*Korespondensi: wiwiekand@unik-kediri.ac.id
Diterima: 5 Januari 2019/Direvisi: 31 Januari 2019/Disetujui: 1 Maret 2019
ABSTRAK
UKM atau UMKM mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia, ini bisa dilihat
dan terbukti ketika terjadi krisis moneter yang Indonesia di tahun 1997, di saat satu
persatu perusahaan besar tumbang, bisnis UKM atau UMKM tidak goyah, bahkan
menjadi tulang punggung perekonomian saat itu, karena lebih dinamis daripada
perusahaan besar. Berdasarkan data BPS tahun 2014 jumlah UKM di Indonesia 57,89
juta unit dan memberikan kesempatan kerja 96,99 %. Menurut World Bank, Indonesia
sumber penghidupannya sangat bergantung pada sektor UKM. Melihat ini Pemerintah
Kota Kediri sangat peduli dan mendorong perkembangan potensi industri, salah satunya
industri tenun ikat bandar, sekaligus melestarikan budaya tenun ikat. Ini yang menarik
untuk dilakukan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui keuntungan
produsen tenun ikat bandar dan (2) untuk mengetahui apakah usaha produsen tenun ikat
bandar tersebut layak memperoleh modal usaha. Metode penentuan daerahnya secara
purposive, yaitu Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, karena
merupakan sentra produksi tenun ikat, sedang pengambilan sampelnya secara purposive
sampling dan sampling jenuh, yaitu sebanyak 10 (sepuluh) penenun yang tergabung
dalam Usaha Bersama. Hasil dan pembahasan diperoleh bahwa keuntungan per harinya
untuk produsen tenun ikat bandar; bahan katun Rp 819.846,19; bahan sutra Rp
775.690,97 dan bahan rayon Rp 384.771,48 serta layak untuk mendapatkan modal atau
tambahan modal.
Kata Kunci: Keuntungan; Tenun; UMKM
ABSTRACT
SMEs or MSMEs have an important role for the Indonesian economy, this can be
seen and proven when the Indonesian monetary crisis occurred in 1997, when one by
one large companies collapsed, the SME or MSME business did not waver, even became
the backbone of the economy at that time, because more dynamic than large companies.
Based on BPS data in 2014, the number of MSMEs in Indonesia was 57.89 million units
and provided 96.99% job opportunities. According to the World Bank, Indonesia's
livelihoods depend heavily on the SME sector. Seeing this, the Kediri City Government
really cares about and encourages the development of industrial potential, one of which is
the bandar ikat industry, as well as preserving the culture of ikat weaving. This is
interesting to do research. The objectives of this study are (1) to determine the
advantages of the bandar ikat producer and (2) to determine whether the bandar ikat
producer business is worthy of obtaining venture capital. The method of determining the
area is purposive, namely Bandar Kidul Village, Mojoroto District, Kediri City, because it is
a center for weaving production, while the sampling is purposive sampling and saturated
sampling, namely 10 (ten) weavers who are members of the Joint Venture. The results
and the discussion show that the profit per day for the bandar ikat producer; cotton
material Rp 819,846.19; silk material Rp 775,690.97 and rayon material Rp 384,771.48
and are eligible for capital or additional capital.
Keywords: Benefit; MSEMs; Weaving
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…
45
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…
sebesar 50% Produk Domestik Bruto. Domestik Bruto (PDB), dan 19-31%
Sebagian besar pada sektor berkontribusi pada kisaran ekspor
perdagangan dan pertanian dengan (Subandi, 2010). Tetapi dengan kondisi
total 10% dari jumlah ekspor. tersebut UKM Indonesia belum mampu
Pola perdagangan bebas seperti berkembang karena permasalahan
MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) proses perijinan, permodalan atau
menjadikan peranan UKM sebagai penguatan modal dan lain sebagainya.
andalan untuk peningkatan Mengacu pada peraturan
perekonomian Indonesia. Peranan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008
UKM tersebut hingga saat ini terlihat tentang Usaha Mikro Kecil dan
dengan mayoritas pengusaha UKM Menengah (UMKM), ada perbedaan
yang mencapai 96% dari pengusaha antara UKM dan UMKM yang
ASEAN. Rincian dari jumlah 96% dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
pengusaha UKM tersebut adalah 50%
berkontribusi 30-53% pada Produk
46
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…
47
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…
48
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…
2014). Kelurahan Bandar Kidul juga terang. Hal inilah yang kemudian
memiliki lokasi yang strategis, menjadikan kain tenun ikat bandar Kota
sedikitnya terdapat 12 tempat usaha Kediri terlihat lebih memiliki ciri khas
pembuatan tenun ikat yang merupakan yang disebut Motif Ceplok atau Lung.
tradisi turun-temurun (Andriani & Motif adalah corak atau gambar yang
Fahminannsih, 2013). Jumlah ini sudah didesain dari bagian-bagian bentuk
lumayan banyak mengingat Tenun Ikat dengan berbagai macam garis atau
Bandar ini sempat dilupakan oleh dari berbagai elemen yang membuat
warga Kota Kediri. Dinamakan tenun kain tampak menarik (Sadevi & Singke,
ikat karena sebelum diberi warna, 2015).
benang yang akan ditenun diikat Terkait dengan bahan, pengrajin
dengan tali rafia atau kalita pada Tenun Ikat Bandar Kidul berproduksi
bagian-bagian tertentu, kemudian menghasilkan, antara lain sarung goyor
dicelupkan ke dalam cairan pewarna dari bahan rayon, kain tenun ikat sutra-
alam (biru atau merah) (Seran & semi sutra, kain tenun ikat bahan katun
Hana, 2018). serta, dan syal atau selendang. Untuk
memperkuat usaha produksi tenun ikat
Produsen Tenun Ikat Bandar
ini, para pengrajin juga membentuk
Produksi tenun ikat di Kelurahan kelompok yang tergabung dalam
Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, sebuah koperasi yang dinamakan
Kota Kediri pada awalnya terbatas Usaha Bersama, dengan jumlah
pada produksi sarung saja. Sesuai anggotanya adalah sepuluh (10) orang
perkembangannya, para pengrajin produsen atau pengrajin kain tenun
kalah bersaing dengan sarung buatan ikat. Kelompok Usaha Bersama
pabrik yang rata-rata lebih murah dan produsen tenun ikat ini dibentuk untuk
banyak variasi. Para pengrajin tenun menguatkan keberadaan pengrajin
ikat kemudian membuat produk lain tersebut, karena bisa secara bersama-
berbahan tenun ikat selain sarung yakni sama mendapatkan bimbingan dan
mulai dari baju, kebaya seragam, pelayanan dalam urusan pada akses
dompet, tas, dan sepatu. Dengan kemudahan mendapatkan permodalan
langkah tersebut, akhirnya pengrajin atau tambahan modal sampai pada
mampu menciptakan daya saing pada masalah pemasaran produksi kain
pangsa pasar. tenun ikatnya.
Perlahan pengrajin Tenun Ikat Dalam persaingan pada era
Bandar mulai dapat menambah globalisasi saat ini, UMKM dituntut
kapasitas produksinya, bahkan saat ini untuk selalu meningkatkan kinerja dan
pengrajin Tenun Ikat Bandar kerap tak produktivitasnya (Ismanto, 2018).
mampu memenuhi pesanan atau order, Peningkatan kinerja dan produktivitas
meski kapasitas produksinya selalu ini berkaitan dengan masalah
ditingkatkan. Yang menjadi daya tarik pemasaran produk tersebut. Ada 2
utama salah satu produksi tenun ikat (dua) teknik pemasaran hasil produksi
Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan tenun ikat yang telah dilakukan, yaitu:
Mojoroto, Kota Kediri adalah dari sisi (1)Pemasaran secara offine atau
kreasi motifnya. Banyak pengrajin yang langsung
fokus pada motif bunga dengan warna- (2) Pemasaran secara online
warna yang berani dan warna-warna
49
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…
50
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…
51
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…
tertutup dengan warna yang lebih (2) Menghani yaitu dengan cara
muda. Benang-benang yang sudah melilitkan benang pada alat
diberi zat pewarna dikeringkan, setelah menghani, sesuai dengan ukuran
kering dilanjutkan dengan pekerjaan yang telah ditentukan.
membuka ikatan atau mbatil, harus (3) Nyusek Suri yaitu menyusun
hati-hati jangan sampai ada benang benang lungsin dan gun bandulnya
yang terputus, bila terputus harus (4) Gulung, yaitu proses dimana
langsung disambung. benang yang telah melewati tahap-
tahap sebelumnya kemudian di
4. Proses Penghanian atau Nyekir
gulung. Dan ditenun untuk
Benang yang sudah dikeringkan,
menghasilkan sebuah kain.
masih dalam bentuk streng dimasukan
ke dalam bom besar lalu diatur sesuai Analisa Keuntungan Usaha Tenun Ikat
urutan motifnya, kemudian ditarik Bandar dan Pembahasan
secara bersamaan dan digulung dalam
Pendapatan bersih atau
bom kecil (bom ATBM). Saat
keuntungan dari usaha Tenun Ikat
penggulungan juga dilakukan penataan
Bandar adalah hasil atau pendapatan
benang dan motif agar sesuai dengan
dalam bentuk uang yang diterima dari
tempat dan gambar yang sudah
hasil penjualan kain tenun ikat dalam
direncanakan, serta memperbaiki
jangka waktu tertentu setelah dikurangi
benang yang kusut dan menyambung
dengan biaya total produksi tenun ikat
benang yang putus.
(beban dan biaya-biaya lainnya).
5. Proses Pemaletan Pendapatan adalah keseluruhan
Pemaletan merupakan proses hasil usaha pokok produk atau jasa-
pemindahan benang dari bentuk streng jasa yang dilakukan oleh usaha tenun
ke dalam kelenting, sehingga menjadi ikat ini dalam suatu periode. Secara
benang pakan dalam bentuk paletan sederhana pendapatan atau revenue
dengan menggunakan alat pintal. merupakan jumlah uang yang diterima
Benang yang dipalet tidak boleh dalam usaha tenun ikat dari hasil
melewati ujung kelenting, karena penjualan produk kain tenun ikatnya
mengakibatkan benang dari teropong dari pembeli atau customer. Adapun
susah ditarik atau keluar. Untuk macam atau jenis kain tenun ikat yang
mempermudah benang keluar dari diproduksi di Kelurahan Bandar Kidul,
teropong, susunan benang pada Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri
kelenting lebih banyak pada bagian adalah:
tengahnya. (1) Kain tenun ikat bahan katun;
Menurut (Siombo, 2019), proses (2) Kain tenun ikat bahan sutra atau
menenun melalui beberapa tahapan- semi sutra; dan
tahapan, yaitu sebagai berikut: (3) Kain tenun ikat bahan rayon
(1) Ngelos yaitu benang digulung pada
pelenting, lalu dipindahkan ke alat Menurut (Soekartawi, 2006),
pengatur benang. Pada proses ini biaya Total/Total Cost (TC) adalah
benang diberi penguat dengan jumlah dari keseluruhan biaya yang
memakai kanji agar benang dikeluarkan untuk proses produksi
dengan mudah ditenun. tenun ikat, baik biaya tetap maupun
biaya variabel yang dikeluarkan selama
52
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…
proses produksi tenun ikat bandar, biaya air, tali raffia, biaya listrik,
untuk menghasilkan sejumlah produk biaya pemasaran atau promosi dan
(kain tenun ikat bandar) dalam suatu honorarium karyawan tidak tetap
periode tertentu. Berdasarkan atau musiman dan lain-lain.
pengertian yang telah di sebutkan, Berdasarkan hasil analisisnya
biaya total bisa dirumuskan sebagai maka dapat disajikan melalui Tabel 2.
berikut: Analisa hasil usaha produksi Tenun Ikat
Bandar yang tergabung dalam
TC = FC + VC………………………...(3) kelompok Usaha Bersama.
Keterangan: Sebelumnya perlu diketahui macam
Total Cost (TC) = Total Biaya, yang
atau jenis produksi Tenun Ikat Bandar
terdiri dari biaya tetap (Fixed
yang dihasilkan oleh pengrajin Tenun
Cost/FC) dan biaya variabel
(Variabel Cost/VC) Ikat Bandar yang tergabung dalam
Fixed Cost (FC) = Biaya tetap untuk Usaha Bersama, adalah:
proses produksi tenun Bandar, (1) Tenun ikat bahan katun
yang terdiri dari Pajak, penyusutan (2) Tenun ikat bahan sutra
alat-alat (alat plangkan/ngeteng; (3) Tenun ikat bahan rayon
kuas; bak; kompor; dandang; alat Dari Tabel 2. di atas, dapat
nyekir; alat pintal atau erek; alat diketahui bahwa ada 3 (tiga) jenis tenun
tenun ATBM (Alat Tenun Bukan ikat, yaitu jenis tenun ikat bahan katun,
Mesin), bak cucian, gaji karyawan
jenis tenun ikat bahan sutra atau semi
tetap, alat-alat untuk pewarna dan
sutra dan jenis tenun ikat bahan rayon.
lain-lain.
Variabel Cost (VC) = Biaya variabel Dari 10 (sepuluh) produsen atau
adalah biaya untuk proses produksi pengrajin tenun ikat bandar yang
tenun ikat yang antara lain terdiri tergabung di kelompok Usaha
dari pembelian bahan baku atau Bersama, ternyata hanya 9 (sembilan)
benang (benang katun, benang produsen atau pengrajin tenun ikat
sutra dan benang rayon), bahan cat yang berproduksi, yang 1 (satu)
pewarna kain, kostik soda, napthol, produsen tidak berproduksi pada
Tabel 2. Pendapatan bersih atau keuntungan usaha tenun ikat bandar per potong
berdasarkan jenis tenun ikat bandar yang dihasilkan
Jenis Tenun Rata-rata Rata-rata Rata-rata Biaya Rata-rata
Produksi/Hari Harga per Produksi Pendapatan
(Potong) potong (Rp) (Rp/Potong) (Rp/Potong)
Katun 14,11 166.111 108.012 58.099
Sutra 11,50 382.500 315.049 67.451
Rayon 6,80 225.000 166.945 58.055
Sumber: Data primer diolah
waktu dilakukan penelitian, tetapi tetap memproduksi jenis tenun ikat bahan
ikut dalam kelompok Usaha Bersama. katun, sedangkan yang memproduksi
Sembilan (9) produsen atau jenis tenun ikat bahan sutra atau semi
pengrajin tenun ikat tersebut di sutra hanya 2 (dua) pengrajin dan yang
Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan memproduksi jenis tenun ikat bahan
Mojoroto, Kota Kediri semuanya
53
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…
rayon ada 5 (lima) produsen atau 225.000,00 untuk tenun ikat bahan
pengrajin. rayon.
Dari hasil wawancara dengan Dari ke 3 (tiga) macam jenis
produsen atau pengrajin tenun ikat, tenun ikat yang dihasilkan, masing-
dapat diketahui bahwa untuk masing memberikan keuntungan, di
memperoleh atau pesan bahan dasar mana keuntungan yang diperoleh per
atau benang, khususnya benang sutra potongnya sebesar Rp 58.099,00 untuk
atau semi sutra sulit atau sangat sulit, tenun ikat bahan katun, Rp 67.451,00
terbatas persediaannya dan melalui untuk tenun ikat bahan sutra atau semi
tahapan administrasi yang panjang, sutra dan Rp 58.055,00 untuk tenun
harus melalui pengecekan atau kamar ikat jenis rayon. Dengan demikian
karantina yang memerlukan waktu apabila dikaitkan dengan rata-rata
sangat panjang, sehingga sering produksi tenun ikat tiap hari nya, maka
terlambat dalam pemenuhan bahan, keuntungan yang diperoleh dari
karena datangnya bahan membutuhkan masing-masing jenis usaha tenun ikat
waktu lama. Perlu juga diketahui untuk adalah sebagaimana yang tercantum
bahan benang sutra atau semi sutra, pada Tabel 3. berikut di bawah ini.
selama ini hanya bisa dipenuhi yang Pendapatan tersebut, diperoleh
berasal dari India, untuk yang berasal berdasarkan harga yang untuk masing-
dari dalam negeri belum bisa masing jenis tenun ikat tersebut adalah
memenuhi. sebagai berikut:
Rata-rata produksi tenun ikat (1) Harga Kain Tenun Bahan Katun
untuk tiap harinya adalah 14,11 potong per potong Rp 166.111,00
tenun ikat untuk tenun ikat katun, 11,50 (2) Harga Kain Tenun Bahan Sutra
potong tenun ikat sutra atau semi sutra atau Semi Sutra per potong Rp
dan 6,80 potong tenun ikat bahan 382.500,00 dan
rayon. Adapun harga produksi tenun (3) Harga Kain Tenun Bahan Rayon
ikat rata-rata per potongnya adalah Rp per potong Rp 225.000,00
166.111,00 untuk tenun ikat bahan
katun, Rp 382.500,00 untuk tenun ikat
bahan sutra atau semi sutra dan Rp
Tabel 3. Analisa pendapatan dan r/c rasio usaha tenun bandar kain tenun berdasarkan
jenis tenun ikat yang dihasilkan per hari (Rp)
Jenis Tenun Rata2 Rata2 Biaya Rata2 Rata2 R/C
Produksi/ Produksi/Hari Penerimaan/ Pendapatan/ Rasio
Hari (Rp) Hari (Rp) Keuntungan
(Potong) Usaha/Hari
(Rp)
Katun 14,11 1.524.166,15 2.344.012,35 819.846,19 1,54
Sutra 11,50 3.623.059,03 4.398.750,00 775.690,97 1,21
Rayon 6,80 1.135.228,52 1.530.000,00 394.771,48 1,35
Sumber: Data primer diolah
54
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…
55
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…
Humaira, I., & Sagoro, E. M. (2018). Nadek, Y. F., & Lutfiati, D. (2018).
Pengaruh Pengetahuan Minat Konsumen pada Tenun Ikat
Keuangan, Sikap Keuangan, dan NTT di Sentra Tenun Ikat Ina
Kepribadian terhadap Perilaku Ndao Kota Kupang. Jurnal Tata
Manajemen Keuangan pada Busana, 100–105.
Pelaku UMKM Sentra Kerajinan
Batik Kabupaten Bantul. Jurnal Pulungan, E. (2016). Pengembangan
Nominal, 96–110. Tenun Ikat Komunitas Kaine’e
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Indonesia, C. T. (2010). TENUN melalui Model Quadruple Helix.
Handwoven Textiles Of Indonesia. Jurnal Aspirasi, 7(2), 199–208.
(1sted ed.). BAB PUBLISHING
INDONESIA. Sadevi, L. W., & Singke, J. (2015).
Perkembangan Ragam Hias,
Ismanto, H. (2016). Analisis Kinerja Motif, dan Warna Tenun Ikat
Keuangan UMKM Tenun Ikat Gringsing di Desa Tenganan
Troso Jepara. Jurnal Economia, Pegringsingan, Bali. Jurnal Tata
159–166. Busana, 120–125.
Ismanto, H., Tamrin, M. H., & Pebruary, Seran, W., & Hana, Y. W. (2018).
S. (2018). Pendampingan Usaha Identifikasi Jenis Tanaman
Kecil dan Menengah Tenun Ikat Pewarna Tenun Ikat di Desa
Troso dalam Peningkatan Kaliuda Kecamatan Pahunga Lodu
Produktivitas dan Kualitas Produk Kabupaten Sumba Timur. Jurnal
Kain. Jurnal Pengabdian Dan Agribisnis Perikanan, 1–8.
Pemberdayaan Masyarakat, 79–
89. Siombo, M. R. (2019). Kearifan Lokal
Dalam Proses Pembuatan Tenun
Ivana, F. (2015). Perancangan Website Ikat Timor (Studi Pada Kelompok
Tenun ikat dari Desa Troso Jepara Penenun Di Atambua-Ntt). Bina
Jawa Tengah. Jurnal DKV Hukum Lingkungan, 4(1), 97–112.
Adiwarna.
Soekartawi. (2006). Agroindustri dalam
Langi, Park, K. C., & Shinmi. (2016). Perspektif Sosial Ekonomi. Raja
Analysis on Characteristics of Grafindo Persada.
Ancient Indonesian Textiles (II) –
Focus on the Techniques and the Subandi. (2010). Ekonomi Koperasi
Patterns of the ‘Sacred Cloths.’ Teori dan Praktek. Alfabeta.
Journal of the Korean Society of
Costume, 34–49. Suci, Y. R. (2017). Perkembangan
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan
Moniharapon, G., Dektisa, A. H., & Menengah) di Indonesia. Jurnal
Arini, B. D. M. (2018). Ilmiah Cano Ekonomos, 51–58.
Perancangan Fashion Kain tenun
Ikat Kepulauan Tanimbar dan Suroyah, I. A. (2016). Analisis Faktor-
Media Pendukungnya. Jurnal DKV Faktor yang Mempengaruhi Nilai
Adiwarna, 1–11. Produksi Industri Kecil Tenun Ikat
56
Wiwiek Andajani & Widi Artini, Analisis Keuntungan UKM…
Wardhani, F. T. Ratyaningrum, F.
(2015). Tinjauan Kerajinan `Tenun
Ikat di UD Al-Arif Desa Wedani
Gresik. Jurnal Seni Rupa, 196–
202.
57