Anda di halaman 1dari 73

Executive Summary

Perusahaan PT Murni Jaya memproduksi susu pasteurisasi adalah susu segar


terbaik yang harus segera dikonsumsi paling lambat 40 hari setelah dilakukan
pengemasan dan dalam temperatur penyimpanan 40C. Susu ini diproses dengan
pemanasan secara ultra pasteurisasi sehingga waktu simpannya dapat diperpanjang dari
susu pasteurisasi biasa.
Perusahaan PT Murni Jaya bergerak dalam bidang agroindustri khususnya
pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi. Dikelolah oleh Head of Milk
Processing yang membawahi 8 departemen yaitu Finance and Administration
Department., Procurment Department, HRD Department, Engineering Department, QA
and Enviroment Department, Production Department, Planning and Logistic
Department dan R & D Department. Beberapa departemen tersebut membawahi section
kerja. Semua pihak yang bekerja dalam perusahaan ini menjalin kerja sama demi
kelancaran dan kemajuan perusahaan. Perusahaan ini akan mulai beroperasi secepatnya
setelah dana bantuan cair.
Agroindustri susu segar pasteurisasi dengan Kapasitas 42000 L/hari diasumsikan
suplai susu ditransfer langsung setiap harinya oleh peternakan yang terintegrasi oleh unit
pengolahan dengan produksi awal 42000 Liter per hari. Jumlah produk yang dihasilnya
yang dihasilkan 36000 pack dengan harga jual Rp. 18000/pack = Rp. 648.000.000 / hari
untuk produksi awal dan akan meningkat sampai mencapai tingkat produktif sapi pera.
Biaya bahan baku Rp. 10.502/pack, biaya kemasan Rp 186/pack dan biaya tetap
ditargetkan Rp 13/pack. Maka omzet per tahun sebesar Rp 233.280.000.000. besaran
omzet ini akan bertambah seiring dengan meningkatnya kebutuhan pasar akan susu
segar pasteurisasi.
Finance and Administration Department., untuk mempersiapkan, memeriksa, dan
menganalisa laporan keuangan. Selain itu merencanakan dan menganalisa laporan cash
flow, menganalisa data dan informasi, mengelola, memelihara, serta mengembangkan
sistem informasi untuk memudahkan pengguna dalam mendapatkan informasi cepat,
tepat, akurat dalam pengambilan keputusan.
Procurment Department bertanggung jawab terhadap pemesanan barang, baik
peralatan produksi, maupun alat penunjang lain. Sedangkan bagian HRD Department
bertanggung jawab dalam program requirement karyawan, menyusun program pelatihan
bagi karyawan baru, membuat laporan kepegawaian, dan mengatur jam kerja tenaga
kerja langsung ataupun tidak langsung. Selanjutnya, Engineering Department
bertanggung jawab dalam pengontrolan kinerja dari tiap aliran proses produksi dalam
sisi keteknikan untuk menjaga performa produksi.
Pada bagian QA and Enviroment Department menangani pengendalian mutu dan
bertanggung jawab dalam menjamin kualitas seluruh rangkaian produksi yang
berhubungan dengan pihak luar untuk menghasilkan produk berkualitas. Dan juga,
menjamin pengelolaan limbah. Selanjutnya, Production Department melaksanakan
produksi sesuai jadwal yang telah ditetapkan, serta memastikan seluruh bagian produksi
yang berada dibawah tanggung jawabnya, menjalankan tugas dengan baik. Terakhir,
berperan dalam meningkatkan efisiensi produk dan membuat perencanaan program cost
reduction.
Fungsi dari Planning and Logistic Department melakukan penjadwalan produksi
dan bertanggung jawab dalam penerimaan Job Order serta mengatur pengadaan bahan
baku, sistem penggudangan dan pengiriman produk jadi ke distributor. Terakhir untuk
bagian dan R & D Department berperan dalam menganalisa ataupun pengujian mulai
dari bahan baku, in process hingga produk jadi. Melakukan inovasi dan pengembangan
produk sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Production Department .
Produk yang dihasilkan dari Perusahaan PT Murni Jaya yaitu susu pasteurisasi
dengan kualitas prima, susu ini banyak diminati oleh pasar ekspor dan sebagai bahan
baku produk minuman dan makanan di restoran maupun cafe dalam lokal. Hal yang
membedakan produk susu pasteurisasi ini dengan UHT adalah temperatur selama
sterilisasi yaitu sebesar 125-1270C dan kemasan yang digunakan.
Dana awal yang dibutuhkan dalam perusahaan PT Murni Jaya sebagai biaya total
didirikannya agroindustri ini sebesar Rp143.038.580.800. Pendanaan ini untuk sebagai
biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel selama 1 tahun. Pendapatan yang
diperoleh akan dijadikan modal untuk mendirikan agroindustri susu pasteurisasi dalam
kemasan dengan skala industri nasional. Jika perencanaan tidak berjalan sebagaimana
mestinya maka strategi alternatif yang kami ambil yaitu mengumpulkan kembali modal
untuk membangun kembali perusahaan ini dan mencari tahu penyebab dari kegagalan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan memiliki potensi yang
sangat besar untuk dapat lebih dikembangkan. Agroindustri merupakan salah satu sektor
andalan yang telah menjadi tulang punggung perekonomian bangsa dengan
memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki bersama dengan sektor perikanan, kelautan,
peternakan dan kehutanan, sehingga saat ini agroindustri semakin mendapat dukungan
dari pemerintah dan menjadi salah satu sektor yang tumbuh dengan pesat.
Subsektor peternakan merupakan satu elemen yang memiliki banyak manfaat dan
berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia, salah satu produk keluarannya adalah
agroindustri susu segar. Kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa
wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan agroindustri
ini. Selain itu, dari sisi permintaan, produksi susu dalam negeri masih belum mencukupi
untuk menutupi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Saat ini produksi dalam negeri baru
bisa memasok tidak lebih dari 30% dari permintaan nasional, sisanya 70% berasal dari
impor. Pesatnya pertumbuhan ekonomi di kota kota besar juga berpengaruh terhadap
pola konsumsi makanan, yang menjadi penyebab menjamurnya pendirian restoran, kafe,
dan waralaba di kota kota besar terutama di negara negara asia. Tentunya industri
makanan dan minuman seperti restoran, kafe, dan waralaba ini tidak sedikit
membutuhkan pasokan produk susu segar sebagai bahan utama atau bahan tambahan
untuk produk yang dihasilkannya dengan kualitas tinggi.
Proyeksi produksi susu segar dan pasar susu nasional dari tahun 2010 sampai 2015
belum mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Selain karena jumlah populasi sapi
perah nasional yang masih terlalu sedikit, modal juga menjadi kendala bagi peternak
untuk mengembangkan usahanya. Saat ini permintaan susu segar pada tahun 2011
hingga 2015 diperkirakan mengalami peningkatan rata-rata 6,3 persen per tahun. Namun
demikian, penawaran susu segar relatif tetap. Kebutuhan susu nasional pada tahun 2010
yang mencapai 3,1 juta ton hanya dapat dipenuhi sebesar 690.000 ton, sedangkan pada
tahun 2011 kebutuhan susu nasional 3,2 juta ton hanya di-supply produksi susu dalam
negeri sebesar 800.000 ton susu, dan sisanya masih impor. Bahkan pada tahun 2011
sampai 2015 diperkirakan produksi susu relatif tetap pada jumlah 800.000 ton,
sedangkan kebutuhan susu nasional terus mengalami peningkatan antara 200.000 ton
sampai 300.000 ton tiap tahunnya
Peta ekonomi dunia, saat ini Indonesia berada pada posisi sebagai konsumen
produk susu. Karena sampai dengan saat ini industri pengolahan susu nasional masih
tergantung kepada impor bahan baku susu. Apabila kondisi tersebut tidak dibenahi
dengan membangun sebuah sistem agribisnis yang berbasis petemakan, maka Indonesia
akan terus menjadi negara pengimpor hasil temak khususnya sapi. Hal ini merupakan
ironi, karena Indonesia sebenarnya memiliki sumber daya alam yang cukup dan
berpotensi memiliki daya saing khususnya dalam hal ketersediaan pakan dan harga jual
susu yang lebih rendah.Peluang pengembangan agroindustri susu segar sangat terbuka,
khususnya untuk pasaran dalam negeri, karena sebagian dari produk susu saat ini masih
diimpor dari New Zealand dan Australia, yang merupakan negara penghasil susu
terbesar di dunia selain Amerika Serikat.
Peluang cukup besar tersebut dapat diraih, minimal akan mengurangi
ketergantungan impor susu dari kedua negara tersebut dan secara perlahan kebutuhan
susu dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Peluang ekspor juga masih terbuka,
karena apabila kualitas susu yang diproduksi di dalam negeri dapat ditingkatkan, maka
susu yang dihasilkan dapat diekspor ke negara-negara yang selama ini juga masih
tergantung pada susu dari New Zealand dan Australia. Dengan jumlah penduduk lebih
dari 250 juta jiwa, dan masih rendahnya konsumsi susu bila dibandingkan dengan
negara-negara lain, menunjukkan adanya peluang untuk meningkatkan konsumsi susu
dalam negeri karena jumlah penduduk yang jumlahnya sangat besar. Oleh karena itu,
industri pengolahan susu segar merupakan sektor agroindustri yang potensial dan
memiliki prospektif yang cukup tinggi untuk dibangun dan dikembangkan di Indonesia
karena beberapa alasan yaitu kondisi geografis yang mendukung, peluang pasar yang
besar, permintaan yang terus meningkat, serta dapat membantu mencukupi kebutuhan
susu segar nasional.

Tujuan

Tujuan Pembuatan Proposal yaitu untuk Mengolah susu segar menjadi susu
pasteurisasi dengan bantuan teknologi modern sehingga produktivitas sumberdaya
tercapai. Selain itu juga untuk memberikan nilai tambah pada susu, tidak hanya nilai
tambah harga jual tetapi juga nilai tambah guna dan umur simpan.
Manfaat

Untuk masyarakat
- Penyedia sumber protein hewani untuk masyarakat
- Membuka lapangan kerja bagi para petani
- Memberikan kemudahan akses dalam memperoleh susu pasteurisasi

Untuk perusahaan
- Perputaran uang cepat karena susu merupakan kebutuhan sehari-hari manusia, baik
dari usia muda maupun tua.
- Pengolahan susu pasteurisasi cukup mudah dilakukan sehingga tidak membutuhkan
biaya pengolahan yang besar.
- Produk susu pasteurisasi memiliki banyak keunggulan terutama dalam umur simpan
sehingga produsen tidak khawatir dengan proses penjadwalan produksi.
- Produk susu pasteurisasi dapat dikembangkan dengan mengkombinasikan berbagai
varian rasa buah sehingga tidak menimbulkan kesan jenuh kepada konsumen

PROFIL PERUSAHAAN

Jenis Usaha

Susu pasteurisasi adalah susu segar terbaik yang harus segera dikonsumsi paling
lambat 40 hari setelah dilakukan pengemasan dan dalam temperatur penyimpanan 40C.
Susu ini diproses dengan pemanasan secara ultra pasteurisasi sehingga waktu simpannya
dapat diperpanjang dari susu pasteurisasi biasa. Karena kualitasnya yang prima, susu ini
banyak diminati oleh pasar ekspor dan sebagai bahan baku produk minuman dan
makanan di restoran maupun cafe dalam lokal. Hal yang membedakan produk susu
pasteurisasi ini dengan UHT adalah temperatur selama sterilisasi yaitu sebesar 125-
1270C dan kemasan yang digunakan. Produk yang dihasilkan oleh factory ini merupakan
susu pasteurisasi dengan kemasan family pack sebesar 1 liter yang dikemas dengan
mesin evergreen. Rasa dari susu ini sendiri plain atau full cream. Karena susu ini dibuat
untuk dapat diolah lagi untuk berbagai jenis pangan ataupun susu yang langsung
diminum. Produk ini akan diberi merek dagang Milky Milk.

Kelebihan Produk

Kelebihan dari susu pasteurisasi ini ialah umur produk yang jauh lebih lama dari
susu pasteurisasi pada umumnya. Meskipun umur produk lebih lama namun tidak
mengurangi kualitas dari produk. Kekonsistenan mutu dari produk dapat terjaga karena
penggunaan teknologi pasteurisasi dengan suhu yang lebih tinggi yakni 124-127oC.
Kemurniaan bahan baku dari susu segar pilihan yang memiliki mutu baik dan seragam
menjadikan kelebihannya tersendiri dibanding produk lain. Sumber susu yang didapat
berasal dari peternakan sendiri yang modern dan bersih. Sehingga dapat dipastikan
kualitas dari susu segar dapat selalu konsisten dan memberi produk susu sehat yang
alami.

ASPEK PASAR

Susu pasteurisasi PT X akan dijual untuk kalangan menengah ke atas dan restoran.
Oleh karena itu, susu yg akan dijual dalam kemasan 1L. Untuk memenuhi pasar
menengah ke atas, maka susu pasteurisasi akan dijual di hypermarket. Sedangkan untuk
memenuhi permintaan cafe & resto, maka produk akan dijual by order dengan kemasan
kardus dengan isi setiap kardus adalah 12 pack susu. Kemasan dapat dilihat pada
Gambar 1. Jenis susu yang dijual adalah susu full cream dengan rasa plain milk. Harga
yang ditawarkan untuk konsumen adalah Rp 18.000 untuk setiap kotak susu sedangkan
untuk restoran akan dijual Rp 216.000 untuk setiap pack susu yang berisi 12 kotak susu.

(a) (b)

(a)
(b)

(c)
(
Gambar 1 Desain Kemasan (a) Kotak Susu Tmpak Depan (b) Tampak Samping serta
(c) Kardus c
)
Identifikasi Kesempatan dan Penetapan Market Share

Susu merupakan produk agroindustri yang dijadikan sebagai pelengkap kebutuhan


tubuh manusia. Seperti disebutkan dalam 4 sehat 5 sempurna, susu adalah penyempurna
asupan gizi manusia. Hal ini dikarenakan susu mengandung kalsium dan knadungan
lainnya yang baik untuk anak dalam masa pertumbuhan, remaja, maupun dewasa. Susu
pasteurisasi adalah susu yang dipasteurisasi sehingga mikroorganisme di dalamnya mati.
Susu pasteurisasi digemari oleh masyarakat di Indonesia, khususnya jabodetabek karena
belum dipisahkan lemak susunya.
Susu pasteurisasi tidak hanya dijadikan sebagai barang konsumsi langsung.
Namun, dapat juga digunakan sebagai barang produksi, contohnya restoran eropa atau
coffee shop. Susu pasteurisasi akan digunakan oleh restoran untuk menghasilkan produk
yang akan dijual. Beberapa restoran menginginkan produk yang didapatkan adalah
produk premium. Oleh karena itu, susu pasteurisasi ini akan sampai ke restoran ketika
restoran memesan langsung ke pabriknya.
Masyarakat di jabodetabek hampir semuanya berada di kalangan menengah ke atas.
Hal ini dapat dilihat dari pola hidup dan gaya hidup masyarakat. Semakin tinggi
kalangan suatu masyarakat, maka akan semakin aware terhadap kesehatan dirinya dalam
mememuhi 4 sehat 5 sempurna. Selain itu, prestige merupakan sesuatu yang harus
dijujung atau dijaga. Oleh karena itu, kami menawarkan produk susu pasteurisasi
premium. Premium berarti hanya masyarakat kalangan menengah ke atas yang mampu
membelinya. Selain itu, produk hanya akan ditemukan di tempat yang hanya dapat
dijangkau oleh kalangan menengah ke atas.
Pemasok susu pasteurisasi dengan kualitas premium masih sedikit. Pemasok yang
ada di jabodetabek adalah Cimory, Greenfields, dan Diamond. Estimasi market share
susu pasteurisasi di jabodetabek oleh ketiga pemasok adalalah Cimory 33%, Greenfield
36%, dan Diamond 31% Kebutuhan akan susu pasteurisasi untuk konsumsi maupun
produksi cukup banyak, sehingga kami memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam
pasar susu pasteurisasi kualitas premium ini.

Identifikasi Hambatan

Pasokan susu murni dari petani lokal umumnya memilki kualitas yang kurang baik.
Selain itu, susu yang dihasilkan rentan terhadap serangan mikroorganisme yang
menyebabkan penurunan kualitas susu. Penyuluhan yang dilakukan perusahaan belum
cukup untuk meningkatkan kualitas susus yang dihasilkan oleh petani lokal secara
signifikan. Hal ini dikarenakan etos kerja dari petani lokal. Jarak antara pabrik dan
peternakan juga akan meningkatkan penurunan kualitas susu karena tidak segera diolah.
Selain itu, perusahaan harus memiliki beberapa sertifikat Internasional sehingga kualitas
susu yang dihasilkan terjaga.
Bussines Model Canvas

Bussines Canvas Model menggambarkan tentang produk yang dijual ke pasaran


baik dari segi pemasaran maupun produksi. Diagram BMC produk susu pasteurisasi
dapat dilihat pada Lampiran 1. Penjelasan tentang BMC produk kami adalah sebagai
berikut
a. Value Preposition
Value prepostion menjelaskan tentang keunggulan produk yang akan
dipresentasikan atau dijual ke pasar. Value prepostion juga dapat disebut sebagai brand
yang ditanamkan ke benak konsumen. Valu preposotion dari produk kami adalah
Premium yang dijual khusus untuk kalangan menengah ke atas, Alami karena berasal
dari susu sapi murni, Segar karena proses produksi yang dibuat sedemikian hingga agara
kesegaran susu tetap terjaga, Sehat karena kandungan susu dijaga agar tetap
menyehatkan, dan dikemas dalam kemasan Tetrapack.
b. Customer Relationship
Persaingan bisnis tidak hanya bertumpu pada kualitas produk, melainkan pada
kualitas layanan yang lebih mendorong pelanggan untuk kembali membeli produk atau
menggunakan solusi yang ditawarkan. Namun, tidak berarti produk yang dipasarkan
boleh yang tidak bermutu. Pengelolaan layanan pelanggan tersebut biasa disebut dengan
costumer relationship management (CRM). Costumer relationship management dapat
didefinisikan sebagai integrasi dari strategi penjualan, pemasaran dan pelayanan yang
terkoordinasi Costumer relationhip management menyimpan informasi pelanggan dan
merekam seluruh kontak yang terjadi antara pelanggan dan perusahaan, serta membuat
profil pelanggan untuk staf perusahaan yang memerlukan informasi tentang pelanggan
tersebut. Tahapan CRM ada tiga yaitu:
1. Mendapatkan pelanggan baru (acquire), didapatkan dengan memberikan
kemudahan pengaksesan informasi, inovasi baru, dan pelayanan yang menarik.
2. Meningkatkan hubungan dengan pelanggan yang telah ada (enhance), melalui
pemberian pelayanan yang baik terhadap pelanggannya (customer service).
3. Mempertahankan pelanggan (retain), merupakan usaha mendapatkan loyalitas
pelanggan dengan mendengarkan pelanggan dan berusaha memenuhi
keinginan pelanggan.
Customer relationship yang akan dilakukan adalah pengadaan live chat pada
website perusahaan. Konsumen juga dapat memberikan kritik dan saran terhadap produk
serta pemesanan melalui social media perusahaan. Selain itu, perusahaan membentuk
sebuah komunitas yang bernama Komunitas Sehat. Komunitas tersebut merupakan
wadah bagi masyarakat yang peduli akan kesehatan dirinya dan lingkungan. Komunitas
tersebut memiliki beberapa agenda setiap bulannya dan diselenggarakan di jabodetabek,
namun akan diekspansi untuk ke seluruh Indonesia. Konsumen juga dapat mengetahui
jika setiap pembelian susu akan disumbangkan untuk memerangi gizi buruk di
Indonesia, membuat roof garden atau reboisasi hutan bakau Indonesia.
c. Customer Segment
Bagian ini menjelaskan tentang konsumen yang akan menjadi target pasar.
Penentuan konsumen harus diimbangi dengan value preposition yang telah dibuat.
Customer segment produk kami ada dua, yaitu masyarakat kalangan menengah ke atas
yang berada di daerah jabodetabek dan cafe & resto. Pemilihan kedua konsumen
didasarkan pada value preposition yang telah disebutkan di atas.
d. Channels
Bagian ini adalah tentang siapa saja agen penjualan produk. Agen penjualan
produk akan menentukan apakah produk yang dijual memenuhi value preposition yang
telah dibuat. Channels produk kami adalah retailer tertentu seperti Hypermarket, Healthy
Agent yang akan mengantarkan susu kepada konsumen, serta website dan social media.
e. Revenue Stream
Revenue Stream adalah sumber apa saja yang menjadi pemasukan bagi
perusahaan. Pemasukan bagi perusahaan berasal dari Asset Sell atau penyimpanan aset
di bank yang nantinya akan dipakai oleh UKM untuk berkembang. Selain itu,
pemasukan bagi perusahaan juga berasal dari penjualan produk dan iklan.
f. Key Partners
Key Partner menjelaskan tentang sosok yang mendukung proses produksi. Key
Partnernya adalah Distributor susu sapi maupun susu pasteurisasi, peternak lokal,
retailer, serta produsen kemasan
g. Key Activities
Key Activities menjelaskan tentang kegiatan perusahaan dalam mendukung proses
produksi. Kegiatan tersebut adalah produksi susu pasteurisasi, promosi produk,
marketing & sales produk, serta kerja sama dengan peternak sehingga dapat
menghasilkan susu sapi murni yang berkualitas.
h. Key Resources
Key Resource menjelaskan tentang sumber apa yang mendukung proses produksi.
Sumber-sumber tersebut adalah SDM sebagai pekerja dan pendukung proses suplai
bahan baku maupun distribusi dan penjualan. Mesin produksi pun tidak kalah penting
karena perusahaan akan berproduksi jika sudah instalasi mesin produksi. Selain itu,
brand & copyright juga masuk ke dalam key resources karena itu merupakan hak cipta
dari perusahaan.
i. Cost Structure
Cost Structure adalah biaya-biaya yang digunakan untuk melakukan proses
produksi. Biaya-biaya tersebut adalah biaya tetap dan tidak tetap produksi serta investasi.

