Anda di halaman 1dari 8

e-J.

Agrotekbis 5 (4) : 483 - 490, Agustus 2017 ISSN : 2338 -3011

ANALISIS TITIK PULANG POKOK PADA INDUSTRI


TAHU“VIVI”DI KOTA PALU
Analysis of Break Event Point at Industry Tofu "Vivi" in Palu City

Murni1), Marhawati2), Alimudin Laapo2)

1)
Mahasiswa Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.
2)
Staf Dosen Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu
E-mail : Murnimumu75@yahoo.com. E-mail : wati_chairil@hotmail.com. E-mail : alimudin_73@yahoo.com

ABSTRACT

Industry Tofu "Vivi" is an industry engaged in growing small businesses in the city of Palu.
Industry Tofu "Vivi" is engaged in agro-industry, that process agricultural commodities such as
soybeans into tofu. Industry Tofu "Vivi" is located at Jln. Buah Pala No. 12 Bayoge Village
Tatanga Sub District of the City of Palu, Central Sulawesi. This study aims to determine the level of
acceptance and the costs incurred by the Industry Tofu s"Vivi" so that the business carried on to
reach break-even point. The results of the analysis of break-even point Industry Tofu "Vivi" in
January reached when sales volume reached 8.972 kg with admission of Rp. 37.233.800 million, -
and for a February break-even point is reached when the sales volume reached 9.258 kg with
admission of Rp. 38.420.700.-.

Keywords: Break even point, Industry Tofu "Vivi", Soybeans.

ABSTRAK

Industri Tahu “Vivi” adalah industri yang bergerak dibidang usaha kecil yang sedang
berkembang di Kota Palu. Industri Tahu “Vivi” bergerak dalam bidang agroindustri, yaitu
mengolah komoditi pertanian yang berupa kedelai menjadi tahu. Industri Tahu “Vivi” terletak di
Jln. Buah Pala No. 12 Kelurahan Bayoge Kecamatan Tatanga Kota Palu Sulawesi Tengah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penerimaan dan biaya yang dikeluarkan oleh
Industri Tahu “Vivi” sehingga usaha yang dijalankan dapat mencapai titik pulang pokok. Hasil
analisis titik pulang pokok Industri Tahu “Vivi” pada bulan Januari tercapai pada saat volume
penjualan mencapai 8.972 kg dengan penerimaan sebesar Rp. 37.233.800,- dan untuk bulan
Februari titik pulang pokok tercapai pada saat volume penjualan mencapai 9.258 kg dengan
penerimaan sebesar Rp. 38.420.700.-.

Kata Kunci: Industri Tahu “Vivi”, Kedelai, titik pulang pokok.

PENDAHULUAN penduduknya bermata pencaharian pada


sektor pertanian. Salah satu komoditas
Sektor pertanian saat ini masih pertanian yang memiliki potensi untuk
merupakan sektor andalan dalam mendorong dikembangkan dalam sektor agroindustri
dan menggerakkan roda perekonomian adalah kedelai. Kedelai merupakan salah
nasional. Sektor pertanian merupakan satu tanaman palawija yang memiliki
sektor penyediaan pangan utama dan bahan kandungan protein yang cukup tinggi,
baku guna mendorong pertumbuhan usaha sehingga dijadikan bahan baku industri
industri. Sektor pertanian selalu ditempatkan dalam pembuatan berbagai bahan makanan
pada prioritas utama, karena sebagian besar seperti tahu, tempe, susu dan lain-lain.

