Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Dasar-Dasar Agronomi

ZAT PENGATUR TUMBUH

NAMA : ANISYAH MUSLIMAH


NIM : G011171370
KELAS : DDA E

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGATAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Zat Pengatur Tumbuh yang diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi. Ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
karena telah meluangkan waktu untuk turut andil dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi. Segala
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih.

Makassar,27 Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1

C. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Auksin ............................................................................................... 3

B. Giberillin ........................................................................................... 4

C. Sitokinin ............................................................................................ 4

D. Auksin ............................................................................................... 5

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 8

A. Kesimpulan ....................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan tanaman dipengaruhi oleh hormon, yaitu senyawa-senyawa
kimia yang disintesis pada suatu lokasi di dalam organisme, kemudian diangkut
ke tempat lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara yang spesifik pada
konsentrasi yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan dan
metabolisme tanaman. Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa
organik yang bukan termasuk unsur hara, yang dalam jumlah sedikit dapat
mendukung (promote), menghambat (inhibit) dan dapat merubah proses fisiologi
tumbuhan. Sedangkan hormon tumbuh (plant hormon) adalah zat organik yang
dihasilkan oleh tanaman yang dalam konsentrasi tertentu, dimana umumnya pada
konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan hormon sintetis dari luar tubuh
tanaman. Zat pengatur tumbuh memiliki fungsi untuk merangsang
perkecambahan, pertumbuhan akar, dan tunas. Zat pengatur tumbuh dapat dibagi
menjadi beberapa golongan yaitu auksin, sitokinin, dan giberelin.
Zat pengatur tumbuh dapat mempengaruhi aktivitas jaringan pada berbagai
organ atau sistem organ tanaman. Zat pengatur tumbuh tidak memberi tambahan
unsur hara karena bukan pupuk. Fungsi ZPT dalam jaringan tanaman adalah
mengatur proses fisiologis pembelahan dan pemanjangan sel, serta mengatur
pertumbuhan akar, batang, daun, bunga, dan buah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja yang termasuk sebagai zat pengatur tumbuh?
2. Bagaimana zat pengatur tumbuh itu?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu zat pengatur tumbuh.
2. Untuk mengetahui bagaimana zat pengatur tumbuh itu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Auksin
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan
bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya.
Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi
yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin. Auksin memiliki sifat
mudah rusak jika terkena cahaya langsung.
Auksin berkerja dengan menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu
protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion
H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan
beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel
tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Auksin
yang dikombinasikan dengan giberellin dapat memacu pertumbuhan jaringan
pembuluh dan mendorong pembelahan sel ada kambium pembuluh sehingga
mendukung pertumbuhan diameter batang.
Fungsi dari zat pengatur tumbuh ini antara lain:
a. Perkecambahan biji, auksin akan mematahkan dormansi biji (biji tidak mau
berkecambah) dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman
biji/benih dengan Auksin juga akan membantu menaikkan kuantitas hasil
panen.
b. Pembentukkan akar. Auksin akan memacu proses terbentuknya akar serta
pertumbuhan akar dengan lebih baik.
c. Pembungaan dan pembuahan. Auksin akan merangsang dan mempertinggi
prosentase timbulnya bunga dan buah.
d. Mendorong Partenokarpi. Parthenokarpi adalah suatu kondisi dimana
tanaman berbuah tanpa fertilisasi atau penyerbukan.
e. Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
f. Mematahkan dominansi pucuk/apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk
tanaman atau akar tidak mau berkembang.

3
B. Giberillin
Giberillin pertama kali ditemukan oleh seorang ahli patologi Jepang,
Kurosawa, ketika meneliti penyakit tanaman padi yang disebut Bakane. Penyakit
tersebut disebabkan oleh jamur Gibberella fujikuroi, yang dikenal juga sebagai
Fusarium moniliforme. Dari hasil penelitiannya didapat bahwa jamur tersebut
mengeluarkan zat yang sekarang dikenal dengan nama giberillin.
Kejadian di dalam alam. Di dalam alam telah ditemukan lebih dari sepuluh
buah jenis giberillin. Menurut Mac Millan dan Takashashi (1968), Kang (1970)
dan Weaver (1972), giberillin ada yang diketemukan dalam jamur Gibberella
Fujikuroi, ada yang diketemukan pada tanaman tinggi dan ada juga yang
diketemukan pada keduanya. Metabolisme gibberellin adalah zat kimia yang
dikelompokan kedalam terpinoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit
isoprene yang terdiri dari 5 atom karbon.
Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :
a. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses
pembelahan sel.
b. Meningkatkan pembungaan.
c. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah
mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan
lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan
menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi
perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak
endosperm, kulit biji dan juga mendobrak kulit buah yang membatasi
pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah.
d. Berperan pada pemanjangan sel.
C. Sitokinin
Skoog (1955) melakukan penelitian dengan cara memisahkan jaringan
empulur Nikotiana tabaccum dari unsur-unsur pembuluh dan korteks kemudian
menempatkannya dalam suatu medium pertumbuhan dan hasilnya adalah tidak
terjadi pembelahan sel pada jaringan empulur tersebut. Tetapi jika jaringan