Promosi Produk

Promosi produk dilakukan melalui baliho di jalan yang strategis di daerah


jabodetabek. Pemilihan baliho karena cukup mudah untuk ditemukan konsumen. Selain
itu, akan dilakukan harga promo di retailer maupun diskon untuk pembelian partai.
Promosi juga dilakukan di social media sehingga konsumen dapat langsung berinteraksi
dengan perusahaan. Pajak untuk masing-masing dengan baliho adalah Rp 26.250.000.
Biaya pembuatan 10 baliho dengan luas 24 m2 adalah Rp 7.200.000. Biaya pemasangan
tiap baliho adalah Rp 1.250.000. Total biaya yang digunakan untuk promosi produk
dengna baliho adalah Rp 282.200.000.
ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI

Lokasi Industri

PT MURNI JAYA Indonesia berlokasi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.


Terletak pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut dengan suhu sekitar 16C
diatas lahan seluas 15 Ha. Perusahaan ini dikelilingi pemandangan yang masih alami nan
sejuk udaranya. Alasan PT MURNI JAYA Indonesia memilih lokasi tersebut adalah :
a. Suhu Udara Rendah
Suhu udara yang rendah dan suasana yang sejuk akan membuat nyaman sapi perah
yang bukan berasal dari daerah tropis, yaitu Frissian Holstein dari Australia. Iklim yang
sejuk juga dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi para karyawan.
b. Ketersediaan bahan baku
Bahan baku diperoleh berasal dari peternakan yang masih anak perusahaan PT
MURNI JAYA Indonesia.
c. Tersedianya tenaga kerja yang cukup
Tenaga kerja adalah faktor penting dari proses produksi sebagai tenaga penggerak
atau pelaksana proses produksi. Pemilihan lokasi perusahaan ini cukup dianggap tepat
karena di daerah tersebut tenaga kerja cukup mudah didapat yakni berasal dari penduduk
lokal.
d. Tersedianya secara Listrik, Air dan Telekomunikasi
Perusahaan ini akan bekerjasama dengan PLN dan Telkom dalam penyediaan
sarana listrik dan komunikasi. PT. MURNI JAYA Indonesia juga dapat memenuhi
kebutuhan air dengan baik karena letaknya berada pegunungan yang memudahkan
dalam mendapatkan air dari sumber air secara langsung.
e. Ketersediaan area yang luas
Area yang masih begitu luas dan udara yang masih alami di sekitar perusahaan
akan menguntungkan perusahaan untuk mengolah limbah yang dihasilkan dari proses
produksi sehingga dapat langsung digunakan masyarakat untuk mengairi sawahnya.
Area pabrik yang cukup luas ini juga memungkinkan untuk dilakukan perluasan pabrik
dikemudian hari.
Adapun analisa keputusan pemilihan lokasi tersebut, adalah sebagi berikut :
Ditentukan lokasi pabrik baru dengan 3 aternatif lokasi yaitu Kabupaten Bandung,
Garut dan Sukabumi
1. Seluruh faktor kritis ada dan dipenuhi oleh ketiga lokasi tersebut
2. Total biaya pertahun untuk ketiga lokasi tersebut adaah :
a. Kabupaten bandung 8m
b. Garut 7m
c. Sukabumi 6m
3. Terdapat 3 faktor subjektif yaitu Lingkungan, teknis dan ekonomi.
Ekonomi lebih penting dari keduanya. lingkungan dan tekhnis sama pentingnya
Untuk lokasi faktor ekonomi di Bandung Lebih buruk dari keduanya, garut dan
sukabimu sama.Teknis : bandung lebih baik dibanding keduanya, dan garut lebih baik
daripada sukabumi. Lingkungan : sukabumi lebih baik dari keduanya, dan bandung sama
baiknya dengan garut.
Pilih lokasi jika faktor objektif 3 kali lebih penting dari faktor subjektif
Jawaban :
Penentuan Ukuran Lokasi (UL)
UL = UFK { X . UFO + (1-X) . UFS}

Penentuan Ukuran Faktor Kritis (UFK)


Kota FK-1 FK-2 FK-3 UFK
Bandung 1 1 1 -
Garut 1 1 1 1
Sukabumi 1 1 1 1

Penentuan Ukuran Faktor Objektif (UFO)


Kota TBFO 1/TBFO TBFO x (1/TBFO) UFO
Bandung 8000000000 1,25E-10 3,48 0,287
Garut 7000000000 1,43E-10 3,05 0.328
Sukabumi 6000000000 1,67E-10 2,61 0,383
4.35

Penentuan Ukuran Faktor Subjektif (UFS)


Menentukan Pembobot Faktor subjektif (PFS) dan Pembobot Lokasi (PL)
Penentuan dengan menggunakan perbandingan berpasangan:
Jika A lebih penting dari B, maka A = 1 dan B=0, atau sebaliknya
Jika A sama pentingnya dengan B maka A=1 dan B=1
Ekonomi lebih penting dari keduanya. lingkungan dan tekhnis sama pentingnya
Untuk lokasi faktor ekonomi : Bandung Lebih baik dari keduanya, garut dan sukabumi
sama.
Teknis : bandung lebih baik dibanding keduanya, dan garut lebih baik daripada
sukabumi
Lingkungan : sukabumi lebih baik dari keduanya, dan bandung sama baiknya
dengan garut.
Perbandingan Lingkungan Enonomi Teknis
(1) 1 0
(2) 0 1
(3) 1 1
Jumlah 1 2 1
PFS (1/4)=0,25 (2/4)=0,5 (1/4)=0,25

PL
Pembobot Lokasi dihitung untuk setiap faktor subjektif
Lingkungan
Bandung Garut Sukabumi
1 0 1
2 0 1
3 1 1
1 1 2
PL-s1 0,25 0,25 0,5

Ekonomi
Bandung Garut Sukabumi
1 1 0
2 1 0
3 1 1
2 1 1
PL-s2 0,50 0,25 0,25

Teknis
Bandung Garut Sukabumi
1 1 0
2 1 0
3 1 0
2 1 0
PL-s2 0,66 0,33 0
Penentuan nilai X (bobot faktor objektif)
FO : FS = 3 : 1
X = atau 0,75

Penentuan UKURAN LOKASI (UL)


Kota UFK UFO UFS UL
Bandung 1 0,29 0,48 0,3375
Garut 1 0.33 0,27 0,315
Sukabumi 1 0,38 0,25 0,3475

Dipilih Kota SUKABUMI

Bahan Baku

Bahan Baku Utama


Susu Segar
Susu segar yang merupakan bahan baku utama unit pemrosesan susu berasal dari
farm yang sudah didirikan sebelumnya. Farm yang telah ada akan diintegrasikan dengan
unit pemrosesan susu dan susu hasil perah dialirkan langsung melalui pipa pipa
sehingga tidak tersentuh tangan manusia, sehingga kualitasnya sangat baik. Kapasitas
farm adalah sebesar 40-43 ton susu setiap harinya, dengan jumlah ternak 3500 sapi.
Bahan baku berupa susu segar ini kemudian langsung disimpan di reception tank dimana
temperaturnya dijaga sekitar 40C agar tetap segar dan harus segera diproses maksimal 24
jam setelah dimasukan. Bahan baku berupa susu yang berasal dari farm modern ini akan
dijaga kualitas dengan sangat baik, sehingga menghasilkan susu segar dengan kualitas
tinggi. Keuntungan dari bahan baku susu segar yang diperoleh dari peternak yaitu harga
yang relatif rendah dan standar mutu telah sesuaikan. Sedangkan untuk kerugiannya
adalah perlu pengeluaran biaya untuk pengelolaan kemitraan peternak sebagai supplier
susu segar sebagai cara memberikan mutu yang standar. Keputusan terhadap pemilihan
jenis bahan baku diperoleh dan didasarkan atas penggunaan bahan baku susu segar lokal,
segi biaya bahan baku yang rendah, mutu, kemudahan didapatkannya bahan baku (lokasi
industri dekat dengan farm), dan keseragaman kualitas dari susu yang terjaga karena
adanya standar proses membudidayakan hewan ternak di farm.

Air
Air ditambahkan ke dalam susu berfungsi sebagai pelarut bahan-bahan tertentu.
Sebelum air tersebut berasal dari unit utility dimana air yang digunakan berupa air
produk. Air tersebut sudah mengalami pengolohan sehingga kadar partikel terlarut baik
logam, mikroba, dan padatan lainnya telah memenuhi air untuk produk minuman.

Tabel 1 Kebutuhan bahan baku, pembantu dan pendukung pada kapasitas produksi
penuh
No. Jenis Satuan Jumlah Sumber Harga Anggaran
Bahan Lokal Impor / Rp/hari US$* Rp./thn
Satua
n
1. Susu Liter 42000 9000/li 378.000.00 136.080.000.00
Segar Liter/har ter 0 0
i
2. Soda Liter 167 8000/li 1.336.000 480.960.000
Kaustik Liter/har ter
(NaOH) i
1.0%
3. Asam Liter 167 15000/ 2.505.000 9.018.000.000
Nitrat( Liter/har liter
HNO3) i
0.5%
Jumlah 381.841.00 137.462.760.00
0 0

Bahan Pembantu

Soda kaustik dan asam nitrat merupakan bahan pembantu yang digunakan dalam
CIP (Cleaning in Place) mesin-mesin dalam proses produksi susu pasteurisasi.
Menggunakan bahan pembantu diatas didasarkan pertimbangan dari segi keuntungan
yaitu sebagai upaya penerapan produksi bersih terhadap pembuatan susu pasteurisasi.
Sedangakan dari segi kerugian yang didapat yaitu pengeluaran biaya tambahan untuk
penyediaan bahan-bahan pembantu diatas. Keputusan untuk menggunakan bahan
pembantu diperoleh dan didasarkan atas penerapan produksi bersih yang dilakukan
industri sebagai salah satu cara optimalisasi produk yang dihasilkan. Kedua bahan
pembantu di atas merupakan sanitizer yang tergolong sanitizer kimia yang diaplikasikan
untuk mengurangi mikroba patogen dan pembusuk yang terdapat pada peralatan dan
fasilitas pangan yang juga digunakan pada CIP. Standar mutu dari sanitizer kimia asam
nitrat dan soda kaustik.

Penentuan Kapasitas Produksi

Tingkat Konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya mencapai 11,09 liter per
kapita per tahun. Terlebih produksi susu negeri juga masih jauh dari standar yaitu hanya
30 persen atau sebesar 1208000 ton dengan total konsumsi sebesar 3120000 ton dan
sisanya 70 persen adalah impor. Hal ini kata Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan
dalam Press Conference HSN di Jakarta, Senin (28/5/2012) dikarenakan masyarakat
Indonesia lebih suka dan mengenal produk susu bubuk ketimbang susu segar atau susu
cair, dengan konsumsi susu cair dalam bentuk UHT sebesar 4,6 persen atau 118,5 ribu
ton, susu steril 2,7 persen atau 69 ribu ton, susu pasteurisasi 1,2 persen atau 30 ribu ton
dan susu bubuk sebesar 43,3 persen. Berdasarkan data konsumsi susu pasteurisasi yang
hanya 1,2% di Indonesia, kami memfokuskan penjualan produk di wilayah Jabodetabeek
karena segmentasi pasar dari produk susu pasteurisasi premium ini diperuntukan untuk
kalangan menengah keatas. Konsumen yang mengkonsumsi susu ini sudah memiliki
kemampuan finansial lebih dari cukup, dan dengan wawasan konsumsi akan produk
sangat baik. Wawasan akan produk dengan kualitas baik diharapkan dapat sesuai dengan
pola hidup sehat mereka yang mementingkan kecukupan gizi yang baik dan kualitas
baik.
Populasi sapi perah di Indonesia berkisar antara 340.000360.000 ekor dengan
laju perkembangan 2,5 %/tahun dan 98 % tersebar di Pulau Jawa. Produksi susu segar
dalam negeri hanya sekitar 521,5 ribu ton/th dan hanya mampu memenuhi kebutuhan
konsumsi nasional antara 3025 % sisanya dipenuhi dari susu impor. Hampir seluruh
produksi susu segar (98 %) dipasarkan ke Industri Pengolah Susu (IPS). Ketergantungan
yang tinggi terhadap susu impor mengindikasikan masih rendahnya ketahanan pangan
produk asal ternak. Permintaan susu tumbuh sangat cepat, yang meningkat 14,01%
selama periode antara tahun 2002 dan tahun 2007. Namun, di sisi lain produksi susu
Indonesia hanya tumbuh 2% (Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, 2010). Salah
satu unsur penting dalam pengembangan persusuan nasional adalah pengembangan sapi
perah baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 2005-2009 trend pertumbuhan
populasi sapi perah meningkat 8,46%. Pertumbuhan populasi sapi perah bergerak lambat,
bila dibandingkan dengan pertumbuhan produksi susu segar. Pada tahun 2005-2009,
trend produksi susu segar hanya 5,21%. Berikut pada Tabel 1 akan disajikan
perkembangan populasi sapi perah di Indonesia per propinsi dari tahun 2005-2009. Dari
data populasi sapi perah ini, dapat diperkirakan ketersediaan bahan baku untuk
pengadaan pabrik pengolahan susu pada tahun 2014. Dari sebaran populasi sapi perah di
Indonesia, pusat populasi sapi perah adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Sumatera Utara. Selama 2005 2009, trend pertumbuhan populasi sapi perah di Jawa
Barat meningkat 5,72%. Jawa Barat sebagai pusat populasi sapi perah dapat memenuhi
kebutuhan susu sebagai bahan baku susu pasteurisasi Milky Milk yang menginginkan
15% market size Jabodetabek dapat terpenuhi dengan adanya pabrik pengolahan susu ini.
Tabel 2 menyajikan perkembangan produksi susu segar di Indonesia.
Jika kita tinjau dari data produksi susu segar pada tahun 2009 di propinsi Jawa
Barat dan Jakarta mencapai 242.988 ton setara dengan 242.988.000 kg susu setara
dengan 242.988.000 liter susu untuk wilayah Jabodetabek. Market size yang kami tuju
sekitar 10% dari produksi susu segar, sehingga market size yang kami tuju 24.298.800
liter susu/tahun. Meskipun hanya mengacu pada tahun 2009 namun dapat dibuat
prakiraan permintaan untuk tahun kedepan dengan teknik forecasting. Misal dari jumlah
itu kami konversi kepada pemenuhan per bulannya menjadi 2.024.900 liter/bulan susu
yang harus kami produksi. Setelah itu dapat dikonversi ke kapasitas produksi di tiap
harinya, sehingga hasilnya mencapai 67.496 liter/hari.

Tabel 2 Perkembangan Populasi Sapi Perah di Indonesia per Propinsi Tahun 2005-
2009

Proses Produksi

Teknologi pengolahan susu pasteurisasi melalui serangkaian proses-proses yang


harus dilakukan adalah sebagai berikut: penerimaan susu segar, termisasi, penyimpanan
di storage tank, blending, sterilisasi, penyimpanan di dalam aseptic tank, dan filling
serta packaging. Sebelum produk dibuat, masing-masing alat dibersihkan terlebih dahulu
dengan pembersihan Cleaning In Place (CIP), dengan air chlorinated water panas, asam
nitrat, dan soda kaustik (NaOH). Berikut tahapan proses susu pasteurisasi:

1. Penerimaan Susu Segar


Susu segar dari dairy farm, akan mengalami precooling di farm dengan temperatur
sekitar 110C, dan selanjutnya akan di alirkan ke dalam reception tank. Sebelum
memasuki reception tank, susu di cooling kembali dengan Plate Heat Exchanger (PHE)
hingga temperatur nya 40C. Dalam reception tank temperatur dipertahan kan untuk
menjaga kesegaran susu. Kapasitas reception tank 1 dan 2 adalah 10.000 liter susu,
sedangkan reception tank 3 adalah sebesar 15.000 liter susu.

2. Termisasi
Untuk produk dari fresh milk yang diolah menjadi produk-produk susu pasteurisasi
maupun, setelah dari reception tank akan dilakukan termisasi terlebih dahulu. Proses
termisasi bertujuan untuk mematikan bakteri-bakteri non pathogen dan untuk
menonaktifkan enzim pada susu. Proses termisasi dimulai dengan preheating
mengalirkan fresh milk ke PHE dengan temperatur 600C. Selanjutnya aliran tersebut
memasuki homogenizer bertekanan 150/50 bar yang bertujuan untuk memecah globula
lemak menjadi partikel yang lebih kecil yang membuat susu homogen dan stabil.
Prinsipnya adalah susu dialirkan kedalam saluran yang sempit dengan tekanan cukup
tinggi yang akana menyebabkan partikel globula bertumbukan dan pecah sehingga
bentuknya lebih kecil. Setelah homogenisasi kembalin dilakukan heating sehingga
suhunya 800C pada PHE section 1.

3. Penyimpanan di Storage Tank


Setelah di termisasi fresh milk didinginkan dahulu sampai temperaturnya 40C
sebelum masuk Storage Tank. Di dalam Storage Tank, susu yang sudah di termisasi
dapat disimpan dengan maksimal waktu penyimpanan 36 jam sebelum di blending.
Untuk produk susu full cream tidak ditambahkan bahan tambahan apapun, sehingga
proses blending bertujuan untuk menstabilkan aliran susu sebelum masuk ke sterilisasi.

4. Sterilisasi
Proses Sterilisasi fresh milk dilakukan dengan cara indirect heating dengan
menggunakan sterilisasi TA (Tetra Therm Aseptic). TA flex ini digunakan proses
pasteurisasi dengan temperatur 124-1270C selama 4 detik. Mesin TA Flex terdiri dari
alat berupa THE (Tubular Heat Exchanger) indirect contact dimana susu dipasteurisasi
dengan menggunakan steam sehingga susu tidak berkontak langsung dengan media
pemanas. Fresh milk yang sudah disterilisasi kemudian didinginkan dan ditransfer ke
Aseptic tank sebelum akhirnya dipack dengan mesin filling.

5. Penyimpanan sementara dalam Aseptic Tank


Susu yang ditampung pada Aseptic Tank temperautrnya adalah 40C. Terdapat
sebuah Aseptic Tank yang memiliki kapasitas 6.000 liter. Di dalam aseptic tank tidak
boleh disimpan lebih dari 4 jam. Tahap selanjutnya adalah sampling produk oleh
departemen QC.
6. Filling dan Packaging
Untuk produk fresh milk berupa susu pasteurisasi, maka dalam pengemasannya
menggunakan mesin evergreen memiliki kecepatan sebesar 6000 pack/jam sementara
mesin. Mesin evergreen menggunakan sterilizer berupa udara heap, H2O2, dan alkohol.
Setelah proses filling, dilakukan pengodean pada pack dengan mesin video jet sesuai
dengan tanggal dan jam susu diproduksi. Beberapa pack susu selanjutnya di sampling
tiap jam untuk menguji parameter fisik dan kimianya, sementara yang lainnya langsung
di-pack dengan karton dan di simpan dalam gudang penyimpanan pada temperatur 2-
60C.

Diagram Alir Proses

Diagram alir proses pembuatan susu pasteurisasi dapat dilihat pada Lampiran3.

Peralatan Unit Pasteurisasi Susu

Dari berbagai macam peralatan pasteurisasi susu maka alat penukar panas (heat
exchanger) merupakan alat yang paling esensial dalam proses pasteurisasi karena tidak
saja digunakan untuk proses pemanasan susu juga untuk proses pendinginan susu awal
maupun pendinginan lanjut denga air es agar susu segera berada pada suhu 4 C dimana
semua kegiatan mikrobiologis dan enzymatic susu berhenti dan terhambat. Dikenal
berbagai tipe alat penukar panas, yaitu :
a. Plate Heat Exchanger (PHE)
Alat penukar panas ini terdiri dari lembar (plate) baja tahan karat (stainless steel)
yang telah dicetak dengan mesin press berdaya tinggi yang membentuk alur-alur dengan
motif tertentu yang dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan lembar baja dan
terjadinya turbulensi aliran cairan. Lembar-lembar baja ini disusun dengan jumlah
tertentu sesuai kebutuhan dalam suatu kerangka (frame) yang bisa menjepit susunan
lembar baja. Agar setiap pasangan lembar terdapat celah yang dapat dialiri cairan maka
disekeliling lembar terdapat parit guna meletakan pita karet yang terbuat dari bahan
yang tahan panas/dingin, tahan karat dan non toksis (food grade). Susunan PHE tersebut
dapat terdiri dari beberapa bagian (section), misalnya heating, cooling, regeneration, dll.
Dengan demikian terdapat 3 komponen yang menyusun PHE, yaitu :
a). Lembar baja tahan karat beralur (plate)
b). Rangka penyusun (frame)
c). Pita karet (gasket)
Kelebihannya :
Mudah dibersihkan
Pemindahan panas lebih efisien diatas 85 %
Mudah diperbesar kapasitasnya
Kekurangannya :
Investasinya mahal
Tidak/Belum dapat dibuat di dalam negeri
Jangka waktu pemesanan lama
Biaya perawatan tinggi

b. Tubular Heat Exchanger (THE)


Alat penukar panas ini konstruksinya lebih sederhana, yaitu terdiri dari pipa
(tunggal atau kelompok pipa) yang dialiri produk dan diluarnya terdapat pipa dengan
diameter yang lebih besar (jacketed) yang dialiri media pemanas atau pendingin (double
tube type THE). Sebelum diketemukan alat penukar panas PHE yang lebih kompak dan
dapat diproduksi secara masal , maka alat penukar panas THE telah lebih dahulu
digunakan. Perkembangan teknologi THE adalah diperkenalkannya Triple Tube THE
dimana pipa terdalam dialiri media pemanas/pendingin, pipa ditengah dialiri produk dan
pipa terluar dialiri media pemanas/pendingin lagi. Dengan sistem ini (dikembangkan
oleh Stork-Amsterdam) koefisien pemindahan panas THE meningkat. Perusahaan
manufaktur yang memproduksi THE ini antara lain : GEA Jerman, Stork Holland,
Alfa Laval Swedia. Untuk melakukan pilihan teknologi penukar panas apa yang
akan digunakan, dapat dilakukan perbandingan kelebihan maupun kekurangan dari PHE
dan THE, secara ringkas sbb.
Kelebihannya :
Investasinya lebih murah
Dapat difabrikasi di dalam negeri
Secara mikrobiologis lebih aman, karena tidak memakai gasket
Biaya Perawatan murah
Kekurangannya :
Koefisien pemidahan panas dibawah 85 %
Penambahan kapasitas lebih sulit

Unit Pasteurisasi Susu


Selanjutnya apabila kita tinjau peralatan pasteurisasi susu yang lengkap (complete
line) pada dasarnya terdiri dari berbagai macam unit , yaitu antara lain :
1. Tangki Penuang (Tipping Tank) Susu dari para peternak dalam wadah (grundy can)
dituangkan kedalam tangki penuang yang berada diluar ruang proses dan selanjutnya
dipindahkan dengan pompa transfer kedalam tangki penerima yang berada didalam
ruang proses.
2. Tangki Penerima (Receiving Tank) untuk menerima dan mencampur susu segar dari
para peternak. Tangki ini sering dilengkapi dengan agitator/pengaduk sehingga dapat
digunakan sebagai Tangki Pencampur (Mixing Tank).
3. Pompa Susu dari tangki penerima susu dipompakan menuju ke sistem pasteurisasi.
4. Saringan Susu (In-Line Filter) unit ini dimaksudkan untuk menyaring partikel-
partikel kotoran yang ada dalam susu maupun bahan kotoran lain yang terbawa.
5. Homogenizer, alat ini berfungsi untuk memecah globula lemak, sehingga lemak susu
akan tersebar merata didalam cairan susu dan tidak mudah memisah.
6. Pasteuriser (Tubular/Plate Pasteuriser) terdiri dari :
a. Pemanas susu (heater) memanaskan susu dengan air panas hingga 800C.
b. Regenarasi susu (Regenerator) memanaskan susu dari tangki pencampur dan
susu dari unit heater.
c. Flow Diversion Valve (FDV), memindahakan aliran susu ke holder secara
otomatis pada suhu susu yang telah ditetapkan (misalnya 80 C).
d. Penahan suhu (holder) mempertahankan suhu susu yang berasal dari heater
selama 15-16 detik.
e. Pendingin awal (cooler) mendinginkan susu yang datang dari regenerator dengan
air sumur.
f. Pendingin lanjut (chiller) mendinginkan susu yang datang dari cooler dgn air es
hingga suhu 4-8oc.
7. Tangki Penyimpanan (Storage Tank) , tangki berdinding rangkap dan diinsulasi
digunakan untuk menyimpan dan menjaga suhu susu 4 8C.
8. Pompa Transfer (Transfer Pump) pompa sentrifugal digunakan untuk memindahkan
susu dari tangki penyimpan ke tangki mesin pengisi susu.
9. Mesin Pengisi Gelas Plastik (Cup Filler & Sealer) untuk mengemas susu kedalam
gelas plastik kapasitas 180 200 ml dan menutup dengan plastik lembaran semi-
automatis atau fully automatis.
10. Boks Pendingin/Kamar Dingin (Display Cooler /Cold Room). Susu dalam kemasan
harus disimpan pada suhu rendah yaitu antara 4 8C.

Kebutuhan Mesin dan Peralatan

Seluruh kebutuhan peralatan yang digunakan untuk proses produksi susu


pasteurisasi dapat dilihat pada Lampiran 4.

UTILITAS PRODUKSI

Unit Pembangkit Tenaga Listrik

Unit pembangkit tenaga listrik merupakan pusat sarana yang digunakan untuk
menyuplai listrik pada peralatan motor berbasis tenaga listrik. Tenaga listrik yang
dibutuhkan untuk operasional pabrik dipenuhi dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan
Generator Set (Genset) dari perusahaan sebagai cadangan apabila terjadi kekurangan
pasokan listrik oleh PLN. Distribusi pemakaian listrik ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan pabrik berupa keperluan listrik alat dan mesin serta penerangan pabrik.
Kebutuhan listrik untuk setiap penggunaan pada peralatan proses dan utilitas dirinci
berdasarkan daya (power) dari setiap peralatan, sedangkan kebutuhan listrik untuk
penerangan pabrik dihitung berdasarkan kuat penerangan untuk tiap-tiap lokasi.
Kebutuhan listrik untuk perlatan yang digunakan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kebutuhan Listrik untuk Peralatan Proses
Kapasitas
No. Nama Alat
kW
1. Chain Conveyor 3
2. Aseptic tank 12
3. Blanding tank 22
4. Plate heat exchange 20
5. Storage tank 7,4
6. Evergreen 7,6
7. Homogenizer 4
8. Rotary vacum pump 3
9. CIP pump 1,5
10. CIP Milk Tank 4,6
11. High Pressure Homogenizer 7,6
12. THE 5
13. Video Jet 0,3
14. Conveyor belt 3
15. Utilitas :
16. Boiler (fire tube) 7,6
17. generator 24
18. Compressor 11
19. Chiller 7,6
20. Fume Hood 0.5
21. Incubator 5
22. milk hydrometer 0.5
23. Densitometer 0.5
24. Milk Analyzer 0.5
25. Komputer Set 2.5
26. Mesin Foto copy 3
27. Proyektor 0.5
TOTAL 159,2

Sarana Penunjang Produksi

Unit penunjang produksi merupakan fasilitas, tempat, atau sarana yang memiliki
pengaruh besar terhadap kelancaran suatu proses produksi. Dengan keberadaan utilitas
sebagai pelengkap sarana produksi, maka dapat diperoleh hasil produksi yang optimal
dan sesuai dengan kondisi operasi yang dikehendaki. Penunjang proses produksi susu,
pabrik membutuhkan sistem utilitas yang memadai. Sistem utilitas tersebut pun
membutuhkan bahan baku tertentu untuk setiap jenis utilitas. Utilitas tersebut antara lain:
Boiler, Generator (Genset), Compressor, Chiller, dan Water Treatment Plant. Beberapa
unit utilitas yang digunakan di pabrik pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi
diatas akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Boiler
Boiler merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menghasilkan steam
(uap) dalam berbagai keperluan. Air di dalam boiler dipanaskan oleh panas dari hasil
pembakaran bahan bakar (sumber panas lainnya), sehingga terjadi perpindahan panas
dari sumber panas tersebut ke air yang mengakibatkan air tersebut menjadi panas atau
berubah wujud menjadi uap. Air yang lebih panas memiliki berat jenis yang lebih rendah
dibanding dengan air yang lebih dingin, sehingga terjadi perubahan berat jenis air di
dalam boiler. Air yang memiliki berat jenis yang lebih kecil akan naik, dan sebaliknya
air yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi akan turun ke dasar (Djokosetyardjo
1990). Dalam proses pengolahan susu, diperlukan steam untuk mensterilkan susu dari
reception tank. Steam yang dibutuhkan ini dihasilkan oleh Boiler yang terdapat di Unit
Utility. Boiler untuk menghasilkan steam sebuah boiler berjenis fire tube boiler dengan
memiliki kapasitas 10 ton steam/jam.
Boiler tersebut membutuhkan bahan baku berupa soft water untuk menghasilkan
steam dan bahan bakar untuk menghasilkan panas. Bahan bakar yang biasa digunakan
adalah bahan-bakar minyak yaitu solar dan minyak residu. Dalam sehari kebutuhan
bahan bakar solar sekitar 2000 liter/hari untuk boiler.
Prinsip kerja dari mesin boiler ini adalah api atau gas panas hasil pembakaran
lewat kearah belakang boiler melalui furnace tube atau lorong api menuju ruang
pembalik (reversal chamber). Selain itu, gas panas juga melalui bagian dalam pipa-pipa
api dan bergerak kearah depan boiler sambil melepaskan panas kepada air yang berada
dibagian luar pipa-pipa api menuju front reversal chamber. Selanjutnya gas dari front
reversal chamber bergerak kearah belakang melalui bagian dalam pipa-pipa api sambil
menyerahkan panasnya kepada air sebelum meninggalkan boiler.

2. Generator (Genset)
Generator merupakan unit utilitas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
akan listrik. Dalam memenuhi kebutuhan listriknya, menggunakan listrik yang berasal
dari PLN maupun dari genset. Listrik dari PLN digunakan untuk memenuhui kebutuhan
listrik non produksi seperti kebutuhan listrik kantor, sementara untuk kebutuhan listrik
produksi digunakanlah listik yang dihasilkan genset. Terdapat 2 Genset di Unit Utility,
dimana masing-masing genset memiliki power sebesar 500kVA. Genset-Genset tersebut
membutukan 2000 liter solar/hari dan residu sebagai sumber tenaganya.

3. Compressor
Terdapat dua jenis compressor di Unit Utility, yaitu free-oil compressor dan non
free-oil compressor. Compressor dengan jenis non-free oil compressor adalah
compressor yang produknya berupa udara bertekanan yang kemudian dicampurkan
dengan minyak. Tekanan pada proses dibutuhkan pada tangki-tangki produksi dan
beberapa alat filling. Bahan baku yang dibutuhkan untuk non-free oil compressor adalah
minyak dan listrik. Sedangkan untuk free-oil compressor bahan baku yang dibutuhkan
adalah listrik saja.
4. Chiller
Chiller adalah alat yang digunakan untuk mendinginkan beberapa peralatan proses
seperti heat exchanger. Chiller mendinginkan soft water kemudian air tersebut dialirkan
melalaui pipa-pipa ke heat exchanger, dengan termperatur 0-30C . Bahan baku untuk
chiller itu sendiri agar dapat menghasilkan air dingin adalah Freon tipe R217, soft water
yang dihasilkan Water Treatment Plant, dan kebutuhan energi listrik dari Genset.
Adapun spesifikasi dan harga peralatan material handling dan utilitas dapat dilihat
pada Tabel 4.

Tabel 4 Spesifikasi dan Harga Material Handling dan Utilitas


No Jenis Mesin Spesifikasi Jumlah Harga (Rp)
1 Forklift diesel Kapasitas
1500 kg
Tinggi
pemindahan
3000-7000
120.000.000
mm
3 / satuan
Power 30 kw
mesin

2 Pallet Dimensi :
panjang 1200
mm, lebar
1000 mm,
tinggi 140 mm 100.000/
500
Entry type 4 satuan pallet
way

3 Trolley Kapasitas 300


kg
Castor 5
Berat 16 kg
300.000/
Dimensi :
3 satuan
panjang 907
trolley
mm, lebar 608
mm
4 Hydrolic hand pallet truck Kapasitas
2500 kg
Dimensi :
panjang 1100
mm, lebar 540
1.800.000/
mm 2
satuan alat

No Jenis Alat Keterangan Jumlah Harga


5 Electric reach trucks Kapasitas
1000 kg
Tinggi
pemindahan
3000 mm
Sumber energi
: DC motor
100.000.000
2 / satuan
mesin

6 Rotary vacum pump Kapasitas 280


liter
Tekanan 0,5
mbar
5.500.000/
Kecepatan
10 satuan
10m3/jam
mesin
7 CIP pump Laju alir 100
m3/jam
Kecepatan
rotasi 2900
10.000.000/
rpm
1 satuan
Power 22 kw
mesin

8 CIP milk tank Kapasitas


2000 liter
Laju alir 1000
liter/jam 5.500.000/
Power 4 kw 1 satuan
mesin

9 High pressure homogenizer Laju alir 500


liter/jam
Power 5,5 kw
Dimensi :
panjang 1000
mm, lebar 750 20.000.000/
mm, tinggi 1 satuan
1100 mm mesin

10 Stainless pipe for cold milk Ketebalan 20


mm
Diameter 50
mm
10.000.000/
15
ton
11 Hot rolled stainless steel pipe Ketebalan 60
mm
Diameter 80
mm
22.000.000/
15
ton

12 Boiler (fire tube) Kapasitas 10


ton/jam
Bahan bakar
solar
Power 380 V 150.000.000
Bahan bakar 1 / satuan
solar=2000 mesin
liter/hari

13 Generator Power 25 kva


Kecepatan
1500 rpm
Voltase 380 V
110.000.000
4 / satuan
mesin

14 Compressor Kapasitas 110


liter/menit
Power 0,6 kw
Kebisingan 50
6.000.000/
dB
2 satuan
Tank 9 liter
mesin
Voltase 220 V
15 Chiller Voltase 380 V
Power 30,2 kw
Laju air 16,3
m3/jam 150.000.000
Laju udara 1 / satuan
3
40000m /jam mesin
Kapasitas
pendingin 94,5
kw
16 Cooling tower Voltase 380 V
Power 7,5 kw
Input air 540C

80.000.000/
1 satuan
mesin

17 Filter tank Laju filtrasi 12


m/jam
Kecepatan
filter 15m/jam

10.000.000/
1 satuan
mesin

18 Softener tank Laju alir


masuk 20
7.000.000/
m/jam
1 satuan
Laju alir
mesin
proses 6
m/jam
19 Tanki anaerobic Diameter 15 m
Tinggi 15 m
Ketebalan 4
mm
Kapasitas
7000 m3 30.000.000/
1 satuan
mesin

20 Clarifier Kapasitas
2500 m3/jam
Diameter2213
00 mm
110.000.000
1 / satuan
mesin

Bahan Baku Water Treatment Plant


Untuk menyediakan kebutuhan air bersih untuk seluruh kegiatan proses maka
pengolahan air di kerjakan oleh Water Treatment Plant yang berisi cooling tower, filter
tank, dan softener tank. Produk yang dihasilkan alat-alat tersebut adalah chlorinated
water, soft water, dan product water. Product water adalah air yang digunakan untuk
proses seperti blending, chlorinated water digunakan untuk pembersihan alat-alat proses
seperti CIP, sedangkan soft water digunakan untuk peralatan proses seperti boiler. Bahan
baku yang dibutuhkan yaitu air sumur yang berasal dari dalam tanah. Selain itu, listrik
yang dibutuhkan juga disuplai dari genset karena lebih stabil dibanding dari PLN.
Air merupakan bahan baku utama dalam industri, sehingga kualitasnya harus tetap
dijaga agar menghasilkan produk-produk yang unggul. Kebutuhan air diperoleh dari
tanah yang diambil dari sumur bor (deep well) yang kedalamannya kurang lebih 100
meter sesuai dengan Surat Izin Pengambilan Air (SIPA) yang sah. Menurut hukum
untuk mnegambil air didalam tanah harus memiliki kedalaman 80-100 meter dari
permukaan tanah. Air dari tanah ini akan diolah menjadi beberapa jenis air yang akan
digunakan sesuai kebutuhan.

1. Water treatment plant


Beberapa tahapan yang dilakukan sebelum air digunakan untuk proses produksi
sebagai berikut :
1. Pre Filtrasi Proses filtrasi atau penyaringan menggunakan sand filter bertujuan
menyaring parikel-partikel suspended solid yang terdapat dalam air baku dengan
menggunakan media pasir silika (silica sand) dan gravel berbagai macam bentuk
dan disusun dengan ukuran tertentu.
2. Filtrasi I : Filtrasi I menggunakan catridge filter dengan tujuan menyaring
kotoran atau partikel yang masih lolos dari penyaring di sand filter.
3. Water Softener : Water softener bertujuan menghilangkan kesadahan yang
terdapat dalam air baku dengan menggunakan resin penukar ion (ion exchanger).
Kesadahan ini dapat menyebabkan terbebtuknya kerak bila air yang digunakan
berhubungan dengan suhu yang relatif tinggi.
4. Filtrasi II : Filtrasi II menggunakan catridge filter karena ada penambahan
softener sehingga dikhawatirkan ada partikel-partilel yang terkontaminasi.
5. Desinfeksi : Desinfeksi merupakan suatu proses untuk membunuh
mikroorganisme terutama mikroorganisme patogen. Proses desinfeksi yang
digunakan dalam instalasi pengolahan ini adalah dengan memberi bahan kimia
kaporit dan penyiraman sinar ultraviolet (UV).

2. Air yang dihasilkan di Water Treatment Plant


Beberapa macam air yang dihasilkan di Water Treatment Plant sebagai berikut:
Process Water : Process water di hasilkan untuk memenuhi kebutuhan air minum
karyawan, persediaan air di tempat blending atau percampuran bahan baku produk, dan
untuk mesin TA flex. Tahapan dalam pembuatan process water adalah dengan
menampung air dari storage tank ke dalam tangki sementara, kemudian di saring
menggunakan sand filter. Setelah itu dilakukan penjernihan menggunakan sinar UV dan
alat softener.

Chlorined Water : Air klorin atau chlorined water dihasilkan untuk pengolahan
limbah CIP (Cleaning In Place), toilet, cleaning room, decon room, pengairan tanaman,
wasteful, dan milking di farm. Tahapan dalam pembuatan chlorined
water dengan proses penyaringan menggunakan sand filter kemudian
dijernihkan menggunakan sinar UV dan alat softener. Air yang keluar dari sand filter
kemudian diijeksikan dengan calcium hipoclorit, lalu ditampung dalam storage tank.
Soft Water : Soft water dihasilkan untuk penggunaan genset, boiler, cooling tower,
dan ice water. Untuk menghasilkan soft water maka air dari storage tank dialirkan
melalui softener untuk menghilangkan kandungan logam magnesium dan kalsium.
Steam : Steam yang diperlukan untuk proses produksi berasal dari boiler dimana
steam yang panasnya sudah diserap, sebagian kembali dalam bentuk condensat dan
sebagian lagi terbuang. PT Murni Jaya mempunyai 2 perangkat boiler digunakan untuk
pembuatan hot water yang digunakan CIP, selain itu digunakan untuk pemanasan
produk dalam proses thermisasi dan sterilisasi baik direct maupun indirect.
Compressed Air : Yang dapat menghasilkan tekan digunakan compressed dengan
tekanan 7,5 bar. Berdasarkan mesin penghasilnya ada dua jenis compressed air yaitu
udara steril dan udara non steril. Udara steril dihasilkan dari oil free compressor yang
digunakan untuk proses produksi untuk mendorong aseptic tank ke filling machine
sedangkan udara non steril dihasilkan dari oil inject compressor yang digunakan untuk
menggerakan pneumatic di UHT dan filling.
Cool Water : Air dingin ini dihasilkan dari cooling tower dan mesin pendingin
choller. Untuk mendapatkan cool water, soft water dari tangki dialirkan ke cooling
tower yang berfungsi sebagai pre-cooling kemudian dialirkan ke dalam choller
yang memiliki tiga compressor. Agar terjadi proses pendinginan,air dilewatkan dalam
pipa yang bersinggungan denga pipa yang berisi HFC. Supaya air tidak membeku maka
diinjeksikan propylene glycol kedalamnya. Air yang keluar dari choller
memiliki temperature sekitar 4 C kemudian ditampung di storage tank dengan
mempertahankan suhu di dalamnya sebesar 1C.

QUALITY CONTROL DAN QUALITY ASSURANCE

Kramer dan Twigg (1983) dalam Asmaniadi (2012) menyatakan bahwa mutu
merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik (warna, tekstur,
rasa dan bau). Hal ini digunakan konsumen untuk memilih produk secara total.
Gatchallan (1989) dalam Asmaniadi (2012) berpendapat bahwa mutu dianggap sebagai
derajat penerimaan konsumen terhadap produk yang dikonsumsi berulang (seragam atau
konsisten dalam standar dan spesifikasi), terutama sifat organoleptiknya. Juran (1974)
dalam Asmaniadi (2012) menilai mutu sebagai kepuasan (kebutuhan dan harga) yang
didapatkan konsumen dari integritas produk yang dihasilkan produsen. Menurut Fardiaz
(1997) dalam Asmaniadi (2012) , mutu berdasarkan ISO/DIS 84021992 didefinsilkan
sebagai karakteristik menyeluruh dari suatu wujud apakah itu produk, kegiatan, proses,
organisasi atau manusia, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi
kebutuhan yang telah ditentukan.
Pada Tabel 5 disajikan standar kualitas dari bahan baku utama susu murni yang
harus selalu dipenuhi agar terciptanya konsistensi dari susu pasteurisasi yang dihasilkan.

Tabel 5 Standar Minimum Kualitas Bahan Baku Utama Susu


No Karakteristik Satuan Syarat
1 Berat Jenis ( pada suhu 20oC) g/ml 1,026
minimum
2 Kadar lemak minimum % 3,6
3 Kadar bahan kering tanpa % 8,5
lemak minimum
4 Kadar protein minimum % 3
5 Warna, bau, rasa, kekentalan - Tidak ada
perubahan
6 Derajat asam o
SH 6,0 7,5
7 pH - 6,3 6,8
8 Uji alkohol (70%) v/v - Negatif
9 Cemaran mikroba
maksimum : CFU/ml <5104
1. TPC CFU/ml <102
2. Coliform CFU/ml <5103
3. Psycotropic Bacteria Count
4. Total Spore Count CFU/ml <102

10 Jumlah sel somatis maksimum sel/ml 5105

11 Residu antibiotika - Negatif


12 Uji pemalsuan - Negatif
o
13 Titik beku C -0,520 sd -
0,560
14 Uji peroksida - Positif
15 Cemaran logam berat
maksimum:
1. Timbal ppm 0,1
2. Merkuri ppm 0,05
3. Arsen ppm 0,1

Selanjutnya pada Tabel 6 disajikan standar minimum dari susu pasteurisasi yang
akan dihasilkan.

Tabel 6 Standar Minimum Susu Pasteurisasi


No Karakteristik Satuan Syarat
o
1 Berat Jenis ( pada suhu 20 C) g/ml 1,027
minimum
2 Kadar lemak minimum % 3,5 3,7
3 Kadar bahan kering tanpa % 8,5
lemak minimum
4 Kadar protein minimum % 3
5 Warna, bau, rasa, kekentalan - Tidak ada
perubahan
6 Derajat asam o
SH 6,0 7,5
7 pH - 6,5 6,8
8 Uji alkohol (70%) v/v - Negatif
9 Cemaran mikroba maksimum :
1. TPC CFU/ml <103
2. Coliform CFU/ml <3
3. E. Coli CFU/ml <3
4. Screening test CFU/ml <10
5. Salmonella sp CFU/25 ml Negatif
6. S. Aureus CFU/ml <1
R
7. Listeria sp CFU/25 ml Negatif
anah
kerja
10 Shelf Life - 40 hari
o Quali
Suhu penyimpanan C <4
ty
11 Residu antibiotika - Negatif Assu
12 Uji pemalsuan - Negatif rance
o
13 Titik beku C -0,520 sd - 1. M
0,560 embu
14 Uji peroksida Ppm 0,5 at
15 Cemaran logam berat SOP
maksimum: terca
1. Timbal ppm Negatif ntum
2. Merkuri ppm Negatif dala
3. Arsen ppm Negatif m
doku
men
kontrol, keamanan pangan, dan dokumen pendukung dan dokumen eksternal.
2. Pelaksanaan audit internal yaitu memastikan pelaksanaan dan perencanaan produksi
dilaksanakan secara efektif dan sesuai kebutuhan.
3. Validasi proses
4. Audit Suplier
5. Keluhan Pelanggan
6. Produk release
7. Material Approval
8. Penarikan Produk
9. Audit Internal Halal
10. Penanganan produk return
11. Complain to Supplier
12. Pest Control
13. Audit GMP dan K3
Sistem Pengambilan Keputusan jika terjadi penyimpangan pada proses produksi
1. Organoleptik tidak sesuai standar : QA manager
2. Suhu Produk lebih tinggi dari standar : bagian produksi, QA manager
3. Fat/TS/SNF kurang dari standar : QA manager
4. Ketidaksesuaian pH : QA manager
5. Unsteril Product : QC Section Head, QA manager
6. Penyimpangan CCP : QC Section Head, QA manager, Bagian Produksi
7. Material tidak sesuai spesifikasi : QA manager
8. Stok Fresh Milk kurang : Production Man.

Pengendalian Mutu Air

Pengendalian mutu terhadap air dilakukan dengan cara pemeriksaan 100 persen
terhadap setiap tangki penampungan air. Uji dilakukan sesuai dengan standar industri
untuk air minuman. Apabila ada satu parameter yang menyimpang maka akan dilakukan
penolakan. Parameter uji dan standar air disajikan pada Tabel 7 (Dwi 1991).

Tabel 7 Standar Mutu Air Bahan Baku Industri Minuman


Parameter mutu Standar
Warna Jernih
Kesadahan 2 4 dH
pH 6.5 8.5
Klorin maks. 8 ppm
Cloride (Cl-) maks. 100 ppm
Rasa dan bau Normal
Fe, Mn, Pt, Cu tidak ternyata

Metode Sanitasi dan Hygiene

a. Ruangan Produksi
Ruangan produksi harus selalu dalam keadaan bersih dan rapi. Dari segi tata letak,
ruang produksi harus cukup luas dan mudah dibersihkan. Lantainya dibuat dari bahan
kedap air, rata, halus tetapi tidak licin, kuat, dan dibuat miring untuk memudahkan
pengaliran air. Dinding juga dibuat dari bahan kedap air minimal dua meter, rata, halus,
berwarna terang, dan harus selalu bersih. Konstruksi langit-langit harus didisain dengan
baik untuk mencegah penumpukan debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan,
bersarangnya hama, memperkecil terjadinya kondensasi, serta harus selalu dalam
keadaan bersih dari debu, sarang laba-laba dan kotoran lainnya. Pintu, jendela dan
lubang angin harus terbuat dari bahan yang tahan lama, tidak mudah pecah, berwarna
terang dan mudah dibersihkan. Pintu, jendela dan lubang angin harus dilengkapi kawat
kasa yang bisa dilepas untuk pembersihan. Pintu harus dapat menutup sendiri sehingga
selalu dalam keadaan tertutup. Lubang angin harus cukup, sehingga udara segar selalu
mengalir di ruang produksi.
Ruangan produksi harus cukup terang sehingga pekerja dapat mengerjakan
tugasnya dengan teliti. Di ruang produksi harus ada tempat untuk mencuci tangan yang
selalu dalam keadaan bersih serta dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya. Selain itu,
di ruang produksi juga harus tersedia perlengkapan P3K.

b. Peralatan Produksi
Peralatan produksi harus terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat, mudah
dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan. Permukaan yang kontak langsung
dengan susu seharusnya halus, tidak bercelah, tidak mengelupas dan tidak menyerap air.
Peralatan harus didesinfeksi sebelum penggunaan dan kapanpun bila ada kemungkinan
kontaminasi. Cara membersihkan peralatan produksi yaitu dibilas dengan air bersuhu
850C. Selanjutnya dicuci dengan deterjen hingga seluruh permukaan peralatan bersih.
Kemudian dibilas dengan air dingin berstandar air minum hingga permukaan bersih dari
deterjen.
Desinfeksi peralatan pemerahan harus dilakukan dengan beberapa aturan sebagai
berikut :
Penguapan. Penguapan harus dilakukan 10-15 menit setelah suhu penguapan di
atas 850C
Air panas. Air panas dengan suhu 800C digunakan tidak kurang dari 20 menit
dan pada pembersihan dengan metode sirkulasi digunakan air panas dengan suhu
850C selama 15 menit.
Deterjen/desinfeksi digunakan sebagai bagian dari proses pembersihan pada suhu
antara 45-600 atau sesuai dengan aturan pembersihannya untuk saluran-saluran
susu, tangki penyimpanan dan tangki-tangki lainnya.
Permukaan peralatan harus selalu dalam keadaan bersih baik bagian luar ataupun
bagian dalam yang akan bersinggungan/kontak dengan susu yang dicirikan dengan tidak
ada bau dari produk yang membusuk, permukaan halus dan bersih, dan permukaan tidak
belang-belang karena lidah air. Ruangan filling harus disediakan larutan Chlorine di
pintu masuk dimana sepatu/boot karyawan harus dibersihkan (footbath). Lampu Ultra
Violet juga harus selalu dinyalakan terutama di malam hari. Alat sanitasi seperti sikat,
pel, deterjen dan bahan sanitasi harus tersedia dan terawat dengan baik. Kemudian harus
ada karyawan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pembersihan, pencucian dan
pencucihamaan.
Fasilitas dan kegiatan hygiene/sanitasi diperlukan untuk menjamin agar bangunan
dan peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah terjadinya kontaminasi silang
dari karyawan.

c. Personal Hygiene Karyawan


Beberapa hal yang harus dilakukan oleh karyawan dalam menangani susu yaitu
sebagai berikut :
Pemeriksaan Kesehatan
Sebelum seseorang diterima sebagai karyawan, akan diadakan pemeriksaan
kesehatan orang tersebut. Pemeriksaan kesehatan bagi seluruh karyawan sebaiknya
dilakukan minimal setiap tahun agar dari hasil pemeriksaan tersebut, karyawan yang
terkena penyakit dapat diobati terlebih dahulu sebelum dipekerjakan kembali.
Kebersihan Tangan dan Jari Tangan
Tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang vital untuk mengerjakan sesuatu
dalam mengolah susu dan melalui tangan pula susu banyak terkontaminasi. Oleh karena
itu, kebersihan perlu mendapatkan prioritas tinggi. Setiap akan masuk ke ruang produksi,
karyawan wajib mencuci tangan dengan sabun dan dikeringkan dengan tisu atau mesin
pengering tangan.
Karyawan tidak boleh mengenakan cincin, jam tangan dan berkuku panjang. Hal
ini disebabkan adanya kemungkinan besar ketiga hal tersebut jatuh atau tercampur
dengan prduk.
Kesehatan Rambut
Pencucian rambut dilaksanakan secara teratur karena rambut yang kotor akan
menimbulkan rasa gatal pada kulit yang dapat mendorong karyawan untuk
menggaruknya dan dapat mengakibatkan kotoran-kotoran dari kepala jatuh beterbangan
ke dalam produk serta menyebabkan kuku menjadi kotor. Pada saat bekerja, karyawan
harus menggunakan tutup kepala (hair cap).
Kebersihan Hidung
Selama bekerja diusahakan jangan mengorek hidung karena pada hidung manusia
terdapat banyak sekali bakteri. Dalam keadaan terpaksa, pergunakan sapu tangan atau
tisu yang langsung dapat dibuang. Setelah itu, tangan harus dicuci. Apabila bersin,
hidung harus ditutup dengan sapu tangan sambil wajah dipalingkan dari produk untuk
menghindari bakteri-bakteri yang berasal dari hidung.
Kebersihan Mulut dan Gigi
Dalam rongga mulut terdapat banyak sekali bakteri, terutama pada gigi yang
berlubang. Apabila ada makanan yang terselip di antara gigi, jangan sekali-kali
membersihkannya dengan jari tangan, tetapi gunakan tusuk gigi. Membersihkan gigi
jangan pada saat pemrosesan produk. Periksakanlan gigi secara teratur ke poliklinik gigi.
Pada saat batuk, mulut harus ditutup dengan tisu dan wajah dialihkan dari arah produk.
Kebersihan Telinga
Lubang telinga sebaiknya dibersihkan secara teratur karena kalau kotor akan
membuat telinga menjadi kotor dan gatal serta mendorong seseorang memasukkan jari-
jari tangannya ke lubang telinga.
Pakaian Karyawan
Pakaian yang digunakan di ruangan produksi harus pakaian khusus. Seragam
karyawan harus diganti setiap hari karena pakaian kotor merupakan tempat bersarangnya
bakteri. Pakaian harus bisa melindung tubuh sewaktu pemrosesan produk, mudah dicuci,
berwarna terang, terbuat dari bahan yang kuat, dapat menyerap keringat, tidak panas dan
ukuran yang tidak begitu ketat.
Sepatu Karyawan
Sepatu yang digunakan karyawan adalah sepatu kerja, artinya haknya pendek,
tidak licin, ringan dan enak dipakai. Apabila sepatu yang digunakan karyawan kurang
nyaman maka karyawan akan cepat lelah. Hal ini dapat menyebabkan nilai standar
hygiene menurun.
Dengan standar hygiene personal yang tinggi, seorang karyawan dapat menyadari
bahwa yang dilakukannya adalah menyangkut kesehatan orang banyak dan dalam hal ini
telah dapat mencegah dan mengurangi salah satu sebab terjadinya keracunan makanan.
Terlebih lagi produk yang dihasilkan adalah susu pasteurisasi yang sangat rentan dengan
kondisi maupun umur simpan jika terjadi kontaminasi saat proses berlangsung.

KEBUTUHAN RUANG PRODUKSI

Diagram Keterkaitan Aktivitas

Penentuan ruangan sangat dipengaruhi oleh tahapan proses produksi. Beberapa


proses dikerjakan diruangan yang berbeda, sehingga akan ada beberapa ruangan yang
menunjang proses produksi. Selain ruangan yang digunakan untuk proses produksi juga
terdapat bebrapa ruangan yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi, seperti ruang kantor
untuk pusat pertukaran data, ruang untuk pegawai, toilet, dan sarana lain yang juga tidak
kalah penting. Diagram keterkaitan aktivitas akan menggambarkan derajat keterkaitan
aktivitas letak suatu ruangan dalam industri. Dengan menentukan derajat keterkaitan ini
maka akan lebih mudah untuk menentukan letak ruangan-ruanagan tersebut dengan
lebih efektif.
Beberapa ruangan yang akan dipertimbangkan keterkaitannya adalah kantor
bagian administrasi, gudang bahan baku, ruang produksi, laboratorium, ruang kontrol air
dan listrik, ruang boiler gudang produk, ruang untuk pengolahan limbah, bengkel mesin
dan kendaraan, toilet, dan ruang untuk parkir dan halaman. Setelah menentukan ruangan
yang akan digunakan, maka nilai keterkaitan dapat dilihat pada Total Closeness Rating
(TCR) dan Tabel perhitungan keterkaitan antar aktivitas pada Tabel 8. Diagram
Keterkaitan Antar Aktivitas dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 8 Perhitungan Keterkaitan Antar Aktivitas


4 4
UT 3 3 31 31 31 31 31 31 31 31 31 189
KU 34 34 3 1
3 1
3 1
3 1
3 1
3 1
3 1
31 31 189
PA 34 34 31 31 31 31 31 31 31 31 31 189
RP 31 31 3 1
3 4
3 4
3 2
3 1
3 0
3 0
31 31 199
RF 34 31 31 31 34 33 31 30 30 31 31 208
RD 34 34 3 1
3 1
3 1
3 1
3 1
3 0
3 0
31 31 185
GG 31 33 32 31 31 31 31 31 31 31 31 63
Kr 31 31 31 31 31 31 31 30 30 30 30 25
PLC 30 31 3 0
3 0
3 0
3 1
3 1
3 1
3 0
30 30 19
PLP 30 30 31 30 30 30 31 31 31 30 30 19
P 30 30 3 0
3 1
3 1
3 1
3 1
3 1
3 0
30 32 29
K 33 30 30 30 31 31 31 31 31 31 31 51

1. Utilitas harus berdekatan dengan kantor utilitas. Kantor utilitas dibuat di dalam
ruang utilitas, dengan suasana kedap suara. Kantor utilitas diperuntukkan bagi
operator utilitas.
2. Pengolahan air berdekatan dengan kantor utilitas, pengolahan air merupakan ranah
utilitas dan kantor utilitas berada di dalam ruang utilitas.
3. Pengolahan air merupakan bagian dari utilitas, meskipun berada di luar ruang utilitas
namun pengolahan air ini berada tepat disebelah ruang utilitas.
4. Ruang proses harus berdekatan dengan ruang filling, karena filling merupakan
proses lanjut setelah produk jadi dan siap dikemas.
5. Ruang proses harus berdekatan dengan ruang R&D, hal ini berkenaan dengan proses
pengecekan sampel produk yang merupakan ranah dari R&D.
6. Ruang filling juga harus berdekatan dengan R&D, saat produk jadi (sudah dikemas)
diambil sampel untuk diuji secara fisik, kimia, mikrobiologi di lab R&D.
7. Ruang filling di buat berdekatan dengan gudang karena, setelah produk dikemas
kemudian disimpan di dalam gudang penyimpanan produk.
8. Pada proses ini, produk susu setelah melalui proses produksi harus segera dikemas
dan segera disimpan di gudang penyimpanan.
9. Kantin dibuat berdekatan dengan tampat pakir, supaya mudah dijangkau dan
memudahkan mobilitas para pegawai saat jam istirahat (makan siang).

Kebutuhan Luas Ruang Pabrik Susu dan Penentuan Luas Ruang

1. Gudang
Produk susu pasteurisasi dikemas dalam kemasan 1 liter. Kemudian dikemas lagi
dalam karton. Kemasan susu 1 liter diperkirakan memiliki panjang 15 cm, lebar 8
cm, dan tinggi 30 cm. Kemudian dalam 1 karton dikemas 12 pcs kemasan susu 1
liter , sehingga kebutuhan luas tiap kartonnya adalah 15 18 12 = 0,324 m2
Kapasitas produksi 4.500 l / jam, sehingga dalam 8 jam kerja menghasilkan 36.000
liter susu / hari = 36.000 pcs / hari.
Jumlah karton : 36.000 / 12 = 3.000
Sehingga jumlah tumpukannya : 3.000 / 6 (maksimal tumpukan) = 500 tumpukan.
Dalam gudang juga terdapat forklift dan palet sehingga, luasan forklift = 2 (3,6
4,2 4) 1,4 = 12,096 m2
Jika luasan tiap palet yang dipakai adalah 1,2 1,2 0,13 m, luas palet : 1,2 1,2 =
2,016 m2 maka palet dapat memuat 2,016 / 0,324 = 6 karton
Jumlah palet yang digunakan : 500 / 6 = 83,3 = 84 palet
Sehingga luas keseluruhan palet : 84 2,016 1,4 = 237,08 m2
Luas keseluruhan gudang yang diperlukan adalah : 12,096 + 237,08 = 249,176 m2.

2. Ruang Proses
Storage tank
Terdapat 2 alat dan 1 operator sehingga luas yang dibutuhkan untuk storage tank :
(( 2,3 2,3) + (5 0,2) + (7,3 2)) 2 =
( 5 + 1 + 14,6) 2 = 20,89 1,4 = 29,246 m2
Reception tank
Terdapat 3 alat dan 1 operator sehingga luas yang dibutuhkan untuk reception tank :
(( 2,4 2,4) + (5 0,2) + (7,4 1,5)) 3 =
( 5,76 + 1 + 11,1) 3 = 53,58 1,4 = 75,012 m2
PHE
Terdapat 3 alat dan 1 operator sehingga luas yang dibutuhkan untuk PHE :
((2,3 2,3) + (5 0,2) + (7,3 1,5)) 3 =
( 5,29 + 1 + 10,95 ) 3 = 51,72 1,4 = 72,408 m2
Aceptic tank
Terdapat 2 alat dan 1 operator sehingga luas yang dibutuhkan untuk aceptic tank :
(( 2,4 2,4) + (5 0,2) + (7,4 1,5)) 1 =
( 5,76 + 1 + 11,1) = 17,86 1,4 = 25,004 m2
Filling
Terdapat 2 mesin filling dan 2 buah konveyor serta 2 operator, kebutuhan luas
ruangnya sebagai berikut :
( 2 (2 2) + 2(50,15) + 2(71)) 1,4 = 32,9 m2
Jadi total luas ruang proses adalah 29,246 + 75,012 + 72,408 + 25,004+32,9 =
234,57 m2.

3. Utilitas
Pada utilitas terdapat 3 buah genset, kantor, dan 2 buah boiler serta 5 operator
sehingga kebutuhan luas ruangnya adalah :
( 3 (2,4 1,2) + 3 (2,4 1,2) + 2 (5 2) + 2 (5 2)) 1,4 = 80,192 + (6 5 1,4) =
122,192 m2.

4. Ruang R&D
(9 8) 1,4 = 100,8 m2.

5. Kantor
(15 10) 1,4 = 210 m2.

6. Kantin
(3 7) 1,4 = 29,4 m2.

7. Pengolahan air
(5 8) 1,4 = 56 m2.

8. Pengolahan limbah padat


(6 10) 1,4 = 84 m2.

9. Pengolahan limbah cair


(45 40) 1,4 = 2520 m2.

10. Parkir
(20 15) 1,4 = 420 m2
Jadi kebutuhan luas pabrik secara keseluruhan adalah 249,176+234,57 + 122,192 +
100,8 + 210 + 29,4 + 56 + 84 + 2520 + 420 = 4026,138 m2
Dengan asumsi kelonggaran 140%.

Template area produksi susu uht dan pateurisasi (template : 10 m2)


1. Gudang
2. Ruang proses
3. Utilitas
4. Filling
5. R&D
6. Kantor
7. Kantin
8. Pengolahan air
9. Pengolahan limbah padat
10. Pengolahan limbah cair
11. Park

5
1 1 1 5 5 5 8 8
1 1 1 1 1 5 5 5 8 8
1 1 1 1 1 5 5 5 8 8
1 1 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 3 3 3
1 1 2 2 2 2 2 3 3 3
1 1 2 2 2 2 2 3 3 3
1 1 4 4 6 6 6 3 3 3
1 1 4 4 6 6 6 3
6 6 6 6
6 6 6 6
6 6 6 6
6 6 6 7 7
11 11 11 11 11 11 11 7
11 11 11 11 11 11 11
11 11 11 11 11 11 11
11 11 11 11 11 11 11
11 11 11 11 11 11 11
11 11 11 11 11 11 11

9 9 9 10 10 10 10 10 10 10
9 9 9 10 10 10 10 10 10 10
9 9 9 10 10 10 10 10 10 10
Gambar 3 Denah Pabrik Susu Pasteurisasi
HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT DAN ORGANISASI

Human Resource Development merupakan salah satu bagian struktur dari suatu
organisasi baik organisasi formal ataupun informal yang bertanggung jawab dalam
perkembangan sumberdaya manusia untuk meningkatkan kinerja dari kolega yang
berkecimpung di dalamnya. Dalam perkembangannya HRD mempunyai fungsi fungsi
dan peranan yang lain lagi, sesuai dengan kesepakatan organisasi ataupun kesepakatan
anggota HRD. Kualitas kinerja atau kualitas dari perusahaan tersebut bergantung dari
kegiatan yang dilakukan oleh HRD, walaupun peranan komponen yang lainpun
merupakan salah satu faktor yang mendukung tercapainya tujuan dari perusahaan, akan
tetapi peraturan dan kegiatan dari HRD adalah salah satu dorongan penting dalam
perkembangan kinerja pekerja.
Membangun kondisi yang kondusif dalam sutu perusahaan akan membangun
keadaan kerja yang nyaman, hal ini juga akan mempengaruhi, baik secara psikis dan
rohani terhadap kinerja karyawan biasa maupun para petinggi yang berada di dalam
suatu institusi. Peranan dari staf tertinggi dsampai karyawan biasa merupakan suatu
kesinerginasan yang harus terus dibangun, kemudian harus terus dipertahankan, apabila
menginginkan organisasi ataupun institusi tersebut tetap bertahan atau tetap berada
dalam kondisi yang kondusif. HRD juga merupakan bagian dari struktur organisasi yang
dianggap sebagai pemonitor dan pengawas kinerja pekerja, akan tetapi juga dianggap
sebagai motivator dan konjungtor dalam suatu organisasi. Peranan yang tidak berfungsi
baik atau bahkan tidak terdapatnya HRD dalam organisasi, dapat dikatakan perusahaan
tersebut tidak dapat mengatur dan tidak dapat memahami karakteristik dari karyawan
dan pekerja lainnya yang berimbas kepada tatanan hubungan antar pegawai.
Perumusan fungsi HRD dalam suatu organisasi bergantung kepada keperluan yang
ada dalam perusahaan atau organisasi. Dalam perusahaan susu pasteurisasi fungsi dari
HRD adalah perekrutan pekerja, hubungan antar staf, hubungan masyarakat,
peningkatan etos kerja pekerja, merancang struktur organisasi. Dalam kegiatan ini HRD
mempunyai kewenangan dalam penentuan karyawan yang diterima sesuai dengan visi
dan misi perusahaan, sehingga dari awal penentuan pekerja sudah memenuhi kriteria
yang diiinginkan. Dari kriteria tersebut, dapat dengan mudah HRD dalam pengontrolan
dan pengawasan pekerja, sehingga dalam peningkatan etos kerja dapat dengan mudah
dibentuk. Selain itu, HRD berfungsi sebagai penghubung antar staf tertinggi dalam
perusahaan dengan staf-staf yang berada dibawahnya, ataupun hubungan antar staf di
dalam departemen. HRD dapat menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan dan
karakteristik pekerja tersebut, sebagai contoh pekerja dengan lulusan S1 teknik kimia,
dengan kemampuan analisis yang baik, maka penempatan yang baik berada dalam QC,
atau dalam proses pengolahan. Fungsi lain dari HRD adalah berhubungan dengan
masyarakat, pemerintah dan organisasi lainnya, seperti hubungan antara perusahaan
dengan institusi perguruan tinggi dalam menyelesaikan masalah perusahaan. Kemudian
peningkatan etos kerja dari pekerja atau upgrading pekerja, dan merancang struktur
organisasi sesuai dengan kesepakatan dengan semua komponen di dalam perusahaan.
Perekrutan Karyawan

Perekrutan pekerja adalah hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan pekerja
yang sesuai dengan perusahaan. Hal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi
karakteristik pekerja yang diinginkan. Perusahaan susu pasteurisasi menginginkan
pekerja yang dapat bekerja keras, dan bekerja sama dalam bekerja di perusahaan.
Perekrutan yang diinginkan perusahaan dibagi sesuai dengan kebutuhan departemen di
dalam perusahaan sebagai contoh, persyaratan karyawan proses produksi :
Tingkat pendidikan min SMA
Umur 19-30 tahun
Berbahasa Indonesia baik dan sopan
Berperilaku santun
Bekerja keras
Tidak pernah melakukan tindakan kriminal ( rekomendasi surat SKCK)
Mematuhi segala peraturan diperusahaan
Persyaratan Kepala bagian proses:
Tingkat pendidikan min S1 jurusan teknik industri, teknik kimia, teknologi
Industry
Umur 25-40 tahun
Dapat berbahasa Inggris aktif (TOEFL min 550)
Berbahasa Indonesia baik dan sopan
Berperilaku santun
Bekerja keras
Tidak pernah melakukan tindakan kriminal (rekomendasi surat SKCK)
Mematuhi segala peraturan diperusahaan
Perekrutan tersebut adalah kesepakatan yang telah diambil dari hasil mufakat
dalam lingkup perusahaan. Setelah melakukan persyaratan bagi pekerja, kemudian HRD
menyeleksi para pekerja yang dibutuhkan dengan bantuan staf lainnya yang
berkecimpung dalam departemen tersebut. Bantuan dari staf departemen berfungsi
sebagai kontrol karyawan yang benar benar dibutuhkan departemen tersebut secara
detail. HRD hanya mengarahkan calon pekerja sehingga dapat terlihat sifat dan
karakteristik secara umum.
Setelah perekrutan dan penyeleksian, HRD juga menerima rekomendasi pekerja
yang akan dinaikkan jabatannya maupun rekomendasi pemberhentian pekerja dari staf
kepala departemen. Kemudian HRD dan staf kepala lainnya akan mendiskusikan hal
tersebut, sehingga dapat tercapai suatu kesepakatan dan hasil mufakat. Selain
pemberhentian dan pengangkatan HRD juga menerima transfer departemen, staf yang
direkomendasi merupakan staf yang telah diamati kinerjanya oleh kepala departemen,
sehingga dapat direkomendasikan ke HRD. Pekerja merupakan masalah yang penting
dalam perkembangan perusahaan, pemilihan pekerja yang salah akan mempengaruhi
aspek aspek dari perusahaan.
Kebutuhan akan karyawan sangat berpengaruh dalam pelaksanaan kegiatan proses
produksi, kekurangan karyawan atau stff akan menimbulkan masalah seperti tidak
optimalnya dalam melakukan pekerjaan, sehingga akan mengganggu proses kegiatan.
Begitu pula apabila terjadi kelebihan karyawan, akan terjadi idle karyawan, banyak
karyawan yang akan menganggur tidak melakukan kegiatan, sehingga menimbulkan
masalah dalam pembagian tugas. Dari masalah tersebut perekrutan karyawan haruslah
efektif dan efisien. Efektif sesuai dengan keahlian karyawan tersebut, dan efisien sesuai
dengan kebutuhan pabrik. Berikut kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Jumlah kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja

Hubungan Internal Perusahaan

Hubungan antar departemen dalam suatu perusahaan harus dijalin dengan baik dan
harus mempunyai komitmen saling membantu dan menghargai setiap pekerja yang
dilakukan. Begitu pula dengan hubungan antar staf dalam suatu depatemen. Hal ini juga
berpengaruh dalam kinerja perusahaan, sehingga perusahaan harus mempunyai
peraturan yang mengikat dan rambu rambu dalam perusahaan untuk menjaga
konsisitensi kinerja dan konsisitensi hubungan antar pekerja. Peraturan yang dibuat tidak
membatasi pekerja, sehingga tidak terkesan kaku dan tidak mengganggu stabilitas
pekerjaan. Peraturan sebagai contoh:
Saling mengahragai pekerjaan pekerja
Bertutur kata sopan dan santun antar pekerja
Saling bertegur sapa, senyum, salam saat bertemu
Saling membantu dalam pekerjaan sesuai dengan keahlian dan tugas masing-
masing pekerja
Setiap pekerja mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam melakukan
pekerjaan
Setiap pekerja mempunyai hak berbicara dan menyampaikan pendapat

Peraturan ini tidak akan menghambat kerja dari pekerja melainkan akan
meningkatakan kerja dari pekerja, karena tidak terdapat sekat pembatas antar kepala dan
pekerja, hak dan kewajiban yang sama dalam memngungkapkan pendapat akan menjadi
pegangan untuk HRD. Peraturan ini juga dimaksudkan untuk menciptakan rasa
memiliki perusahaan dari setiap pekerja. Apabila rasa memiliki sudah tertanam dalam
benak pekerja, maka dalam melakukan pekerjaan tidak dilandasi oleh rasa terpaksa
melainkan dengan rasa bahagia. Kondisi yang nyaman dalam perusahaan menciptakan
ruang pekerja dalam melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik. Apabila tidak terdapat
peraturan yang mengikat dan sifatnya keluarga, maka kondisi yang diinginkan
perusahaan tidak akan tercapai.
Hubungan dalam industri harus diciptakan sedemikian rupa dengan konsekuensi
negatif yang sangat kecil untuk melindungi stabilitas perusahaan, hubungan dalam
industri juga berkaitan dengan hubungan proker dari HRD dalam peningkatan etos keja
maupun kegiatan yang berhubungan dengan kerja sama dalam departemen atau antar
departemen sebagai contoh mengadakan pertandingan futsal setiap satu semester sekali
atau perlombaan pada bulan agustus yang bertujuan menjaga kekompakan dalam
departemen tersebut.

Hubungan Luar Industri

Suatu perusahaan berdiri dalam suatu lokasi yang keberadaannya berdampingan


dengan suatu ekosistem maupun berdekatan dengan masyarakat sekitar. Dengan kondisi
seperti itu, perusahaan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi dan aspek
keuntungan saja, melainkan ada pula aspek-aspek non komersial dan aspek non proses
yang mempengaruhi keberadaan industri tersebut. Banyak perusahaan yang berada
dalam lingkup masyarakat dan berdampingan dengan pemukiman penduduk, walaupun
tak jarang juga perusahaan yang berada jauh diluar pemukiman. Keberadaan perusahaan
atau industri dalam kenyataanya akan mempengaruhi lingkungan disekitarnya, baik
dampak positif maupun dampak negatif. Tidak jarang keberadaan perusahaan dianggap
sebagai sumber masalah ataupun sumber perubahaan kondisi disekitar perusahaan atau
industri tersebut, sehingga perusahaan harus mempunyai wadah tersendiri untuk
mengatasi keadaan tersebut.
Hubungan dengan masyarakat wajib hukumnya apabila mendirikan suatu institusi
perusahaan. Perusahaan susu pasteurisasi juga mempunyai fungsi tersebut yang
dibebankan kepada HRD. Tugas dari HRD sendiri sebagai penghubung atau
penyambung lidah antara warga disekitar perusahaan dengan pihak industri. Keadaan
seperti ini mutlak ada untuk mencegah terjadinya penyimpangan, seperti pencemaran
yang mencemari lingkungan sekitar, dengan sosialisasi yang baik dan musyawarah yang
baik, akan menciptakan hubungan yang baik pula, atau bahkan pihak warga dan
perusahaan dapat menjalin kerjasama dalam kemajuan desa maupun industri tersebut.
Selain masyarakat perusahaan yang terletak disuatu lokasi, berhubungan juga dengan
pemerintah dimana lokasi tersebut berada. Hubungan dengan pemerintah dapat dalam
bentuk kerjasama, ataupun hubungan yang berkaitan dengan finansial, dan lingkungan.
Hubungan kerjasama antara lain seperti perusahaan membeli bahan baku komoditi dari
pemerintah, atau hubungan finansial berkaitan dengan perpajakan, sedangkan kaitannya
dengan lingkungan seperti pengecekan limbah yang timbul dari perusahaan tersebut
yang kemudian pemerintah membantu mengatasi masalah yang timbul. Pemerintah
berhak mencabut ijin berdirinya perusahaan tersebut diatas wilayah daerahnya, dengan
beberapa peraturan yang mengikat. Peraturan tersebut harus dipatuhi oleh setiap
perusahaan yang berdiri diatas tanah tersebut, hal ini juga berlaku kepada perusahaan
susu pasteurisasi.
Selain kerjasama dan undang undang, perusahaan dan pemerintah juga
bekerjasama dalam administrasi, sebagai contoh perusahaan pengalengan mengimport
barang dari luar negeri seperti alumunium dengan bantuan birokrasi pemerintah, ijin
membeli dan ijin kuota import barang. Perusahaan juga dibantu oleh pemerintah
berkaitan dengan masalah lingkungan, dari pemerintah melalui BLH (Badan
Lingkungan Hidup) memantau kegiatan perusahaan, dan menganalisis kerusakan yang
timbul akibat kegiatan perusahaan. Perusahaan juga dapat bekerjasama dengan institusi
pendidikan, hubungan ini akan saling menguntungkan, dimana institusi pendidikan
melalui mahasiswanya akan mengkaji kemungkinan kemungkinan hal yang dapat
diperbaiki dari perusahaan tersebut, dan dapat merekomendasikan proses dari kajian
yang dilakukan sehingga perusahaan dapat meningkatkan kualitas dari industri tersebut.
Kerjasama ini dapat pula meningkatkan keahlian dari mahasiswa dan dapat pula
menerapkan ilmu yang telah dipelajari didalam kegiatan perkuliahan, sehingga tercipta
kesinergisan yang baik antara perusahaan dan pemerintah. Kegiatan tersebut juga dapat
dilakukan dengan organisasi masyarakat dan organisasi kebudayaan masyarakat.
Organisai masyarakat contohnya, organisasi keagamaan, organisasi ini dapat pula
bekerjasama dalam meningkatkan jiwa spiritual pekerja, sehingga pekerja merasa
nyaman hatinya dalam melakukan pekerjaan.

Penjadwalan dan Struktur Organisasi

HRD berfungsi pula dalam menjadwalkan kegiatan yang dilakukan perusahaan,


penjadwalan berkaitan dengan waktu kerja yang dilakukan pekerja, hari dalam seminggu
untuk waktu bekerja dan pengelompokan anggota dalam satu shift pekerjaan. Hal ini
perlu dilakukan untuk memperjelas kegiatan yang dilakukan kegiatan. Berikut adalah
kegiatan atau jadwal waktu bekerja efektif. Pembagian waktu kerja (shift) karyawan
dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jadwal Kerja Karyawan


Pembagian shift tersebut dimasudkan bahwa jadwal kegiatan pekerjaan dilakukan
dalam 3 sesi. Sesi pertama dilakukan pada pagi hari dari jam 7 pagi hingga pukul 3 sore,
sesi kedua dilakukan dari jam 3 sore sampai 11 malam, dan sesi ketiga dilakukan dari
jam 11 malam hingga jam 7 pagi. Dalam perusahaan ini, hari kerja efektif dimulai dari
hari senin sampai hari jumat. Tabel pembagian jadwal tersebut dimaksudkan untuk
pekerja dan karyawan proses. Sedangkan karyakawan kantor, ataupun kepala divisi
hanya satu shift saja yaitu shift pagi. Jumlah pekerja dalam pembagian shift disamakan,
sehingga pekerjaan berimbang antar shift. Semisal pada shift pagi karyawan proses
berjumlah 40, karyawan penggudangan berjumlah 20, karyawan lingkungan berjumlah
10 (tak terhitung karyawan kantor), maka jumlah yang sama harus berada di shift siang.
Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas kinerja pekerja dan mengoptimalkan hasil
dengan jumlah pekerja yang sama dalam satu shift.
Selain melakukan penjadwalan HRD juga membagi struktur organisasi perusahaan
sesuai dengan kesepakatan yang tercapai dalam musyawarah. Penstrukturan organisasi
ini bertujuan memperjelas tanggung jawab kegiatan yang dibebankan. Semisal kegiatan
lingkungan akan bertanggung jawab kepada kegiatan yang dilakukan oleh staf proses
IPAL, sehingga pelimpahan tanggung jawab jelas dan terstruktur. Dengan adanya
struktur organisasi tidak akan terjadi pelimpahan tanggungjawab yang salah dikarenakan
ketidak jelasan kegiatan. Struktur organisasi pada perusahaan susu pasteurisasi dapat
dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi ini harus disepakati oleh semua komponen yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan kegiatan. Struktur organisasi memperjelas keadaan dan ondisi
dalam kegiatan perusahaan. Dari struktur organisasi juga dapat menentukan jumlah
karyawan yang dibutuhkan dan departemen mana yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Dalam penentuan struktur organisasi tidak jarang akan mengalami perubahan sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Struktur organisasi akan dievaluasi dan dapat
ditambahkan beberapa aspek atau dikurangi beberapa aspek, sehingga perusahaan
berada dalam kondisi yang ideal.
Pembagian posisi dalam suatu institusi mempunyai tanggung jawab masing
masing. Penyusunan deskripsi pekerjaan bertujuan untuk memudahkan pekerja untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Deskripsi tugas dan tanggung jawabnya
adalah sebagai berikut:
1. General Manager bertugas sebagai penentu kebijakan seluruh kegiatan perusahaan.
Tanggung jawabnya adalah membuat arahan umum kerja perusahaan dan target yang
harus dicapai oleh perusahaan.
2. Administrasi bertugas mengkoordinasi pencatatan keuangan perusahaan serta
administrasi kantor.
3. Proses bertugas mengatur dan mengawasi agar produksi sesuai dengan target dan
kualifikasi yang diinginkan.
4. Marketing bertugas merencanakan, menetapkan kegiatan pemasaran, serta
memperoleh informasi penting mengenai keinginan konsumen dan masalah yang
terjadi di lapangan.
5. Supplier bertugas merencanakan kebutuhan bahan baku yang diperlukan oleh
perusahaan, dan urusan kepada petani.
6. Keuangan atau financial membantu administrasi yaitu membuat laporan keuangan
dan adminsitrasi perusahaan.
7. Personal bertugas melakukan hubungan dengan masalah keuangan personal atau
karyawan.
8. Lingkungan bertugas menangani masalah yang ada didalam pengolahan IPAL,
masalah limbah padat, dan limbah gas.
9. QC bertugas melakukan pengawasan terhadap mutu dengan melakukan pengecekan
mutu bahan baku, bahan penolong, dan produk.
10. RND bertugas membantu mencari dan pengembangan dalam meneliti dan
mengembangakan produk.
11. Operator bertugas sebagai teknis pelaksana produksi yaitu dengan menjalankan dan
mengontrol proses dan mesin/peralatan industri.
12. Teknisi pemeliharaan bertugas memperbaiki dan memelihara mesin dan peralatan
produksi.
13. Staff Marketing bertugas sebagai pelaksana teknis dari rencana pemasaran yang
telah dibuat oleh manajer pemasaran.
14. Penggudangan bertugas menjaga kebutuhan di dalam gudang produksi dan gudang
pengadaan bahan baku.

Upgrading

Upgrading merupakan suatu kegiatan yang dibebankan kepada HRD yang


bertujuan untuk meningkatkan kinerja dari pekerja. Kegiatan upgrading ini dibuat dalam
beberapa kemasan seperti melakukan lomba dan permainan bersama, atau
menambahkan lencana dan penghargaan bagi pekerja dengan tingkat etos kerja tinggi
berdasarkan pengamatan yang dilakukan HRD dan kepala staff. Upgrading ini sangat
penting adanya karena dapat merubah karakteristik pekerja atau meningkatkan kinerja
pekerja yang mulai menurun.
Kegiatan upgrading ini dapat dilakukan pada awal pekerja masuk dalam
perusahaaan maupun bebrapa bulan setelah perekrutan pekerja. Upgrading ini mutlak
dilakukan minimal satu kali dalam satu semester, untuk menjaga semangat kerja dari
pekerja. Kegiatan upgrading ini sangat efektif dalam meningkatkan mood pekerja.
Contoh lain dalam peningkatan etos kerja pekerja dengan menampilkan potensi dari
pekerja dan membantu mengembangkannya. Sehingga selain bekerja, pekerja juga dapat
meluangkan hobinya didalam perusahaan selama tidak mengganggu kerja dan kinerja
perusahaan. Contoh lainnya mengadakan seperti bermain futsal atau sepak bola bersama.
Melakukan perlombaan antar perusahaan dan lain sebagainnya.

ASPEK LEGALITAS DAN HUKUM

Menurut Husnan dan Suwarso (2000), aspek hukum mempelajari tentang bentuk
badan usaha yang dipergunakan, jaminan-jaminan yang dapat digunakan jika
menggunakan sumber dana yang berasal dari pinjaman dan berbagai akte, sertifikat serta
izin yang diperlukan. Menurut Simatupang (2003), pembahasan aspek hukum dalam
bisnis atau industri meliputi bentuk badan usaha dan peratura-peraturan mengenai
kontrak dan penyelesaiannya, hubungan bisnis, hak milik intelektual, lembaga-lembaga
pembiayaan, pajak, perizinan dan kepalitan.
Analisis aspek legalitas dan hukum pada proyek ini meliputi bentuk organisasi
bisnis, prosedur perizinan dan perpajakan.

Bentuk Usaha

Bentuk usaha yang dipilih adalah Perseroan Terbatas (PT). Menurut Simatupang
(2003), Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang dan peraturan
pelaksanaannya.
Ada beberapa keuntungan maupun kerugian perusahaan yang berbentuk Perseroan
Terbatas. Menurut Sumarni (1993), keuntungan PT. adalah adanya tanggung jawab
terbatas dari pemegang saham terhadap hutang-hutang perusahaan, mudah mendapat
tambahan modal, kelangsungan hidup PT. lebih terjamin karena pemiliknya dapat
berganti-ganti, terdapat efisiensi pengelolaan sumber dana dan efisiensi pimpinan.
Kerugian Perseroan Terbatas, menurut Sumarni (1993), adalah PT. merupakan subjek
pajak tersendiri dan deviden yang diterima oleh pemegang saham dikenakan pajak lagi
dan kurang terjaminnya rahasia perusahaan karena semua kegiatan perusahaan harus
dilaporkan kepada pemegang saham.

Prosedur Perizinan

Izin bidang industri meliputi Izin Usaha Industri yang selanjutnya disebut IUI, Izin
Perluasan dan Tanda Daftar Industri yang selanjutnya disebut TDI (Deperindag 2004).
Perusahaan industri yang akan mendirikan pabrik baru, menurut Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 5 tahun 1992, harus mengajukan izin Undang Undang gangguan
(UUG/HO) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada Kepala Daerah setempat.

Perpajakan

Perseroan Terbatas (PT) merupakan salah satu subjek pajak penghasilan.


Penentuan pajak penghasilan dilakukan berdasarkan Undang Undang Perpajakan nomor
17 tahun 2000. Besarnya pajak penghasilan yaitu untuk keuntungan di bawah Rp. 50 juta
maka dikenakan pajak 10 % dari pendapatan; apabila pendapatan antara Rp. 50 juta
sampai dengan 100 juta maka dikenakan pajak 10 % dari Rp. 50 juta ditambah 15 %
dikali pendapatan yang telah dikurangi Rp. 50 juta; apabila pendapatan berada diatas Rp.
100 juta maka dikenakan pajak sebesar 10 % dikali Rp. 50 juta ditambah 15 % dikali Rp.
50 juta ditambah 30 % dari pendapatan yang telah dikurangi Rp. 100 juta.

ASPEK LINGKUNGAN

Ada dua hal yang dikaji dalam aspek lingkungan yaitu Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan dan potensi limbah dari industri susu pasteurisasi. Menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha
dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, industri susu termasuk industri yang wajib dilengkapi AMDAL.

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)

Menurut Suratmo (1998), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)


adalah suatu analisis suatu proyek yang meliputi pekerjaan evaluasi dan pendugaan
dampak proyek dan bangunannya, prosesnya maupun sistem dari proyek terhadap
lingkungan yang berlanjut ke lingkungan hidup manusia. Menurut Departemen Kajian
Dampak Lingkungan Departemen Lingkungan Hidup (2004), AMDAL terdiri dari
empat dokumen yaitu Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(KA-ANDAL), Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Dokumen
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Dokumen Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup (RPL).

KA-ANDAL
Dokumen KA-ANDAL disusun terlebih dahulu untuk menentukan lingkup studi
dan mengidentifikasi isu-isu pokok yang harus diperhatikan dalam penyusunan ANDAL.
Dokumen ini dinilai di hadapan Komisi Penilai AMDAL. Setelah disetujui isinya,
kegiatan penyusunan ANDAL, RKL dan RPL barulah dapat dilaksanakan.
ANDAL
Dokumen ANDAL mengkaji seluruh dampak lingkungan hidup yang diperkirakan
akan terjadi, sesuai dengan lingkup yang telah ditetapkan dalam KA-ANDAL.

RKL dan RPL


Rekomendasi pengelolaan lingkungan dan rekomendasi pemantauan lingkungan
digunakan untuk mengantisipasi dampak-dampak yang telah dievaluasi dalam dokumen
ANDAL disusun dalam dokumen RKL dan RPL. Keempat dokumen tersebut diajukan
bersama-sama untuk dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang
menentukan apakah rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan
atau tidak, dan apakah perlu direkomendasikan untuk diberi izin atau tidak.
Dalam penyusunan studi AMDAL, perusahaan dapat meminta jasa konsultan
untuk menyusunkan AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL diharapkan telah memiliki
sertifikat Penyusun AMDAL (lulus kursus AMDAL B) dan ahli di bidangnya.
Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam
Keputusan Kepala Bapedal Nomor 9 tahun 2000. Berbagai pedoman penyusunan yang
lebih rinci dan spesifik menurut tipe kegiatan maupun ekosistem yang berlaku juga
diatur dalam berbagai Keputusan Kepala Bapedal. Prosedur AMDAL di Indonesia
terdiri dari proses penapisan (screening) wajib AMDAL, proses pengumuman dan
konsultasi masyarakat, penyusunan dan penilaian KA-ANDAL, penyusunan dan
penilaian ANDAL, RKL dan RPL.
Proses penapisan atau proses seleksi wajib AMDAL yaitu proses menentukan
apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Proses
pengumuman dan konsultasi masyarakat didasarkan pada Keputusan Kepala BAPEDAL
Nomor 8 tahun 2000. Perusahaan wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama
waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan
dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum
menyusun KA-ANDAL.
Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-
ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah dokumen KA-
ANDAL selesai disusun, perusahaan dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai
AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian KA-
ANDAL adalah 75 hari diluar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki
atau menyempurnakan kembali dokumennya.

Potensi Limbah Industri

Salah satu pertimbangan utama dari produksi susu pasteurisasi adalah jumlah
limbah cair yang besar dihasilkan selama proses produksi. Limbah tersebut dapat
menghasilkan Chemical Oxygen Demand (COD) yang tinggi.
SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

Berdasarkan sudut pandang aspek lingkungan hidup, kelayakan suatu industri


dapat nilai berdasarkan kelayakannya terhadap lingkungan yang dikaji dalam Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Dasar penerapan AMDAL adalah
untuk menjamin agar suatu usaha dan/atau kegiatan industri dapat beroperasi secara
berkelanjutan tanpa merusak dan mengorbankan lingkungan. Pada hakikatnya, melalui
kajian AMDAL diharapkan dapat secara optimal meminimalkan kemungkinan dampak
lingkungan hidup yang negatif serta dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya
secara lebih efisien.
AMDAL merupakan salah satu studi kelayakan lingkungan yang disyaratkan
untuk memperoleh perizinan selain aspek teknis dan ekonomis. Langkah awal tim
AMDAL dalam melakukan studi adalah memahami peraturan dan perundangan yang
berlaku mengenai lingkungan hidup di lokasi tempat studi AMDAL dilakukan.
Peraturan-peraturan yang berlaku secara internasional mengenai AMDAL dapat berupa
deklarasi, perjanjian-perjanjian bilateral maupun multilateral. Sebagai contoh adalah
deklarasi Stockholm yang disebut Declaration of the United Nations Conference on the
Human Environment oleh semua negara anggota PBB tahun 1972. Di indonesia,
peraturan dan perundang-undangan dapat dijumpai pada tingkat nasional, sektoral
maupun regional atau daerah. Peraturan Pemerintah RI nomor 51 tahun 1993 tentang
Analisis mengenai Dampak lingkungan merupakan peraturan baru pengganti dari
Peraturan Pemerintah RI nomor 26 tahun 1986. Peraturan pemerintah ini ditindak lanjuti
oleh SK Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10-15 tahun 1994.
Agar pelaksanaan AMDAL dapat berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran
yang diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan
pemerintah tentang AMDAL menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat
perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi
AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. Dokumen AMDAL terdiri dari :
Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-
ANDAL)
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
Tiga dokumen (ANDAL, RKL, dan RPL) diajukan secara bersama-sama untuk
dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian ini akan menentukan apakah
rencana usaha dan/atau kegatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah
perlu direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak (Kementerian Lingkungan Hidup RI,
2009)
Dampak lingkungan yang dapat terjadi dalam operasional industri adalah pada
masa pembangunan fisik proyek maupun masa produksi. Dampak lingkungan pada masa
pembangunan fisik proyek dapat ditimbulkan dari aktivitas pembebasan lahan dan
tahapan desain engineering dan konstruksi, sedangkan dampak lingkungan pada masa
produksi berasal dari limbah yang dihasilan yang terdiri dari limbah cair, limbah padat,
limbah gas, dan limbah B3.
Pembebasan Tanah dan Penyiapan Lahan

Letak pabrik berada di kawasan khusus industri, sehingga jauh dari pemukiman
penduduk. Hal ini menguntungkan karena potensi terjadinya konflik akibat faktor social
budaya akan menjadi lebih kecil. Lokasi pendirian pabrik juga tidak mengganggu tata
letak kota karena lahan yang digunakan memang merupakan lahan untuk daerah industri.

Pencemaran Oleh Limbah

Identifikasi limbah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan akibat


kegiatan industri pengalengan buah disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Identifikasi Sumber Limbah


Jenis Limbah Identifikasi Sumber Limbah
Limbah cair Merupakan limbah hasil pencucian
bahan, dari proses pencucian alat,
sanitasi, dan seluruh penggunaan air di
lingkungan perusahaan

Limbah padat Terdiri dari berbagai limbah padat


berupa bahan padat hasil kegiatan
pabrik lainnya.
Limbah udara
1. Limbah emisi udara : Merupakan
limbah asap dari cerobong boiler
maupun dari penggunaan genset.
2. Limbah udara ambien : Merupakan
limbah udara yang berada di sekitar
lingkungan pabrik akibat kegiatan
industri

Limbah B3
(Bahan Beracun 1. Limbah B3 cair : Berupa oli bekas
dan Berbahaya) dan solven eks tinta
2. Limbah B3 Lab. Quality Control :
Berupa sisa chemical laboratorium,
serta botol dan kaleng eks reagen
3. Limbah B3 padat : Berupa majun
bekas oli/cat, lampu TL/SL bekas,
limbah elektronik, limbah workshop,
limbah poliklinik, markem bekas, dan
jerigen eks chemical boiler
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Limbah cair industri mengalami pengolahan didasarkan pada karakteristik dari


limbah cair itu sendiri. Air limbah yang telah tercemar memberikan karakteristik yang
dapat diidentifikasi secara visual melalui kekeruhan, warna air, rasa, bau yang
ditimbulkan, serta indikasi lainnya, sedangkan identifikasi secara laboratorium ditandai
dengan perubahan sifat kimia air dimana air telah mengandung bahan kimia yang
beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang melebihi batas yang disarankan dalam
baku mutu air limbah.
Untuk mendapatkan air dengan kualitas yang sesuai dengan baku mutu yang telah
ditetapkan, dilakukan beberapa tahapan proses pengolahan. Tujuan pengolahan air
limbah adalah untuk memperbaiki kualitas air limbah, mengurangi BOD, COD, dan
partikel tercampur, menghilangkan bahan nutrisi dan komponen beracun,
menghilangkan zat tersuspensi, mendekomposisi zat organik,serta menghilangkan
mikroorganisme patogen. Hal ini penting dilakukan dalam pembuangan air limbah agar
dapat mengurangi dan menghilangkan pengaruh buruk limbah cair bagi kesehatan
manusia dan lingkungan.

Sumber
Sumber Limbah cair yaitu sisa pencucian alat dan mesin. Selain itu juga sisa
kegiatan kantin.

Karakteristik
Mengandung susu yang tinggi kandungan. Limbah dari pengolahan susu memiliki
karakteristik yang rentan terhadap bakteri pengurai. Hal ini dapat menyebabkan
mudahnya terjadi pemubusukan.

Penanganan dan Pengolahan


Proses pengolahan melibatkan cara pengolahan fisik dan biologis dengan mikroba.
Penanganan awal sebelum melakukan pengolahan limbah yaitu dengan mengalirkan
limbah menuju ke kolam penampungan, yang sebelumnya telah dilakukan penyaringan.
Limbah padat yang berukuran cukup besar akan terjerat pada saring dan akan
dipindahkan pada tps bersama limbah padat lain. Sedangkan limbah cair akan mengalir
kedalam penampungan. Setelah itu, air akan di alirkan ke dalam tanki anaerobic yaitu
tangki yang mengandung mikroba-mikroba anaerobic. Di dalam tangki ini, terjadi
penguraian kandungan zat-zat organik terlarut dan banyak menghasilkan gas ammonia
dan methane. Setelah itu, air limbah tersebut dialirkan kedalam bak aerobik, didalam bak
aerobik limbah mengalami pengolahan aerobic dengan aerasi. Pada bak aerasi diberikan
tambahan NaOH atau HCl hingga limbah memiliki Ph netral. Aerasi ini dilakukan
dengan cara didalam bak dimasukan selang berlubang-lubang dan dialirkan udara di
dalam selang. Ini akan menurunkan COD, dan BOD pada air limbah. Setelah itu air
memasuki clarifier untuk pejernihan kotoran-kotoran yang terlarut sehingga mengendap.
Kadar air keluaran yang diharapkan memiliki pH 7, nilai COD 90 ppm, nilai BOD 30
ppm dan TSS 25 ppm. Setelah itu air dialirkan ke bak reservoir dan siap dibuang ke
sungai atau dimanfaatkan ulang untuk penyiraman tanaman dll.
Pengolahan limbah cair scara skematis dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.

Gambar 5 Peralatan Penanganan dan Pengolahan Limbah Cair

Pada pengolahan limbah cair ini diharapkan air hasil pengolahan dapat memenuhi
standar yang telah ditetapkan pemerintah yaitu yang tertuang dalam KEP 51-
/MENLH/10/1995, Tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri, Baku Mutu
Limbah Cair Untuk Industri Susu, Makanan Yang Terbuat Dari Susu.

Tabel 12 Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Susu/Makanan yang terbuat dari Susu

Catatan :
1. Pabrik Susu Dasar : menghasilkan susu cair, susu kental manis dan atau susu bubuk
2. Pabrik terpadu : menghasilkan produk susu, keju, mentega dan atau es krim.
3. Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam
miligram parameter per liter air limbah.
4. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam kg ke parameter per ton total padatan susu atau produk susu.

BOD (Biochemical Oxygen Demand) yaitu jumlah miligram oksigen yang


dibutuhkan oleh mikroba aerobik untuk menguraikan bahan organk karbon dalam 1 L air
selama 5 hari pada suhu 20oC 1oC. Menurut SNI 6989-72-2009 tentang Air dan Air
limbah Cara Uji Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand/BOD)
prinsip uji ini yaitu sejumlah contoh uji ditambahkan ke dalam larutan pengencer jenuh
oksigen yang telah ditambah larutan nutrisi dan bibit mikroba, kemudian diinkubasi
dalam ruang gelap pada suhu 20oC 1oC selama 5 hari. Nilai BOD dihitung
berdasarkan selilsih konsentrasi oksigen terlarut 0 (nol) hari dab 5(lima) hari. Bahan
kontrol standar dalam uji BOD ini digunakan larutan glukkosa-asam glutamat.
COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan jumlah Cr2O72- yang bereaksi
denagn contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1000 Ml contoh uji. Prinsip
Uji COD yaitu senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji
dioksidasi oleh Cr2O72- dalam refluks tertutup menghasilkan Cr3+. Jumlah oksidan
yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 MG/L) diukur secara
spektofotometri sinar tampak. Cr2O72- kuat mengabsordsi pada panjang gelombang 420
nm dan Cr3+ kuat mengabsorbsi pada panjang gelombang 600nm. Untuk nilai COD
100mg/l sampai dengan 900 mg/l kenaikan nilai Cr3+ ditentukan pada panjang
gelombang 600nm. Pada contoh uji dengan nilai COD lebih tinggi, dilakukan
pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai COD lebih kecil atau sama
dengan 90 mg/l penurunan konsentrasu Cr2O72-ditentukan pada panjang gelombang
420nm.(SNI 6989-2-2009)
Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid/TSS) yaitu residu dari padatan
total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2m atau lebih besar
dari ukuran partikel koloid. Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid,
TSS) secara gravimetri ICS 13.060.50 tertuang pada SNI 06-6989.3-2004. Prinsip uji
TSS yaitu Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah
ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat
konstan pada suhu 103C sampai dengan 105C. Kenaikan berat saringan mewakili
padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan
memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi
volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan
terlarut total dan padatan total.
PH larutan merupakan minus logaritma konsentrasi ion hidrogen yang ditetapkan
dengan metode pengukuran secara potensiometri dengan menggunakan ph meter.
Metode pengukuran ph berdasarkan pengukuran aktifitas ion hidrogen secara
potensiometru/elektrometri dengan menggunakan ph meter. ( SNI 06-6989-11-2004).

Limbah Padat

Limbah padat terdiri dari berbagai macam wujud dan bentuk, tergantung pada
jenis industrinya. Sifat fisik limbah akan mempengaruhi pilihan tempat pembuangan,
sarana pengangkutan, dan pilihan bentuk pengolahan yang dilakukan. Misalnya saja
limbah padat kertas yang dapat digunakan kembali pada bagian yang masih belum
terpakai sehingga dapat digunakan sebanyak dua kali. Contoh lainnya adalah karton
pengemas yang memiliki wujud dan fungsi yang masih layak digunakan berulang
sehingga dilakukan kebijakan untuk menggunakan karton sebanyak enam kali
penggunaan sebelum pada akhirnya dijual. Disamping sifat fisik limbah, sifat kimia
limbah juga merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan. Sifat kimia limbah padat
akan merusak dan mencemari lingkungan secara kimia yang dapat menimbulkan reaksi
membentuk senyawa baru. Namun limbah padat yang demikian tergolong dalam limbah
B3 sehingga penanganannya khusus dan tidak mengalami penyimpanan di TPS.
Terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam upaya pengelolaan limbah.
Tujuan ini tergantung pada tingkat limbah yang bersifat ekonomis maupun non
ekonomis. Bagi limbah yang non ekonomis pengelolaan ditujukan pada pencegahan dari
kerusakan lingkungan, sedangkan limbah yang memiliki nilai ekonomis dirinci dengan
tujuan meningkatkan efisiensi pabrik secara keseluruhan dan melakukan pengolahan
kembali pada bahan untuk tujuan lain. Hal ini dilakukan pada pengelolaan limbah kulit
dan biji rambutan yang kemudian dapat dimanfaatkan kembali karena masih memiliki
nilai ekonomis untuk digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk.

Sumber
Limbah padat dihasilkan dari kemasan reject dan sisa kegiatan karyawan. Berupa
kemasan plastik atau sampah bungkus makan karyawan. selain itu juga dari daun kering
pepohonan disekitar pabrik. Karakteristik limbah ini ada yang organik, ada yang an
orgaik.

Penanganan dan Pengolahan


Secara umum, penanganan limbah padat dapat dilakukan melalui proses yang
diuraikan sebagai berikut :
Pemisahan
Pemisahan dilakukan karena limbah terdiri dari berbagai ukuran yang berbeda dan
mengandung bahan tertentu. Tujuan pemisahan limbah padat adalah memisahkan limbah
padat dengan metode sorting berdasarkan sifat fisiknya misalnya ukuran, bentuk pada
sumber limbah padat dan tempat pembuangan akhir limbah padat, serta memisahkan
limbah padat menjadi fraksi limbah padat kemudian ditempatkan di keranjang atau
wadah lainnya. Pemisahan perlu dilakukan sejak dari awal sumbernya sehingga ketika
melalui proses pengangkutan ke tempat penampungan akhir tidak memerlukan
pemisahan yang pasti sulit dilakukan karena volumenya yang sangat besar. Selain akan
mempersulit pemanfaatan limbah, penumpukan sampah tanpa pemisahan berdasarkan
sifatnya akan menimbulkan bau yang tidak sedap serta menjadi sumber penyakit karena
tercampurnya berbagai bahan sehingga dapat menghasilkan reaksi tertentu.
Pemisahan dilakukan pada jenis limbah organik dan anorganik yang dapat terlihat
dari tempat penampungan sementara yang terpisah antara kedua jenis limbah tersebut.
Sebelum tiba di TPS, limbah yang terkumpul di tempat sampah yang tersedia di
lingkungan pabrik juga telah diberikan tanda golongan sampah sehingga dapat
dipisahkan berdasarkan keterangan yang tertera pada tempat sampah tersebut. Limbah
kulit dan biji rambutan juga memiliki tempat penampungan tersendiri sehingga dapat
langsung dikumpulkan untuk dikirim ke pihak ketiga sebagai bahan pembuatan pupuk
dan pakan ternak.

Pembuangan Limbah
Setelah salah satu atau lebih proses penanganan limbah diatas telah dilakukan,
maka proses akhir yang dilakukan adalah pembuangan limbah akhir. Pembuangan
limbah dapat dilakukan dengan 2 macam cara, yaitu pembuangan di laut dan
pembuangan darat (Sanitary landfill). Tahap pembuangan ini dilakukan pada tempat
pembuangan akhir (TPA) pada lokasi yang telah ditentukan daerah setempat. Lokasi
yang digunakan merupakan lokasi yang tepat sebagai lokasi pembuangan limbah,
dimana lokasi ini jauh dari aktivitas penduduk.
Limbah padat yang dihasilkan dapat disebut sampah. Sampah ini dihasilkan dari
sisa kegiatan karyawan pabrik/kantin dan oleh kemasan yang reject/tidak layak pakai.
Sampah tersebut akan ditampung di TPS kemudian dilakukan penyortiran untuk
mengambil bahan atau sampah yang masih bisa digunakan atau dijual ulang. Sampah
tersebut misalnya plastik. Setelah dilakukan penyortiran, hasil sampah yang layak dijual
akan dijual ke pihak ke tiga. Sedangkan sisa sampah akan dibuang ke TPA Daerah
setempat.
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
ambien menjadi turun hingga ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
dapat memenuhi fungsinya (PP Nomor 41 1999). Udara ambien sendiri merupakan
udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang berada di wilayah hukum
Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk
hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya (Suharto 2011).
Selain itu, pencemaran udara dapat pula diartikan adanya bahan-bahan atau zat
asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi udra dari
susunan atau keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing tersebut di dalam
udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan dapat menimbulkan gangguan pada
kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan.
Limbah udara yang dihasilkan industri, sumbernya berasal dari pembakaran
batubara pada boiler dan pembakaran bahan bakar minyak solar pada mesin genset.
Kedua proses pengoperasian mesin tersebut menghasilkan emisi berupa asap yang
mengandung gas-gas pencemar yang tidak diinginkan untuk lingkungan. Pembakaran
pada boiler menggunakan bahan bakar batubara dalam pengoperasiannya. Batubara
adalah suatu batuan sedimen yang tersusun atas unsur karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, dan sulfur. Dalam proses pembentukannya, batubara diselipi batuan yang
mengandung mineral. Bersama dengan moisture, mineral ini merupakan pengotor
batubara sehingga dalam pemanfaatannya, kedua kandungan ini sangat berpengaruh.
Dalam pemanfaatan batubara, pengotor ini harus diperhitungkan karena semakin tinggi
kandungan pengotor dalam batubara, maka akan semakin rendah kandungan karbonnya.
Hal ini akan mengakibatkan semakin rendah pula nilai panas batubara tersebut.
Bahan pencemar yang terkandung dalam emisi yang dihasilkan oleh asap boiler
dan mesin genset perlu terus dipantau agar tidak melebihi batas normal yang diizinkan
berdasarkan Peraturan Menteri No. 07 Tahun 2007 untuk udara emisi pada cerobong
boiler dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.13 Tahun 2009 Lampiran I untuk
emisi udara pada cerobong mesin genset. Standar baku mutu udara emisi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 13 dan 14.

Tabel 13 Baku Mutu Udara Emisi Cerobog Boiler


Baku Mutu Permen LH
No Parameter Satuan No. 07 Tahun 2007
Lamp. IV
1 Partikulat mg / m3 230 mg / m3
2 SO2 mg / m3 750 mg / m3
3 NO2 mg / m3 825 mg / m3
4 Opasitas % 20 %

Tabel 14 Baku Mutu Udara Emisi Cerobong Genset


Baku Mutu Permen LH
No. Parameter Satuan No. 13 Tahun 2009
Lamp. I
1 Partikulat mg / Nm3 150 mg / Nm3
2 SO2 mg / Nm3 800 mg / Nm3
3 NO2 mg / Nm3 1000 mg / Nm3
4 CO mg / Nm3 600 mg / Nm

Berdasarkan baku mutu yang telah ditetapkan, maka udara emisi yang dihasilkan
akan selalu dikontrol setiap 6 bulan sekali oleh pihak laboratorium eksternal agar dapat
dilakukan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi yang telah diuji. Terdapat
beberapa parameter uji yang merupakan bahan pencemar udara yang terdiri atas gas,
cairan, dan partikel padat dalam atmosfir yang sangat berbahaya bagi kesehatan
makhluk hidup.
Pencemaran yang disebabkan oleh udara emisi pada cerobong boiler maupun
cerobong genset ini akan mengakibatkan pencemaran pada udara ambien. Udara ambien
tentunya akan mempengaruhi secara langsung terhadap lingkungan sekitar pabrik
khususnya terhadap lingkungan masyarakat yang tinggal di dekat lokasi pabrik. Untuk
menghindari permasalahan terkait gangguan lingkungan, maka pengujian kualitas udara
ambien penting untuk dilakukan. Pengujian ini didasarkan atas Peraturan Pemerintah RI
Nomor 41 Tahun 1999 dengan parameter uji disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Baku Mutu Udara Ambien


No. Parameter Satuan Baku Mutu PP RI No.41/1999
1. SO2 g/Nm3 900
2. NO2 g/Nm3 400
3. CO g/Nm3 30.000
Limbah gas dihasilkan oleh sisa pembuangan mesin dan boiler. Limbah gas
berasal dari mesin-mesin yang digunakan dalam proses dan dari boiler. Gas yang
dihasilkan dari tiap mesin dialirkan keudara bebas, sedangkan gas dari boiler di alirkan
melalui cerobong asap (Cyclone). Kemudian dialirkan meuju ke bak pengendapan
lumpur, setelah mengendap dilakukan pengepresan lumpur sehingga air keluar dan
menjadi balok-balok pasir. perlu ditempatkan di sekeliling daerah atau kawasan pabrik,
baik itu di lingkungan pabrik sendiri maupun di pemukiman warga di sekitar pabrik.
Terdapat beberapa penanganan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir bahan
pencemar yang terdapat dalam udara emisi sehingga pada akhirnya juga akan
mengurangi pencemaran dalam udara ambien. Beberapa metode yang dilakukan adalah
dengan mengontrol gas buang berupa asap pada boiler dengan menggunakan filter basah
(wet scrubber). Alat ini digunakan untuk membersihkan gas yang mudah bereaksi
dengan air. Prinsip kerjanya adalah mencampurkan air dengan uap dalam satu kolom.
Pada umumnya arah aliran berlawanan agar kontak uap atau gas dengan air dapat terjadi
secara sempurna. Wet scrubber ini berbentuk tabung yang teridir dari fiber yang berisi
pipa-pipa spray air. Alat ini menangkap partikel, karbon, dan sebagian sulfur yang
keluar dari pipa api boiler dan mengalir bersama gas panas (Suharto 2011).
Dengan menggunakan scrubber tipe menara penyemprot, gas buang pada ruangan
boiler direduksi sebelum dikeluarkan melalui cerobong asap. Gas kotor masuk dari
bagian dasar akibat tekanan. Gas naik ke atas sementara dari atas dimasukkan pipa air
yang dilengkapi dengan sprayer (penyemprot), sehingga air keluar merupakan titik-titik
air memenuhi menara. Karena gaya berat, titik air turun sementara gas naik bersama
dengan udara. Gas yang terkandung dalam udara bereaksi dengan air dan turun ke
bawah lalu ditampung dan dialirkan ke tempat tertentu. Udara yang bersih selanjutnya
keluar melalui cerobong atas. Faktor yang perlu diperhatikan adalah waktu kontak.
Selain menggunakan metode wet scrubber, dilakukan pula penghilangan materi
partikulat dari udara pembuangan dengan menggunakan pendendap siklon menggunakan
alat grit arrester. Grit arrester adalah sebuah peti besi yang terbuat dari plat mild steel
yang berisi sejumlah cyclone. Alat ini berfungsi sebagai alat penangkap partikel-partikel
kecil atau debu yang keluar dari pipa api boiler dan mengalir bersama dengan gas panas.
Pengendap cyclone ini bekerja dengan memanfaatkan gaya sentrifugal dari udara atau
gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tep dinding tabung siklon sehingga
partikel yang relatif lebih berat akan jatuh ke bawah, sedangkan gas asap terus mengalir
ke cerobong. Hal inilah yang menyebabkan pengurangan cemaran gas buang karena
telah mengalami filter terlebih dahulu melalui merode pengendap cyclone.

cyclon
e Alat press
Bak pengendapan
lumpur
lumpur

boile
Gambar 6 Peralatan Penanganan dan Pengolahan Limbah Gas
rr
Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)

Limbah bahan beracun dan berbahaya adalah material yang memiliki sifat
fisik, kimia, dan biologi yang memerlukan prosedur pembuangan untuk mencegah
resiko terhadap kesehatan, keselamatan, dan perlindungan lingkungan. Limbah
kimia B3 memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang atau kronis.
Dampak jangka pendek limbah kimia B3 misalnya adalah toksisitas akut
gangguan pernapasan, iritasi kulit, serta korosifitas terhadap kulit. Sedangkan
toksisistas kronis limbah kimia B3 misalnya adalah resisten terhadap proses
detoksifikasi.
Sifat kimia limbah B3 menurut Pasal 5 ayat 1 dari Peraturan Pemerintah
Nomor 85 Tahun 1999 Junto Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 Junto Peraturan Pemerintah Nomor
18 Tahun 1999 dan Peraturan Pemeritah Nomor 74 Tahun 2001 yaitu bahan
mudah meledak (explosive), pengoksidasi (oxidizing), sangat mudah sekali
menyala (extremely flammable), sangat mudah menyala (highly flammable), amat
sangat beracun (extremely toxic), sangat beracun (highly toxic), beracun
(moderately toxic), korosif (corrosive), bersifat iritasi (irritant), berbahaya bagi
lingkungan (dangerous to the environment), karsinogenik (carsinogenic),
teratogenik (teratogenic), dan mutagenik (mutagenic) (Suharto 2011).
Berdasarkan sifat kimia yang disebutkan diatas, maka manajemen limbah
kimia B3 menjadi masalah lingkungan yang sangat kritis dan krusial. Semakin
besar perkembangan dunia industri, maka akan semakin besar pula jumlah dan
jenis limbah kimia B3 yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan diperlukannya
peningkatan berbagai maacam disiplin ilmu pengetahuan dan pemahaman dampak
negatif limbah kimia B3 terhadap kesehatan manusia. Manajemen limbah kimia
B3 saat ini tidak hanya menjadi permsalaahan di negara berkembang, namun juga
masih menjadi masalaah di negara maju. Penanganan limbah B3 harus dilakukan
secara terintegrasi, yaitu penanganan dimulai dari sumbernya dengan tujuan untuk
mengeliminasi limbah yang diikuti dengan pewadahan di tempat, pengumpulan,
pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, hingga dengan pengolahan akhir yang
dilakukan secara aman, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Manajemen ramah lingkungan pengelolaan limbah kimia B3 merupakan
upaya tepat terhadap perlindungan kesehatan, lingkungan, dan manajemen sumber
daya alam serta pembangunan berkelanjutan. Banyak limbah kimia B3 yang
dibuang ke sungai, pinggir jalan, atau dibuang langsung ke lautan yang pada
akhirnya akan mengganggu kesehatan makhluk hidup maupun ekosistem alam.
Oleh sebab itu diperlukan peningkatan pengetahuan (knowledge) dan informasi
terhadap manajemen limbah kimia B3, peningkatan kemampuan kelembagaan
manajemen limbah kimia B3 dan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
dan lingkungan, serta meningkatkan kerjasama internasional dalam menajemen
limbah kimia B3. Sosialisasi mengenai pengetahuan limbbah B3 ini diterapkan
oleh perusahaan dimulai dari pelabelan tempat pembuangan sampah dimana
limbah B3 diberikan tempat tersendiri sehingga setiap karyawan mengetahui
jenis-jenis limbah B3 berdasarkan informasi yang tersedia pada tempat sampah
tersebut. Karyawan tidak lagi mencampur limbah B3 dengan jenis limbah lainnya
karena dapat menimbulkan reaksi yang berbahaya dan beracun, serta
mempermudah dalam penanganan selanjutnya.
Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu hal yang penting dilakukan, karena
limbah B3 memerlukan penanganan khusus dan tidak dapat dibuang di sembarang
tempat. Jika limbah kimia B3 dibuang ke lahan, maka air permukaan tanah, air
sungai, dan air laut akan tercemar sehingga terjadi kerusakan biota didalamnya.
Jika kimia limbah B3 disimpan dalam kontainer dari baja yang kuat dan disimpan
dalam bak beton tetap merupakan ancama karea umur pengemas atau kontainer
jauh lebih pendek dibandingkan dengan umur limbah kimia B3 tersebut.
Pengemas atau kontainer akan dapat mengalami korosi oleh waktu tinggal di
lahan. Limbah kimia B3 yang keluar dari kontainer pada akhirnya menjadi
ancaman bagi permukaan tanah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
air minum penduduk khususnya penduduk yang menggunakan air sumur
tradisional. Selain itu, lahan juga terkontaminasi oleh limbah kimia B3 sehingga
tidak dapat digunakan untuk lahan bercocok tanam. Penanganan yang dilakukan
oleh perusahaan yaitu bekerjasama dengan pihak ke tiga yang mampu mengolah
limbah.

ASPEK FINANSIAL

Penentuan aspek finansial dilakukan dengan menggunakan beberapa asumsi


untuk memudahkan perhitungan. Asusmsi-asumsi yang dipakai adalah sebagai
berikut :
1. Analisa finansial dilakukan selama sepuluh tahun dengan mempertimbangkan
umur ekonomis mesin dan peralatan yaitu sekitar sepuluh tahun.
2. Jumlah hari kerja yaitu 360 hari dalam satu tahun dengan rencana dalam satu
minggu terdiri dari tujuh hari produksi.
3. Kapasitas terpasang adalah 42.000 liter/hari
4. Produksi pada tahun ke-1 sampai ke-2 adalah 70% dari kapasitas terpasang
dan tahun ke-3 hingga ke-10 adalah 100% dari kapasitas terpasang.
5. Harga Bangunan
- Ruang proses produksi : Rp. 2.500.000 / m2
- Ruang non-produksi : Rp. 1.500.000 / m2
6. Harga yang ditetapkan oleh industri :
- Harga listrik : Rp 850/kW
- Harga air : Rp 14.000/m3
- Harga beli lahan : Rp 100.000/m2 (kenaikan 5%/tahun)
7. Harga bahan penolong yaitu :
Soda Kaustik/ NaOH 1% : Rp. 8.000/liter
Asam Nitrat/HNO3 : Rp. 15.000/liter
8. Harga susu Pasteurisasi 1 liter : Rp. 22.000/pack
9. Berdasarkan perkiraan biaya menurut Peters et al. (2004), penetapan biaya
adalah sebagai berikut :
- Biaya instalasi listrik 11% dari harga pemebelian mesin dan peralatan
produksi.
- Kontingensi 10% dari harga pembelian mesin dan peralatan produksi.
- -Biaya pemeliharaan ditetapkan 10% dari harga pembelian mesin dan
peralatan produksi
- Biaya asuransi 1% dari nilai awal pembelian barang yang diasuransikan.
- Biaya laboratorium ditetapkan sebesar 10% dari biaya operator.
- -Biaya distribusi dan pemasaran ditetapkan sebesar 2% dari biaya total
produksi.
10. Penyusutan menggunakan Straight Line Method
- Nilai sisa mesin dan peralatan, instalasi pemiapaan, instalasi listrik, dan
kendaraan ditetapkan sebesar 10% dari harga awal pembelian.
- Nilai sisa bangunan sebesar 50% dari harga pembangunan
- Umur ekonomis mesin dan peralatan, pemipaan, instalasi listrik,
kendaraan, dan perlengkapan adalah 10 tahun.
- Umur ekonomis bangunan adalah 20 tahun.
11. Besarnya pajak adalah sebagai berikut :
- Pajak bumi dan bangunan
- Pajak kendaraan
- Pajak penghasilan untukperusahaan

Biaya Investasi

Berikut merupakan rincian modal investasi yang dapat dilihat pada Tabel 16

Tabel 16 Rincian Biaya Investasi Total

11 Komponen Nilai (Rp)


A Modal Investasi tetap
1 Biaya Pembelian alat dan mesin 3.609.430.000

2 Biaya pemipaan 721.886.000

3 Biaya instalasi listrik 397.037.300


4 Bangunan 6.273.777.000
5 Lahan 4.026.138.000

6 Water treatment plant 117.370.000

7 Waste treatment plant 136.730.000

8 Biaya utilitas 909.920.000

9 Biaya perlengkapan 861.072.300


10 Biaya kendaraan 1.000.000.000

11 Biaya pra investasi 582.500.000


12 Biaya Kontingensi 1.863.586.060
SUBTOTAL 20.499.446.660
B Modal Kerja 164.793.412.446
TOTAL 185.292.859.106
1. Biaya pembelian peralatan dan mesin
Biaya pembelian mesin dan alat adalah biaya yang digunakan untuk
membeli mesin dan peralatan produksi. Biaya ini terdiri dari pembelian
material,asesoris yang dibutuhkan pada peralatan tersebut dan ongkos
fabrikasinya. Detail biaya pembelian peralatan dan mesin ditunjukkan pada Tabel
17.

Tabel 17 Detail Biaya Pembelian Peralatan dan Mesin Produksi Susu Pasteurisasi

Harga
Mesin Produksi Jumlah Satuan Total ($)
Satuan

Video Jet 1 set 3000 3.000

Chain Conveyor 1 set 5000 5.000


Forklift Diesel 3 set 12000 36.000

Pallet 500 piece 10 5.000

Trolley 3 piece 30 90
Hydraulic hand pallet
truck 2 set 180 360
Electric reach trucks 2 set 10000 20.000
Reception tank 3 set 5000 15.000

Balance tank 1 set 5000 5.000


Aseptic tank 3 set 5200 15.600

Blanding tank 2 set 2000 4.000


Plate heat exchange 2 set 1100 22.000
Storage tank 4 set 12000 48.000
Evergreen 1 set 42900 42.900

Homogenizer 1 set 8500 8.500

Rotary vacum pump 10 set 550 5.500

CIP pump 1 set 1000 1.000

CIP Milk Tank 1 set 550 550


High Pressure
Homogenizer 1 set 2000 2.000
Stainless pipe for cold
milk 15 ton 1000 15.000
Hot rolled stainless steel
pipe 15 ton 2200 33.000
THE 1 set 10800 10.800
$ 298.300
SUB TOTAL
Rp 3.609.430.000

Harga Satuan
Utilitas Jumlah Satuan ($) Total ($)
Boiler (fire tube) 1 set 15000 15000
Generator 4 set 11000 44000
Compressor 2 set 600 1200
Chiller 1 set 15000 15000
$ 75.200
SUBTOTAL
Rp 909.920.000

Water Treatment Plant Jumlah Satuan Harga Satuan Total ($)


Cooling tower 1 set 8000 8000
Filter tank 1 set 1000 1000
Softener tank 1 set 700 700
$ 9.700
SUBTOTAL
Rp 117.370.000

Waste Water Treatment Harga Satuan


Plant : Jumlah Satuan ($) Total ($)
Tanki anaerobic 1 set 3000 300
Clarifier 1 set 11000 11000
$ 11.300
SUBTOTAL
Rp 136.730.000

2. Pemipaan dan instalasinya


Biaya pemipaan terdiri dari biaya material yang dibutuhkan dalam pemipaan,
katup, dan insulasi pemipaan serta ditambah instalasi pemipaan. Penentuan harga
ini melalui pendekatan estimasi modal investasi berdasarkan penurunan biaya
peralatan. Biaya pemipaan pada proses yang bahan bakunya berbentuk cair
mencapai 20 % dari total harga pembelian peralatan dan mesin (Peters et al, 2004).
Bila biaya pembelian peralatan alat dan mesin mencapai Rp3.609.430.000 maka
biaya pemipaan dan instalasinya mencapai Rp . 721.886.000

3. Biaya instalasi listrik


Biaya instalasi listrik terdiri dari biaya material yang dibutuhkan dalam
pembelian material ditambah instalasi listrik. Penentuan harga ini melalui
pendekatan estimasi modal investasi berdasarkan penurunan biaya peralatan.
Biaya instalasi listrik pada proses mencapai 11% dari total harga pembelian
peralatan dan mesin (Peters et al, 2004). Bila biaya pembelian peralatan alat dan
mesin mencapai Rp3.609.430.000 maka biaya instalasi listriknya mencapai Rp
397.037.300.

4. Bangunan
Bangunan meliputi bangunan untuk ruang produksi dan nonproduksi. Ruang
produksi terdiri dari 1 unit. Ruang non produksi meliputi: kantor, laboratorium,
ruang R&D, gudang produk, kantin & mushollah, water treatment, pengolahan
limbah padat dan cair serta area parkir. Estimasi biaya untuk membangun ruang
produksi adalah sebesar Rp. 586.425.000. Estimasi biaya untuk membangun
ruangan nonproduksi sebesar Rp 5.687.352.000 yang hanya terdiri dari satu
tingkat. Rincian biaya bangunan ditunjukan pada Tabel 18.

Tabel 18 Kebutuhan luas bangunan dan rincian biaya pendirian pabrik


susu pasteurisasi
Luas Harga per
No Komponen Sub total(Rp)
Area(m2) m2
A Ruang proses produksi
1 Proses Produksi 234,57 Rp 2.500.000 Rp 586.425.000
B Ruang non produksi
1 Ruang utilitas 122,192 Rp 1.500.000 Rp 183.288.000
2 Ruang R&D 100,8 Rp 151.200.000
3 Gudang produk 249,176 Rp 373.764.000
4 Kantor 210 Rp 315.000.000
5 Kantin & Mushollah 29,4 Rp 44.100.000
6 Pengolahan Air 56 Rp 84.000.000
7 Pengolahan Limbah padat 84 Rp 126.000.000
8 Pengolahan Limbah Cair 2520 Rp 3.780.000.000
9 Parkir 420 Rp 630.000.000
Total 4026,138 Rp 6.273.777.000

5. Lahan
Biaya lahan per meter persegi di wilayah Sukabaumi NJOPnya mencapai
Rp. 1000.000/m2. Keperluan lahan sebesar 4026,138 m2 sehingga biaya lahan
sebesar Rp.4.026.138.000.

6. Biaya perlengkapan
Biaya perlengkapan terdiri dari biaya perlengkapan kantor, perlengkapan
laboratorium, perlengkapan pemeliharaan alat dan mesin, peralatan kebersihan,
dan peralatan keamanan/APD (Alat Pelindung Diri). Rincian biaya perlengkapan
ditunjukan pada Tabel 19.

Tabel 19 Rincian Pengadaan Biaya Perlengkapan


Harga per unit
No. Komponen Jumlah Satuan Total ($)
($)
Perlengkapan
1. Perlengkapan Kantor
Meja Kerja 25 set 40 1.000
Komputer Set 25 set 600 15.000
Mesin Foto copy 1 set 1.125 1.125
Layar Presentasi 1 set 202 202
Proyektor 1 set 616 616
Meja Pertemuan 1 set 625 625
Meja-kursi Tamu 1 set 740 740
File Kabinet 3 set 70 210
Telepon 3 set 50 150
Fax 1 set 150 150
Air Conditioner 5 set 300 1.500
2. Perlengkapan Laboratorium
Lab Set 2 set 1.000 2.000
Fume Hood 1 set 2.000 2.000
Lab Storage cabinet 2 set 200 400
Electronic Work Bench 2 set 300 600
Incubator 5 set 800 4.000
milk hydrometer 1 set 2.000 2.000
Densitometer 1 set 2.400 2.400
Sterile Transfer Chamber 1 set 34.000 34.000
pH meter 2 set 210 420
Milk Analyzer 1 set 2.000 2.000
3. Perlengkapan pemeliharaan 1 set 2 2
Perlengkapan
4.
keamanan/APD 1 set 5 5
5. Perlengkapan Kebersihan 1 set 2 2
6. Perlengkapan bengkel 1 set 6 6
7. Perlengkapan IPAL 1 set 5 5
8. Perlengkapan K3 1 Set 5 5
$ 71.163
Total Biaya Perlengkapan
Rp 861.072.300

7. Biaya kendaraan
Biaya Kendaraan berupa biaya yang digunakan untuk membeli lima
kendaraan operasional seharga Rp.200.000.000 /buah sehingga total biaya sebesar
Rp 1.000.000.000.

8. Biaya prainvestasi
Biaya prainvestasi meliputi biaya perijinan, riset, konsultasi, dan feasibility
study. Biaya perijinan sendiri berupa biaya untuk mendapatkan Izin Usaha
Industri (IUI), Undang-Undang Gangguan (UUG) dan Analisis Mutu dan Dampak
Lingkungan (AMDAL), sertifikat Halal dan label BPOM. Besarnya biaya
perijinan merupakan hasil wawancara dengan pemerintah daerah setempat. Untuk
biaya awal riset ditetapkan Rp 100.000.000. dan biaya Engineering, Procurement,
and Consulting (EPC) ditetapkan Rp 500.000.000. serta biaya feasibility study
sebesar Rp.672.500.000 Rincian biaya prainvestasinya ditunjukan pada Tabel 20.

Tabel 20 Rincian Biaya Prainvestasi


No Komponen Sub total (Rp)
1 Biaya Perizinan
a. IUI 5.000.000
b. UUG 7.000.000
c. AMDAL 25.000.000
d. Halal 3.500.000
e. BPOM 2.000.000
2 Biaya Riset 100.000.000
3 Biaya EPC 500.000.000
4 Feasibility Study 30.000.000
TOTAL Rp 672.500.000

9. Biaya kontingensi
Faktor Kontingensi diperhitungkan sebesar 10% dari total investasi
(pembelian peralatan dan mesin, water treatment plant, waste treatment plant,
pemipaan dan instalasinya, listrik dan instalasinya, lahan, bangunan, biaya
kendaraan, biaya perlengkapan, biaya prainvestasi), yaitu sebesar Rp
1.863.586.060. Faktor Kontingensi merupakan kompensasi dari kejadian yang
tidak dapat diprediksi misalnya bencana alam, kesalahan dalam estimasi dan biaya
yang tidak terduga lainnya.

Penyusutan

Adapun besar biaya penyusustan dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Biaya penyusutan Mesin dan Perlengkapan


No Komponen Nilai ($) Nilai Sisa ($) Penyusutan ($)
1. Perlengkapan Kantor
Meja Kerja 1.000 100 900
Komputer Set 15.000 1500 13.500
Mesin Foto copy 1.125 112,5 1.013
Layar Presentasi 202 20,2 182
Proyektor 616 61,6 554
Meja Pertemuan 625 62,5 563
Meja-kursi Tamu 740 74 666
File Kabinet 210 21 189
Telepon 150 15 135
Fax 150 15 135
Air Conditioner 1.500 150 1.350
2. Perlengkapan Laboratorium
Lab Set 2.000 200 1800
Fume Hood 2.000 200 1800
Lab Storage cabinet 400 40 360
Electronic Work Bench 600 60 540
Incubator 4.000 400 3.600
milk hydrometer 2.000 200 1.800
Densitometer 2.400 240 2.160
Sterile Transfer Chamber 34.000 3400 30.600
pH meter 420 42 378
Milk Analyzer 2.000 200 1.800
3. Perlengkapan pemeliharaan 2 0,2 1,8
Perlengkapan
4.
keamanan/APD 5 0,5 4,5
5. Perlengkapan Kebersihan 2 0,2 1,8
6. Perlengkapan bengkel 6 0,6 5,4
7. Perlengkapan IPAL 5 0,5 4,5
8. Perlengkapan K3 5 0,5 4,5
SUBTOTAL (Rp) Rp 861.072.300 Rp 86.107.230 Rp 774.965.070
9. Mesin
Video Jet 3.000 300 2.700
Chain Conveyor 5.000 500 4.500
Forklift Diesel 36.000 3600 32.400
Pallet 5.000 500 4.500
Trolley 90 9 81
Hydraulic hand pallet truck 360 36 324
Electric reach trucks 20.000 2000 18.000
Reception tank 15.000 1500 13.500
Balance tank 5.000 500 4.500
Aseptic tank 15.600 1560 14.040
Blanding tank 4.000 400 3.600
Plate heat exchange 22.000 2200 19.800
Storage tank 48.000 4800 43.200
Evergreen 42.900 4290 38.610
Homogenizer 8.500 850 7.650
rotary vacum pump 5.500 550 4.950
CIP pump 1.000 100 900
CIP Milk Tank 550 55 495
High Pressure Homogenizer 2.000 200 1.800
stainless pipe for cold milk 15.000 1500 13.500
hot rolled stainless steel pipe 33.000 3300 29.700
THE 10.800 1080 9.720
SUBTOTAL (Rp) Rp 3.609.430.000 Rp 360.943.000 Rp 3.248.487.000
10. Utilitas:
Boiler (fire tube) 15000 1500 13500
generator 44000 4400 39600
Compressor 1200 120 1080
Chiller 15000 1500 13500
SUBTOTAL (Rp) Rp 909.920.000 Rp 90.992.000 Rp 818.928.000
11. Water Treatment Plant:
Cooling tower 8000 800 7200
Filter tank 1000 100 900
Softener tank 700 70 630
SUBTOTAL (Rp) Rp 117.370.000 Rp 11.737.000 Rp 105.633.000
Waste Water Treatment
12.
Plant :
Tanki anaerobic 300 30 270
Clarifier 11000 1100 9900
SUBTOTAL (Rp) 136730000 13673000 123057000
13. Pemipaan Rp 2.964.345.120 Rp 296.434.512 Rp 2.667.910.608
14. Instalasi Listrik Rp 407.597.454 Rp 40.759.745 Rp 366.837.709
15. Bangunan Rp 6.273.777.000 Rp 3.136.888.500 Rp 3.136.888.500
16. Kendaraan Rp 500.000.000 Rp 50.000.000 Rp 450.000.000
TOTAL PENYUSUTAN Rp 15.780.241.874 Rp 4.087.534.987 Rp 11.692.706.887

Biaya Operasional

Biaya operasional yang dikeluarkan pada industri susu pasteurisasi terdiri


dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak
dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan sedangkan biaya
variabel dipengaruhi oleh naik turunnya produksi. Biaya tetap industri susu
pasteurisasi antara lain biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya administrasi
kantor, biaya utilitas kantor, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya pemasaran,
biaya laboratorium, pajak, dan penyusutan. Biaya variabel industri susu
pasteurisasi antara lain biaya pembelian bahan baku, biaya bahan penolong, biaya
utilitas produksi, dan biaya tenaga kerja langsung.

Biaya Tenaga Kerja


Tenaga kerja yang dibutuhakan dalam industri buah topis kaleng adalah
sebanyak 80 orang yang terdiri atas tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak
langsung.Gaji tenaga kerja terdiri dari gaji pokok dan tunjangan. Gaji pokok
sendiri terdiri dari 13 bulan gaji sedangkan tunjangan 12 bulan gaji. Besarnya
tunjangan ditetapkan 30% dari gaji pokok. Rincian gaji tenaga kerja langsung dan
tenaga kerja tidak langsung ditunjukkan pada Tabel 22 dan Tabel 23.

Tabel 22 Rincian biaya tenaga kerja tidak langsung


Gaji Gaji dan
Tunjangan/orang/bulan
Jabatan Jumlah Pokok/orang/bulan Tunjangan/tahun
(Rp)
(Rp) (Rp)

General Manager 1 20.000.000 5.000.000 300.000.000

Manager 8 10.000.000 2.500.000 1.200.000.000

Supervisor 8 7.000.000 2.500.000 912.000.000

Tenaga Keuangan 5 5.000.000 1.000.000 360.000.000

Tenaga Riset 5 7.000.000 2.500.000 570.000.000

Tenaga
Pemasaran 5 6.000.000 1.000.000 420.000.000

Staff HRD 5 6.000.000 1.500.000 450.000.000


Subtotal biaya tenaga kerja tidak langsung Rp 4.212.000.000
Tabel 23 Rincian biaya tenaga kerja langsung
Gaji
Tunjangan/orang/bulan Gaji dan
Jabatan Jumlah Pokok/orang/bulan
(Rp) Tunjangan/tahun (Rp)
(Rp)
Teknisi
pemeliharaan 10 2.000.000 500.000 300.000.000
Laboran 10 2.000.000 500.000 300.000.000
Petugas Sanitasi 10 2.000.000 500.000 300.000.000
Supir 5 1.500.000 500.000 120.000.000
Kepala Shift 3 4.000.000 1.000.000 180.000.000
Operator 20 3.000.000 500.000 840.000.000
Satpam 5 2.000.000 500.000 150.000.000
Subtotal biaya tenaga kerja kerja langsung Rp 2.190.000.000

Biaya Bahan Baku, Bahan Penolong, dan Utilitas Produksi


Biaya bahan baku terdiri dari biaya bahan baku utama berupa susu sapi
murni. Biaya bahan penolong terdiri dari biaya untuk pembelian. Biaya utilitas
produksi terdiri dari biaya bahan baku, bahan penolong dan utilitas. Adapun
rincian biaya yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Rincian Biaya Bahan Baku, Bahan Penolong dan Utilitas


Harga
Komponen Satuan Kebutuhan/hari Kebutuhan/tahun Satuan Harga/ tahun (Rp)
(Rp)
Biaya Bahan Baku
Utama:
Susu segar
Liter 42.000 15.120.000 9.000 136.080.000.000
Biaya Bahan
Penolong:
Soda kaustik
NaOH 1% Liter 167 60.120 8.000 480960000
Asam Nitrat
0,5% Liter 167 60.120 15.000 901800000
SUBTOTAL 1.382.760.000
Biaya
Kemasan:
Paper
Piece 36.000 12.960.000 500 6.480.000.000
Karton
Piece 3.000 1.080.000 1.000 1.080.000.000
Lakban
Roll 20 7.200 5.000 36.000.000
Tinta Video
jet Liter 0 50 90.000 4.500.000
SUBTOTAL 7.600.500.000
Biaya utilitas
produksi:
Solar Liter 100 36.000 306.000.000
8.500
Listrik
kWh 1.274 458.496 850 389.721.600
SUBTOTAL 695.721.600
TOTAL 145.758.981.600

Biaya Kebutuhan Administrasi Kantor


Biaya administrasi kantor ditetapkan sejumlah Rp.2.000.000 Biaya ini
terdiri dari biaya pembelian perlengkapan kantor seperti kertas, alat tulis, tinta,
dan sebagainya.

Biaya Utilitas Kantor


Biaya utilitas kantor terdiri dari biaya listrik, air, dan telepon yang
digunakan oleh kantor. Rincian biayanya dapat dilihat di Tabel 25.

Tabel 25 Kebutuhan utilitas kantor


Subtotal/thn
Kompenan Kebutuhan/tahun Satuan Harga(Rp)
(Rp)

Air 200 m3 12.500 2.500.000


Listrik 24.000 kW 850 20.400.000
Telepon 1.000.000
TOTAL 23.900.000

Biaya Laboratorium
Biaya laboratorium meliputi biaya pembelian bahan kebutuhan laboratorium.
Biayanya ditetapkan sebesar 10% dari biaya gaji operator. Biaya gaji operator
adalah Rp 300.000.000/tahun, maka biaya laboratorium adalah sekitar Rp
30.000.000.

Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya pemeliharaan bangunan, instalasi,
mesin dan peralatan, dan kendaraan. Biaya ini ditetapkan 10% dari harga
pembelian. Adapun rincian biaya pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26 Rincian Biaya Pemeliharaan


Komponen Subtotal (Rp)
Mesin dan Peralatan 360.943.000
Instalasi Pemipaan 72.188.600
Instalasi listrik 39.703.730
Bangunan 627.377.700
Perlengkapan 86.107.230
Kendaraan 100.000.000
TOTAL 1.286.320.260
Biaya Asuransi
Biaya asuransi terdiri dari biaya dari objek yang diasuransikan. Objek yang
diasuransikan antara lain bangunan, mesin dan peralatan, dan kendaraan. Asumsi
biaya asuransi sebesar 1% dari nilai beli objek. Tabel 27 menunjukan rincian
biaya asuransi.
Tabel 27 Rincian biaya asuransi
Komponen Asuransi Subtotal (Rp)
Mesin dan Peralatan 26.094.300
Bangunan 62.737.770
Kendaraan 10.000.000
TOTAL Rp 98.832.070

Harga Penjualan dan Perkiraan Penerimaan

Biaya per unit produk susu pasteurisasi ditentukan dengan metode full
costing yaitu dengan rumus sebagai berikut :

Biaya operasional perusahaan selama 5 tahun pertama dapat dilihat pada


Tabel 28 sebagai berikut.

Tabel 28 Biaya Operasional Perusahaan selama 5 tahun pertama


Cost pada tahun ke-
Komponen
1 2 3 4 5
Biaya tetap
Biaya TK tidak langsung 4.212.000.000 4.212.000.000 4.212.000.000 4.212.000.000 4.212.000.000
Biayaadministrasi kantor 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Biaya utilitas kantor 23.900.000 23.900.000 23.900.000 23.900.000 23.900.000
Biaya pemeliharaan 1.286.320.260 1.286.320.260 1.286.320.260 1.286.320.260 1.286.320.260
Biaya asuransi 98.832.070 98.832.070 98.832.070 98.832.070 98.832.070
Biaya pemasaran 32.958.682.493 32.958.682.493 32.958.682.493 32.958.682.493 32.958.682.493
Biaya laboratorium 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000
Biaya pajak 5.687.852.000 5.687.852.000 5.687.852.000 5.687.852.000 5.687.852.000
Biaya penyusutan 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887
Sub total 55.992.293.710 55.992.293.710 55.992.293.710 55.992.293.710 55.992.293.710
Biaya variabel
Biaya bahan baku 108.864.000.000 108.864.000.000 136.080.000.000 136.080.000.000 136.080.000.000
Biaya bahan penolong 7.186.608.000 7.186.608.000 8.983.260.000 8.983.260.000 8.983.260.000
Biaya utilitas produksi 556.577.280 556.577.280 695.721.600 695.721.600 695.721.600
Biaya TK langsung 1.752.000.000 1.752.000.000 2.190.000.000 2.190.000.000 2.190.000.000
Sub total 118.359.185.280 118.359.185.280 147.948.981.600 147.948.981.600 147.948.981.600
Total 174.351.478.990 174.351.478.990 203.941.275.310 203.941.275.310 203.941.275.310
Proyeksi Laba Rugi

Proyeksi laba rugi menggambarkan besarnya keuntungan dan kerugian pada


industri ini. Proyeksi ini memuat mengenai pengeluaran dan penerimaan secara
keseluruhan. Selisih antara penerimaan dengan pengeluaran produksi dinamakan
laba operasi. Laba operasi setelah pengurangan pajak merupakan laba bersih.
Pajak penghasilan ditetapkan sebesar 28%. Proyeksi laba rugi perusahaan untuk
jangka waktu 10 tahun dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29 Proyeksi laba rugi perusahaan untuk jangka waktu 10 tahun


Deskripsi Tahun ke-
1 2 3 4 5
Penerimaan
Harga 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
Volume 10.368.000 10.368.000 12.960.000 12.960.000 12.960.000
Total 259.200.000.000 259.200.000.000 324.000.000.000 324.000.000.000 324.000.000.000
penerimaan
Pengeluaran
Biaya tetap 55.992.293.710 55.992.293.710 55.992.293.710 55.992.293.710 55.992.293.710
Biaya variabel 118.359.185.280 118.359.185.280 147.948.981.600 147.948.981.600 147.948.981.600
Biaya 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887
penyusutan
Total 186.044.185.800 186.044.185.800 215.633.982.200 215.633.982.200 215.633.982.200
pengeluaran
Laba sebelum 73.155.814.200 73.155.814.200 108.366.017.800 108.366.017.800 108.366.017.800
pajak
Pajak 20.483.627.980 20.483.627.980 30.342.484.980 30.342.484.980 30.342.484.980
penghasilan
Laba setelah 52.672.186.220 52.672.186.220 78.023.532.820 78.023.532.820 78.023.532.820
pajak

Deskripsi Tahun ke-


6 7 8 9 10
Penerimaan
Harga 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
Volume 12.960.000 12.960.000 12.960.000 12.960.000 12.960.000
Total 324.000.000.000 324.000.000.000 324.000.000.000 324.000.000.000 324.000.000.000
penerimaan
Pengeluaran
Biaya tetap 55.992.293.710 55.992.293.710 55.992.293.710 55.992.293.710 55.992.293.710
Biaya variabel 147.948.981.600 147.948.981.600 147.948.981.600 147.948.981.600 147.948.981.600
Biaya 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887
penyusutan
Total 215.633.982.200 215.633.982.200 215.633.982.200 215.633.982.200 215.633.982.200
pengeluaran
Laba sebelum 108.366.017.800 108.366.017.800 108.366.017.800 108.366.017.800 108.366.017.800
pajak
Pajak 30.342.484.980 30.342.484.980 30.342.484.980 30.342.484.980 30.342.484.980
penghasilan
Laba setelah 78.023.532.820 78.023.532.820 78.023.532.820 78.023.532.820 78.023.532.820
pajak

Kelayakan Investasi
Arus Kas
Untuk menghitung kelayakan investasi perlu terlebih dahulu dievaluasi
aliran kas perusahaan yang masuk maupun yang keluar dengan hal tersebut maka
keuntungan perusahaan persatuan waktu tertentu dapat ditentukan. Arus kas
menggambarkan aliran dana yang masuk kedalam kas setiap tahunnya. Arus kas
dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30 Arus kas


Tahun ke-
0 1 2 3 4 5
Kegiatan investasi

Bangunan 6.273.777.000

Peralatan 7.753.445.600
Modal
kerja 310.188.447.270
Kegiatan operasional
Penerimaan 259.200.000.000 259.200.000.000 324.000.000.000 324.000.000.000 324.000.000.000
Depresiasi 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887
Kegiatan
keuangan
Net cash
flow 324.215.669.870 270.892.706.887 270.892.706.887 335.692.706.887 335.692.706.887 335.692.706.887

Tahun ke-
6 7 8 9 10
Kegiatan investasi
Bangunan
Peralatan
Modal 310.188.447.270
kerja
Kegiatan operasional
Penerimaan 259.200.000.000 259.200.000.000 324.000.000.000 324.000.000.000 324.000.000.000
Depresiasi 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887
Kegiatan
keuangan
Net cash
flow 270.892.706.887 270.892.706.887 335.692.706.887 335.692.706.887 335.692.706.887
Kriteria Investasi
Penilaian kriteria investasi menggunakan metode NPV, IRR. B/C ratio, dan
PBP. Tabel penghitungan metode NPV, IRR, B/C Ratio, dan PBP dijelaskan pada
Tabel 31.

Tabel 31 Perhitungan Kriteria Investasi


Kriteria Nilai
Cost of fund 13,5
NPV (304.126.713.470)
IRR 89%

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Asmadiani E.K. 2012. Contoh Manual Mutu Departemen Produksi Pengolahan
Ikan. http://ervincious.blog.com/2013/05/05/contoh-manual-mutu-
departemen-produksi-pengolahan-ikan/. Diakses pada: [24 Nopember 2013].
Departemen Lingkungan Hidup. 2004. AMDAL. Jakarta : Kementerian
Lingkungan Hidup.
Gittinger J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian Terjemahan.
Edisi kedua. Jakarta : UI Press.
Husnan S. dan Suwarsono M. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Unit
Penerbit dan Pencetakan.
Husnan S. dan Suwarsono M. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Unit
Penerbit dan Pencetakan.
Osada T. 2004. Sikap Kerja 5S Edisi ke 5. Jakarta : PPM.
Purwoko I. (2010). Strategi Penerapan GMP di Industri. [Online]. Tersedia :
http://globalhygienestore.com/show.php?mode=news&id=15. [12 Desember
2014].
Said M. 2009. Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan
Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC). Jurnal
Penelitian Sains. 09:12-08.
Simatupang R B. 2003. Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Sumarni M. 1993. Pengantar Bisnis (Dasar Dasar Ekonomi Perusahaan).
Yogyakarta : Liberty.
Suratmo F G. 1998. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai