahan dan warna punggung coklat kehijauan. Warna sirip

caudal, sirip anal dan sirip ventral kemerahan (Setyaningrum et al. 2019).

Hasilnya susah sesuai dengan referensi

3.2.2.3. Ikan Nilem Betina (Osteochillus hasselti)

Gambar 3. Morfologi Ikan Nilem Betina (Osteochillus hasselti)

Morfologi pada ikan nilem betina hampir sama dengan ikan nilem jantan

yaitu bentuk tubuhnya compressed, bentuk mulutnya dapat disembulkan, letak

mulutnya bertipe terminal, bentuk sirip ekornya forked, dan sisiknya berupa

stenoid.
Bentuk tubuh ikan nilem memanjang dan pipih, terdapat dua pasang

sungut peraba pada kedua sudut mulutnya serta bibir tertutup oleh lipatan kulit.

Warna perut kemerahan dan warna punggung coklat kehijauan. Warna sirip

caudal, sirip anal dan sirip ventral kemerahan (Setyaningrum et al. 2019).

Hasilnya susah sesuai dengan referens karena masih dalam satu spesies hanya

berbeda jenis kelamin.

3.2.2.4. Ikan Lele (Clarius brathacus)

Gambar 4. Morfologi Ikan Lele (Clarius brathacus)

Morfologi yang dapat diidentifikasi dari ikan lele adalah memiliki bentuk

tubuh terdiri dari depressed; compressed; dan fusiform, bentuk mulutnya tidak

dapat disembulkan, letak mulut interior, bentuk sirip ekornya rounded dan ciri

khusus dari lele yaitu memiliki sungut.

Secara morfologi, bentuk tubuh lele memanjang, berlendir dan tidak

bersisik, agak bulat pada bagian tengahnya, dan bagian belakang berbentuk

pipih. Kepala lele pipih dengan memiliki panjang yang hampir mencapai

seperempat panjang tubuhnya. Sekitar mulut terdapat empat pasang sungut

peraba yang berfungsi sebagai alat peraba saat mencari makan atau saat

bergerak. Dekat sungut terdapat pula alat olfaktori yang berfungsi untuk

perabaan dan penciuman serta penglihatan lele yang kurang berfungsi dengan

baik (Saputri dan Razak, 2018). Hasil sudah sesuai dengan referensi
3.2.3. Morfologi Ikan Air Payau

3.2.3.1. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Gambar 5. Morfologi Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Morfologi dari ikan bandeng adalah bentuk tubuhnya fusiform, bentuk

mulutnya dapat disembulkan, letak mulutnya terminal, bentuk sirip ekor forked,

dan bentuk sisiknya cycloid, serta letak sirip perut terhadap dadanya abdominal

Ikan bandeng dapat dibedakan dengan khas yang ada pada tubuhnya

yaitu bentuknya memanjang, ramping, padat dan pipih. Ikan ini mempunyai

sirip dada berbentuk seperti lilin dengan bentuk segitiga yang posisinya di

belakang insang dan dekat dengan perut ikan. Sirip yang terdapat di punggung

ikan bandeng memiliki lapisan, letak dari sirip punggung ada di belakang tutup

insang dan tersusun oleh tulang sebanyak 14 batang. Sirip punggung berfungsi

mengendalikan pergerakan ikan bandeng saat berenang di lingkungan perairan

(Larasati dan Budijastuti, 2022). Hasil pengamatan sudah sesuai dengan

referensi.
3.2.3.2. Ikan Belanak (Crenemugil seheli)

Gambar 6. Morfologi Ikan Belanak (Crenemugil seheli)

Morfologi dari ikan belanak dimulai dari bentuk tubuhnya yaitu

compressed, bentuk mulutnya dapat disembulkan, letak mulutnya terminal,

bentuk sirip ekor dari ikan belanak yaitu homocercal serta sisiknya yang

berbentuk stenoid.

Berdasarkan referensi dari Febriani et al. (2019) didapatkan bahwa ikan

belanak memiliki letak mulut terminal. Memiliki bentuk tubuh compressed dan

tipe sisik stenoid. Selain itu ikan belanak juga memiliki keunikan pada bibir

bagian atas lebih tebal daripada bagian bawah. Karakter morfologi juga dapat

mengidentifikasi jenis kelamin ikan belanak (Febriani et al., 2019).

3.2.4. Morfologi Ikan Air Laut

3.2.4.1. Ikan Kembung (Restrelliger faughni)

Gambar 7. Morfologi Ikan Kembung (Restrelliger faughni)

Morfologi dari ikan kembung yaitu bentuk tubuhnya compressed, bentuk

mulutnya dapat disembulkan, letak mulut dari ikan kembung adalah terminal,

bentuk sirip ekornya forked dan sisiknya bertipe stenoid.


Morfologi ikan kembung terdiri dari sirip dorsal (total): 8 – 11; sirip dorsal

lunak (total): 12 – 12; tidak ada duri anal, sirip anal lunak: 12. Kepala lebih

panjang dari tinggi tubuh. Maxilla sebagian tidak nampak ditutupi dengan

tulang lachrymal tetapi memanjang hingga batas belakang mata. Bristles pada

gill raker terpanjang adalah 105 untuk ukuran panjang fork lngth 12.7 cm, 140

pada 16 cm, dan 160 pada 19 cm. Terdapat titik hitam pada bagian bawah dekat

pectoral fin. Terdapat gelembung renang (Heriyanto et al., 2020). Hasil sudah

sesuai dengan referensi.

3.2.4.2. Ikan Banyar (Restrelliger kanagurta)

Gambar 8. Morfologi Ikan Banyar (Restrelliger kanagurta)

Morfologi dari ikan ini adalah bentuk tubuhnya fusiform, bentuk mulut

dapat disembulkan, letak mulutnya inferior, bentuk sirip ekornya forked dan

memiliki sisik stenoid.

Ikan kembung memiliki karakteristik badan lonjong dan pipih. Ikan

kembung jantan memiliki genus yang sama dengan ikan kembung bentina. Ciri

yang membedakannya adalah adanya satu bintik atau totol hitam dekat sirip

dada pada ikan kembung jantan (Susanti et al. 2019).


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum morfologi ikan adalah bentuk tubuh ikan yang

teridentifikasi ada tiga macam yaitu compressed, fusiform, dan depressed.

Bagian-bagian tubuh ikan meliputi caput (kepala), truncus (badan), dan cauda

(ekor). Ciri-ciri tubuh luar ikan ada yang bersisik dan juga ada yang berlendir

pada tubuhnya.

