(LKPP)
Judul :
PEMBELAJARAN BERBASIS SCL PADA MATA KULIAH
BIOKIMIA NUTRISI
oleh :
Dr. Ir. Siti Aslamyah, MP.
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FEBRUARI 2008
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
(LKPP)
Lantai Dasar Gedung Perpustakaan Universitas Hasanuddin
HALAMAN PENGESAHAN
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
karunia- Nya sehingga laporan modul pembelajaran berbasis SCL pada matakuliah
Biokimia Nutrisi berhasil diselesaikan. Jangka waktu kegiatan kurang lebih sebulan sejak
bulan Januari sampai Februari 2008.
Upaya untuk menghasilkan luaran menjadi manusia yang adaptif, yaitu manusia
yang mampu beradaptasi dan berubah secara berkelanjutan dan, tidak dapat
mengandalkan format pendidikan konvensional yang berbasis pada pendekatan
pengajaran (teaching approach). Akan tetapi, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran
dimana mahasiswa tidak hanya dibekali substansi pengetahuan, tetapi juga dibekali
dengan teknik atau metode pembelajaran agar nantinya mampu beradaptasi dan berubah
secara berkelanjutan (constant learning).
Rencana pelaksanaan perkuliahan dengan metode Student Center Learning (SCL)
diharapkan dapat berjalan dengan baik setelah tersedianya fasilitas pembelajaran berupa
modul untuk setiap materi pembelajaran pada mata kuliah biokimia nutrisi. Dengan
demikian, modul-modul tersebut diharapkan menjadi pegangan mahasiswa untuk
melakukan diskusi dan membuat tugas yang diberikan fasilitator.
Selesainya laporan modul ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Melalui prakata ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ketua, sekretaris, dan staf Lembaga Kajian dan Pengembangan pendidikan Unhas.
2. Staf pengajar terutama Tim pengajar matakuliah Biokimia Nutrisi di Program Studi
Budidaya, jurusan Perikanan, Fakuktas ilmu kelautan dan perikanan..
3. Semua pihak atas kerjasamanya selama penulis mengikuti pelatihan pembelajaran
berbasis SCL.
Penulis berharap modul pembelajaran yang penulis susun ini dapat diterapkan
oleh anggota tim pengajar agar mempermudah dalam proses pembelajaram. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan dalam rangka
perbaikan mutu akademik di jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin. Mohon kiranya dapat memberi saran dan kritik kepada penulis
agar metoda pembelajaran ini menjadi lebih baik dan menarik. Semoga modul mata
kuliah biokimia nutrisi ini bermanfaat, khususnya bagi mahasiswa budidaya perairan.
Makasaar, Februari 2008
Penulis
RINGKASAN
Ilmu biokimia bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat zat-zat kimia yang terdapat
dalam jasad hidup, senyawa yang diproduksi, serta fungsi dan transformasi zat-zat kimia
tersebut, selanjutnya menelaah transformasi tersebut berhubungan dengan aktivitas
kehidupan. Dengan demikian, pemahaman tentang bagaimana kumpulan zat tak hidup
bercampur, bereaksi, dan berinteraksi menghasilkan zat yang disebut hidup, merupakan
dasar dalam mempelajari organisme sebagai zat hidup yang utuh. Hal penting lain yang
perlu dipahami, keterkaitan zat-zat tak hidup tersebut dengan kebutuhan zat gizi atau
nutrisi. Oleh karena itu, mata kuliah ini adalah mata kuliah dasar di program studi
budidaya perairan dan merupakan mata kuliah prasyarat untuk mengambil mata kuliah
nutrisi kultivan dan teknologi manajemen pakan.
Pokok bahasan mata kuliah meliputi pendahuluan, logika molekul organisme
hidup dan nutrisi ikan, karbohidrat, lipida, protein, vitamin, mineral, asam nukleat,
enzim, dan metabolisme energi.
Sub-pokok bahasan pada modul pendahuluan informasi kontrak dan rencana
pembelajaran, keterkaitan mata kuliah dengan kompetensi lulusan, dan ruang lingkup
mata kuliah.
Sub-pokok bahasan pada modul logika molekul organisme hidup dan nutrisi ikan
meliputi sifat khusus benda hidup, makromolekul organik pada organisme hidup, sel,
fungsi biomolekul dalam sel, serta keterkaitan biomolekul dengan zat gizi pakan dan
proses nutrisi dalam tubuh ikan.
Sub-pokok bahasan pada modul karbohidrat adalah struktur karbohidrat, fungsi
karbohidrat, penggolongan karbohidrat, biokimia penting karbohidrat, dan metabolisme
karbohidrat meliputi glikolisis, siklus asam sitrat, sistem transpor elektron, glikogenesis,
dan glukoneogenesis
Sub-pokok bahasan pada modul lipida adalah struktur lipida, fungsi lipida,
pengelompokan lipida, sifat-sifat lipida, dan metabolisme lipida meliputi lipolisis dan
lipogenesis.
Sub-pokok bahasan pada modul protein adalah struktur protein, fungsi protein,
penggolongan protein, struktur asam amino, fungsi asam amino, penggolongan asam
amino, struktur peptida, dan metabolisme protein meliputi katabolisme dan sintesa
protein
Sub-pokok bahasan pada modul vitamin meliputi pengelompokan vitamin,
vitamin sebagai koenzim, peran vitamin dalam metabolisme, metabolisme vitamin yang
larut dalam air, dan metabolisme vitamin yang larut dalam lemak.
Sub-pokok bahasan pada modul mineral meliputi penggolongan mineral,
distribusi mineral dalam organ dan jaringan, absorbsi, metabolisme, dan ekskresi
mineral, serta fungsi biokimia dan pengaturan mineral dalam tubuh.
Sub-pokok bahasan pada modul asam nukleat meliputi struktur asam nukleat,
jenis dan fungsi asam nukleat, peran asam nukleat dalam sintesa protein, serta peran
asam nukleat sebagai koenzim.
Sub-pokok bahasan pada modul enzim meliputi struktur dan fungsi enzim,
penggolongan enzim, enzim sebagai protein, sisi aktif dan efisiensi katalitik enzim,
kinetika reaksi enzim, serta faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim.
Sub-pokok bahasan pada modul terakhir pada mata kuliah biokimia nutrisi adalah
metabolisme energi meliputi konsep bioenergetika, anabolisme dan katabolisme, tahapan
pembentukan energi dari makanan, energi bebas dan perangkaian reaksi eksegonik
dengan endergonik, senyawa-senyawa berenergi tinggi, dan pengontrolan metabolisme.
PETA KEDUDUKAN MODUL
10. Metabolisme energi
Konsep bioenergetika
Anabolisme dan katabolisme
Tahapan pembentukan energi dari makanan
08. Asam nukleat Energi bebas dan perangkaian reaksi eksegonik dengan endergonik
Struktur asam nukleat Senyawa-senyawa berenergi tinggi
Jenis dan fungsi asam nukleat. Pengontrolan metabolisme
Peran asam nukleat dalam sintesa protein
Peran asam nukleat sebagai koenzim
09. Enzim
05. Protein Struktur dan fungsi enzim
Penggolongan enzim
Struktur protein
Enzim sebagai protein
Fungsi protein
Sisi aktif dan efisiensi katalitik enzim
Penggolongan protein
Kinetika reaksi enzim
Struktur asam amino
Faktor-faktor yang
Fungsi asam amino
mempengaruhi aktivitas enzim
Penggolongan asam amino
Struktur peptida
Metabolisme protein
07. Mineral
Penggolongan mineral
04. Lipida Distribusi mineral dalam organ dan jaringan
Struktur lipida Absorbsi, metabolisme, dan ekskresi mineral
Fungsi biokimia dan pengaturan mineral dalam tubuh
Fungsi lipida
Pengelompokan lipida
Sifat-sifat lipida
Metabolisme lipida
Oleh
Oleh
Universitas Hasanuddin
Makassar
14 September 2007
DAFTAR ISI
No Hal
1 Sampul
2 Halaman Pengesahan 1
3 Daftar Isi 2
5 Rancangan Pembelajaran 5
Matakuliah
6 8
Tabel Rencana Penilaian Kinerja
7 Mahasiswa 18
8
Kontrak Pembelajaran
9
Buku Panduan Kerja Keterampilan
10
Buku Pegangan Tutor
11
Buku Kerja Mahasiswa (Modul
12 Praktikum) 26
Lembar Penilaian Indikator
Pencapaian Kompetensi
Lembar Konsultasi
KOMPETENSI LULUSAN PROGRAM STUDI BUDIDAYA
KOMPETENSI a b c d e
2 Mengembangkan serta √ √ √
menerapkan ilmu dan
teknologi Pakan kultivan
(organisme akuakultur) pesisir
3 Rancang bangun prasarana dan √ √ √
sarana akuakultur bahari
6 Kemampuan melakukan √ √ √
Penanganan terhadap penyakit dan
parasit ikan
ELEMEN KOMPETENSI :
a. Landasan kepribadian
b. Penguasaan ilmu dan keterampilan
c. Kemampuan berkarya
d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai
e. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam
berkarya
RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS KBK
Kompetensi Utama: Kemampuan dalam menerapkan pengetahuan dasar proses biokimia nutrisi
pada ikan (2)
Kompetensi Lainnya (Institusial): Mampu dan terampil menerapkan ilmu dan teknologi
budidaya perairan, khususnya
JURUSAN: PERIKANAN
Kelengkapan informasi
Kerjasama kelompok
Keaktifan dan kreativitas
Kemampua menjelaska
KONTRAK PEMBELAJARAN
Semester: IV
Tempat Pertemuan: LT 1
1. MANFAAT MATA KULIAH
• Pertumbuhan ikan atau hewan akuatik lainnya sangat ditentukan oleh adanya
keseimbangan asupan nutrisi pakan dan kebutuhan metabolisme tubuh. Asupan nutrisi
pakan yang kurang berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme tubuh,
sebaliknya asupan nutrisi pakan yang berlebih menyebabkan ketersedian nutrien
melebihi kebutuhan metabolisme sehingga tidak efisien dan berpengaruh pada kualitas
media budidaya.
• Mata kuliah ini, juga menunjang pencapaian salah satu tujuan khusus program studi
budidaya perairan yaitu menjadikan luaran yang mempunyai kompetensi dalam hal
mengembangkan serta menerapkan ilmu dan teknologi pakan kultivan (organisme
akuakultur) pesisir
• Oleh sebab itu, mata kuliah ini ditawarkan untuk membantu mahasiswa memperoleh
pemahaman yang komprehensif tentang biokimia nutrisi yang dapat digunakan dalam
pekerjaannya, terutama dalam manajemen dan teknologi pakan
Mata kuliah ini membahas tentang logika molekul organime hidup, kebutuhan dan metabolisme
nutrisi ikan, konsep biokimia dan faktor-faktor yang meregulasi metabolisme energi dalam tubuh
hewan akuatik.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa diharapkan :
05. Protein
07. Mineral
04. Lipida
06. Vitamin
03. Karbohidrat
Metode perkuliahan yang digunakan pada mata kuliah ini adalah metode ceramah/kuliah, kajian
pustaka, kerja kelompok, presentase, diskusi, dan tutorial. Ceramah dilakukan selama satu jam
perkuliahan dan dilanjutkan dengan presentase dan diskusi selama satu jam perkuliahan,
sedangkan kajian pustaka, kerja kelompok, dan tutorial dilakukan diluar jadwal perkuliahan.
Selain itu, mahasiswa juga wajib mengikuti praktikum sebanyak satu kali seminggu selama dua
jam.
6. MATERI/BAHAN BACAAN
Brody S. 1974. Bioenergetics and Growth with Special Reference to Efficiency Complex in
Domestic Animals. London: Collier-McMillan Publ.
Hepher B. 1990. Nutrition of Pond Fishes. New York: Cambridge University Press.
Houlihan D, Bounjard T, Jobling M. 2001. Food Intake in Fish. Oxford : Osney Mead,
Blackwell Science Ltd.
Lehninger. 1999. Dasar-Dasar Biokimia. Thenawijaya M., penerjemah. .Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Parakkasi A, penerjemah..
Jakarta : Penerbit UI Press.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 1999. Biokimia Harper. Hartono A,
penterjemah; Santoso AH, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Piliang WG. 2006. Fisiologi Nutrisi. Bogor : IPB Press.
Stipanuk MH. 2000. Biochemical and Physiological aspects of Human Nutrition. Philadelphia,
PA 19106: W.B. Saunders Company. An Imprint of Elsevier Science. The Curtis Center
Independence Square West,.
Stryer L. 2000. Biokimia. Tim penerjemah bagian biokimia FKUI, penterjemah; Soebianto SZ,
Setiadi E., Editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. JICA textbook the general aquaculture course.
Tokyo: Departement of Aquatic Biosciences, Tokyo University of Fisheries.
7. TUGAS
8. KRITERIA PENILAIAN
• Penilaian hasil belajar akan dilakukan oleh pengajar dengan menggunakan standar PAN
yaitu berdasarkan distribusi normal nilai pada satu kelas.
• A = > rata-rata + 1,5 SD
• B = (rata-rata + 0,5 SD) s.d (rata-rata + 1 SD)
• C = rata-rata ± 0,5 SD
• D = (rata-rata – 1 SD) s.d ( rata-rata – 0,5 SD)
• E = < rata-rata – 1,5 SD
Hal-hal yang menjadi faktor penilaian kelulusan pada mata kuliah ini adalah
9. NORMA AKADEMIK
1. Mahasiswa harus berpakaian rapih dan bersepatu
2. Mahasiswa tidak diperkenankan terlambat dan ribut dalam kelas
3. Wajib membaca materi yang akan disajikan pada pertemuan berikutnya
Metode SCL
No Pokok Sub-Pokok Dose n
. Bahasan Bahasan
1 3 4 5 6
3-4 H
Kuliah+kerja
Karbohidrat kelompok+diskusi+tut
orial
- Struktur dan
fungsi
karbohidrat
- Penggolonga n
karbohidrat
- Biokimia
penting
karbohidrat
- Metabolisme
karbohidrat
meliputi
glikolisis,
siklus asam
sitrat, sistem
5-6 transpor ES
elektron, Kuliah+kerja
Lipida glikogenesis,
kelompok+diskusi+tut
dan
glukoneogen orial
esis
- Struktur dan
fungsi lipida
- Pengelompok an
lipida
7-8 - Sifat-sifat ES
lipida
Protein - Metabolisme Kuliah+kerja
lipida meliputi kelompok+diskusi+tut
lipolisis dan orial
lipogenesis
- Struktur dan
fungsi protein
- Penggolonga n
protein
- Struktur dan
fungsi asam
amino
- Penggolonga n
9- asam amino Z
- Struktur
10
Vitamin peptida PBL+presentasi
- Metabolisme
protein
meliputi
katabolisme
dan sintesa
protein
- Pengelompok an
vitamin
- Vitamin Z
sebagai
11- Mineral koenzim
12 - Peran vitamin
PBL+presentasi
dalam
metabolisme
- Metabolisme
vitamin yang
larut dalam air
- Metabolisme
vitamin yang
larut dalam
lemak
- Penggolonga n SA
mineral
Asam nukleat - Distribusi
13 mineral dalam
organ dan Kuliah+tugas kajian
jaringan pustaka
- Absorbsi,
metabolisme,
dan ekskresi
mineral
- Fungsi
biokimia dan
pengaturan
mineral dalam SA
tubuh
Enzim
14-
- Struktur asam
15 nukleat Kuliah+kerja
- Jenis dan
kelompok+diskusi+tut
fungsi asam
nukleat. orial
- Peran asam
nukleat dalam
sintesa protein
- Peran asam
nukleat
sebagai
koenzim SA
- Struktur dan
Metabolism e fungsi enzim
energi - Penggolonga n
16 enzim Kuliah+tugas kajian
- Enzim sebagai pustaka
protein
- Sisi aktif dan
efisiensi
katalitik enzim
- Kenetika
reaksi enzim
- Faktor-faktor
yang
mempengaru hi
aktivitas enzim
- Konsep
bioenergitika
- Anabolisme
dan
katabolisme
- Tahapan
pembentukan
energi dari
makanan
- Energi bebas
dam
perangkaian
reaksi
eksegonik
dengan
endergonik
- Senyawa-
senyawa
berenergi
tinggi
- Pengontrolan
metabolisme
MODUL I
Judul : Pendahuluan
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Ilmu biokimia bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat zat-zat kimia yang terdapat dalam
jasad hidup, senyawa yang diproduksi, serta fungsi dan transformasi zat-zat kimia tersebut,
selanjutnya menelaah transformasi tersebut berhubungan dengan aktivitas kehidupan.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan pada sel hidup menunjukkan bahwa sel hidup
tidak lain adalah kumpulan zat tak hidup (inanimate matter). Zat ini dapat diisolasi dan dipelajari
dengan berbagai cara kimia dan fisika, seperti yang dilakukan pada senyawa kimia. Di dalam sel
hidup, zat tersebut bercampur, bereaksi, dan berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk
suatu susunan yang rumit tetapi terorganisasi dengan rapi.
Di dalam ilmu biokimia, memahami bagaimana kumpulan zat tak hidup itu bercampur,
bereaksi, dan berinteraksi menghasilkan zat yang disebut hidup. Hal yang berkaitan dengan tujuan
tersebut adalah mempelajari dan menyelidiki kehidupan yang pertama kali terjadi di masa silam di
atas bumi. Di dalam biokimia dipelajari proses kimia yang terjadi dalam zat hidup. Jadi semua
hukum kimia dan fisika yang berlaku dalam proses kimia juga berlaku pada zat hidup, atau
dengan kata lain, proses biologi mengikuti prinsip kimia dan fisika. Disini, molekul kimia yang
terdapat di dalam zat hidup tidak hanya bercampur dan bereaksi membentuk biomolekul dan
berbagai komponen zat hidup lainnya, tetapi juga mengadakan interaksi satu dengan lainnya
mengikuti prinsip lain dari hukum kimia dan fisika yang telah dikenal. Prinsip tersebut disebut
“Prinsip Asas Logika Molekul Zat Hidup” (Principles of Molecular Logic of Living State).
Biokimia nutrisi mempelajari pemanfaatan nutrisi dalam tubuh organisme, gagasan baru
dalam produksi pakan dapat berhasil apabila proses biokimia dapat dimengerti dengan baik.
B. Ruang Lingkup Isi
C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul pendahuluan dalam mata kuliah biokimia nutrisi. Modul
pendahuluan diberikan sebelum mahasiswa mempelajari modul logika molekul organisme hidup
dan nutrisi ikan, karbohidrat, lipida, protein, vitamin, mineral, asam nukleat, enzim, dan
metabolisme energi.
Kontrak pembelajaran mata kuliah biokimia tertuang pada Rancangan Pembelajaran Mata
Kuliah (Lampiran).
Mata kuliah biokimia nutrisi menunjang pencapaian salah satu tujuan khusus program
studi budidaya perairan yaitu menjadikan luaran yang mempunyai kompetensi dalam hal
mengembangkan serta menerapkan ilmu dan teknologi pakan kultivan (organisme akuakultur)
pesisir.
C. Ruang Lingkup Mata Kuliah
Mata kuliah biokimia nutrisi membahas tentang logika molekul organime hidup,
kebutuhan dan metabolisme nutrisi ikan, konsep biokimia dan faktor-faktor yang meregulasi
metabolisme energi dalam tubuh hewan akuatik.
Pokok bahasan mata kuliah meliputi pendahuluan, logika molekul organisme hidup dan
nutrisi ikan, karbohidrat, lipida, protein, vitamin, mineral, asam nukleat, enzim, dan metabolisme
energi.
Sub-pokok bahasan pada modul logika molekul organisme hidup dan nutrisi ikan meliputi
sifat khusus benda hidup, makromolekul organik pada organisme hidup, sel, fungsi biomolekul
dalam sel, serta keterkaitan biomolekul dengan zat gizi pakan dan proses nutrisi dalam tubuh ikan
Sub-pokok bahasan pada modul lipida adalah struktur lipida, fungsi lipida,
pengelompokan lipida, sifat-sifat lipida, dan metabolisme lipida meliputi lipolisis dan lipogenesis.
