Anda di halaman 1dari 15

III.

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

Usaha peternakan ayam parent stock memiliki tujuan produksi untuk

menghasilkan ayam broiler. Pemilihan bibit dan pemeliharaan yang baik sangat

dibutuhkan agar produksi dapat maksimal. Tolak ukur keberhasilan dari produksi

ayam parent stock yaitu jumlah telur yang dihasilkan pada saat fase produksi

tinggi, dan persentase telur yang menetas pun tinggi. Untuk mencapai

keberhasilan tersebut dibutuhkan ketelitian dalam pemeliharaan dimulai dari

pemilihan bibit, perkandangan, biosecurity, kesehatan dan pemberian ransum.

A. Bibit Ayam

Pemilihan bibit ternak yang baik menentukan keberhasilan usaha peternakan,

bibit ayam parent stock yang biasa dipelihara di PT. Central Avian Pertiwi Farm

5 yaitu strain Cobb dan Ross, pada periode ini yang dipelihara yaitu strain Cobb.

Arifin (2002) menyatakan bahwa bibit yang baik berasal dari induk yang sehat,

matanya cerah bercahaya, gerakannya aktif, dan nampak segar. Bibit ayam yang

baik memiliki ciri-ciri yaitu warna bulu yang cerah, bobot tubuh yang mencapai

standar, dan aktif. Ayam jenis Cobb berasal dari benua amerika yang merupakan

ayam broiler dengan ciri warna bulu putih, jengger tunggal, kaki kuning, dan

besar. Strain Cobb memiliki keunggulan yaitu daya konversi pakan yang cukup

baik, pertumbuhan cepat dan tingkat keseragaman tinggi (Cobb, 2008)


B. Ransum

Pemberian ransum merupakan aspek penting yang menunjang keberhasilan

peternakan. ransum adalah susunan bahan pakan yang diformulasikan untuk

memenuhi kebutuhan ternak. Siregar (1994) menyatakan bahwa ransum adalah

gabungan dari beberapa bahan yang disuusun sedemikian rupa dengan formulasi

tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak mengganggu

kesehatan ternak. Ransum yang baik merupakan ransum yang dapat memenuhi

kebutuhan zat nutrien ternak untuk hidup pokok, berproduksi, dan reproduksi.

Pemberian ransum yang efisien sangat dianjurkan agar peternak tidak mengalami

kerugian, menurut Kamal (1995) pemberian ransum dengan kandungan protein

yang terlalu rendah akan mengakibatkan turun nya tingkat produktifitas ternak dan

kelebihan kandungan protein dalam ransum yang dikonsumsi akan diubah menjadi

energi sehingga tidak efisien. Oleh karena itu dibutuhkan tatacara pemberian

ransum yang benar agar lebih efisien dan peternak tidak mengalami kerugian.

1. Penyimpanan Ransum

PT. Central Avian Pertiwi Farm 5 menggunakan ransum yang berasal dari PT.

Charoen pokphand Feedmill Lampung. Ransum yang dikirim menggunakan truck

dari PT. Charoen Pokphand Feedmill disimpan di gudang Pakan seperti pada

gambar 1 melalui beberapa proses biosecurity.


Gambar 1. Gudang Ransum

Ransum dikemas dalam karung berukuran 50 kg yang telah tertulis kode jenis

pakannya. Setelah disimpan di gudang ransum, kemudian ransum didistribusikan

ke setiap kandang menggunakan truck atau mobil pakan yang berfungsi untuk

mengisi silo dengan ransum.

Kondisi gudang penyimpanan ransum di PT. Central Avian Pertiwi Farm 5 sudah

cukup baik. Teknik penyimpanan ransum yang digunakan di perusahaan ini

adalah FIFO (first in first out) yaitu ransum yang masuk lebih dulu ke dalam

gudang harus keluar lebih dulu agar kualitas ransum tetap terjaga. Gambaran

kondisi gudang ransum di PT. Central Avian Pertiwi Farm 5 yaitu suhu yang

normal (28℃-34℃), tidak lembab, terhindar dari sinar matahari langsung,

terhindar dari hujan dan bocor, tidak ada celah untuk masuk hama seperti tikus

dan kecoa, dan tempat penyimpanan ransum tidak terjadi kontak langsung dengan

lantai dan tembok.