4.2. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya adalah agar berhati-hati dalam

melakukan praktikum untuk meminimalisir kesalahan dalam hasilnya


DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Y., Saifuddin, F., dan Zulfahmi, I. 2018. Karakteristik Morfometrik dan

Studi Osteologi Ikan Keureling. Prosiding Seminar Nasional Biotik, 6(1): 579-

587

Apriani., et al. 2021. Analisis Morfometrik dan Meristik Ikan Genus Oreochromis

sp. Prosiding SEMNAS BIO, 1(1): 412-422

Fadhil, R., Muchlisin, Z. A., dan Sari, W. 2016. Hubungan Panjang – Berat dan

Morfometrik Ikan Julung-Julung (Zenarchopterus dispar) dari Perairan

Pantai Utara Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah,

1(1): 146-159

Febriani, M. D., Bhagawati, D., dan Suryaningsih, S. 2019. Karakteristik

Morfologi Ikan Belanak dari TPI Tegal Kamulyan, Cilacap Jawa Tengah.

BioEksakta: Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed, 1(2): 144-150

Heriyanto, T., Limbong, I., dan Ariani, F. 2020. Studi Morfometrik Ikan Kembung

Perempuan (Rastrelliger Brachysoma) dari Hasil Tangkapan Nelayan di

Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah. Jurnal TECHNO-

FIS, 4(2): 72-84

Isti’anah, I., dan Maulana, R. 2020. Karakterisasi Morfologis Ikan Tongkol Komo

(Euthynnus affinis) yang Didaratkan di Pasar Ikan Kabupaten Maluku

Tenggara dan Kota Tual. Prosiding Seminar Nasional Biotik, 8(1): 287-292
Larasati, M. C. P., dan Budijastuti, W. 2022. Morfometri dan Meristik Ikan

Bandeng di Pertambakan Sekitar Mangrove Wonorejo Surabaya.

LenteraBio, 11(3): 473-492

Mutia, A., dan Razak, A. 2018. Effect of Giving Fermented Liquid Areca Cathecu

L. And Surian Leaves (Toona sinensis ROXB.) On Tilapia Wounds

(Oreochromis Niloticus L.). BIO SAINS, 1(1): 41-50

NurAsiah., Junianto., Yustiati, A., dan Sukendi. 2018. Morfometrik dan Meristik

Ikan Kelabau (Osteochilus melanopleurus) dari Sungai Kampar, Provinsi

Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 23(1): 47-56

Putri, A., dan Madduppa, H. 2020. Perbandingan Hasil Metode Identifikasi

Spesies : Morfologi dan Molekuler pada Ikan Julung-Julung di TPI

(Tempat Pelelangan Ikan) Muara Angke, DKI Jakarta. Jurnal Kelautan,

13(3): 168-175

Safitri, R. 2017. Deskripsi Morfologi Ikan yang Tertangkap di Aliran Sungai

Percut. Jurnal Nukleus, 3(1): 17-24

Saputri, W., dan Razak, A. 2018. The Effect of Giving Fermentation Flows of

Pinang Leaf (Areca Cathecu L.) and Surian Leaves (Toona sinensis ROXB.)

to Lele Fish Paint (Clarias gariepinus Var.). BIO SAINS, 1(1): 31-40

Setyaningrum, N., Sastranegara, M. H., Sugiharto., dan Isdianto, F. 2019. Kualitas

Air dan Pertumbuhan Ikan Nilem (Osteochilus vittatus Valenciennes,) Pada

Sistem Resirkulasi dengan Media Filtrasi Berbeda. Majalah Ilmiah Biologi

Biosfera : A Scientific Journal, 36(3): 139-146


Suryaningsih, S., Sukmaningrum, S., Amurwanto, A., dan Rahmawati, A. 2019.

Karakter Morfologi Dan Meristik Pada Spesies Ikan Beliak Mata

(Opisthopterus tardoore) Familia Pristigasteridae. Prosiding Fahutan, 1(1): 45-

57

Susanti, E., Setyanto, A., Setyohadi, D., dan Jatmiko, I. 2019. Studi Aspek

Reproduksi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta, Cuvier 1817)

pada Musim Peralihan di Selat Madura. BAWAL, 11(1): 45-58


LAMPIRAN
1. Dokumentasi Ikan

Ikan Bandeng

Ikan Banyar

Ikan Nila

Ikan Lele

Ikan Nilem Jantan


Ikan Nilem Betina

Ikan Kembung

Ikan Belanak

2. Screenshoot jurnal yang dipakai


3. Data pengamatan
ACARA III
SISTEM PENCERNAAN PADA IKAN

Oleh:
Muhamad Qoshmal Nurafiq
NIM. L1B022089

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Alat pencernaan merupakan salah satu organ tubuh yang penting untuk

berlangsungnya proses kehidupan hewan. Alat pencernaan berfungsi

menampung, mencerna dan menyerap makanan dan struktur alat pencernaan

ini berkaitan dengan perilaku makan dan jenis pakan yang biasa dimakannya.

Ikan memiliki variasi morfologi alat percernaan yang berbeda-beda. Perbedaan

variasi disebabkan karena ikan memiliki perilaku makan, jenis pakan dan habitat

yang berbeda-beda pula (Haraningtias et al., 2018). Saluran pencernaan ikan

sangat berkaitan dengan penyerapan nutrisi didalam tubuh ikan, kinerja usus

yang baik dapat menyebabkan penyerapan pakan menjadi lebih optimal. Salah

satu organ yang berfungsi dalam proses pencernaan dan penyerapan nutrisi

yang paling bagus terdapat pada usus, usus yang memiliki tinggi vili, lebar vili

dan jumlah vili yang banyak dapat meningkatkan penyerapan nutrisi masuk

kedalam aliran darah (Risna et al., 2020).

Secara umum alat pencernaan pada ikan terdiri atas saluran pencernaan dan

kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan ikan berturut-turut di mulai dari

mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus, dan anus. Struktur

histologi esofagus, lambung, dan usus ikan secara umum tersusun atas empat

lapisan utama yaitu mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa. Lapisan

mukosa terdiri dari lamina epitelia, lamina propria, dan muskularis mukosa.

Lapisan submukosa terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur, pembuluh

darah, limfe dan saraf. Lapisan muskularis tersusun atas otot memanjang
(longitudinal) dan melingkar (sirkuler). Lapisan serosa terdiri dari jaringan ikat

longgar, pembuluh darah dan sel adiposa (Nafis et al., 2017). Dalam proses

pencernaan, makanan yang dicerna dipecah menjadi molekul-molekul yang

lebih sederhana sehingga mudah diserap melalui dinding usus dan masuk ke

dalam aliran darah. Pencernaan merupakan proses yang berlangsung terus

menerus. Kemampuan ikan untuk mencerna bahan pakan dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu, sifat kimia air, suhu air, jenis pakan, ukuran, umur ikan,

kandungan gizi pakan, frekuensi pemberian pakan, sifat fisika dan kimia pakan

serta jumlah dan macam enzim pencernaan yang terdapat dalam saluran

pencernaan pakan. Kemampuan ikan dalam mencerna makanan sangat

bergantung pada kelengkapan organ pencernaan dan ketersediaan enzim

pencernaan (Zidni et al., 2018).

Ikan herbivora mempunyai saluran pencernaan yang lebih panjang

dibandingkan jenis omnivora dan karnívora sebab jenis makanan seperti

tumbuh-tumbuhan lebih susah hancur sehingga memerlukan waktu yang lebih

lama untuk mencernanya. Pada ikan vegetaris (herbivora) saluran pencernaan

dapat tiga kali panjang tubuhnya. Dari pengamatan panjang usus ikan motan,

panjang saluran pencernaannya bahkan mencapai 5,9 kali panjang tubuh ikan

tersebut (Koniyo dan Juliana, 2018). Perbedaan habitat dan jenis makanan yang

dikonsumsi menyebabkan terjadinya variasi atau modifikasi struktur

intestinum, yaitu cara perluasan pencernaan dan penyerapan makanan. Anggota

Subkelas Elasmobranchii memiliki cara perluasan pencernaan dan penyerapan

makanan dengan pembentukan lipatan internal intestinum. Lipatan tersebut


disebut valvula intestinalis, ada yang berbentuk gulungan kertas dan ada pula

yang berbentuk spiral (Kusrini, 2020).

1.2. Tujuan

Mengenal bagian-bagian dari alat pencernaan makanan dari beberapa jenis

ikan yang termasuk dalam kelompok herbivora, carnivora dan omnivora.


II. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

Alat yang digunakan adalah gunting bedah, pinset, baki plastik, kertas

milimeter blok/penggaris dan buku gambar. Sedangkan bahan yang digunakan

adalah beberapa spesies ikan yang mewakili kelompok herbivora, carnivora dan

omnivora.

2.2. Metode

1. Pada bagian anus ditusukkan bagian yang runcing dari gunting bedah bentuk

lubang kecil kemudian dengan bagian tumpul gunting bedah gunting kearah

rongga perut bagian atas. Pengguntingan dilakukan dengan hati-hati supaya

organ-organ dalam tidak ikut tertusuk.

2. Setelah gunting mencapai ujung terdepan rongga perut bagian atas ( belakang

kepala) kemudian gunting diarahkan ke bagian bawah hingga ke dasar perut.

Buka daging yang telah tergunting sehingga organ tubuh bagian dalam terlihat

dan alat pencernaan dapat dikeluarkan dari tubuh.

3. Untuk melihat alat pencernaan dari mulai pharinx sampai ke anus, gunting

bagian bawah kepala hingga terbelah dua. Sehingga alat pencernaan bagian

depan dapat terlihat dan gunting bagian rectum yang menempel pada otot

bagian anus sehingga semua bagian pencernaan dapat dilepas.

4. Gambar organ-organ yang berhubungan dengan sistem pencernaan dan beri

nama organ-organnya.
5. Untuk melihat apakah spesimen ikan termasuk dalam kelompok herbivora,

carnivora atau omnivora, ambillah lambung sampai dengan usus kemudian

ukurlah panjang usus sampai dengan lambung, kemudian bandingkan dengan

panjang total tubuh specimen. Simpulkan apakah specimen yang diamati

termasuk dalam kelompok herbovora, carnivora atau omnivora.

2.3. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 13 Mei 2023 pukul 07.00

WIB sampai dengan selesai. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Basah

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 1. Hasil pengamatan spesialisasi sistem pencernaan ikan

Panjang
Panjang Spesialisasi
Total
No. Nama Ikan Total RLG (cm) Sistem
Tubuh
Usus (cm) Pencernaan
(cm)
1 Ikan Nila 18,3 85 4,64 Herbivora
2 Ikan Lele 21,5 12,8 0,59 Karnivora
3 Ikan Nilem 15,7 98 6,24 Herbivora
Jantan
4 Ikan Nilem 15,9 92,5 5,81 Herbivora
Betina

Tabel 2. Hasil pengamatan spesialisasi sistem pencernaan ikan

Nama Urutan Organ Sistem Pencernaan


No.
Ikan 1 2 3 4 5 6
1 Ikan Nila Rongga Faring Esofagus Lambung Usus Anus
Mulut
2 Ikan Lele Rongga Faring Esofagus Lambung Usus Anus
Mulut
3 Ikan Rongga Faring Esofagus Lambung Usus Anus
Nilem Mulut
Jantan
4 Ikan Rongga Faring Esofagus Lambung Usus Anus
Nilem Mulut
Betina

3.2. Pembahasan

3.2.1. Cara Pengamatan Sistem Pencernaan Ikan

Sistem organ yang disebut sistem pencernaan (digestive system) meliputi

saluran pencernaan dan organ-organ lain yang membantu proses pemecahan

dan penyerapan makanan. Makanan yang dikonsumsi oleh ikan akan

mengalami proses pencernaan di dalam sistem pencernaan sebelum nutrisi

makanan dimanfaatkan untuk keperluan biologis ikan. Proses pencernaan dalam


sistem pencernaan akan melibatkan peran enzim-enzim pencernaan. Laju

pencernaan makanan umumnya berkolerasi dengan laju metabolisme ikan.

Tingkat metabolisme ikan akan meningkat ketika suhu air berada pada keadaan

optimal. Percepatan metabolisme ikan ini harus diimbangi dengan makanan

yang diperoleh dari lingkungan. Peningkatan laju metabolisme ikan yang

dipengaruhi oleh peningkatan suhu media pada batas tertentu juga dapat

meningkatkan laju konsumsi makanan sehingga mempercepat pertumbuhan

ikan (Nurhaida et al., 2022).

