Anda di halaman 1dari 14

Jurnal AGRINIKA Vol. 3 No.

1 [Maret 2019] 44-57


Universitas Kadiri

Analisa Keuntungan UKM Tenun Bandar Kecamatan Mojoroto Kota


Kediri
Wiwiek Andajani1*; Widi Artini
1
Fakultas Pertanian, Universitas Kadiri, Kediri, Indonesia

*Korespondensi: wiwiekand@unik-kediri.ac.id
Diterima: 5 Januari 2019/Direvisi: 31 Januari 2019/Disetujui: 1 Maret 2019

ABSTRAK
UKM atau UMKM mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia, ini bisa dilihat
dan terbukti ketika terjadi krisis moneter yang Indonesia di tahun 1997, di saat satu
persatu perusahaan besar tumbang, bisnis UKM atau UMKM tidak goyah, bahkan
menjadi tulang punggung perekonomian saat itu, karena lebih dinamis daripada
perusahaan besar. Berdasarkan data BPS tahun 2014 jumlah UKM di Indonesia 57,89
juta unit dan memberikan kesempatan kerja 96,99 %. Menurut World Bank, Indonesia
sumber penghidupannya sangat bergantung pada sektor UKM. Melihat ini Pemerintah
Kota Kediri sangat peduli dan mendorong perkembangan potensi industri, salah satunya
industri tenun ikat bandar, sekaligus melestarikan budaya tenun ikat. Ini yang menarik
untuk dilakukan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui keuntungan
produsen tenun ikat bandar dan (2) untuk mengetahui apakah usaha produsen tenun ikat
bandar tersebut layak memperoleh modal usaha. Metode penentuan daerahnya secara
purposive, yaitu Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, karena
merupakan sentra produksi tenun ikat, sedang pengambilan sampelnya secara purposive
sampling dan sampling jenuh, yaitu sebanyak 10 (sepuluh) penenun yang tergabung
dalam Usaha Bersama. Hasil dan pembahasan diperoleh bahwa keuntungan per harinya
untuk produsen tenun ikat bandar; bahan katun Rp 819.846,19; bahan sutra Rp
775.690,97 dan bahan rayon Rp 384.771,48 serta layak untuk mendapatkan modal atau
tambahan modal.
Kata Kunci: Keuntungan; Tenun; UMKM
ABSTRACT
SMEs or MSMEs have an important role for the Indonesian economy, this can be
seen and proven when the Indonesian monetary crisis occurred in 1997, when one by
one large companies collapsed, the SME or MSME business did not waver, even became
the backbone of the economy at that time, because more dynamic than large companies.
Based on BPS data in 2014, the number of MSMEs in Indonesia was 57.89 million units
and provided 96.99% job opportunities. According to the World Bank, Indonesia's
livelihoods depend heavily on the SME sector. Seeing this, the Kediri City Government
really cares about and encourages the development of industrial potential, one of which is
the bandar ikat industry, as well as preserving the culture of ikat weaving. This is
interesting to do research. The objectives of this study are (1) to determine the
advantages of the bandar ikat producer and (2) to determine whether the bandar ikat
producer business is worthy of obtaining venture capital. The method of determining the
area is purposive, namely Bandar Kidul Village, Mojoroto District, Kediri City, because it is
a center for weaving production, while the sampling is purposive sampling and saturated
sampling, namely 10 (ten) weavers who are members of the Joint Venture. The results
and the discussion show that the profit per day for the bandar ikat producer; cotton
material Rp 819,846.19; silk material Rp 775,690.97 and rayon material Rp 384,771.48
and are eligible for capital or additional capital.
Keywords: Benefit; MSEMs; Weaving
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…

PENDAHULUAN ekspor sebesar 27.799 M (4,86%)


terhadap total ekspor (Badan Pusat
Kontribusi Usaha Mikro, Kecil
Statistik, 2015). Upaya untuk
dan Menengah (UMKM) di Indonesia
memajukan dan mengembangkan
tidak perlu diragukan lagi (Humaira &
sektor UMKM akan dapat menyerap
Sagoro, 2018). Usaha Kecil dan
lebih banyak lagi tenaga kerja yang
Menengah (UKM) atau Usaha Mikro
ada dan tentu saja akan dapat
Kecil dan Menengah (UMKM) di
meningkatkan kesejahteraan para
Indonesia berperan besar bagi dunia
pekerja yang terlibat di dalamnya
perekonomian, hal ini dapat dibuktikan
sehingga dapat mengurangi angka
ketika pada tahun 1997 terjadi krisis
pengangguran (Suci, 2017).
moneter, perusahaan besar banyak
Data yang didapatkan dari
yang bangkrut, akan tetapi bisnis UKM
Kementerian Koperasi dan UKM
atau UMKM justru menjadi tulang
menyatakan di Indonesia jumlah
punggung perekonomian pada saat itu,
wirausahawan melonjak dari
karena lebih dinamis daripada
persentase 0,24% menjadi 1,56% yang
perusahaan besar. UMKM menjadi
terhitung dari jumlah penduduk
salah satu bagian penting dalam suatu
Indonesia. Tetapi capaian tersebut
perekonomian di daerah maupun
masih minim mengingat harusnya batas
nasional (Yasin, et. al., 2015). Dalam
dasar 2% dari jumlah penduduk di
dunia persaingan usaha pun sektor
Indonesia. Negara tetangga seperti
UKM atau UMKM berperan besar
Malaysia 5%, Singapura 7%, dan
dalam pembangunan dan peningkatkan
Thailand 4%. Sedangkan pada negara
perekonomian Negara (Ismanto, 2016).
adidaya seperti Amerika Serikat dan
UKM atau UMKM berperan dalam
Jepang, memiliki jumlah populasi
perekonomian nasional dan sekaligus
pengusaha pada angka 10% lebih.
memberikan kontribusi pada
Walaupun masih jauh dari negara maju
penyerapan tenaga kerja (Budiarto, et.
tersebut, tetapi menurut data Global
al., 2015).
Enterpreneurship Monitor menyatakan
Meski UKM mampu bertahan,
Indonesia punya keinginan wirausaha
akan tetapi pertumbuhannya melambat
terbesar kedua setelah Filiphina di
setelah terjadinya krisis moneter,
kawasan ASEAN.
padahal estimasi dari bank dunia yakni
Sumber pendapatan negara ini
Indonesia lebih cepat tumbuh pada
ada pada sektor UKM yang bergerak
periode sebelum tahun 1998
pada beberapa sektor yakni sebagai
dibandingkan sesudahnya. Sejak tahun
berikut:
2014, Indonesia termasuk memiliki
1. Sektor pangan dan olahannya,
UKM atau UMKM terbesar dengan
2. Perdagangan,
jumlah UMKM sebesar 57,89 juta
3. Garmen,
(99,99%) dari total jumlah pelaku usaha
4. Tekstil,
nasional dan penyerapan tenaga kerja
5. Produksi mineral non-logam,
sebesar 50-98% (Febriantoro, 2018).
6. Serta kayu dan produk olahan
Dengan melimpahnya jumlah
kayu.
UMKM tersebut memberikan kontribusi
dalam penambahan devisa negara, di Keseluruhan sektor UKM tersebut
mana penerimaan yang didapat dari diperkirakan menyumbang pendapatan

