Anda di halaman 1dari 12

ISSN: 2085-3823 Jurnal Triton, Vol. 9, No.

2, Desember 2018

STRATEGI ADAPTASI SEBAGAI BENTUK KEMANDIRIAN RUMAH TANGGA


PETANI PLASMA SAWIT DALAM MENGHADAPI TIDAK BEROPERASINYA
PKS DAN BANGKRUTNYA PT.YI (STUDI KASUS DI DISTRIK PRAFI
MANOKWARI PAPUA BARAT)

THE ADAPTATION STRATEGY AS THE SYSTEM OF HOUSEHOLDER’S


INDEPENDENCE OF THE PLASMA FARMER IN THE FACE OF THE NON-
OPERATION OF THE PALM OIL MILL AND THE BANKKRUPTCY OF PT YI
(CASE STUDY IN PRAFI DISTRICT MANOKWARI WEST PAPUA)
Triman Tapi1 dan Iwan Setiawan2
1
Dosen Polbangtan Manokwari (e-mail:triman_09@yahoo.com)
2
Dosen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Unpad (iones73@yahoo.com)

ABSTRAK
Perkebunan kelapa sawit berperan penting dalam menciptakan alternatif sumber ekonomi masyarakat
desa dan menciptakan lapangan kerja di Indonesia. Perkebunan kelapa sawit mulai dikembangkan di
Kabupaten Manokwari tahun 1982 dan dikelola oleh PT. PN II. Namun, sejak tahun 2014,
pengelolaannya diambil alih oleh investor Cina (PT. Yongjing Investindo). Pada mulanya, sedikit
banyak perkebunan kelapa sawit di Distrik Prafi memberikan kontribusi terhadap pendapatan petani
dan masyarakat sekitar. Persoalannya, sejak tahun 2017, pabrik pengolahan yang dikelola PT.YI
terhenti, sehingga petani plasma kesulitan dalam memasarkan hasil usahataninya. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan strategi adaptasi petani plasma pasca bangkrutnya PT. YI. Untuk itu
digunakan desain kualitatif dengan metode studi kasus dan teknik analisis model interaktif. Data
primer dikumpulkan dari 28 orang petani plasma selama Juli-Agustus 2018. Penelitian mengungkap,
ada tujuh strategi yang diterapkan petani: 1) mengontrakkan/menyewakan kebun sawit kepada
pemodal (transmigran); 2) membiarkan kebun sawit menjadi hutan (berharap ada program replanting);
3) memanfaatkan kebun sawit sebagai tempat pengembalaan ternak sapi dan babi; 4) berkebun
tanaman campuran; 5) beralih menjadi pekerja proyek pembangunan di kampung; 6) menanti bantuan
dana desa/ kampung; dan 7) menjual sawit ke pabrik sawit lainnya. Bagi orang Arfak, kebun sawit
bukan usaha yang menguntungkan. Selain tidak mensejahterahkan, sawit pun butuh modal besar,
teknologi rumit dan tidak sesuai dengan budaya Arfak. Masyarakat adat Arfak yang terbiasa dengan
ladang berpindah dan polikutlur, tidak yakni dengan usaha sawit yang monokultur. Oleh karena itu,
butuh usaha pemberdayaan yang spesifik lokal untuk meyakinkan masyarakat Arfak bahwa usaha
sawit berdampak positif, menguntungkan dan mensejahterakan.
Kata kunci : petani plasma, perkebunan sawit, strategi adaptasi

ABSTRACT
Oil palm plantations play an important role in creating alternative economic resources for rural
communities and creating jobs in Indonesia. Oil palm plantations began to be developed in
Manokwari Regency in 1982 and managed by PT. PN II. However, since 2014, the management was
taken over by Chinese investors (PT. Yongjing Investindo). In the beginning, a small number of oil
palm plantations in the Prafi District contributed to the income of farmers and surrounding
communities. The problem is, since 2017, the processing plant managed by PT. YI has stopped, so that
the plasma farmers have difficulty in marketing their farming products. This study aims to describe the
adaptation strategy of plasma farmers after the bankruptcy of PT. YI. For this reason a qualitative
design is used with case study methods and interactive model analysis techniques. Primary data was
collected from 28 plasma farmers during July-August 2018. The study revealed that there were seven
strategies applied by farmers: 1) contracting out / leasing oil palm plantations to investors
(transmigrants); 2) allowing oil palm plantations to become forests (hoping there is a replanting
program); 3) utilizing oil palm plantations as grazing places for cattle and pigs; 4) mixed crop
gardening; 5) switch to being a village building project worker; 6) waiting for village / village funding

10
Triman Tapi, Iwan Setiawan. Strategi Adaptasi sebagai Bentuk Kemandirian Rumah... 11

assistance; and 7) sell palm oil to other palm oil mills. For Arfak people, oil palm plantations are not
profitable businesses. In addition to not prospering, oil palm also requires large capital, complicated
technology and not in accordance with Arfak culture. The Arfak indigenous people are accustomed to
shifting cultivation and polikutlur, not by monoculture oil palm business. Therefore, it takes local
specific empowerment efforts to convince the Arfak community that the palm oil business has a
positive impact, benefits the welfare.