2. Bentuk dan Fungsi Ransum


Ransum yang digunakan di PT. Central Avian Pertiwi Farm 5 terbagi menjadi

beberapa jenis tergantung pada usia ayam yang dituju, jenis ransum yang

digunakan selama fase grower yaitu 532CO yang berbentuk crumble. Crumble

merupakan bentuk pakan yang ukuran nya lebih besar dari mash dan lebih kecil

dari pellet. Retnani dkk (2009) pemberian pakan dalam bentuk crumble

diharapkan dapat lebih menjamin campuran bahan pakan,termasuk bioaktif di

dalam pakan lebih homogen.

Gambar 2. Bentuk Ransum 532CO

Pakan berbentuk crumble mempunyai sepesifikasi yaitu pakan tidak berdebu dan

mudah untuk dikonsumsi, sehingga pakan yang tercemar oleh zat asing sangat

sedikit, bahan-bahan penyusun nya sangat kompak dan tercampur merata,

meningkatkan konsumsi pakan, relatif tidak mengandung bakteri membahayakan,

pemborosan pakan dapat ditekan dan formula pakan menjadi lenbih efisien

(Kartadisastra, 1994).

3. Jenis dan Standar Kandungan Ransum

Nugroho (2012) menyatakan manajemen pemeliharaan terbagi menjadi 3 periode

berdasarkan umurnya yaitu eriode starter umur 0-4 minggu, grower umur 4-18
minggu dan layer 18- afkir. Ayam periode starter smpai grower merupakan fase

yang harus diperhatikan karena akan mempengaruhi terhadap produksi telur.

Pemelihararaan ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yaitu tingkat

kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, dan keseragaman bobot badan

merata. Setiap fase pemeliharaan memiliki kebutuhan nutrisi harian yang berbeda

tergantung pada umurnya. PT. Central Avian Pertiwi menggunakan berbagai jenis

ransum dengan kode yang berbeda sesuai dengan umur pemeliharaan ayam dan

strain ayam yang dipelihara. Ransum yang digunakan PT. Central Avian Pertiwi

Farm 5 Lampung berasal dari Induk perusahan yaitu PT. Charoen Pokphand

Indonesia Feedmill Lampung. Ransum dengan kode yang berbeda memiliki

kandungan nutrisi yang berbeda juga sesuai dengan kebutuhan mutrisi pada umur

pemeliharaan yang dituju seperti pada gambar jenis dan spesifikasi ransum

pejantan berikut.

Gambar 3. Jenis dan spesifikasi ransum pejantan PT. CAP 5

Ransum yang digunakan untuk ayam parent stock betina memiliki jenis yang

lebih banyak karena terdapat beberapa fase pemeliharaan betina yang tidak
terdapat pada pemeliharaan ayam jantan. Jenis dan spesifikasi ransum ayam betina

dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Jenis dan spesifikasi ransum Betina PT. CAP 5

Terdapat perbedaan kandungan nutrisi dari setiap pakan, hal ini disebabkan karena

kebutuhan nutrisi ayam yang berubah sesuai dengan umur nya. seperti pada

kandungan protein ransum ayam umur 0-4 minggu yang lebih tinggi dari ransum

ayam umur 5-15 minggu, hal ini disebabkan karena pada ayam umur 0-4 minggu

mengalami hiperplasia dan membutuhkan lebih banyak protein untuk

pertambahan sel dibandingkan dengan ayam umur 5-15 minggu yang mengalami

hipotropi.

C. Manajemen Pemberian Ransum

1. Metode Pemberian Ransum

Pemberian ransum terhadap ternak unggas terbagi menjadi beberapa metode,

diantaranya ad libitum dan restricted feeding. Ad libitum merupakan metode

pemberian pakan secara terus menerus, sedangkan restricted feeding merupakan

metode pemberian ransum yang jumlahnya dibatasi. Metode pemberian ransum

yang digunakan di PT. Central Avian Pertiwi yaitu restricted feeding karena
perusahaan ini merupakan peternakan ayam pembibit yang bobot badan nya

dibatasi.

Santoso (2008) menyatakan bahwa restricted feeding ( pembatasan ransum)

adalah program untuk memberikan pakan pada ternak sesuai dengan kebutuhan

hidup pokoknya pada umur dan periode tertentu. Tujuan dari pembatasan

makanan (restricted feeding) yaitu agar ayam tidak cepat masak dini dan

bobotnya terkontrol (Jamaluddin, 2011). Marwansyah dkk (2019) menyatakan

bahwa Jika bobot ayam terlalu gemuk dapat menyebabkan banyak kerugian yaitu

produksi menurun, lebih peka terhadap penyakit, mudah terkena cekaman panas

dan mortalitasnya lebih tinggi.

2. Waktu Pemberian Ransum

Pemberian ransum di PT. Central Avian Pertiwi Farm 5 dilaksanakan oleh anak

kandang satu kali dalam sehari yaitu pukul 07.00 pagi dan jumlah nya dibatasi

sesuai kebutuhan ternak (point feed) dan sudah ditentutakan oleh perusahaan.

Pemberian ransum pada pagi hari pada waktu yang tepat bertujuan untuk

menghindari heat stress, karena suhu pada pagi hari lebih rendah dari pada siang

hari.

PT. Central Avian Pertiwi Farm 5 menggunakan program pemberian ransum 5

hari dalam seminggu (ransum 5-2) yang berarti dalam seminggu ayam dipuasakan

sebanyak dua kali yaitu di hari senin dan jum’at. Bapak Hadison selaku manager

Farm mengatakan bahwa program puasa yang dilaksanakan di PT. Central Avian

Pertiwi Farm 5 bertujuan untuk menyetarakan nafsu makan agar ayam dapat

makan secara serentak sehingga uniformity dapat meningkat. Selain dari pada itu

tujuan dari program puasa 5-2 adalah agar ransum dapat terdistribusi secara
merata ke setiap pen dalam kandang, karena kapasitas minimal hooper agar bisa

mendistribusi ransum secara merata di kandang tersebut lebih tinggi dari jumlah

kebutuhan pakan harian ayam umur 7-12 minggu.

Langkah-langkah pemberian ransum yang dilaksanakan di PT. Central Avian

Pertiwi Farm 5 dimulai dari pendistribusian ransum yang berasal dari gudang

pakan ke setiap kandang menggunakan truck atau menggunakan mobil ransum

yang berfungsi untuk mengisi silo setiap kandang dengan ransum.

Gambar 5. Mobil Ransum

Pemberian ransum pada ayam betina dilakukan oleh caretaker menggunakan

hooper yang berfungsi menampung ransum dan mendistribusikan ransum

tersebut ke setiap pan feeder, sedangkan pemberian ransum pada ayam jantan

dilakukan secara manual menggunakan alat berupa gayung. Selama ayam makan

dilakukan pengontrolan oleh caretaker yang diantaranya berfungsi untuk

mengetahui ada ayam yang sakit atau tidak. Selain melalui hooper, pemberian

ransum juga dapat menggunakan silo yang dioperasikan secara otomatis.


Gambar 6. Silo

Caretaker selalu melakukan pengontroloan terhadap ketinggian pan feeder dan

niple drinker disesuaikan dengan umur dan ketinggian ayam, hasl ini sesuai

dengan buku panduan manajemen pemeliharaan breeder cobb seperti pada gambar

7 yang menunjukan bahwa semakin bertambah umur dan ukuran badan, semakin

tinggi juga niple drinker dan pan feeder nya.

Gambar 8. Ketinggian niple drinker

.
D. Tujuan Pemeliharaan

Pemeliharaan ayam pada fase grower sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

pada tingkat produktivitas ayam fase layer, tujuan yang harus dicapai pada fase

grower adalah kematangan organ reproduksi, keseragaman, dan bobot badan yang

ideal. Tingkat Keseragaman dan bobot badan dapat diukur melalui program

grading. Grading merupakan program yang bertujuan untuk mengetahui tingkat

keseragaman dan mengelompokan ayam berdasarkan bobot badan dengan cara

ditimbang.

1. Body Weight dan Point Feed

PT. Central Avian Pertiwi farm 5 membagi ukuran bobot badan ayam menjadi

beberapa golongan yaitu sangat besar, besar, normal, kecil, dan ekstra kecil.

