1
4. Bagaimana proses osmoregulasi pada ikan air tawar, air laut, dan elasmobranchi?
5. Apa yang dimaksud system genetalia?
6. Apa saja cairan yang dapat dikeluarkan oleh urin dan apa saja organ urogenetalia?
7. Apa saja bentuk telur ikan?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui system urogenital yang ada pada ikan.
2. Untuk mengetahui apa fungsi ginjal pada ikan.
3. Untuk mengetahui prses smregulasi pada ikan.
4. Untuk mengetahui prses smoregulasi pada ikan air tawar, air laut, dan elasmbranchi.
5. Untuk mengetahui system genetalia pada ikan.
6. Untuk mengetahui cairan apa yang dapat dikeluarkan leh urin dan macam rgan urogenetalia.
7. Untuk mengetahui macam-macam bentuk telur ikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN UROGENITAL
Sistem urogenital terdiri atas dua bagian yaitu sistem ekskresi dan sistem urogenital. Sistem
ekskresi ikan berfungsi untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi
sisa nitrogen hasil dari metabolism protein. Sehingga berkembang 3 tipe ginjal yaitu pronefros,
mesonefros dan metanefros. Air, garam dan sisa metabolisme dalam aliran darah masuk ke dalam
kapsula dan mengalir ke dalam tubulus ke duktus arkinepridikus dan akhirnya ke luar tubuh. Sistem ini
ada yang berubah karena variasi kebutuhan hidup ikan. Pada ikan hiu, fungsi duktus gonad dan ginjal
telah berkembang dilengkapi dengan duktus urinary (Sukiya, 2005).
Cairan tubuh dari ikan air tawar memiliki konsentrasi ion yang lebih tinggi dibanding dengan
lingkungan sekitarnya, kondisi ini disebut dengan hiperosmotik. Untuk mempertahankan gradient
konsentrasi tersebut dibutuhkan system pembuangan dan konserbasi dari ion-ion disamping adanya
proses ekskresi air yang telah difiltrasi oleh ginjal. Proses filtrasi ini dilakukan ginjal yaitu pada bagian
nefron glomerulus yang terdiri dari corpus renalis dan tubulus renalis. Corpus renalis terdiri atas
glomerulus-glomerulus yang diselubungi oleh capsula Bowman. Epitelia parietalis dan visceralis
membentuk “Bowman’s space” yang memisahkan glomerulus dengan bagian-bagian lain dari ginjal.
GINJAL CRANIAL
3
GINJAL VERTEBRATE
4
2.4 PENGERTIAN SISTEM OSMOREGULASI
Sistem ekskresi adalah sistem pembuangan proses metabolisme tubuh baik berupa gas, cairan,
maupun padatan melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan. Ginjal terletak di atas rongga perut, di
luar peritonium, di bawah tulang punggung dan aorta dorsalis, sebanyak satu pasang, berwarna merah,
memanjang. Ginjal memiliki fungsi untuk menyaring sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang, zat-zat
yang diperlukan tubuh diedarkan lagi melalui darah dan mengatur kekentalan urin yang dibuang untuk
menjaga keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh.
Osmoregulasi adalah sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan
darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan). Organ – organ pada sistem osmoregulasi terdiri dari
kulit, ginjal, insang, lapisan tipis mulut. Tekanan osmotik cairan tubuh pada ikan berbeda antara ikan-
ikan bertulang sejati (Teleostei) yang hidup di laut dengan yang hidup di perairan tawar, demikian juga
dengan ikan-ikan bertulang rawan (Elasmobranchii) sehingga struktur dan jumlah ginjalnya juga
berbeda, demikian juga dengan sistem osmoregulasinya
5
tekanan osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan air
tawar. Tubulus ginjal berfungsi sebagai penahan air. Oleh sebab itu, jumlah glomerulus ikan air laut
cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil daripada ikan air tawar.
6
Penyerapan kembali terhadap urea di dalam tubuli ginjal juga merupakan upaya dalam
mempertahankan tekanan osmotik tubuhnya.
Pada ovarium terdapat oosit pada berbagai stadia tergantung pada tipe reproduksinya
(Nagahama dalam Hoar, 1983). Menurut Harder (1975) tipe reproduksi dibagi menjadi
a) tipe sinkronisasi total dimana oosit berkembang pada stadia yang sama. Tipe ini biasanya
terdapat pada spesies ikan yang memijah hanya sekali dalam setahun
7
b) tipe sinkronisasi kelompok dengan dua stadia, yaitu oosit besar yang matang, di samping
itu ada oosit yang sangat kecil tanpa kuning telur
c) tipe asinkronisasi dimana ovarium terdiri dari berbagai tingkat stadia oosit.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada spesies ikan terdiri dari
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari,
tumbuhan dan adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di perairan alami akan memijah pada
awal musim hujan atau pada akhir musim hujan, karena pada saat itu akan terjadi suatu perubahan
lingkungan atau kondisi perairan yang dapat merangsang ikan-ikan untuk berpijah. Faktor internal
meliputi kondisi tubuh dan adanya hormone reproduksi (Redding & Reynaldo, 1993).
Adapun faktor internal yaitu tersedianya hormon steroid dan gonadotropin baik dalam
bentuk hormon Gonadotropin I (GtH I) dan Gonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang cukup dalam
tubuh untuk memacu kematangan gonad diikuti ovulasi serta pemijahan. Sebaliknya bilamana salah
satu atau kedua hormon; tersebut tidak mencukupi dalam tubuh maka perkembangan oosit dalam
ovarium terganggu bahkan akan berhenti dan mengalami atresia (Pitcher, 1995). Faktor lingkungan
merupakan stimuli yang dapat ditangkap oleh alat indera ikan seperti kulit, mata dan hidung.