45
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…

sebesar 50% Produk Domestik Bruto. Domestik Bruto (PDB), dan 19-31%
Sebagian besar pada sektor berkontribusi pada kisaran ekspor
perdagangan dan pertanian dengan (Subandi, 2010). Tetapi dengan kondisi
total 10% dari jumlah ekspor. tersebut UKM Indonesia belum mampu
Pola perdagangan bebas seperti berkembang karena permasalahan
MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) proses perijinan, permodalan atau
menjadikan peranan UKM sebagai penguatan modal dan lain sebagainya.
andalan untuk peningkatan Mengacu pada peraturan
perekonomian Indonesia. Peranan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008
UKM tersebut hingga saat ini terlihat tentang Usaha Mikro Kecil dan
dengan mayoritas pengusaha UKM Menengah (UMKM), ada perbedaan
yang mencapai 96% dari pengusaha antara UKM dan UMKM yang
ASEAN. Rincian dari jumlah 96% dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
pengusaha UKM tersebut adalah 50%
berkontribusi 30-53% pada Produk

Tabel 1. Kriteria usaha berdasarkan aset dan omset


No Jenis Usaha Kriteria Asset Kriteria Omset
1 Usaha Mikro Maks. 50 juta Maks. 300 jjuta
2 Usaha Kecil >50 – 500 juta >300 juta – 2,5 M
3 Usaha Menengah >500 juta – 10 M >2,5 M – 50 M
Sumber: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM)

Pengertian pengusaha kecil dan Perbedaannya antara UKM dan


menengah berdasarkan Departemen UMKM dapat disimpulkan terletak pada
Perindustrian dan Perdagangan adalah jumlah aset atau modal yang dimiliki.
kelompok industri modern, tradisional Klasifikasi UKM di indonesia adalah
dan kerajinan yang investasi modal sebagai berikut:
untuk mesin serta peralatan sebesar 1. Usaha Kecil Menengah untuk
dibawah Rp 70.000.000,00 dengan mendapatkan pendapatan, atau
resiko investasi modal atau tenaga yang dikenal dengan sektor informal.
kerja di bawah Rp 625.000,00 dan Contoh: pedagang kaki lima.
pemilik berstatus Warga Negara 2. Usaha Kecil Menengah yang
Indonesia. sifatnya sebagai pengrajin, tetapi
Menurut (Badan Pusat Statistik, sifat kewirausahaan belum dimiliki.
2015) pengelompokan usaha berdasar 3. Usaha Kecil Menengah dengan
pada jumlah tenaga kerja adalah kepemilikan jiwa kewirausahaan dan
sebagai berikut: kemampuan menerima pekerjaan
i. Usaha Rumah Tangga atau pesanan subkontrak dan
mempunyai: 1-5 tenaga kerja ekspor.
ii. Usaha Kecil Menengah 4. Usaha Kecil Menengah yang
mempunyai: 6-19 tenaga kerja mempunyai jiwa kewirausahaan dan
iii. Usaha Menengah mempunyai: serta mampu bertransformasi
20-99 tenaga kerja menjadi Usaha Besar (UB).
iv. Usaha Besar mempunyai: > 100
tenaga kerja

46
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…

Pemerintah Kota Kediri pun tidak Bandar tersebut layak memperoleh


ingin ketinggalan, ingin memanfaatkan modal usaha.
peluang yang ada untuk turut
mendorong dan membantu BAHAN DAN METODE
perkembangan potensi industri yang Penentuan Lokasi Penelitian
sudah ada, yang salah satunya adalah
industri tenun ikat yang berada di Lokasi penelitian ditentukan
Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan secara purposive (sengaja) yaitu di
Mojoroto, Kota Kediri, yang telah Kelurahan Bandar Kidul Kecamatan
menjadi sentral atau pusat produksi Mojoroto Kota Kediri dengan
Tenun Ikat Bandar. Pusat produksi pertimbangan bahwa menurut data
Tenun Ikat Bandar ini telah masuk yang ada di Dinas Koperasi dan UMKM
dalam salah satu tujuan kunjungan atau UKM Kota Kediri adalah
panduan tour wisata di Kota Kediri, merupakan sentra produksi tenun ikat.
yaitu wisata edukasi baik wisatawan Pengambilan Sampel
domestik maupun wisatawan dari luar
Pengambilan sampel dilakukan
negeri. Wisatawan yang datang
dengan menggunakan dua teknik,
berkunjung dapat langsung
yaitu:
menyaksikan proses produksi kain
(1) Teknik Purposive Sampling, yaitu
tenunnya yang masih menggunakan
teknik sampling yang berdasar pada
peralatan tradisional (ATBM), ternyata
kriteria serta pertimbangan pada
ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi
tujuan penelitian, yaitu UKM Tenun
wisatawan yang berkunjung, terutama
Ikat Bandar yang tergabung dalam
wisatawan asing. Bahkan wisatawan
Usaha Bersama, dan
tidak jarang ingin mencoba, praktik
(2) Teknik Non Probability Sampling,
bagaimana cara menggunakan alat
yaitu menggunakan Sampling
tenun ikat tradisional atau yang biasa
Jenuh, di mana semua populasi
disebut alat tenun bukan mesin (ATBM)
digunakan sebagai sampel, karena
tersebut.
jumlah populasi relatif kecil, kurang
Untuk produksinya sekarang ini
dari 30 orang. Sampel jenuh adalah
tidak hanya sampai berupa kain tenun,
Sensus, di mana semua anggota
tetapi ada dan banyak yang sampai
populasi dijadikan sampel.
menjadi berbagai macam busana jadi
atau baju, menjadi sepatu, tas, Teknik Pengumpulan Data
aksesoris dan lain sebagainya. Untuk Teknik pengumpulan data yang
hal tersebut peneliti ingin mengetahui digunakan dalam penelitian ini meliputi:
sampai berapa besar pendapatan atau (1) Observasi, yaitu melakukan
keuntungan usaha produksi Tenun Ikat pengamatan terhadap suatu objek
Bandar yang ada di Kota Kediri. Tujuan dengan menggunakan seluruh
diadakannya penelitian ini adalah untuk indera.
mengetahui pendapatan atau (2) Kuisioner, yaitu pertanyaan-
keuntungan produsen Tenun Ikat pertanyaan yang berhubungan
Bandar yang tergabung dalam Usaha dengan judul penelitian untuk
Bersama dan untuk mengetahui memperoleh data yang valid dan
apakah usaha produksi Tenun Ikat dapat dipertanggungjawabkan.

47
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…

(3) Wawancara adalah pertemuan dua Perhitungan pendapatan atau


orang untuk bertukar informasi dan keuntungan diperoleh dari penerimaan
ide melalui tanya jawab. UKM dari hasil penjualan produksi
Macam data yang diperlukan tenunnya dikurangi dengan biaya
adalah: proses produksi tenun yang
1 Data primer yaitu data yang dikeluarkan.
diperoleh peneliti secara langsung π = TR - TC (Biaya Tetap + Biaya
dari sumbernya, dengan
Variabel)………………………...(1)
menggunakan daftar pertanyaan
Keterangan:
dalam hal ini adalah produsen atau π: Pendapatan bersih (Keuntungan)
pengrajin Tenun Ikat Bandar, biaya TR : Total Penerimaan
proses produksi dan penerimaan TC : (Total Biaya Produksi)
hasil penjualan tenun ikat, dan
4. Analisis R/C
2 Data sekunder adalah data yang
Analisis R/C rasio dilakukan
diperoleh peneliti dari sumber yang
untuk mengetahui efisiensi produksi
sudah ada, catatan, dokumen atau
tenun ikat yang diperoleh dari
berupa laporan.
perbandingan antara penerimaan
Metode Analisis Data produksi tenun dengan biaya produksi
Merupakan tahapan proses tenun.
penelitian dimanan data-data yang R/C Rasio = Penerimaan / Total
sudah dikumpulkan di-manage untuk Biaya……………………(2)
diolah dalam rangka menjawab
rumusan masalah. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Metode Deskriptif Analisis Kain tenun merupakan salah satu
Adalah suatu metode yang bagian dari warisan budaya dan
berfungsi untuk mendeskripsikan atau pakaian bangsa Indonesia yang sudah
memberi gambaran terhadap objek dikenal dari jaman prasejarah dan telah
yang diteliti melalui data atau sampel menjadi salah satu bentuk hasil budaya
yang telah terkumpul sebagaimana tradisional Indonesia yang senantiasa
adanya saat penelitian tersebut berkembang mengikuti zaman (Nadek
dilaksanakan. Metode deskriptif ini & Lutfiati, 2018) (Langi et al., 2016)
berusaha memberi arti terhadap data (Moniharapon et al., 2018) Kain tenun
dengan menggambarkannya sesuai merupakan identitas budaya yang
keadaan teraktual. Data tersebut sudah populer di Nusantara hingga
disusun, dianalisis, dijelaskan mancanegara, bahkan Indonesia
kemudian diambil kesimpulannya. adalah salah satu negara penghasil
tenun terbesar terutama dalam hal
2. Tabulasi Data
keragaman corak hiasannya yang
Tabulasi data dimaksudkan
dapat dilihat dari segi warna, ragam
sebagai pengelompokkan data-data
hias, dan kualitas bahan serta benang
yang berdasarkan kriteria tertentu,
yang digunakan (Edie, 2011).
sehingga data yang dikumpulkan dapat
Kelurahan Bandar Kidul,
terinci dan menjadi tidak rancu.
Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri
3. Analisa Pendapatan atau merupakan pelopor utama usaha tenun
Keuntungan ikat di area tersebut (Condro, et. al.,

48
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…

2014). Kelurahan Bandar Kidul juga terang. Hal inilah yang kemudian
memiliki lokasi yang strategis, menjadikan kain tenun ikat bandar Kota
sedikitnya terdapat 12 tempat usaha Kediri terlihat lebih memiliki ciri khas
pembuatan tenun ikat yang merupakan yang disebut Motif Ceplok atau Lung.
tradisi turun-temurun (Andriani & Motif adalah corak atau gambar yang
Fahminannsih, 2013). Jumlah ini sudah didesain dari bagian-bagian bentuk
lumayan banyak mengingat Tenun Ikat dengan berbagai macam garis atau
Bandar ini sempat dilupakan oleh dari berbagai elemen yang membuat
warga Kota Kediri. Dinamakan tenun kain tampak menarik (Sadevi & Singke,
ikat karena sebelum diberi warna, 2015).
benang yang akan ditenun diikat Terkait dengan bahan, pengrajin
dengan tali rafia atau kalita pada Tenun Ikat Bandar Kidul berproduksi
bagian-bagian tertentu, kemudian menghasilkan, antara lain sarung goyor
dicelupkan ke dalam cairan pewarna dari bahan rayon, kain tenun ikat sutra-
alam (biru atau merah) (Seran & semi sutra, kain tenun ikat bahan katun
Hana, 2018). serta, dan syal atau selendang. Untuk
memperkuat usaha produksi tenun ikat
Produsen Tenun Ikat Bandar
ini, para pengrajin juga membentuk
Produksi tenun ikat di Kelurahan kelompok yang tergabung dalam
Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, sebuah koperasi yang dinamakan
Kota Kediri pada awalnya terbatas Usaha Bersama, dengan jumlah
pada produksi sarung saja. Sesuai anggotanya adalah sepuluh (10) orang
perkembangannya, para pengrajin produsen atau pengrajin kain tenun
kalah bersaing dengan sarung buatan ikat. Kelompok Usaha Bersama
pabrik yang rata-rata lebih murah dan produsen tenun ikat ini dibentuk untuk
banyak variasi. Para pengrajin tenun menguatkan keberadaan pengrajin
ikat kemudian membuat produk lain tersebut, karena bisa secara bersama-
berbahan tenun ikat selain sarung yakni sama mendapatkan bimbingan dan
mulai dari baju, kebaya seragam, pelayanan dalam urusan pada akses
dompet, tas, dan sepatu. Dengan kemudahan mendapatkan permodalan
langkah tersebut, akhirnya pengrajin atau tambahan modal sampai pada
mampu menciptakan daya saing pada masalah pemasaran produksi kain
pangsa pasar. tenun ikatnya.
Perlahan pengrajin Tenun Ikat Dalam persaingan pada era
Bandar mulai dapat menambah globalisasi saat ini, UMKM dituntut
kapasitas produksinya, bahkan saat ini untuk selalu meningkatkan kinerja dan
pengrajin Tenun Ikat Bandar kerap tak produktivitasnya (Ismanto, 2018).
mampu memenuhi pesanan atau order, Peningkatan kinerja dan produktivitas
meski kapasitas produksinya selalu ini berkaitan dengan masalah
ditingkatkan. Yang menjadi daya tarik pemasaran produk tersebut. Ada 2
utama salah satu produksi tenun ikat (dua) teknik pemasaran hasil produksi
Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan tenun ikat yang telah dilakukan, yaitu:
Mojoroto, Kota Kediri adalah dari sisi (1)Pemasaran secara offine atau
kreasi motifnya. Banyak pengrajin yang langsung
fokus pada motif bunga dengan warna- (2) Pemasaran secara online
warna yang berani dan warna-warna

49
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…

Pemasaran yang offline dilakukan Tenun merupakan teknik


secara langsung, juga dengan pembuatan kain yang dibuat dengan
mengikuti event pameran di manapun menggabungkan benang secara
berada, baik di dalam kota, di luar kota, memanjang dan melintang, atau
maupun di luar pulau Jawa, bahkan bersilangnya benang lusi dan pakan
sudah sampai merambah di luar negara (Zeintatieni & Nahari, 2014). Teknik
Indonesia, baik secara mandiri maupun tenun ikat di Kelurahan Bandar Kidul,
bekerjasama dengan pemerintah Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri
daerah Kota Kediri, karena pemerintah menggunakan alat yang dinamakan
daerah Kota Kediri sangat intensif ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang
membantu, mendukung, mendorong dilaksanakan dengan teknik yang
produsen Tenun Ikat Bandar untuk berbeda dan membutuhkan waktu yang
maju mengembangkan usahanya, baik cukup lama sehingga menghasilkan
secara langsung maupun tidak produk tenun ikat yang khas dan
langsung. Selain untuk mengagumkan (Utami & Adita, 2019).
mengembangkan jaringan pemasaran Dibutuhkan waktu dan tenaga yang
tenun ikatnya, juga sekaligus mampu cukup lama serta kesabaran dan
mengikuti perkembangan atau tuntutan ketelitian yang tinggi untuk membuat
jaman atau pasar para pengrajin tenun sebuah kain tenun ikat (Ivana, 2015).
ikat juga mulai memasarkan hasil Alat tenun bukan mesin (ATBM)
kerajinannya secara online, agar dapat adalah semua bentuk peralatan yang
pula mengetahui secara cepat selera dapat menghasilkan kain tenun dan
pasar atau konsumen, serta konsumen digerakkan secara manual dengan
dapat cepat dan mudah untuk tangan manusia. Selain ketrampilan
mendapatkan kebutuhan akan kain tangan, alat tenun ini juga digerakkan
tenun ikat. oleh pijakan kaki untuk mengatur naik
Di samping itu juga disediakan turunnya benang lungsi pada waktu
bagi para pecinta wisata belanja, masuk keluarnya benang pakan
sebagai rangkaian dari paket wisata (Wardhani, F. T. Ratyaningrum, 2015).
yang diikuti baik wisatawan domestik Sedangkan untuk proses tenunnya
maupun wisatawan dari luar negeri, hampir sama seperti tenun ikat
juga disediakan wisata edukasi tentang tradisional. Definisi tenun ikat adalah
bagaimana proses pembuatan kain tenun yang diikat dengan benang agar
tenun ikat dengan langsung mencegah warna masuk ke dalam
prakteknya. Perlu diketahui bahwa benang (Pulungan, 2016), sedangkan
untuk wisata edukasi tentang untuk tenun ikat lungsi, yaitu tenun ikat
pembuatan kain tenun ikat telah yang benang letak benangnya searah
disediakan rumah atau tempat yang panjang kain. Pengertian lain tentang
khusus untuk proses pembuatan tenun tenun yakni tenun yang pembuatan
ikat tersebut, untuk itu di Kelurahan motifnya dengan cara mengikat pola
Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto atau motif pada benang lungsinya. Kain
layak dijadikan destinasi utama saat tenun yang dihasilkan dengan alat
liburan di Kota Kediri. tenun bukan mesin (ATBM) adalah
kain jenis misris, antik, sutra dan
Proses Pembuatan Tenun Ikat
natural dengan berbagai corak
(Suroyah, 2016)

50
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…

Menurut (Indonesia, 2010), 3. Proses Pewarnaan


bahan-bahan yang diperlukan dalam Proses pewarnaan dilakukan
pembuatan tenun ikat antara lain dalam satu pak benang jumlahnya 6
benang (benang rayon, benang katun ikat terdiri dari 25–26 streng benang.
dan benang sutra atau semi sutra); Benang-benang tersebut dipasang
pewarna Indanthren; pewarna napthol; dalam stok, dengan catatan dalam satu
zat pewarna; kostik soda; larutan cuka; stok terdiri dari 2 ikat.
larutan TRO; air. Sedangkan alat-alat Menurut (Ismanto et al., 2018)
pembuatan tenunikat antara lain : bak; Cara pewarnaan memakai pewarna
tali raffia; alat plangkan atau ngeteng; napthol, yaitu sebagai berikut:
dandang; kuas; alat pintal (erek); (1) Komposisi yang dipakai untuk
kompor; alat tenun ATBM (Alat Tenun mewarnai satu pak benang yakni
Bukan Mesin), alat nyekir. kostik soda 8 gr dan napthol 100 gr,
serta TRO 8 gr yang dilarutkan ke
1. Proses Plangkan
dalam air panas, serta ditambahkan
Dalam proses ini ada beberapa
air sekitar 10 liter dan dimasukkan
langkah yang harus dilaksanakan yakni
ke bak 1, serta 10 lt air dimasukkan
menyusun benang dari bentuk kones
ke dalam bak 2 ditambah garam
ke dalam plangkan. Lalu benang tadi
200 gr.
disilangkan atau dikres, hal ini
(2) Benang direndam dalam bak yang
bertujuan agar dapat menganyam
seblumnya telah terisi air dan larutan
benang pakannya, dengan ketentuan
TRO kuran lebih satu hari satu
benang yang ada pada plangkan
malam. Pada keesokan harinya
merupakan benang yang dipakai
pada waktu pagi baru diperas.
sebagai benang lungsi.
(3) Masukkan benang ke dalam bak
2. Proses Pengikatan tunggu kira-kira 10 menit, lalu
Proses ini merupakan proses diangkat dan diperas, ulangi proses
yang menentukan motif, salah dalam tersebut sampai empat kali.
proses maka akan merusak keindahan Selanjutnya benang dicuci bersih
motif. Awal pengikatan dilakukan dengan menambahkan larutan cuka
dengan pembuatan pola terlebih dahulu pada bak yang berisi air. Setelah itu
pada benang yang telah diplangkan, cuci dengan air bersih dan diperas.
dan pengikatan disesuaikan dengan (4) Benang direbus didalam sebuah
pola yang digambar. Tali raffia adalah wadah yang berisi TRO dan air kira-
tali yang digunakan sebagai pengikat kira 10 menit. Lalu angkat dan
untuk menciptakan motif kain tenun diperas. Cucilah benang ke dalam
tersebut. Ikatan dapat dikatakan bagus air yang sudah dicampur dengan
apabila ikatannya padat dan letak larutan kanji, lalu diperas. Setelah itu
pengikatan sesuai dengan garis pola diangin-anginkan sebentar dan
sehingga akan menghasilkan warna dijemur hingga kering.
yang tembus pada ikatan benang. Pewarnaan tenun ikat lungsi
Pembuatan pola dilakukan dengan diawali dari warna tua terlebih dulu, hal
beberapa alat yakni kuas dan pewarna ini dikarenakan teknik penghalang
Indanthren dengan cara pemberian pewarnaannya dengan teknik
batas dengan memberikan garis pada membuka ikatan. Dipilih warna tertua
pola. lebih dulu karena warna tua tidak

51
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…

tertutup dengan warna yang lebih (2) Menghani yaitu dengan cara
muda. Benang-benang yang sudah melilitkan benang pada alat
diberi zat pewarna dikeringkan, setelah menghani, sesuai dengan ukuran
kering dilanjutkan dengan pekerjaan yang telah ditentukan.
membuka ikatan atau mbatil, harus (3) Nyusek Suri yaitu menyusun
hati-hati jangan sampai ada benang benang lungsin dan gun bandulnya
yang terputus, bila terputus harus (4) Gulung, yaitu proses dimana
langsung disambung. benang yang telah melewati tahap-
tahap sebelumnya kemudian di
4. Proses Penghanian atau Nyekir
gulung. Dan ditenun untuk
Benang yang sudah dikeringkan,
menghasilkan sebuah kain.
masih dalam bentuk streng dimasukan
ke dalam bom besar lalu diatur sesuai Analisa Keuntungan Usaha Tenun Ikat
urutan motifnya, kemudian ditarik Bandar dan Pembahasan
secara bersamaan dan digulung dalam
Pendapatan bersih atau
bom kecil (bom ATBM). Saat
keuntungan dari usaha Tenun Ikat
penggulungan juga dilakukan penataan
Bandar adalah hasil atau pendapatan
benang dan motif agar sesuai dengan
dalam bentuk uang yang diterima dari
tempat dan gambar yang sudah
hasil penjualan kain tenun ikat dalam
direncanakan, serta memperbaiki
jangka waktu tertentu setelah dikurangi
benang yang kusut dan menyambung
dengan biaya total produksi tenun ikat
benang yang putus.
(beban dan biaya-biaya lainnya).
5. Proses Pemaletan Pendapatan adalah keseluruhan
Pemaletan merupakan proses hasil usaha pokok produk atau jasa-
pemindahan benang dari bentuk streng jasa yang dilakukan oleh usaha tenun
ke dalam kelenting, sehingga menjadi ikat ini dalam suatu periode. Secara
benang pakan dalam bentuk paletan sederhana pendapatan atau revenue
dengan menggunakan alat pintal. merupakan jumlah uang yang diterima
Benang yang dipalet tidak boleh dalam usaha tenun ikat dari hasil
melewati ujung kelenting, karena penjualan produk kain tenun ikatnya
mengakibatkan benang dari teropong dari pembeli atau customer. Adapun
susah ditarik atau keluar. Untuk macam atau jenis kain tenun ikat yang
mempermudah benang keluar dari diproduksi di Kelurahan Bandar Kidul,
teropong, susunan benang pada Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri
kelenting lebih banyak pada bagian adalah:
tengahnya. (1) Kain tenun ikat bahan katun;
Menurut (Siombo, 2019), proses (2) Kain tenun ikat bahan sutra atau
menenun melalui beberapa tahapan- semi sutra; dan
tahapan, yaitu sebagai berikut: (3) Kain tenun ikat bahan rayon
(1) Ngelos yaitu benang digulung pada
pelenting, lalu dipindahkan ke alat Menurut (Soekartawi, 2006),
pengatur benang. Pada proses ini biaya Total/Total Cost (TC) adalah
benang diberi penguat dengan jumlah dari keseluruhan biaya yang
memakai kanji agar benang dikeluarkan untuk proses produksi
dengan mudah ditenun. tenun ikat, baik biaya tetap maupun
biaya variabel yang dikeluarkan selama

52
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…

proses produksi tenun ikat bandar, biaya air, tali raffia, biaya listrik,
untuk menghasilkan sejumlah produk biaya pemasaran atau promosi dan
(kain tenun ikat bandar) dalam suatu honorarium karyawan tidak tetap
periode tertentu. Berdasarkan atau musiman dan lain-lain.
pengertian yang telah di sebutkan, Berdasarkan hasil analisisnya
biaya total bisa dirumuskan sebagai maka dapat disajikan melalui Tabel 2.
berikut: Analisa hasil usaha produksi Tenun Ikat
Bandar yang tergabung dalam
TC = FC + VC………………………...(3) kelompok Usaha Bersama.
Keterangan: Sebelumnya perlu diketahui macam
Total Cost (TC) = Total Biaya, yang
atau jenis produksi Tenun Ikat Bandar
terdiri dari biaya tetap (Fixed
yang dihasilkan oleh pengrajin Tenun
Cost/FC) dan biaya variabel
(Variabel Cost/VC) Ikat Bandar yang tergabung dalam
Fixed Cost (FC) = Biaya tetap untuk Usaha Bersama, adalah:
proses produksi tenun Bandar, (1) Tenun ikat bahan katun
yang terdiri dari Pajak, penyusutan (2) Tenun ikat bahan sutra
alat-alat (alat plangkan/ngeteng; (3) Tenun ikat bahan rayon
kuas; bak; kompor; dandang; alat Dari Tabel 2. di atas, dapat
nyekir; alat pintal atau erek; alat diketahui bahwa ada 3 (tiga) jenis tenun
tenun ATBM (Alat Tenun Bukan ikat, yaitu jenis tenun ikat bahan katun,
Mesin), bak cucian, gaji karyawan
jenis tenun ikat bahan sutra atau semi
tetap, alat-alat untuk pewarna dan
sutra dan jenis tenun ikat bahan rayon.
lain-lain.
Variabel Cost (VC) = Biaya variabel Dari 10 (sepuluh) produsen atau
adalah biaya untuk proses produksi pengrajin tenun ikat bandar yang
tenun ikat yang antara lain terdiri tergabung di kelompok Usaha
dari pembelian bahan baku atau Bersama, ternyata hanya 9 (sembilan)
benang (benang katun, benang produsen atau pengrajin tenun ikat
sutra dan benang rayon), bahan cat yang berproduksi, yang 1 (satu)
pewarna kain, kostik soda, napthol, produsen tidak berproduksi pada

Tabel 2. Pendapatan bersih atau keuntungan usaha tenun ikat bandar per potong
berdasarkan jenis tenun ikat bandar yang dihasilkan
Jenis Tenun Rata-rata Rata-rata Rata-rata Biaya Rata-rata
Produksi/Hari Harga per Produksi Pendapatan
(Potong) potong (Rp) (Rp/Potong) (Rp/Potong)
Katun 14,11 166.111 108.012 58.099
Sutra 11,50 382.500 315.049 67.451
Rayon 6,80 225.000 166.945 58.055
Sumber: Data primer diolah

waktu dilakukan penelitian, tetapi tetap memproduksi jenis tenun ikat bahan
ikut dalam kelompok Usaha Bersama. katun, sedangkan yang memproduksi
Sembilan (9) produsen atau jenis tenun ikat bahan sutra atau semi
pengrajin tenun ikat tersebut di sutra hanya 2 (dua) pengrajin dan yang
Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan memproduksi jenis tenun ikat bahan
Mojoroto, Kota Kediri semuanya

53
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…

rayon ada 5 (lima) produsen atau 225.000,00 untuk tenun ikat bahan
pengrajin. rayon.
Dari hasil wawancara dengan Dari ke 3 (tiga) macam jenis
produsen atau pengrajin tenun ikat, tenun ikat yang dihasilkan, masing-
dapat diketahui bahwa untuk masing memberikan keuntungan, di
memperoleh atau pesan bahan dasar mana keuntungan yang diperoleh per
atau benang, khususnya benang sutra potongnya sebesar Rp 58.099,00 untuk
atau semi sutra sulit atau sangat sulit, tenun ikat bahan katun, Rp 67.451,00
terbatas persediaannya dan melalui untuk tenun ikat bahan sutra atau semi
tahapan administrasi yang panjang, sutra dan Rp 58.055,00 untuk tenun
harus melalui pengecekan atau kamar ikat jenis rayon. Dengan demikian
karantina yang memerlukan waktu apabila dikaitkan dengan rata-rata
sangat panjang, sehingga sering produksi tenun ikat tiap hari nya, maka
terlambat dalam pemenuhan bahan, keuntungan yang diperoleh dari
karena datangnya bahan membutuhkan masing-masing jenis usaha tenun ikat
waktu lama. Perlu juga diketahui untuk adalah sebagaimana yang tercantum
bahan benang sutra atau semi sutra, pada Tabel 3. berikut di bawah ini.
selama ini hanya bisa dipenuhi yang Pendapatan tersebut, diperoleh
berasal dari India, untuk yang berasal berdasarkan harga yang untuk masing-
dari dalam negeri belum bisa masing jenis tenun ikat tersebut adalah
memenuhi. sebagai berikut:
Rata-rata produksi tenun ikat (1) Harga Kain Tenun Bahan Katun
untuk tiap harinya adalah 14,11 potong per potong Rp 166.111,00
tenun ikat untuk tenun ikat katun, 11,50 (2) Harga Kain Tenun Bahan Sutra
potong tenun ikat sutra atau semi sutra atau Semi Sutra per potong Rp
dan 6,80 potong tenun ikat bahan 382.500,00 dan
rayon. Adapun harga produksi tenun (3) Harga Kain Tenun Bahan Rayon
ikat rata-rata per potongnya adalah Rp per potong Rp 225.000,00
166.111,00 untuk tenun ikat bahan
katun, Rp 382.500,00 untuk tenun ikat
bahan sutra atau semi sutra dan Rp

Tabel 3. Analisa pendapatan dan r/c rasio usaha tenun bandar kain tenun berdasarkan
jenis tenun ikat yang dihasilkan per hari (Rp)
Jenis Tenun Rata2 Rata2 Biaya Rata2 Rata2 R/C
Produksi/ Produksi/Hari Penerimaan/ Pendapatan/ Rasio
Hari (Rp) Hari (Rp) Keuntungan
(Potong) Usaha/Hari
(Rp)
Katun 14,11 1.524.166,15 2.344.012,35 819.846,19 1,54
Sutra 11,50 3.623.059,03 4.398.750,00 775.690,97 1,21
Rayon 6,80 1.135.228,52 1.530.000,00 394.771,48 1,35
Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan Tabel 3. dapat maupun rayon memberikan kelayakan


diketahui, bahwa usaha masing-masing usaha (menguntungkan) yang dapat
usaha tenun ikat baik katun, sutra dilihat dari R/C rasionya > 1.

54
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…

Usaha tenun katun diketahui dalam kepenyusunan artikel dan


memberikan rata-rata pendapatan keterlibatan dalam penelitian lapang,
usaha per hari yang paling tinggi, yaitu badan dan kelembagaan pemerintah
sebesar Rp 819.846,19,- dengan R/C terkait dengan data yang diperoleh
Rasionya sebesar 1,54. Sedangkan untuk mendukung penyusunan artikel,
usaha tenun sutra dipandang serta para perajin tenun ikat yang
memberikan keuntungan yang paling tergabung dalam UKM Tenun Ikat
kecil, karena R/C rasionya paling kecil, Bandar di Kelurahan Bandar Kidul,
yaitu hanya 1,21 dengan rata-rata Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.
pendapatan usaha per harinya sebesar
Rp 775.690,97,- dan untuk usaha tenun DAFTAR PUSTAKA
ikat rayon memberikan keuntungan Rp Andriani, N., & Fahminannsih, F.
394.771,48 dengan R/C rasionya (2013). Branding Sentra Kerajinan
sebesar 1,35. Tenun Ikat Bandar Kidul. Jurnal
CREATEVITAS, 181–194.
KESIMPULAN
Rata-rata keuntungan produsen Badan Pusat Statistik. (2015).
tenun ikat setiap harinya adalah: Perkembangan Data Usaha Mikro,
a. Tenun ikat jenis katun: Rp Kecil, Menengah (UMKM) dan
819.846,19 Usaha Besar (Ub) Tahun 2012 –
b. Tenun ikat jenis sutra: Rp 2017.
775.690,97 http://www.depkop.go.id/uploads/t
c. Tenun ikat jenis rayon: Rp x_rtgfiles/SANDINGAN_DATA_U
384.771,48 MKM_2012-2017_.pdf
Produsen tenun ikat ini,
dipandang layak mendapatkan bantuan Budiarto, R., Putero, S. H., Suyatna, H.,
permodalan, agar kerajinan tenun ikat Astuti, P., Saptoadi, H., Ridwan,
dapat lebih berkembang baik. Selain itu M. M., & Susilo, B. D. (2015).
perlu meningkatkan kualitas sumber Pengembangan UMKM Antara
daya manusianya, melalui pelatihan, Konseptual dan Pengalaman
seminar, atau gathering, sehingga Praktis. Gadjah Mada University
mampu meningkatkan kreativitas tenun Press.
ikat dan diversifikasi usahanya secara
Condro, N., Bedjo, B. T., & Banindro, B.
inovatif sesuai keinginan pasar.
(2014). Perancangan Buku Tenun
UCAPAN TERIMA KASIH Ikat Bandar Kidul Kediri. DKV
Adiwarna.
Kami sebagai penulis ingin
memberikan penghargaan secara Edie, T. M. (2011). Tenun Ikat dan
khusus untuk Universitas Kadiri atas Songket. Pelita Hati.
dukungan finansial yang diberikan
dalam membantu kelancaran jalannya Febriantoro, W. (2018). Kajian dan
penelitian ini. Penulis juga ingin Strategi Pendukung
mengucapkan terima kasih kepada Perkembangan E-Commerce bagi
rekan-rekan kami di Fakultas Pertanian UMKM di Indonesia. Jurnal
Universitas Kadiri atas bantuannya Manajerial, 184-207.

55
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…

Humaira, I., & Sagoro, E. M. (2018). Nadek, Y. F., & Lutfiati, D. (2018).
Pengaruh Pengetahuan Minat Konsumen pada Tenun Ikat
Keuangan, Sikap Keuangan, dan NTT di Sentra Tenun Ikat Ina
Kepribadian terhadap Perilaku Ndao Kota Kupang. Jurnal Tata
Manajemen Keuangan pada Busana, 100–105.
Pelaku UMKM Sentra Kerajinan
Batik Kabupaten Bantul. Jurnal Pulungan, E. (2016). Pengembangan
Nominal, 96–110. Tenun Ikat Komunitas Kaine’e
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Indonesia, C. T. (2010). TENUN melalui Model Quadruple Helix.
Handwoven Textiles Of Indonesia. Jurnal Aspirasi, 7(2), 199–208.
(1sted ed.). BAB PUBLISHING
INDONESIA. Sadevi, L. W., & Singke, J. (2015).
Perkembangan Ragam Hias,
Ismanto, H. (2016). Analisis Kinerja Motif, dan Warna Tenun Ikat
Keuangan UMKM Tenun Ikat Gringsing di Desa Tenganan
Troso Jepara. Jurnal Economia, Pegringsingan, Bali. Jurnal Tata
159–166. Busana, 120–125.

Ismanto, H., Tamrin, M. H., & Pebruary, Seran, W., & Hana, Y. W. (2018).
S. (2018). Pendampingan Usaha Identifikasi Jenis Tanaman
Kecil dan Menengah Tenun Ikat Pewarna Tenun Ikat di Desa
Troso dalam Peningkatan Kaliuda Kecamatan Pahunga Lodu
Produktivitas dan Kualitas Produk Kabupaten Sumba Timur. Jurnal
Kain. Jurnal Pengabdian Dan Agribisnis Perikanan, 1–8.
Pemberdayaan Masyarakat, 79–
89. Siombo, M. R. (2019). Kearifan Lokal
Dalam Proses Pembuatan Tenun
Ivana, F. (2015). Perancangan Website Ikat Timor (Studi Pada Kelompok
Tenun ikat dari Desa Troso Jepara Penenun Di Atambua-Ntt). Bina
Jawa Tengah. Jurnal DKV Hukum Lingkungan, 4(1), 97–112.
Adiwarna.
Soekartawi. (2006). Agroindustri dalam
Langi, Park, K. C., & Shinmi. (2016). Perspektif Sosial Ekonomi. Raja
Analysis on Characteristics of Grafindo Persada.
Ancient Indonesian Textiles (II) –
Focus on the Techniques and the Subandi. (2010). Ekonomi Koperasi
Patterns of the ‘Sacred Cloths.’ Teori dan Praktek. Alfabeta.
Journal of the Korean Society of
Costume, 34–49. Suci, Y. R. (2017). Perkembangan
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan
Moniharapon, G., Dektisa, A. H., & Menengah) di Indonesia. Jurnal
Arini, B. D. M. (2018). Ilmiah Cano Ekonomos, 51–58.
Perancangan Fashion Kain tenun
Ikat Kepulauan Tanimbar dan Suroyah, I. A. (2016). Analisis Faktor-
Media Pendukungnya. Jurnal DKV Faktor yang Mempengaruhi Nilai
Adiwarna, 1–11. Produksi Industri Kecil Tenun Ikat

56
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…

di Kabupaten Jepara (Studi Kasus


di Desa Troso, Kecamatan
Pecangaan, Kabupaten Jepara).
Jurnal Pendidikan Dan Ekonomi,
1–5.

Utami, N. S., & Adita, M. D. (2019).


Pengenalan Analisis Break Even
Point (BEP) Sebagai Bekal bagi
Mahasiswa Ilmu dan Teknologi
Pangan Dalam Menumbuhkan
Jiwa wirausaha. Randang Tana :
Jurnal Pengabdian Masyarakat,
2(1), 54–60.

Wardhani, F. T. Ratyaningrum, F.
(2015). Tinjauan Kerajinan `Tenun
Ikat di UD Al-Arif Desa Wedani
Gresik. Jurnal Seni Rupa, 196–
202.

Yasin, H., Nugraha, H. S., & Darwanto.


(2015). Peningkatan Tata Kelola
Ukm melalui Strategi Perbaikan
Standar Mutu (Kasus UKM Tenun
Ikat Troso Kabupaten Jepara).
Prosiding Seminar Nasional
Optimalisasi Peran Industri Kreatif
Dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN.

Zeintatieni, A., & Nahari, I. (2014).


Sarung Tenun Ikat Donggala
Kabupaten Donggala Provinsi
Sulawesi Tengah. Jurnal Tata
Busana, 46–58.

57

Anda mungkin juga menyukai