Perbedaan bobot badan ayam dapat dipengaruhi oleh konsumsi ransum yang tidak

merata, untuk menanggulangi hal itu setiap caretaker yang ada di kandang

melakukan perlakuan khusus yaitu mengelompokan ayam berdasarkan bobot

badan nya agar keseragaman tetap terjaga. Ayam yang berukuan kecil atau

dibawah standar dikelompokan dan dipisahkan dari ayam yang berukuran besar,

lalu jumla ransum ransum ditambah agar ayam kecil dapat mencapai bobot

standar sehingga keseragaman meningkat. Menurut Fadhilah dan Fakhuroji

(2013) Kontrol bobot badan dilakukan dengan cara penimbangan sampel

sebanyak 10% dari jumlah ayam setiap minggu, tingkat keseragaman yang baik

(good uniformity) harus mencapai 80%. Data bobot badan usia pemeliharaan 7

sampai 12 minggu kandang 17 dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.


Tabel 2. Bodyweight parent stock kandang 17

STD COBB BW STD COOB


WEEKS BW MALE
BW FM FEEMALE BW ML

840
7 880 1090 1008
8 940 990 1220 1190
9 1030 1164 1345 1335
10 1120 1188 1470 1451
11 1210 1250 1595 1523
       

Sumber : LHT PT. Central Avian Pertiwi Farm 5

Point feed adalah jumlah pakan yang diberikan kepada ternak sesuai dengan

kebutuhan ternak tersebut berdasarkan usia dan bobot badan nya. Program

pemberian pakan secara point feed bertujuan untuk mengontrol bobot badan agar

ayam tidak terlal gemuk sehingga mencapai bobot badan yang ideal. wijayati dkk

(2001) menyatakan bahwa manajemen pemberian pakan pada dasarnya dibagi atas

dua yaitu ad libitum dan point feed, point feed adalah pemberian pakan secara

terbatas yang bertujuan untuk mencegah ayam terlalu kurus atau gemuk. Data

Bodyweight kandang 17 PT. Central Avaian Pertiwi Farm 5 dapat dilihat pada

tabel 2. Point feed parent stock kandang 17 yang sudah dibandingkan dengan

standar manejemen pemeliharaan breeder Cobb.


Tabel 1. Point feed Parent stock kandang 17

STD COBB POINT FEED STD COBB POINT FEED


WEEKS
FEMALE FEMALE MALE MALE

7 44,5 47,00 60,00 55,50


8 46,00 49,00 61,00 56,00
9 47,00 51,00 62,00 57,00
10 48,00 53,00 63,00 58,00
11 49,00 55,00 64,00 59,00
         

Sumber : LHT PT. Central Avian Pertiwi Farm 5

Ayam jantan dan betina memiliki perbedaan jumlah point feed, ayam jantan

memiliki point feed lebih besar, hal ini sesuai dengan panduan manajemen

pemeliharaan breeder cobb. Point feed yang diberikan di PT. Central Avian

Pertiwi Farm 5 sudah cukup mendekati standar dalam panduan manajemen

breeder cobb. Point feed yang lebih besar dari betina membuat jantan memiliki

bobot tubuh yang lebih besar juga, Bapak Hadison selaku manajer Farm

mengatakan bahwa ayam jantan sengaja dibuat lebih besar agar performa saat

produksinya lebih maksimal karena ratio ayam jantan dann betina yaitu

1berbanding 10, dan agar ayam jantan yang berukuran besar tidak bisa memakan

ransum pada feeder space female yang berukuran kecil serta sebaliknya yaitu

ayam betina tidak dapat memakan ransum dari feeder male yang tinggi. pakan

yang diberikan pada ayam selalu habis, maka dari itu feed intake memiliki jumlah

yang sama dengan point feed. Untuk menghitung point feed, feed intake dan total

ransum yang harus diberikan dalam 1 kandang dapat menggunakan rumus sebagai

berikut:
Total Ransum (Kg) = Point feed x Jumlah ayam
1000

Point Feed = Total ransum yang diberikan (gr)