483
Menurut Menurut Cahyadi (2009) kedelai Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan
merupakan salah satu komoditas tanaman Produktivitas Kedelai di Provinsi
pangan yang penting dalam rangka Sulawesi Tengah Tahun 2015
ketahanan pangan penduduk Indonesia.
Permintaan kedelai meningkat pesat seiring
dengan laju pertambahan penduduk
Indonesia. Provinsi Sulawesi Tengah
merupakan salah satu Provinsi yang
menghasilkan tanaman kedelai, menurut
data dari Badan Pusat Statistik Provinsi
Sulawesi Tengah ada beberapa Kabupaten
yang dapat menghasilkan tanaman kedelai.
Data tersebut dapat terlihat pada Tabel 1.
Terlihat pada Tabel 1, terdapat 13 Sumber : Data Badan Pusat Statistik Provinsi
Kabupaten yang ada di Sulawesi tengah, Sulawesi Tengah, 2016.
namun tidak semua Kabupaten yang
ada dapat memproduksi kedelai, yaitu Penyusunan perencanaan penjualan,
Kabupaten Banggai Laut dan Palu. manajemen membutuhkan informasi
Kabupaten yang memiliki produksi kedelai tentang, pada tingkat penjualan berapa
terbanyak adalah Kabupaten Tojo Una-una yang harus dicapai oleh suatu perusahaan
dimana luas panen yang dimiliki adalah agar memperoleh laba atau pada tingkat
4.034 ha, dengan produksi sebesar 8.147 penjualan berapa perusahaan akan menderita
ton, dan untuk produktivitasnya adalah 2,0 kerugian. Salah satu alat bantu yang
ton/ha. Kabupaten yang terendah produksi digunakan manajemen adalah Analisis Titik
kedelainya adalah Kabupaten Banggai Pulang Pokok, yaitu suatu alat analisis
Kepulauan dengan luas panen 3 ha, untuk yang memberikan informasi tentang berapa
produksi kedelainya adalah 3 ton, dan tingkat penjualan yang harus dicapai agar
untuk produktivitasnya adalah 1 ton/ha. perusahaan tidak memperoleh laba dan
Kabupaten yang ada di Sulawesi tidak mengalami kerugian.
Tengah yang mampu menghasilkan produksi Bertitik – tolak dari hal tersebut,
kedelai ini merupakan sebagai suatu penulis ingin menelusuri lebih jauh
pencapaian yang baik, selain mampu membantu tentang bagaimana keadaan industri dalam
perekonomian petani, juga memberikan menjalankan usahanya, dan apa saja yang
peluang bagi sektor agroindustri untuk menjadi faktor kendala dalam industri
melakukan suatu inovasi terhadap kedelai, baik pada biaya produksi maupun biaya
salah satunya dengan penganekaragaman operasionalnya. Adanya analisis Titik
produk olahan. Penganekaragaman produk Pulang Pokok dapat memberikan pedoman
olahan kedelai merupakan cara meningkatkan pada industri tentang berapa jumlah produk
daya saing komoditas kedelai dipasaran, minimal yang harus diproduksi atau
salah satu penganekaragaman tersebut yaitu dijual. Tujuannya agar industri mampu
dengan pembuatan tahu. memperoleh keuntungan yang maksimal,
Titik pulang pokok ialah suatu yaitu dengan menekan biaya produksi maupun
teknik analisa untuk mempelajari biaya operasional serendah-rendahnya
hubungan antara biaya tetap, biaya dengan tepat mempertahankan tingkat
variabel, keuntungan dan volume kegiatan. harga, kualitas maupun kuantitas dari
Titik pulang pokok juga dapat diartikan produk. Maka penulis mengambil judul
sebagai suatu keadaan dimana dalam “Analisis Titik Pulang Pokok pada Industri
operasinya perusahaan tidak memperoleh Tahu “Vivi” di Kota Palu.
laba atau tidak menderita rugi (total Adanya permasalahan tersebut
penghasilan = total biaya) (Perinsya, 2009). maka penulis akan melihat kemampuan
484
industri untuk berproduksi, Pada saat kapan tahu dan kapasitas produksi di Kota Palu
industri akan mengalami titik pulang pokok. tahun 2015, dan referensi analisis titik
Pada saat tingkat penjualan berapa yang pulang pokok.
harus dicapai agar industri memperoleh
Analisis Data.
laba dan pada tingkat penjualan berapa Berdasarkan tujuan yang ingin
industri akan menderita kerugian. Serta dicapai dari penelitian ini, maka analisis
berapa penerimaan yang diperoleh Industri yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tahu “Vivi” dengan tingkat penjualan pada
saat mencapai titik pulang pokok. Analisis Biaya. Analisis ini digunakan
Tujuan yang ingin dicapai dalam untuk mengetahui total biaya produksi
penelitian ini adalah: yang dikeluarkan Industri Tahu “Vivi” di
1. Mengetahui total biaya yang dikeluarkan Kota Palu. Yogi (2006), mengakumulasikan
dan jumlah penerimaan yang diperoleh rumus persamaannya sebagai berikut :
Industri Tahu “Vivi”. TC = FC + VC
2. Mengetahui besarnya jumlah produksi
dan jumlah penerimaan pada saat terjadi Keterangan:
titik pulang pokok. TC = Total Biaya (Rp)
FC = Biaya Tetap (Rp)
METODE PENELITIAN VC = Biaya Variabel (Rp)