Ikan akan mengambil pakan dengan mulut dan memakannya, selanjutnya

masuk ke dalam sistem pencernaan dan dicerna menjadi molekul-molekul

sederhana yang mampu diserap oleh tubuh. Pakan diserap oleh dinding usus

dan masuk ke dalam sistem peredaran darah. Sisa pakan yang tidak dapat

diserap akan dikeluarkan kembali dari tubuh dalam bentuk feses. Dengan

demikian, kemampuan penyerapan pakan oleh ikan bergantung pada

kemampuan cerna pakan oleh ikan itu sendiri. Semakin baik kemampuan cerna

ikan maka akan semakin sedikit sisa makanan yang dibuangnya (feses). Sistem

pencernaan terbagi atas tiga jenis, yaitu pencernaan mekanik, pencernaan

kimiawi, dan pencernaan biologis. Kebanyakan spesies ikan budidaya tidak

memiliki gigi sehingga pencernaan mekanik di rongga mulut tidak terjadi. Ikan

juga tidak memiliki rumen seperti ruminansia sebagai tempat berkembangnya

bakteri sebagai pencerna biologis. Sehingga salah satu faktor yang paling

mempengaruhi kemampuan cernanya adalah aktivitas enzim sebagai

pencernaan kimiawi (Rahmatia, 2016).


3.2.2. Sistem Pencernaan Ikan

3.2.2.1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 1. Sistem Pencernaan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Urutan sistem pencernaan dari ikan nila secara berurutan adalah rongga

mulut, faring, esofagus, lambung, usus, dan juga anus. Ikan nila yang

diidentifikasi memiliki panjang tubuh 18,3 cm dan panjang ususnya 85 cm. Hasil

praktikum sesuai dengan referensi yang diperoleh yaitu sistem pencernaan pada

ikan nila melalui proses sebagai berikut : dari mulai anggota mulut,

esofagus/kerongkongan, lambung, usus dan terakhir anus. Proses

penyederhanaan pada ikan nila melalui cara fisik dan kimia, sehingga menjadi

sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus kemudian diedarkan

keseluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah. Organ-organnya adalah

rongga mulut→ faring→ esophagus→ lambung→ usus halus→usus

besar→rektum dan berakhir di anus (Rahmatia, 2016).

Ikan nila termasuk kedalam kelompok ikan herbivora karena berdasarkan

perhitungan nilai RLG yang dihitung dari panjang usus dibagi panjang total ikan

didapatkan nilai RLG sebesar 4,64, nilai tersebut termasuk kedalam kelompok

ikan herbivora. Hasil praktikum sesuai dengan referensi yaitu ikan nila termasuk

dalam ikan herbivora. Kelimpahan fitoplankton merupakan makanan alami bagi


ikan nila. Ikan nila termasuk ikan herbivora yang memiliki panjang usus dua

belas kali panjang tubuh ikan tersebut (Setiawati dan Pangaribuan, 2017).

Ikan herbivora saluran pencernaannya beberapa kali panjang tubuhnya

dapat mencapai lima kali panjang tubuhnya, sedangkan panjang usus ikan

karnivora lebih pendek dari panjang total badannya dan panjang usus ikan

omnivora hanya sedikit lebih panjang dari total badannya. Panjang usus relatif

untuk ikan karnivora adalah 1, untuk ikan omnivora yaitu antara 1-3, sedangkan

untuk ikan herbivora adalah > 3 (Zuliani et al., 2016).

3.2.2.2. Ikan Lele (Clarius brathacus)

Gambar 2. Sistem Pencernaan Ikan Lele (Clarius brathacus)

Ikan lele yang diidentifikasi memiliki panjang tubuh sepanjang 21,5 cm

dan panjang ususnya 12,8 cm. Urutan sistem pencernaan ikan lele yaitu rongga

mulut, faring, esofagus, lambung, usus, dan berakhir di anus. Hasil praktikum

sesuai dengan referensi yang diperoleh yaitu sistem pencernaan ikanlele seperti

kebanyakan ikan lainnya memiliki saluran pencernaan yang terdiri dari mulut,

rongga mulut, esofagus, lambung, usus, dan dubur (Erian et al., 2018).
Gambar 3. Usus Ikan Lele (Clarius brathacus)

Berdasarkan hasil pengukuran RLG yang dihitung dari panjang usus

dibagi panjang total ikan, didapatkan nilai RLG ikan lele sebesar 0,59 cm. Hal

tersebut mengakibatkan ikan lele menjadi ikan karnivora karena memiliki nilai

RLG relatif 1. Hasil praktikum sesuai dengan referensi yaitu usus yang dimiliki

ikan Lele lebih pendek dari panjang badannya. Hal ini merupakan ciri khas jenis

ikan karnivora. Sementara itu, lambungnya relatif besar dan panjang. Selain itu

lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam(bottom feeder).

Berdasarkan jenis pakannya, lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat

karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, lele makan cacing, siput air,

belatung, laron, jentik-jentik serangga, kutu air, dan larva serangga air. Tidak

seperti ikan herbivora yang memiliki usus yang panjang, ikan lele memiliki usus

yang pendek, sehingga makanan yang masuk akan diserap dalam waktu yang

singkat dan akan segera keluar kembali (Randi, 2014).

Apabila panjang usus relative memiliki nilai 1 maka ikan tergolong ikan

karnivora, nilai antara 1-3 maka ikan tergolong ikan omnivora, sedangkan nilai

diatas 3 maka ikan tergolong ikan herbivora (Reva et al., 2019).


3.2.2.3. Ikan Nilem Jantan (Osteochillus hasselti)

Gambar 4. Sistem Pencernaan Ikan Nilem Jantan (Osteochillus hasselti)

Panjang tubuh ikan nilem jantan yang diukur adalah 15,7 cm sedangkan

panjang ususnya adalah 98 cm. Sistem pencernaan ikan nilem secara berurutan

yaitu rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus, dan berakhir di anus. Hasil

praktikum sudah sesuai dengan referensi sistem pencernaan pada ikan nilem

dimulai di usus bagian depan bukan di bagian rongga mulut, sebab ikan nilem

tidak memiliki kelenjar air liur yang dapat menghasilkan enzim saliva. Proses

pencernaan dalam sistem pencernaan ikan nilem berlangsung secara biologis

yang melibatkan peran enzim sebagai katalisator yang mampu mempercepat

proses pencernaan (Al Gadri et al., 2014).

Gambar 5. Usus Ikan Nilem Jantan (Osteochillus hasselti)

Hasil perhitungan RLG ikan nilem jantan didapatkan sebesar 6,24 cm.

Berdasarkan nilai RLG, ikan nilem termasuk kedalam kelompok hewan

herbivora karena memiliki nilai RLG lebih dari 3. Panjang saluran pencernaan

untuk ikan karnivora adalah 0,5-2,4 kali panjang tubuhnya, ikan omnivora 0,8-5
kali panjang tubuhnya dan ikan herbivora memiliki panjang saluran pencernaan

antara 2-21 kali panjang tubuhnya. Hal tersebut terjadi karena kadar serat yang

terkandung dalam makanan ikan herbivora tinggi sehingga memerlukan proses

pencernaan makanan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan karnivora

(Ardianto et al., 2019).

Selain usus, lambung juga dapat menentukan jenis ikan apakah herbivora,

karnivora, ataupun omnivora. Lambung ikan karnivora berbentuk memanjang

atau lambung sebenarnya, dengan rasio panjang usus dan panjang tubuh lebih

pendek atau sama panjang seperti ikan betutu. Lambung ikan omnivora

berbentuk sifon, dengan rasio panjang usus ikan dan panjang tubuh 1-1,5 kali

lebih besar. Lambung ikan herbivora memiliki lambung yang semu yang

memanjang seperti usus. Rasio panjang usus dan panjang tubuhnya beberapa

kali lipat lebih panjang sehingga posisi usus ini dalam rongga perut menjadi

melingkar-lingkar (Puspasari et al., 2020).

3.2.2.4. Ikan Nilem Betina (Osteochillus hasselti)

Gambar 6. Sistem Pencernaan Ikan Nilem Betina (Osteochillus hasselti)

Dari hasil praktikum didapatkan panjang total ikan nilem betina sepanjang

15,9 cm dan panjang usus 92,5 cm. Sistem pencernaan ikan nilem yang diamati

secara berurutan adalah rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus, dan

berakhir di anus. Hasil praktikum sudah sesuai dengan referensi, karena ikannya
sama dan hanya berbeda jenis kelaminnya saja maka untuk sistem pencernaan

sama dengan sistem pencernaan ikan nilem jantan. Bagian mulut, rongga mulut,

tenggorokan, kerongkongan, lambung, pilorus, usus, rektum, dan anus

merupakan bagian utama saluran pencernaan ikan. Sedangkan, pankreas, hati,

dan kantung empedu termasuk kelenjar pencernaan (Nurhaida, 2022).

Gambar 7. Usus Ikan Nilem Betina (Osteochillus hasselti)

Hasil perhitungan RLG ikan nilem betina didapatkan sebesar 5,81 cm yang

mengakibatkan ikan nilem termasuk kedalam kelompok ikan herbivora. Rasio

antara panjang usus dan panjang total (RLG) diperkirakan untuk membagi

panjang usus dengan panjang total dari tubuh. Pengukuran rasio panjang usus

terhadap panjang total tubuh ikan dilakukan untuk menentukan ikan termasuk

pada golongan ikan herbivora, ikan karnivora atau ikan omnivora. Jika jumlah

RLG kurang dari 1, ikan akan karnivora (pemakan daging) dan jika lebih dari 1,

cenderung herbivora dan ukuran menengah menunjukkan untuk menjadi

omnivora (Nasution et al., 2018).

Ikan herbivora saluran pencernaannya beberapa kali panjang tubuhnya

dapat mencapai lima kali panjang tubuhnya, sedangkan panjang usus ikan

karnivora lebih pendek dari panjang total badannya dan panjang usus ikan

omnivora hanya sedikit lebih panjang dari total badannya. Panjang usus relatif
untuk ikan karnivora adalah 1, untuk ikan omnivora yaitu antara 1-3, sedangkan

untuk ikan herbivora adalah > 3 (Astriana et al., 2021).


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari paktikum ini acara tiga adalah bahwa ikan bisa dibedakan

menjadi tiga kelompok berdasarkan makanannya yaitu herbivora, karnivora,

dan juga omnivora. Ikan yang sudah diidentifikasi dari praktikum masuk

kedalam kelompok herbivora dan karnivora, ikan tersebut antara lain ikan lele

yang masuk kedalam karnivora, sedangkan ikan nila dan nilem tergolong ikan

herbivora. Cara menentukan apakah ikan itu karnivora ataupun herbivore

adalah dengan menghitung RLG, jika nilainya 1-3 maka karnivora, nilai sama

dengan 3 omnivora, dan jika lebih dari 3 maka herbivore.

4.2. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya adalah agar berhati-hati dalam

melakukan praktikum untuk meminimalisir kesalahan dalam hasilnya


DAFTAR PUSTAKA
AlGadri, S. F., Susilo, U., dan Priyanto, S. 2014. Aktivitas Protease dan Amilase

pada Hhepatopankrea dan Intestine Ikan Nilem Osteochilus hasselti C.V.

Scripta Biologica, 1(1): 43-48

Ardianto, L. S., Kurniawan, G., dan Saputro, A. C. 2019. Analisis Isi Usus dan

Lambung Untuk Menentukan Food and Feeding Habit Ikan Kepek Sirip

Kuning(Puntius marginatus). Prosiding Seminar Nasional MIPA, 2(1): 139-

143

Astriana, W., et al. 2021. Kebiasaan Makan dan Fekunditas Ikan Lele Lokal

(Clarias batrachus) Di Perairan Sawah SP. Padang Kab. Ogan Komering Ilir

SUM-SEL. Prosiding Seminar Nasional: Sains dan Teknologi Terapan, 4(1):

434-445

Erian, V., Zainuddin., dan Balqis, U. 2018. Gambaran Luas Permukaan Vili Usus

Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus) Jantan Dewasa. JIMVET, 2(3): 283-287

Haraningtias., Utami, S., dan Primiani, C. N. 2018. Anatomi dan Biometri Sistem

Pencernaan Ikan Air Tawar Famili Cyprinidae di Telaga Ngebel Ponorogo.

Prosiding Seminar Nasional SIMBIOSIS, 3: 319-331

Koniyo, Y., dan Juliana. 2018. Aspek Biologis dan Ekologis Ikan Manggabai.

Ideas publishing Gorontalo. 86 hal

Kusrini. 2020. Struktur Makroanatomi Valvula Intestinalis Hiu Lanyam

(Carcharhinus falciformis). Bioconcetta-Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi,

5(2): 113-121
Nafis, M., Zainuddin., dan Masyitha, D. 2017. Gambaran Histologi Saluran

Pencernaan Ikan Gabus (Channa striata). JIMVET, 1(2): 196-202

Nasution, M. A., Mahendra., dan Suprizal. 2018. Kebiasaan Makan Ikan Layur

(Lepturacanthus savala) di Perairan Desa Suak Indrapuri Kecamatan Johan

Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Perikanan Tropis, 5(1): 105-118

Nurhaida., Minasa, R., dan Amrullah, S. H. 2022. Makanan dan Sistem

Pencernaan Ikan.

Puspasari, A. A., Setyaningrum, N., dan Lestari, W. 2020. Morfologi Guild Ikan

di Waduk Penjalin. BioEksakta: Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed, 2(1): 105-108

Rahmatia, F. 2016. Evaluasi Kecernaan Pakan Ikan Nila Orechomis niloticus Pada

Tiga Stadia yang Berbeda. Jurnal Satya Minabahari, 1(2): 43-51

Rahmatia, F. 2016. Evaluasi Kecernaan Pakan Ikan Nila Orechomis niloticus pada

Tiga Stadia yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Satya Mina Bahari, 1(1) : 43-51.

Randi. 2014. Sistem Pencernaan dan Reproduksi Ikan Lele. Jurnal Perikanan, 2(3)

: 3-15.

Reva, M., Syahrir, M., dan Abdunnur. 2019. Studi Kebiasaan Makanan Ikan

Biawan (Helostoma temminckii) Di Perairan Mahakam Tengah (Danau

Semayang) Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Aquarine, 6(2): 57-64

Risna, F., Handayani, L., dan Nurhayati. 2020. Pengaruh Penambahan Arang

Aktif Tulang Ikan Dalam Pakan Terhadap Histologi Usus Ikan Nila

(Oreochromis niloticus). Jurnal TILAPIA, 1(2): 28- 33


Setiawati, S. D., dan Pangaribuan, R. D. 2017. Studi Makanan dan Pertumbuhan

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Rawa Biru Distrik Sota Kabupaten

Merauke. Jurnal Fisherina, 1(1): 1-10

Zidni, I., et al. 2018. Laju Pengosongan Lambung Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan

Ikan Nila (Oreochoromis niloticus). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 9(2): 147-

151

Zuliani., Muchlisin, Z. A., dan Nurfadillah. 2016. Kebiasaan Makanan dan

Hubungan Panjang Berat Ikan Julung – Julung (Dermogenys sp.) di Sungai

Alur Hitam Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 1(1): 12-24


LAMPIRAN
1. Dokumentasi Ikan

Ikan Nila

Ikan Lele
Usus Ikan Lele

Ikan Nilem Jantan

Usus Ikan Nilem Jantan


Ikan Nilem Betina

Usus Ikan Nilem Betina

2. Screenshoot jurnal yang dipakai


3. Data pengamatan

Ikan Nila

Ikan Lele
Ikan Nilem Jantan

Ikan Nilem Betina


ACARA IV
SISTEM UROGENITAL PADA IKAN

Oleh:
Muhamad Qoshmal Nurafiq
NIM. L1B022089

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada ikan sistem urogenital dibangun oleh dua sistem, yaitu sistem urinaria

(sistem uropoetika) dan genitalia. Sistem urinaria bisa disebut sistem ekskresi.

Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan dan

membahayakan bagi kesehatan, dikeluarkan dari tubuh sebagai larutan dalam

air dengan perantara ginjal dan salurannya. Sistem urinaria atau ekskresi pada

ikan terdiri dari mesonepros (ginjal), ureter yang terjadi dari duktus

mesoneprodikus, vesika urinaria, dan sinus urogenitalis. Sepasang ginjal yang

memanjang sepanjang dinding dorsal abdomen, kanan dan kiri dari linea

mediana. Ginjal merupakan unit ekskretoris pada vertebrata tingkat tinggi,

tetapi fungsi utamanya pada hewan tingkat rendah seperti ikan adalah untuk

osmoregulasi (Azani et al., 2017). Ginjal ikan merupakan organ yang terdiri dari

campuran hemapoetik, retikuloendotelial, endokrin dan bagian ekskretoris.

Ginjal juga memiliki peran dalam proses sekresi produk metabolisme seperti

ammonia dan mempunyai fungsi penting dalam memelihara homeostatis.

Perubahan lingkungan perairan akan menyebabkan terjadi beberapa perubahan

kondisi organ tubuh ikan termasuk ginjal (Hapsari et al., 2022).

Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan

sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Kegiatan

reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi

lingkungan. Reproduksi ikan merupakan salah satu aspek penting dari biologi

ikan untuk menentukan keadaan stok sumber daya ikan (Laia, 2021). Organ
reproduksi dibedakan menjadi dua yaitu eksternal dan internal. Organ

reproduksi eksternal merupakan organ reproduksi yang berada di luar ruang

tubuh, contohnya adalah vulva pada hewan betina. Sebaliknya, organ

reproduksi internal di antaranya saluran reproduksi, kelenjar asesoris, dan

gonad. Sebagai organ reproduksi internal, gonad merupakan organ reproduksi

yang mempunyai fungsi utama yaitu menghasilkan sel gamet dan hormon seks

(steroid). Pembentukan bakal sel gamet (spermatozoa dan oosit) di gonad

terbentuk pada masa embrional, yaitu pada saat fetus masih berada di dalam

uterus induk. Proses pembentukan tersebut diawali ketika terjadi penentuan

jenis seks (diferensiasi seks), di mana penentuan jenis seks ini sangat dipengaruhi

oleh kromosom seks (pada mamalia) dan faktor lingkungan (pada ikan dan

beberapa reptil). Proses pembentukan dan perkembangan gamet betina dikenal

dengan sebutan oogenesis terjadi di ovarium dan gamet jantan disebut

spermatogenesis yang terjadi di tubulus seminiferus testis (Hayati, 2019).

Semakin bertambah ukuran ikan selalu diiringi dengan pertambahan

gonadnya. Pertambahan perkembangan gonad ikan terdiri atas dua tahap

perkembangan utama yaitu pertumbuhan gonad pada tahap tingkat dewasa

kelaminnya dan pada tahap pematangan produk seksual (gamet). Siklus hidup

organisme merupakan bagian penting dari proses reproduksi, dengan

mengetahui tingkat kematangan gonad ikan, fekunditas, musim pemijahan dan

ukuran pertama kali matang gonad, agar dapat memberi keterangan tentang

biologi reproduksi ikan (Muis, 2021). Ukuran pertama kali matang gonad

berbeda untuk spesies jenis ikan, bahkan pada spesies yang sama dengan habitat
yang berbeda (posisi lintang dan bujurnya) dapat matang gonad pada ukuran

berbeda. Setiap spesies ikan pada waktu pertama kali matang gonad juga tidak

sama ukurannya demikian juga spesies yang sama (Suhendra, 2017).

1.2. Tujuan

Mengetahui organ-organ yang berperan dalam ekskresi dan reproduksi.


II. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum acara sistem urogenital ikan adalah

gunting bedah, baki parafin, pinset, milimeter blok, dan buku gambar.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum acara sistem urogenital

ikan adalah ikan Nilem jantan dan ikan Nilem betina.

2.2. Metode

1. Lakukan pembedahan.

2. Pembedahan dilakukan dengan hati-hati akan mencegah alat reproduksi

rusak.

3. Untuk memudahkan pekerjaan maka saluran pencernaannya harus dibuang,

sehingga alat reproduksi dapat terlihat jelas.

4. Testis ataupun ovarium dapat diletakkan di luar tubuh ikan dengan cara

menariknya, dalam ini harus menggunakan pinset dan gunting.

2.3. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 13 Mei 2023 pukul 07.00 WIB

sampai dengan selesai. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Basah Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 1. Hasil pengamatan ciri khusus ikan

No. Nama Ikan Jenis Kelamin Ciri Morfologi Ciri Anatomi


1 Ikan Nilem Jantan a. Perut lebih a. Gonad berwarna
ramping putih
b. Warna tubuh b. Memiliki gonad
lebih terang sepasang
c. Overculum c. Ketika di striping
lebih kasar keluar cairan
d. Badan lebih berwarna putih
kecil d. Gonadnya lebih
panjang
2 Ikan Nilem Betina a. Badannya a. Memiliki gonad
lebih besar ganda
b. Memiliki b. Berwarna
perut yang lebih kuning kecoklatan
besar juga c. Ketika di striping
c. Warna tubuh keluar telur (jika
lebih gelap ada)
d. Overculum
lebih halus

Tabel 2. Hasil pengamatan sistem urogenital ikan


Organ Sistem Urogenital
Nama Jenis
No. Sistem Urinary Sistem Genital
Ikan Kelamin
1 2 3 4 5 6
1 Ikan Jantan Insang Ginjal Ureter Gonad Vas Lubang
Nilem deferens genital
2 Ikan Betina Insang Ginjal Ureter Gonad Oviduk Lubang
Nilem genital

3.2. Pembahasan

3.2.1. Cara Pengamatan Sistem Urogenital Ikan

Ginjal merupakan organ ekskresi pada semua hewan vertebrata. Ginjal

mengesekresi produk metabolisme seperti ammonia dan mempunyai fungsi

penting dalam memelihara homeostatis. Unit ginjal yang digunakan sebagai


organ ekskresi adalah nephron. Sebuah nephron tersusun dari badan malphigi

dan saluran kemih. Badan malphigi terdiri dari glomerolus dan kapsul bowman.

Badan malphigi dihasilkan urin sederhana. Waktu urin sederhana melewati

saluran kemih, bahan-bahan penting diserap kembali dan bahan-bahan tidak

penting mengalir keluar dari tempat ini. Ginjal mengalami kerusakan oleh

substansi beracun dan infeksi penyakit glomerolus yang rusak tidak dapat

melakukan regenerasi sedangkan saluran kemih dapat melakukan regenerasi

(Safratilofa, 2017).

Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan

sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Pada umumnya

ikan bertelur (ovipar) dan pembuahannya terjadi di luar tubuh induk betinanya.

Alat kelamin jantan terdiri dari sepasang testis berwarna putih. Sperma dialirkan

melalui saluran vas deferens yang bermuara di lubang urogenital. Lubang

urogenital merupakan lubang yang dipakai untuk keluarnya urin dan sperma.

Alat kelamin betina terdiri dari sepasang ovarium. Ovarium menghasilkan sel

telur. Sel telur dikeluarkan melewati oviduk dan kemudian dialirkan ke lubang

urogenital. Setelah ikan betina mengeluarkan sel telur di sembarang tempat atau

di tempat tertentu, maka akan diikuti oleh ikan jantan dengan mengeluarkan

sperma (Safitri, 2016).


3.2.2. Sistem Urogenital Ikan

3.2.2.1. Ikan Nilem Jantan (Osteochillus hasselti)

Gambar 1. Sistem Urogenital Nilem Jantan (Osteochillus hasselti)

Ikan nilem jantan memiliki sistem urogenital yaitu sistem ekskresinya ada

insang yang berfungsi sebagai organ respirasi pada ikan (Solikhah dan

Widyaningrum, 2015), ginjal berfungsi untuk ekskresi metabolisme, pencernaan,

dan tempat penyimpanan berbagai unsur termasuk polutan seperti logam berat

yang toksik(Sandra et al., 2021) , ureter berfungsi sebagai saluran yang

menghantarkan urin dari ginjal menuju ke vesika urinaria (Utami et al., 2017).

Sedangkan alat reproduksinya ada gonad yaitu organ reproduksi pada ikan yang

menghasilkan telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan (Tarigan et al.,

2017), vasdeferensi yaitu saluran untuk mengalirkan sperma dari testis menuju

lubang genital (Hayati, 2019), lubang genital adalah muara tempat keluarnya

sperma dan air kemih (Hayati, 2019).

Gambar 2. Gonad Ikan Nilem Jantan (Osteochillus hasselti)

Perbedaan yang mencolok dari alat reproduksi ikan nilem jantan dan

betina adalah terletak pada gonad, saluran untuk mengalirkan sperma/telur,


dan juga jumlah lubang genital. Gonad jantan berjumlah sepasang pada

umumnya berwarna putih atau kekuningan, Lonjong, licin, kuat, mempunyai

ukuran lebih kecil daripada ovarium, terletak menggantung pada bagian dorsal

mesenterium (meschorchium) atau dinding tengah rongga perut (abdomen)

ikan, berat dapat mencapai 12 % dari berat tubuh atau lebih. Kemudian ada

saluran untuk mengalirkan sperma pada ikan jantan disebut vas deferens

(Hayati, 2019). Terakhir jumlah lubang genital pada ikan jantan berupa satu

lubang di papilla yang berfungsi sebagai muara urin dan sperma (urogenital

pore) terletak setelah lubang anus (Sari, 2016).

3.2.2.2. Ikan Nilem Betina (Osteochillus hasselti)

Gambar 3. Sistem Urogenital Nilem Betina (Osteochillus hasselti)

Ikan nilem betina memiliki sistem urogenital yaitu sistem ekskresinya ada

insang yang berfungsi sebagai organ respirasi pada ikan(Solikhah dan

Widyaningrum, 2015), ginjal berfungsi untuk ekskresi metabolisme, pencernaan,

dan tempat penyimpanan berbagai unsur termasuk polutan seperti logam berat

yang toksik(Sandra et al., 2021) , ureter berfungsi sebagai saluran yang

menghantarkan urin dari ginjal menuju ke vesika urinaria (Utami et al., 2017).

Sedangkan alat reproduksinya ada gonad yaitu organ reproduksi pada ikan yang

menghasilkan telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan (Tarigan et al.,

2017), oviduk yaitu saluran untuk mengalirkan sperma dari testis menuju lubang
genital (Hayati, 2019), lubang genital adalah muara tempat keluarnya sel telur

dan air kemih (Hayati, 2019).

Perbedaan yang mencolok dari alat reproduksi ikan nilem jantan dan betina

adalah terletak pada gonad, saluran untuk mengalirkan sperma/telur, dan juga

jumlah lubang genital. Gonad betina (ovarium) berfungsi menghasilkan sel telur

(ovum) (Muslim, 2007). Ovarium ikan terletak memanjang di dalam rongga

perut dan digantung pada bagian atas rongga perut oleh jaringan pengikat

mesovarium. Ovarium umumnya sepasang yang masing-masing berada di kiri

dan kanan antara gelembung renang dan usus. Ovarium ikan banyak

mengandung bentukan semacam kantong yang disebut follicle. Tekstur ovarium

ikan air tawar beragam sesuai tingkat perkembangannya, pada usia juvenil

berbentuk granular halus dan pada usia dewasa berbentuk granular (Sary et al.,

2017). Kemudian ada saluran untuk mengalirkan sel telur pada ikan betina yang

disebut oviduk (Hayati, 2019). Alat kelamin betina terdiri dari dua lubang di

papilla. Lubang yang satu untuk muara urin (ureter) dan yang lain untuk

pengeluaran telur (oviduct), terletak setelah anus (Sari, 2016).


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum acara empat adalah organ-organ yang

berperan dalam ekskresi dan reproduksi ikan nilem jantan dan betina adalah

ginjal, ureter, dan insang berperan dalam system ekskresi. Sedangkan organ

reproduksi pada ikan nilem jantan adalah gonad, vas deferens, dan lubang

genital. Organ reproduksi pada ikan nilem betina hamper mirip dengan ikan

nilem jantan, hanya berbeda pada bagian vas deferens betina bernama oviduk.

4.2. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya adalah agar berhati-hati dalam

melakukan praktikum untuk meminimalisir kesalahan dalam hasilnya


DAFTAR PUSTAKA
Azani, W., Zainuddin., dan Rahmi, E. 2017. Gambaran Histologis Sistem Urinaria

Ikan Gabus (Channa striata). JIMVET, 1(4):709-714

Hapsari, L. P., et al. 2022. Gambaran Histopatologi Ginjal Benih Ikan Kakap Putih

(Lates calcarifer) yang Mengalami Penurunan Salinitas Berbeda. Jurnal

Perikanan dan Kelautan, 12(2): 143-149

Hayati, A. 2019. Biologi Reproduksi Ikan. Airlangga University Press Surabaya.

111 hal

Laia, R. E., Restu, I. W., dan Pratiwi, M. A. 2021. Aspek Reproduksi Ikan Lemuru

(Sardinella lemuru) yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

(PPN) Pengambengan, Bali. Aquatic Science, 4(1): 96-101

Muis, K. F. 2022. Biologi Reproduksi Ikan Karper (Cyprinus carpio) di Waduk Batu

Bulan, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Journal of Global Sustainable

Agriculture, 1(2): 56-60

Safitri, A. 2016. Sistem Reproduksi pada Kelompok Vertebrata. Jurnal Biologi, 2(3)

: 124-126.

Safratilofa. 2017. Histopatologi Hati dan Ginjal Ikan Patin (Pangasionodon

hypopthalmus) yang Diinjeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal

Akuakultur Sungai dan Danau, 2(2): 83-88

Sandra, D., Aliza, D., dan Nazaruddin. 2021. Gambaran Histopatologis Ginjal

Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Terpapar Merkuri Klorida

(HgCl2). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner, 5(1): 34-42


Sari, R. T. 2016. Hubungan Panjang Tubuh dan Rasio Papilla Dengan Jenis

Kelamin pada Ikan Gobi (Sicyopterus macrostetholepis Blkr.). Jurnal

Pendidikan Matematika dan IPA, 7(2): 55-68

Sary, R., Zainuddin., dan Rahmi, E. 2017. Struktur Histologis Gonad Ikan Gabus

(Channa striata) Betina. JIMVET, 1(3): 334-342

Solikhah, T., dan Widyaningrum, T. 2015. Pengaruh Surfaktan terhadap

Pertumbuhan dan Histopatologi Insang Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

sebagai Materi Pembelajaran Siswa SMA Kelas X. JUPEMASI-PBIO, 2(1):

248-255

Suhendra, C., Utami, E., dan Umroh. 2017. Biologi Reproduksi Ikan Keperas

(Cyclocheilichthys apogon) di Perairan Sungai Menduk Kabupaten Bangka.

Jurnal Sumberdaya Perairan, 11(1): 1-11

Tarigan, A., Bakti, D., dan Desrita. 2017. Tangkapan dan tingkat kematangan

gonad Ikan selar kuning (Selariodes leptolepis) di Perairan Selat Malaka.

Aquatic Sciences Journal, 4(2): 44-52

Utami, A. R. A., Iskandar, C. D., dan Zainuddin. 2017. Histologi Ureter dan

Vesika Urinaria Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus). JIMVET, 1(2): 125-129
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Ikan

Ikan Nilem Jantan

Gonad Ikan Nilem Jantan

Ikan Nilem Betina


2. Screenshoot jurnal yang dipakai
3. Data pengamatan

Ikan Nilem Jantan

Ikan Nilem Betina

Anda mungkin juga menyukai