Sub-pokok bahasan pada modul protein adalah struktur protein, fungsi protein,
penggolongan protein, struktur asam amino, fungsi asam amino, penggolongan asam amino,
struktur peptida, dan metabolisme protein meliputi katabolisme dan sintesa protein
Sub-pokok bahasan pada modul asam nukleat meliputi struktur asam nukleat, jenis dan
fungsi asam nukleat, peran asam nukleat dalam sintesa protein, serta peran asam nukleat sebagai
koenzim.
Sub-pokok bahasan pada modul enzim meliputi struktur dan fungsi enzim, penggolongan
enzim, enzim sebagai protein, sisi aktif dan efisiensi katalitik enzim, kinetika reaksi enzim, serta
faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim.
Sub-pokok bahasan pada modul terakhir pada mata kuliah biokimia nutrisi adalah
metabolisme energi meliputi konsep bioenergetika, anabolisme dan katabolisme, tahapan
pembentukan energi dari makanan, energi bebas dan perangkaian reaksi eksegonik dengan
endergonik, senyawa-senyawa berenergi tinggi, dan pengontrolan metabolisme.
Pemahaman tentang bagaimana kumpulan zat tak hidup bercampur, bereaksi, dan
berinteraksi menghasilkan zat yang disebut hidup merupakan dasar dalam mempelajari organisme
sebagai zat hidup yang utuh. Hal penting lain yang perlu dipahami adalah keterkaitan zat-zat tak
hidup tersebut dengan kebutuhan zat gizi atau nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
Brody S. 1974. Bioenergetics and Growth with Special Reference to Efficiency Complex in
Domestic Animals. London: Collier-McMillan Publ.
Campbell PN,. Smith AD. 1982. Biochemistry illustrated. Edinburg London
Melbourne and New York.
Girindra, A. 1993. Biokimia I. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hepher B. 1990. Nutrition of Pond Fishes. New York: Cambridge University Press. Houlihan D,
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Tubuh organisme hidup termasuk ikan tersusun dari beberapa unsur yang bergabung
membentuk sejumlah besar molekul. Karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen merupakan
konstituen utama sebagian besar biomolekul. Fosfat merupakan komponen asam nukleat serta
molekul lainnya dan juga tersebar secara luas dalam bentuk terionisasi di dalam tubuh organisme.
Kalsium memainkan peranan penting dalam banyak sekali proses biologik dan menjadi pusat
perhatian banyak riset.
Sel merupakan unit fundamental biologi. Sel mengandung sejumlah organel yang
memiliki banyak fungsi khusus. Secara kimiawi sel terdiri atas biomolekul dan faktor
pertumbuhan lain, yaitu vitamin dan mineral. Biomolekul utama yang kompleks ditemukan dalam
sel dan jaringan organisme, yaitu Dioksinukleic Acid (DNA), Ribonukleic Acid (RNA), protein,
polisakarida, dan lipid. Molekul yang kompleks ini dibangun dari molekul sederhana, seperti
deoksinukleotida, ribonukleotida, asam amino, glukosa, dan asam lemak.
Biomolekul yang terdapat dalam benda hidup berbeda dari senyawa kimia yang ada
disekelilingnya (O2, CO2, N2, garam anorganik, ion-ion logam, dan lain-lain), karena berat
molekulnya yang jauh lebih besar dan strukturnya yang kompleks. Meskipun unsur-unsur yang
membentuknya tidak berbeda. Kualitas zat gizi dari makanan yang dimakan oleh organisme
hidup, sangat menentukan kualitas biomolekul yang terkandung dalam sel organisme hidup.
Materi yang akan dibahas dalam modul logika molekul organisme hidup dan nutrisi ikan
meliputi :
C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke-2 setelah mahasiswa mempelajari aturan main,
keterkaitan mata kuliah biokomia nutrisi dengan kompetensi lulusan, dan ruang lingkup mata
kuliah, serta sebelum mahasiswa mempelajari modul karbohidrat, lipida, protein, vitamin,
mineral, asam nukleat, enzim, dan metabolisme energi.
Organisme hidup mempunyai beberapa sifat khusus yang mencirikannya sebagai benda
hidup. Pertama, di antara sifat yang nyata dari organisme hidup adalah sifat kompleks dan
terorganisasi secara baik. Kedua, tiap komponen organisme hidup mempunyai fungsi dan tujuan
tertentu. Ketiga, organisme hidup mempunyai kemampuan untuk mengekstrak, mengubah, dan
menggunakan energi lingkungannya dalam bentuk zat gizi organik atau energi sinar matahari.
Energi ini digunakan oleh organisme hidup untuk membangun dan mempertahankan struktur
kompleksnya. Organisme hidup tidak pernah berada dalam keadaan seimbang di dalam dirinya
atau dengan lingkungannya. Sifat yang paling istimewa dari organisme hidup adalah
kemampuannya alam melakukan replikasi secara tepat.
NH2 O
| |
– C – C – C – C – OH
Molekul yang terdapat dalam jasad hidup tersebut disebut biomolekul. Biomolekul
utamanya terdapat di dalam sel merupakan molekul organik yang sangat besar, yaitu protein,
asam nukleat, polisakarida, dan lipid. Keempat molekul tersebut disebut makromolekul, di mana
tiap-tiap makromolekul terdiri atas unit-unit pembangun yang lebih kecil.
Protein tersusun atas 21 macam asam amino. Semua asam amino mengandung gugus
karboksil dan gugus amino yang terikat pada atom karbon yang sama. Gugus lainnya disebut
gugus R, gugus ini berlainan antara asam amino yang satu dengan yang lain.
NH2 O
| |
R – C – C – C – OH
Asam nukleat terdiri atas unit monomer nukleotida. Asam nukleat dibangun oleh 8
macam nukleotida, 4 macam pembentuk DNA dan 4 macam pembentuk RNA. Perbedaan antara
DNA dan RNA adalah pada basa dan gulanya. DNA mengandung basa adenin, guanin, timin,
sitosin, dan gula deoksiribosa, sedangkan RNA mengandung basa adenin, guanin, urasil, sitosin,
dan gula ribosa.
Polisakarida seperti selulosa, pati dan glikogen terdiri atas unit yang lebih kecil, yaitu
monosakarida-monosakarida. Lipida, baik yang padat maupun cair mengandung gliserol yang
membentuk ester dengan berbagai asam lemak.
Protein dan asam nukleat merupakan makromolekul yang terdiri atas unit monomer yang
tidak sama, oleh karena itu untuk membuat makromolekul itu serupa setiap dirakit, diperlukan
pengarahan yang tepat yang disebut pengarahan genetik.
C. Sel
Bermacam-macam proses biokimia terjadi di dalam sel dan setiap proses ini mengikut
sertakan suatu seri reaksi kimia. Dari substansi kecil yang sederhana, sel membangun molekul-
molekul besar yang merupakan karakteristik organisme hidup. Molekul-molekul besar tersebut
adalah protein, karbohidrat dan lipid. Seluruh proses sintesa tersebut disebut anabolisme. Di
dalam sel juga terjadi proses sebaliknya yaitu molekul-molekul yang kompleks tersebut
didegradasi atau dipecah menjadi bagian atau senyawa yang lebih sederhana yang disebut
katabolisme. Katabolisme dan anabolisme, keduanya disebut metabolisme.
Cytosol, adalah larutan media yang terletak di dalam sel di antara organel-organel.
Cytosol merupakan gudang karbohidrat, yaitu glikogen pada hewan dan pati pada tanaman. Di
dalam cytosol juga terdapat enzim yang akan mengkatabolisasi glikogen menjadi glukosa,
membentuk piruvat dan senyawa-senyawa lainnya. Cytosol menyediakan piruvat untuk
mitokhondria.
Lisosom, mengandung berbagai jenis enzim pencerna, seperti enzim yang akan
menghidrolisa protein, polisakrida dan lipid sel sedangkan Ribosom, mengandung asam
ribonukleat yang berfungsi mensintesa protein sel
Mitokhondria, merupakan pabrik energi sel, mengandung berbagai enzim yang akan
mengkatalisis zat makanan organik oleh molekul oksigen untuk menghasilkan karondioksida dan
air serta energi kimia. Energi kimia yang dibebaskan dipergunakan untuk menghasilkan ATP
(Adenosin Tri Phosphat), suatu molekul pembawa energi utama sel.
Inti sel, tempat terjadinya replikasi senyawa genetik (DNA), oleh karena itu inti sel
dianggap sebagai pusat kontrol dari pada sel. Di dalam inti sel juga disintesa NAD (nicotinamide
adenin dinucleotide). Bermacam-macam reaksi oksidasi dan reduksi dapat terjadi jika enzim yang
berfungsi terhadap reaksi tersebut ditemani oleh NAD, oleh karena itu substansi tersebut disibut
coenzyme.
Asam nukleat terdiri atas DNA (asam deoksiribonukleat = deoxyribonukleic acid) dan
RNA (asam ribonukleat = Ribonucleic acid) adalah merupakan senyawa yang berfungsi sebagai
penyimpan, transmisi, dan penterjemah sinyal genetik dalam biosintesis protein. DNA berperan
sebagai informasi genetik, sedangkan RNA menerjemahkan bentuk protein yang dikehendaki.
Polisakarida mempunyai dua fungsi utama, pati merupakan penyimpan bahan bakar
penghasil energi dan selulosa berfungsi sebagai unsur struktural bagian luar sel. Lipid memegang
dua peranan utama, sebagai komponen struktural utama membran sel, yaitu menjaga
permeabilitas membran sel dan sebagai simpanan energi.
E. Keterkaitan biomolekul dengan zat gizi makanan dan kebutuhan nutrisi dalam tubuh
ikan
Makanan (diet) menggambarkan komposisi nutrisi yang dibutuhkan. Zat makanan yang
dibutuhkan meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Kebutuhan zat makanan
antara lain bergantung pada umur (ukuran), jenis, dan kondisi fisiologi ikan.
Zat makanan yang dikonsumsi tersebut akan mengalami : (1) proses pencernaan, (2)
penyerapan dan (3) metabolisme dan ekskresi.
1. Proses pencernaan
karbohidrase
Karbohidrat monosakarida
protease
2. Proses penyerapan
Protein
- Bentuk penyerapan
Larva : makro molekul (mis:dipeptida, tripeptida) Umum : asam
amino
- proses : pinositosis
Lemak
Karbohidrat
Berdasarkan kelarutannya, vitamin terdiri atas dua kelompok, yaitu vitamin yang larut
dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang larut dalam lemak vitamin (A, D, E, dan K). Proses
penyerapan vitamin yang larut dalam air, bersamaan dengan masuknya air ke dalam membran sel
baik secara difusi sederhana maupun osmosis. Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak akan
diserap oleh dinding usus (enterosit) bersamaan dengan diserapnya asam lemak.
Dengan demikian, semakin banyak asam lemak yang diserap oleh tubuh maka jumlah vitamin A,
D, E, dan K dalam tubuh akan lebih banyak.
Mineral yang terkandung di dalam pakan setelah melalui proses pencernaan sebagian
akan larut dalam air bersaman dengan terserapnya air, mineral tersebut akan masuk ke dalam sel
melalui membran sel epitel (enterosit). Masuknya beberapa jenis mineral ke dalam sel epitel dapat
berlangsung melalui transpor aktif.
Makanan yang diabsorbsi sebagian akan dipecah atau dikatabolisme untuk menghasilkan
energi. Sisanya akan disimpan atau mengalami anabolisme misalnya dihasilkan glikogen atau
trigliserida, yang merupakan cadangan energi apabila dibutuhkan.
Glukosa dan lemak akan dikatabolisme sempurna yang menghasilkan karbondioksida, air,
dan energi. Katabolisme protein selain menhhasilkan karbon dioksida, air, dan tenaga juga akan
dihasilkan NH3 dan asam urik yang masih mengandung energi. Pada ikan, sisa metabolisme
protein tersebut 80% dalam bentuk NH3.
Biomolekul utama dalam sel dan jaringan organisme adalah DNA yang dibangun oleh
deoksinukleotida, RNA dibangun oleh ribonukleotida, protein dibangun oleh asam amino,
polisakarida dibangun oleh glukosa, dan lipid. dibangun oleh asam lemak.
Sifat khusus organisme hidup adalah sifat kompleks dan terorganisasi secara baik, tiap
komponen organisme hidup mempunyai fungsi dan tujuan tertentu, mempunyai kemampuan
untuk mengekstrak, mengubah, dan menggunakan energi lingkungannya dalam bentuk zat gizi
organik atau energi sinar matahari, organisme hidup tidak pernah berada dalam keadaan seimbang
di dalam dirinya atau dengan lingkungannya, dan kemampuannya dalam melakukan replikasi
secara tepat.
Protein mempunyai aktivitas katalitik spesifik dan berfungsi sebagai enzim, sebagai unsur
struktural di dalam sel dan jaringan, protein hormon berfungsi sebagai pengatur (regulator),
protein haemoglobin berfungsi sebagai media transport. Asam nukleat (DNAdan RNA) adalah
senyawa yang berfungsi sebagai penyimpan, transmisi, dan penterjemah sinyal genetik dalam
biosintesis protein. Polisakarida berfungsi sebagai penyimpan bahan bakar penghasil energi dan
sebagai unsur struktural bagian luar sel. Lipid mempunyai peran menjaga permeabilitas membran
sel dan sebagai simpanan energi.
Zat makanan yang dibutuhkan organisme hidup meliputi protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, dan mineral. Kebutuhan zat makanan antara lain bergantung pada umur (ukuran), jenis,
dan kondisi fisiologi ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar HM, Piliang WG. 1992. Biokimia dan Fisiologi Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas
Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor.
Campbell PN,. Smith AD. 1982. Biochemistry illustrated. Edinburg London
Melbourne and New York.
Haryati, 1998. Karbohidrat. Tugas matakuliah teknik penelitian biokimia. Bogor : Program
Pascasarjana, IPB
Girindra, A. 1993. Biokimia I. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lehninger. 1999. Dasar-Dasar Biokimia. Thenawijaya M., penerjemah. .Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Parakkasi A, penerjemah..
Jakarta : Penerbit UI Press.
MODUL III
Judul : Karbohidrat
BAB I. Pendahuluan
F. Latar Belakang
Karbohidrat adalah senyawa karbon yang mengandung hidrogen dan oksigen dengan
perbandingan 2:1 dengan rumus (CH 2O)n. Istilah ini juga digunakan untuk turunan karbohidrat.
Namun demikian, definisi di atas kemungkinan sudah tidak terlalu tepat karena banyak senyawa
karbohidrat yang tidak mengandung atom hidrogen dan oksigen dengan perbandingan 2:1,
misalnya gula deoksiribosa yang mempunyai rumus C 5H10O4. Di samping itu, banyak pula
karbohidrat yang mengandung atom lain, seperti nitrogen, sulfur, dan lain-lain yang menunjukkan
tidak sesuainya dengan rumus karbohidrat. Karbohidrat antara lain gula (sugars), pati (starch),
glikogen, dan selulosa
Karbohidrat merupakan senyawa yang kaya energi dan sebagai bahan bakar bagi tubuh
organisme hidup. Dari segi biologis, karbohidrat sangat esensial untuk proses-proses metabolisme
dalam tubuh. Karbohidrat masuk ke dalam sistem sirkulasi dalam bentuk gula sederhana, dan
melewati suatu mekanisme yang cukup kompleks dapat mengatur glukosa darah.
Karbohidrat sebagai salah satu makromolekul utama dalam sel organisme hidup
mempunyai peranan penting sebagai sumber energi, seperti energi cadangan dalam bentuk
glikogen, sebagai komponen dalam struktur membran sel dan dinding sel.
a. Struktur karbohidrat
b. Fungsi karbohidrat
c. Penggolongan karbohidrat
d. Biokimia penting karbohidrat
e. Metabolisme karbohidrat
H. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke-3 setelah mahasiswa mempelajari dan mampu
menjelaskan mengenai modul logika molekul organisme hidup dan nutrisi ikan, serta sebelum
mahasiswa mempelajari modul karbohidrat, lipida, protein, vitamin, mineral, enzim, asam
nukleat, dan metabolisme energi.
A. Struktur Karbohidrat
Secara kimia, karbohidrat adalah aldehid atau ketone yang dikenal sebagai aldose atau
ketose. Unit dasar dari karbohidrat adalah monosakarida, yang tidak dapat dipecah lebih lanjut.
Monomer-monomer ini diberi nama sesuai dengan jumlah atom karbon dalam rantai. Tetrose
mengandung empat, pentose lima, dan heksose enam atom karbon.
Atom karbon diberi nomor dari rantai terakhir yang mengadung kelompok karbonil
reaktif.
1 1
CHO CH2O
| |
H -2C-OH 2
C=O
| |
OH -3C- H OH -3C- H
| |
H -4C- OH H -4C- OH
| |
OH -5C- H OH -5C- H
| |
6CH OH 6CH OH
2 2
Glukosa Fruktosa
B. Fungsi Karbohidrat
Senyawa karbohidrat sangat penting di dalam biosfer sebagai bahan yang terbentuk
selama fotosintesa. Tanaman hijau dan algae dapat menggunakan energi dari matahari untuk
mensintesa karbohidrat dari air dan karbon dioksida di atmosfer. Banyak tanaman mengandung
karbohidrat dalam jumlah besar, sebagai cadangan makanan yang dimakan oleh manusia dan
binatang lainnya. Setelah dicerna, karbohidrat komplek dipecah menjadi glukosa yang kemudian
dioksidasi menjadi CO2 dan H2O atau kadang-kadang disimpan sebagai glikogen dalam hati dan
otot. Selama oksidasi glukosa, dihasilkan energi yang digunakan oleh hewan dan manusia.
Karbohidrat juga merupakan komponen penting isomer dari sejumlah struktur material
organisme hidup. Sebagai contoh adalah dinding sel tanaman dan jaringan penghubung dalam
binatang. Monosakarida juga merupakan komponen penting dari senyawa biokimia, seperti asam
nukleat, koenzim, flavoprotein, dan substansi kelompok darah.
C. Penggolongan Karbohidrat
1. Monosakarida
Monosakarida sering disebut gula sederhana (simple sugars) adalah karbohidrat yang
tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi. Gula-gula sederhana dapat
dibagi lagi dalam triosa, tetrosa, pentosa,
heksosa, dan heptosa, bergantung pada jumlah atom karbon yang dimiliki. Monosakarida
mempunyai rumus empiris (CH2O)n di mana n = 3 atau lebih besar. Tiap atom karbon dalam
monosakarida mengandung gugus hidroksil, kecuali sebuah atom karbon yang mengandung
gugus karbonil atau keton. Jika gugus karbonil ada di ujung rantai, monosakarida disebut aldosa
dan jika terletak di lain tempat maka monosakarida disebut ketosa. Glukosa adalah aldo
(aldehyde) heksosa, fruktosa adalah keto (keton) hexose, ribosa adalah aldo pentasa dan
gliseraldehid adalah aldotriosa. Gula pentosa merupakan unsur penting nukleotida, asam nukleat,
dan banyak koenzim.
2. Disakarida
3. Oligosakarida
4. Polisakarida
Sifat dan keberadaan sejumlah karbohidrat dalam proses biokimia disajikan pada Tabel 1
J. Metabolisme Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat dalam metabolisme adalah sebagai bahan bakar untuk oksidasi
dan menyediakan energi untuk proses metabolik lain. Metabolisme karbohidrat pada hewan dapat
dibagi sebagai berikut :
1. Glikolisis
Glikolisis adalah suatu seri reaksi yang hampir terjadi pada setiap sel, dari karbohidrat
melalui fruktose diphosphate menjadi piruvat. Glikolisis disebut juga Embden Meyerhof Pathway.
Karbohidrat yang dipecah bisa berasal ari makanan (glukosa) atau dari simpanan di dalam badan
(glikogen). Apabila glikogen yang dipecah dibutuhkan 1 ATP, apabila glukosa yang dipecah
dibutuhkan 2 ATP
Pentose
D- Galaktose
Cadangan utama karbohidrat dalam binatang,
terutama pada hati dan otot
Glikogen
Khitin
Glikogen
Phosphoglucomutase
Glukosa Hexokinase
ATP
ATP
Phosphoisomerase
ADP
Fruktosa-6 – (P)
(cadangan KH)
Butuh 1 ATP
(dari makanan)
Butuh 2 ATP
Aldolase
3. Glikogenolisis
Pemecahan glikogen, glukosa adalah hasil akhir utama glikogenolisis dalam hati dan
piruvat serta laktat adalah hasil utama dalam otot.
Acetyl CoA yang berasal dari katabolisme karbohidrat atau lemak masuk TCA
berkombinasi dengan senyawa yang mengandung atom C. Pada seluruh TCA cycle, terjadi tiga
kali reduksi NAD menjadi NADH yang dikatalisis oleh enzim isocitrate dehydrogenase, alfa
ketoglutarat dehydrogenase, dan malate dehydrogenase. Selain itu, terjadi pula satu kali reduksi
FAD menjadi FADH2 yang dikatalisis oleh enzim succinate dehydrogenase. Setiap perubahan
NAD menjadi NADH dihasilkan 3 ATP, dan dari FAD menjadi FADH2 dihasilkan 2 ATP. Satu
molekul ATP terbentuk pada saat Succinyl CoA diubah menjadi succinate. Dengan demikian,
untuk satu cycle TCA dihasilkan 12 ATP.
Gambar 5. Tricarboxylic acid (TCA) cycle
Gambar 7. Regulasi hormonal dalam metabolisme karbohidrat pada saat lapar Pada kondisi
Karbohidrat merupakan senyawa yang kaya energi dan sebagai bahan bakar bagi tubuh
organisme hidup, baik langsung maupun tidak langsung, seperti energi cadangan dalam bentuk
glikogen, sebagai komponen dalam struktur membran sel dan dinding sel.
Unit dasar dari karbohidrat adalah monosakarida, yang tidak dapat dipecah lebih lanjut.
Monomer-monomer ini diberi nama sesuai dengan jumlah atom karbon dalam rantai. Karbohidrat
terbagi dalam 4 kelompok besar, yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
Fungsi utama karbohidrat dalam metabolisme adalah sebagai bahan bakar untuk oksidasi dan
menyediakan energi untuk proses metabolik lain. Metabolisme karbohidrat pada organisme hidup,
seperti glikolisis, glikogenesis dan glukoneogenesis, glikogenolisis, oksidasi piruvat menjadi
asetil-KoA, Hexosemonophosphate shunt (jalan pentosa fosfat), dan Tricarboxylic acid (TCA)
cycle.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar HM, Piliang WG. 1992. Biokimia dan Fisiologi Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas
Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor.
Campbell PN,. Smith AD. 1982. Biochemistry illustrated. Edinburg London
Melbourne and New York.
Haryati, 1998. Karbohidrat. Tugas matakuliah teknik penelitian biokimia. Bogor : Program
Pascasarjana, IPB
Girindra, A. 1993. Biokimia I. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lehninger. 1999. Dasar-Dasar Biokimia. Thenawijaya M., penerjemah. .Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Parakkasi A, penerjemah..
Jakarta : Penerbit UI Press.
MODUL IV
Judul : Lipida
BAB I. Pendahuluan
K. Latar Belakang
Lipida adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O), mempunyai sifat yang larut dalam pelarut non polar seperti etanol,
eter, kloroform, dan benzena.
Sifat umum lipid, pada suhu kamar lipid yang memiliki titik cair tinggi bersifat padat,
sedangkan lipid yang memiliki titik cair rendah bersifat cair. Lipid yang padat pada suhu kamar
disebut lemak, sedangkan yang cair pada suhu kamar disebut minyak.
a. Struktur lipida
b. Fungsi lipida
c. Pengelompokan lipida
d. Sifat-sifat lipida
e. Metabolisme lipida
M. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke-4 setelah mahasiswa mempelajari dan mampu
menjelaskan mengenai modul logika molekul organisme hidup dan nutrisi ikan, karbohidrat, serta
sebelum mahasiswa mempelajari modul protein, vitamin, mineral, enzim, asam nukleat, dan
metabolisme energi.
A. Struktur Lipida
Komponen utama lemak adalah asam-asam lemak, turunan asam-asam lemak, meliputi
ester gliserol (monogliserida, digliserida, dan trigliserida), ester kolestrol, dan glikolipid; sterol
dan turunan sterol (kolestrol, garam empedu, dan steroid); dan komponen minor (vitamin yang
larut dalam lemak dan prostaglandin).
a. Asam lemak
Asam lemak merupakan asam organik yang terdiri atas rantai hidrokarbon lurus yang
pada satu ujunganya mempunyai gugus karboksil (COOH) dan pada ujung lainnya berupa gugus
metil (CH3). Asam lemak alami biasanya mempunyai rantai dengan jumlah atom karbon genap
yang berkisar antara 4 – 22 karbon.
CH3(CH2)nCOOH
n biasanya kelipatan 2.
- Titik cair asam lemak tidak jenuh lebih rendah dari asam lemak jenuh. Pada umumnya asam
lemak tidak jenuh cair pada suhu ruangan.
- Asam lemak yang diperoleh dari hidrolisis lipida biasanya mengandung campuran asam
lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
- Titik cair asam lemak meningkat dengan bertambah panjangnya rantai karbon.
Klasifikasi asam lemak berdasarkan jumlah atom karbon yang terikat dalam rantai
gliserida adalah :
1. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang terdiri atas rantai karbon yang mengikat semua
hidrogen yang dapat diikat.
Lipida hewan terutama mengandung asam lemak jenuh rantai panjang, yaitu asam
palmitat (C16) dan asam stearat (C18), sedangkan asam lemak yang terdiri atas 10 karbon atau
kurang jarang terdapat pada lipida hewani, kecuali lemak susu yang mengandung cukup banyak
asam lemak dengan rantai pendek.
Berbentuk padat (sebagian berbentuk cair) berasal dari bahan makanan yang dikonsumsi
dan bersama gliseril dapat disentesa oleh tubuh.
Minyak nabati sebagian besar mengandung asam palmitat, asam stearat, asam oleat, dan
asam linoleat, kecuali minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang banyak mengandung asam
lemak jenuh rantai sedang (C8 – C14).
2. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap.
Umumnya berbentuk cair dan tidak dapat disentesis oleh tubuh. Semua lipid asal hewani
dan sebagian besar asal nabati mengandung asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai sangat
panjang terdapat dalam minyak ikan.
Suatu komponen yang terbentuk dari satu atau lebih asam-asam lemak dan yang
mengandung alkohol disebut ester. Ada 2 golongan ester, yaitu ester gliserol dan ester kolestrol.
Ester kolestrol adalah ester yang terbentuk melalui reaksi kodensasi sterol, kolestrol, dan
asam lemak terikat dengan gugus alkohol.
Glikolipid merupakan komponen yang terdiri atas satu atau lebih molekul gula, biasanya
glukosa atau galaktosa yang mengandung asam lemak dan nitrogen. Komponen ini mempunyai
sifat fisik yang menyerupai lipid.
c. Sterol
Merupakan lemak yang larut dalam alkohol. Sterol mempunyai nukleus dengan 4 buah
cincin saling berhubungan, tiga diantaranya masing-masing mengandung 6 atom karbon,
sedangkan cincing ke empat mengandung 5 atom karbon. Sebuah gugus alkohol .
B. Fungsi lipida
1. Penghasil energi, tiap gram lipid menghasilkan sekitar 9 – 9,3 kalori, energi yang
berlebihan dalam tubuh disimpan dalam jaringan adiposa sebagai energi potensial.
2. Pengatur temperatur tubuh.
3. Penghemat protein.
4. Penghasil asam lemak esensial.
5. Pelarut vitamin A, D, E, dan K.
6. Pelumas bagi persendian dan membantu pengeluaran sisa-sisa makanan dari dalam tubuh.
7. Penambah cita rasa dan memperpanjang rasa kenyang.
8. Pengantar emulsi.
9. Pemula dari progstaglandin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah, denyut
jantung, dan lipolisis.
C. Pengelompokan lipida
Berdasarkan komposisi kimianya, lipid dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu :
1. Lipid sederhana, meliputi :
- Ester asam lemak dengan gliserol atau lemak netral, seperti monogliserida, digliserida,
dan trigliserida.
- Ester asam lemak dengan alkohol berberat molekul tinggi, seperti ester sterol, ester non-
sterol, ester vitamin A, dan ester vitamin D.
3. Lipit turunan, yaitu asam lemak dan sterol, kolestrol dan ergosterol, hormon streoida,
vitamin D, garam empedu.
4. Lain-lain, seperti karotenoid dan vitamin A, vitamin E, dan vitamin K (vitamin yang larut
dalam lemak secara kimiawi sebetulnya termasuk golongan lipid.
1. Lemak simpanan, terdiri atas trigliserida, merupakan zat gizi esensial di dalam tubuh
organisme hidup.
2. Lemak struktural, terdiri atas fosfolipid dan kolesterol. Di dalam jaringan lunak, lemak
struktural ini merupakan ikatan struktural paling penting di dalam tubuh setelah protein. Di
dalam otak lemak struktural terdapat dalam konsentrasi tinggi.
Klasifikasi lipid berdasarkan sumbernya, yaitu :
D. Sifat-sifat lipida
Lipid mempunyai 3 sifat fisik. Pertama, tidak larut dalam air karena adanya asam lemak
berantai karbon panjang dan tidak adanya gugus polar. Kedua, viskositas meningkat dengan
meningkatnya rantai karbon, berkurang dengan meningkatnya suhu dan tidak jenuhnya rantai
karbon. Ketiga, berat jenisnya lebih tinggi untuk trigliserida dengan berat molekul rendah dan
tidak jenuh, berat jenis menurun dengan bertambahnya suhu, karena lipit (minyak dan lemak)
merupakan campuran trigliserida sehingga makin pendek rantai asam lemak makin rendah titik
cair trigliserida.
Sifat-sifat kimia lipid dapat dilihat pada beberapa proses.
Hidrolisis : lipid kalau dimasak menghasilkan gliserol dan sabun. Pada lipase, lemak dihidrolisis
menghasilkan campuran mono dan digliserida dan asam-asam lemak bebas. Kebanyakan asam-
asam lemak tidak mempunyai rasa dan tidak berbau, kecuali asam nitrat dan kaproat. Lipase-
lipase yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri menghasilkan ketengikan.
Oksidasi : lipid teroksidasi pada ikatan rangkapnya menyebabkan lebih kental dan keras. Aksi
oksidasi terjadi pada atom karbon dekat ikatan rangkap yang menghasilkan hidroperosida,
kemudian hidroperoksida membentuk keton atau aldehid. Oksidasi lemak berjalan lebih cepat
dengan adanya logam, seperti tembaga, besi, penyinaran dengan sinar ultraviolet. Osidasi dari
asam lemak menghasilkan keton-keton dengan rasa manis dan bau keras yang disebut dengan
ketengikan keton.
Antioksidan : di alam terdapat beberapa senyawa yang mempertinggi ketahanan lemak pada
oksidasi, seperti phenol, quinon, vitamin E, dan asam gallad.
Hidrogenasi : hidrogen dapat ditambahkan pada ikatan rangkap asam-asam lemak jenuh
membentuk asam-asam lemak jenuh.
E. Metabolisme lipida
Triasilglisrol atau trigliserida merupakan komponen utama lipid makanan, harus dipecah
menjadi gliserida dan asam lemak sebelum diabsorbsi. Agar dapat diabsorbsi dengan baik, lemak
harus diemulifikasi agar dapat bercampur dengan air sehingga enzim dapat mencernakan lemak.
Emulsifikasi terjadi di dalam usus halus dengan bantuan garam empedu, sedangkan di lambung
emulsifikasi sangat terbatas.
Pada waktu lemak memasuki usus halus, hormon kolesistokinin memberi isyarat kepada
kantung empedu untuk mengeluarkan cairan empedu (asam empedu dan garam empedu. Garam
empedu dibuat oleh hati dari kolestrol selanjutnya disimpan di dalam kantong empedu hingga
diperlukan. Pada salah satu ujung molekul garam empedu terdapat rantai samping yang terdiri
atas
asam amino yang menarik atau mengikat air, sedangkan pada ujung lainnya terdapat sterol yang
menarik atau mengikat lemak.
Enzim lipase yang berasal dari dinding usus halus dan pankreas mencerna lemak dalam
bentuk emulsi tersebut. Hampir setengah dari trigliserida berasal dari makanan yang dihidrolisis
secara sempurna oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol, selebihnya dipecah menjadi
digliserida, monogliserida, dan asam lemak.
Fosfolipida dicernakan oleh enzim fosfolipase yang dikeluarkan oleh pankreas dengan
cara yang sama dijelaskan sebelumnya, menghasilkan dua asam lemak dan lisofosfogliserida.
Estergliserol dicerna dan dihidrolisis oleh enzim kolestrol esterase yang dikeluarkan oleh
pankreas. Gliserol dan asam lemak diperoleh dari hasil pemecahan trigliserida melalui proses
lipolisis. Gliserol suatu ikatan 3-karbon, seperti piruvat akan tetapi dengan susunan H dan OH
pada karbon yang berbeda memasuki jalur metabolisme di antara glukosa dan piruvat, serta dapat
diubah menjadi glukosa atau piruvat. Piruvat kemudian diubah menjadi asetil KoA dan
selanjutnya memasuki siklus TCA.
Asam lemak mula-mula dipecah melalui proses oksidasi ke dalam unit-unit yang terdiri
atas 2-karbon. Tiap pecahan 2-karbon tersebut mengikat satu molekul KoA untuk membentuk
asetil KoA. Proses perubahan asam lemak bebas menjadi banyak molekul asetil KoA dinamakan
Beta-Oksidasi. Setiap molekul asetil KoA memasuki siklus TCA seperti yang terjadi pada
glukosa. Setiap unit dua karbon pecah dari molekul asam lemak akan dilepas sedikit energi. Jika
unit 2- karbon ini memasuki siklus TCA dalam bentuk asetil KoA akan dihasilkan energi
sebanyak 3 kali lipat yang diikat dalam bentuk NADH dan FADH 2.
Jika asam lemak memiliki jumlah atom ganjil, maka disamping dibentuk asetil KoA juga
propionil KoA (sama-sama ikatan KoA dengan ikatan 3-karbon). Selanjutnya propionil KoA
memasuki siklus TCA. Bila sel tidak membutuhkan energi, asetil KoA yang berasal dari oksidasi
asam lemak akan membentuk lemak, seperti halnya asetil KoA yang dibentuk dari kelebihan
karbohidrat.
Sel tubuh dapat membuat glukosa dari piruvat dan ikatan 3-karbon lain, tetapi glukosa
tidak dapat dibuat dari pecahan 2 karbon yang dihasilkan oleh
asam lemak. Oleh karena itu, asam lemak tidak dapat digunakan untuk mebentuk glukosa. Hal ini
berarti lemak tidak dapat digunakan sebagai sumber energi untuk organ-organ tubuh yang
memerlukan glukosa sebagai bahan bakar, seperti otak dan syaraf.
Pembentukan glukosa dari gliserol hanya sekitar 5% dari lemak. Perubahan asam lemak
menjadi asetil KoA (pembakaran lemak) menggunakan karbohidrat (terjadi dalam api
karbohidrat).
Lipogenesis adalah pembentukan asam lemak yang terjadi di dalam hati. Glukosa atau
protein yang tidak segera digunakan tubuh sebagian besar tersimpan sebagai trigliserida. Sebagian
kecil glukosa tersimpan dalam bentuk glikogen, serta protein disimpan di dalam cadangan asam
amino.
Sebagian besar atom karbon yang berasal dari glukosa dan asam amino yang berlebihan
akan disintesis menjadi trigliserida (lipogenesis). Lipogenesis membutuhkan ATP serta vitamin-
vitamin seperti biotin, niasin, dan asam pantotenat.
Atom-atom karbon yang berasal dari glukosa dan asam-asam amino diubah menjadi asetil
KoA, dengan melalui beberapa tahap reaksi bagian asetat dari asetil KoA akan membentuk asam-
asam lemak jenuh berupa asam palmitat (C16), asam stearat (C18), atau asam arakidonat (C20).
Asam lemak ini akan melakukan esterifikasi dengan gliserol (diproduksi dalam glikolisis) dan
menghasilkan aliran darah sebagai very low density lipoprotein (VLDL) yang digunakan untuk
menghasilkan energi atau disimpan dalam sel-sel lemak.
Hasil pencernaan lipid diabsorbsi ke dalam membran mukosa usus halus dengan cara
difusi. Sebelum diabsorbsi kolestrol mengalami esterifikasi kembali yang dikatalis oleh asetil
Koenzim A dan kolestrol asetiltransferase.
Fosfolipida
Lipoprotein adalah alat angkut lipid, terdiri atas kilomikron, LDL (low density
lipoprotein), VLDL (very low density lipoprotein), dan HDL (high density lipoprotein).
Kilomikron mengangkut lipid dari saluran cerna ke dalam tubuh. Lipid yang diangkut
terutama trigliserida. Di dalam aliran darah, trigliserida yang ada pada kilomikron dipecah
menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein.
Sebagian besar asam lemak yang terbentuk di dalam tubuh diabsorbsi oleh sel-sel otot, sel
lemak, dan sel-sel lain. Asam lemak ini dapat langsung digunakan sebagai zat energi atau diubah
menjadi trigliserida. Sel-sel otot cenderung menggunakannya sebagai energi, sedangkan sel lemak
menyimpannya sebagai trigliserida. Hati merupakan alat yang memproduksi lipid utama di dalam
tubuh, sedangkan sel-sel lemak tidak membuat lemak tetapi hanya menyimpan lemak.
VLDL adalah lipoprotein dengan densitas sangat rendah, terutama terdiri atas trigliserida.
LDL adalah lipoprotein dengan densitas rendah (kolestrol jahat). HDL adalah lipoprotein dengan
densitas tinggi (kolestrol baik).
Komposisi lipoprotein
VLDL 55 – 65 10 – 15 15 – 20 5 – 10
LDL 10 45 22 25
HDL 5 20 30 45 - 50
VLDL dan kolomikron dapat diangkut ke luar sel (ke ruang antar sel) baik secara
langsung oleh retikulum endoplasmik maupun melalui perantaraan badan golgi (vacuola golgi).
Glikolisis
Siklus Kreb’s
Lipid yang padat pada suhu kamar disebut lemak, sedangkan yang cair pada suhu kamar
disebut minyak. Lipid terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Komponen utama lemak adalah asam-asam lemak, turunan asam-asam lemak, meliputi ester
gliserol (monogliserida, digliserida, dan trigliserida), ester kolestrol, dan glikolipid; sterol dan
turunan sterol (kolestrol, garam empedu, dan steroid); dan komponen minor (vitamin yang larut
dalam lemak dan prostaglandin).
Banyak fungsi tubuh yang sangat tergantung pada lemak. Secara makro fungsi lemak
antara lain sebagai sumber energi, membantu transfor vitamin yang
larut dalam lemak, berfungsi sebagai bahan insulasi dan pelindung organ-organ dan jaringan
tubuh bagian dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Houlihan D, Bounjard T, Jobling M. 2001. Food Intake in Fish. Oxford : Osney Mead,
Blackwell Science Ltd.
Lehninger. 1999. Dasar-Dasar Biokimia. Thenawijaya M., penerjemah. .Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Parakkasi A, penerjemah..
Jakarta : Penerbit UI Press.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 1999. Biokimia Harper. Hartono A,
penterjemah; Santoso AH, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anwar HM, Piliang WG. 1992. Biokimia dan Fisiologi Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas
Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor.
Piliang WG, Al Haj SDj. 2006. Fisiologi Nutrisi. Bogor : Penerbit IPB Press.
Stryer L. 2000. Biokimia. Tim penerjemah bagian biokimia FKUI, penterjemah; Soebianto
SZ, Setiadi E., Editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
MODUL V
Judul : Protein
BAB I. Pendahuluan
O. Latar Belakang
Istilah protein pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli kimia Belanda (1802 – 1880).
