Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Sistem Pemberian Pakan dan Perkandangan untuk Ternak Domba


2.2.1. Pakan
Pada dasarnya pakan domba dikelompokkan menjadi dua yaitu pakan
utama dan pakan tambahan (penguat). Pakan utama berupa hijauan, sedangkan
pakan tambahan dapat disusun dari berbagai bahan seperti biji kacang-kacangan,
tepung ikan, bungkil kelapa, dan bungkil kedelai yang ditambah vitamin serta
mineral. Banyaknya hijauan yang dibutuhkan domba tergantung dari berat tubuh,
kualitas hijauan, dan kondisi hewan (sedang bunting, menyusui dan sebagainya)
(Suharno dan Nazaruddin, 1994).
Hijauan merupakan makanan kasar yang terdiri dari pakan yang dapat berupa
rumput lapangan, limbah hasil pertanian, rumput jenis unggul yang telah
diintroduksikan, juga beberapa jenis leguminosa. Hijauan pakan merupakan makanan
utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi tidak saja sebagai pengisi perut, tetapi
juga sumber gizi, yaitu protein, sumber tenaga, vitamin dan mineral (Murtidjo,1993).
Pemberian pakan hijauan yaitu 3-4% bahan kering dari bobot hidup. Pakan hijauan
yang baik adalah yang belum terlalu tua dan belum menghasilkan bunga. Hijauan
yang masih muda memiliki kandungan protein kasar yang tinggi juga memilki kadar
air yang tinggi. Untuk memgurangi kadar air pada pakan hijauan yaitu dengan cara di
layukan/fermentasi.
Konsentrat merupakan makanan penguat yang terdiri dari bahan baku yang
kaya karbohidrat dan protein seperti jagung kuning, bekatul, dedak gandum dan
bungkil-bungkilan. Konsentrat untuk domba umumnya disebut makanan penguat
atau bahan baku makanan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18 %
dan mudah dicerna (Murtidjo, 1993).
Pakan komplit (Complete Feed) adalah campuran semua bahan pakan
yang terdiri atas hijauan dan konsentrat yang dicampur menjadi satu campuran
yang homogen dan diberikan kepada ternak sebagai satu-satunya pakan tanpa
tambahan rumput segar. Complete feed dibuat dari hasil samping pertanian seperti
jerami kedelai, tetes tebu, kulit kakao, kulit kopi, ampas tebu, bungkil biji kapok,
dedak padi, onggok kering dan bungkil kopra, pakan tersebut diformulasikan
sedemikian rupa sehingga kebutuhan ternak terpenuhi. Wahjuni dan Bijanti (2006)
menjelaskan, complete feed disusun untuk menyediakan ransum secara komplit
dan praktis dengan pemenuhan nilai nutrisi yang tercukupi untuk kebutuhan
ternak serta dapat ditujukan untuk perbaikan sistem pemberian pakan. Bahan-
bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan complete feed antara lain :
1). Sumber SK (jerami, tongkol jagung, pucuk tebu),
2). Sumber energi (dedak padi, kulit kopi, kulit kakao tapioka),
3). Sumber protein (bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil
sawit, bungkil biji kapok) dan
4). Sumber mineral (tepung tulang, garam dapur).
Salah satu teknologi pakan yang mudah diterapkan oleh petani ternak
yaitu teknologi pakan complete feed, merupakan formula pakan lengkap yang
terdiri dari berbagai campuran bahan melalui proses fermentasi, sehingga
mengandung protein dan energi yang cukup serta mempunyai daya simpan lebih
lama. Complete feed merupakan pakan yang dibuat dan diberikan sebagai satu-
satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi
tanpa tambahan substansi lain kecuali air (Hartadi, dkk., 2005). Pembuatan pakan
complete feed sebaiknya menggunakan bahan pakan lokal, mengingat
ketangguhan agribisnis peternakan adalah mengutamakan penggunaan bahan
pakan lokal yang tersedia dan sedikit bahan impor (Saragih, 2000).
Pakan lengkap (complete feed) merupakan sistem pemberian pakan dalam
bentuk tunggal yang dapat dibuat dengan proses pelleting, yaitu proses
pencampuran atau penggabungan beberapa bahan pakan melalui proses mekanik
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai nutrisi, palatabilitas, efisiensi
pakan, menghindari seleksi pakan oleh ternak serta memudahkan pemberian
pakan di lapangan (Owens, 1979). Ruminansia mempunyai sifat seleksi terhadap
bahan pakan yang tersedia dan tidak ada kontrol terhadap kemungkinan akibat
buruk suatu bahan pakan (Parakkasi, 1995).
Pemberian pakan lengkap (complete feed) pada domba adalah sebanyak 3
% - 4 % dari bobot badan, missal berat domba 25 kg maka kebutuhan complete
feed sebesar 0,75 kg sampai 1,00 kg (Rully dan Nandang, 2009). Keperluan air
minum sebanyak 4-5 liter/ekor/hari harus selalu disesuaikan (Sugeng dan
Sudarmono, 2005).
Pemberian pakan harus diatur sedemikian rupa sehingga domba tidak
kelaparan atau kekenyangan. Pengaturan pakan domba dapat dilakukan sesuai
dengan tahap-tahap berikut:
a. Minggu pertama, yaitu pada saat domba datang beri konsentrat 1-2 ons per
hari/ekor domba tambahkan 7 ons ampas tahu dan 3 kg rumput sampai,
berikan pada waktu-waktu berikut:
 Jam 05.00 beri makan ampas tahu dan konsentrat
 Jam 09.30 beri makan rumput
 Jam 15.00 beri makan rumput kembali dalam kadar/jumlah yang sama
 Beri air minum setiapkali domba habis makan rumput
Pada fase ini, 2-3 hari domba akan terlihat kurang nafsu makan, namun hal itu
dikarenakan domba belum terbiasa, hari berikutnya pakan yang diberikan akan
dimakan sampai habis.
b. Minggu kedua, tambah dosis konsentrat menjadi 2-3 ons. Pakan dan waktu
pemberiannya tetap.
c. Minggu ketiga, tambah dosis konsentrat menjadi 4 ons. Pakan dan waktu
pemberiannya tetap.
d. Minggu berikutnya sampai masa penggemukkan berakhir (panen), tambah
dosis konsentrat menjadi 5 ons. Pakan dan waktu pemberiannya tetap.

2.2.2. Perkandangan
Syarat dasar untuk kandang domba adalah ventilasi, jarak lantai, cahaya,
ruang bak, air, dan ukuran kandang (Johnston, 1983). Ventilasi yang sempurna
sangat menguntungkan bagi domba, sebab ventilasi berguna untuk mengeluarkan

udara kotor (CO2) dari dalam kandang dan menggantikan udara segar (O2) dari
luar, sehingga udara segar di dalam kandang bisa dipertahankan. Ventilasi yang
sempurna dapat dibuat dengan pengaturan dinding kandang yang sebagian terbuka
dan dapat dilakukan dengan menggunakan bilah-bilah bambu (Sugeng, 1991).
Kandang berfungsi untuk melindungi domba dari matahari, angin, hujan,
dan penyakit. Selain itu dengan adanya kandang mampu menolong petani-ternak
untuk dapat mencapai produksi optimal dari ternaknya dan dapat menjalankan
usaha secara ekonomis. Adanya kandang juga mempermudah pengelolaan dan
pengawasan karena semua domba bisa diberikan makanan dan minuman secara
bersamaann (Murtidjo, 1993). Pengawasan terhadap penggunaan pakan,
pertumbuhan, dan gejala penyakit, menjadi mudah dilakukan (Sugeng dan
Sudarmono, 2005). Tipe kandang domba dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu tipe kandang panggung dan tipe kandang lemprak. Kandang tipe panggung
merupakan kandang yang konstruksi lantainya dibuat sistem panggung. Tipe
kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran dan air
kecing domba. Kandang beralas kayu dan berjarak 0,5-2 meter dari tanah. Tipe
kandang lemprak merupakan tipe kandang yang tidak dilengkapi alas kayu, tetapi
ternak beralas kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan (Murtidjo, 1993).
Menurut hasil penelitian Tunggara (2006), penggunaan tipe kandang
panggung memudahkan bagi peternak dalam membersihkan kandang dari kotoran
dan sisa-sisa rumput yang dibawanya. Lantai kandang dibuat bercelah sehingga
kotoran ternak tertumpuk diatas kandang. Hasil penelitian Kamariah (2003)
mengungkapkan dinding kandang terbuat dari kayu dengan bentuk terbuka,
dimaksudkan untuk mendaptkan ventilasi lebih baik, untuk mengurangi panas dan
kelembapan dari ternak dan kotorannya. Celah lantai berjarak 1-2 cm adalah yang
paling baik, dengan pertimbangan pada faktor kesehatan. Hasil penelitian Rustam
(2003) mengungkapkan ukuran kandang yang banyak digunakan oleh peternak
bervariasi, tergantung pada jenis ternak yang dipelihara. Kandang untuk betina
dewasa rata-rata membutuhkan kandang berukuran 1 x 0,8 m dan untuk jantan
dewasa berukuran 1 x 1 m. Untuk menambah napsu makan domba, setiap wadah
pakan sebaiknya digunakan untuk 2 domba. Wadah pakan itu diletakan disisi luar
dan tidak saling berhadapan dengan barisan kandang lainnya. Wadah pakan itu
bisa dibuat dari bambu atau bahan lain. Atap kandang dibuat dari alang-alang atau
rumbia dengan kemiringan 45°. Penggunaan atap rumbia lebih baik dibandingkan
dengan atap seng atau asbes karena pada siang hari kandang tidak terlalu panas
dan pada malam harinya menjadi hangat. Penggunaan atap seng sering
menyebabkan domba stress, karena kalau siang terlalu panas dan kalau malam
terlalu dingin.

Gambar kandang panggung pada domba


3.2 Saran
ternak domba secara instensif ini menguntungkan, agar menguntungnya diperlukan perhatian khusus dalam
manajemen peternakan dan produksi peternakan domba. Untuk meningkatkan pendapatan yang diterima
peternak perlu adanya pelatihan dan pedampingan secara berkelanjutan dari pihak pemerintah ataupun
lembaga pendidikan (Universitas) tentang teknis (bibit,pakan, kandang, kesehatan, pengolahan limbah dan
pemasaran).

Anda mungkin juga menyukai