PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan memiliki potensi yang
sangat besar untuk dapat lebih dikembangkan. Agroindustri merupakan salah satu sektor
andalan yang telah menjadi tulang punggung perekonomian bangsa dengan
memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki bersama dengan sektor perikanan, kelautan,
peternakan dan kehutanan, sehingga saat ini agroindustri semakin mendapat dukungan
dari pemerintah dan menjadi salah satu sektor yang tumbuh dengan pesat.
Subsektor peternakan merupakan satu elemen yang memiliki banyak manfaat dan
berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia, salah satu produk keluarannya adalah
agroindustri susu segar. Kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa
wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan agroindustri
ini. Selain itu, dari sisi permintaan, produksi susu dalam negeri masih belum mencukupi
untuk menutupi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Saat ini produksi dalam negeri baru
bisa memasok tidak lebih dari 30% dari permintaan nasional, sisanya 70% berasal dari
impor. Pesatnya pertumbuhan ekonomi di kota kota besar juga berpengaruh terhadap
pola konsumsi makanan, yang menjadi penyebab menjamurnya pendirian restoran, kafe,
dan waralaba di kota kota besar terutama di negara negara asia. Tentunya industri
makanan dan minuman seperti restoran, kafe, dan waralaba ini tidak sedikit
membutuhkan pasokan produk susu segar sebagai bahan utama atau bahan tambahan
untuk produk yang dihasilkannya dengan kualitas tinggi.
Proyeksi produksi susu segar dan pasar susu nasional dari tahun 2010 sampai 2015
belum mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Selain karena jumlah populasi sapi
perah nasional yang masih terlalu sedikit, modal juga menjadi kendala bagi peternak
untuk mengembangkan usahanya. Saat ini permintaan susu segar pada tahun 2011
hingga 2015 diperkirakan mengalami peningkatan rata-rata 6,3 persen per tahun. Namun
demikian, penawaran susu segar relatif tetap. Kebutuhan susu nasional pada tahun 2010
yang mencapai 3,1 juta ton hanya dapat dipenuhi sebesar 690.000 ton, sedangkan pada
tahun 2011 kebutuhan susu nasional 3,2 juta ton hanya di-supply produksi susu dalam
negeri sebesar 800.000 ton susu, dan sisanya masih impor. Bahkan pada tahun 2011
sampai 2015 diperkirakan produksi susu relatif tetap pada jumlah 800.000 ton,
sedangkan kebutuhan susu nasional terus mengalami peningkatan antara 200.000 ton
sampai 300.000 ton tiap tahunnya
Peta ekonomi dunia, saat ini Indonesia berada pada posisi sebagai konsumen
produk susu. Karena sampai dengan saat ini industri pengolahan susu nasional masih
tergantung kepada impor bahan baku susu. Apabila kondisi tersebut tidak dibenahi
dengan membangun sebuah sistem agribisnis yang berbasis petemakan, maka Indonesia
akan terus menjadi negara pengimpor hasil temak khususnya sapi. Hal ini merupakan
ironi, karena Indonesia sebenarnya memiliki sumber daya alam yang cukup dan
berpotensi memiliki daya saing khususnya dalam hal ketersediaan pakan dan harga jual
susu yang lebih rendah.Peluang pengembangan agroindustri susu segar sangat terbuka,
khususnya untuk pasaran dalam negeri, karena sebagian dari produk susu saat ini masih
diimpor dari New Zealand dan Australia, yang merupakan negara penghasil susu
terbesar di dunia selain Amerika Serikat.
Peluang cukup besar tersebut dapat diraih, minimal akan mengurangi
ketergantungan impor susu dari kedua negara tersebut dan secara perlahan kebutuhan
susu dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Peluang ekspor juga masih terbuka,
karena apabila kualitas susu yang diproduksi di dalam negeri dapat ditingkatkan, maka
susu yang dihasilkan dapat diekspor ke negara-negara yang selama ini juga masih
tergantung pada susu dari New Zealand dan Australia. Dengan jumlah penduduk lebih
dari 250 juta jiwa, dan masih rendahnya konsumsi susu bila dibandingkan dengan
negara-negara lain, menunjukkan adanya peluang untuk meningkatkan konsumsi susu
dalam negeri karena jumlah penduduk yang jumlahnya sangat besar. Oleh karena itu,
industri pengolahan susu segar merupakan sektor agroindustri yang potensial dan
memiliki prospektif yang cukup tinggi untuk dibangun dan dikembangkan di Indonesia
karena beberapa alasan yaitu kondisi geografis yang mendukung, peluang pasar yang
besar, permintaan yang terus meningkat, serta dapat membantu mencukupi kebutuhan
susu segar nasional.
Tujuan
Tujuan Pembuatan Proposal yaitu untuk Mengolah susu segar menjadi susu
pasteurisasi dengan bantuan teknologi modern sehingga produktivitas sumberdaya
tercapai. Selain itu juga untuk memberikan nilai tambah pada susu, tidak hanya nilai
tambah harga jual tetapi juga nilai tambah guna dan umur simpan.
Manfaat
Untuk masyarakat
- Penyedia sumber protein hewani untuk masyarakat
- Membuka lapangan kerja bagi para petani
- Memberikan kemudahan akses dalam memperoleh susu pasteurisasi
Untuk perusahaan
- Perputaran uang cepat karena susu merupakan kebutuhan sehari-hari manusia, baik
dari usia muda maupun tua.
- Pengolahan susu pasteurisasi cukup mudah dilakukan sehingga tidak membutuhkan
biaya pengolahan yang besar.
- Produk susu pasteurisasi memiliki banyak keunggulan terutama dalam umur simpan
sehingga produsen tidak khawatir dengan proses penjadwalan produksi.
- Produk susu pasteurisasi dapat dikembangkan dengan mengkombinasikan berbagai
varian rasa buah sehingga tidak menimbulkan kesan jenuh kepada konsumen
PROFIL PERUSAHAAN
Jenis Usaha
Susu pasteurisasi adalah susu segar terbaik yang harus segera dikonsumsi paling
lambat 40 hari setelah dilakukan pengemasan dan dalam temperatur penyimpanan 40C.
Susu ini diproses dengan pemanasan secara ultra pasteurisasi sehingga waktu simpannya
dapat diperpanjang dari susu pasteurisasi biasa. Karena kualitasnya yang prima, susu ini
banyak diminati oleh pasar ekspor dan sebagai bahan baku produk minuman dan
makanan di restoran maupun cafe dalam lokal. Hal yang membedakan produk susu
pasteurisasi ini dengan UHT adalah temperatur selama sterilisasi yaitu sebesar 125-
1270C dan kemasan yang digunakan. Produk yang dihasilkan oleh factory ini merupakan
susu pasteurisasi dengan kemasan family pack sebesar 1 liter yang dikemas dengan
mesin evergreen. Rasa dari susu ini sendiri plain atau full cream. Karena susu ini dibuat
untuk dapat diolah lagi untuk berbagai jenis pangan ataupun susu yang langsung
diminum. Produk ini akan diberi merek dagang Milky Milk.
Kelebihan Produk
Kelebihan dari susu pasteurisasi ini ialah umur produk yang jauh lebih lama dari
susu pasteurisasi pada umumnya. Meskipun umur produk lebih lama namun tidak
mengurangi kualitas dari produk. Kekonsistenan mutu dari produk dapat terjaga karena
penggunaan teknologi pasteurisasi dengan suhu yang lebih tinggi yakni 124-127oC.
Kemurniaan bahan baku dari susu segar pilihan yang memiliki mutu baik dan seragam
menjadikan kelebihannya tersendiri dibanding produk lain. Sumber susu yang didapat
berasal dari peternakan sendiri yang modern dan bersih. Sehingga dapat dipastikan
kualitas dari susu segar dapat selalu konsisten dan memberi produk susu sehat yang
alami.
ASPEK PASAR
Susu pasteurisasi PT X akan dijual untuk kalangan menengah ke atas dan restoran.
Oleh karena itu, susu yg akan dijual dalam kemasan 1L. Untuk memenuhi pasar
menengah ke atas, maka susu pasteurisasi akan dijual di hypermarket. Sedangkan untuk
memenuhi permintaan cafe & resto, maka produk akan dijual by order dengan kemasan
kardus dengan isi setiap kardus adalah 12 pack susu. Kemasan dapat dilihat pada
Gambar 1. Jenis susu yang dijual adalah susu full cream dengan rasa plain milk. Harga
yang ditawarkan untuk konsumen adalah Rp 18.000 untuk setiap kotak susu sedangkan
untuk restoran akan dijual Rp 216.000 untuk setiap pack susu yang berisi 12 kotak susu.
(a) (b)
(a)
(b)
(c)
(
Gambar 1 Desain Kemasan (a) Kotak Susu Tmpak Depan (b) Tampak Samping serta
(c) Kardus c
)
Identifikasi Kesempatan dan Penetapan Market Share
Identifikasi Hambatan
Pasokan susu murni dari petani lokal umumnya memilki kualitas yang kurang baik.
Selain itu, susu yang dihasilkan rentan terhadap serangan mikroorganisme yang
menyebabkan penurunan kualitas susu. Penyuluhan yang dilakukan perusahaan belum
cukup untuk meningkatkan kualitas susus yang dihasilkan oleh petani lokal secara
signifikan. Hal ini dikarenakan etos kerja dari petani lokal. Jarak antara pabrik dan
peternakan juga akan meningkatkan penurunan kualitas susu karena tidak segera diolah.
Selain itu, perusahaan harus memiliki beberapa sertifikat Internasional sehingga kualitas
susu yang dihasilkan terjaga.
Bussines Model Canvas
Promosi Produk
Lokasi Industri
PL
Pembobot Lokasi dihitung untuk setiap faktor subjektif
Lingkungan
Bandung Garut Sukabumi
1 0 1
2 0 1
3 1 1
1 1 2
PL-s1 0,25 0,25 0,5
Ekonomi
Bandung Garut Sukabumi
1 1 0
2 1 0
3 1 1
2 1 1
PL-s2 0,50 0,25 0,25
Teknis
Bandung Garut Sukabumi
1 1 0
2 1 0
3 1 0
2 1 0
PL-s2 0,66 0,33 0
Penentuan nilai X (bobot faktor objektif)
FO : FS = 3 : 1
X = atau 0,75
Bahan Baku
Air
Air ditambahkan ke dalam susu berfungsi sebagai pelarut bahan-bahan tertentu.
Sebelum air tersebut berasal dari unit utility dimana air yang digunakan berupa air
produk. Air tersebut sudah mengalami pengolohan sehingga kadar partikel terlarut baik
logam, mikroba, dan padatan lainnya telah memenuhi air untuk produk minuman.
Tabel 1 Kebutuhan bahan baku, pembantu dan pendukung pada kapasitas produksi
penuh
No. Jenis Satuan Jumlah Sumber Harga Anggaran
Bahan Lokal Impor / Rp/hari US$* Rp./thn
Satua
n
1. Susu Liter 42000 9000/li 378.000.00 136.080.000.00
Segar Liter/har ter 0 0
i
2. Soda Liter 167 8000/li 1.336.000 480.960.000
Kaustik Liter/har ter
(NaOH) i
1.0%
3. Asam Liter 167 15000/ 2.505.000 9.018.000.000
Nitrat( Liter/har liter
HNO3) i
0.5%
Jumlah 381.841.00 137.462.760.00
0 0
Bahan Pembantu
Soda kaustik dan asam nitrat merupakan bahan pembantu yang digunakan dalam
CIP (Cleaning in Place) mesin-mesin dalam proses produksi susu pasteurisasi.
Menggunakan bahan pembantu diatas didasarkan pertimbangan dari segi keuntungan
yaitu sebagai upaya penerapan produksi bersih terhadap pembuatan susu pasteurisasi.
Sedangakan dari segi kerugian yang didapat yaitu pengeluaran biaya tambahan untuk
penyediaan bahan-bahan pembantu diatas. Keputusan untuk menggunakan bahan
pembantu diperoleh dan didasarkan atas penerapan produksi bersih yang dilakukan
industri sebagai salah satu cara optimalisasi produk yang dihasilkan. Kedua bahan
pembantu di atas merupakan sanitizer yang tergolong sanitizer kimia yang diaplikasikan
untuk mengurangi mikroba patogen dan pembusuk yang terdapat pada peralatan dan
fasilitas pangan yang juga digunakan pada CIP. Standar mutu dari sanitizer kimia asam
nitrat dan soda kaustik.
Tingkat Konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya mencapai 11,09 liter per
kapita per tahun. Terlebih produksi susu negeri juga masih jauh dari standar yaitu hanya
30 persen atau sebesar 1208000 ton dengan total konsumsi sebesar 3120000 ton dan
sisanya 70 persen adalah impor. Hal ini kata Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan
dalam Press Conference HSN di Jakarta, Senin (28/5/2012) dikarenakan masyarakat
Indonesia lebih suka dan mengenal produk susu bubuk ketimbang susu segar atau susu
cair, dengan konsumsi susu cair dalam bentuk UHT sebesar 4,6 persen atau 118,5 ribu
ton, susu steril 2,7 persen atau 69 ribu ton, susu pasteurisasi 1,2 persen atau 30 ribu ton
dan susu bubuk sebesar 43,3 persen. Berdasarkan data konsumsi susu pasteurisasi yang
hanya 1,2% di Indonesia, kami memfokuskan penjualan produk di wilayah Jabodetabeek
karena segmentasi pasar dari produk susu pasteurisasi premium ini diperuntukan untuk
kalangan menengah keatas. Konsumen yang mengkonsumsi susu ini sudah memiliki
kemampuan finansial lebih dari cukup, dan dengan wawasan konsumsi akan produk
sangat baik. Wawasan akan produk dengan kualitas baik diharapkan dapat sesuai dengan
pola hidup sehat mereka yang mementingkan kecukupan gizi yang baik dan kualitas
baik.
Populasi sapi perah di Indonesia berkisar antara 340.000360.000 ekor dengan
laju perkembangan 2,5 %/tahun dan 98 % tersebar di Pulau Jawa. Produksi susu segar
dalam negeri hanya sekitar 521,5 ribu ton/th dan hanya mampu memenuhi kebutuhan
konsumsi nasional antara 3025 % sisanya dipenuhi dari susu impor. Hampir seluruh
produksi susu segar (98 %) dipasarkan ke Industri Pengolah Susu (IPS). Ketergantungan
yang tinggi terhadap susu impor mengindikasikan masih rendahnya ketahanan pangan
produk asal ternak. Permintaan susu tumbuh sangat cepat, yang meningkat 14,01%
selama periode antara tahun 2002 dan tahun 2007. Namun, di sisi lain produksi susu
Indonesia hanya tumbuh 2% (Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, 2010). Salah
satu unsur penting dalam pengembangan persusuan nasional adalah pengembangan sapi
perah baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 2005-2009 trend pertumbuhan
populasi sapi perah meningkat 8,46%. Pertumbuhan populasi sapi perah bergerak lambat,
bila dibandingkan dengan pertumbuhan produksi susu segar. Pada tahun 2005-2009,
trend produksi susu segar hanya 5,21%. Berikut pada Tabel 1 akan disajikan
perkembangan populasi sapi perah di Indonesia per propinsi dari tahun 2005-2009. Dari
data populasi sapi perah ini, dapat diperkirakan ketersediaan bahan baku untuk
pengadaan pabrik pengolahan susu pada tahun 2014. Dari sebaran populasi sapi perah di
Indonesia, pusat populasi sapi perah adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Sumatera Utara. Selama 2005 2009, trend pertumbuhan populasi sapi perah di Jawa
Barat meningkat 5,72%. Jawa Barat sebagai pusat populasi sapi perah dapat memenuhi
kebutuhan susu sebagai bahan baku susu pasteurisasi Milky Milk yang menginginkan
15% market size Jabodetabek dapat terpenuhi dengan adanya pabrik pengolahan susu ini.
Tabel 2 menyajikan perkembangan produksi susu segar di Indonesia.
Jika kita tinjau dari data produksi susu segar pada tahun 2009 di propinsi Jawa
Barat dan Jakarta mencapai 242.988 ton setara dengan 242.988.000 kg susu setara
dengan 242.988.000 liter susu untuk wilayah Jabodetabek. Market size yang kami tuju
sekitar 10% dari produksi susu segar, sehingga market size yang kami tuju 24.298.800
liter susu/tahun. Meskipun hanya mengacu pada tahun 2009 namun dapat dibuat
prakiraan permintaan untuk tahun kedepan dengan teknik forecasting. Misal dari jumlah
itu kami konversi kepada pemenuhan per bulannya menjadi 2.024.900 liter/bulan susu
yang harus kami produksi. Setelah itu dapat dikonversi ke kapasitas produksi di tiap
harinya, sehingga hasilnya mencapai 67.496 liter/hari.
Tabel 2 Perkembangan Populasi Sapi Perah di Indonesia per Propinsi Tahun 2005-
2009
Proses Produksi
2. Termisasi
Untuk produk dari fresh milk yang diolah menjadi produk-produk susu pasteurisasi
maupun, setelah dari reception tank akan dilakukan termisasi terlebih dahulu. Proses
termisasi bertujuan untuk mematikan bakteri-bakteri non pathogen dan untuk
menonaktifkan enzim pada susu. Proses termisasi dimulai dengan preheating
mengalirkan fresh milk ke PHE dengan temperatur 600C. Selanjutnya aliran tersebut
memasuki homogenizer bertekanan 150/50 bar yang bertujuan untuk memecah globula
lemak menjadi partikel yang lebih kecil yang membuat susu homogen dan stabil.
Prinsipnya adalah susu dialirkan kedalam saluran yang sempit dengan tekanan cukup
tinggi yang akana menyebabkan partikel globula bertumbukan dan pecah sehingga
bentuknya lebih kecil. Setelah homogenisasi kembalin dilakukan heating sehingga
suhunya 800C pada PHE section 1.
4. Sterilisasi
Proses Sterilisasi fresh milk dilakukan dengan cara indirect heating dengan
menggunakan sterilisasi TA (Tetra Therm Aseptic). TA flex ini digunakan proses
pasteurisasi dengan temperatur 124-1270C selama 4 detik. Mesin TA Flex terdiri dari
alat berupa THE (Tubular Heat Exchanger) indirect contact dimana susu dipasteurisasi
dengan menggunakan steam sehingga susu tidak berkontak langsung dengan media
pemanas. Fresh milk yang sudah disterilisasi kemudian didinginkan dan ditransfer ke
Aseptic tank sebelum akhirnya dipack dengan mesin filling.
Diagram alir proses pembuatan susu pasteurisasi dapat dilihat pada Lampiran3.
Dari berbagai macam peralatan pasteurisasi susu maka alat penukar panas (heat
exchanger) merupakan alat yang paling esensial dalam proses pasteurisasi karena tidak
saja digunakan untuk proses pemanasan susu juga untuk proses pendinginan susu awal
maupun pendinginan lanjut denga air es agar susu segera berada pada suhu 4 C dimana
semua kegiatan mikrobiologis dan enzymatic susu berhenti dan terhambat. Dikenal
berbagai tipe alat penukar panas, yaitu :
a. Plate Heat Exchanger (PHE)
Alat penukar panas ini terdiri dari lembar (plate) baja tahan karat (stainless steel)
yang telah dicetak dengan mesin press berdaya tinggi yang membentuk alur-alur dengan
motif tertentu yang dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan lembar baja dan
terjadinya turbulensi aliran cairan. Lembar-lembar baja ini disusun dengan jumlah
tertentu sesuai kebutuhan dalam suatu kerangka (frame) yang bisa menjepit susunan
lembar baja. Agar setiap pasangan lembar terdapat celah yang dapat dialiri cairan maka
disekeliling lembar terdapat parit guna meletakan pita karet yang terbuat dari bahan
yang tahan panas/dingin, tahan karat dan non toksis (food grade). Susunan PHE tersebut
dapat terdiri dari beberapa bagian (section), misalnya heating, cooling, regeneration, dll.
Dengan demikian terdapat 3 komponen yang menyusun PHE, yaitu :
a). Lembar baja tahan karat beralur (plate)
b). Rangka penyusun (frame)
c). Pita karet (gasket)
Kelebihannya :
Mudah dibersihkan
Pemindahan panas lebih efisien diatas 85 %
Mudah diperbesar kapasitasnya
Kekurangannya :
Investasinya mahal
Tidak/Belum dapat dibuat di dalam negeri
Jangka waktu pemesanan lama
Biaya perawatan tinggi
UTILITAS PRODUKSI
Unit pembangkit tenaga listrik merupakan pusat sarana yang digunakan untuk
menyuplai listrik pada peralatan motor berbasis tenaga listrik. Tenaga listrik yang
dibutuhkan untuk operasional pabrik dipenuhi dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan
Generator Set (Genset) dari perusahaan sebagai cadangan apabila terjadi kekurangan
pasokan listrik oleh PLN. Distribusi pemakaian listrik ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan pabrik berupa keperluan listrik alat dan mesin serta penerangan pabrik.
Kebutuhan listrik untuk setiap penggunaan pada peralatan proses dan utilitas dirinci
berdasarkan daya (power) dari setiap peralatan, sedangkan kebutuhan listrik untuk
penerangan pabrik dihitung berdasarkan kuat penerangan untuk tiap-tiap lokasi.
Kebutuhan listrik untuk perlatan yang digunakan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kebutuhan Listrik untuk Peralatan Proses
Kapasitas
No. Nama Alat
kW
1. Chain Conveyor 3
2. Aseptic tank 12
3. Blanding tank 22
4. Plate heat exchange 20
5. Storage tank 7,4
6. Evergreen 7,6
7. Homogenizer 4
8. Rotary vacum pump 3
9. CIP pump 1,5
10. CIP Milk Tank 4,6
11. High Pressure Homogenizer 7,6
12. THE 5
13. Video Jet 0,3
14. Conveyor belt 3
15. Utilitas :
16. Boiler (fire tube) 7,6
17. generator 24
18. Compressor 11
19. Chiller 7,6
20. Fume Hood 0.5
21. Incubator 5
22. milk hydrometer 0.5
23. Densitometer 0.5
24. Milk Analyzer 0.5
25. Komputer Set 2.5
26. Mesin Foto copy 3
27. Proyektor 0.5
TOTAL 159,2
Unit penunjang produksi merupakan fasilitas, tempat, atau sarana yang memiliki
pengaruh besar terhadap kelancaran suatu proses produksi. Dengan keberadaan utilitas
sebagai pelengkap sarana produksi, maka dapat diperoleh hasil produksi yang optimal
dan sesuai dengan kondisi operasi yang dikehendaki. Penunjang proses produksi susu,
pabrik membutuhkan sistem utilitas yang memadai. Sistem utilitas tersebut pun
membutuhkan bahan baku tertentu untuk setiap jenis utilitas. Utilitas tersebut antara lain:
Boiler, Generator (Genset), Compressor, Chiller, dan Water Treatment Plant. Beberapa
unit utilitas yang digunakan di pabrik pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi
diatas akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Boiler
Boiler merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menghasilkan steam
(uap) dalam berbagai keperluan. Air di dalam boiler dipanaskan oleh panas dari hasil
pembakaran bahan bakar (sumber panas lainnya), sehingga terjadi perpindahan panas
dari sumber panas tersebut ke air yang mengakibatkan air tersebut menjadi panas atau
berubah wujud menjadi uap. Air yang lebih panas memiliki berat jenis yang lebih rendah
dibanding dengan air yang lebih dingin, sehingga terjadi perubahan berat jenis air di
dalam boiler. Air yang memiliki berat jenis yang lebih kecil akan naik, dan sebaliknya
air yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi akan turun ke dasar (Djokosetyardjo
1990). Dalam proses pengolahan susu, diperlukan steam untuk mensterilkan susu dari
reception tank. Steam yang dibutuhkan ini dihasilkan oleh Boiler yang terdapat di Unit
Utility. Boiler untuk menghasilkan steam sebuah boiler berjenis fire tube boiler dengan
memiliki kapasitas 10 ton steam/jam.
Boiler tersebut membutuhkan bahan baku berupa soft water untuk menghasilkan
steam dan bahan bakar untuk menghasilkan panas. Bahan bakar yang biasa digunakan
adalah bahan-bakar minyak yaitu solar dan minyak residu. Dalam sehari kebutuhan
bahan bakar solar sekitar 2000 liter/hari untuk boiler.
Prinsip kerja dari mesin boiler ini adalah api atau gas panas hasil pembakaran
lewat kearah belakang boiler melalui furnace tube atau lorong api menuju ruang
pembalik (reversal chamber). Selain itu, gas panas juga melalui bagian dalam pipa-pipa
api dan bergerak kearah depan boiler sambil melepaskan panas kepada air yang berada
dibagian luar pipa-pipa api menuju front reversal chamber. Selanjutnya gas dari front
reversal chamber bergerak kearah belakang melalui bagian dalam pipa-pipa api sambil
menyerahkan panasnya kepada air sebelum meninggalkan boiler.
2. Generator (Genset)
Generator merupakan unit utilitas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
akan listrik. Dalam memenuhi kebutuhan listriknya, menggunakan listrik yang berasal
dari PLN maupun dari genset. Listrik dari PLN digunakan untuk memenuhui kebutuhan
listrik non produksi seperti kebutuhan listrik kantor, sementara untuk kebutuhan listrik
produksi digunakanlah listik yang dihasilkan genset. Terdapat 2 Genset di Unit Utility,
dimana masing-masing genset memiliki power sebesar 500kVA. Genset-Genset tersebut
membutukan 2000 liter solar/hari dan residu sebagai sumber tenaganya.
3. Compressor
Terdapat dua jenis compressor di Unit Utility, yaitu free-oil compressor dan non
free-oil compressor. Compressor dengan jenis non-free oil compressor adalah
compressor yang produknya berupa udara bertekanan yang kemudian dicampurkan
dengan minyak. Tekanan pada proses dibutuhkan pada tangki-tangki produksi dan
beberapa alat filling. Bahan baku yang dibutuhkan untuk non-free oil compressor adalah
minyak dan listrik. Sedangkan untuk free-oil compressor bahan baku yang dibutuhkan
adalah listrik saja.
4. Chiller
Chiller adalah alat yang digunakan untuk mendinginkan beberapa peralatan proses
seperti heat exchanger. Chiller mendinginkan soft water kemudian air tersebut dialirkan
melalaui pipa-pipa ke heat exchanger, dengan termperatur 0-30C . Bahan baku untuk
chiller itu sendiri agar dapat menghasilkan air dingin adalah Freon tipe R217, soft water
yang dihasilkan Water Treatment Plant, dan kebutuhan energi listrik dari Genset.
Adapun spesifikasi dan harga peralatan material handling dan utilitas dapat dilihat
pada Tabel 4.
2 Pallet Dimensi :
panjang 1200
mm, lebar
1000 mm,
tinggi 140 mm 100.000/
500
Entry type 4 satuan pallet
way
80.000.000/
1 satuan
mesin
10.000.000/
1 satuan
mesin
20 Clarifier Kapasitas
2500 m3/jam
Diameter2213
00 mm
110.000.000
1 / satuan
mesin
Chlorined Water : Air klorin atau chlorined water dihasilkan untuk pengolahan
limbah CIP (Cleaning In Place), toilet, cleaning room, decon room, pengairan tanaman,
wasteful, dan milking di farm. Tahapan dalam pembuatan chlorined
water dengan proses penyaringan menggunakan sand filter kemudian
dijernihkan menggunakan sinar UV dan alat softener. Air yang keluar dari sand filter
kemudian diijeksikan dengan calcium hipoclorit, lalu ditampung dalam storage tank.
Soft Water : Soft water dihasilkan untuk penggunaan genset, boiler, cooling tower,
dan ice water. Untuk menghasilkan soft water maka air dari storage tank dialirkan
melalui softener untuk menghilangkan kandungan logam magnesium dan kalsium.
Steam : Steam yang diperlukan untuk proses produksi berasal dari boiler dimana
steam yang panasnya sudah diserap, sebagian kembali dalam bentuk condensat dan
sebagian lagi terbuang. PT Murni Jaya mempunyai 2 perangkat boiler digunakan untuk
pembuatan hot water yang digunakan CIP, selain itu digunakan untuk pemanasan
produk dalam proses thermisasi dan sterilisasi baik direct maupun indirect.
Compressed Air : Yang dapat menghasilkan tekan digunakan compressed dengan
tekanan 7,5 bar. Berdasarkan mesin penghasilnya ada dua jenis compressed air yaitu
udara steril dan udara non steril. Udara steril dihasilkan dari oil free compressor yang
digunakan untuk proses produksi untuk mendorong aseptic tank ke filling machine
sedangkan udara non steril dihasilkan dari oil inject compressor yang digunakan untuk
menggerakan pneumatic di UHT dan filling.
Cool Water : Air dingin ini dihasilkan dari cooling tower dan mesin pendingin
choller. Untuk mendapatkan cool water, soft water dari tangki dialirkan ke cooling
tower yang berfungsi sebagai pre-cooling kemudian dialirkan ke dalam choller
yang memiliki tiga compressor. Agar terjadi proses pendinginan,air dilewatkan dalam
pipa yang bersinggungan denga pipa yang berisi HFC. Supaya air tidak membeku maka
diinjeksikan propylene glycol kedalamnya. Air yang keluar dari choller
memiliki temperature sekitar 4 C kemudian ditampung di storage tank dengan
mempertahankan suhu di dalamnya sebesar 1C.
Kramer dan Twigg (1983) dalam Asmaniadi (2012) menyatakan bahwa mutu
merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik (warna, tekstur,
rasa dan bau). Hal ini digunakan konsumen untuk memilih produk secara total.
Gatchallan (1989) dalam Asmaniadi (2012) berpendapat bahwa mutu dianggap sebagai
derajat penerimaan konsumen terhadap produk yang dikonsumsi berulang (seragam atau
konsisten dalam standar dan spesifikasi), terutama sifat organoleptiknya. Juran (1974)
dalam Asmaniadi (2012) menilai mutu sebagai kepuasan (kebutuhan dan harga) yang
didapatkan konsumen dari integritas produk yang dihasilkan produsen. Menurut Fardiaz
(1997) dalam Asmaniadi (2012) , mutu berdasarkan ISO/DIS 84021992 didefinsilkan
sebagai karakteristik menyeluruh dari suatu wujud apakah itu produk, kegiatan, proses,
organisasi atau manusia, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi
kebutuhan yang telah ditentukan.
Pada Tabel 5 disajikan standar kualitas dari bahan baku utama susu murni yang
harus selalu dipenuhi agar terciptanya konsistensi dari susu pasteurisasi yang dihasilkan.
Selanjutnya pada Tabel 6 disajikan standar minimum dari susu pasteurisasi yang
akan dihasilkan.
Pengendalian mutu terhadap air dilakukan dengan cara pemeriksaan 100 persen
terhadap setiap tangki penampungan air. Uji dilakukan sesuai dengan standar industri
untuk air minuman. Apabila ada satu parameter yang menyimpang maka akan dilakukan
penolakan. Parameter uji dan standar air disajikan pada Tabel 7 (Dwi 1991).
a. Ruangan Produksi
Ruangan produksi harus selalu dalam keadaan bersih dan rapi. Dari segi tata letak,
ruang produksi harus cukup luas dan mudah dibersihkan. Lantainya dibuat dari bahan
kedap air, rata, halus tetapi tidak licin, kuat, dan dibuat miring untuk memudahkan
pengaliran air. Dinding juga dibuat dari bahan kedap air minimal dua meter, rata, halus,
berwarna terang, dan harus selalu bersih. Konstruksi langit-langit harus didisain dengan
baik untuk mencegah penumpukan debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan,
bersarangnya hama, memperkecil terjadinya kondensasi, serta harus selalu dalam
keadaan bersih dari debu, sarang laba-laba dan kotoran lainnya. Pintu, jendela dan
lubang angin harus terbuat dari bahan yang tahan lama, tidak mudah pecah, berwarna
terang dan mudah dibersihkan. Pintu, jendela dan lubang angin harus dilengkapi kawat
kasa yang bisa dilepas untuk pembersihan. Pintu harus dapat menutup sendiri sehingga
selalu dalam keadaan tertutup. Lubang angin harus cukup, sehingga udara segar selalu
mengalir di ruang produksi.
Ruangan produksi harus cukup terang sehingga pekerja dapat mengerjakan
tugasnya dengan teliti. Di ruang produksi harus ada tempat untuk mencuci tangan yang
selalu dalam keadaan bersih serta dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya. Selain itu,
di ruang produksi juga harus tersedia perlengkapan P3K.
b. Peralatan Produksi
Peralatan produksi harus terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat, mudah
dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan. Permukaan yang kontak langsung
dengan susu seharusnya halus, tidak bercelah, tidak mengelupas dan tidak menyerap air.
Peralatan harus didesinfeksi sebelum penggunaan dan kapanpun bila ada kemungkinan
kontaminasi. Cara membersihkan peralatan produksi yaitu dibilas dengan air bersuhu
850C. Selanjutnya dicuci dengan deterjen hingga seluruh permukaan peralatan bersih.
Kemudian dibilas dengan air dingin berstandar air minum hingga permukaan bersih dari
deterjen.
Desinfeksi peralatan pemerahan harus dilakukan dengan beberapa aturan sebagai
berikut :
Penguapan. Penguapan harus dilakukan 10-15 menit setelah suhu penguapan di
atas 850C
Air panas. Air panas dengan suhu 800C digunakan tidak kurang dari 20 menit
dan pada pembersihan dengan metode sirkulasi digunakan air panas dengan suhu
850C selama 15 menit.
Deterjen/desinfeksi digunakan sebagai bagian dari proses pembersihan pada suhu
antara 45-600 atau sesuai dengan aturan pembersihannya untuk saluran-saluran
susu, tangki penyimpanan dan tangki-tangki lainnya.
Permukaan peralatan harus selalu dalam keadaan bersih baik bagian luar ataupun
bagian dalam yang akan bersinggungan/kontak dengan susu yang dicirikan dengan tidak
ada bau dari produk yang membusuk, permukaan halus dan bersih, dan permukaan tidak
belang-belang karena lidah air. Ruangan filling harus disediakan larutan Chlorine di
pintu masuk dimana sepatu/boot karyawan harus dibersihkan (footbath). Lampu Ultra
Violet juga harus selalu dinyalakan terutama di malam hari. Alat sanitasi seperti sikat,
pel, deterjen dan bahan sanitasi harus tersedia dan terawat dengan baik. Kemudian harus
ada karyawan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pembersihan, pencucian dan
pencucihamaan.
Fasilitas dan kegiatan hygiene/sanitasi diperlukan untuk menjamin agar bangunan
dan peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah terjadinya kontaminasi silang
dari karyawan.
1. Utilitas harus berdekatan dengan kantor utilitas. Kantor utilitas dibuat di dalam
ruang utilitas, dengan suasana kedap suara. Kantor utilitas diperuntukkan bagi
operator utilitas.
2. Pengolahan air berdekatan dengan kantor utilitas, pengolahan air merupakan ranah
utilitas dan kantor utilitas berada di dalam ruang utilitas.
3. Pengolahan air merupakan bagian dari utilitas, meskipun berada di luar ruang utilitas
namun pengolahan air ini berada tepat disebelah ruang utilitas.
4. Ruang proses harus berdekatan dengan ruang filling, karena filling merupakan
proses lanjut setelah produk jadi dan siap dikemas.
5. Ruang proses harus berdekatan dengan ruang R&D, hal ini berkenaan dengan proses
pengecekan sampel produk yang merupakan ranah dari R&D.
6. Ruang filling juga harus berdekatan dengan R&D, saat produk jadi (sudah dikemas)
diambil sampel untuk diuji secara fisik, kimia, mikrobiologi di lab R&D.
7. Ruang filling di buat berdekatan dengan gudang karena, setelah produk dikemas
kemudian disimpan di dalam gudang penyimpanan produk.
8. Pada proses ini, produk susu setelah melalui proses produksi harus segera dikemas
dan segera disimpan di gudang penyimpanan.
9. Kantin dibuat berdekatan dengan tampat pakir, supaya mudah dijangkau dan
memudahkan mobilitas para pegawai saat jam istirahat (makan siang).
1. Gudang
Produk susu pasteurisasi dikemas dalam kemasan 1 liter. Kemudian dikemas lagi
dalam karton. Kemasan susu 1 liter diperkirakan memiliki panjang 15 cm, lebar 8
cm, dan tinggi 30 cm. Kemudian dalam 1 karton dikemas 12 pcs kemasan susu 1
liter , sehingga kebutuhan luas tiap kartonnya adalah 15 18 12 = 0,324 m2
Kapasitas produksi 4.500 l / jam, sehingga dalam 8 jam kerja menghasilkan 36.000
liter susu / hari = 36.000 pcs / hari.
Jumlah karton : 36.000 / 12 = 3.000
Sehingga jumlah tumpukannya : 3.000 / 6 (maksimal tumpukan) = 500 tumpukan.
Dalam gudang juga terdapat forklift dan palet sehingga, luasan forklift = 2 (3,6
4,2 4) 1,4 = 12,096 m2
Jika luasan tiap palet yang dipakai adalah 1,2 1,2 0,13 m, luas palet : 1,2 1,2 =
2,016 m2 maka palet dapat memuat 2,016 / 0,324 = 6 karton
Jumlah palet yang digunakan : 500 / 6 = 83,3 = 84 palet
Sehingga luas keseluruhan palet : 84 2,016 1,4 = 237,08 m2
Luas keseluruhan gudang yang diperlukan adalah : 12,096 + 237,08 = 249,176 m2.
2. Ruang Proses
Storage tank
Terdapat 2 alat dan 1 operator sehingga luas yang dibutuhkan untuk storage tank :
(( 2,3 2,3) + (5 0,2) + (7,3 2)) 2 =
( 5 + 1 + 14,6) 2 = 20,89 1,4 = 29,246 m2
Reception tank
Terdapat 3 alat dan 1 operator sehingga luas yang dibutuhkan untuk reception tank :
(( 2,4 2,4) + (5 0,2) + (7,4 1,5)) 3 =
( 5,76 + 1 + 11,1) 3 = 53,58 1,4 = 75,012 m2
PHE
Terdapat 3 alat dan 1 operator sehingga luas yang dibutuhkan untuk PHE :
((2,3 2,3) + (5 0,2) + (7,3 1,5)) 3 =
( 5,29 + 1 + 10,95 ) 3 = 51,72 1,4 = 72,408 m2
Aceptic tank
Terdapat 2 alat dan 1 operator sehingga luas yang dibutuhkan untuk aceptic tank :
(( 2,4 2,4) + (5 0,2) + (7,4 1,5)) 1 =
( 5,76 + 1 + 11,1) = 17,86 1,4 = 25,004 m2
Filling
Terdapat 2 mesin filling dan 2 buah konveyor serta 2 operator, kebutuhan luas
ruangnya sebagai berikut :
( 2 (2 2) + 2(50,15) + 2(71)) 1,4 = 32,9 m2
Jadi total luas ruang proses adalah 29,246 + 75,012 + 72,408 + 25,004+32,9 =
234,57 m2.
3. Utilitas
Pada utilitas terdapat 3 buah genset, kantor, dan 2 buah boiler serta 5 operator
sehingga kebutuhan luas ruangnya adalah :
( 3 (2,4 1,2) + 3 (2,4 1,2) + 2 (5 2) + 2 (5 2)) 1,4 = 80,192 + (6 5 1,4) =
122,192 m2.
4. Ruang R&D
(9 8) 1,4 = 100,8 m2.
5. Kantor
(15 10) 1,4 = 210 m2.
6. Kantin
(3 7) 1,4 = 29,4 m2.
7. Pengolahan air
(5 8) 1,4 = 56 m2.
10. Parkir
(20 15) 1,4 = 420 m2
Jadi kebutuhan luas pabrik secara keseluruhan adalah 249,176+234,57 + 122,192 +
100,8 + 210 + 29,4 + 56 + 84 + 2520 + 420 = 4026,138 m2
Dengan asumsi kelonggaran 140%.
5
1 1 1 5 5 5 8 8
1 1 1 1 1 5 5 5 8 8
1 1 1 1 1 5 5 5 8 8
1 1 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 3 3 3
1 1 2 2 2 2 2 3 3 3
1 1 2 2 2 2 2 3 3 3
1 1 4 4 6 6 6 3 3 3
1 1 4 4 6 6 6 3
6 6 6 6
6 6 6 6
6 6 6 6
6 6 6 7 7
11 11 11 11 11 11 11 7
11 11 11 11 11 11 11
11 11 11 11 11 11 11
11 11 11 11 11 11 11
11 11 11 11 11 11 11
11 11 11 11 11 11 11
9 9 9 10 10 10 10 10 10 10
9 9 9 10 10 10 10 10 10 10
9 9 9 10 10 10 10 10 10 10
Gambar 3 Denah Pabrik Susu Pasteurisasi
HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT DAN ORGANISASI
Human Resource Development merupakan salah satu bagian struktur dari suatu
organisasi baik organisasi formal ataupun informal yang bertanggung jawab dalam
perkembangan sumberdaya manusia untuk meningkatkan kinerja dari kolega yang
berkecimpung di dalamnya. Dalam perkembangannya HRD mempunyai fungsi fungsi
dan peranan yang lain lagi, sesuai dengan kesepakatan organisasi ataupun kesepakatan
anggota HRD. Kualitas kinerja atau kualitas dari perusahaan tersebut bergantung dari
kegiatan yang dilakukan oleh HRD, walaupun peranan komponen yang lainpun
merupakan salah satu faktor yang mendukung tercapainya tujuan dari perusahaan, akan
tetapi peraturan dan kegiatan dari HRD adalah salah satu dorongan penting dalam
perkembangan kinerja pekerja.
Membangun kondisi yang kondusif dalam sutu perusahaan akan membangun
keadaan kerja yang nyaman, hal ini juga akan mempengaruhi, baik secara psikis dan
rohani terhadap kinerja karyawan biasa maupun para petinggi yang berada di dalam
suatu institusi. Peranan dari staf tertinggi dsampai karyawan biasa merupakan suatu
kesinerginasan yang harus terus dibangun, kemudian harus terus dipertahankan, apabila
menginginkan organisasi ataupun institusi tersebut tetap bertahan atau tetap berada
dalam kondisi yang kondusif. HRD juga merupakan bagian dari struktur organisasi yang
dianggap sebagai pemonitor dan pengawas kinerja pekerja, akan tetapi juga dianggap
sebagai motivator dan konjungtor dalam suatu organisasi. Peranan yang tidak berfungsi
baik atau bahkan tidak terdapatnya HRD dalam organisasi, dapat dikatakan perusahaan
tersebut tidak dapat mengatur dan tidak dapat memahami karakteristik dari karyawan
dan pekerja lainnya yang berimbas kepada tatanan hubungan antar pegawai.
Perumusan fungsi HRD dalam suatu organisasi bergantung kepada keperluan yang
ada dalam perusahaan atau organisasi. Dalam perusahaan susu pasteurisasi fungsi dari
HRD adalah perekrutan pekerja, hubungan antar staf, hubungan masyarakat,
peningkatan etos kerja pekerja, merancang struktur organisasi. Dalam kegiatan ini HRD
mempunyai kewenangan dalam penentuan karyawan yang diterima sesuai dengan visi
dan misi perusahaan, sehingga dari awal penentuan pekerja sudah memenuhi kriteria
yang diiinginkan. Dari kriteria tersebut, dapat dengan mudah HRD dalam pengontrolan
dan pengawasan pekerja, sehingga dalam peningkatan etos kerja dapat dengan mudah
dibentuk. Selain itu, HRD berfungsi sebagai penghubung antar staf tertinggi dalam
perusahaan dengan staf-staf yang berada dibawahnya, ataupun hubungan antar staf di
dalam departemen. HRD dapat menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan dan
karakteristik pekerja tersebut, sebagai contoh pekerja dengan lulusan S1 teknik kimia,
dengan kemampuan analisis yang baik, maka penempatan yang baik berada dalam QC,
atau dalam proses pengolahan. Fungsi lain dari HRD adalah berhubungan dengan
masyarakat, pemerintah dan organisasi lainnya, seperti hubungan antara perusahaan
dengan institusi perguruan tinggi dalam menyelesaikan masalah perusahaan. Kemudian
peningkatan etos kerja dari pekerja atau upgrading pekerja, dan merancang struktur
organisasi sesuai dengan kesepakatan dengan semua komponen di dalam perusahaan.
Perekrutan Karyawan
Perekrutan pekerja adalah hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan pekerja
yang sesuai dengan perusahaan. Hal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi
karakteristik pekerja yang diinginkan. Perusahaan susu pasteurisasi menginginkan
pekerja yang dapat bekerja keras, dan bekerja sama dalam bekerja di perusahaan.
Perekrutan yang diinginkan perusahaan dibagi sesuai dengan kebutuhan departemen di
dalam perusahaan sebagai contoh, persyaratan karyawan proses produksi :
Tingkat pendidikan min SMA
Umur 19-30 tahun
Berbahasa Indonesia baik dan sopan
Berperilaku santun
Bekerja keras
Tidak pernah melakukan tindakan kriminal ( rekomendasi surat SKCK)
Mematuhi segala peraturan diperusahaan
Persyaratan Kepala bagian proses:
Tingkat pendidikan min S1 jurusan teknik industri, teknik kimia, teknologi
Industry
Umur 25-40 tahun
Dapat berbahasa Inggris aktif (TOEFL min 550)
Berbahasa Indonesia baik dan sopan
Berperilaku santun
Bekerja keras
Tidak pernah melakukan tindakan kriminal (rekomendasi surat SKCK)
Mematuhi segala peraturan diperusahaan
Perekrutan tersebut adalah kesepakatan yang telah diambil dari hasil mufakat
dalam lingkup perusahaan. Setelah melakukan persyaratan bagi pekerja, kemudian HRD
menyeleksi para pekerja yang dibutuhkan dengan bantuan staf lainnya yang
berkecimpung dalam departemen tersebut. Bantuan dari staf departemen berfungsi
sebagai kontrol karyawan yang benar benar dibutuhkan departemen tersebut secara
detail. HRD hanya mengarahkan calon pekerja sehingga dapat terlihat sifat dan
karakteristik secara umum.
Setelah perekrutan dan penyeleksian, HRD juga menerima rekomendasi pekerja
yang akan dinaikkan jabatannya maupun rekomendasi pemberhentian pekerja dari staf
kepala departemen. Kemudian HRD dan staf kepala lainnya akan mendiskusikan hal
tersebut, sehingga dapat tercapai suatu kesepakatan dan hasil mufakat. Selain
pemberhentian dan pengangkatan HRD juga menerima transfer departemen, staf yang
direkomendasi merupakan staf yang telah diamati kinerjanya oleh kepala departemen,
sehingga dapat direkomendasikan ke HRD. Pekerja merupakan masalah yang penting
dalam perkembangan perusahaan, pemilihan pekerja yang salah akan mempengaruhi
aspek aspek dari perusahaan.
Kebutuhan akan karyawan sangat berpengaruh dalam pelaksanaan kegiatan proses
produksi, kekurangan karyawan atau stff akan menimbulkan masalah seperti tidak
optimalnya dalam melakukan pekerjaan, sehingga akan mengganggu proses kegiatan.
Begitu pula apabila terjadi kelebihan karyawan, akan terjadi idle karyawan, banyak
karyawan yang akan menganggur tidak melakukan kegiatan, sehingga menimbulkan
masalah dalam pembagian tugas. Dari masalah tersebut perekrutan karyawan haruslah
efektif dan efisien. Efektif sesuai dengan keahlian karyawan tersebut, dan efisien sesuai
dengan kebutuhan pabrik. Berikut kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Jumlah kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 9.
Hubungan antar departemen dalam suatu perusahaan harus dijalin dengan baik dan
harus mempunyai komitmen saling membantu dan menghargai setiap pekerja yang
dilakukan. Begitu pula dengan hubungan antar staf dalam suatu depatemen. Hal ini juga
berpengaruh dalam kinerja perusahaan, sehingga perusahaan harus mempunyai
peraturan yang mengikat dan rambu rambu dalam perusahaan untuk menjaga
konsisitensi kinerja dan konsisitensi hubungan antar pekerja. Peraturan yang dibuat tidak
membatasi pekerja, sehingga tidak terkesan kaku dan tidak mengganggu stabilitas
pekerjaan. Peraturan sebagai contoh:
Saling mengahragai pekerjaan pekerja
Bertutur kata sopan dan santun antar pekerja
Saling bertegur sapa, senyum, salam saat bertemu
Saling membantu dalam pekerjaan sesuai dengan keahlian dan tugas masing-
masing pekerja
Setiap pekerja mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam melakukan
pekerjaan
Setiap pekerja mempunyai hak berbicara dan menyampaikan pendapat
Peraturan ini tidak akan menghambat kerja dari pekerja melainkan akan
meningkatakan kerja dari pekerja, karena tidak terdapat sekat pembatas antar kepala dan
pekerja, hak dan kewajiban yang sama dalam memngungkapkan pendapat akan menjadi
pegangan untuk HRD. Peraturan ini juga dimaksudkan untuk menciptakan rasa
memiliki perusahaan dari setiap pekerja. Apabila rasa memiliki sudah tertanam dalam
benak pekerja, maka dalam melakukan pekerjaan tidak dilandasi oleh rasa terpaksa
melainkan dengan rasa bahagia. Kondisi yang nyaman dalam perusahaan menciptakan
ruang pekerja dalam melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik. Apabila tidak terdapat
peraturan yang mengikat dan sifatnya keluarga, maka kondisi yang diinginkan
perusahaan tidak akan tercapai.
Hubungan dalam industri harus diciptakan sedemikian rupa dengan konsekuensi
negatif yang sangat kecil untuk melindungi stabilitas perusahaan, hubungan dalam
industri juga berkaitan dengan hubungan proker dari HRD dalam peningkatan etos keja
maupun kegiatan yang berhubungan dengan kerja sama dalam departemen atau antar
departemen sebagai contoh mengadakan pertandingan futsal setiap satu semester sekali
atau perlombaan pada bulan agustus yang bertujuan menjaga kekompakan dalam
departemen tersebut.
Struktur organisasi ini harus disepakati oleh semua komponen yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan kegiatan. Struktur organisasi memperjelas keadaan dan ondisi
dalam kegiatan perusahaan. Dari struktur organisasi juga dapat menentukan jumlah
karyawan yang dibutuhkan dan departemen mana yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Dalam penentuan struktur organisasi tidak jarang akan mengalami perubahan sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Struktur organisasi akan dievaluasi dan dapat
ditambahkan beberapa aspek atau dikurangi beberapa aspek, sehingga perusahaan
berada dalam kondisi yang ideal.
Pembagian posisi dalam suatu institusi mempunyai tanggung jawab masing
masing. Penyusunan deskripsi pekerjaan bertujuan untuk memudahkan pekerja untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Deskripsi tugas dan tanggung jawabnya
adalah sebagai berikut:
1. General Manager bertugas sebagai penentu kebijakan seluruh kegiatan perusahaan.
Tanggung jawabnya adalah membuat arahan umum kerja perusahaan dan target yang
harus dicapai oleh perusahaan.
2. Administrasi bertugas mengkoordinasi pencatatan keuangan perusahaan serta
administrasi kantor.
3. Proses bertugas mengatur dan mengawasi agar produksi sesuai dengan target dan
kualifikasi yang diinginkan.
4. Marketing bertugas merencanakan, menetapkan kegiatan pemasaran, serta
memperoleh informasi penting mengenai keinginan konsumen dan masalah yang
terjadi di lapangan.
5. Supplier bertugas merencanakan kebutuhan bahan baku yang diperlukan oleh
perusahaan, dan urusan kepada petani.
6. Keuangan atau financial membantu administrasi yaitu membuat laporan keuangan
dan adminsitrasi perusahaan.
7. Personal bertugas melakukan hubungan dengan masalah keuangan personal atau
karyawan.
8. Lingkungan bertugas menangani masalah yang ada didalam pengolahan IPAL,
masalah limbah padat, dan limbah gas.
9. QC bertugas melakukan pengawasan terhadap mutu dengan melakukan pengecekan
mutu bahan baku, bahan penolong, dan produk.
10. RND bertugas membantu mencari dan pengembangan dalam meneliti dan
mengembangakan produk.
11. Operator bertugas sebagai teknis pelaksana produksi yaitu dengan menjalankan dan
mengontrol proses dan mesin/peralatan industri.
12. Teknisi pemeliharaan bertugas memperbaiki dan memelihara mesin dan peralatan
produksi.
13. Staff Marketing bertugas sebagai pelaksana teknis dari rencana pemasaran yang
telah dibuat oleh manajer pemasaran.
14. Penggudangan bertugas menjaga kebutuhan di dalam gudang produksi dan gudang
pengadaan bahan baku.
Upgrading
Menurut Husnan dan Suwarso (2000), aspek hukum mempelajari tentang bentuk
badan usaha yang dipergunakan, jaminan-jaminan yang dapat digunakan jika
menggunakan sumber dana yang berasal dari pinjaman dan berbagai akte, sertifikat serta
izin yang diperlukan. Menurut Simatupang (2003), pembahasan aspek hukum dalam
bisnis atau industri meliputi bentuk badan usaha dan peratura-peraturan mengenai
kontrak dan penyelesaiannya, hubungan bisnis, hak milik intelektual, lembaga-lembaga
pembiayaan, pajak, perizinan dan kepalitan.
Analisis aspek legalitas dan hukum pada proyek ini meliputi bentuk organisasi
bisnis, prosedur perizinan dan perpajakan.
Bentuk Usaha
Bentuk usaha yang dipilih adalah Perseroan Terbatas (PT). Menurut Simatupang
(2003), Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang dan peraturan
pelaksanaannya.
Ada beberapa keuntungan maupun kerugian perusahaan yang berbentuk Perseroan
Terbatas. Menurut Sumarni (1993), keuntungan PT. adalah adanya tanggung jawab
terbatas dari pemegang saham terhadap hutang-hutang perusahaan, mudah mendapat
tambahan modal, kelangsungan hidup PT. lebih terjamin karena pemiliknya dapat
berganti-ganti, terdapat efisiensi pengelolaan sumber dana dan efisiensi pimpinan.
Kerugian Perseroan Terbatas, menurut Sumarni (1993), adalah PT. merupakan subjek
pajak tersendiri dan deviden yang diterima oleh pemegang saham dikenakan pajak lagi
dan kurang terjaminnya rahasia perusahaan karena semua kegiatan perusahaan harus
dilaporkan kepada pemegang saham.
Prosedur Perizinan
Izin bidang industri meliputi Izin Usaha Industri yang selanjutnya disebut IUI, Izin
Perluasan dan Tanda Daftar Industri yang selanjutnya disebut TDI (Deperindag 2004).
Perusahaan industri yang akan mendirikan pabrik baru, menurut Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 5 tahun 1992, harus mengajukan izin Undang Undang gangguan
(UUG/HO) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada Kepala Daerah setempat.
Perpajakan
ASPEK LINGKUNGAN
Ada dua hal yang dikaji dalam aspek lingkungan yaitu Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan dan potensi limbah dari industri susu pasteurisasi. Menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha
dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, industri susu termasuk industri yang wajib dilengkapi AMDAL.
KA-ANDAL
Dokumen KA-ANDAL disusun terlebih dahulu untuk menentukan lingkup studi
dan mengidentifikasi isu-isu pokok yang harus diperhatikan dalam penyusunan ANDAL.
Dokumen ini dinilai di hadapan Komisi Penilai AMDAL. Setelah disetujui isinya,
kegiatan penyusunan ANDAL, RKL dan RPL barulah dapat dilaksanakan.
ANDAL
Dokumen ANDAL mengkaji seluruh dampak lingkungan hidup yang diperkirakan
akan terjadi, sesuai dengan lingkup yang telah ditetapkan dalam KA-ANDAL.
Salah satu pertimbangan utama dari produksi susu pasteurisasi adalah jumlah
limbah cair yang besar dihasilkan selama proses produksi. Limbah tersebut dapat
menghasilkan Chemical Oxygen Demand (COD) yang tinggi.
SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN
Letak pabrik berada di kawasan khusus industri, sehingga jauh dari pemukiman
penduduk. Hal ini menguntungkan karena potensi terjadinya konflik akibat faktor social
budaya akan menjadi lebih kecil. Lokasi pendirian pabrik juga tidak mengganggu tata
letak kota karena lahan yang digunakan memang merupakan lahan untuk daerah industri.
Limbah B3
(Bahan Beracun 1. Limbah B3 cair : Berupa oli bekas
dan Berbahaya) dan solven eks tinta
2. Limbah B3 Lab. Quality Control :
Berupa sisa chemical laboratorium,
serta botol dan kaleng eks reagen
3. Limbah B3 padat : Berupa majun
bekas oli/cat, lampu TL/SL bekas,
limbah elektronik, limbah workshop,
limbah poliklinik, markem bekas, dan
jerigen eks chemical boiler
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Sumber
Sumber Limbah cair yaitu sisa pencucian alat dan mesin. Selain itu juga sisa
kegiatan kantin.
Karakteristik
Mengandung susu yang tinggi kandungan. Limbah dari pengolahan susu memiliki
karakteristik yang rentan terhadap bakteri pengurai. Hal ini dapat menyebabkan
mudahnya terjadi pemubusukan.
Pada pengolahan limbah cair ini diharapkan air hasil pengolahan dapat memenuhi
standar yang telah ditetapkan pemerintah yaitu yang tertuang dalam KEP 51-
/MENLH/10/1995, Tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri, Baku Mutu
Limbah Cair Untuk Industri Susu, Makanan Yang Terbuat Dari Susu.
Tabel 12 Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Susu/Makanan yang terbuat dari Susu
Catatan :
1. Pabrik Susu Dasar : menghasilkan susu cair, susu kental manis dan atau susu bubuk
2. Pabrik terpadu : menghasilkan produk susu, keju, mentega dan atau es krim.
3. Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam
miligram parameter per liter air limbah.
4. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam kg ke parameter per ton total padatan susu atau produk susu.
Limbah Padat
Limbah padat terdiri dari berbagai macam wujud dan bentuk, tergantung pada
jenis industrinya. Sifat fisik limbah akan mempengaruhi pilihan tempat pembuangan,
sarana pengangkutan, dan pilihan bentuk pengolahan yang dilakukan. Misalnya saja
limbah padat kertas yang dapat digunakan kembali pada bagian yang masih belum
terpakai sehingga dapat digunakan sebanyak dua kali. Contoh lainnya adalah karton
pengemas yang memiliki wujud dan fungsi yang masih layak digunakan berulang
sehingga dilakukan kebijakan untuk menggunakan karton sebanyak enam kali
penggunaan sebelum pada akhirnya dijual. Disamping sifat fisik limbah, sifat kimia
limbah juga merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan. Sifat kimia limbah padat
akan merusak dan mencemari lingkungan secara kimia yang dapat menimbulkan reaksi
membentuk senyawa baru. Namun limbah padat yang demikian tergolong dalam limbah
B3 sehingga penanganannya khusus dan tidak mengalami penyimpanan di TPS.
Terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam upaya pengelolaan limbah.
Tujuan ini tergantung pada tingkat limbah yang bersifat ekonomis maupun non
ekonomis. Bagi limbah yang non ekonomis pengelolaan ditujukan pada pencegahan dari
kerusakan lingkungan, sedangkan limbah yang memiliki nilai ekonomis dirinci dengan
tujuan meningkatkan efisiensi pabrik secara keseluruhan dan melakukan pengolahan
kembali pada bahan untuk tujuan lain. Hal ini dilakukan pada pengelolaan limbah kulit
dan biji rambutan yang kemudian dapat dimanfaatkan kembali karena masih memiliki
nilai ekonomis untuk digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk.
Sumber
Limbah padat dihasilkan dari kemasan reject dan sisa kegiatan karyawan. Berupa
kemasan plastik atau sampah bungkus makan karyawan. selain itu juga dari daun kering
pepohonan disekitar pabrik. Karakteristik limbah ini ada yang organik, ada yang an
orgaik.
Pembuangan Limbah
Setelah salah satu atau lebih proses penanganan limbah diatas telah dilakukan,
maka proses akhir yang dilakukan adalah pembuangan limbah akhir. Pembuangan
limbah dapat dilakukan dengan 2 macam cara, yaitu pembuangan di laut dan
pembuangan darat (Sanitary landfill). Tahap pembuangan ini dilakukan pada tempat
pembuangan akhir (TPA) pada lokasi yang telah ditentukan daerah setempat. Lokasi
yang digunakan merupakan lokasi yang tepat sebagai lokasi pembuangan limbah,
dimana lokasi ini jauh dari aktivitas penduduk.
Limbah padat yang dihasilkan dapat disebut sampah. Sampah ini dihasilkan dari
sisa kegiatan karyawan pabrik/kantin dan oleh kemasan yang reject/tidak layak pakai.
Sampah tersebut akan ditampung di TPS kemudian dilakukan penyortiran untuk
mengambil bahan atau sampah yang masih bisa digunakan atau dijual ulang. Sampah
tersebut misalnya plastik. Setelah dilakukan penyortiran, hasil sampah yang layak dijual
akan dijual ke pihak ke tiga. Sedangkan sisa sampah akan dibuang ke TPA Daerah
setempat.
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
ambien menjadi turun hingga ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
dapat memenuhi fungsinya (PP Nomor 41 1999). Udara ambien sendiri merupakan
udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang berada di wilayah hukum
Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk
hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya (Suharto 2011).
Selain itu, pencemaran udara dapat pula diartikan adanya bahan-bahan atau zat
asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi udra dari
susunan atau keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing tersebut di dalam
udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan dapat menimbulkan gangguan pada
kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan.
Limbah udara yang dihasilkan industri, sumbernya berasal dari pembakaran
batubara pada boiler dan pembakaran bahan bakar minyak solar pada mesin genset.
Kedua proses pengoperasian mesin tersebut menghasilkan emisi berupa asap yang
mengandung gas-gas pencemar yang tidak diinginkan untuk lingkungan. Pembakaran
pada boiler menggunakan bahan bakar batubara dalam pengoperasiannya. Batubara
adalah suatu batuan sedimen yang tersusun atas unsur karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, dan sulfur. Dalam proses pembentukannya, batubara diselipi batuan yang
mengandung mineral. Bersama dengan moisture, mineral ini merupakan pengotor
batubara sehingga dalam pemanfaatannya, kedua kandungan ini sangat berpengaruh.
Dalam pemanfaatan batubara, pengotor ini harus diperhitungkan karena semakin tinggi
kandungan pengotor dalam batubara, maka akan semakin rendah kandungan karbonnya.
Hal ini akan mengakibatkan semakin rendah pula nilai panas batubara tersebut.
Bahan pencemar yang terkandung dalam emisi yang dihasilkan oleh asap boiler
dan mesin genset perlu terus dipantau agar tidak melebihi batas normal yang diizinkan
berdasarkan Peraturan Menteri No. 07 Tahun 2007 untuk udara emisi pada cerobong
boiler dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.13 Tahun 2009 Lampiran I untuk
emisi udara pada cerobong mesin genset. Standar baku mutu udara emisi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 13 dan 14.
Berdasarkan baku mutu yang telah ditetapkan, maka udara emisi yang dihasilkan
akan selalu dikontrol setiap 6 bulan sekali oleh pihak laboratorium eksternal agar dapat
dilakukan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi yang telah diuji. Terdapat
beberapa parameter uji yang merupakan bahan pencemar udara yang terdiri atas gas,
cairan, dan partikel padat dalam atmosfir yang sangat berbahaya bagi kesehatan
makhluk hidup.
Pencemaran yang disebabkan oleh udara emisi pada cerobong boiler maupun
cerobong genset ini akan mengakibatkan pencemaran pada udara ambien. Udara ambien
tentunya akan mempengaruhi secara langsung terhadap lingkungan sekitar pabrik
khususnya terhadap lingkungan masyarakat yang tinggal di dekat lokasi pabrik. Untuk
menghindari permasalahan terkait gangguan lingkungan, maka pengujian kualitas udara
ambien penting untuk dilakukan. Pengujian ini didasarkan atas Peraturan Pemerintah RI
Nomor 41 Tahun 1999 dengan parameter uji disajikan pada Tabel 15.
cyclon
e Alat press
Bak pengendapan
lumpur
lumpur
boile
Gambar 6 Peralatan Penanganan dan Pengolahan Limbah Gas
rr
Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
Limbah bahan beracun dan berbahaya adalah material yang memiliki sifat
fisik, kimia, dan biologi yang memerlukan prosedur pembuangan untuk mencegah
resiko terhadap kesehatan, keselamatan, dan perlindungan lingkungan. Limbah
kimia B3 memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang atau kronis.
Dampak jangka pendek limbah kimia B3 misalnya adalah toksisitas akut
gangguan pernapasan, iritasi kulit, serta korosifitas terhadap kulit. Sedangkan
toksisistas kronis limbah kimia B3 misalnya adalah resisten terhadap proses
detoksifikasi.
Sifat kimia limbah B3 menurut Pasal 5 ayat 1 dari Peraturan Pemerintah
Nomor 85 Tahun 1999 Junto Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 Junto Peraturan Pemerintah Nomor
18 Tahun 1999 dan Peraturan Pemeritah Nomor 74 Tahun 2001 yaitu bahan
mudah meledak (explosive), pengoksidasi (oxidizing), sangat mudah sekali
menyala (extremely flammable), sangat mudah menyala (highly flammable), amat
sangat beracun (extremely toxic), sangat beracun (highly toxic), beracun
(moderately toxic), korosif (corrosive), bersifat iritasi (irritant), berbahaya bagi
lingkungan (dangerous to the environment), karsinogenik (carsinogenic),
teratogenik (teratogenic), dan mutagenik (mutagenic) (Suharto 2011).
Berdasarkan sifat kimia yang disebutkan diatas, maka manajemen limbah
kimia B3 menjadi masalah lingkungan yang sangat kritis dan krusial. Semakin
besar perkembangan dunia industri, maka akan semakin besar pula jumlah dan
jenis limbah kimia B3 yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan diperlukannya
peningkatan berbagai maacam disiplin ilmu pengetahuan dan pemahaman dampak
negatif limbah kimia B3 terhadap kesehatan manusia. Manajemen limbah kimia
B3 saat ini tidak hanya menjadi permsalaahan di negara berkembang, namun juga
masih menjadi masalaah di negara maju. Penanganan limbah B3 harus dilakukan
secara terintegrasi, yaitu penanganan dimulai dari sumbernya dengan tujuan untuk
mengeliminasi limbah yang diikuti dengan pewadahan di tempat, pengumpulan,
pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, hingga dengan pengolahan akhir yang
dilakukan secara aman, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Manajemen ramah lingkungan pengelolaan limbah kimia B3 merupakan
upaya tepat terhadap perlindungan kesehatan, lingkungan, dan manajemen sumber
daya alam serta pembangunan berkelanjutan. Banyak limbah kimia B3 yang
dibuang ke sungai, pinggir jalan, atau dibuang langsung ke lautan yang pada
akhirnya akan mengganggu kesehatan makhluk hidup maupun ekosistem alam.
Oleh sebab itu diperlukan peningkatan pengetahuan (knowledge) dan informasi
terhadap manajemen limbah kimia B3, peningkatan kemampuan kelembagaan
manajemen limbah kimia B3 dan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
dan lingkungan, serta meningkatkan kerjasama internasional dalam menajemen
limbah kimia B3. Sosialisasi mengenai pengetahuan limbbah B3 ini diterapkan
oleh perusahaan dimulai dari pelabelan tempat pembuangan sampah dimana
limbah B3 diberikan tempat tersendiri sehingga setiap karyawan mengetahui
jenis-jenis limbah B3 berdasarkan informasi yang tersedia pada tempat sampah
tersebut. Karyawan tidak lagi mencampur limbah B3 dengan jenis limbah lainnya
karena dapat menimbulkan reaksi yang berbahaya dan beracun, serta
mempermudah dalam penanganan selanjutnya.
Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu hal yang penting dilakukan, karena
limbah B3 memerlukan penanganan khusus dan tidak dapat dibuang di sembarang
tempat. Jika limbah kimia B3 dibuang ke lahan, maka air permukaan tanah, air
sungai, dan air laut akan tercemar sehingga terjadi kerusakan biota didalamnya.
Jika kimia limbah B3 disimpan dalam kontainer dari baja yang kuat dan disimpan
dalam bak beton tetap merupakan ancama karea umur pengemas atau kontainer
jauh lebih pendek dibandingkan dengan umur limbah kimia B3 tersebut.
Pengemas atau kontainer akan dapat mengalami korosi oleh waktu tinggal di
lahan. Limbah kimia B3 yang keluar dari kontainer pada akhirnya menjadi
ancaman bagi permukaan tanah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
air minum penduduk khususnya penduduk yang menggunakan air sumur
tradisional. Selain itu, lahan juga terkontaminasi oleh limbah kimia B3 sehingga
tidak dapat digunakan untuk lahan bercocok tanam. Penanganan yang dilakukan
oleh perusahaan yaitu bekerjasama dengan pihak ke tiga yang mampu mengolah
limbah.
ASPEK FINANSIAL
Biaya Investasi
Berikut merupakan rincian modal investasi yang dapat dilihat pada Tabel 16
Tabel 17 Detail Biaya Pembelian Peralatan dan Mesin Produksi Susu Pasteurisasi
Harga
Mesin Produksi Jumlah Satuan Total ($)
Satuan
Trolley 3 piece 30 90
Hydraulic hand pallet
truck 2 set 180 360
Electric reach trucks 2 set 10000 20.000
Reception tank 3 set 5000 15.000
Harga Satuan
Utilitas Jumlah Satuan ($) Total ($)
Boiler (fire tube) 1 set 15000 15000
Generator 4 set 11000 44000
Compressor 2 set 600 1200
Chiller 1 set 15000 15000
$ 75.200
SUBTOTAL
Rp 909.920.000
4. Bangunan
Bangunan meliputi bangunan untuk ruang produksi dan nonproduksi. Ruang
produksi terdiri dari 1 unit. Ruang non produksi meliputi: kantor, laboratorium,
ruang R&D, gudang produk, kantin & mushollah, water treatment, pengolahan
limbah padat dan cair serta area parkir. Estimasi biaya untuk membangun ruang
produksi adalah sebesar Rp. 586.425.000. Estimasi biaya untuk membangun
ruangan nonproduksi sebesar Rp 5.687.352.000 yang hanya terdiri dari satu
tingkat. Rincian biaya bangunan ditunjukan pada Tabel 18.
5. Lahan
Biaya lahan per meter persegi di wilayah Sukabaumi NJOPnya mencapai
Rp. 1000.000/m2. Keperluan lahan sebesar 4026,138 m2 sehingga biaya lahan
sebesar Rp.4.026.138.000.
6. Biaya perlengkapan
Biaya perlengkapan terdiri dari biaya perlengkapan kantor, perlengkapan
laboratorium, perlengkapan pemeliharaan alat dan mesin, peralatan kebersihan,
dan peralatan keamanan/APD (Alat Pelindung Diri). Rincian biaya perlengkapan
ditunjukan pada Tabel 19.
7. Biaya kendaraan
Biaya Kendaraan berupa biaya yang digunakan untuk membeli lima
kendaraan operasional seharga Rp.200.000.000 /buah sehingga total biaya sebesar
Rp 1.000.000.000.
8. Biaya prainvestasi
Biaya prainvestasi meliputi biaya perijinan, riset, konsultasi, dan feasibility
study. Biaya perijinan sendiri berupa biaya untuk mendapatkan Izin Usaha
Industri (IUI), Undang-Undang Gangguan (UUG) dan Analisis Mutu dan Dampak
Lingkungan (AMDAL), sertifikat Halal dan label BPOM. Besarnya biaya
perijinan merupakan hasil wawancara dengan pemerintah daerah setempat. Untuk
biaya awal riset ditetapkan Rp 100.000.000. dan biaya Engineering, Procurement,
and Consulting (EPC) ditetapkan Rp 500.000.000. serta biaya feasibility study
sebesar Rp.672.500.000 Rincian biaya prainvestasinya ditunjukan pada Tabel 20.
9. Biaya kontingensi
Faktor Kontingensi diperhitungkan sebesar 10% dari total investasi
(pembelian peralatan dan mesin, water treatment plant, waste treatment plant,
pemipaan dan instalasinya, listrik dan instalasinya, lahan, bangunan, biaya
kendaraan, biaya perlengkapan, biaya prainvestasi), yaitu sebesar Rp
1.863.586.060. Faktor Kontingensi merupakan kompensasi dari kejadian yang
tidak dapat diprediksi misalnya bencana alam, kesalahan dalam estimasi dan biaya
yang tidak terduga lainnya.
Penyusutan
Biaya Operasional
Tenaga
Pemasaran 5 6.000.000 1.000.000 420.000.000
Biaya Laboratorium
Biaya laboratorium meliputi biaya pembelian bahan kebutuhan laboratorium.
Biayanya ditetapkan sebesar 10% dari biaya gaji operator. Biaya gaji operator
adalah Rp 300.000.000/tahun, maka biaya laboratorium adalah sekitar Rp
30.000.000.
Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya pemeliharaan bangunan, instalasi,
mesin dan peralatan, dan kendaraan. Biaya ini ditetapkan 10% dari harga
pembelian. Adapun rincian biaya pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 26.
Biaya per unit produk susu pasteurisasi ditentukan dengan metode full
costing yaitu dengan rumus sebagai berikut :
Kelayakan Investasi
Arus Kas
Untuk menghitung kelayakan investasi perlu terlebih dahulu dievaluasi
aliran kas perusahaan yang masuk maupun yang keluar dengan hal tersebut maka
keuntungan perusahaan persatuan waktu tertentu dapat ditentukan. Arus kas
menggambarkan aliran dana yang masuk kedalam kas setiap tahunnya. Arus kas
dapat dilihat pada Tabel 30.
Bangunan 6.273.777.000
Peralatan 7.753.445.600
Modal
kerja 310.188.447.270
Kegiatan operasional
Penerimaan 259.200.000.000 259.200.000.000 324.000.000.000 324.000.000.000 324.000.000.000
Depresiasi 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887
Kegiatan
keuangan
Net cash
flow 324.215.669.870 270.892.706.887 270.892.706.887 335.692.706.887 335.692.706.887 335.692.706.887
Tahun ke-
6 7 8 9 10
Kegiatan investasi
Bangunan
Peralatan
Modal 310.188.447.270
kerja
Kegiatan operasional
Penerimaan 259.200.000.000 259.200.000.000 324.000.000.000 324.000.000.000 324.000.000.000
Depresiasi 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887 11.692.706.887
Kegiatan
keuangan
Net cash
flow 270.892.706.887 270.892.706.887 335.692.706.887 335.692.706.887 335.692.706.887
Kriteria Investasi
Penilaian kriteria investasi menggunakan metode NPV, IRR. B/C ratio, dan
PBP. Tabel penghitungan metode NPV, IRR, B/C Ratio, dan PBP dijelaskan pada
Tabel 31.
DAFTAR PUSTAKA