Kata protein berasal dari kata Yunani, yaitu Proteos berarti yang utama atau yang didahulukan.
Jadi protein diartikan sebagai zat yang paling penting dalam setiap organisme.
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar sesudah air.
Seperlima bagian tubuh makhluk hidup adalah protein (separuhnya terdapat di dalam otot,
seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam
jaringan lain dan cairan tubuh).
Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara 5000 hingga
puluhan jutaan. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang terikat satu sama lain
dalam ikatan peptida. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi
lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
a. Struktur protein
b. Fungsi protein
c. Penggolongan protein
d. Struktur asam amino
e. Fungsi asam amino
f. Penggolongan asam amino
g. Struktur peptida
h. Metabolisme protein
Q. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke-5 setelah mahasiswa mempelajari dan mampu
menjelaskan mengenai modul logika molekul organisme hidup dan nutrisi ikan, karbohidrat,
lipida, serta sebelum mahasiswa mempelajari modul, vitamin, mineral, enzim, dan metabolisme
energi.
F. Struktur Protein
Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, sehingga terdapat pada semua protein akan
tetapi tidak terdapat pada karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen merupakan 16% dari berat
protein.
Molekul protein lebih kompleks dari pada karbohidrat dan lemak dalam berat molekul
dan keanekaragaman unsur-unsur asam amino yang membentuknya. Berat molekul protein bisa
mencapai 40 juta. Bandingkan dengan berat glukosa hanya 180. Jenis protein sangat banyak
sekitar 1010 – 1012. Protein terdiri atas sekian kombinasi berbagai jenis dan jumlah asam amino.
Ada 20 jenis asam amino yang diketahui sekarang, 10 jenis asam amino esensial dan 10 jenis non
esensial
G. Fungsi Protein
Sel-sel dalam mensintesis protein baru membutuhkan semua asam amino esensial dan
nitrogen (ikatan NH2) yang cukup. Protein kolagen merupakan
protein utama otot, fibrin, dan myosin juga terdapat dalam otot. Kulit membutuhkan asam amino
yang mengandung sulfur.
Cairan tubuh terdapat pada intraselluler (di dalam sel), ekstraselluler atau interselluler (di
antara sel), dan intravaskuler (di dalam pembuluh darah). Bagian atau kompartemen ini
dipisahkan oleh membran sel. Distribusi cairan harus seimbang atau homoestatis, keseimbangan
tersebut diperoleh melalui sistem kompleks yang melibatkan protein dan elektrolit. Penumpukan
cairan di dalam jaringan (edema) merupakan tanda awal kekurangan protein.
5. Pembentukan antibodi
Kekurangan protein tubuh rentan terhadap serangan penyakit dan bahan- bahan toksik
lainnya.
7. Sumber energi
Protein sebagai sumber energi lebih mahal baik ditinjau dari harga maupun jumlah energi
yang dibutuhkan untuk metabolisme energi.
H. Penggolongan Protein
Protein terdiri atas protein fibrous (protein bentuk serabut), protein globular (protein
berbentuk bola), dan protein konyugasi (protein sederhana yang terikat dengan unsur-unsur lain).
2. Protein fibrous
Protein fibrous adalah protein berbentuk serabut, terdiri atas beberapa rantai peptida
berbentuk spiral yang terjalin satu sama lain sehingga menyerupai bahan yang kaku. Karakteristik
protein fibrous adalah daya larut rendah, memiliki kekuatan mekanis yang tinggi, dan tahan
terhadap enzim pencernaan.
Protein ini terdapat dalam unsur-unsur tubuh organisme hidup. Contoh protein fibrous
adalah :
- Kolagen, merupakan protein utama jaringan ikat, tidak larut dalam air, mudah berubah dalam
bentuk gelatin jika dipanaskan di dalam asam encer atau alkali. Kolagen tidak mengandung
triptofan tetapi banyak mengandung hidroksiprolin dan hidrosisilin.
- Elastin, terdapat dalam urat, otot, arteri (pembuluh darah) dan jaringan elastin lainnya. Elastin
tidak dapat berubah menjadi gelatin.
2. Protein globular
Protein globular adalah protein berbentuk bola, terdapat dalam cairan jaringan tubuh.
Larut dalam larutan garam dan asam encer, mudah berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi
garam, dan mudah mengalami denaturasi.
- Albumin, terdapat dalam telur, susu, ikan gabus, plasma, dan hemoglobin, larut dalam air,
mengalami koagulasi bila dipanaskan.
- Glubolin, terdapat dalam otot, serum, kuning telur, dan biji tumbuh-tumbuhan, tidak larut dalam
air tetapi larut dalam larutan garam encer dan garam dapu, serta mengendap dalam larutan
garam konsentrasi tinggi, mengalami koagulasi bila dipanaskan..
- Histon, didalam sel terikat dengan asam nukleat, terdapat dalam jaringan timus dan pankreas.
3. Protein konyugasi
Protein konyugasi adalah protein sedrhana yang terikat dengan bahan- bahan non-asam
amino, gugus non-asam amino disebut gugus prostetik.
- Nukleoprotein, kombinasi protein dengan asam nukleat, mengandung 9 – 10% fosfat, terdapat
dalam inti sel, bagian penting DNA dan RNA (pembawa gen), dapat larut dalam air, tidak
mudah didenaturasi oleh panas.
- Lipoprotein, protein larut dalam air yang berkonyugasi dengan lipida, seperti lisitin dan
kolestrol, terdapat dalam plasma dan berfungsi sebagai pengangkut lipida dalam tubuh.
- Fosfoprotein, protein yang terikat melalui ikatan ester dengan asam fosfat seperti pada kasein di
dalam susu.
- Metaloprotein, protein yang terikat dengan mineral, seperti feritin dan hemosiderin
dengan mineralnya zat besi, tembaga, dan seng.
Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Beberapa
asam amino disamping mengandung unsur-unsur tersebut juga mengandung unsur-unsur fosfor,
besi, yodium, dan kobal.
Asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagian besar koenzim,
hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk
kehidupan. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disentesis oleh tubuh dan
harus ada dalam pakan.
Asam amino terdiri atas atom karbon yang terikat pada satu gugus karboksil (-COOH). Satu
gugus amino (-NH2), satu gugus hidrogen (-H), dan satu gugus radikal (-R) atau rantai cabang.
H C R (gugus alkali)
Pada umumnya asam amino yang diisolasi dari protein karboksilat merupakan alfasam
amino, yaitu gugus karboksil dan amino terikat pada atom C yang sama. Yang membedakan
asam amino satu sama lain adalah rantai cabang atau gugus R-nya. R berkisar dari satu atom H
sebagaimana terdapat pada asam amino paling sederhana glisin ke rantai karbon yang lebih
panjang, yaitu hingga 7 atom karbon.
– Triptofan berfungsi sebagai prekursor vitamin niasin dan pengantar syaraf seretonin
(pembawa pesan dari satu sel syaraf ke yang lain).
– Metionin berfungsi memberikan gugus metil guna sintesis kolin dan kretinin, prekursor
sistein dan ikatannya mengandung sulfur lain.
– Fenilalanin berfungsi sebagai prekursor tirosin dan bersama membentuk hormon-hormon
tiroksin dan epineprin.
– Tirosin berfungsi sebagai prekursor bahan yang membentuk pigmen kulit.
– Arginin bersama dengan sentrolin terlibat dalam sintesis ureum dalam hati.
– Glisin mengikat bahan-bahan toksik dan mengubahnya menjadi bahan yang tidak berbahaya,
sintesis profirin nukleus hemoglobin dan merupakan bagian dari asam empedu.
– Glutamin dibentuk dari asam glutamat dan asparigin dari asam aspartat merupakan simpanan
asam amino di dalam tubuh.
– Histidin sintesis histamin. Kreatin disintesis dari arginin, glisin, dan metionin bersama fosfat,
kreatinin fosfat, suatu simpanan penting fosfat bernergi tinggi di dalam sel.
Berdasarkan rantai cabang atau jumlah gugus asam (karboksil) dan basa (amino), maka
asam amino dapat diklasifikasikan dalam :
Asam amino yang mengandung satu gugus asam dan satu gugus amino, terdiri atas asam
amino dengan rantai cabang hidrokarbon atau asam amino alifatik (gli, ala, fal, leu, eli), hidrosil
(ser dan tre), aromatik (ven, tyr, dan trp), dan yang mengandung sulfur (sis dan met).
5. Asam imino
Asam amino yang mengandung nitrogen imino pengganti gugus amino primer, yaitu pro.
Tirosin Fenilalanin
Prolin Glutamat
Histidin Glutamat
Glisin Serin
L. Struktur Peptida
Struktur peptida terdiri atas struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener.
1. Struktur primer,
Struktur ini ditentukan oleh ikatan kovalen antara residu asam amino yang berurutan, yang
membentuk ikatan peptida. Struktur primer dapat digambarkan sebagai rumus bangun yang
biasa ditulis untuk senyawa organik.
Urutan, macam, dan jumlah asam amino yang membentuk rantai polipeptida adalah struktur
primer protein.
2. Struktur sekunder
Struktur ini terjadi karena ikatan hidrogen antara atom O dari gugus karbonil (C=O) dengan
atom H dari gugus amino (N-H) dalam satu rantai polipeptida, memungkinkan terbentuknya
konformasi spiral yang disebut struktur helex. Bila ikatan hidrogen tersebut terjadi antara dua
rantai polipeptida, maka nasing- masing rantai tidak mebentuk helex melainkan rantai paralel
dengan bentuk berkelok-kelok yang disebut konformasi β. Rantai polipeptida dengan
konformasi β dihubungsilangkan (cross-linked) oleh ikatan hidrogen sehingga membentuk suatu
struktur yang disebut lembaran berlipat (pleated sheets). Struktur polipeptida dalam protein
serabut pada rambut dan wol berbentuk apiral yang berarah putaran kanan. Konformasi
demikian disebut α-helex atau α-keratin rambut atau wol, sedangkan berkelok-kelok disebut β-
keratin.
3. Struktur tersier
Struktur ini terbentuk karena terjadinya pelipatan (folding) rantai α-helex, konformasi β,
maupun gulungan rambang suatu polipeptida, membentuk protein globular, yang struktur tiga
dimensinya lebih rumit daripada protein serabut.
4. Struktur kuartener
Sebagian besar protein berbentuk globular yang mempunyai berat molekul lebih dari 50.000
merupakan oligomer, yang terjadi dari beberapa rantai polipeptida yang terpisah. Rantai
polipeprida ini yang juga disebut protomer saling mengadakan interaksi membentuk struktur
kuartener dari protein oligomer tersebut.
H. Metabolisme Protein
1. Sumber protein
2. Ukuran partikel
3. Perlakuan terhadap bahan makanan sebelum atau pada saat prosesing
4. Jumlah makanan yang dikonsumsi
5. ukuran dan umur organisme hidup
6. Suhu, pH dan lain-lain.
7. Kelenjar pencernaan
8. Komponen non-protein dalam makanan
Metabolisme protein meliputi :
1AA* + 4.6 O2 4.5 CO2 + 1.2 NH3 + 2.5H20 + 0.03 H2S + 24.8 ATP
1 g AA + 1.25 g O2 1.7g CO2 + 0.17 g NH3 + 0.38 g H2O + 0.21 mol ATP
2. Untuk glukoneogenesis
1AA* + 42.6 O2 2.3 CO2 + 1.2 NH3 + 0.66H20 + 0.35 glukosa + ATP
Catatan : *AA = jumlah asam amino dengan berat molekul rata-rata 118 g dan BM protein = n x 100 g,
dimana n = jumlah asam amino
b. Kelenjar pencernaan
2. Pankreas
Pankreas memiliki 2 tipe sel (sel eksokrin dan endokrin). Enzim yang disekresikan oleh
pankreas eksokrin adalah protease (tripsin, khemotripsin, elastase, karboksipeptidase), enzim
amilase, khitinase, dan lipase pankreas endokrin adalah kelompok sel-sel yang terdapat pada sel-
sel eksokrin. Sel-sel tersebut penghasil hormon sehingga selalu berhubungan dengan kapiler
darah. Pada hewan tingkat tinggi sel A (alfa) yang mensekresikan glukagon, sel B (betha) yang
mensekresikan insulin, dan sel D (gamma) yang mensekresikan somatostatin. Insulin dapat
memacu sentesis dengan memacu peningkatan asam amino ke dalam hati.
Mucus berfungsi untuk melindungi gastrointestinal. Mucus ini disekresi oleh tiap-tiap
bagian dari alat-alat gastrointestinal. Selain itu, mucus juga berfungsi memperlicin ruang mucosa
dan mebentuk lapisan yang tipis untuk menghindari dari kelicetan atau pengikisan mucus.
Enzim berfungsi untuk memecah persenyawaan kimia yang mempunyai berat dan jumlah
molekul besar menjadi lebih kecil atau lebih sederhana.
d. Pembagian protease
Persyaratan zat makanan yang dapat dicerna atau diserap oleh dinding alat pencernaan
adalah :
1. Difusi adalah proses pergerakan molekul dari wilayah yang konsentrasinya tinggi ke
wilayah konsentrasinya rendah.
2. Osmose adalah proses pergerakan air dari media yang konsentrasinya tinggi melalui
membran semipermeabel.
3. Tranpor aktif adalah sutu usaha untuk mempertahankan konsentrasi ion jauh dari keadaan
keseimbangannya.
4. Endositosis adalah proses masknya suatu bahan (partikel padat atau cair) ke dalam sel
melalui membran sel.
g. Tenaga pengangkut zat
Ada dua macam tenaga pengangkut zat untuk dapat melewati membran sel, yaitu
Protein tersusun dari rantai panjang asam amino, asam aminonya (-NH2) berkaitan
dengan kelompok karbnoksil 9-COOH). Pada proses pencernaan, ikatan tersebut diputus menjadi
molekul-molekul asam amino atau peptida dengan rantai yang lebih pendek.
Hidrolisis nutrien dibantu oleh enzim pencernaan. Enzim protease dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, seperti pH dan suhu. Produksi enzim menurun pada suhu di atas kisaran optimum.
Aktivitas enzim meningkat dengan peningkatan suhu.
Adanya HCl pada lambung, makanan yang termakan mengalami pengasama hingga
berbentuk bubur atau chyme masuk di usu bagian depan akan bercampur dengan cairan empedu.
Cairan pankreas selain mengandung enzim juga mengandung bikarbonat. Cairan empedu yang
sifatnya basah dan adanya ion bikarbonat dari pankras menyebabkan enzim pankreas dan enzim
dari mukosa usus dapat bekerja secara optimal.
i. Kelebihan protein
Sel mempunyai batas tertentu dalam menimbun protein, bila mencapai batas, setiap
penambahan asam amino dalam cairan tubuh dipecahkan dan digunakan untuk energi atau
disimpan dalam lemak.
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup. Fungsi utama protein ialah
unsur pembentuk struktur sel, misalnya dalam rambut, wol, kolagen, jaringan penghubung,
membran sel dan lain-lain. Selain itu dapat pula berfungsi sebagai protein aktif, seperti enzim,
yang berperan sebagai katalis segala proses biokimia sel. Protein aktif yang lain adalah hormon,
hemoglobin, protein terikat pada gen, toksin, antibodi atau antigen, dan lain-lain.
Protein terdiri atas asam-asam amino yang membentuk ikatan peptida, dimana jenis asam
amino dan bentuk struktur protein sangat menentukan sifat dan karakteristik dari protein tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Brody S. 1974. Bioenergetics and Growth with Special Reference to Efficiency Complex in
Domestic Animals. London: Collier-McMillan Publ.
Houlihan D, Bounjard T, Jobling M. 2001. Food Intake in Fish. Oxford : Osney Mead,
Blackwell Science Ltd.
Lehninger. 1999. Dasar-Dasar Biokimia. Thenawijaya M., penerjemah. .Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Parakkasi A, penerjemah..
Jakarta : Penerbit UI Press.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 1999. Biokimia Harper. Hartono A,
penterjemah; Santoso AH, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anwar HM, Piliang WG. 1992. Biokimia dan Fisiologi Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas
Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor.
Piliang WG, Al Haj SDj. 2006. Fisiologi Nutrisi. Bogor : Penerbit IPB Press.
Stryer L. 2000. Biokimia. Tim penerjemah bagian biokimia FKUI, penterjemah; Soebianto
SZ, Setiadi E., Editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
MODUL VI
Judul : Vitamin
BAB I. Pendahuluan
S. Latar Belakang
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan oleh organisme hidup termasuk
udang dan ikan dalam jumlah yang sedikit namun sangat penting untuk memelihara proses
kehidupan, seperi reaksi-reaksi metabolik dalam sel, pertumbuhan tubuh yang normal, dan untuk
pemeliharaan kesehatan. Terdapat 15 vitamin yang secara positif diidentifikasi berpengaruh pada
pertumbuhan udang dan ikan. Vitamin-vitamin tersebut adalah vitamin yang larut dalam lemak,
meliputi vitamin A, D, E, dan K serta vitamin yang larut dalam air yang meliputi vitamin B-
kompleks dan makro vitamin lainnya seperti cholin, asam askorbik dan inositol. Kedua kelompok
vitamin ini memiliki metabolisme yang berbeda-beda.
Dalam jumlah yang sedikit, vitamin tidak digunakan secara habis dalam satu reaksi
biokimia, namun dari satu molekul akan digunakan berulang-ulang. Secara bertahap vitamin
mengalami degradasi dan memerlukan penggantian dengan molekul vitamin yang baru.
Vitamin sering juga disebut faktor pelengkap makanan, karena vitamin pada
kenyataannya tidak mensuplai kalori dan juga tidak mempengaruhi massa tubuh secara nyata.
Tubuh tidak mapu mensintesis vitamin. Oleh karena itu, vitamin harus disuplai dari maknan atau
merupakan makanan tambahan.
a. Pengelompokan vitamin
b. Vitamin sebagai koenzim
c. Peran vitamin dalam metabolisme
d. Metabolisme vitamin yang larut dalam air
e. Metabolisme vitamin yang larut dalam lemak
U. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke-6 setelah mahasiswa mempelajari dan mampu
menjelaskan mengenai modul logika molekul organisme hidup dan nutrisi ikan, karbohidrat,
lipida, dan protein, serta sebelum mahasiswa mempelajari modul mineral, asam nukleat, enzim,
dan metabolisme energi.
A. Pengelompokan Vitamin
Vitamin dikelompokkan berdasarkan atas kelarutannya (larut dalam air dan larut dalam
lemak). Jumlah vitamin yang larut dalam air lebih banyak dibandingkan vitamin yang larut dalam
lemak. Perbedaan vitamin yang larut dalam air dan yang larut dalam lemak dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan vitamin yang larut dalam air dan yang larut dalam lemak
Komposisi kimia
Awal terjadinya
Fungsi fisiologis
Mekanisme penyimpanan
Hampir semua vitamin, terutama vitamin yang larut dalam air mempunyai aktifitas
katalitis (catalytically active), untuk mempercepat suatu reaksi. Oleh karenanya, vitamin
mempunyai fungsi sebagai koenzim. Vitamin B-komplek selalu berhubungan dengan fungsinya
untuk mentransfer energi. Dalam hal ini, vitamin selalu terlebih dahulu diubah menjadi molekul-
molekul yang lebih komplek yang disebut koenzim. Koenzim adalah suatu sistem yang disebut
juga sebagai holoenzim dan terdiri atas apoenzim yang terdiri atas protein dan kofaktor yang
terdiri atas ion-ion inorganik dan atau koenzim.
Tidak semua koenzim mempunyai kedua tipe ini (apoenzim dan kofaktor). Ada tiga jenis
koenzim atau grup prostetik, yaitu asam adenilat (adenylic acid) atau satu komponen dari turunan-
turunan komponen-komponen yang mengandung fosfor, komplek metalik dari porphyrin, dan
turunan-turunan vitamin- vitamin B-komplek.
Umumnya vitamin yang larut dalam air berfungsi sebagai koenzim dalam
metabolisme energi, protein (asam amino) dan asam nukleat. Peran yang lain adalah sebagai
kosubstrat dalam reaksi enzim (asam askorbik dalam proses redoks), serta komponen struktural
(contohnya kolin dan inositol dalam fosfolipid).
Menurut jumlah penyebarannya dalam tubuh, maka vitamin yang larut dalam air
golongan B-komplek dapat diurut sebagai berikut :
Niasin dapat disintesis dari asam amino triptopan, terdiri atas gugus amida yang secara
fisiologis mempunyai aktivitas dalam tubuh. Niasin merupakan komponen yang terdiri atas dua
koenzim yang aktif untuk mentransfer energi, yaitu Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NAD)
dan Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate (NADP).
Niasin diabsorpsi melalui usus halus. Beberapa reaksi enzimatik yg memerlukan NAD
dan NADP sebagai koenzim antara lain :
- NAD yg berhububungan dengan reaksi deaminasi oksidatif dari asam amino, contohnya
2. Asam Pantotenat
Oksidatif dekarboksilasi
- Sintesis lemak
Dalam proses metabolisme, riboflavin diabsorpsi melalui dinding usus halus secara difusi,
dibawa oleh darah ke jaringan. Riboflavin diretensi dalam hati dan ginjal, serta diekskresi melalui
urin.
Dalam proses metabolisme, tiamin diabsorpsi di bagian usus halus, serta diretensi dalam
hati dan ginjal.
5. Biotin
Biotin berfungsi utama sebagai komponen koenzim untuk reaksi yang memerlukan CO2.
Biotin juga berperan penting dalam glukoneogenesis, dalam sintesis dan oksidasi asam lemak,
aktif dalam proses karboksilase metabolisme triptopan untuk sintesis niasin, serta dalam formasi
transfer RNA untuk sintesis purin dan protein.
Dalam proses metabolisme, biotin diabsorpsi di usus halus, diekskresi melalui urin, serta
diretensi dalam hati dan ginjal.
7. Asam Folat
Fungsi biokimia asam folat adalah berperan penting dalam metabolisme protein sebagai
komponen dari koenzim asam tetrahidrofolik, dibutuhkan dalam sintesis hemoglobin, glysin,
metionin, cholin, thimin dan purin, berperan penting dalam metabolisme phenilalanin, tirosin, dan
histidin.
Fungsi biokimia asam askorbik adalah berperan penting dalam memelihara integritas
jaringan dan sebagai kofaktor dari reaksi-reaksi hidroksilasi seperti hyidroksilasi triptophan,
tirosin, lisin, phenilalanin, dan prolin. Asam askorbik sangat aktif untuk menurunkan senyawa-
senyawa berbahaya dari tubuh, dibutuhkan untuk konversi asam folik menjadi asam
tetrahidrofolik, triptophan menjadi serotonin. Asam askorbik dibutuhkan juga untuk sintesis
hormon-hormon steroid.
Berdasarkan kandungan asam askorbik, bahan pakan digolongkan atas 3 golongan, yaitu :
1. Excellent catergory, adalah bahan pakan yang mengandung 100 mg asam askorbik dalam
setiap 100 mg bahan pakan, contohnya paprika, brokoli, dan lain-lain.
2. Good category, adalah bahan pakan yang mengandung 60-99 mg asam askorbik dalam setiap
100 mg bahan pakan, contohnya sitrus, kol, bayam, dan lain-lain.
3. Fair category, adalah bahan pakan yang mengandung 30-49 mg asam askorbik dalam setiap
100 mg bahan pakan, contohnya asparagus, tomat, semangka, dan lain-lain.
Vitimin C atau asam askorbik diserap diusus halus dan diekskresi melalui urin. Status
vitamin C pada tubuh dapat dievaluasi melalui plasma darah.
9. Kolin
10. Inositol-Myoinositol
1. Vitamin A
Fungsi biokimia vitamin A adalah berperan penting dalam penglihatan sebagai pigmen
penglihatan, memelihara sekresi mukosa jaringan epitel, melindungi membran sel mukus dan
jaringan dalam metabolisme mucopolysacarida, serta membantu melepas enzim proteolitik dari
lisozim dan berperan dalam sintesis kortikosterol dari kolesterol.
Vitamin A tidak terdapat dalam jaringan tanaman, namun berada dalam bentuk prekursor
atau provitamin A yang dikenal sebagai karoten.Komponen- komponen vitamin A di alam
adalah :
Vitamin dapat ditemukan dalam jaringan tubuh hewan, hati merupakan organ penyimpan
vitamin A dan merupakan sumber vitamin A terkaya. Vitamin A juga ditemukan pada kuning
telur dan air susu. Absorbsi vitamin A dipengaruhi oleh penyerapan protein. Protein mempercepat
transfer provitamin A menjadi vitamin A.
2. Cholecalciferol (Vitamin D)
3. Vitamin E
Vitamin E disebut juga vitamin antisterilitas. Vitamin ini mempunyai beberapa bentuk
isomer, yaitu:
- Alpha-tocopherol
- Beta-tocopherol
- Gamma-tocopherol
- Delta-tocopherol
Fungsi biokimia vitamin E adalah sebagai anti oksidan (melindungi komponen reaktif
(seperti HUFA, vitamin A, dan C) dari oksidasi, membantu sel-sel pernapasan (alpha-tocoferol
berperan jaringan jantung dan otot). Vit E berfugsi juga sebagai kofaktor dalam enzim
cytochrome-reductase dalam sistem NAD oksidase dan suksinate oksidase, mengatur sintesis
komponen-komponen tubuh, yaitu berperan dalam biosintesis DNA, sabagai kofaktor dalam
sintesis asam askorbik.
Dalam proses metabolisme, vitamin E diabsorpsi dalam usus halus dengan bantuan asam
empedu, dideposit dalam jaringan tubuh seperti lemak, otot, kelenjar adrenal, jantung, dan hati.
Vitamin E diekskresi melalui feses.
4. Vitamin K
Fungsi biokimia vitamin K adalah mengatur kandungan protein plasma yang dibutuhkan
untuk pembekuan darah, dengan membentuk komplek protein,
yaitu prothrombine (faktor II), proconvertine (faktor VII), plasma thromboplastin (faktor IX), dan
faktor Stuarts (faktor X). Vitamin K berperan penting dalam transpor elektron dan fosforilasi
oksidatif. Dalam proses metabolisme, vitamin K diabsorpsi dengan bantuan kelenjar empedu, ke
kelenjar limpa dan masuk ke dalam sirkulasi darah. Ekskresi vitamin K dilakukan melalui feses
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan oleh organisme hidup dalam
jumlah yang sedikit untuk memelihara proses kehidupannya. Terdapat 15 vitamin yang secara
positif diidentifikasi berpengaruh pada pertumbuhan udang dan ikan. Vitamin-vitamin tersebut
adalah vitamin yang larut dalam lemak, meliputi vitamin A, D, E, dan K serta vitamin yang larut
dalam air yang meliputi vitamin B-kompleks dan makro vitamin lainnya seperti cholin, asam
askorbik dan inositol.
Hampir semua vitamin, terutama vitamin yang larut dalam air mempunyai aktifitas
katalitis (catalytically active), untuk mempercepat suatu reaksi, sehingga vitamin mempunyai
fungsi sebagai koenzim. Peran sebagai koenzim dalam proses metabolisme energi, protein (asam
amino), dan asam nukleat. Peran yang lain adalah sebagai kosubstrat dalam reaksi enzim (asam
askorbik dalam proses redoks), serta komponen struktural (contohnya kolin dan inositol dalam
fosfolipid).
DAFTAR PUSTAKA
Anwar HM, Piliang WG. 1992. Biokimia dan Fisiologi Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayat, Institut Pertanian Bogor.
Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Parakkasi A, penerjemah..
Jakarta : Penerbit UI Press.
Tacon, AGJ. 1991. Vitamin nutrition in shrimp and fish. Dalam Akiyama, A.M and Tan, R.K.H.
(editor). Proceedings of the aquaculture, feed processing and nutriton workshop.
Piliang WG, Al Haj SDj. 2006. Fisiologi Nutrisi. Bogor : Penerbit IPB Press.
MODUL VII
Judul : Mineral
BAB I. Pendahuluan
W. Latar Belakang
Fungsi utama mineral dalam tubuh organisme antara lain pembentukan struktur rangka,
memelihara sistem koloid (tekanan osmotik, viskositas, difusi) dan regulasi keseimbangan asam
basa (Lall, 1989). Mineral juga merupakan komponen penting dari hormon-hormon dan aktivator
enzim. Kontrol mekanisme biokimia yang kompleks dan regulasi penambahan, penyimpanan dan
ekskresi berbagai unsur mineral, memungkinkan ikan untuk hidup dalam keseimbangan dinamik
dengan media air.
Dari 109 unsur mineral yang terdapat di alam, hanya beberapa yang dianggap penting
untuk digunakan dalam tubuh, yaitu kurang lebih 40 elemen. Unsur-unsur mineral terdapat dalam
jumlah relatif sedikit dalam tubuh namun sangat essensial untuk kelangsungan metabolisme yang
normal dalam tubuh.
Suatu unsur anorganik dinyatakan essensial bagi tubuh jika memenuhi 4 kriteria utama.
Pertama, mineral harus ada dalam jumlah dan konsentrasi yang cukup konstan dalam tubuh
organisme hidup yang sehat dengan sedikit variasi dari satu organisme ke organisme lainnya.
Kedua, defisiensi akibat pemberian pakan akan menyebabkan terjadinya ketidaknormalan fungsi
fisiologis oleh karena pakan harus mengandung semua unsur mineral yang esensial dalam jumlah
dan perbandingan yang seimbang serta harus bebas dari sifat-sifat keracunan. Ketiga, penambahan
mineral yang defisiensi sekurang-kurangnya harus dapat mencegah atau memperbaiki
ketidaknormalan fungsi fisiologis. Terakhir, ketidaknormalan yang disebabkan oleh defisiensi
mineral tertentu harus disertai dengan perubahan-perubahan biokimia yang spesifik, bila
defisiensi dapat diatasi dengan cara suplementasi mineral dalam pakan, maka kelainan biokimia
akan kembali normal.
X. Ruang Lingkup Isi
a. Penggolongan mineral
b. Distribusi mineral dalam organ dan jaringan
c. Absorbsi, metabolisme, dan ekskresi mineral
d. Fungsi biokimia dan pengaturan mineral dalam tubuh
Y. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke-7 setelah mahasiswa mempelajari dan mampu
menjelaskan mengenai modul logika molekul organisme hidup dan nutrisi ikan, karbohidrat,
lipida, protein, dan vitamin, serta sebelum mahasiswa mempelajari modul enzim, asam nukleat,
dan metabolisme energi.
A. Penggolongan Mineral
Mineral dibagi dalam beberapa golongan, yaitu mineral makro, mineral mikro, dan
mineral trace atau mineral ultratrace. Mineral makro, dibagi 2, yaitu kation-kation utama meliputi
Ca, Mg, Na dan anion-anion utama meliputi P, Cl,
S. Mineral mikro meliputi Mn, Fe, Cu, I, Zn, Fl, dan V. Mineral trace meliputi Co, Mo, Se, Cr,
Tin, Ni, dan Si.
Mineral sebagai elemen penting dalam komposisi tubuh organisme hidup, terdistribusi
keseluruh bagian tubuh organisme tersebut. Organ dan jaringan tempat distribusi utama mineral
adalah :
1. Distribusi mineral pada jaringan tulang (osteotropik). Contohnya Ca, Mg, Sr, Be, P, F, Va,
Ba, Ti, dan Ra.
2. Disribusi mineral pada sistem retikuloendotelial. Contohnya I, Cu, Mn, Si, Cr, dan Ni.
3. Mineral sebagai partikel non spesifik pada jaringan. Contohnya Na, K, S, Cl, Li, dan Rb.
Hasil absorpsi kalsium (Ca) dideposit pada tulang dan kulit. Ion Ca diekskresi melalui
insang dan ginjal. Mineral fosfor (P) setelah diabsorpsi akan dideposit pada jantung, hati, ginjal,
dan darah, sedangkan kkskresi P melalui renal dan ginjal. Pada magnesium (Mg) proses absorbsi
terjadi usus halus dan ekskresinya melalui urin dan feses. Natrium (Na) diabsorpsi di usus halus
dan lambung, sedangkan proses diekskresi melalui urin. Kalium (K) diabsorpsi dalam usus halus
dan diekskresi melalui urin. Absorpsi zat besi (Fe) oleh ikan rainbow trout terjadi pada organ
peritonial cavity dan disimpan pada organ hati, limpa, dan ginjal. Ekskresi Fe dilakukan melalui
urin dan feses. Distribusi mangan (Mn) dalam tubuh ikan adalah di tulang, hati, kulit, ginjal,
jaringan gonad, dan otot. Absorpsi Zn lewat insang dan saluran usus sedangkan ekskresinya
melalui ginjal dan insang (pd sel-sel clor).
1. Sebagai bagian pembentukan struktur kerangka tubuh atau formasi struktur skeleton Jenis
mineral yang terbanyak adalah kalsium dan fosfor yang terdapat pada kerangka tubuh dan
gigi.
2. Mempertahankan tingkat koloidal cairan tubuh dan mengatur beberapa sifat fisik sistem
koloid, seperti tekanan osmotik, viskositas, difusi.
3. Regulasi keseimbangan asam basa. Ion-ion anorganik membantu mengatur keseimbangan
asam basa. Untuk mempertahankan aktivitas organisme secara normal maka pH darah dan
cairan-cairan tubuh lainnya harus tetap dalam kisaran yang relatif sempit.
4. Komponen dari hormon
5. Komponen atau aktivator enzim atau sebagai kofaktor
Secara khusus fungsi masing-masing mineral adalah :
Fungsi biokimia Ca adalah bagian pembentuk tulang, berperan dalam distribusi ion pada
jaringan lunak, berperan dalam kontraksi otot, aktivitas enzim, memelihara permeabilitas
membran sel, regulasi pada insang, sirip, dan permukaan epitel.
Fungsi biokimia P adalah bagian dari komponen asam-asam nukleat dan membran sel,
berhubungan. langsung dengan produksi energi, berperan besar dalam metabolisme karbohidrat,
lipid, asam amino, dan jaringan syaraf, sebagai buffer dalam cairan tubuh
2. Magnesium (Mg)
Fungsi biokimia Mg adalah esensial dalam reaksi enzimatik, esensial dalam metabolisme
intermedier, dalam reaksi enzimatik Phosphokinase (transfer P), Phyrophosphatase (hidrolisis P),
dan Thiokinase (Asetil Co-A).
Fungsi biokimia Fe adalah berperan dalam respirasi sel, utamanya aktivitas redoks dan
transfor elektron, Fe yang berada dalam bentuk kompleks protein berfungsi sebagai heme
compound (hemoglobin dan myoglobin), sebagai heme enzim (citocrome mitokondria 7
microsoma, katalase, periksidase dan lain-lain), sebagai non heme compound (transferin, ferritin,
flavin dan enzim-enzim besi lainnya).
5. Cuprum (Cu)
Fungsi biokimia Cu adalah transfor elektron bersama dengan oksidasi cytocrome,
berperan dalam aktivitas enzim, aktivitas hormon (tripsin, dopamin), dan membawa O2 dalam
hemolimph.
Kadar Cu banyak ditemukan pada organ otak, jantung, hati dan mata (iris). Organisme
laut yang banyak mengandung Cu adalah moluska dan krustasea.
6. Mangan (Mn)
7. Seng (Zn)
Fungsi biokimia Zn adalah bagian integral dari metalloenzim, katalisator untuk regulasi
dan aktivitas enzim, berperan penting dalam metabolisme lipid, protein, dan karbohidrat.
8. Selenium (Se)
Fungsi biokimia Se adalah kontrol aktivitas eritrosit dan plasma darah, merupakan bagian
integral dari glutation peroxidase, memproteksi sel-sel dan membran dari toksisitas logam berat,
contohnya cadmium dan mercury.
Mineral adalah senyawa organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil dalam
pembentukan jaringan dan berbagai fungsi metabolisme dan osmoregulasi
Golongan mineral makro dibagi 2, yaitu kation-kation utama meliputi Ca, Mg, Na dan
anion-anion utama meliputi P, Cl, S. Mineral mikro meliputi Mn, Fe, Cu, I, Zn, Fl, dan V.
Mineral trace meliputi Co, Mo, Se, Cr, Tin, Ni, dan Si.
Mineral terdistribusi pada jaringan tulang (osteotropik), contohnya Ca, Mg, Sr, Be, P, F, Va,
Ba, Ti, dan Ra. Disribusi mineral pada sistem retikuloendotelial.
contohnya I, Cu, Mn, Si, Cr, dan Ni, serta distribusi mineral sebagai partikel non spesifik
pada jaringan, contohnya Na, K, S, Cl, Li, dan Rb.
Secara umum mineral diabsorbsi di saluran usus dan dideposit di jantung, hati, ginjal, dan
darah. Eksresi mineral melalui urin dan feses.
Fungsi mineral dalam tubuh organisme adalah sebagai bagian pembentukan struktur
kerangka tubuh atau formasi struktur skeleton , mempertahankan tingkat koloidal cairan tubuh
dan mengatur beberapa sifat fisik sistem koloid, seperti tekanan osmotik, viskositas, difusi,
regulasi keseimbangan asam basa, komponen dari hormon, serta komponen atau aktivator enzim
atau sebagai kofaktor.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar HM, Piliang WG. 1992. Biokimia dan Fisiologi Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayat, Institut Pertanian Bogor.
Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Parakkasi A, penerjemah..
Jakarta : Penerbit UI Press.
Piliang WG, Al Haj SDj. 2006. Fisiologi Nutrisi. Bogor : Penerbit IPB Press.
Davis DA, Gatlin III DM. 1991. Dietary mineral requirements of fish and shrimp. Dalam.
Akiyama AM, Tan RKH. (editor). Proceedings of the aquaculture, feed processing and
nutriton workshop. Hal. 10-48.
Lall, S.P. 1989. The minerals. Dalam : Halver JE. (editor). Fish Nutrition. Second edition.
San Diego : Academic Press. Inc. p. 220-252.
MODUL VIII
BAB I. Pendahuluan
Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Dalam sel, terdapat lebih dari 90% massa
(termasuk air) terdiri atas molekul-molekul besar yang disebut dengan makromolekul.
Makromolekul merupakan komponen penting dalam kehidupan, meliputi protein, karbohidrat,
lemak, dan asam nukleat. Asam nukleat adalah satu diantara makromolekul yang tidak essensial,
karena dapat disintesis dalam tubuh dari senyawa-senyawa amfibolik.
Asam nukleat adalah molekul kompleks lebih besar dari kebanyakan protein,
mengandung karbon, oksigen, hidrogen, dan fosfor. Molekul ini berperan besar dalam proses
penurunan sifat dan pembentukan berbagai protein. Asam nukleat ditemukan pada tahun1870,
akan tetapi peranannya dalam genetika dan dalam kontrol aktivitas sel, diketahui dengan jelas
setelah beberapa dekade. Hal tersebut disebabkan salah pengertiannya para ilmuan yang
menganggap bahwa protein merupakan sumber informasi genetik, sehingga penelitian- penelitian
lebih ditekankan pada protein selama setengah abad pertama.
Peneliti penemu asam nukleat adalah Friedrich Miescher (Swiss, 1844-1895). Pada tahun
1870 Miescher mengisolasi inti sel darah putih dari nanah dengan menggunakan asam hidroklorat
encer sebagai pelarut struktur sel lainnya. Protein yang melekat pada sel diuraikan dengan
menggunakan enzim pepsin. Inti yang telah diisolasi kemudian diekstrak untuk dianalisis.
Miescher menamakan komposisi ekstrak adalah “nuklein” karena sangat berbeda dengan protein.
Istilah asam nukleat diperkenalkan oleh Richard Altman (ahli biokimia) 20 th kemudian setelah
penemuan Friedrich Miescher.
Miescher bekerja juga dengan spermatozoa ikan salem yang mempunyai inti sangat besar
(90% lebih massa sel adalah inti). Disamping mengisolasi nuklein dari inti, Miescher juga
mengekstrak zat organik dengan kandungan nitrogen
yang sangat tinggi yang diberi nama “protamin”. Miescher berpendapat bahwa protamin dan
nuklein yang bersifat asam membentuk suatu kompleks yang tidak larut. Dewasa ini diketahui
bahwa ekstrak inti sel mengandung histon yang berasosiasi dengan DNA inti. Meskipun Miescher
tahu pentingnya nuklein, tetapi baru 60 tahun kemudian diketahui dengan mantap peranan genetik
asam nukleat. Penelitian yang menonjol yang memantapkan peranan genetik asam nukleat adalah
transformasi bakteri dan reproduksi virus.
Modul ini merupakan modul ke-8 setelah mahasiswa mempelajari dan mampu
menjelaskan mengenai modul logika molekul organisme hidup dan nutrisi ikan, karbohidrat,
lipida, protein, vitamin, dan mineral, serta sebelum mahasiswa mempelajari modul enzim dan
metabolisme energi.
Asam nukleat merupakan suatu polimer yang mengandung nukleotida. Hidrolisis asam
nukleat menghasilkan gula, basa, dan ion fosfat. Hidrolisis parsial asam nukleat akan terurai
menjadi monomer nukleotida dan nukleosida. Nukleotida adalah monomer dari asam nukleat
dimana komponen gula pada
monomer terikat pada basa dan fosfat. Pada nukleosida komponen gula pada monomer hanya
terikat pada basa.
O basa
Asam nukleat H
2 H2O basa H2O
Gula + basa
gula fosfat gula fosfat (nukleosida)
(nukleotida) (nukleotida)
2. Basa nitrogen
Basa nitrogen adalah suatu struktur cincin yang mengandung nitrogen, terikat pada atom
karbon 1' dari pentosa. Disebut basa disebabkan pada atom nitrogen terdapat sepasang
elektron yang tidak terbagi, sehingga dapat menarik proton. Basa nitrogen. dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu purin dan pirimidin. Purin adalah basa nitrogen yang mempunyai struktur
cincin ganda meliputi adenin (A) dan guanin (G). Pirimidin adalah basa nitrogen yang
mempunyai struktur cincin tunggal meliputi timin (T) atau urasil (U) dan sitosin (C).
3. Gugus fosfat
Satu, dua, atau tiga gugus gugus fosfat yang terikat pada atom karbon 5' dari pentosa.
NH2 Purin O
N N
C C
Pirimidin
C C O
N CH HN CH
C
HC C C C
N H2N N CCH3
N N HN
Adenin Guanina O C CH
N
Timin
NH2
Basa purin/ C
CH
pirimidin N
OH OC CH
5’
O O N
HO P CH
Sitosin
O 4’C O
2 C1’
H H C
H 3’ 2’ H
C N CH
HN
DEOKSIRIBONUKLEOTIDA OH H
OH
(DALAM OC CH
RIBONUKLEOTIDA) N Urasil
Asam nukleat pada organisme hidup terdapat dalam dua golongan besar, yaitu
Deoxyribonucleic acid (DNA) dan Ribonucleic acid (RNA).
DNA adalah asam nukleat yang molekulnya tersusun oleh gula berkarbon 5' dengan
kekurangan 1 atom oksigen (deoksiribosa), basa nirogen, dan gugus fosfat, merupakan polimer
linear yang tidak bercabang, mempunyai berat molekul berkisar antara 25.000 – 50 milyar,
terutama dijumpai pada inti sel, penyusun utama kromosom, serta merupakan pengemban kode
genetik dan dapat merepliksi dirinya dengan tujuan membentuk sel-sel baru. Basa penyusun
DNA adalah adenin, guanin, timin, dan sitosin, yang terikat pada deoksiribosa di posisi 1 dari
pirimidin dan posisi 9 dari purin.
DNA merupakan helek ganda (double helex) dari dua rantai antiparalel (saling
berlawanan) yang mempunyai sekuen (urutan) nukleotida yang
komplementer (Gambar 2). Helek ganda (double helex) artinya DNA mempunyai
2 rantai nukleotida. Dua rantai antiparalel (saling berlawanan) berarti bahwa nukleotida (DNA
maupun RNA) secara berurutan disatukan ikatan ester antara 5 fosfat dari satu unit dan gugus 3
hidroksil dari unit berdekatan, dimana kalau untaian rantai I dari ikatan fosfodiester 3 - - - -5
maka nukleotida komplementernya disatukan oleh ikatan fosfodiester 5 - - - -3. Komplementer
maksudnya adalah adenin berpasangan dengan timin dan guanin berpasangan dengan sitosin.
Hasil penelitian membuktikan bahwa jumlah adenin selalu sama dengan jumlah timin dan jumlah
guanin selalu sama dengan jumlah sitosin dalam satu spesies.
Untaian I
3' 5'
T G A C
G A G G A
A T
A
T T C T C A C T
A C T G
Untaian II 5' 3'
DNA terdapat pada kromosom, mitokondria, dan plastida. Peran penting DNA adalah
dalam penunjang pewarisan sifat-sifat dari generasi ke generasi, serta berperan dalam
metabolisme dan perkembangan individu karena merupakan templat atau cetakan untuk sintesa
protein.
RNA adalah asam nukleat yang molekulnya tersusun oleh gula berkarbon 5' (ribosa), basa
nirogen urasil, dan gugus fosfat, serta berperan penting dalam sintesa protein. Basa penyusun
RNA adalah adenin, guanin, urasil, dan sitosin. Dengan demikian, yang membedakan antara RNA
dan DNA adalah pada gugus gula (pentosa) dan basa nitrogen penyusunnya, yaitu ribosa pada
RNA dan deoksiribosa pada DNA. Basa nitrogen pada DNA adalah adenin, guanin, timin, dan
sitosin. Basa nitrogen pada RNA sama dengan yang terdapat pada DNA, tetapi basa nitrogen
timin diganti oleh urasil.
Dengan adanya informasi genetik yang terkandung dalam asam nukleat, organisme
mampu membiosintesis tipe protein berlainan, seperti rambut, kulit, otot, enzim dan sebagainya.
Pengkodean oleh DNA untuk sintesa protein atau berpindahnya DNA menuju
pembentukan protein melalui 2 tahapan proses, yaitu transkripsi (penggandaan) dan translasi
(penterjemahan).
1. Transkripsi (penggandaan)
Transkripsi adalah sintesa rantai molekul mRNA. Informasi yang terdapat pada DNA
digandakan dalam bentuk mRNA berdasarkan salah satu urutan nukleotida pada rantai DNA.
Pada proses transkripsi 3 proses yang terjadi, yaitu inisiasi, elongasi (pemanjangan), dan terminasi
(Gambar 3).
Enzim yang beperan dalam transkripsi adalah RNA polimerase, yang bergerak sepanjang
gen dari promotornya hingga terminator. RNA polimerase memasangkan molekul RNA pada
rantai nukleotida yang sesuai dengan untaian gen templat. Bagian DNA yang ditranskripsikan
disebut unit trankripsi.
Setelah mengikat promotor, RNA polimerase melepaskan rantai ganda DNA dan
menginisiasi sintesis RNA pada titik awal untaian templat. Urutan nukleotida promotor
menetukan kerja RNA polimerase, begitu pula urutan nukleotida yang digunakan sebagai acuan
proses sintesa protein.
RNA polimerase bekerja dari hulu ke hilir (downstream). Berawal dari promotor, RNA
mengalami pemanjangan (elongasi) pada arah 5' € 3'. Pada proses transkripsi untaian DNA
kembali membentuk rantai ganda.
Messenger RNA yang terbentuk meninggalkan inti sel dan ditransfer ke sitoplasma.
Selanjutnya mRNA bergerak ke ribosom dan berikatan dengan subunit kecil ribosom. Urutan basa
mRNA yang membawa kode genetik untuk urutan asam amino protein. Urutan 3 basa pada
mRNA disebut kodon. Kodon start dan kodon stop adalah kodon yang bertugas memberi tanda
untuk memulai atau mengakhiri sintesa protein. Kode dari kodon dapat dilihat pada Tabel 1.
2. Translasi (penterjemahan)
Pada proses translasi (Gambar 4), mRNA bertindak sebagai templat, dimana urutan basa
pada mRNA memberikan informasi yang diperlukan oleh tRNA dan rRNA untuk mensintesis
suatu protein dengan urutan asam amino yang sesuai dengan informasi yang terdapat pada DNA.
Hasil pengkopian segera diterjemahkan oleh ribosom untuk membentuk urutan asam
amino sesuai sekuen yang telah dibawa mRNA. Ribosom terdiri atas 60% rRNA dan 40% protein.
Transfer RNA membawa urutan asam amino ke mRNA yang disebut antikodon. Antikodon tRNA
yang sesuai selanjutnya berpasangan dengan kodon dari mRNA. Subunit besar dan kecil ribosom
bergabung dan tRNA berikatan dengan subunit besar ribosom.
Subunit besar ribosom mengkatalisis proses pembentukan ikatan peptida antara asam-
asam amino yang dibawa oleh molekul tRNA. Pada saat asam amino baru bergabung dengan
asam amino yang sudah ada, sebelumnya tRNA melepaskan diri dari subunit besar ribosom dan
tRNA berikut (yang membawa urutan asam amino berikut) menggantikan tRNA yang lepas.
Proses berjalan terus sampai kodon stop. Akhir proses mRNA dan protein baru terbentuk bergerak
meninggalkan ribosom.
PROMOTOR
Unit transkripsi TERMINATOR
5’ Gen DNA
Transkripsi DNA 3’
3’ 5’
Titik awal
RNA polemerase Titik akhir
Proses RNA Pra mRNA
1. inisiasi
5’ 3’
Translasi 3’ 5’
RNA inisiasi
DNA lepas Untaian templat DNA
elongasi
Nukleotida RNA
RNA 2. elongasi
polimerase
5’ 3’
3’ 3’ 5’
3’ G T 3’
G TC
T A A AC AA
G 5’
G T C
CAT G
3. terminasi
T C AAT T C
GC
5’ G
ATG
Arah transkripsiUntaian
5’ 3’
templat DNA
3’ 5’
5’
3’
RNA baru terbentuk
5’ Proses Transkripsi
polipeptida
trp
ribosom
phe
Transkripsi tRNA
Anti kodon
mRNA
Ribosom 3’
5’ mRNA
Translasi
Proses Translasi
Monomer asam nukleat nukleotida terdapat dalam 3 bentuk, yaitu nukleosida monofosfat
atau mononukleosida, nukleosida difosfat atau dinukleosida, dan nukleosida trifosfat atau
trinukleotida. Nukleotida tersebut dapat berperan sebagai koenzim pada beberapa fungsi biokimia
tubuh organisme.
Koenzim adalah senyawa organik yang merupakan bagian sementara dari enzim selama
waktu berlangsungnya reaksi, fungsinya mengaktifkan aksi katalisis enzim. Beberapa contoh
nukleotida yang berperan sebagai koenzim, seperti NAD+ (nikotinamid adenin dinokleotida),
NADP+ (nikotinamid adenin dinokleotida fosfat), FMN (flavin mononokleotida), FAD (flavin
adenin dinokleotida) adalah
koenzim pada proses dihidrogenase atau pelepasan atom hidrogen, pelepasan CO2.
AMP (adenosin monophosphat) sebagai koenzim dalam berbagai fungsi pengaturan intra
sel, seperti pengaturan aktivitas protein kinase yang bergantung pada cAMP (AMP siklik; asam
3',5'-siklit adenilat). GMP (guanosin monophosphat) berperan sebagai sinyal intrasel atau second
messenger yang dapat bekerja secara antagonis terhadap cAMP.
Nukleotida
Nukleosida
Nukleosida Nukleosida Nukleosida
Basa (Basa +
pentosa) Monofosfat/ Difosfat/ Trifosfat/
Mononukleosida Dinukleosida Trinukleotida
Timin (T)
Asam nukleat adalah salah satu makromolekul dalam sel makhluk hidup yang merupakan
komponen penting dalam kehidupan. Struktur asam nukleat merupakan suatu polimer yang
mengandung nukleotida, terdiri atas gula berkarbon 5 (pentosa), basa nitrogen purin (adenin dan
guanin) dan pirimidin (timin/urasil dan sitosin), dan gugus fosfat.
Asam nukleat pada organisme hidup terdapat dalam dua golongan besar, yaitu
Deoxyribonucleic acid (DNA) dan Ribonucleic acid (RNA) yang berperan penting sebagai
pengemban kode genetik dalam penunjang pewarisan sifat-sifat dari generasi ke generasi, serta
berperan dalam metabolisme dan perkembangan individu karena merupakan templat atau cetakan
untuk sintesa protein. Peran yang lain dari asam nukleat sebagai koenzim pada beberapa fungsi
biokimia tubuh organisme.
DAFTAR PUSTAKA
Komball JW. 1983. Biologi. Jilid 1. Edisi kelima.Tjitrosomo SS, Sugiri N, penterjemah.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 1999. Biokimia Harper. Hartono A,
penterjemah; Santoso AH, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stryer L. 2000. Biokimia. Tim penerjemah bagian biokimia FKUI, penterjemah; Soebianto
SZ, Setiadi E., Editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sugiri N. 1992. Biologi Sel. Volume I. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut
Pertanian Bogor.
Wirahadikusumah M. 1989. Biokimia. Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.
Bandung : Penerbit IPB.
MODUL IX
Judul : Enzim
BAB I. Pendahuluan
B. Latar Belakang
Pada sel hidup, terjadi ribuan reaksi kimia yang berlangsung secara sinkron. Hampir
semua reaksi tersebut membutuhkan suatu katalis yang merupakan protein khas yang disebut
dengan enzim. Diperkirakan sebuah sel rata-rata mengandung sekitar 3000 macam enzim.
Ketidakhadiran enzim menyebabkan reaksi berlangsung jauh lebih lambat.
Enzim adalah katalisator organik (sebuah protein) yang dihasilkan sel-sel hidup yang
mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Keistimewaan enzim
sebagai katalis adalah daya katalitik sangat tinggi (mempercepat reaksi 10 8 – 1020 kali), spesifitas
terhadap substrat sangat tinggi, tidak membentuk produk samping, dan bekerja pada kondisi
(suhu, pH) yang normal atau tidak ekstrim (“milk conditions”).
Enzim sebagai protein katalis merupakan agen kimia yang merubah kecepatan reaksi
tanpa ikut dalam reaksi dan tanpa berubah akibat reaksi tersebut, akan tetapi dibuat tersedia
berulangkali untuk melakukan katalisis reaksi berikutnya. Sebagian enzim bersifat sangat spesifik,
yaitu hanya mengkatalisis suatu reaksi kimia tertentu atau spesifik pada substrat yang
mengandung ikatan kimia tertentu, misalnya urease hanya mengurai urea, atau lipase hanya
mengurai ester yang menghubungkan gliserol dengan asam lemak dari sejumlah besar lemak.
Akan tetapi ditemukan juga enzim tidak begitu spesifik dan akan menguraikan beberapa zat yang
masih ada kekerabatannya, seperti peroksidase selain mengurai hidrogen peroksida juga
menguraikan peroksida lainnya.
Pasteur pada tahun 1860 telah menunjukkan bahwa proses fermentasi dikatalisis oleh
enzim yang secara struktur terikat di dalam sel ragi. Ekstraksi enzim pertama kali dilakukan oleh
Buchner pada tahun 1897 pada enzim sel ragi yang berfungsi dalam fermentasi alkohol. Enzim
urease dari kacang-kacangan tertentu
telah diisolasi sebagai kristal murni pertama kali oleh Summer pada tahun 1926. Kemudian
Northrop dari tahun 1930 sampai 1936 melakukan hal yang sama pada enzim pepsin, tripsin,
kimotripsin. Kini telah ditemukan beberapa molekul RNA yang memiliki sifat katalitik disebut
ribozim. Sampai saat ini telah diindentifikasi ribuan enzim, beberapa ratus diantaranya telah
diisolasi atau dibuat kristal. Sebagian besar enzim bertanggung jawab pada berbagai fungsi,
seperti pencernaan dalam saluran pencernaan, koagulasi darah, kontraksi otot, metabolisme
karbohidrat dan lemak, biosintesis asam nukleat.
d. Penggolongan enzim
e. Enzim sebagai protein
f. Sisi aktif dan efisiensi katalitik enzim
g. Kinetika reaksi enzim
h. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim
D. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke-9 setelah mahasiswa memahami modul logika molekul
organisme hidup dan nutrisi ikan, karbohidrat, lipida, protein, vitamin, mineral, dan asam nukleat
serta sebelum mahasiswa mempelajari modul terakhir, yaitu metabolisme energi.
Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein, dan aktivitas
katalitiknya bergantung pada integritas strukturnya sebagai protein. Enzim, seperti protein
lainnya, mempunyai berat molekul yang berkisar dari sekitar
12.000 sampai lebih dari 1 juta. Oleh karena itu, enzim berukuran amat besar dibandingkan
dengan substrat atau gugus fungsional targetnya.
Beberapa enzim hanya terdiri atas polipeptida dan tidak mengandung gugus kimiawi
selain residu asam amino, contohnya enzim ribonuklease pankreas. Namun demikian, sebagian
besar enzim memerlukan tambahan komponen kimia bagi aktivitasnya. Sehubungan dengan hal
tersebut dikenal beberapa bagian enzim, yaitu apoenzim adalah bagian protein suatu enzim yang
memerlukan kofaktor untuk aktivasi. Kofaktor adalah komponen (organik maupun anorganik)
berberat molekul rendah, tahan panas, yang diperlukan untuk aktivasi enzim, meliputi koenzim
dan gugus prostetik. Koenzim adalah kofaktor organik yang diperlukan untuk kerja enzim sering
berupa vitamin, beberapa contoh koenzim disajikan pada Tabel 1. Gugus prostetik adalah ion
logam yang diperlukan untuk aktivitas enzim dan terikat kuat pada bagian protein suatu enzim
(Tabel 2). Holoenzim adalah enzim yang strukturnya sempurna dan bersifat aktif mengkatalisis,
bersama-sama dengan koenzim atau gugus logamnya.
Enzim adalah katalisator sejati. Molekul enzim meningkatkan dengan nyata kecepatan
reaksi kimia spesifik, dimana tanpa enzim berlangsung amat lambat. Enzim mampu melakukan
katalisis berdasarkan pengaruhnya pada energi aktivasi yang dibutuhkan setiap reaksi kimia.
Energi aktivasi adalah energi yang dibutuhkan untuk memecah molekul senyawa reaktan
(substrat). Peran enzim disini untuk menurunkan batasan energi aktivasi yang dibutuhkan untuk
memulai reaksi.
Peran enzim sebagai katalisator, yaitu dalam proses kimia dan biokimia dalam tubuh
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, mikroorganisme. Pemanfaatan enzim dalam rekayasa
genetik, seperti enzim retriksi, ligase, DNA polimerase, RNAase, fosfatase; dalam industri
sebagai katalis anorganik, obat-
obatan (kedokteran), pengolahan makanan dan minuman, analisis kimia, bahan detergen.
Logam Enzim
Sitokrom oksidase
Sitokrom oksidase
DNA polimerase
Heksokinase
Glukosa 6-fosfatase
Arginase
Mg2+
Piruvat kinase Urease
Mn2+
Nitrat reduktase Glutation
K+
perosidase
Ni2+
Mo
Se
B. Penggolongan Enzim
Kelas 1 oksidoreduktase
1. gugus aldehid
2. gugus CH—CH
5. g NADH/NADPH
6. dst
2. sitokrom
3. oksigen
2. Eksoenzim, yaitu enzim yang menghidrolisis atau memecah dari bagian ujung makromolekul.
Contohnya adalah ß-amilase yang memecah ikatan glikosida α 1-4 eksoglukosidase.
1. Enzim konstitutif adalah enzim yang diproduksi setiap saat. Contohnya adalah enzim yang
umumnya berperan dalam metabolisme.
2. Enzim induktif adalah enzim yang dikeluarkan apabila ada inducer. Contohnya
adalah enzim pencernaan.
Enzim berdasarkan fungsinya, seperti enzim pencernaan (amilase, lipase, pepsin, tripsin),
enzim metabolisme (glukosa oksidase, glukose-6-fosfatase, piruvat dehidrogenase), enzim yang
berperan dalam sintesa protein (RNA polimerase), dan sebagainya.
Enzim adalah protein. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengkatalisis sangat berkaitan
dengan struktur molekulnya. Enzim yang dididihkan dengan asam kuat atau diinkubasi dengan
tripsin, yaitu perlakuan yang memotong rantai peptida, aktivitas katalitiknya akan hancur. Hal ini
memperlihatkan bahwa struktur kerangka primer protein enzim dibutuhkan untuk aktivitasnya.
Selanjutnya, jika mengubah berlipatnya rantai protein yang khas dari suatu protein enzim oleh
panas, oleh perlakuan pH yang jauh menyimpang dari keadaan normal, atau oleh perlakuan
dengan senyawa perusak lainnya, aktivitas katalitik enzim juga akan lenyap. Jadi struktur primer,
sekunder, tersier, maupun kuarterner protein enzim sangat penting bagi aktivitas katalitiknya.
Rantai samping bermuatan dari asam amino tertentu membentuk ikatan elektrostatik satu
sama lain dan dengan ion molekul air sekelilingnya. Interaksi ini sebagian ikut membentuk
struktur tersier dan kuarterner protein. Rantai samping
suatu asam amino tertentu seperti asam aspartat dan asam glutamat bermuatan atau tidak,
sebagian ditentukan oleh pH dari lingkungan protein.
Rantai samping berkatup dari beberapa asam amino (tempat aktif) disamping berperan
dalam menjaga struktur tersier dan kuarterner molekul yang spesifik, dapat pula terlibat dalam
pengikatan substrat pada enzim. Oleh karena itu, menyebabkankan tekanan ikatan ke dalam
molekul substrat. Akibatnya sebagian besar enzim hanya dapat bekerja dalam kisaran pH yang
sempit dan mempunyai pH optimum. pH yang ekstrim menyebabkan aktivitas enzim turun atau
bahkan lenyap karena konfigurasi protein berubah.
Aktivitas enzim terkait dengan strukturnya sebagai protein selain dipengaruhi pH juga
sangat dipengaruhi oleh suhu. Di atas atau di bawah suhu optimum, aktivitas enzim menurun dan
bahkan hilang oleh perubahan struktur enzim atau terdenaturasi. Sebagian enzim mengalami
denaturasi yang irreversibel pada suhu 55 - 65°C selama beberapa waktu. Pada suhu -196°C
enzim masih hidup tetapi aktivitasnya hampir berhenti.
Molekul substrat yang khas diikat pada bagian tertentu dari enzim yang disebut dengan
sisi aktif. Sisi aktif suatu enzim dibentuk oleh sejumlah residu asam amino yang cabang
sampingnya mempunyai dua peranan. Pertama berguna untuk menarik dan mengorientasikan
substrat dengan cara yang khas pada sisi aktif tersebut (asam amino demikian disebut residu
kontrol yang menyebabkan kespesifikan substrat). Kedua ikut serta dalam pembentukan ikatan
sementara dengan molekul substrat, ikatan yang membuat substrat bermuatan, memasukkan
tekanan dalam ikatan tertentu, dan memulai terjadinya perubahan katalitik (asam amino tersebut
disebut residu katalitik).
Sisi aktif
ikatan
glukosa
enzim fruktosa
engikatIkatan dari substrat dan enzim, menjadi komplekenzim menyebabkan ikatan enzim-substratsukrosa terlepas menjadi
ktusa
Residu katalitik dan residu kontrol yang membentuk sisi aktif dapat berada di bagian
struktur primer yang terpisar jauh. Namun demikian, karena melipatnya rantai polipeptida yang
distabilkan, tempat-tempat tersebut terletak berdekatan dan sesuai. Contohnya pada enzim lisozim
asam amino yang membentuk sisi aktif terpisah jauh dalam struktur primer. Ikatan yang terjadi
antara substrat dengan rantai samping asam amino dalam membentuk sisi aktif dapat kovalen atau
nonkovalen. Interaksi antara enzim dan substrat seperti model gembok dan kunci disajikan pada
Gambar 1, dimana enzim dan substrat mempunyai bentuk yang komplementer.
Enzim sebagai katalisator yang mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut dalam reaksi. Hal ini
demikian, dalam katalisis enzim mempunyai dua mekanisme dasar. Pertama adalah keberadaan
enzim yang meningkatkan kemungkinan jenis-jenis molekul yang secara potensial akan bereaksi
dan bertemu dalam orientasi yang diperlukan dalam ruang. Hal ini terjadi karena enzim
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap substrat, yang membuat ikatan sementara dengan
substrat tersebut. Kedua terjadinya ikatan sementara (sebagian besar non kovalen, seperti ikatan
hidrogen, ikatan ion) antara enzim dan substrat yang menyebabkan suatu redistribusi elektron
dalam molekul substrat. Redistribusi tersebut menyebabkan adanya tekanan pada ikatan kovalen
spesifik dalam substrat yang akhirnya mengakibatkan pemutusan ikatan. Terjadinya tekanan pada
ikatan dalam suatu substrat karena asosiasi dengan enzim yang disebut dengan pengaktifan
substrat.
Enzim terikat pada satu atau lebih zat-zat yang bereaksi. Dengan demikian, enzim
menurunkan barier energi (jumlah energi aktivasi yang diperlukan) dari reaksi, sehingga reaksi
dapat berlangsung dengan cepat. Katalisator menurunkan pembatas energi aktivasi reaksi kimia,
tanpa mengubah keseluruhan perubahan energi bebas reaksi atau letak keseimbangan akhir. Pada
puncak pembatas energi aktivasi, terjadi keadaan transisi. Energi aktivasi suatu reaksi adalah
jumlah energi dalam kalori yang diperlukan untuk membawa semua molekul pada 1 mol senyawa
pada suhu tertentu menuju tingkat transisi pada puncak batas energi. Pada tahap ini, terdapat
peluang yang sama bagi molekul-molekul tersebut untuk mengalami reaksi, membentuk produk,
atau untuk kembali menuju kumpulan molekul awal yang tidak reaktif. Kecepatan setiap reaksi
sebanding dengan konsentrasi senyawa pada keadaan transisi. Reaksi katalitik yang dilakukan
enzim dapat dilihat pada Gambar 2.
Ea tanpa katalisis
Dengan katalisis
Energi bebas
Ea
Awal
Akhir
Keterangan Ea :
energi
Perkembangan reaksi
aktivasi
Gambar 2. Reaksi katalitik yang dilakukan oleh enzim
Analisa kuantitatif kinetika reaksi enzim dapat dilakukan dengan dua asas pendekatan,
yaitu asas keseimbangan dan asas teori keadaan tunak (steady state theory).
k1 k3
E + S ↔ ES → E + P (1)
k2
V = k3 [ES] (2)
[ES] ini haruslah dinyatakan dalam suatu jumlah yang telah diketahui. Laju
pembentukan dan laju pemecahan ES diketahui dari
Dalam keadaan tak berubah, konsentrasi zat antara ES tidak berubah, sedangkan
konsentrasi senyawa awal dan konsentrasi produk berubah. Ini terjadi bila laju
pembentukkan kompleks ES sama dengan laju penguraian ES menjadi P dan E.
Dalam keadaan tunak, bertambahnya ES per satuan waktu adalah nol, jadi
d[ES]
= 0 = k1 [E] [S] – (k2 [ES] + k3 [P])
dt
Apabila harga[E] = [E]o – [ES] dan [P] = [ES], diperoleh
k1([E]0 - [ES] [S] = (k2 + k3)[ES] k1
k1 [E]o [S]
[ES] = (6)
k1 [S] + (k2 + k3)
[E]o [S]
karena k2 + k3
k1
k2 + k3
KM = (8)
k1
[E]o [S]
[ES] = (9)
[S] + KM
Bila persamaan ini dimasukkan ke dalam persamaan 2 untuk menggantikan faktor [ES],
diperoleh
[S]
V = k3 [E]o (10)
[S] + KM
Konstanta disosiasi :
[E] [S]
KM = (11)
(ES)
[E], [S] dan [ES] adalah konsentrasi dalam keadaan keseimbanganm masing-masing E, S
dan ES. Jika konsentrasi enzim semula adalah [E] o maka konsentrasi enzim bebas yaitu :
[ES] = konsentrasi enzim yang berikatan dengan substrat, yang juga sama dengan
konsentrasi produk [P]. Bila persamaan ini dimasukkan ke dalam persamaan 11, maka
Bila [ES] pada persamaan 14 dikumpulkan pada ruas kiri persamaan, diperoleh
[E]o [S]
[ES]
= [S] + KM
[S]
[ES] = [Eo] (15)
[S] + KM
atau
[S]/KM
[ES] = [Eo]
[S] + KM/KM
[S] / KM
[ES] = [Eo] (16)
1 + [S] / KM
Bila persamaan ini dimasukkan ke dalam persamaan 2 untuk menggantikan faktor [ES],
diperoleh
[S]
V = k3 [Eo] (17)
[S] + KM
Sampai pada persamaan (17) hasil analisis dengan kedua cara pendekatan tersebut di atas
adalah sama, menghasilkan persamaan yang sama untuk hubungan antara laju reaksi
enzim dan konsentrasi substrat.
Kecepatan maksimum Vmaks, dicapai bila seluruh situs katalitik enzim jenuh substrat,
artinya, bila [S] jauh lebih besar dari pada K M. Akibatnya, [S] / [S] + K M) mendekati 1,
sehingga
Vmaks = k3 [E]o (18)
[S]
V = Vmaks (19)
[S] + KM
Persamaan ini memperjelas data kinetik yang tampak pada gambar 1. Pada
konsentrasi substrat yang sangat rendah, bila [S] jauh lebih kecil dari pada KM, V = [S]
Vmaks / KM. Ini berarti, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi substrat. Bila
konsentrasi substrat tinggi, [S] jauh lebih besar dari pada K M, sehingga V= Vmaks, artinya, laju
reaksi maksimum dan tidak tergantung lagi pada konsentrasi substrat,
Dari persamaan 19, arti KM menjadi jelas. Bila [S] = K M, maka V
= Vmaks / 2. Jadi KM konsentrasi substrat yang menyebabkan kecepatan reaksi sama dengan
separuh kecepatan maksimum. Satuan KM adalah mol per liter.
Gambar 3. Diagram kecepatan reaksi V sebagai fungsi dari konsentrasi substrat [S] untuk
suatu enzim yang tunduk akan kinetika Michaelis-Menten (V maks adalah
kecepatan maksimum dan KM adalah tetapan Michaelis)
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah suhu dan pH, konsentrasi enzim
dan substrat, konsentrasi inhibitor, modulator (aktivator/represor), dan waktu.
1. Suhu dan pH
Suhu dan pH faktor penting yang mempengaruhi aktivitas enzim. Hal ini erat kaitannya
dengan struktur molekul enzim adalahkarena protein. Aktivitas enzim meningkat sejalan dengan
peningkatan suhu lingkungan karena tumbukan antara substrat dengan sisi aktif meningkat seiring
dengan meningkatnya pergerakan molekul. Akan tetapi, kemampuan kerja enzim akan menurun
diatas suhu tertentu. Hal ini disebabkan oleh panas mengganggu ikatan hidrogen, ion, dan
berbagai ikatan yang menstabilkan bentuk aktif enzim sehingga enzim mengalami proses
denaturasi. Setiap enzim mempunyai suhu dan pH optimum kecepatan reaksi mencapai titik
tertinggi, jumlah molekul yang berikatan dengan sisi aktif mencapai titik tertinggi tanpa terjadi
proses denaturasi
protein enzim. Sebagai contoh aktivitas enzim pepsin maksimal pada pH 1,5 – 2 dan suhu 25 oC,
sedangkan tripsin pada pH 7,7 pada suhu yang sama. Enzim urease pada pH 8 dan suhu 20oC
mempercepat kecepatan hidrolisis urea sampai 1014 kali. Pada Gambar 4 disajikan pengaruh suhu
dan pH pada laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim.
A B
E3
E2
ditransformasi
E1
V
V
1x 2x 3x
t0 t1 t3 waktu
Jumlah substrat yang
Gambar 5. Pengaruh konsentrasi enzim (A) dan konsentasi substrat (B) pada aktivitas enzim
3. Konsentrasi inhibitor
Senyawa kimia tertentu memeliki kemampuan untuk menghambat kerja sebagian enzim.
Jika senyawa ini berikatan dengan ikatan kovalen pada enzim maka inhibisi (proses
penghambatan kerja) ini bersifat permanen atau tidak dapat dihilangkan. Beberapa inhibitor yang
tidak terlalu kuat memiliki kemampuan mengubah bentuk molekulnya sehingga menyerupai
substrat dan bersaing dengan substrat untuk berikatan pada sisi aktif enzim. Senyawa ini dikenal
sebagai inhibitor kompetetif (competitive inhibitor). Proses penghambatan ini dapat diatasi
dengan meningkatkan konsentrasi substrat. Contohnya pada kerja enzim dehidrogenase suksinat
dihambat oleh anion suksinat, oksaloasetat
Inhibitor lainnya dikenal dengan istilah inhibitor non kompetitif (non competitive
inhibitor). Inhibitor ini tidak bersaing dengan substrat untuk berikatan pada sisi aktif enzim
melainkan berikatan dengan enzim dan mengubah bentuk
molekul enzimnya. Kondisi ini menyebabkan terjadi perubahan sisi aktif sehingga enzim tidak
dapat menggunakan sisi aktifnya untuk berikatan dengan substrat. Contohnya enzim dehidratase
L-treonin oleh L-isoleusin.
4. Modulator (aktivator/represor)
Kerja enzim dikendalikan oleh suatu mekanisme pengaturan aktivitas enzim yang
merupakan perpaduan antara mekanisme katalitik dan proses-proses lainnya. Pengatur atau
dikenal sebagai modulator bekerja baik sebagai aktivator ataupun sebagai represor atau
penghambat. Keberadaan aktivator dapat meningkatkan afinitas enzim pada substratnya, sehingga
menyebabkan menurunnya aktivitas enzim.
Senyawa yang berperan sebagai modulator seperti kofaktor, yaitu ion atau molekul yang
membantu kerja enzim. Modulator lainnya adalah enzim regulatori (enzim pengatur), yaitu enzim
pemacu yang menentukan kecepatan keseluruhan urutan reaksi, karena enzim ini mengkatalisis
tahap yang paling lambat atau tahap penentu kecepatan. Disamping mempunyai fungsi katalitik,
enzim ini juga mampu meningkatkan atau menurunkan aktivitas katalitik sebagai respon pada
isyarat tertentu. Spesifisitas atau kekhususan dalam hal kecocokan antara molekul substrat dan
situs aktif enzim, maka terikatnya aktivator atau penghambat pada enzim tersebut haruslah pada
situs yang bukan situs katalitik. Enzim pengatur mempunyai dua atau lebih situs pengikat, dan
paling tidak salah satu diantaranya bersifat spesifik dan katalitik bagi substratnya.
Enzim regulatori aktivitasnya diatur melalui berbagai jenis isyarat molekular. Terdapat
dua golongan utama enzim pengatur, yaitu enzim alosterik atau pengatur bukan kovalen dan
enzim pengatur kovalen. Enzim alosterik mempunyai situs pada molekul enzim tempat efektor
(penghambat atau aktivator) bereaksi berbeda dari situs katalitik. Jadi situs alosterik adalah situs
yang mengatur aktivitas enzim. Enzim Dehidratase treonin merupakan golongan yang khas dari
enzim alosterik yang berfungsi melalui pengikatan non kovalen dan dapat balik dalam molekul
pengatur. Enzim Dehidratase treonin bekerja pada sistem enzim bakteri yang mengkatalisis
perubahan L-treonin menjadi L-isoleusin. Golongan enzim pengatur kovalen, yaitu diatur melalui
interkonversi bentuk aktif dan tidak aktifnya oleh modifikasi kovalen molekul enzim. Contohnya
enzim
pengatur fosforilase glikogen pada otot dan hati yang mengkatalisis reaksi pembentukan glukosa
1-fosfat dari substrat glikogen.
5. Waktu
Waktu yang dibutuhkan oleh enzim untuk melakukan proses katalisis partial/sempurna
pada substrat sangat terkait dengan konsentrasi enzim dan substrat. Semakin tinggi konsentrasi
substrat, lama waktu yang dibutuhkan semakin besar. Namun demikian pada konsentrasi substrat
yang sama peningkatan konsentrasi enzim dapat mempersingkat waktu yang dibutuh oleh enzim
untuk melakukan katalisis, sampai batas konsentrasi enzim dan substrat tertentu tertentu.
Setiap sel terdapat ribuan enzim yang berbeda-beda yang secara khusus mengkatalisis
semua kegiatan kimiawi esensial suatu sel. Enzim adalah protein, sebagian besar perlu bantuan
koenzim dan kofaktor untuk menjadi aktif. Enzim dapat diklasifikasikan berdasarkan reaksi yang
dikatalisis, tempat bekerjanya, biosintesisnya, fungsinya, dan komponen penyusunnya.
Enzim adalah katalisator sejati. Keistimewaan enzim sebagai katalis adalah daya katalitik
sangat tinggi (mempercepat reaksi 10 8 – 1020 kali), spesifitas terhadap substrat sangat tinggi, tidak
membentuk produk samping, dan bekerja pada kondisi (suhu, pH) yang normal atau tidak ekstrim
(“milk conditions”).
Aktivitas enzim pada substratnya terjadi pada sisi atau situs aktif pada bagian permukaan
enzim. Proses ini menurunkan energi aktivasi pada suatu reaksi kimiawi dan memungkinkannya
berlangsung pada laju yang cepat. Beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah
suhu dan pH, hal berhubungan dengan struktur enzim sebagai protein, konsentrasi enzim dan
substrat, konsentrasi inhibitor, modulator (aktivator/represor), dan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. Pendahuluan
C. Latar Belakang
Semua sel mengekstraksi energi dari lingkungannya dan mengkonversi bahan makanan
menjadi komponen-komponen sel melalui jaringan reaksi kimia yang terintegrasi sangat rapi yang
disebut dengan metabolisme. Metabolisme segala proses reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh
makhluk hidup, sedangkan energi adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas. Jadi
metabolisme energi adalah penggunaan energi dalam proses reaksi kimia pada suatu sistem
lingkungan untuk produksi dan respirasi dalam suatu unit areal dan waktu tertentu.
Energi kimia dapat diubah menjadi panas, listrik, energi cahaya, atau energi osmotik.
Energi cahaya dapat diubah menjadi energi listrik atau energi kimia. Energi listrik dapat pula
diubah menjadi energi kimia. Berarti bahwa suatu bentuk energi dapat diubah menjadi bentuk
energi yang lain atau dikenal dengan proses transformasi energi. Pemahaman tentang transformasi
energi dipelajari dalam bioenergetika. Ilmu ini memberikan prinsip dasar untuk menjelaskan
mengapa sebagian reaksi dapat terjadi, dan sebagian yang lain tidak. Bahan bakar yang sesuai dan
diperlukan untuk memberikan energi yang memungkinkan organisme untuk melaksanakan
berbagai proses normal dalam tubuhnya. Bagaimana organisme memperoleh energi dari
makanannya merupakan pemahaman pada nutrisi dan metabolisme normal.
a. Konsep bioenergetika
E. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul terakhir dalam mata kuliah Biokimia Nutrisi. Modul
metabolisme energi diberikan setelah mahasiswa memahami modul logika molekul organisme
hidup dan nutrisi ikan, karbohidrat, lipida, protein, vitamin, mineral, asam nukleat, dan enzim,
serta sebelum mahasiswa mempelajari modul terakhir, yaitu metabolisme energi.
A. Konsep Bioenergetika
Bioenergetika merupakan studi tentang transformasi energi atau aliran perpindahan energi
yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Bioenergetika disebut juga termodinamika biokimia
yang merupakan ilmu pengetahuan tentang perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia.
Semua sel hidup dibekali dengan peralatan hidupnya dalam bentuk perangkat yang
kompleks dan sangat efisien dalam melakukan transformasi energi. Perangkat-perangkat ini
berdimensi molekul. Satu sel mungkin memiliki beberapa atau banyak macam sistem transformasi
energi seluler. Satuan-satuan dasarnya berupa molekul-molekul enzim yang mampu bekerja
secara khas dalam mengkatalisis reaksi-reaksi kimia dalam sel.
Kaidah kedua termodinamika menyatakan bahwa entropi total sebuah sistem harus
meningkat bila suatu proses berlangsung spontan. Entropi menggambarkan taraf kelainan atau
keteracakan sistem dan akan mencapai taraf maksimal dalam sebuah sistem ketika ketika
keseimbangan sebenarnya tercapai.
Perjalanan energi di alam hayati mengalami tranformasi dalam tiga tahapan pokok. Tahap
pertama adalah fotosintesis, yang hakikinya adalah penambatan energi radiasi matahari oleh
pigmen khlorofil di dedaunan, serta transformasinya menjadi energi kimia yang dimanfaatkan
untuk membentuk karbohidrat serta molekul zat makanan lainnya dari CO 2 dan H2O. Tahap pokok
kedua ialah proses respirasi yang melakukan transformasi energi karbohidrat serta molekul
makanan menjadi energi lain yang lebih cocok untuk dimanfaatkan dalam sel-sel makhluk hidup.
Tahap ketiga adalah mengubah energi yang diperoleh dari oksidasi molekul makanan menjadi
energi kerja. Baik berupa kerja mekanis seperti kontraksi otot, kerja listrik atau osmotik,
pertumbuhan. Setelah kerja atau fungsi tersebut selesai maka akhirnya energinya akan lenyap
tersebar ke lingkungan. Salah satu konversi energi dalam kehidupan yang hebat adalah konversi
energi kimia ATP menjadi energi mekanik untuk kontraksi otot secara langsung (Gambar 1).
Gerakan Transpor aktif,
ATP ADP
Fotosintesis atau
oksidasi molekul-molekul
Gambar 1. Daur ATP-ADP adalah cara dasar pertukaran energi pada sistem biologi
Metabolisme dapat dikatakan juga sebagai proses yang dilakukan sel untuk mengatur
sumberdaya materi dan energi yang dimilikinya. Dalam prosesnya, sel melakukan berbagai reaksi
kimia dalam berbagai jalur yang mengubah molekul melalui beberapa tahapan.
Terdapat dua macam jalur yang dimiliki sel, yaitu jalur anabolik atau anabolisme dan
jalur katabolik atau katabolisme. Anabolisme adalah proses yang memerlukan energi untuk
membentu senyawa-senyawa kompleks dari senyawa sederhana. Merupakan reaksi reduksi atau
penyimpanan energi (endorgenik), bila dalam bentuk panas disebut endoterm. Sebagai contoh,
yaitu sintesa protein.
Tahapan pembentukan energi dari oksidari bahan makanan oleh Han Krebs digambarkan
dalam tiga tahap (Gambar 2). Pada tahap pertama, molekul-molekul makanan yang besar dipecah
menjadi unit-unit yang lebih kecil.
Protein dihidrolisis menjadi 20 macam asam amino, polisakarida dihidrolisis menjadi gula
sederhan, seperti glukosa, dan lemak dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Tidak energi
yang berguna dibentuk disini.
Pada tahap kedua, molekul-molekul kecil yang banyak macam ini dipecah menjadi
beberapa unit sederhana yang memainkan peran utama pada metabolisme. Ternyata, sebagian
besar diantaranya gula, asam lemak, gliserol, dan beberapa asam amino dikonversi menjadi unit
asetil dari asetil KoA. Sejumlah ATP dihasilkan pada tahap ini, tetapi jumlahnya kecil
dibandingkan dengan yang diperoleh dari oksidasi lengkap unit asetil dari asetil KoA.
Tahap ketiga terdiri atas daur asam sitrat dan fosforilasi oksidatif, yang merupakan jalur
akhir bersama oksidasi molekul bahan bakar. Asetil KoA membawa unit-unit asetil ke dalam daur
ini, tempat unit-unit ini dioksidasi lengkap menjadi CO2. Empat pasang elektron dipindahkan (tiga
ke NAD+ dan satu ke FAD) untuk setiap gugus asetil yang dioksidasi. Kemudian, ATP dihasilkan
selama elektron mengalir dari bentuk-bentuk tereduksi, NAD + dan FAD ke O2 pada proses yang
disebut fosforilasi oksidatif. Lebih dari 90% ATP yang dihasilkan pada pemecahan bahan
makanan terbentuk pada tahap ketiga ini.
Tahap I
II
KoA
Asetil KoA
ATP ADP
Daur asam sitrat
Tahap
e¯
Fosforilasi III
O2
oksidatif
2CO2
G. Energi Bebas dan Perangkaian Reaksi Eksergonik dengan Endergonik
Konsep termodinamika yang paling berharga untuk memahami bioenergetika adalah energi bebas.
Energi bebas merupakan energi yang berguna dalam sebuah sistem, mempertahan makhluk hidup
pada status yang jauh dari seimbang, dan dapat diperoleh dari lingkungan. Pada sistem kimia
dikenal dengan istilah potensial kimia
Makhluk hidup memerlukan energi bebas untuk tiga tujuan utama, yaitu pelaksanaan
kerja mekanis, kontraksi otot, dan gerakan sel lainnya, transpor aktif molekul-molekul dan ion-
ion, dan sintesis makromolekul dan biomolekul lainnya dari zat mula yang sederhana. Untuk
mempertahankan proses kehidupan tersebut, makhluk hidup harus memperoleh pasokan energi
bebas dari lingkungannga. Organisme autotrofik merangkaikan metabolismenya dengan proses
eksergonik sederhana tertentu dalam lingkungan sekitar, misalnya tumbuhan hijau menggunakan
energi cahaya matahari, dan sebagian bakteri autotrofik menggunakan reaksi Fe 2+ € Fe3+.
Sebaliknya organisme heterotrofik memperoleh energi bebas melalui perangkaian
metabolismenya denga pemecahan molekol organik kompleks dalam lingkungannya. Pada semua
proses ini, ATP memain peranan sentral dalam pengalihan energi bebas dari proses eksergonik ke
proses endergonik.
Perubahan energi bebas (∆G) merupakan bagian dari total perubahan energi dalam sebuah
sistem yang tersedia untuk melakukan pekerjaan. Pada sistem non biologis dapat meggunakan
energi panas untuk melakukan kerja. Adapun pada sistem biologis yang bersifat isotermik
meggunakan energi kimia untuk memberikan tenaga bagi proses kehidupan.
Pada kondisi suhu dan tekanan yang konstan, hubungan antara perubahan energi bebas
(∆G) pada sebuah sistem yang bereaksi dan perubahan entropi (ES) diperlihatkan lewat
persamaan yang menggabung dua kaidah termodinamika.
∆G = ∆H – T∆S
∆G = ∆E - T∆S
dimana : ∆E : perubahan total energi internal dalam reaksi dan T∆S : suhu absulut
Jika ∆G negatif, reaksi berlangsung spontan dengan kehilangan energi bebas atau bersifat
eksergonik. Disamping itu, bila ∆G sangat besar, reaksi benar- benar berlangsung sampai selesai
dan pada hakekatnya tidak bisa balik kembali (irreversible). Sebaliknya, jika ∆G positif, reaksi
berlangsung hanya kalau dapat diperoleh energi bebas atau bersifat endergonik. Disamping itu,
bila ∆G besar, sistem akan stabil dengan sedikit atau tanpa kecenderungan untuk terjadinya
reaksi. Jika ∆G adalah 0, sistem tersebut berada dalam keseimbangan dan tidak ada perubahan
netto yang terjadi
Kalau reaktan terdapat dengan konsentrasi 1,0 mol/L, ∆G 0 merupakan perubahan energi
bebas yang baku. Pada reaksi biokimia, keadaan baku (standar) diartikan sebagai keadaan dengan
pH 7. Perubahan energi bebas yang baku pada keadaan standar ini dinyatakan oleh ∆G 0’.
Perubahan energi bebas yang baku dapat dihitung dari konstanta keseimbangan K’eq.
∆G yang aktual dapat lebih besar atau lebih kecil dibandingkan ∆G 0’ yang bergantung pada
konsentrasi berbagai reaktan, solven, berbagai ion, dan protein.
Proses yang vital, misalnya berbagai reaksi sintesis, kontraksi muskuler, hantaran impuls
saraf, dan transpormasi aktif mendapatkan energi lewat perangkaian atau pembentukan hubungan
kimiawi dengan reaksi oksidatif. Bentuk sederhana perangkaian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Konversi metabolit A menjadi metabolit B terjadi dengan pelepasan energi bebas. Proses
ini dirangkaikan dengan reaksi lain dimana energi bebas diperlukan untuk mengubah metabolit C
menjadi D. Istilah eksergonik dan endergonik dipakai untuk menunjukkan bahwa suatu proses
akan disertai dengan hilangnya atau diperolehnya energi bebas tanpa pedulu akan bentuk energi
yang terlibat. Suatu proses endergonik tidak dapat berada secara bebas tetapi harus menjadi suatu
komponen dari sistem eksergonik/endergonik terangkai dimana keseluruhan perubahan netto
adalah eksergonik.
Panas
Eksegoni
Energi
Energi
kimia
Endergonik
C A + C € B + D + panas B
Gambar 3. Perangkaian reaksi eksegonik dengan endergonik
ATP adalah nukleotida yang terdiri atas adenin, ribosa, dan trifosfat. Bentuk aktif ATP
biasanya adalah kompleks ATP dengan Mg 2+ atau Mn2+. ATP adalah pengemban energi pada
bagian trifosfatnya, merupakan molekul kaya energi karena unit trifosfatnya mengandung ikatan
fosfoanhibrida (Gambar 4). Sejumlah besar energi bebas dilepaskan ketika ATP dihidrolisis
menjadi adenosin difosfat (ADP) dan ortofosfat (Pi) atau ketika ATP dihidrolisis menjadi
adenosin monofosfat (AMP) dan pirofosfat (PPi). Enzim yang mengkatalisis konversi ATP, AMP,
dan ADP adalah adenilat kinase (miokinase)..
∆G0’ tergantung pada kekuatan ion dalam medium, konsentrasi Mg 2+ dan Ca2+ dan protein (enzim).
Pada keadaan sel yang khas, ∆G yang sesungguhnya untuk hidrolisis ini sekitar -12 kkal/mol.
ATP terus menerus dibentuk dan dipakai, dimana pergantian ATP sangat cepat. ATP
lebih banyak bertindak sebagai donor langsung energi bebas yang utama dari pada sebagai bentuk
simpanan jangka panjang. Aktivitas (gerakan, transpor aktif, biosintesis, sinyal) terjadi jika ATP
terus menerus kembali dibentuk dari ADP. Pada sel yang khas, molekul ATP dipakai dalam satu
menit sesudah pembentukkannya,
NH2 NH2
N
N
C C
C C
N CH N
HC C
HC C
N O N
O O
N N
5’ 5’
¯O P O
O ¯O P O P O
O
CH2 CH2
¯O 4’C NH2 ¯O ¯ 4’C C1’
H C1’ O
H H H H
N H
H 3’ 2’ H C 3’ 2’
C N C N
C
AMP (adenosin HO OH N CH HO OH
O O O N diphosphat)
N
5’
¯O P O P O P O O
CH2
¯O ¯O ¯ 4’C C1’
O H H
H 3’ 2’ H
C N
HO OH
2. Nukleotida trifosfat
Nukleotida trifosfat adalah senyawa berenergi tinggi yang analog dengan ATP, dimana beberapa
reaksi biosintesis dijalankan olehnya. Nukleotida trifosfat seperti guanosin trifosfat (GTP), uridin
trifosfat (UTP), dan sitidin trifosfat (CTP). Bentuk difosfat nukleotida-nukleotida terbut adalah
guanosin difosfat (GDP), uridin difosfat (UDP), dan sitidin difosfat (CDP). Bentuk bentuk
monofosfatnya adalah guanosin monofosfat (GMP), uridin monofosfat (UMP), dan sitidin
monofosfat (CMP). Enzimienzim dapat mengkatalisis transfer gugus fosforil terminal dari satu
nukleotida ke nukleotida yang lain, seperti pada reaksi :
3. Asil – Fosfat
Contoh dari senyawa asil – fosfat adalah 1,3-Difosfogliserat. Senyawa ini baku energi
bebas, jika dihidrolisis menghasilkan energi sebesar -11,8 kkal/mol.
1,3-Difosfogliserat + H2O € 1,3-fosfogliserat + Pi ∆G0’ = -11,8 kkal/mol
4. Fosfat Enolik
Senyawa fosfat enolik memiliki potensi fosforil (pemindahan gugus fosforil) tinggi,
serta dapat memindahkan gugus fosforil ke ADP untuk membentuk ATP.
5. Guadinium – Fosfat
Guadinium fosfat adalah senyawa berenergi tinggi yang berperan dalam mentransfer
maupun dalam penyimpanan energi biologis. Struktur guadinium fosfat terdapat pada molekul
kreatin fosfat/fosfokreatin, serta argininafosfat yang berperan sebagai fosfagen. Fosfagen
terbentuk dari reaksi antara kreatin atau arginin dengan ATP dikatalisis oleh enzim kreatin kinase.
Berbagai fungsi dari guadinium fosfat adalah mempertahankan konsentrasi ATP tetap
tinggi selama periode kerja otot, sumber utama ~ P bagi pelari selama 4 detik pertama lari cepat
100 m, merupakan gudang ~ P (gugus fosforil) pada otot, kelimpahan dan potensial transfer
fosforil yang lebih tinggi dari ATP menjadikannya donor ~ P yang sangat efektif, berperan
sebagai fosfagen, yaitu simpanan energi ATP (fosfagen tidak berperan langsung dalam fungsi
biologis tapi akan bermanfaat lewat ADP).
NADH dan FADH2 adalah pengemban elektron utama pada oksidasi molekul-molekul
bahan bakar. Kemotrop memperoleh energi bebas dari oksidasi molekul bahan bakar, seperti
glukosa dan am lemak. Pada organisme aerobik, akseptor elektron terakhir adalah O 2. Namun
demikian, elektron tidak langsung ditransfer dari molekul bahan bakar dan produk pemecahnya ke
O2. Substrat- substrat ini memindahkan elektron ke pengemban-pengemban khusus, yaitu salah
satu nukleotida piridin atau flavin. Pengemban tereduksi ini kemudian
memindahkan elektron potensi-tingginya ke O 2 melalui rantai transfor elektron yang terdapat pada
sisi dalam membran mitokondria. Gradien proton yang terbentuk sebagai hasil aliran elektron
kemudian mendorong sintesis ATP dari ADP
+ Pi. Proses ini disebut fosforilasi oksidatif, yaitu sumber utama ATP pada organisme aerobik.
Kemungkinan lain, elektron potensi tinggi yang berasal dari oksidasi molekul bahan bakar dapat
digunakan pada reaksi-reaksi biosintesis yang memerlukan daya pereduksi di samping ATP.
Nikotinamida adenin dinukleotida (NAD+) adalah akseptor elektron utama pada oksidasi
bahan bakar. Bagian rekatif dari NAD + cincin nikotinamidanya, suatu derivat piridin. Pada
oksidasi substrat, nikotinamida NAD + menerima satu ion hidrogen dan dua elektron, yang
ekuivalen dengan satu ion hidrida. Bentuk tereduksi pengemban ini disebut NADH. Pada bentuk
teroksidasi, atom nitrogen adalah tetravalen dan mengemban satu muatan positif, seperti terlihat
pada NAD+. Pada bentuk tereduksi, NADH, atom nitoigen adalah trivalen.
Pengemban elektron utama lainnya pada oksidasi bahan bakar adalah flavin adenin
dinukleotida. Bentuk teroksidasi dan tereduksi dari pengemban ini adalah FAD dan FADH2. Pada
bagian reaktif dari FAD, yaitu cincin isoaloksazim dapa menerima dua elektron.
NAD+ + R – C – R ↔ NADH + R – C – R’ + H+
OH O
FAD dan FADH2 € Bagian reaktifnya cincin isoaloksazim
FAD + R – C – C – R’ ↔ FADH2 + R – C = C – R’
H H H H
ATP Fosforil
FADH2 Elektron
FMNH2 Elektron
Fosfatidat
nukleotida
7. Ester Tiol
Ester tiol adalah senyawa berenergi tinggi yang dapat memulihkan ATP dari ADP.
Contohnya adalah asetil KoA atau asetil koenzim A yang merupakan pengemban universal gugus
asil. Gugus atau situs reaktifnya adalah gugus sulfidril. Hidrolisis asetil KoA memberi perubahan
energi bebas sekitar 7,5 kkal.
Asetil KoA berpartisipasi dalam suatu reaksi penghasil energi yang terbesar yang disebut
dengan Kreb’Cycle. Mengenai Kreb’s cycle ini telah dibicarakan pada modul karbohidrat.
I. Pengontrolan Metabolisme
Metabolisme diatur dengan pengontrolan
1. Jumlah enzim
Jumlah enzim tergantung pada kecepatan sintesis dan kecepatan degradasinya. Kadar sebagian
besar enzim terutama disesuaikan dengan mengubah kecepatan transkripsi gen yang
menyandikan. Contohnya pada laktosa yang mengindoksi lebih dari 50 kali peningkatan
kecepatan sintesis β-galaktosidase, enzim yang diperlukan untuk pemecahan disakarida ini.
3. Tersedianya subtrat
Metabolisme juga diatur dengan pengontrolan arus substrat. Contohnya hormon insulin
yang mempermudah masuknya glukosa dalam sel. Transfer substrat dari satu ke lain
kompartemen sel (misalnya dari sitosol ke mitokondria) dapat bertindak sebagai alat kontrol.
Prinsif umum yang penting tentang metabolisme adalah jalur biosintetik maupun
degradatif selalu berbeda. Pemisahan ini perlu untuk alasan-alasan energitika, dan juga untu
mempermudah pengontrolan metabolisme. Pada eukariot, pengaturan metabolisme dan
fleksibilitasnya juga ditingkatkan oleh kompartementasi. Kompartementasi memisalkan reaksi-
reaksi yang berlawanan. Misalnya, oksidasi asam lemak terjadi dalam mitokondria, sedangkan
sintesisnya di sitosol (bagian sitoplasma yang larut).
Banyak energi dalam metabolisme dikontrol oleh status energi sel. Indeks status energi
adalah muatan energi yang sepadan dengan fraksi ATP ditambah setengah fraksi mol ADP,
dengan pengertian bahwa ATP mengandung dua ikatan anhidrida, sedangkan ADP mengandung
satu. Dengan demikian, muatan energi didefinikan sebagai :
[ATP] + ½ [ADP]
Muatan energi =
Muatan energi dapat mempunyai rentangan dari 0 (semua adalah AMP) sampai 1 (semua
adalah ATP). Daniel Atkinson memperlihatkan bahwa jalur-jalur penghasil ATP (katabolisme)
dihambat oleh muatan energi tinggi, sedang jalur- jalur pemakai ATP (anabolisme) dirangsang
oleh muatan energi yang tinggi (Gambar 6).
Metabolisme energi adalah penggunaan energi dalam proses reaksi kimia pada suatu
sistem lingkungan untuk produksi dan respirasi dalam suatu unit areal
dan waktu tertentu. Sebagian besar molekul utama metabolisme adalah sama pada semua bentuk
kehidupan. Ribonukleotida-ribonukleotida seperti ATP dan NADH adalah yang paling menonjol.
Terdapat dua macam jalur metabolisme yang dimiliki sel, yaitu jalur anabolik atau
anabolisme dan jalur katabolik atau katabolisme. Metabolisme diatur dengan pengontrolan pada
jumlah enzim yang tergantung pada kecepatan sintesis dan kecepatan degradasinya. Pengontolan
aktivitas katalisitik enzim, yaitu dengan pengontrolan allosterik yang riversibel dan modifikasi
kovalen yang reversibel. Metabolisme juga diatur dengan pengontrolan arus substrat.
DAFTAR PUSTAKA