Keywords: adaptation strategies, oil palm plantations, plasma farmers

PENDAHULUAN membawa Indonesia menjadi pengekspor CPO


terbesar di pasar dunia. Bahkan, CPO telah
Perkebunan kelapa sawit memiliki
menjadi salah satu sumber utama minyak nabati
dampak yang sangat besar dalam perekonomian
dan bionergi di dunia. Secara statistik, industri
Indonesia. Secara empiris, pengembangan
sawit menjadi penyerap tenaga kerja paling
perkebunan sawit rakyat di Indonesia
banyak, pendorong pertumbuhan PDB, dan
membuktikan kebenaran teori strategi dorongan
pereduksi kemiskinan paling signifikan di
besar (big push theory). Dampak yang paling
Indonesia.
nyata adalah menjadi lokomotif pembangunan
Kementerian Pertanian RI melaporkan,
ekonomi perdesaan.
meskipun sebagian besar perkebunan sawit di
Direktorat Jenderal Perkebunan
Indonesia milik rakyat, namun produktivitasnya
Kementerian Pertanian (Kemtan) mengatakan,
masih rendah (20 ton TBS per hektare per
lahan sawit Indonesia yang tercatat hingga akhir
tahun). Produktivitas itu jauh di bawah
tahun 2017 seluas 14,03 juta hektare, dari luas
perkebunan swasta yang bisa mencapai 30 ton
lahan tersebut sekitar 5 juta ha merupakan
TBS per hektare per tahun (BPDPKS,2018).
perkebunan sawit milik rakyat
Kehadiran perkebunan sawit telah menciptakan
(Kompas.Com,2018). Perkembangan kelapa
alternatif sumber penghidupan bagi petani
sawit Indonesia yang pesat tersebut menjadi
sekitar dan masyarakat desa secara keseluruhan.
salah satu isu yang menarik perhatian
Selain itu, perkebunan sawit pun menciptakan
masyarakat dunia (PASPI, 2018).
lapangan kerja, sehingga mengatasi masalah
Perkembangan yang pesat tersebut
pengangguran (BPS, 2016). Tegasnya,
menempatkannya sebagai komoditas sangat
perkebunan sawit mampu memberikan tetesan
strategis yang berkontribusi langsung terhadap
manfaat (trickle down effect) yang bersifat
penciptaan kesempatan kerja dan pendapatan
memperluas daya penyebaran (power of
negara. Secara sosial ekonomi, pengembangan
dispersion) pada masyarakat sekitar (Syahza,
perkebunan sawit telah mengangkat
2011). Semakin berkembang perkebunan sawit,
perekonomian banyak petani ke kelas
semakin terasa dampak positifnya. Beberapa
menengah. Secara ekonomi politik, sawit rakyat
diantaranya adalah mengurangi penganguran
akan menjadi penentu industri kelapa sawit di
masyarakat desa, menciptakan lapangan kerja
Indonesia. Bahkan, sawit rakyat telah sukses
12 Jurnal Triton, Vol. 9, No. 2, Desember 2018

baru di pedesaan, meningkatkan pendapatan sawit (Suriati,2016). Selain itu, masuknya


masyarakat, menyediakan dan memperbaiki investor pada wilayah bisnis perkebunan (baca:
sarana prasarana umum yang memadai di sawit) akan menjadi stimulus berdirinya pabrik-
wilayah desa sekitar, menambah pengetahuan pabrik pengolahan kalapa sawit dan membuka
mengenai pola pemanfaatan lahan dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal
meningkatkan kemampuan teknis budidaya maupun “pendatang” (Ruslan,2014). Namun
kelapa sawit (Rusmawardi, 2007; Suriati, 2013; kehadiran investasi besar-besaran dalam
Ridar, 2014; Apriyanti & Munthaha,2017). pengembangan perkebunan sawit juga memiliki
Konkritnya, Pemerintah Indonesia telah risiko yang tinggi terhadap kerusakan
menjadikan kelapa sawit sebagai sebagai lingkungan dan kelangsungan usaha masyarakat
gerbong utama untuk perbaikan sosial ekonomi lokal. Beberapa diantaranya adalah bencana
pedesaan (Potter dan Lee 1998; Zen et al. 2005; asap, hilangnya tempat hidup (habitat) dan
Rist L et al.2010). menurunnya keanekaragaman hayati di sentra
Melalui skema Nucleus Estate and perkebunan sawit. Perkebunan kelapa sawit
Smallholder (NES) negara menyerahkan juga menghadapi risiko penurunan
sebagian lahannya kepada perusahaan untuk produktivitas setelah umur tanaman lebih dari
ditanami sawit. Lahan petani juga ditanami 26 tahun. Oleh karena itu, petani harus
sawit melalui kemitraan (inti-plasma) dengan meremajakan tanaman (replanting) untuk
perusahaan. Biasanya masyarakat diminta menjaga produktifitas lahan, keberlanjutan
menyerahkan 10 ha lahannya kepada pendapatan rumah tangga, keberlanjutan usaha
perusahaan. Sebagai kompensasi, 2 ha dan kelestarian lingkungan. Seiring dengan
dialokasikan untuk sawit rakyat. Lahan yang gencarnya tuntutan mewujudkan kebijakan
sudah menjadi petak bisa dikelola sendiri, hijau (green policy), maka pengembangan sawit
dipercayakan kepada perusahaan atau kepada harus didudukan dalam kerangka keberlanjutan
pemodal. Jika petani plasma tidak mengelola (sustainbale palm oil). Secara spasial,
dengan baik, maka harus membayar biaya pengembangan sawit telah sukses dilakukan di
kepada perusahaan. Pada kenyataannya, ada Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa dan
plasma yang menjual tanahnya kepada Sulawesi.
perusahaan dan kompensasi dibayar dengan Potensi pengembangan sawit pun terbuka
uang (Rist et al. 2010). di wilayah Papua Barat. Dari total 1,9 juta
Secara riil, kehadiran perkebunan kelapa hektar potensi perkebunan sawit, yang layak
sawit memberikan dampak pada perubahan ditanami hanya sekitar 800 ribu hektar (Dinas
mata pencaharian pokok masyarakat sekitar, Perkebunan Papua Barat, 2016). Hingga tahun
peningkatan pekerjaan sampingan serta adanya 2018, luas perkebunan kelapa sawit di Papua
perbedaan kondisi sosial ekonomi masyarakat Barat mencapai 40.867 hektar dan sekitar
sebelum dan sesudah adanya perkebunan kelapa 16.648 hektar merupakan perkebunan sawit
Triman Tapi, Iwan Setiawan. Strategi Adaptasi sebagai Bentuk Kemandirian Rumah... 13

