Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

SISTEM TANAM GANDA


PERKECAMBAHAN DAN PEMBIBITAN TANAMAN KOPI

Oleh :
Rifqi Aulia Hardiansyah
134170120

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan
lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak
hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan
sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani
kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012). Keberhasilan agribisnis kopi
membutuhkan dukungan dari berbagai pihak didalam produksi, pemasaran
dan pengelolaan.
Pengolahan kopi sangat berperan penting dalam menentukan
kualitas dan cita rasa kopi (Rahardjo, 2012). Di Indonesia sudah lama
dikenal ada beberapa jenis kopi, diantaranya adalah:
1. Kopi arabika, penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang
berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang
mendapatkan biji arabika mocca dari Arabia. Jenis kopi ini oleh
Gubernur Jenderal Belanda di Malabar dikirim juga ke Batavia pada
tahun 1696. Karena tanaman ini kemudian mati oleh banjir, pada tahun
1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di
sekitar Jakarta dan Jawa Barat, akhirnya menyebar ke berbagai bagian
di kepulauan Indonesia (Gandul, 2010). Hampir dua abad kopi arabika
menjadi satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia.
Budidaya kopi arabika ini mengalami kemunduran karena serangan
penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), yang masuk ke Indonesia
sejak tahun 1876. Kopi arabika hanya bisa bertahan di daerah-daerah
tinggi (1000 m ke atas), di mana serangan penyakit ini tidak begitu
hebat.
2. Kopi Canephora (Robusta), kopi Canephora juga disebut kopi Robusta.
Nama Robusta dipergunakan untuk tujuan perdagangan, sedangkan
Canephora adalah nama botanis. Jenis kopi ini berasal dari Afrika, dari
pantai barat sampai Uganda. Kopi robusta memiliki kelebihan dari segi
produksi yang lebih tinggi di bandingkan jenis kopi Arabika
(Aak,1980). Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan
memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang
produksinya jauh lebih tinggi. Oleh karena itu kopi ini cepat
berkembang, dan mendesak kopi-kopi lainnya. Saat ini lebih dari 90%
dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi Robusta.
Teknologi budidaya dan pengolahan kopi meliputi pemilihan bahan
tanam kopi unggul, pemeliharaan, pemangkasan tanaman dan pemberian
penaung, pengendalian hama dan gulma, pemupukan yang seimbang,
pemanenan, serta pengolahan kopi pasca panen.
Perbanyakan tanaman dibagi menjadi dua, yaitu secara vegetatif dan
secara generatif. Secara vegetatif yaitu secara buatan atau engan campur
tangan manusia yang dimana memakai bagian dari tubuh tanaman itu sendiri
seperti batang, daun, pucuk, dan lain lain. Sedangkan perbanyakan secara
generatif atau alami tanpa bantuan manusia dan menggunakan bagian-
bagian generatif tanaman seperti biji. Dalam tulisan ini akan dijelaskan
bagaimana cara pekecambahan dan pembibitan dari tanaman kopi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi dan morfologi tanaman kopi ?
2. Bagaimana syarat tumbuh tanaman kopi ?
3. Bagaimana perkecambahan tanaman kopi ?
4. Bagaimana pembibitan tanaman kopi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi tanaman kopi.
2. Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman kopi.
3. Untuk mengetahui perkecambahan tanaman kopi.
4. Untuk mengetahui pembibitan tanaman kopi.
BAB II
ISI

A. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kopi


Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan maka susunan
botaninya sangat berbeda dengan tanaman musiman, dan dalam tata nama
secara taksonomi ini terdapat klasifikasi-klasifikasi dari tanaman kopi
adalah sebagai berikut:
Kindom : Plantae
Divisio : Spermatophita
Sub-divisio : Angeospermae
Kelas : Dicotiledónea
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Coffea
Species : Coffea Sp
Morfologi tanaman kopi yaitu memilki akar tunggal, berbatang
tegak lurus dan beruas-ruas, daun bulat telur dan ujungnya agak meruncing
hingga bulat yang tumbuh pada batang. bungatanaman kopi tumbuh di
ketiak-ketiak cabang primer yang tersusun berkelompok, yang terdiri atas
4-6 bunga. Sedangkan buah tanaman kopi yang masih muda berwarna hijau,
dan buah yang telah masak berwarna merah.

B. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi


Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama perpugenus coffea
dari famili rubiceae yang umumnya berasal dari benua Afrika. Diseluruh
dunia kini terdapat sekitar 4.500 jenis kopi yang dapat dibagi dalam empat
kelompok besar yaitu;
− Cofffe canefora, salah satu jenis varietasnya yang menghasilkan kopi
dagang robusta.
− Coffea arabica, yang menghasilkan kopi dagang arabica.
− Coffea exelca yang menghasilkan kopi dagang exelca.
− Coffea liberica yang menghasilkan kopi dagang liberica.
Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan
kuantitas adalah jenis arabica, yang memberikan kontribusi pada pasokan
kopi dunia sekitar 70%, kemudian jenis kopi robusta yang mutunya berada
dibawah kopi arabica, hanya memberikan kontribusi sekitar 24% produksi
kopi dunia (Spillane, 1990).
Salah satu kunci keberhasilan budidaya kopi yaitu digunakannya
bahan tanam unggul sesuai dengan kondisi agroklimat tempat penanaman.
Kondisi lingkungan perkebunan kopi di Indonesia sangat beragam dan
setiap lingkungan tersebut memerlukan adaptabilitas spesifik dari bahan
tanam yang dianjurkan. Pada tanaman kopi, iklim dan tanah sangat
berpengaruh terhadap perubahan morfologi, pertumbuhan dan daya hasil.
Kopi hanya dapat menghasilkan dengan baik apabila ditanam pada tanah
yang sesuai, yaitu tanah dengan kedalaman efektif yang cukup dalam (> 100
cm), gembur, berdrainase baik, serta cukup tersedia air, unsur hara terutama
kalium (K), harus cukup tersedia bahan organik (> 3 %). Derajat
kemasaman (pH) yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kopi berkisar
antara 5,3 – 6,5. Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah
yang terletak di antara 20° LU dan 20° LS. Berdasarkan data yang ada,
Indonesia terletak di antara 5° LU dan 10° LS. Hal ini berarti sangat ideal
dan potensial bagi pengembangan tanaman kopi (Spillane, 1990). Selama
ini tanaman kopi lazim diusahakan di Indonesia ada dua jenis, yaitu kopi
Arabika dan kopi Robusta. Kedua jenis kopi tersebut secara fisiologis
menghendaki persyaratan kondisi iklim yang berbeda.
Kopi Arabika menghendaki lahan dataran lebih tinggi daripada kopi
Robusta, sebab apabila ditanam pada lahan dataran rendah selain
pertumbuhan dan produktivitasnya menurun juga akan lebih rentan penyakit
karat daun. Tanaman kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan laut
dan temperatur yang berbeda-beda. Jenis Arabika tumbuh optimal pada
1000- 1700 m diatas permukaan laut dengan suhu 16 -20ºC. Jenis Robusta
mengendaki ketinggian tempat pada 500-1000 m di atas permukaan laut
tetapi yang baik sekitar 800 m di atas permukaan laut dengan suhu udara
20ºC.
Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun
1000- 2000 mm, optimal 2000-3000 mm. Kopi arabika berasal dari Etiopia
dan Abessinia, kopi arabika dapat tumbuh pada ketinggian 700 - 1700 meter
diatas permukaan laut dengan temperatur 10-16 oC, dan berbuah setahun
sekali (Ridwansyah, 2003). Ciri-ciri dari tanaman kopi arabika yaitu, tinggi
pohon mencapai 3 meter, cabang primernya rata-rata mencapai 123 cm,
sedangkan ruas cabangnya pendek. Batangnya tegak, bulat, percabangan
monopodial, permukaan batang kasar, warna batangnya kuning
keabuabuan. Kopi arabika juga memiliki kelemahan yaitu, rentan terhadap
penyakit karat daun oleh jamur HV (Hemiliea Vastatrix), oleh karena itu
sejak muncul kopi robusta yang tahan terhadap penyakit HV, dominasi kopi
arabika mulai tergantikan (Prastowo, 2010).
Kopi arabika menguasai pasar kopi di dunia hingga 70%. Kopi
arabika cenderung menimbulkan aroma fruity karena adanya senyawa
aldehid, asetaldehida, dan propanal (Wang, 2012). Kadar kafein biji mentah
kopi arabika lebih rendah dibandingkan biji mentah kopi robusta,
kandungan kafein kopi Arabika sekitar 1,2% (Spillane, 1990).
Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3-4 bulan, tetapi pada
waktu kemarau harus masih ada hujan. Musim kering dikehendaki
maksimal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa kering
sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak melebihi dua minggu. Pohon
kopi tidak tahan terhadap angin yang kencang, lebihlebih dimusim kemarau,
karena angin ini akan mempertinggi penguapan air di permukaan tanah dan
juga dapat mematahkan pohon pelindung. Untuk mengurangi hal-hal
tersebut di tepi-tepi kebun ditanam pohon penahan angin (Najiyati dan
Darnati, 1997).
Kopi robusta berasal dari Kongo dan tumbuh baik di dataran rendah
sampai ketinggian sekitar 1.000 m di atas permukaan laut, dengan suhu
sekitar 20 oC (Ridwansyah, 2003). Menurut Prastowo (2010), kopi robusta
resisten terhadap penyakit karat daun yang disebabkan oleh jamur HV
(Hemiliea Vastatrix) dan memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan
yang ringan, sedangkan produksinya lebih tinggi. Kopi robusta juga sudah
banyak tersebar di wilayah Indonesia dan Filipina. Ciri-ciri dari tanaman
kopi robusta yaitu tinggi pohon mencapai 5 meter, sedangkan ruas
cabangnya pendek. Batangnya berkayu, keras, tegak, putih ke abuabuan.
Seduhan kopi robusta memiliki rasa seperti cokelat dan aroma yang khas,
warna bervariasi sesuai dengan cara pengolahan. Kopi bubuk robusta
memiliki tekstur lebih kasar dari kopi arabika. Kadar kafein biji mentah kopi
robusta lebih tinggi dibandingkan biji mentah kopi arabika, kandungan
kafein kopi robusta sekitar 2,2% (Spillane, 1990).

C. Perkecambahan Tanaman Kopi


1. Penyediaan Benih
Untuk mendapatkan benih yang baik, maka kita harus mencari biji
kopi dari pohon yang baik dan dipilih yang telah kering serta masak dan
sudah tentu dari klon-klon tertentu yang kita kehendaki. Kita juga harus
menghindarkan biji-biji yang berlubang atau terserang bubuk, juga biji
yang tidak normal, baik itu terlalu kecil maupun terlalu besar. Lalu biji-
biji tersebut kita kupas, baik itu dengan mempergunakan tangan maupun
kaki, boleh juga memakai handpulper, asal saja kita bisa menjaga betul-
betul agar kulit tanduk tidak rusak. Jadi yang dibuang hanya kulit dan
daging buah.
Setelah kita mendapat biji yang ada tanduknya, maka biji tersebut
harus kita hilangkan lendirnya hingga bersih. Cara menghilangkan lendir
itu dengan jalan digosok oleh abu dapur lalu dicuci dengan air. Setelah
itu biji tersebut kita angin-anginkan, tapi jangan dijemur dibawah sinar
matahari. Lamanya kita mengangin-anginkan biji tersebut kurang lebih
tiga hari.Setelah itu kita mengadakan penyortiran lagi. Biji yang pecah
ataupun masih ada yang kurang baik entah itu berbubuk ataupun tidak
normal, harus kita buang.
Begitu benar-benar mendapatkan bibit yang baik, barulah biji-biji
itu boleh kita semaikan di persemaian. Akan tetapi kalau waktu
persemaian belum tiba, biji-biji tersebut dapat kita simpan.
2. Cara Penyimpanan Benih Kopi
Cara penyimpanan biji atau benih tersebut ada caranya tersendiri.
Sebab kita harus menjaga dan mempertahankan kadar air agar tidak cepat
menurun. Juga benih tersebut jangan sampai terserang penyakit bubuk.
Kalau akan disimpan dalam waktu yang cukup lama, maka bibit-bibit
tersebut terlebih dahulu harus di desinfeksi. Desinfeksi terhadap bubuk
buah dilakukan dengan fungisasi, dengan mempergunakan minyak
terpentin. Untuk keperluan tersebut maka kita membutuhkan blek atau
peti kayu, yang biasanya mempunyai ukuran 50x50x50cm dan dapat
ditutup rapat. Benih kopi tersebut ditebarkan berlapis-lapis hingga
tebalnya 5cm, diatas kain lap yang terlebih dahulu telah kita beri
terpentin dengan dosis 1cc per 100cm persegi – dari luas kain lap. Jadi
kalau saja luas lap itu 50x50cm persegi sama dengan 2500cm persegi.
Makaa masing-masing lap harus diberi 25cc minyak terpentin. Setelah
itu peti harus ditutup rapat-rapat.
Desinfeksi itu berlangsung selama 3x24 jam dan setelah itu benih-
benih tersebut dikeluarkan dari dalam peti serta diangin-anginkan lagi
selama 3 jam, hal ini untuk menghilangkan bau minyak terpentin itu
sendiri. Setelah diangin-anginkan maka benih tersebut di campur degan
serbuk arang yang dibasahi dengan air. Adapun perbandingan yang ideal
adalah:
- 3 Kg benih kopi
- 1 Kg serbuk arang
- 150 cc air
Caranya serbuk arang dibasahi dulu dengan air hingga merata,
kemudian barulah dicampurkan dengan benih-benih kopi. Setelah itu
semuanya maka benih kopi tersebut dimasukkan ke dalam karung goni.
Untuk menyimpannya carikanlah tempat yang gelap dan sejuk.
Lebih baik lagi kalau karung-karung benih tersebut diletakkan diatas
rak yang dibawahnya ada tempat yang diisi dengn air. Hingga dengan
demikian maka kelembaban udara +90 persen dengan temperatur antara
25 sampai 26 derajat Celsius. Dengan cara ini maka benih-benih kopi
tersebut dapat disimpan selama 6 bulan dengan daya tumbuh sebesar 70
sampai 80 persen.
3. Persemaian
Untuk mendapatkan persemaian yang baik, maka hendaknya dibuat
pada tempat yang:
1. Tidak mengandung nematoda atau cendawan akar;
2. Mempunyai drainase yang baik;
3. Dekat dengan sumber air atau penyiraman;
4. Terlindung dari gangguan hewan (bekicot, ternak, dll);
5. Dekat ketempat pembibitan;
6. Mudah diawasi;
Tanah harus kita cangkul +30 cm lalu kita bersihkan dari sisa-sisa
akar maupun kerikil yang ada. Setelah itu dibuat dengan lebar 80 cm
untuk bedengan. Untuk lapisan atas, tanah itu kita beri pasir setebal 5cm.
Atas dari bedengan tersebut kita beri atap sebagai pelindung dari hujan
dan terik matahari. Sebelum kita menyemai bibit maka tanah bedengan
itu harus terlebih dahulu kita siram. Cara menanmkannya, benih kopi
dibenamkan dengan permukaan yang datar terletak dibawah, hingga
punggungnya terletak ½ cm dari permukaan bedengan.
Setiap hari bedengan ini harus disiram dengan air secukupnya, akan
tetapi tidak boleh sampai tergenang air. Kemudian yang peru kita
perhatikan, jangan sampai kita mengambil air yang mengalir dari selokan
melalui komplek-komplek nematoda untuk menyiram bedengan tersebut.
Setelah kurang lebih 5 sampai 6 minggu, maka biji kopi tersebut
telah mencapai suatu stadium yang dinamakan stadium serdadu. Yaitu
dimana hypocotyl telah tegak lurus, panjangnya + 8cm, dengan
cotyledon/ daun lembaga yang masih terbungkus dari sisa-sisa
endosperm dan endoscarp/ kulit tanduk, yang semuanya telah retak.
Didalam stadium ini akar akan bertambah anjang, akan tetapi sebaliknya
memang tinggi hypocotyl tidak akan berubah. Baru kemudian kurang
lebih 406 minggu lagi cotyledon menjadi terbuka dan ini dinamakan
stadium kepelan.
Setelah mencapai stadium kepelan, bibit harus segera dipindahkan
ke pembibitan. Pemindahan ini haruslah kita lakukan dengan
mempergunakan solet bambu, hingga dengan demikian maka akan dapat
menghindarkan putus akar. Kalau kita tahu bahwa ada akar tunggang
yang bengkok, maka kita harus memutusnya, hal itu kita lakukan supaya
nanti dalam pembibitan tumbuhnya tidak terlambat. Kalau ada kepelan
yang rusak atau terlalu kecil maka sebaiknya tidak perlu kita pakai.
Namun Apabila kita memerlukan waktu yang cepat, benih dapat juga
ditanam setelah kulita tanduknya dikupas.

D. Pembibitan Tanaman Kopi.


Sambungan dan setek merupakan perbanyakan tanaman kopi secara
klonal yang umum dilakukan. Tujuan penyambungan bibit kopi adalah
untuk memanfaatkan dua
sifat unggul dari bibit batang bawah tahan terhadap hama nematoda parasit
akar, dan sifat unggul dari batang atas yaitu mempunyai produksi yang
tinggi serta mutu biji baik. Sedangkan perbanyakan klonal tanaman kopi
dengan setek hanya memanfaatkan salah satu sifat keunggulan dari sumber
bahan tanaman.
a. Penyetekan
Merupakan proses perbanyakan kopi untuk menumbuhkan akar
entres kopi dengan menggunakan media tumbuh dan lingkungan. Media
tumbuh yang digunakan untuk penyetekan kopi terdiri dari campuran
pasir, pupuk kandang/humus dengan perbandingan 3:1. Hal ini
dimaksudkan agar mampu menahan lengas tanah cukup lama tetapi
aerasi dan drainasinya baik. Untuk bagian paling bawah media tumbuh
diberi pecahan batu dan kerikil setebal 30 cm. Kondisi lingkungan untuk
penyetekan kopi, disusun dalam bedengan yang dibuat memanjang
dengan ukuran lebar 1,25 m dengan panjang 5-10 meter atau dapat
menyesuaikan dengan keadaan tempat yang tersedia, kemudian di buat
tutup bedengan/sungkup plastik dengan tinggi 60 cm. Bedengan setek di
beri naungan yang cukup terbuat dari para-para (dari anyaman daun
kelapa), disarankan penyetekan dilakukan di bawah pohon pelindung
lamtoro atau jenis pepohonan lainnya yang dapat meneruskan cahaya.
Pelaksanaan penyetekan dilakukan sebagai berikut :
- Entres yang digunakan masih hijau dan lentur tidak terlalu muda atau
tua. Umur entres antara 3-6 bulan, karena pada umur tersebut cukup
baik untuk bahan setek.
- Entres kopi yang digunakan adalah pada ruas 2-4 dari pucuk.
Pemotongan bahan setek menjadi satu ruas 6-8 cm sepasang daun yang
dikupir, bagian pangkal dipotong miring satu arah.
- Setek yang sudah disiapkan ditanam dengan cara menancaapkan setek
ke dalam media tumbuh sehingga daunnya menyentuh permukaan
media. Setek ditanam dengan menggunakan jarak tanam 5-10 cm, dan
setelah setek tertanam tertutup/disungkup dengan plastik.
- Setelah setek selesai ditanam media tumbuh segera di siram air dengan
menggunakan gembor secara hati hati agar tidak merusak media
tumbuh. Penyiraman dapat dilakukan 1-2 hari sekali dengan membuka
sungkup dan segera ditutup kembali. Pemindahan setek dilakukan
setelah setek umur ± 3 bulan, dilakukan penyesuaian dengan membuka
sungkup secara bertahap, dan pada umur ± 4 bulan setek dipindahkan
ke pembibitan dengan menggunakan kantong plastik yang berisi media
pasir : tanah : pupuk kandang perbandingan 1 : 2 : 1. - Bibit setek siap
tanam di kebun setelah berumur ± 7 bulan di pembibitan.
b. Penyambungan
Penyambungan kopi adalah penggabungan batang atas atau disebut
entres pada bibit kopi dewasa yang digunakan sebagai batang bawah.
Pelaksanaan penyambungan dilakukan di pembibitan menggunakan
bibit kopi batang bawah umur 5-6 bulan, dari saat benih disemaikan.
Teknik dan tata cara penyambungan bibit kopi dilakukan mengikuti
prosedur sebagai berikut :
- Menyiapkan entres batang atas dan bibit batang bawah umur 5-6
bulan, kriteria bibit siap sambung ukuran batang bawah sebesar pensil.
- Penyambungan dilakukan dengan memotong batang bibit batang
bawah ketinggian 15-20 cm dan daun bibit batang bawah disisakan 1-
3 pasang.
- Batang bibit batang bawah yang telah dipotong, diiris dibagian tengah
sepanjang 2-3 cm, untuk penyambungan entres batang atas.
- Entres batang atas diambil dari kebun entres, dan dipotong satu ruas
panjang 7 cm (3 cm di atas ruas dan 4 cm di bawah ruas).
- Daun pada entres dihilangkan, dan pangkal entres diiris dua sisi
menbentuk huruf V.
- Penyambungan entres batang atas ke batang bibit batang bawah, dan
sambungan diikat dengan tali rafia atau plastik.
- Sambungan diberi sungkup kantung plastik transparan, pangkal
sungkup diikat agar kelembaban dan penguapan terkendali serta air
tidak masuk.
- Pengamatan hasil sambungan dilakukan setelah dua minggu,
sambungan hidup bila entres masih segar atau hijau dan bila
sambungan mati entres berwarna hitam sungkup dibuka/dilepas
apabila tunas tumbuh yang cukup besar.
- Tali ikatan dibuka apabila pertautan telah kokoh dan tali ikatan mulai
mengganggu pertumbuhan batang.
Untuk mengganti pertananam kopi robusta menjadi pertanaman
kopi arabika sudah ada caranya. Teknologi rehabilitasi kopi robusta
menjadi kopi arabika dapat dilakukan tanpa harus membongkar
tanaman kopi robusta yang tua, yaitu dengan cara klonalisasi. Teknik
klonalisasi ini sangat diminati oleh petani. Umumnya ketertarikan para
petani dikarenakan teknologi klonalisasi ini cukup mudah dilakukan
dan produksi kopi robusta masih dapat dipanen hasilnya (Rubiyo et al.,
2005).
Klonalisasi kopi robusta menjadi kopi arabika dilakukan dengan
teknik sambung pucuk melalui tunas air. Salah satu kelemahan yang
dirasakan waktu penyambungan adalah pada saat musim kering, karena
kondisi tanaman kopi robusta kambiumnya tidak aktif sehingga
persentase sambungan hidupnya sangat kecil. Oleh karena itu
disarankan kepada para petani sebaiknya penyambungan dilakukan
pada saat kondisi tanaman kopi tumbuh sehat, dan dilakukan pada
musim hujan
BAB III
KESIMPULAN

Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan maka susunan botaninya sangat


berbeda dengan tanaman musiman. Diseluruh dunia kini terdapat sekitar 4.500 jenis
kopi yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar yaitu; Cofffe canefora, Coffea
arabica, Coffea exelca, Coffea liberica. Perkecambahan tanaman kopi diawali
dengan penyediaan benih hingga persemaian. Pembibitan tanaman kopi ada dua
dapat menggunakan teknik penyetekan atau teknik sambung.
DAFTAR PUSTAKA

Aak.1980. Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.


Gandul, 2010. Sejarah Kopi. http://sekilap.blog.com/
2010/01/05/sejarahkopi/diunduh 30 Oktober 2019. Posted by ajhiin Jan
05, 2010.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika
dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rubiyo, Jemmy Rinaldi dan Suharyanto. 2005. Kajian Rehabilitasi
Tanaman Kopi Robusta Menjadi Kopi Arabika Dengan Teknik
Sambung di Kabupaten Bangli. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bali, Bali.
Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. Skripsi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
http://www.library.usu.ac.id/tekper.ridwansyah4.pdf. Diakses pada
tanggal 30 Oktober 2019.
Spillane, James J. 1990. Komoditi Kopi Peranannya Dalam Perekonomian
Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.
Prastowo, Bambang.,dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Jakarta.
Wang, Niya. 2012. Psycochemical changes of coffee beans during roasting.
University of Guelph. Canad

Anda mungkin juga menyukai