Informasi berasal dari lingkungan sampai di otak melalui reseptor yang terdapat pada masing-masing
organ sensori. Selanjutnya melalui ujung-ujung saraf akan diteruskan ke hipotalamus untuk
mengeluarkan Gonadotropic releasing Hormon (GnRH) yang dapat merangsang kelenjar hipofisa
anterior untuk memproduksi hormone Gonadotropic (GtH). Hormon Gonadotropic ini melalui aliran
darah akan menuju ke gonad, kemudian akan merangsang pertumbuhan gonad yang selain
mendorong pertumbuhan oosit juga untuk memproduksi hormone steroid yang merupakan mediator
langsung untuk pemijahan.
B. TESTES
Testes (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya longitudinal, pada umumnya
berpasangan. Lamprey dan Hagfishes mempunyai testes tunggal. Pada chodrichtyhes, seringkali
gonad yang satu lebih besar dari pada yang lainnya. Testes ini bergantung pada bagian atas rongga
tubuh dengan perantaraan mesorchium, di bawah atau di sampinggelembung gas (jika ada). Mereka
tersusun dari folikel-folikel tempat spermatozoa berkembang. Ukuran dan warna gonad bervariasi
tergantung pada tingkatkematangannya dengan berat bisa mencapai 12% atau lebih dari bobot
tubuhnya. Kebanyakan testes berwarna putih kekuningan dan halus. Sebelum sampai pada lubang
8
pelepasan (urogenital pore), spermatozoa yang berasal dari testes terlebih dahulu melewati vasa
efferentia, epididymis, vasa defferentia, seminal vesicle, urogenital sinus, dan urogenital papilla
pada Chondrichthyes. Pada sisi seminal vesicle dan atau kantung sperma hanya terdapat pada
beberapa ikan. Pembentukan spermatozoa dari spermatid di dalam testes disebut spermatogenesis.
Proses ini meliputi poliferasi spermatogenia melalui pembelahan mitosis yang berulang dan tumbuh
membentuk spermatocyte primer, kemudian melalui pembelahan reduksi (meiosis) membentuk
spermatocyte sekunder. Spermatocyte sekunder membelah menjadi spermatid, yang mengadakan
metamorphose menjadi gamet yang ``motile`` (dapat bergerak) dan punya potensi fungsional yang
dinamakan spermatozoa. Proses metamorfose spermatid sering dinamakan ``spermatogenesis``.
(Hoar, 1969). Untuk menjamin terjadinya fertilisasi, setiap ikan jantan menghasilkan banyak sekali
spermatozoa yang ukurannya begitu kecil sehingga dalam satu tetes mani bisa ditemukan lebih
kurang satu juta spermatozoa. Spermatozoa yang dihasilkan oleh jenis ikan yang berbeda, bukan saja
berbeda dalam hereditasnya, tetapi juga berbeda dalam bentuknya. Spermatozoa ditambah sekresi
dari saluran sperma membentuk air mani (milt) yang dikeluarkan pada waktu memijah.
Spermatozoa yang tidak aktif dan tidak bergerak sampai sekresi sperma berjumpa dengan sel telur
dalam fertilisasi. Jangka waktu hidup spermatozoa bergantung kepada spesies dan kepada substrat
tempat mereka diletakkan. Jika sperma diletakkan pada air, maka jangka waktunya lebih pendek dari
pada bila terletak dalam tubuh hewan betina. Kemungkinan hidup sel sperma juga dipengaruhi oleh
suhu, secara umum mereka hidup lebih lama pada suhu yang rendah dari pada suhu tinggi.
9
tetapi umumnya belum dipublikasikan. Beberapa macam telur pelagis dan larva di Laut Jawa
yang didapat oleh Delsman seperti pada Gambar 13.
Gambar 13. Macam-macam telur ikan pelagis dari Laut Jawa dan Selat Malaka (Delsman,
1929)
Keterangan gambar:
1. Chirocentrus dorab
2. Tidak dikenal
3. Clupea fimbriata
4. Stelophorus heterolobus
5. Engraulis kammalensis
10
6. Stolephorus indicus
7. Trichiurus sp.
8. Muraena sp.
10. Hemirhampus spec.
11. Caranx macrosoma
12. Dorosoma chacunda
13. Chanos chanos
14. Pellona sp.
15. Cybium maculatum
16. Echeneis naucrates
11
17. Saurida tumbil
18. Harpodon nehereus
19. Tetrodon sp.
21. Fistularia serrata
Penelitian telur dan larva ikan pelagis di Indonesia perlu memperhatikan banyak faktor
yang memegang peranan. Kebanyakan pola pemijahan ikan-ikan di Indonesia masih belum
diketahui, oleh karena itu besar kemungkinannya dalam sepanjang tahun didapatkan ikan
yang berpijah. Dengan demikian maka akan didapatkan bermacam telur dan larva ikan yang
bercampur aduk dalam tingkat perkembangan yang berbeda-beda. Tidak semua telur ikan
mempunyai bentuk yang sama, namun ada telur yang mempunyai bentuk dan ukuran yang
hampir sama seperti pada spesies yang dalam satu genus atau yang berdekatan dengan
pembeda yang kecil saja bergantung pada spesiesnya.
12
PENUTUP
KESIMPULAN
13