milik petani plasma (Direktorat Jenderal 1.000 KK dan kebun KKPA seluas 3000 hektar
Perkebunan, 2018). Dari keseluruhan untuk 3.437 KK (Cahayapapua.com, 2014).
perkebunan kelapa sawit yang ada di Papua Sejak ditanam 1982/1983, banyak kelapa sawit
Barat, sekitar 25 persennya berada di yang sudah melewati usia produktif (25 tahun).
Kabupaten Manokwari. Menurut Kapet Biak Ada sekitar 8000 hektar kebun sawit milik
(Imbiri et al.2010), luas lahan perkebunan petani plasma di Prafi dan sekitarnya, namun 50
kelapa sawit di dataran Prafi mencapai persennya sudah tidak produktif lagi. Secara
10.208,99 hektar, terdiri dari PIR-BUN KKPA riil, kebun inti yang masih produktif hanya 20
seluas 3000 hektar dan PIR-BUN kelapa sawit persen, sedangkan lebih dari 2.200 hektar tidak
Prafi seluas 7.208,99 hektar, meliputi kebun inti produktif (Dinas Perkebunan Papua Barat,
seluas 2.808,99 hektar dan kebun plasma seluas 2014). Kondisi tersebut jelas tidak kondusif,
4.400 hektar. apalagi dengan berhentinya operasi PKS dan
Data menunjukkan bahwa jumlah populasi bangkrutnya PT.YI.
petani peserta plasma asal lokal sebanyak 551 Terhentinya operasi PKS dan
KK, dan tersebar di 11 kampung yang terdapat bangkrutnya PT.YI telah berdampak terhadap
di Distrik Prafi (Kantor Distrik Prafi, 2009). seluruh aspek kehidupan masyarakat yang
Dari jumlah tersebut, sebagian besar adalah selama ini menggantungkan hidupnya pada
petani plasma asal suku Arfak dan lainnya hasil kebun sawit di Distrik Prafi Manokwari.
adalah petani plasma asal Biak, Sorong, Bagi para petani plasma yang berasal dari
YapenWaropen dan lainnya (Imbiri et al.2010). penduduk asli (asal suku Arfak), dampak yang
Secara historis, perkebunan sawit mulai terasa adalah berkurang atau bahkan hilangnya
dikembangkan di Manokwari tahun 1982/ 1983 salah satu sumber pendapatan tunai yang
oleh PT.PN II. Untuk menampung hasil selama ini mereka dapatkan. Walaupun dari
produksi, PT. PN II membangun satu unit hasil penelitian (Imbiri et al., 2010), terlihat
pabrik pengolahan minyak kelapa sawit (PKS) bahwa pendapatan tunai dari hasil kebun sawit
pada tahun 1991, dengan kapasitas 50-60 ton hanya berkisar kurang lebih 30% dari total
TBS/jam. Dalam perjalannya pada Bulan Mei sumber pendapatan keluarga perbulan. Namun,
2014, perkebunan dan pabrik minyak kelapa kondisi tersebut sangat berdampak terhadap
sawit milik PTPN II beralih status kepemilikan kehidupan ekonomi dan sosial budaya
kepada sebuah perusahaan swasta asal Cina, PT masyarakat petani plasma asal Suku Arfak.
YI. Kondisi yang sudah berjalan hampir dua tahun
Aset yang diserahkan PTPN II kepada tersebut telah membuat petani plasma kesulitan
PT.YI meliputi kebun inti seluas 3.300 hektar, memasarkan hasil panen sawitnya.
pabrik beserta peralatan lainnya, kebun PIR- Sebagai mahluk yang rasional dan
SUS seluas 2.400 hektar untuk 1.200 KK, ekonomikos, para petani plasma telah dan akan
kebun PIR-ADB seluas 2.000 hektar untuk selau berusaha menangani permasalahan yang
14 Jurnal Triton, Vol. 9, No. 2, Desember 2018

dihadapinya. Hal yang sama pun pasti petimbangan lokasi dan minimalisasi berbagai
dilakukan oleh suku Arfak yang menghadapi bias, maka ditentukan jumlah informan
kesulitan dalam memasarkan hasil usahanya. sebanyak 28 petani plasma. Penelitian
Kesulitan akibat berhentinya operasi PKS dan dilaksanakan mulai Juli-Agustus 2018. Data
bangkrutnya PT.YI. Apapun kesulitannya, para primer yang terkumpul dianalisis dengan
petani yakin akan mencari sumber pendapatan Interactive Model (Miles dan Huberman,2007)
alternatif dari kemandekan pasar sawit. mulai dari pengumpulan, reduksi, penyajian
Berdasarkan semua itu, maka dapat dirumuskan sampai penyimpulan. Hasilnya kemudian
fokus penelitian sebagai berikut: bagaimana diinterpretasi, dideskripsikan dan dipolakan.
strategi adaptasi petani plasma asal Suku Arfak
di dataran Prafi dalam menghadapi HASIL DAN PEMBAHASAN

permasalahan pemasaran dan hilangnya salah Secara historis, masyarakat Suku Arfak
satu sumber pendapatannya? Penelitian ini yang mendiami dataran Prafi tidak mengenal
bertujuan untuk mendeskripsikan strategi sawit. Pada umumnya mereka berbudaya ladang
adaptasi petani plasma asal Suku Arfak dan berpindah yang sangat bergantung pada hutan
strategi pemberdayaan petani plasma asal Suku sebagai sumber kebutuhan. Perkebunan sawit
Arfak pasca terhentinya operasi PKS dan masuk ke Prafi tahun 1982. Sejak saat itu, alih
bangkrutnya PT.YI. fungsi lahan menjadi tidak terkendali, sehingga
masyarakat lokal mulai kehilangan ruang mata
METODE PENELITIAN pencaharian (ladang berpindah). Alih fungsi
Penelitian ini didesain secara kualitatif lahan tidak hanya ke perkebunan sawit, tetapi
dengan menggunakan metode studi kasus juga kepemukiman transmigrasi, pabrik,
(Nawawi,1993; Moleong, 2001). Ada dua data infrastruktur dan lainnya. Setelah berjalan 18
yang dikumpulkan: Pertama, data sekunder tahun, masyarakat lokal hanya menjadi
yang dikumpulkan dari berbagai institusi penonton habisnya areal ladang berpindah dan
melalui desk study; dan Kedua, data primer rusaknya hutan akibat perkebunan sawit.
yang diperoleh langsung dari informan melalui
Kinerja Usaha dan Kemitraan
teknik wawancara mendalam (in depth
Pada tahun 2000, para tokoh adat dan
interview), dokumentasi proses dan diskusi
pemilik hak ulayat melakukan aksi protes
kelompok. Penelitian ini dilaksanakan di distrik
terhadap perusahaan PT.PN Prafi selaku
Prafi Kabupaten Manokwari, Papua Barat,
BUMN yang mengelola perkebunan sawit.
dengan locus di Kampung Somi dan Umbuy.
Masyarakat menuntut adanya pembagian hasil
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
atas penggunaan tanah adat mereka. PT. PN II
dengan pertimbangan berada di sekitar
dan Pemda Manokwari merespon tuntutan
perkebunan Sawit dan didiami Suku Arfak
tersebut dengan mengeluarkan kebijakan
sebagai petani plasma. Berdasarkan
Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Sebagai
Triman Tapi, Iwan Setiawan. Strategi Adaptasi sebagai Bentuk Kemandirian Rumah... 15

perusahaan inti, PT.PN mengembangkan perawatan, banyak dan intensifnya pekerjaan,


perkebunan sawit seluas 2.000 ha yang serta usaha kebun sawit yang dipandang kurang
diperuntukkan bagi masyarakat setempat menguntungkan. Jika dikontrakan, tidak bekerja
(termasuk transmigran) dan pemilik ulayat. keras pun masih mendapatkan uang hasil
Setiap keluarga mendapatkan lahan sawit seluas kontrak sebesar Rp 10 juta per tahun. Karena
2 ha dan sekaligus menjadi petani plasma. demikian, maka bagi sebagain besar Suku
Setelah masyarakat lokal memiliki kebun sawit Arfak, kepemilikan lahan sawit dan
dan terlibat sebagai petani plasma, mereka keterlibatannya sebagai petani plasma tidak
mulai bergiat mengusahakan lahan sawit untuk serta merta menjadikan sawit sebagai sumber
menunjang kehidupan keluarga. pendapatan tetap. Bagi mereka, sawit bukan
Pada kenyataannya, pelibatan petani pilihan hidup untuk menjadi sejahtera, juga
lokal dalam PIR tidak berjalan lancar, karena bukan sumber penghidupan utama bagi
mereka tidak berbudaya perkebunan. Intinya, keluarga mereka. Kelapa Sawit dipandang
mereka tidak terlatih dalam memelihara sawit, membutuhkan proses yang lama untuk
pengendalian hama penyakit sawit, berproduksi dan menghasilkan uang serta
pemangkasan daun sawit, pemotongan tandan memerlukan modal besar dan teknologi yang
buah dan pengangkutan. Karena kesulitan, rumit. Pernyataan ini diperkuat pula oleh
maka berbagai pekerjaan cenderung diberikan Matthias Rhein (2014:19) berikut :
(diupahkan) kepada para pekerja transmigran “...oil palm is commonly considered to be “a
asal Pulau Jawa. Implikasinya, karena rich man’s crop.” It has therefore not been a

memelihara kelapa sawit bersifat intensif mulai part of traditional community or farmer
enterprises. Reasons for this include the facts
dari pembudidayaan, pemanenan, pengangkutan
that an oil palm plantation takes a long time
dan pemasaran, maka pengeluaran menjadi
to reach full production and the production of
mahal. Terutama pada biaya pemanenan yang
quality CPO requires heavy investments in
terus meningkat seiring dengan semakin tua dan
processing technology”.
tingginya pohon sawit.
Pada akhirnya, karena biaya semakin Bagi petani plasma Suku Arfak,
mahal dan petani plasma Suku Arfak enggan jangankan memelihara sawit, untuk memanen
mengerjakan sendiri, maka lahan sawit saja mereka mengupahkan. Alasannya, maka
miliknya diserahkan (disewakan, dikontrakan) urusan kebun kelapa sawit semuanya sudah
pengelolaannya kepada pemilik modal dan diserahkan kepada pengontrak. Lama kontrak
transmigran asal Pulau Jawa. Kontrak lahan sawit setiap petani dan lokasi berbeda-
dilakukan per tahun, tergantung produktifitas beda, rata-rata 1-2 tahun dengan sistem
tanaman kelapa sawit. Menurut informan DM pembayaran pertahun, baik sekaligus maupun
(petani plasma lokal), kecenderungan dicicil setiap bulan (melihat hasil panen dan
mengontrakkan lahan didasari alasan sulitnya harga pembelian dari Pabrik). Sebagai contoh,
16 Jurnal Triton, Vol. 9, No. 2, Desember 2018

informan Bapak Philipus Meidodga dan Bapak sehingga banyak yang menyerahkan
Lamber Mandacan, mengontrakkan lahan pengelolaan kebunnya kepada orang lain
selama 1 tahun dengan harga sewa Rp 5 juta. (terutama transmigran asal Jawa) melalui sistem
Ibu Dorce Indouw mengontrakkan lahannya 1 sewa atau kontrak.
tahun, tetapi dengan harga sewa hanya Rp 2 Masyarakat berharap urusan tanah dan
juta. Begitu juga Bapak Arnold Mandacan yang mekanisme kontrak diatur kembali oleh
mengontrakkan lahannya seharga Rp 2,3 juta. pemerintah daerah, meskipun pihak perusahaan
Ada juga petani yang menerapkan sistem kurang menanggapi. Alih-alih menanggapi,
kontrak perbulan dengan kisaran antara Rp 300 perusahaan malah mengendurkan perannya
ribu sampai Rp 500 ribu perbulan. Perbedaan dalam pemasaran hasil panen. Jika dulu
harga kontrak ini disebabkan oleh lamanya menjemput ke kebun petani plasma, sekarang
masa tanam dan jarak dari kebun ke jalan raya. perusahaan hanya menunggu hasil panen
Umur tanaman sawit yang sudah tua diangkut ke pabrik. Proses peremajaan tanaman
menjadi salah satu hambatan, karena sudah tidak dilakukan oleh perusahaan, karena
berpengaruh terhadap hasil panen yang terus terkendala persoalan tuntutan peninjauan
penurunan. Secara umum, kelapa sawit kontrak. Menurut Lambert Mandacan dan
mencapai hasil puncak TBS antara tahun Lukas Meidodga “kini masyarakat tidak pegang
keenam hingga kedua belas setelah penanaman. uang lagi dari hasil sawit”. Pada saat tanaman
Setelah itu, imbal hasilnya berangsur-angsur sawit baru setinggi 2-3 m, masyarakat masih
berkurang bila telah mencapai usia rata-rata 20 bisa “mendodos” sendiri, tetapi ketika sudah
tahun (Azman & Mohd Noor, 2002). Beberapa mencapai 5-6 m, sudah tidak dapat memanen
upaya untuk meningkatkan produksi telah sendiri. Butuh tenaga ekstra, sehingga membuat
dilakukan, seperti diberi pupuk Natrium, Posfat petani kewalahan. Oleh karena itu, dalam 10
dan Kalium, sehingga produksi bisa mencapai 9 tahun terakhir panen sawit diupahkan kepada
ton/hektar. Namun, sekarang sudah tidak warga transmigrasi. Sejatinya, petani lokal
dilakukan lagi, karena umur tanaman sudah dapat melakukan sendiri. Persoalannya, tidak
lewat waktu normal. Akibatnya, dari satu blok ada penyuluhan atau pelatihan terkait dengan
lahan hanya bisa menghasilkan kurang lebih 1 teknik panen sawit dengan ketinggian 5-6
ton, bahkan tidak sedikit pohon yang tidak meter.
berbuah sama sekali. Ketika panen, satu mobil Penurunan produksi sawit dipengaruhi
truk hanya mengangkut 200-400 tandan saja. oleh umur tanaman. Ketika sawit masih berusia
Menurut informan, tahun 1995–1996 3-4 tahun, produktifitasnya mencapai 6,2-12
merupakan masa puncak panen kelapa sawit. ton/ha. Rata-rata per pohon dapat menghasilkan
Penurunan mulai dirasakan sejak tahun 2004 17,4-17,9 TBS. Penurunan terjadi ketika sawit
dan terus berjalan sampai sekarang. memasuki umur 23-25 tahun. TBS yang
Produkifitas lahan petani terus menurun, dihasilkan hanya 3,7-3,8 per pohon
Triman Tapi, Iwan Setiawan. Strategi Adaptasi sebagai Bentuk Kemandirian Rumah... 17

(Sunarko,2014). Hal yang sama terjadi di kakao dan pala. Kondisi tersebut diperparah
Distrik Prafi. Pada masa awal (1982-2000), oleh hilangnya motivasi eksternal, yakni
sawit dipanen dua kali sebulan, dengan hasil 6- bangkrutnya PT. YI selaku inti dan berhentinya
7 ton per kapling (2 ha). Bahkan ada yang operasi PKS. Ketiadaan PKS sejatinya dapat
mencapai 9 ton, terutama untuk petani yang disubstitusi dengan menjual ke PKS lain yang
menggunakan pupuk. Namun, sejak tahun dikelola oleh PT, Medco di Distrk Sidey SP 9.
2010, sawit hanya menghasilkan 30-40 TBS. Namun, terkendala dengan mahalnya biaya
Dengan rata-rata satu TBS 16 kg, maka hanya pengangkutan TBS (Rp 300.000-Rp 500.000,-
dihasilkan 660 kg/kapling. Kondisi ini telah untuk sekali angkut). Angka tersebut terlalu
menyebabkan anjloknya pendapatan petani dari mahal jika digabungkan dengan ongkos tenaga
hasil sawit (rata-rata Rp. 395.416,- per bulan). kerja egrek dan biaya pikul. Bagi petani
Pendapatan sebesar itu jelas tidak setempat, kondisi ini sangat merugikan, karena
memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup akan berimbas pada semakin menurunkan nilai
yang semakin mahal. Oleh karena itu, sejak kontrak dan pendapatan. Jika dibiarkan, maka
produksi menurun ada petani yang dapat memicu persoalan ikutan, seperti
mengontrakan lahan sampai 5 tahun. meningkatnya angka pengangguran, konflik
Sistemnya, ada yang dibayar langsung dimuka rumah tangga, kesenjangan sosial, penurunan
untuk 5 tahun, tetapi tapi ada juga yang daya beli, putus sekolah dan meningkatnya
dilakukan per bulan dengan angsuran Rp angka kemiskinan.
300.000,-. Namun, para pengontrak pun pilih- Anjloknya pendapatan dari sawit
pilih lokasi lahan, terutama yang dilalui jalan membuat rumah tangga tani semakin terhimpit.
yang bagus. Lahan yang akses bisa dikontrak Padahal, sebelum itu pun kondisinya sudah
langsung selama 5 tahun dengan harga Rp memprihatinkan, Pada umumnya, rumah
15.000.000,-. Sedangkan lahan yang jauh dari mereka tanpa dilengkapi dengan perabot dan
jalan raya hanya dihargai Rp 50.000,- sampai fasilitas yang memadai. Sebagian besar hanya
Rp 100.000,- per bulannya. Hasil kontrak mampu menyekolahkan anaknya sampai
digunakan masyarakat setempat untuk sekolah menengah. Motivasi anak untuk
memenuhi berbagai keperluan hidup sehari- melanjutkan pendidikan tinggi, tetapi tidak
hari, terutama biaya sekolah anak, membeli didukung oleh keadaan keluarga. Menurut
beras, minyak, rokok dan sebagainya. informan, ketika masih memanen sendiri hasil
Jika meminjam istilah Mclleland, lemah sawitnya, hidup keluarga relatif lebih baik.
karsa (n-Achievement) pada masyarakat Tetapi kondisi sawit saat ini tidak mendukung
setempat menjadi faktor penyebab rendahnya harapan masyarakat. Hal tersebut disebabkan
pendapatan dari sawit. Para petani setempat oleh berbagai hal, seperti harga yang tidak
tidak memelihara sawit secara baik dan benar. menentu bahkan cenderung merugikan,
Hal yang sama terjadi juga pada komoditas kebiasaan dan etos kerja masyarakat yang
18 Jurnal Triton, Vol. 9, No. 2, Desember 2018

berbeda dengan tuntutan industri perkebunan, ketiadaan modal usaha dan lain-lain.

Gambar 1. Causal Loop Diagram Strategi Adaptasi Petani Plasma Menghadapi Dampak Terhentinya
Operasi PKS dan Bangkrutnya PT YI.

Strategi Adaptasi Petani tanaman campuran dapat dipanen semusim


Menghadapi ketidak pastian, masyarakat sekali, tetapi setiap kali panen dapat langsung
setempat menerapkan strategi untuk bertahan dibawa ke pasar Manokwari. Artinya, bisa
dan membuat alternatif agar hidup terus mendapatkan keuntungan setiap panen dengan
kerkembang secara berkelanjutan (sustainable rata-rata Rp.3,000,000,-/kapling, bahkan lebih.
livelihood) tanpa harus tergantung pada kebun Strategi serupa juga diterapkan oleh para
sawit. Informan mengungkapkan bahwa strategi transmigran yang lebih mengandalkan usaha
pertama adalah beralih ke komoditas semusim, sawah, kakao dan buah-buahan daripada sawit.
seperti durian, mangga, pisang, rambutan, Bagi petani plasma yang tetap mempertahankan
langsat, keladi, singkong, sayur-mayur dan rica kebunnya, mengontrakan kebun dan menjual ke
(cabe). Bagi sebagian petani yang telah PKS PT Medco termasuk strategi adaptasi.
menerapkan, usaha mereka bisa lebih untung, Beberapa petani menerapkan strategi adaptasi
bahkan bisa menyekolahkan anak ke jenjang secara beragam (Tabel 1).
pendidikan yang lebih tinggi. Hasil kebun
Triman Tapi, Iwan Setiawan. Strategi Adaptasi sebagai Bentuk Kemandirian Rumah... 19

Hasil penelitian mengungkap bahwa sumber pencaharian yang menjanjikan. Sawit


petani plasma asal Suku Arfak di Kampung tidak berkontribusi besar terhadap kesejahteraan
Somi dan Kampung Umbuy Distrik Prafi lebih masyarakat lokal. Faktor lainnya, masyarakat
memilih menjadi petani kakao daripada sawit. lokal masih sangat ketergantungan pada hasil
Informan DU mengungkapkan “kalau memilih, hutan, seperti buah merah, tanaman obat,
lebih baik menjadi petani kakao di kebun kegiatan berburu hewan liar dan juga sistem
sendiri daripada menjadi petani sawit di kebun tanaman campuran (multifunctionality).
kebun orang lain. Karena berapapun Selain tidak ditentukan pabrik, pekerjaan dan
hasilnya, kita nikmati sendiri”. Ungkapan produksi masih dilakukan secara komunal,
seperti itu menegaskan bahwa sawit bukan kecuali kebun milik.

Tabel 1. Strategi Adaptasi Petani Plasma Asal Suku Arfak Pasca Terhentinya PKS dan
Bangkrutnya PT YI.
Identifikasi masalah Strategi Adaptasi
- Produksi sawit - Membiarkan tidak diurus, menjadi hutan dengan berharap ada program
rendah akibat usia replanting kebun dari Pemda atau perusahaan lain.
tanaman > 25 thn - Menjadikan lahan kebun sawit sebagai tempat penggembalaan ternak
- Tidak punya sapi dan babi warga kampung.
Modal Usaha - Memasuki masa panen lahan akan disewakan ke pemodal yang
- Manajemen kebun memiliki tenaga panen dan truk pengangkut.
minim - Lahan sawit dikontrakkan pada pemodal bila produksi masih bagus
- Pendapatan dengan jangka waktu 1-5 tahun.
menurun - Mengupah tenaga buruh panen untuk mengatasi keterbatasan tenaga
- Harga TBS panen keluarga.
fluktuatif - Mengelola lahan sendiri dengan memaksimalkan tenaga kerja keluarga
- Biaya sewa truk sebagai tenaga punggut brondong dan angkut TBS ke truk.
angkut TBS Mahal - Tetap menjual TBS ke PT. Medco
- Membuat proposal bantuan usaha atau pendidikan anak sekolah ke
Pemda.
- Terlibat dalam pekerjaan Proyek fisik di kampung atau kampung
sekitar
- Menunggu bantuan dari Dana Desa/Kampung

Ketergantungan masyarakat lokal garam, beras, pakaian dan bahan bakar minyak.
terhadap hasil hutan masih dipandang wajar, Untuk mendapatkan kebutuhan hidup dari pasar
karena jumlah penduduknya masih sedikit, komersial, mereka lebih banyak mengandalkan
sehingga konsumsi pangan masih terbatas dan hasil kebun, seperti kakao, durian, langsat,
cukup dipenuhi dari lingkungan setempat. rambutan dan lainnya. Tradisi tersebut mereka
Demikian pula untuk konsumsi daging dan bangkitkan kembali ketika sawit tidak dapat
obat-obatan, masih memadai dipenuhi dari diandalkan sebagai sumber pendapatan. Namun,
kekayaan di sekitar hutan. Hanya produk suku Arfak bukan lagi suku yang terasing dan
tertentu yang pemenuhannya bersumber dari menutup diri dari lingkungan sekitar. Mereka
pasar komersial, seperti: kebutuhan gula, sudah menjadi masyarakat terbuka yang
20 Jurnal Triton, Vol. 9, No. 2, Desember 2018

bersentuhan dengan transmigran, penduduk DAFTAR PUSTAKA


Manokwari, Biak dan sekitarnya. Bahkan, Apriyanti I, Munthaha MA.2017. Kondisi
mereka sudah bersentuhan dengan kemodernan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar
Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit
(industri sawit). Beberapa dari mereka ada yang Di Kabupaten Langkat. Studi Kasus :
menerapkan strategi dengan menjadi buruh PT. United Kingdom Indonesia
Plantations Desa Blankahan,
bangunan, bekerja sampingan di kota Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat.
Manokwari dan sebagainya. Agrium Vol 20 ( 3):239-245.
Azman, I., & Mohd Noor, M. (2002). The
Optimal Age of Oil Palm Replanting.
KESIMPULAN DAN SARAN Oil Palm Industry Economic Journal,
2(1), 11–18.
Strategi adaptasi yang diterapkan petani BPDPKS.2018.185 Ribu Ha Sawit
Diremajakan Tahun Ini.
plasma lokal di Distrik Prafi Kabupaten
https://www.bpdp.or.id/id/kegiatan/185
Manokwari dalam mengatasi persoalan tidak -ribu-ha-sawit-diremajakan-tahun-
ini/(Diakses tanggal 09 September
beroperasinya PKS dan bangkrutnya PT.YI,
2018)
diantaranya adalah menyerahkan pengelolaan Imbiri S, Sutrisno S, Soemarno.2010. Analisis
Pengaruh PIR Kelapa Sawit Terhadap
lahan kelapa sawit kepada pemodal dari luar
Kesejahteraan Masyarakat Sekitar di
dengan sistem kontrak (1-5 tahun), menjadikan Kabupaten Manokwari. Studi Kasus
pada Petani Peserta Plasma Asal Suku
kebun sawit sebagai ladang penggembalaan
Arfak di Distrik Prafi. Agritek Vol 18
sapi dan babi, membiarkan kebun sawit sambil (2) :209-223.
Kompas.com.2018. Kementerian Pertanian:
menunggu replanting, mengusahakan kembali
Lahan Sawit Indonesia Capai 14,03
tanaman semusim pada ladang komunal dan Juta
Hektare", https://ekonomi.kompas.com/
ladang milik pribadi, migrasi ke perkotaan dan
read/2018/02/26/203000426/kementeria
sebagainya. n-pertanian--lahan-sawit-indonesia-
capai-14-03-juta-hektare. (Diakses
Agar petani plasma tidak menyerah
11September 2018)
dengan keadaan, maka diperlukan Miles, M. B., dan A. M., Huberman, 2007.
Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
pemberdayaan peningkatan nilai tambah
tentang Metode-Metode Baru.
tanaman sawit yang sudah tidak produktif untuk Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohisi.
Jakarta :Universitas Indonesia
berbagai kebutuhan rumah tangga, terutama
PASPI.2018. Peran Strategis Sawit Rakyat
dari ratusan ribu pohon sawit yang akan Indonesia.https://gapki.id/news/ 3875/
/peran-strategis-sawit-rakyat-indonesia.
diremajakan. Selain itu, perlu dipikirkan
(Diakses 18 September 2018).
kembali pengembangan pertanian monokultur Rhein, Matthias. 2014. Industrial Oil Palm
Development : Liberia’s Path to
(seperti sawit), karena secara kultur maupun
Sustained Economic Development and
struktur, sistem pertanian multi fungsi lebih Shared Prosperity? Lessons from the
East. Washington, DC : Rights and
sesuai dan menjamin keberlanjutan.
Resources Initiative
Rist L, Feintrenie L, Levang P.2010. The
livelihood impacts of oil palm:
smallholders in Indonesia. Biodivers
Conserv. Springer Science+Business
Triman Tapi, Iwan Setiawan. Strategi Adaptasi sebagai Bentuk Kemandirian Rumah... 21

Media B.V DOI 10.1007/s10531-010- jaya Solok Selatan 1 (PT. BPSJSS1) Di


9815-z. Kanagarian Abai Kecamatan Sangir
Ruslan I.2014.Perubahan Sosial dan Ekonomi Batang Hari Kabupaten Solok Selatan.
Masyarakat Akibat Perkebunan Kelapa Jurnal KPS Vol 1(2) :131-135.
Sawit.. Al-Maslahah Jurnal Ilmu Syahza, A. 2011. Percepatan Ekonomi
Syariah, Vol 9(2): 32-51. Pedesaan melalui Pembangunan
Suriati,A. 2016. Kondisi Sosial Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal
Masyarakat Sebelum dan Sesudah Ekonomi Pembangunan Vol.12 (2):297-
Berdirinya PT. Bina Pratama Sakato 310.

Anda mungkin juga menyukai