seminar studi pustaka tertulis yang berjudul “Daya saing usaha sapi perah dalam
peningkatan pendapatan peternak” Shalawat serta salam juga tak lupa kami
Makalah studi pustaka ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada
Mata Kuliah Seminar Studi Pustaka, dengan terselesaikannya makalah tertulis ini,
1. Dosen Mata Kuliah Seminar Studi Pustaka Sosial Ekonomi yang telah
2. Prof. Dr. Ir. Hastang, M.Si, IPU selaku pembimbing yang banyak
Penulis menyadari bahwa gagasan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan makalah ini.
Semoga makalah tertulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................ v
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
PERMASALAHAN................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
iv
ABSTRAK
Fadilah Septi Aulia. I011181513. Daya Saing Usaha Sapi Perah Dalam
Peningkatan Pendapatan (Dibimbing oleh Hastang)
v
PENDAHULUAN
Sub sektor peternakan merupakan salah satu kegiatan yang menjadi skala
hewani masyarakat. Salah satu hewan ternak yang memiliki potensi untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk utamanya
susu. Sapi perah merupakan ternak yang mempunyai kontribusi besar sebagai
penghasil susu untuk memenuhi kebutuhan susu dibanding jenis hewan ternak lain
meningkatnya populasi manusia, akan tetapi peningkatan permintaan susu ini tidak
dapat ditutupi oleh penawaran susu sapi itu sendiri (Krisna dan Manshur, 2006).
Peluang perkembangan usaha sapi perah masih terbuka luas untuk tumbuh
dan berkembang. Melihat kondisi ekologi, geografis dan kesuburan tanah beberapa
persusuan cukup baik. Selain itu, hasil produksi dari sapi perah yaitu susu
merupakan produk yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Permintaan susu dari
waktu ke waktu semakin meningkat, hal ini terjadi karena jumlah penduduk yang
Usaha ternak sapi perah merupakan salah satu usaha dibidang peternakan
yang memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus
nasional. Namun, usaha temak sapi perah rakyat di Indonesia sudah mulai
1
pengetahuan dan keterampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian
sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek
hal ini terjadi karena jumlah penduduk yang terus meningkat dan pendapatan
masyarakat juga semakin meningkat. Industri peternakan susu dalam negeri belum
mampu bersaing dengan negara-negara produsen susu dunia baik dari segi
kuantitas, kualitas, maupun harga. Indonesia saat ini mengalami defisit produksi
susu 70% dalam memenuhi bahan baku Industri Pengolahan Susu (IPS), karena dari
kebutuhan sekitar 1,3 miliar liter, produksi susu nasional hanya sekitar 350 juta
liter. Saat ini sejumlah industri susu olahan di dalam negeri mengimpor kekurangan
kebutuhan susu cair tersebut untuk diolah menjadi susu bubuk, susu kental manis,
antar daerah menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif
2007). Pada umumnya, daya saing industri sapi perah di Indonesia kalah dalam
seperti Australia, New Zealand, Amerika Serikat dan negara Uni Eropa. 97%
pengusaha dalam negeri hanya beroperasi dengan tidak lebih dari sepuluh sapi
perah, sedangkan produsen skala besar dengan kepemilikan ternak lebih dari tujuh
2
ekor hanya tiga persen (Swastika et al. 2005). Hal tersebut mengindikasikan bahwa
mayoritas pengusaha sapi ternak tidak memiliki modal usaha yang besar. Modal
usaha yang kecil juga mengakibatkan kurang efisiennya usaha peternakan sapi
perah sehingga masih memiliki daya saing yang rendah sehingga perlu adanya
peningkatan skala usaha. Skala usaha yang kecil mengakibatkan peternak tidak
memiliki posisi tawar yang tinggi (Oktariani, 2014). Hal inilah yang mendasari
penulisan makalah ini yang berjudul Daya Saing Usaha Sapi Perah Dalam
3
PERMASALAHAN
secara usaha rakyat maupun secara swasta, Hasil produksi susu sapi perah dan
daging sapi masih banyak dibutuhkan untuk di konsumsi, selain kebutuhan protein,
hewani juga kegemaran minum susu. Upaya untuk memenuhi kebutuhan susu
diperlukan juga populasi sapi perah yang tinggi juga. Untuk meningkatkan populasi
sapi perah maka jumlah peternaknya juga harus meningkat. Peternakan sapi perah
di Indonesia secara produksi masih naik turun, buktinya pada tahun 2011 Indonesia
Seharusnya setiap tahun populasi sapi perah meningkat karena untuk menghasilkan
import susu dari produsen luar negeri. Seiring tahun, harga antara susu lokal selalu
ditemukan lebih mahal dari susu impor yang mana pada tahun 2016 susu impor
hanya dipatok Rp 3.100 per liter sedangkan untuk susu lokal Rp 4.600 per liter
(Novalius, 2016). Selain itu, penelitian terhadap korelasi harga susu domestik tidak
masyarakat Indonesia. Tidak heran pada tahun 2013, angka ketergantungan impor
susu Indonesia genap mencapai 79% dari 3.194.824 ton kebutuhan susu domestik
yang hanya bisa dipenuhi sebesar 664.344 ton oleh produsen dalam negeri (Pratiwi
4
& Hakim, 2013). Dari hasil uraian tersebut, dapat diremuskan masalah yaitu
bagaimana daya saing usaha sapi perah dalam meningkatkan pendapatan peternak
5
PEMBAHASAN
dibandingkan ternak lainnya. Sapi perah sangat efisien dalam mengubah makanan
ternak berupa konsentrat dan hijauan menjadi susu yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Selain bermanfaat dan menyehatkan, susu sapi perah relatif mudah
sempurna yang tidak dapat digantikan bahan makanan lain (Kamiluddin, 2012).
Sapi perah yang ada di Indonesia merupakan sapi impor dan hasil
persilangan sapi impor dengan sapi lokal. Menurut Prihadi (1997), sapi perah di
bangsanya :
Termasuk jenis ini adalah sapi FH murni yang diimpor langsung dari
breeder, juga sapi kelahiran Indonesia yang induknya FH murni serta pejantannya
juga FH murni.
Sapi ini merupakan persilangan antara sapi murni FH dengan sapi lokal dan
Sapi yang termasuk non discript adalah sapi-sapi yang jelas bukan sapi FH
murni, tetapi tidak diketahui dengan jelas tingkat kemurnian darah FH nya dan tidak
6
Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah bangsa
Friesian Holstein (FH) dan keturunannya atau persilangannya yang dikenal dengan
Holstein (PFH) mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jenis sapi perah
lainnya yaitu :
bangsa sapi perah lainnya yaitu mencapai 5982/liter/laktasi (Santosa et al., 2013).
oleh tubuh manusia sebagai zat pembangun terutama bagi anak pada masa
pertumbuhan. Susu tersusun dari air (87,90%) dan bahan kering (12,10%). Bahan
kering dalam susu mengandung lemak (3,45%) dan bahan kering tanpa lemak
(8,65%). Kandungan bahan kering tanpa lemak susu terdiri dari protein (3,20%),
laktosa (4,60%), dan vitamin, enzim dan gas (0,85%). Protein dalam susu terdiri
atas casein (2,70%) dan albumin (0,50%) (Laryska dan Nurhajati, 2013).
Susu merupakan salah satu sumber protein hewani dengan kandungan gizi
Pusat Statistik (BPS), tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia tahun 2020 juga
masih berkisar 16,27 kg per kapita/tahun, masih lebih rendah dibandingkan dengan
7
negara tetangga, seperti Vietnam yang mencapai 20 kg/kapita/thn atau Malaysia
mencapai 4,3 juta ton per tahun dan kontribusi susu dalam negeri terhadap
kebutuhan susu nasional baru sekitar 22,7%, sisanya masih dipenuhi dari impor
selain susu segiar (fresh milk) sebagai produk utamanya. Produk-produk tersebut
adalah: (1) produkproduk olahan asal susu, (2) sapi perah bibit, (3) sapi pedaging,
(4) pupuk kompos, dan (5) biogas. Variansi komoditas susu segar yang biasa
diproduksi dalam industri usaha peternakan sapi perah juga memiliki banyak
inovasi produk. Produk-produk seperti susu homogen, susu skim, susu pasteurisasi,
susu steril, susu bubuk, susu kental, es krim, mentega, keju, krim, yogurt, hingga
kefir telah menjadi komoditas yang umum di pasar (Ketut dkk, 2015). Hal tersebut
menunjukkan betapa besarnya potensi yang ada dalam industri peternakan susu sapi
Daya saing adalah kemampuan suatu negara untuk menawarkan produk dan
layanan yang memenuhi standar kualitas, harga pasar dan nilai baik dalam negeri
pengganti sumber daya yang digunakan dalam proses produksi mereka. Daya saing
sub-sektor atau negara untuk menjual dan memasok barang atau jasa yang diberikan
mendefenisikan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang lebih
8
baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud adalah (1)
Ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi daya saing perindustrian pada
umumnya. Dimulai dari faktor equilibrium pasar berupa jumlah produksi dan
dalam skala yang besar, sebuah perusahaan dapat mencapai keunggulan daya saing
apabila relatif rendah (efisiensi) dan berbeda. Dan sebuah perusahaan dapat
perubahan dari terpusat menjadi terbagi) atau koordinasi (dari tinggi sampai
unit usaha, seperti strategi produk, teknologi, pelatihan, biaya penelitian dan
(governed), yaitu lingkungan bisnis (pajak, suku bunga, nilai tukar uang), kebijakan
regulasi lainnya. Selanjutnya faktor semi terkendali, yaitu kebijakan harga input
dan kuantitas permintaan domestik dan impor. Sedangkan, faktor yang tidak dapat
9
dikendalikan, yaitu lingkungan alam. Jika pemerintah mampu memperbaiki faktor-
faktor pemicu tersebut, diharapkan komoditas susu lokal dapat berkembang sebagai
Daya saing industri di zaman modern ini selalu relevan dengan pemanfaatan
teknologi dalam proses produksinya. Hal yang sama pun berlaku dalam industri
sapi perah di Indonesia. Pemanfaatan teknologi seperti alat pemerah sapi otomatis
masih jarang digunakan oleh pengusaha lokal yang mayoritas masih beroperasi
dalam skala yang kecil. Hal tersebut berpengaruh langsung ke harga produksi
dimana pengusaha lokal masih memanfaatkan tenaga manusia yang tidak seefisien
mesin. Pola distribusi dan brand market dari pengusaha lokal yang masih memiliki
kesan kurang higenis memberikan dampak yang terasa bagi jumlah penjualan.
Selain itu, pengusaha luar negeri seperti di New Zealand, Australia, Amerika
Serikat dan beberapa negara Uni Eropa juga lebih memperhatikan kualitas hewan
ternak mereka melalui penjagaan pakan yang bermutu dan juga rekayasa genetik.
Daya saing produsen lokal dengan luar negeri juga bisa dicerminkan melalui
pengelolaan limbah peternakan yang lebih efektif. Pengusaha lokal masih belum
bisa mengelola limbah dengan efektif sehingga masih terjadi pencemaran dari feses,
urine dan infeksi penyakit yang tidak terkontrol (Rasnah dkk, 2016).
harapkan peternak sapi perah adalah kesejahteraan peternak meningkat, harga susu
mewujudkannya harus dapat dukungan khusus kepada ternak yang juga mengolah
susu segar dengan berjiwa pengusaha. Selain itu, perlunya kebijakan dari
pemerintah serta lebih berpihak kepada peternak sapi perah agar produksi susu bisa
10
meningkat dan swasembada susu nasional dapat terpenuhi. Salah satu contoh
kecilnya adalah dengan penyediaan lahan untuk pakan. Selain dari pada itu,
peternak juga harus memiliki kemampuan dalam segi teknis beternak sapi perah
ditekankan, pola perkawinan dan kelahiran diatur agar susu yang dihasilkan terus
menerus, pemerahan dilakukan dengan baik supaya tidak timbul penyakit pada sapi
perah, handling susu, pengendalian hama, dan yang paling penting ialah sanitasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha
banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan
seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu (Marbun, 2003). Pendapatan
(revenue) dapat diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh pada periode
biaya. Penerimaan merupakan istilah lain dari pendapatan kotor yang belum
dikurangi biaya. Jadi ketika seorang pedagang berjualan, total harga jual dari semua
11
Usaha ternak sapi perah di Indonesia umumnya masih dilakukan secara tradisional
dengan skala usaha kecil. Selain itu, peternak belum berorientasi ekonomi sehingga
seperti jumlah kepemilikan sapi perah laktasi, harga jual ternak, jumlah produksi
susu, upah tenaga kerja, harga susu, dan harga pakan tambahan (Rasnah dkk, 2016).
sederhana (CEPF, 2017); potensi pendapatan yang bisa diperoleh produsen susu
sapi perah domestik sebesar jumlah kebutuhan konsumsi susu di Indonesia yaitu
sebesar 3,2 juta ton dikalikan dengan harga susu domestik yaitu Rp 4.600. Total
potensi pendapatan yang bisa diperoleh peternak sapi perah untuk produksi susu
lokal hanya mampu memproduksi sebesar 664 ribu ton atau hanya mencapai 3
Trilyun Rupiah.
mendiskripsikan seberapa besar tingkat penerimaan total dan biaya – biaya yang
P = Pr.T – B
Keterangan :
P = Pendapatan
12
Pr.T = Penerimaan Total
B = Biaya
BT = Biaya Tetap
saing usaha peternak susu perah akan meningkat linier dengan efisiensi kerja yang
direpresentasikan melalui biaya produksi. Ketika biaya bisa ditekan, dalam asumsi
penerimaan tetap maka pendapatan produsen susu perah akan ikut meningkat
dengan sendirinya.
Peningkatan berasal dari kata tingkat. Yang berarti lapis atau lapisan dari
sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Tingkat juga dapat berarti pangkat,
kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga berarti
2002).
yang sangat erat dengan penerimaan dan penjualan. Ketika daya saing usaha tinggi,
maka penerimaan pun akan meningkat. Salah satu indikator daya saing usaha yang
kuat adalah harga jual dari suatu produk yang berkualitas, jika harga jual bisa
13
ditekan rendah maka penjualan niscaya akan meningkat. Sehingga bisa dilihat
bahwa manajemen biaya dan penekanan harga jual yang rendah merupakan salah
satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan pendapatan bagi usaha
negara eksportir susu sapi perah seperti New Zealand dan Australia masih tergolong
terhadap pendapatan pengusaha itu sendiri. Jika biaya produksi bisa ditekan, maka
pendapatan bersih yang bisa diperoleh dari penerimaan total bisa meningkat.
antara daya saing dengan pendapatan usaha itu berbanding lurus. Semakin tinggi
daya saing pengusaha, maka semakin tinggi pula pendapatan yang bisa mereka
memiliki 3 makna kunci utama yaitu, perilaku peternak, kondisi dan hubungan
sosial dan kemapuan untuk berusaha. Dengan demikian Penerapan teknologi pada
usaha ternak sapi perah, dapat meningkatkan produktivitas ternak, daya saing usaha
14
berkualitas. Peternak harus menekan biaya produksi sehingga mendapatkan
Salah satu cara yang dianggap paling tepat dan memungkinkan dalam
dapat dipelajari dari dua sudut pandang (Kusnadi dan Juarini 2006). Pertama adalah
pemeliharaan sapi perah yang ekonomis. Dalam hal ini, peningkatan pendapatan
sapi perah, selain ternaknya yang harus produktif, juga perlu disertai dengan
bimbingan teknis atau penyuluhan, dengan tujuan agar peternak lebih terampil
dalam mengelola usahanya, sehingga teknologi budiaya sapi perah yang dikuasai
15
perah , diharapkan produktivitas sapi perah meningkat dan pada akirnya pendapatan
dan pendapatan akan meningkat seiring berjalannya waktu. Dan untuk bisa
internal berupa penguasaan teknologi, faktor eksternal dari luar lingkungan seperti
trend pasar dan juga intervensi pemerintah memiliki peranannya sendiri. Negara-
juga mampu untuk mengubah kapabilitas daya saing usaha dalam negeri, contoh
teknologi untuk menekan biaya serta mengekspansi skala usaha mereka sehingga
produksi susu perah dalam negeri juga ikut meningkat. Mengingat potensi
konsumsi susu sebesar 14 Trilyun Rupiah yang hanya diproduksi sendiri sebesar 3
Trilyun Rupiah dalam negeri, maka pendapatan pengusaha susu sapi perah akan
16
KESIMPULAN
terdapat korelasi antara daya saing usaha dalam konteks peternakan susu sapi
dengan peningkatan pendapatan pengusaha susu sapi perah itu sendiri. Pengaruh
daya saing usaha dalam peningkatan pendapatan tersebut berjalan linier. Semakin
besar daya saing usaha, maka pendapatan yang bisa diperoleh pengusaha juga ikut
meningkat. Ada banyak sekali faktor yang mampu mendorong daya saing usaha
susu sapi perah dan memicu peningkatan pendapatan. Salah satu faktor yang
berperan dominan dalam persaingan usaha tersebut adalah faktor controlled berupa
yang lebih. Potensi pasar yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia masih
didominasi oleh produk impor, masih ada keuntungan sebesar 11 Trilyun Rupiah
yang hilang dan diisi oleh produsen luar negeri. Adapun usaha yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan daya saing usaha peternak susu sapi perah adalah faktor
komparatif yang dimiliki pengusaha lokal. Bantuan tersebut bisa berupa bantuan
kredit untuk mengganti tenaga manusia yang relatif mahal dengan teknologi seperti
17
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2020. Produksi susu Di Indonesia. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta. Balai Pustaka
David, B. 2013. Competitiveness and Determinants of Cocoa Export from Ghana.
International Journal of Agricultural Policy and Research, 1(9), pp : 236-
254
Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses, Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Peternakan
dan Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Ernawan, M. Trijana, E dan Ghozali, R. 2016. Analisis Pendapatan Usaha
Peternakan Sapi Perah Laktasi. Studi Kasus di Desa Minggirsari Kecamatan
Kanigoro Kabupaten Blitar. Jurnal Aves, 10 (2)
Kamiludin, E. 2012. Analisi Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Di Kawasan
Peternakan Sapi Perah Cibung Bulang Kabupaten Bogor. Bogor. Institut
Pertanian Bogor.
Kementerian Pertahanan. Pusat Data Informasi.2017. Produksi, konsumsi dan
impor susu Indonesia. Republik Indonesia.
Kuncoro, M. 2007. Ekonomika Industri Indonesia Menuju Negara Industri
2030.Yogyakarta
Kusnandi, U dan Juarini, E. 2007. Optimilasi Pendapatan Usaha Pemiliharaan Sapi
Perah Dalam Upaya Peningkatan Produksi Susu Nasional. Wartazoa 17- 21-
28
Lyriskah, N dan Nurhajati, T. 2013. Peningkatan Kadar Lemak Susu Sapi Perah
Dengan Pemberian Pakan Konsetrat Komersial Dibandinkan Dengan
Ampas Tahu. Department of Animal Husbandry Faculty of Veterinary
Medicine. Airlangga University. Surabaya.
Marbun,B., N. 2003. Kamus Manajemen Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
Novalius, F. 2016. Penyebab Susu Sapi Lokal Kalah Saing dengan Impor. Okezone
News Media. https://economy.okezone.com/ read / 2016
/11/23/320/1549492/harga-mahal-penyebab-susu-sapi-lokal-kalah-saing-
dengan-impor.
Oktariani A, Daryanto, A dan Fahmi, I. 2016. The Competitiveness Of Dairy
Farmers Based Fresh Milk Marketing on Agro-Tourism. International
Journal of Animal Health and Livestock Production Research
18
Prihadi, S. 1997. Tata Laksana Dan produksi ternak Perah. Fakultas Peternakan.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Pratiwi, H dan Hakim, A. 2013. Perilaku Impor Susu Di Indonesia. Telaah Bisnis
Media.
Rasnah, B., H, Rasyid, T. dan Aminawar T. 2016. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Adopsi Teknologi Biogas pada Peternak Sapi Perah.
Fakultas Peternakan Universita Hasanuddin.
Rusdiana, S dan Soeharsono. 2018. Upaya Pencapaian Daya Saing Usaha Sapi
Perah Melalui Kebijakan Pemerintah dan Peningkatan Pendapatan
Peternak. 8 (1) : 11-51.
Rusdiana, S dan Sejati W. K. 2009. Upaya Pengembangan Agribisnis Sapi Perah
Dan Peningkatan Produksi Susu Melalui Pemberdayaan Koperasi Susu”.
Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol 1 :43-51
Sjahril, S., S. 2014. The Impact of Indonesia-China Trade Liberalisation on the
Welfare of Indonesian Society and on Export Competitiveness. Bulletin of
Indonesian Economic Studies, 50(2), pp : 292- 293.
Santosa, S. I., A. Setiadi dan R. Wulandari. 2013. Analisis Potensi Pengembangan
Usaha Peternakan Sapi Perah Dengan Menggunakan Paradigma Agribisnis
Di Kecamatan Musuk kabupaten Boyolali. Buletin Peternakan. Vol. 37
Swastika, D.K., M.O.A. Manikmas., B. Sayaka., K. Kariyasa. 2005. The Status and
Prospect of Feed Crops in Indonesia. ESCAP, United Nations.
Soekartawi, 2002. Faktor-Faktor Produksi. Jakarta. Salemba Empat
Suriasih K, Subagiana W dan Saribu D L. 2015. Ilmu Produksi Ternak. Fakultas
Peternakan Universitas Udayana.
Tim CEPF. 2017. Perangkat Panduan Pencatatan Keuangan Sederhana. Ecosystem
Partnership HR
Wardhani, R.,S dan Agustina Y. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Daya Saing Pada Sentra Industri Makanan Khas Bangka Di Kota
Pangkalpinang. Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung.
19
20