Penelitian dilaksanakan pada Industri Analisis Penerimaan dan Pendapatan.


Tahu “Vivi”, yang bertempat di Jln. Buah Analisis ini digunakan untuk mengetahui
Pala No. 12 Kelurahan Bayoge Kecamatan besarnya penerimaan dan pendapatan yang
Tatanga Kota Palu Sulawesi Tengah. diterima oleh Industri Tahu “Vivi”. Untuk
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja mencari penerimaan biasa dihitung dengan
(Purposive), bahwa terdapat adanya masalah menggunakan persamaan sebagai berikut :
yang dihadapi oleh Industri Tahu “Vivi” TR = P . Q
yaitu terjadinya penurunan volume produksi
pada saat ini. Adanya penelitian ini dapat Keterangan :
memberikan informasi pada industri pada TR = Total Penerimaan (Rp)
saat kapan industri akan meningkatkan P = Harga (Rp)
volume produksinya. Waktu pengumpulan Q = Volume Produksi (Kg).
data dilaksanakan pada bulan Mei sampai Sedangkan untuk pendapatan
dengan Juni 2016. adalah selisih antara penerimaan dan semua
Penentuan responden dalam biaya. Soekartawi (2001) menyatakan
penelitian ini dilakukan dengan metode bahwa pendapatan merupakan hasil
sengaja (Purposive), dengan memilih 4 akhir dari penerimaan dikurangi dengan
orang responden yakni 1 orang pimpinan, total biaya yang dikeluarkan dalam suatu
1 orang bagian pemasaran, dan 2 orang proses produksi, sedangkan total
tenaga kerja pada bagian produksi. penerimaan adalah jumlah produksi
Responden tersebut ditetapkan memiliki dikalikan dengan harga jual produksi dari
kompotensi untuk memberikan informasi hasil usaha yang bersangkutan.
sehubungan dengan penelitian. Dalam bentuk matematis dapat
Data yang digunakan dalam dituliskan :
penelitian ini adalah data primer dan data π = TR – TC
sekunder. Data primer terdiri atas biaya
variabel, biaya tetap dan data produksi Keterangan :
selama dua bulan (Januari dan Februari), π = Pendapatan usaha
sedangkan untuk data sekunder terdiri atas TR = Total Penerimaan/Total Revenue (Rp)
data luas panen, data nama-nama industri TC = Total Biaya/Total Cost (Rp).

485
Analisis Titik Pulang Pokok. Analisis data P = Harga pada posisi titik pulang pokok
yang digunakan untuk mencapai tujuan (Rp)
yang diharapkan yaitu analisis titik pulang Q = jumlah produksi pada posisi titik
pokok, secara matematis diformulasikan pulang pokok (Kg).
sebagai berikut :
TR = TC HASIL DAN PEMBAHASAN
TR = P x Q
Struktur Organisasi. Industri Tahu
TC = TFC + TVC
“Vivi” dalam pelaksanaan kegiatan
Maka persamaan diatas dapat pengorganisasiannya menerapkan struktur
disederhanakan menjadi: organisasi lini (Line Organization) yang
merupakan struktur organisasi sederhana
P x Q = TFC + (AVC x Q)
dengan hanya dipimpin oleh seorang
P x Q - (AVC x Q) = TFC
pimpinan saja, sehingga penugasan
Q (P-AVC) = TFC
rantai komando yang jelas. Pengaturan
Diperoleh rumus titik pulang pokok tersebut menjaga terjadinya penghindaran
dalam satuan unit produksi sebagai berikut: tanggung jawab serta pemgembalian
TFC keputusan dapat dilakukan secara cepat
TPP (Q) = karena pemimpin memiliki wewenang
P - AVC penuh untruk mengawasi pekerjaan para
bawahannya.
Keterangan :
TR = Total penerimaan Industri Karakteristik Responden
Tahu “Vivi” yang diperoleh dari Umur Responden. Tingkat umur responden
banyaknya produk tahu yang pada Industri Tahu “Vivi” di Kota Palu
dihasilkan dikali dengan harga yang diperoleh adalah 19 tahun umur
jual produk per Loyang (Rp) terendah dan 50 tahun umur tertinggi.
TC = Total biaya (Total Cost) yang Hal ini dapat dikatakan bahwa responden
dikeluarkan Industri Tahu “Vivi” dalam melakukan produksi tahu di Industri
selama kegiatan produksi (Rp) Tahu “Vivi” tergolong produktif.
TFC = Total biaya tetap yang dikeluarkan Tingkat Pendidikan. Responden yang
Industri Tahu “Vivi” (Total Fixed berada pada Industri Tahu “Vivi” memiliki
Cost) yang terdiri dari biaya tingkat pendidikan yang bervariasi mulai
penyusutan alat dan pajak (Rp) dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Untuk
AVC = Rata-rata biaya variabel (Average tingkat SD sebanyak 1 orang dengan
Variabel Cost) yang terdidi dari presentase 25%. Pada tingkat SMP
biaya variabel yaitu biaya bahan sebanyak 2 orang dengan presentase 50%,
baku, listrik, bahan pelengkap, dan pada tingkat SMA sebanyak 1 orang
gaji dan biaya lain dibagi dengan dengan presentase 25%.
jumlah produk yang dihasilkan (Rp) Tingkat Pendidikan. Responden yang
P = Harga jual tahu per baskom (Rp)
berada pada Industri Tahu “Vivi” memiliki
Q = Total produksi tahu (Kg).
tingkat pendidikan yang bervariasi mulai
Selanjutnya untuk menghitung titik dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Untuk
pulang pokok dalam satuan rupiah, maka tingkat SD sebanyak 1 orang dengan
satuan unit (Q) dikalikan dengan harga jual presentase 25%. Pada tingkat SMP
unit (P) dengan persamaan sebagai berikut: sebanyak 2 orang dengan presentase 50%,
TR = P x Q dan pada tingkat SMA sebanyak 1 orang
Keterangan : dengan presentase 25%.
TR = Penerimaan pada posisi titik pulang Aspek Pemasaran. Proses pemasaran
pokok (Rp) merupakan salah satu faktor penting dalam

486
siklus yang bermula dan berakhir dengan Produksi Industri Tahu “Vivi”. Hasil
kebutuhan konsumen. Pemasaran berada produksi Industri Tahu “Vivi” pada
diantara produksi dan konsumsi, yang penelitian ini semua perhitungan dikonversikan
merupakan faktor penghubung diantara dalam bentuk kg. Hasil produksi yang
kedua faktor tersebut. Tanpa pemasaran dimiliki Industri Tahu “Vivi” memiliki
akan sulit mencapai tujuan konsumsi yang ukuran irisan yang berbeda untuk tiap
pada intinya pemasaran bertujuan untuk cetaknya, tetapi volume beratnya tetap sama
mencapai kepuasan konsumen. Sistem yaitu 20 kg untuk setiap baskom. Adapun
pemasaran merupakan suatu sistem yang tingkat produksi Industri Tahu “Vivi”
menjamin adanya produksi dan distribusi. terlihat pada Tabel 2.
Daerah yang dijadikan sasaran dalam Tabel 2 terlihat bahwa produksi
pemasaran tahu Industri Tahu “Vivi” masih Industri Tahu “Vivi” pada bulan Januari
meliputi wilayah Kota Palu sendiri. masih tinggi yaitu 68.380 kg, hal ini
Adapun saluran pemasaran pada dikarenakan meningkatnya permintaan
Industri Tahu “Vivi” yaitu : konsumen terhadap tahu. Sedangkan untuk
bulan Februari terjadi penurunan produksi
Produsen Pedagang Konsumen yaitu 62.840 kg.
akhir
Pengecer Biaya Produksi. Biaya produksi pada
Industri Tahu “Vivi” secara umum meliputi
Industri Tahu “vivi” hanya dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
memiliki satu bentuk saluran pemasaran, tetap adalah biaya yang tidak dapat
dimana pedangan pengecer mendatangi berubah-ubah dan tidak dapat dipengaruhi
secara langsung Industri Tahu “Vivi” untuk oleh besarnya produksi. Sedangkan biaya
melakukan pembelian, yang kemudian variabel adalah biaya yang dapat berubah-
menyalurkannya kepada konsumen yang ubah atau tidak tetap dan dapat dipengaruhi
berada di Kota Palu. oleh besarnya produksi.
Tabel 2. Jumlah Produksi Tahu pada Industri Biaya Tetap. Biaya tetap adalah biaya
Tahu “Vivi” Bulan Januari dan Bulan yang besar kecilnya tidak berpengaruh
Februari 2016 terhadap produksi, biaya tetap terlihat pada
Tabel 3:
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah
biaya tetap yang dikeluarkan Industri
Tahu “Vivi” setiap bulannya sebesar
Rp. 2.610.966 dengan rata-rata sebesar
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016. Rp. 435.161 hal ini desebabkan karena
sifatnya yang tidak berpengaruh dengan
Tabel 3. Jumlah Biaya Tetap Yang Dikeluarkan adanya perubahan volume produksi
Industri Tahu “Vivi” Pada Bulan setiap bulannya.
Januari dan Bulan Februari, 2016.
Biaya Variabel. Biaya variabel adalah
biaya yang sifatnya berubah-ubah,
tergantung pada volume produksi yang
dihasilkan. Biaya variabel yang harus
dikeluarkan oleh Industri Tahu “Vivi”
meliputi bahan baku, listrik pulsa, listrik
meteran, biaya makanan, kayu bakar, upah
tenaga kerja dan biaya lainnya, rata-rata
biaya variabel (bahan habis pakai) dapat
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016. terlihat pada Tabel 4:

487
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah Tabel 5 menunjukkan produksi
biaya variabel yang dikeluarkan oleh tahu tiap bulannya berubah-ubah sesuai
Industri Tahu “Vivi” tiap bulannya dengan permintaan konsumen dan akibat
mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan dari peningkatan biaya terhadap persediaan
karena jumlah permintaan akan tahu bahan baku, karena apabila produksi
dipasaran sering berubah-ubah sesuai terhadap tahu mengalami penurunan akan
dengan kebutuhan konsumen. Untuk Bulan mengakibatkan meningkatnya biaya
Januari Industri Tahu “Vivi” harus terhadap penyimpanan bahan baku.
mengeluarkan biaya variabel yaitu sebesar Rata-rata produksi selama 2 bulan
Rp. 263.938.170, atau rata-rata sebesar (Januari dan Februari,) sebanyak 65.610 kg
dengan harga Rp. 4.150/kg, dengan
Rp. 37.705.452, dan untuk bulan Februari
total penerimaan selama 2 bulan (Januari
Industri Tahu “Vivi” mengeluarkan biaya
dan Februari) sebesar Rp. 544.563.000.,
variabel sebesar Rp. 243.084.840, dengan dengan rata-rata Rp. 272.281.000-.
rata-rata sebesar Rp. 34.726.405.
Pendapatan. Pendapatan adalah selisi
Penerimaan. Besarnya penerimaan yang antara total penerimaan (TR) dengan total
diterima oleh Industri Tahu “Vivi” biaya produksi (TC). Salah satu faktor yang
dipengaruhi oleh besarnya produksi dan berpengaruh dalam pendapatan adalah harga
harga penjualan. Semakin banyak produksi produksi, semakin tinggi harga produksi
yang dijual, maka semakin besar pula maka pendapatan akan semakin tinggi pula
penerimaan yang akan diperoleh. pendapatan yang akan diperoleh. Besarnya
pendapatan Industri Tahu “Vivi” pada bulan
Tabel 4. Biaya Variabel yang Dikeluarkan Januari,dan bulan Februari terlihat pada
Industri Tahu “Vivi” pada Bulan Tabel 6.
Januari dan Bulan Februari, 2016 Tabel 6 menunjukan bahwa total
penerimaan yang diperoleh Industri Tahu
“Vivi” selama bulan Januari, dan bulan
Februari adalah sebesar Rp. 544.563.000,-
dengan total biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp. 512.244.942,- sehingga total
pendapatan yang diterima sebesar
Rp. 32.318.058,-. atau rata-rata Rp. 16.159.029
/bulan. Adanya perbedaan pendapatan
tersebut karena adanya perbedaan jumlah
produksi, semakin besar produksi yang
dihasilkan maka semakin besar juga
pendapatan yang akan diperoleh.
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.
Tabel 6. Pendapatan Tahu pada Industri Tahu
Tabel 5. Penerimaan Tahu pada Industri Tahu “Vivi” pada Bulan Januari dan
“Vivi” pada Bulan Januari dan Bulan Bulan Februari, 2016
Februari, 2016

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.


Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.

488
Perhitungan Titik Rata-
Pulang65.610
Pokok 4.150
pada 272.281.500
Industri Tahu “Vivi”rata
Bulan Januari 2016.
TVC
AVC =
Q

263.938.170
AVC =
68.380

AVC = Rp. 3.859

TFC
Q =
P – AVC

Gambar 1. Grafik Titik Pulang Pokok pada 2.610.966


Industri Tahu “Vivi” Bulan Januari 2016. Q =
4.150 – 3.859

2.610.966
Q =
291
Q = 8.972 kg

Q.P = 8.972 x 4.150


= Rp. 37.233.800,-

Jadi, titik pulang pokok Industri


Tahu “Vivi” pada bulan Januari 2016
dalam satuan rupiah adalah sebesar
Rp. 37.233.800,- jelasnya terlihat pada
Gambar 1.
Gambar 1 menunjukan bahwa grafik
Gambar 2. Grafik Titik Pulang Pokok pada
titik pulang pokok ditunjukan pada titik
Industri Tahu “Vivi” Bulan Februari 2016.
perpotongan antara garis biaya total
(TC) dengan garis penerimaan (TR)
Analisis Titik Pulang Pokok. Analisis yang ditunjukan pada keadaan tingkat
Titik Pulang Pokok bertujuan menemukan penerimaan sama dengan tingkat biaya
suatu titik baik dalam unit maupun rupiah (TR = TC) sebesar Rp. 37.233.800,– dengan
yang menunjukan biaya sama dengan jumlah produksi 8.972 kg. Total biaya
pendapatan. Mengetahui titik tersebut, variabel (TVC) diperoleh dari selisi antara
berarti belum diperoleh keuntungan atau biaya total (TC) dengan biaya tetap (TFC).
dengan kata lain tidak untung dan tidak Daerah rugi ditunjukan pada daerah
rugi. Sasaran analisis TPP tidak lain dibawah titik pulang pokok, sedangkan
mengetahui pada tingkat volume berapa daerah labah ditunjukan pada daerah diatas
titik impas berada (Achmad, 2012). titik pulang pokok.
Adapun perhitungan analisis titik
Perhitungan Titik Pulang Pokok pada
pulang pokok pada Industri Tahu “Vivi”
selama 2 bulan (Januari dan Februari 2016) Industri Tahu “Vivi” Bulan Februari 2016.
TVC
dapat dihitung dengan menggunakan rumus AVC =
sebagai berikut: Q

489
243.084.840 Rp. 283.777.000,-, dan untuk bulan
AVC = Februari total biaya yang dikeluarkan
62.840
sebesar Rp. 245.695.806 dengan
AVC = Rp.3.868 penerimaan sebesar Rp. 260.786.000,- .
Titik pulang pokok Industri Tahu
TFC “Vivi” pada bulan Januari tercapai pada saat
Q = volume penjualan mencapai 8.972 kg
P - AVC
dengan penerimaan sebesar Rp. 37.233.800,-
2.610.966 dan untuk bulan Februari titik pulang
Q = pokok tercapai pada saat volume penjualan
4.150 – 3.868 mencapai 9.258 kg dengan penerimaan
sebesar Rp. 38.420.700.
2.610.966
Q = Saran
282
Melihat usah Industri Tahu “Vivi”
Q = 9.258 kg tersebut telah berada di atas daerah titik
Q.P = 9.258 x 4.150 pulang pokok atau dengan kata lain telah
= Rp. 38.420.700 memperoleh keuntungan, maka untuk
Jadi, titik pulang pokok Industri meningkatkan keuntungan bisa diupayakan
Tahu “Vivi” pada bulan Januari 2016 tetap memproduksi di atas daerah titik
dalam satuan rupiah adalah sebesar pulang pokok melalui peningkatan jumlah
Rp. 38.420.700,- jelasnya terlihat pada produksi setiap bulannya dan dapat
Gambar 2. memperluas wilayah pemasarannya di luar
Gambar 2 menunjukan bahwa grafik dari daerah Kota Palu, seperti pada Daerah
titik pulang pokok ditunjukan pada titik Pantai Timur, Pantai Barat dan daerah-
perpotongan antara garis biaya total daerah lainnya, sehingga laba yang akan
(TC) dengan garis penerimaan (TR) diperoleh lebih besar.
yang ditunjukan pada keadaan tingkat
penerimaan sama dengan tingkat biaya DAFTAR PUSTAKA
(TR = TC) sebesar Rp. 38.420.700,– dengan
Achmad, R., 2012. Analisis Matematika dalam
jumlah produksi 9.258 kg. Total biaya Aplikasi Break Even Point (BEP) pada
variabel (TVC) diperoleh dari selisih Industri Rumah Tangga Batu Bata. Samarinda.
antara biaya total (TC) dengan biaya J. Eksis. Vol. 8. No 2. Hal. 12-13.
tetap (TFC). Daerah rugi ditunjukan pada
Cahyadi, 2009. Kedelai Khasiat dan Teknologi.
daerah titik pulang pokok, sedangkan
Bumi Askara. Jakarta.
daerah labah ditunjukan pada daerah diatas
titik pulang pokok. Periansya. 2009. Titik Pulang Pokok sebagai Alat
Perencanaan Laba Jangka Plan Pendek
KESIMPULAN DAN SARAN Perusahaan. Kumpulan Jurnal Teknika Vol.
25 No. 1. Hal. 8-12.
Kesimpulan
Soekartawi, 2001. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian
Total biaya yang dikeluarkan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo
Industri Tahu “Vivi” meliputi biaya Persada. Jakarta.
variabel dan biaya tetap. Pada bulan
Yogi, MS. 2006. Ekonomi Manajemen dan Pendekatan
Januari total biaya yang dikeluarkan Analisis Praktis. Media Grup. Jakarta.
sebesar Rp. 266.549.136,- dengan penerimaan

490

Anda mungkin juga menyukai