4
pembuluh ditempatkan sedemikian rupa sehingga bersinggungan dengan jaringan
empulur, maka jaringan empulur akan melakukan pembelahan sel lagi.
Bentuk dasar dari sitokinin adalah adenin (6-amino purine). Adenin
merupakan bentuk dasar yang menentukan terhadap aktifitas sitokinin. Di dalam
senyawa sitokinin, panjang rantai dan hadirnya suatu double bond dalam rantai
tersebut akan meningkatkan aktifitas zat pengatur tumbuh ini.
Arti Sitokinin bagi fisiologi tanaman, penelitian pertumbuhan pith tissue
culture dengan menggunakan sitokinin dan auksin dalam berbagai perbandingan
telah dilakukan oleh Weier et al (1974). Dihasilkan bahwa apabila dalam
perbandingan sitokinin lebih besar dari auksin, maka hal ini akan memperlihatkan
stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila sitokinin lebih rendah
dari auksin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar.
Sedangkan apabila perbandingan sitokinin dan auksin berimbang, maka
pertumbuhan tunas, daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi apabila
konsentrasi sitokinin itu sedang dan konsentrasi auksin rendah, maka keadaan
pertumbuhan tobacco pith culture tersebut akan berbentuk callus.
Beberapa fungsi Sitokinin pada tumbuhan sebagai berikut:
a. Pembelahan sel dan pembesaran sel. Sitokinin memegang peranan penting
dalam proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga akan memacu
kecepatan pertumbuhan tanaman.
b. Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk mematahkan dormansi
(tidak mau berkecambah) pada biji-bijian tanaman.
c. Pembentukkan tunas-tunas baru,turut dipacu dengan penggunaan Sitokinin.
d. Penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan sehingga lebih awet.
e. Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.
f. Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian Sitokinin.
D. Auksin
Di awal abad 20, buah jeruk dan anggur diperam di dalam gudang yang
dilengkapi dengan kompor minyak tanah. Semula petani buah mengira bahwa
hawa panas itu yang mematangkan buah, tetapi dugaan tersebut tidak terbukti

5
ketika mereka mencoba metode baru menggunakan kompor yang dilengkapi
dengan pembersih yang menghasilkan buah-buah yang tidak cepat matang.
Ahli biologi tumbuhan menduga bahwa pematangan buah yang disimpan di
dalam gudang tersebut sebenarnya berkaitan dengan produksi etilen yaitu gas
hasil pembakaran minyak tanah. Sekarang diketahui bahwa tumbuhan secara
alami menghasilkan etilen yang merupakan ZPT yang berperan memacu penuaan
termasuk pematangan buah.
Faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek memacu gugurnya
daun juga oleh pada musim gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari faktor
lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen dan auksin.
Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses metabolisme daun,
tetapi dengan bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan oleh daun
juga akan meningkat.
Sementara itu, sel-sel yang mulai menghasilkan etilen akan mendorong
pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen merangsang lapiasan absisi
terpisah dengan memacu sintesis enzim yang merusak dinding-dinding sel pada
lapisan absisi. Gugur daun pada musim gugur merupakan adaptasi tumbuhan
untuk mencegah kehilangan air melalui penguapan pada musim salju karena pada
saat itu akar tidak mampu menyerap air pada tanah yang membeku.
Etilen berfungsi untuk membantu proses pematangan buah, memacu
pembungaan, merangsang pemekaran bunga, merangsang pertumbuhan akar dan
batang, merangsang pengguguran buah dan daun, merangsang perkecambahan
biji, menghambat pemanjangan batang kecambah, memperkokoh batang tanaman
dan mengakhiri masa dormansi. Jika digunakan bersamaan dengan giberelin,
etilen berfungsi dalam mengatur perbandingan bunga jantan dan betina pada
tumbuhan berumah satu.
Pematangan buah merupakan suatu variasi dari proses penuaan melibatkan
konversi pati atau asam-asam organik menjadi gula, pelunakan dinding-dinding
sel, atau perusakan membran sel yang berakibat pada hilangnya cairan sel
sehingga jaringan mengering. Pada tiap-tiap kasus, pematangan buah distimulasi
oleh gas etilen yang berdifusi ke dalam ruang-ruang antarsel buah.