Jumlah ayam

Feed Intake = Ransum yang diberikan – Sisa ransum

2. Uniformity
Keseragaman merupakan target yang harus dicapai dari setiap fase pemeliharaan,

semakin tinggi persentase keseragaman suatu populasi ternak maka semakin

tinggi juga peluang keerhasilan pada fase produksi. Gustira (2015) menyatakan

bahwa keseragaman yang baik (good uniformnity) harus mecapai 80% karena

tingkat keseragaman pada periode starter merupakan dasar awal untuk mencapai

keseragaman periode berikutnya. Data Persentase keseragaman bobot badan

kandang 17 pada fasem pemeliharaan usia 7 sampai dengan 11 minggu dapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Persentasi Uniformnity Kandang 17

UNIFORMNITY
WEEK
FEMALE MALE
7 83,4 60,8
8 71,8 67,5
9 81,8 85,8
10 80,2 88,3
11 74,7 95,8
Sumber : LHT PT. Central Avian Pertiwi Farm 5

Persentase keseragaman di kandang 17 mengalami kenaikan dan penurunan,

halini disebabkan karena yam yang lemah sering kali kalah oleh ayam yang
berukuran lebih besar, sehingga persentase keseragaman dapat berubah menjadi

rendah. PT. Central Avian Pertiwi memiliki standar minimal keseragaman yaitu

85%. Untuk meningkatkan keseragaman, PT. Central Avian Pertiwi Farm 5

melakukan kegiatan grading yang bertujuan untuk mengelompokan ayam

berdasarkan bobot badan lalu diberi perlakuan khusus pada pemberian pakannya

sehingga dapat meningkatkan keseragaman bobot badan. Keseragaman dihitung

setiap minggu dengan cara menimbang sampel ayam kemudian jumlah bobot

ayam yang dijadikan sampel dibagi oleh jumlah sampel yang ditimbang,

kemudian menghitung jumlah bobot sampel yang masuk ke dalam rentang rata-

rata bobot badan dikurangi 10% atau ditambah 10%. Berikut ini merupakan tabel

persentase keseragaman yang ada di kandang 17 selama fase pemeliharaan usia 7

sampai dengan 11 minggu.

3. Frame Size

Frame Size merupakan salah satu tujuan pemeliharaan fase grower yaiu

pembentukan rongga dada yang akan nmempengaruhi produksi telur ayam betina.

Kondisi Frame Size pada ayam yang dipelihara di kandang 17 beragam

tergantung pada bobot tubuhnya. Sebagian besar ayam di kandang 17 memiliki

frame size yang bagus atau berukuran normal, yaitu meiliki rongga dada yang

lebar, tidak terlalu gemuk dan kurus. Ciri-ciri ayam dengan kondisi yang baik

yaitu jengger lebar dan merah, mata bercahaya dan cerah, kaki panjang cerah dan

kokoh, rongga badan lebar.

4. Mortalitas
Mortalitas atau jumlah kematian yang terjadi pada populasi ternak merupakan

aspek yang harus dihindari karena dapat mempengaruhi produksi, semakin tinggi

mortalitas maka produksi dapat semakin menurun. Lacy dan Vest (2002)

menyatakan bahwa angka mortalitas diperoleh dari perbandingan jumlah ayam

yang mati dengan jumlah ayam yang dipelihara. Mortalitas yang terjadi di PT.

Central Avian Pertiwi Farm 5 diantaranya disebabkan karena cekaman panas,

Intususepsi, dan ayam lemah akibat kurang konsumsi minum serta makan.

Mortalitas dapat dihitung berdasarkan jumlah deplesi yang terjadi setiap

minggunya. Data deplesi mingguan serta populasi ayam di kandang 17 dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Populasi dan Deplesi Mingguan

POPULASI DEPLESI
MINGGU
JANTAN BETINA JANTAN BETINA
7 1275 8677 11 27
8 1264 8650 5 5
9 1259 8645 8 3
10 1251 8642 25 7
11 1226 8635 - -
Sumber : LHT PT. Central Avian Pertiwi Farm 5

Persentase mortalitas rendah menunjukan pemeliharaan yang baik, PT. Central

Avian Pertiwi memiliki batas jumlah mortalitasnya sendiri. Perhitungan

persentase mortalitas populasi suatu ternak dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Mortalitas (%) = Jumlah ayam yang mati / Jumlah ayam masuk x100%

Anda mungkin juga menyukai