6
Gas tersebut juga dapat berdifusi melalui udara dari buah satu ke buah
lainnya, sebagai contoh satu buah apel ranum akan mampu mematangkan
keseluruhan buah dalam satu lot. Buah akan matang lebih cepat jika buah tersebut
disimpan di dalam kantung plastik yang mengakibatkan gas etilen terakumulasi.
Pada skala komersial berbagai macam buah misalnya tomat sering dipetik
ketika masih dalam keadaan hijau dan kemudian sebagian dimatangkan dengan
mengalirkan gas etilen. Pada kasus lain, petani menghambat proses pematangan
akibat gas etilen alami. Penyimpanan buah apel yang dialiri dengan gas CO2 yang
selain berfungsi menghambat kerja etilen, juga mencegah akumulasi etilen.
Dengan teknik ini buah apel yang di panen pada musim gugur dapat disimpan
untuk dijual pada musim panas berikutnya.
Seperti halnya pematangan buah, pengguguran daun pada setiap musim gugur
yang diawali dengan terjadinya perubahan warna, kemudian daun mengering dan
gugur adalah juga merupakan proses penuaan. Warna pada daun yang akan gugur
merupakan kombinasi pigmen-pigmen baru yang dibentuk pada musim gugur,
kemudian pigmen-pigmen yang telah terbentuk tersebut tertutup oleh klorofil.
Daun kehilangan warna hijaunya pada musim gugur karena daun-daun tersebut
berhenti mensintesis pigmen klorofil.
Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak diketahui daripada
peranannya dalam hal perubahan warna daun yang rontok dan pengeringan daun.
Pada saat daun mengalami rontok, bagian pangkal tangkai daunnya terlepas dari
batang. Daerah yang terpisah ini disebut lapisan absisi yang merupakan areal
sempit yang tersusun dari sel-sel parenkima berukuran kecil dengan dinding sel
yang tipis dan lemah.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jenis-jenis Phytohormone atau ZPT yaitu: Auksin, Giberelin, Sitokinin, dan
Etilen. Dimana ZPT memiliki fungsi tertentu yang masing-masing berguna untuk
proses memacu pertumbuhan tanaman.

8
DAFTAR PUSTAKA

Manurung, L. Y. S. 2007. Pengaruh Auksin (2,4-D) dan Sitokinin (BAP) Dalam


Kultur In Vitro Buah Makasar (Brucea javanica L. Merr.). Skripsi.
Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Fakultas
Kehutanan. IPB.

Nurnasari, E dan Djumali. 2012. Respon Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas
L.) Terhadap Lima Dosis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Asam Naftalen
Asetat (NAA). Agrovigor Volume 5 No. 1 Maret 2012.

Riyadi, I. 2014. Media Tumbuh : Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh dan Bahan-
bahan Lain. Materi disampaikan pada Pelatihan Kultur Jaringan Tanaman
Perkebunan. BPBPI Bogor 19 – 23 Mei 2014.

Zaki. Ismail F. 2014. Kajian Pengaruh Auksin Terhadap Perkecambahan dan


Pertumbuhan Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan. Surabaya. Gunawan, L. W. 1987. Pengenalan Teknik In
Vitro. Skripsi. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Pusat Antar
Universitas Bioteknologi IPB. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor.

Manurung, L. Y. S. 2007. Pengaruh Auksin (2,4-D) dan Sitokinin (BAP) Dalam


Kultur In Vitro Buah Makasar (Brucea javanica L. Merr.). Skripsi.
Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Fakultas
Kehutanan. IPB.

Nurnasari, E dan Djumali. 2012. Respon Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas
L.) Terhadap Lima Dosis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Asam Naftalen
Asetat (NAA). Agrovigor Volume 5 No. 1 Maret 2012.

Riyadi, I. 2014. Media Tumbuh : Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh dan Bahan-
bahan Lain. Materi disampaikan pada Pelatihan Kultur Jaringan Tanaman
Perkebunan. BPBPI Bogor 19 – 23 Mei 2014.

Zaki. Ismail F. 2014. Kajian Pengaruh Auksin Terhadap Perkecambahan dan


Pertumbuhan Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai