Anda di halaman 1dari 151

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN

(Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa,


Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

Oleh :
SIESKA RIDYAWATI
A14103047

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
RINGKASAN

SIESKA RIDYAWATI. Optimalisasi Produksi Susu Olahan (Studi Kasus : Unit


Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten
Tasikmalaya, Jawa Barat). Dibawah bimbingan ANNA FARIYANTI.

Pertanian me megang peranan penting dalam kehidupan masyarakat


Indonesia, selain sebagai pemasok kebutuhan pangan, pertanian juga memberi
kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian nasional. Sektor pertanian yang
terdiri dari subsektor tanaman bahan pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan,
dan perikanan memberi kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan
Domestik Bruto (PDB). PDB Indonesia pada tahun 2005 tumbuh sebesar 10,3
persen dibandingkan tahun 2004. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan dari subsektor
tanaman bahan makanan sebesar 10,89 persen. Peternakan sebagai salah satu
bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan komponen utama yang paling
penting artinya dalam perekonomian Indonesia. Pembangunan peternakan
merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian. Subsektor peternakan di
Indonesia berpeluang untuk dikembangkan lebih lanjut
Salah satu komoditas peternakan yang berpotensial untuk dikembangkan
adalah susu. Susu dibutuhkan karena kandungan gizinya yang tinggi dan lengkap,
sehingga menjadi bahan makanan penting sebagai penyempurna susunan menu
makanan sehari-hari. Dari segi konsumsi, preferensi konsumen Indonesia lebih
menyukai produk olahan daripada susu dalam bentuk segar, sehingga hampir
semua produksi susu segar diserap oleh IPS. Dalam jumlah terbatas, permintaan
susu segar di perkotaan oleh konsumen perorangan atau konsumen lembaga,
dipenuhi oleh usaha peternakan sapi perah perorangan atau koperasi (KUD) dalam
bentuk susu segar atau susu pasteurisasi. KUD Mitrayasa sebagai pengelolaan sapi
perah di Kecamatan Pagerageung merupakan koperasi pedesaan di Kabupaten
Tasikmalaya menjadikan unit usaha sapi perah sebagai kegiatan utama dari
beberapa unit usaha lainnya seperti unit usaha pangan, waserda, dan simpan
pinjam. Pada unit usaha sapi perah, fungsi yang dijalankan yaitu sebagai
penampung, pengolahan hasil dan pemasaran. Sementara peran KUD di bidang
pengolahan susu mendukung diversifikasi produk yang bersifat vertikal dan
sekaligus untuk dapat menahan agar nilai tambah yang diciptakan dapat dinikmati
oleh peternak sendiri.
Berkaitan dengan usaha pengolahan susu, KUD berpeluang meningkatkan
pendapatannya dan memperluas pemasaran produknya. Hal ini ditunjukkan oleh
masih tingginya permintaan dari Industri Pengolah Susu akan susu dingin dan
produk susu pasteurisasi. Dimana kapasitas produksi untuk susu dingin sebesar
6.062 liter belum dapat dimanfaatkan. Sedangkan kapasitas produksi susu dingin
baik dimanfaatkan sepenuhnya atau tidak, biaya produksi yang dikeluarkan sama.
Begitu pula dengan kapasitas produksi untuk susu pasteurisasi yang baru dapat
digunakan sebesar 300 liter per hari dari kapasitas yang dimilikinya sebesar 2.000
liter. Disamping itu, susu segar yang ditampung KUD Mitrayasa berasal dari
peternak sapi perah sekitar lokasi pabrik dan dipertahankan produktivitasnya 10
liter per ekor sapi serta kepemilikan sapi perahnya yang berkisar 2-3 ekor.
Sehingga sangat kecil kemungkinan untuk menuntut peningkatkan susu segar
yang disetor oleh para peternak untuk menambah bahan baku utama produk. Cara
satu-satunya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatannya adalah
dengan melakukan optimalisasi produksi.
Permintaan susu pasteurisasi cup plain dengan produksinya merupakan
yang paling besar perbedaannya yaitu sebesar 708 liter. Hal ini disebabkan karena
kurangnya minat konsumen terhadap susu pasteurisasi cup plain yang tidak
memiliki rasa. Selain itu, penjualan susu dingin ke IPS sudah dimulai dari tahun
2001 jauh sebelum susu pasteurisasi dan yoghurt diproduksi sehingga
pengirimannya relatif tetap dan adanya kapasitas angkut untuk susu dingin dari
pihak IPS menuntut adanya batasan pengiriman akan susu dingin. Dalam
menghadapi berbagai kondisi tersebut KUD Mitrayasa dituntut untuk berefisiensi
dalam mengelola usahanya.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat produksi optimal susu
yang dapat memberikan keuntungan yang maksimum, menganalisis alokasi
penggunaan sumberdaya agar dapat mencapai kondisi yang optimal, serta
menganalisis pengaruh perubahan harga jual susu pasteurisasi cup plain dan
penambahan batasan baru untuk susu dingin pada perubahan ketersediaan
sumberdaya dan laba kontribusi total tiap jenis produk terhadap keputusan
produksi susu dingin, pasteurisasi dan yoghurt.
Penelitian ini dilaksanakan di KUD Mitrayasa yang berlokasi di
Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya pada bulan Maret-April 2007.
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa KUD
Mitrayasa Pagerageung sebagai sebagai salah satunya pengelola susu sapi perah di
Kabupaten Tasikmalaya dan telah melakukan pengolahan susu segar sendiri.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software LINDO (Linear,
Interactive and Discrete Optimizer). Analisis yang dilakuakn terdiri dari analisis
primal, dual, sensitivitas dan pasca optimal. Analisis pasca optimal dilakukan
dengan menggunakan dua skenario yaitu skenario I, dengan menurunkan
sumbangan keuntungan dari satu liter di luar range menjadi Rp.900,00 dan
skenario II dengan menambahkan batasan baru pada model yaitu permintaan
minimum untuk susu dingin. Kendala-kendala yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi bahan baku, bahan penolong, jam kerja mesin, jam tenaga kerja
langsung dan permintaan minimum.
Secara administratif, wilayah kerja KUD terdiri dari Desa Pagerageung,
Pagersari, Cipacing, Guranteng, Sukapada, dan Desa Nanggewer. Wilayah kerja
KUD tersebut memiliki luas 8.077 ha. Keanggotaannya KUD Mitrayasa terdiri
dari anggota penuh 755 orang, calon anggota 200 orang, dan masyarakat yang
dilayani 7.950 orang. Sebagian besar yang menjadi anggota penuh adalah
peternak sapi perah. Struktur organisasi MT KUD Mitrayasa berada dibawah
administrasi unit usaha peternakan sapi perah. Adapun produk yang dihasilkan
pabrik milk treatment KUD Mitrayasa adalah susu pasteurisasi cup coklat,
strawberry, vanila, melon, plain, yoghurt strawberry, melon, plain dan susu
dingin.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan program linier dapat
disimpulkan bahwa usaha pengolahan susu yang dilakukan masih belum optimal.
Hasil analisis primal menunjukkan bahwa tingkat produksi susu olahan optimal
berbeda dengan keadaan aktual. Untuk mencapai tingkat produksi yang optimal,
maka KUD Mitrayasa disarankan memproduksi susu cup plain dan yoghurt plain
masing- masing sebesar 214.070,859 liter dan 1.532 liter. Sedangkan susu cup
coklat, cup strawberry, cup vanila, cup melon, yoghurt strawbery, yoghurt melon
dan susu dingin diproduksi masing- masing sebesar 16.624 liter; 15.675 liter;
5.433 liter; 5.340 liter; 984 liter; 984 liter dan 1.181.593 liter.
Pada kondisi optimal keuntungan yang dapat diperoleh sebesar Rp
788.310.800,00 sedangkan aktualnya sebesar Rp 481.902.939,00. Sehingga
terdapat selisih keuntungan sebesar Rp 306.407.860,00. Hasil analisis status
sumberdaya (dual) menunjukkan bahwa penggunaan sumberdaya selain susu
segar, lactobacillus, dan lid cup berlebih. Hal ini terlihat dari slack-nya yang
bernilai lebih besar dari nol. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya yang ada
belum dimanfaatkan secara optimal. Ketersediaan lactobacilus merupakan
pembatas utama yang membatasi fungsi tujuan, sehingga apabila ketersediaannya
ditambah, maka akan menambah nilai fungsi tujuan sebesar nilai dualnya.
Skenario I menyebabkan nilai fungs i tujuan berubah menjadi Rp.
597.444.100,00. Selisih kondisi optimal awal dengan skenario I adalah sebesar
Rp. 190.866.700,00. Sedangkan selisih antara kondisi optimal skenario I dengan
aktualnya adalah sebesar Rp. 115.541.161,00. Hal ini disebabkan terjadinya
penurunan harga jual untuk susu pasteurisasi cup plain sehingga mengurangi
sumbangan keuntungan perliter susu pasteurisasi cup plain. Penurunan produksi
susu pasteurisasi cup plain menyebabkan peningkatan produk susu pasteurisasi
cup melon dan susu dingin masing- masing sebesar 1.676 liter; 80,5 liter. Nilai
slack pada analisis pasca-optimal skenario I lebih rendah dari kondisi optimal
aeal. Hal ini berarti penggunaan sumberdaya relatif lebih banyak dibandingkan
dengan kondisi optimal awal. Skenario II menyebabkan nilai fungsi tujuan
berubah menjadi Rp. 485.566.000,00. Selisih kondisi optimal awal dengan
skenario I adalah sebesar Rp. 302.744.800,00. Sedangkan selisih antara kondisi
optimal skenario I dengan aktualnya adalah sebesar Rp. 3.663.061,00. Pada
skenario II terjadi peningkatan produk susu dingin sebesar 205.739 liter dan
penurunan untuk produk susu cup plain dan yoghurt plain masing- masing sebesar
205.190,94 dan 548 liter. Hasil analisis dual pada kondisi optimal skenario II
menunjukkan bahwa nilai slack dari sumberdaya yang digunakan umumnya lebih
besar dari kondisi optimal awal. Hal ini berarti penggunaan sumberdayanya relatif
lebih sedikit dengan kondisi optimal awal. Pada kondisi optimal skenario I ini,
susu segar merupakan pembatas utama, karena ketersediaannya habis terpakai.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu : (1)
mengurangi produksi dan penjualan susu dingin ke Industri Pengolahan Susu
(IPS) dan meningkatkan produksi susu cup plain dan yoghurt plain dari produksi
aktual sesuai dengan pola produksi optimal, dengan asumsi tidak ada kendala
pada pemasaran, karena keuntungan yang diperolehnya lebih tinggi dibandingkan
dengan kondisi aktual maupun kondisi setelah terjadinya perubahan harga susu
pasteurisasi cup plain dan penambahan batasan baru pada model untuk susu
dingin, (2) menambah persediaan bahan baku utama dan bahan penolong untuk
produk susu pasteurisasi dan yoghurt. Bahan penolong tersebut diantaranya
Lactobacilus dan lid cup agar dapat meningkatkan produksi serta mengoptimalkan
jam kerja mesin dan jam tenaga kerja langsung, (3) melakukan pembelian bahan-
bahan penolong dengan lebih terencana dengan jangka waktu tertentu agar jumlah
persediaan menjadi proporsional.
Tuhanku...
Di setiap keluh kesah dan piluku
Kau hibur aku dengan ayat-ayat cinta-Mu
Dalam perhatianku akan pertolongan-Mu

Dan kini setelah perjalanan panjang ini,


Kau jadikan indah pada waktunya,
di ujung keletihanku, tiada henti kupanjatkan
syukur pada-Mu
Rabbku...

Teruntuk:
Mamah dan Bapak Tercinta
Yang tersayang Rhika, Rizqi, dan Dita
OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN
(Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan
Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

Oleh :
SIESKA RIDYAWATI
A14103047

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian, Pada Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
Judul : Optimalisasi Produksi Susu Olahan (Studi Kasus : Unit
Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan
Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)
Nama : Sieska Ridyawati
NRP : A14103047

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. Anna Fariyanti, MS


NIP 131 918 115

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr.Ir. Didy Sopandie, MAgr


NIP. 131 124 019

Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI


ADALAH HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK
MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU, DAN SAYA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-
BAHAN YANG PERNAH DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI
SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG TELAH DINYATAKAN DALAM
NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA PADA
BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, Juli 2007

Sieska Ridyawati
NRP. A14103047
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 18 September 1984 di Tasikmalaya, Jawa


Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Putri pertama dari
Bapak Yaman Waryaman dan Ibu Eli Wahyuni.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri
Pajajaran, Tasikmalaya yang kemudian dilanjutkan di SLTP Negeri 1
Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya penulis mengenyam
pendidikan menengah atas di SMU Negeri 1 Tasikmalaya dan lulus pada tahun
2003.
Pada tahun 2003 penulis diterima pada Program Studi Manajemen
Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi
diantaranya sebagai anggota dalam Koperasi Mahasiswa IPB periode 2003-2004
dan Himpunan Mahaiswa Tasikmalaya.

Bogor, Juli 2007

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi Rabbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan


kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan berkat, rahmat, dan karunia-
Nya, sehingga skripsi yang berjudul Optimalisasi Produksi Susu Olahan (Studi
Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung,
Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) ini dapat diselesaikan.
Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ayah, Ibu, adik-adikku serta keluarga besar tercinta atas kasih sayang dan doa
yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
2. Ibu Ir. Anna Fariyanti, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
pemahaman, bimbingan serta saran-sarannya, sehingga skripsi ini dapat
selesai tersusun.
3. Bapak Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen penguji utama yang telah bersedia
menguji dan memberikan masukan, saran dan kritikan untuk perbaikan
penulisan skripsi ini.
4. Ibu Eva Yolynda, SP, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah
memberikan masukan untuk perbaikan dalam teknis penulisan ilmiah yang
sesuai dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Bapak Ir. Joko Purwono, MS sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya selama masa perkuliahan.
6. Bapak Ade Sujai dan Bapak Tatang atas izin yang diberikan kepada penulis
untuk melakukan penelitian dan membantu dalam pengumpulan data.
7. Seluruh staff pabrik KUD Mitrayasa yang tidak bisa disebutkan satu persatu
atas bantuan, kebaikan dan kesabarannya selama penelitian.
8. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian-IPB.
9. Astri Indah Sari sebagai pembahas seminar, terimakasih atas saran dan
masukannya.
10. Mba Henny, mba Shanty, mba Endah atas bimbingan, perhatian, dukungan
dan ilmu yang telah diberikan.
11. Rima, Ajeng, Tria, Astri, Anis yang sudah memberi masukan, kebersamaan
dan persahabatan selama ini.
12. Teman-teman AGB angkatan 40, atas kebersamaan selama kuliah.
Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas jasa-
jasanya yang telah diberikan, semoga mendapat balasan yang lebih baik dari Allah
SWT. Amien
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-

Nya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi ini berjudul

Optimalisasi Produksi Susu Olahan (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah

KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa

Barat). Skripsi ini diajukan syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kombinasi produksi optimal susu

pada unit usaha sapi perah di KUD Mitrayasa, menentukan alokasi sumberdaya di

unit usaha sapi perah KUD Mitarayasa yang dapat memberikan keuntungan

maksimal, mempelajari pengaruh perubahan harga jual susu pasteurisasi cup

plain. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh penambahan batasan baru untuk

susu dingin pada perubahan ketersediaan sumberdaya dan laba kontribusi total

tiap jenis produk terhadap keputusan produksi susu dingin, pasteurisasi dan

yoghurt untuk penentuan kebijakan produksi dan penjualannya di masa

mendatang.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Bogor, Juli 2007

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xvii

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah................................................................................ 7
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.......................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Koperasi Persusuan .............................................................................. 11
2.2. Pandangan Koperasi Tentang Optimalisasi.......................................... 13
2.3. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN


3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Produksi dan Kombinasi Produksi Optimum............................ 18
3.1.2. Teori Optimalisasi ..................................................................... 23
3.1.3. Linear Programming................................................................. 25
3.1.4. Analisis Sensitivitas .................................................................. 28
3.1.5. Analisis Pasca Optimal (Post Optimal)..................................... 29
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional......................................................... 29

IV. METODE PENELITIAN


4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................. 32
4.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 32
4.3. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 33
4.4. Metode Analisis Data ........................................................................... 36

V. KOPERASI UNIT DESA MITRAYASA


5.1. Gambaran Umum
5.1.1. Sejarah Berdirinya KUD Mitrayasa dan Perkembangannya..... 40
5.1.2. Unit- unit usaha KUD Mitrayasa ............................................... 42
5.1.3. Struktur Organisasi dan Manajemen KUD Mitrayasa ............. 43
5.2. Pabrik Milk Treatment (MT) KUD Mitrayasa
5.2.1. Sejarah Berdirinya Pabrik Milk Treatment (MT)
KUD Mitrayasa ......................................................................... 47
5.2.2. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Pabrik Milk Treatment KUD Mitrayasa .................................... 49
5.3. Produksi Susu dan Pemasaran
5.3.1. Bahan Baku Susu Segar dan Bahan Penolong .......................... 51
5.3.2. Peralatan.................................................................................... 53
5.3.3. Proses Pengolahan..................................................................... 55
5.3.4. Pemasaran.................................................................................. 63
VI. MODEL OPTIMALISASI PRODUKSI
6.1. Perumusan Model Program Linear
6.1.1 Perumusan Fungsi Tujuan.......................................................... 65
6.1.2. Kendala Bahan Baku................................................................. 67
6.1.3. Kendala Bahan Penolong .......................................................... 67
6.1.4. Kendala Jam Kerja Mesin ......................................................... 68
6.1.5. Kendala Jam Tenaga Kerja Langsung....................................... 70
6.1.6. Kendala Permintaan Minimum ................................................ 73

VII. KOMBINASI OPTIMAL PRODUKSI


7.1. Optimalisasi Produksi Susu Olahan KUD Mitrayasa
7.1.1. Tingkat Produksi Optimal ......................................................... 75
7.1.2. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Optimal .......... 77
7.1.3. Penggunaan Jam Kerja Mesin dan Tenaga Kerja Optimal ....... 79
7.2. Analisis Status Sumberdaya ................................................................. 81
7.3. Analisis Sensitivitas
7.3.1. Analisis Sensitivitas Fungsi Tujuan .......................................... 85
7.3.2. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala ................................ 86
7.4. Analisis Pasca Optimal......................................................................... 89

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN


8.1. Kesimpulan........................................................................................... 94
8.2. Saran ..................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 98

LAMPIRAN ................................................................................................... 100


DAFTAR TABEL
Nomor Halaman

1. Produksi, Konsumsi, dan Impor Susu Nasional di Indonesia


Tahun 2002- 2006 (ribu ton) ................................................................... 3

2. Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Sapi Perah


dan Jumlah Sapi Perah KUD Mitrayasa tahun 2003-2006 ................... 41

3. Pembagian Kerja dan Jumlah Karyawan Pabrik MT KUD Mitrayasa . 51

4. Harga Produk, Biaya Bahan Baku, Penolong, Biaya Produksi


dan Keuntungan Rata-rata tiap Produk ................................................. 66

5. Kapasitas dan Koefisien Olah Mesin Pabrik MT-KUD Mitrayasa....... 70

6. Tingkat Produksi Aktual dan Optimal Produk Susu Olahan


Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006 (liter) .................................... 75

7. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penolong pada Kondisi


Aktual dan Optimal Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006 ............. 78

8. Penggunaan Jam Kerja Mesin pada Kondisi Aktual dan Optimal


Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006 (jam) ..................................... 80

9. Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung pada Kondisi


Aktual dan Optimal Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006 ............. 81

10. Analisis Status Sumberdaya Pabrik MT-KUD tahun 2006................... 84

11. Analisis Sensitivitas Koefisien Fungsi Tujuan...................................... 85

12. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala ............................................ 88

13. Perbandingan Tingkat Produksi Optimal Awal


dengan Tingkat Produksi Pasca Optimal (liter) .................................... 90

14. Perbandingan Penggunaan Sumberdaya Optimal dan Pasca Optimal .. 93


DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Sistem Produksi Sebagai Proses Transformasi atau Konversi .............. 18

2. Kurva Kemungkinan Produksi dan Kombinasi Produksi Optimal ....... 20

3. Minimisasi Biaya ................................................................................... 22

4. Maksimisasi Output ............................................................................... 23

5. Kerangka Alur Pemikiran Konseptual Optimalisasi Produksi.............. 31

6. Proses Pengolahan Susu dingin............................................................. 57

7. Proses Pengolahan Susu Olahan KUD Mitrayasa................................. 60

8. Diagram Alir Proses Pembuatan Yoghurt ............................................. 63


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi KUD Mitrayasa ................................................... 101

2. Struktur Organisasi Pabrik MT-KUD Mitrayasa ............................... 102

3. Denah KUD Mitrayasa Tasikmalaya .................................................. 103

4. Denah Unit Susu Murni Guranteng KUD Mitrayasa Tasikmalaya ..... 104

5. Daftar Harga Jual Produk Susu Pasteurisasi, Yoghurt


dan Susu Dingin di KUD Mitrayasa Tahun 2006 ............................... 105

6. Harga Bahan Baku dan Penolong (Rp) di KUD Mitrayasa


Tahun 2006.......................................................................................... 105

7. Biaya-biaya lain per liter produk, Tahun 2006 ................................... 105

8. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi


susu pasteurisasi coklat, Tahun 2006 .................................................. 106

9. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong 106


untuk Produksi susu pasteurisasi coklat, Tahun 2006......................... 106

10. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi


susu pasteurisasi strawberry , Tahun 2006......................................... 107

11. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi


susu pasteurisasi strawberry, Tahun 2006........................................... 107

12. Penggunaan Bahan Baku dan Pengemas untuk Produksi


susu pasteurisasi vanilla, Tahun 2006 ................................................. 108

13. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi


susu pasteurisasi vanila, Tahun 2006 .................................................. 108

14. Penggunaan Bahan Baku dan Pengemas untuk Produksi


susu pasteurisasi melon, Tahun 2006 .................................................. 109

15. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi


susu pasteurisasi melon, Ta hun 2006 .................................................. 109

16. Penggunaan Bahan Baku dan Pengemas untuk Produksi


susu pasteurisasi plain, Tahun 2006 .................................................... 110
17. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi
susu pasteurisasi plain, Tahun 2006 .................................................... 110

18. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi


yoghurt strawberry, Tahun 2006 ......................................................... 111

19. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi


yoghurt strawberry, Tahun 2006 ......................................................... 111

20. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi


yoghurt melon, Tahun 2006 ................................................................ 112

21. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi


yoghurt melon, Tahun 2006 ................................................................ 112

22. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi


yoghurt plain, Tahun 2006 .................................................................. 113

23. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi


yoghurt plain, Tahun 2006 .................................................................. 113

24. Penggunaan Bahan Baku untuk Produksi susu dingin, Tahun 2006... 114

25. Biaya Penggunaan Bahan Baku untuk Produksi susu dingin,


Tahun 2006.......................................................................................... 114

26. Ketersediaan Bahan Baku Susu dan Pengemas KUD Mitrayasa,


Tahun 2006.......................................................................................... 114

27. Ketersediaan Jam Kerja Mesin selama Tahun 2006 ........................... 115

28. Koefisien Tenaga Kerja Langsung Pabrik MT-KUD Mitrayasa


(jam kerja orang perliter)..................................................................... 115

29. Ketersediaan Jam Kerja Langsung selama Tahun 2006...................... 116

30. Produksi Susu Olahan (liter) di KUD Mitrayasa, Tahun 2006 ........... 117

31. Penjualan Susu Olaha n (liter) di KUD Mitrayasa, Tahun 2006.......... 117

32. Koefisien kendala bahan baku dan penolong, jam kerja mesin,
jam tenaga kerja langsung, dan permintaan minimum........................ 118

33. Data Populasi Sapi Perah Tahun 2006 ................................................ 120

34. Hasil Olahan Program Linear.............................................................. 121

35. Hasil Olahan Program Linear Skenario I ............................................ 124


36. Hasil Olahan Program Linear Skenario II ........................................... 128

37. Pabrik Milk Treatment KUD Mitrayasa .............................................. 132


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat

Indonesia, selain sebagai pemasok kebutuhan pangan, pertanian juga memberi

kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian nasional. Sektor pertanian yang

terdiri dari subsektor tanaman bahan pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan,

dan perikanan memberi kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan

Domestik Bruto (PDB). PDB Indonesia pada tahun 2005 tumbuh sebesar 10,3

persen dibandingkan tahun 2004. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan dari subsektor

tanaman bahan makanan sebesar 10,89 persen (Statistik Indonesia, 2005/2006).

Peternakan sebagai salah satu bagian dari pertanian dalam arti luas

merupakan komponen utama yang paling penting artinya dalam perekonomian

Indonesia. Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari

pembangunan pertanian. Subsektor peternakan di Indonesia berpeluang untuk

dikembangkan lebih lanjut. Hal ini mengingat bahwa peternakan melibatkan

sebagian besar masyarakat Indonesia dan merupakan sumber mata pencaharian,

baik mata pencaharian pokok maupun sambilan (Saragih, 2000).

Pembangunan subsektor peternakan telah memasuki Pembanguna n Jangka

Panjang (PJP II). Pemerintah melakukan reorientasi pembangunan subsektor

peternakan dari usahatani tradisional ke arah usahatani maju. Perumusan tujuan

pembangunan peternakan ke arah usahatani yang tersebut adalah: (1)

meningkatkan kesejahteraan peternak melalui peningkatan pendapatan yang

diperoleh dengan peningkatan kualitas dan produktivitas sumberdaya masyarakat


peternak, (2) meningkatkan produksi ternak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

dalam negeri yang terjangkau masyarakat dan penyediaan bahan industri serta

ekspor, (3) meningkatkan kualitas pangan dan gizi masyarakat melalui

diversifikasi produk bahan pangan hewani asal ternak, (4) mengembangkan

agribisnis peternakan untuk mendorong peningkatan pendapatan dan perluasan

kesempatan kerja dan berusaha di pedesaan, serta (5) optimalisasi pemanfaatan

sumberdaya alam untuk memperoleh manfaat bagi peningkatan produksi ternak

dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Pembangunan subsektor

peternakan ini diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani peternak,

mendorong diversifikasi pangan, perbaikan mutu gizi masyarakat dan

mengembangkan ekspor (Saragih, 2000).

Berkaitan dengan mutu gizi masyarakat, subsektor peternakan melalui

produknya yang terdiri dari daging, telur dan susu memegang peranan penting.

Dalam hal ini pemenuhan konsumsi tidak hanya terbatas dari segi kuantitas saja

tetapi juga dari segi kualitas gizi dan pangan dalam rangka membangun manusia

yang berkualitas. Salah satu komoditas peternakan yang berpotensial untuk

dikembangkan adalah susu. Susu segar sebagai salah satu komoditas hasil

peternakan memiliki peran dalam meningkatkan kualitas masyarakat melalui

pemenuhan kebutuhan protein dan mineral. Susu dibutuhkan karena kandungan

gizinya yang tinggi dan lengkap, sehingga menjadi bahan makanan penting

sebagai penyempurna susunan menu makanan sehari- hari. Dalam setiap 100 gram

susu segar mengandung 3,5 gram lemak, 3,2 gram protein, 4,3 gram karbon, 143

mg kalsium dan 60 mg fosfor, vitamin A dan D (Ressang dan Nasution, 1986).


Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan konsumsi susu menjadi penting guna

memperbaiki gizi masyarakat.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan, sampai dengan

tahun 2006 tingkat produksi susu nasional masih belum mampu memenuhi

permintaan susu dalam negeri. Sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan

impor susu untuk menutupi kekurangan tersebut. Namun kebijakan untuk impor

susu ini oleh pemerintah diiringi melalui pengembangan peternakan dan

agroindustri dari hulu ke hilir yang akan menghasilkan dampak berganda yang

sangat meluas seperti peningkatan kesempatan berusaha, dan kesempatan kerja,

memperluas basis kepemilikian faktor produksi, memacu peningkatan nilai

tambah, merasionalkan redistribusi nilai tambah yang dihasilkan. Perbandingan

produksi, konsumsi, dan impor susu tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi, konsumsi, dan Impor Susu Nasional di Indonesia Tahun 2002-
2006 (ribu ton).
Tahun Produksi Konsumsi Impor
2002 493,375 1.021,802 528,427
2003 553,442 1.237,986 684,544
2004 549,945 1.291,294 741,349
2005 535,960 1.354,235 818,275
2006* 577,626 1.430,258 852,632
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan 2002-2006.
Keterangan: *) Angka Sementara

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa dari tahun 2002-2006 tingkat konsumsi

masyarakat terhadap susu mengalami peningkatan. Namun peningkatan konsumsi

ini belum mampu diimbangi oleh produksi yang hanya bisa memenuhi kurang

dari 50 persen kebutuhan susu di dalam negeri. Rendahnya tingkat poduksi susu
dalam negeri disebabkan oleh ma sih banyaknya kendala yang dihadapi peternak

sapi perah rakyat.

Aspek produksi susu berkaitan dengan usaha peternakan sapi perah yang

pada umumnya merupakan usaha peternakan rakyat dengan jumlah ternak

berkisar 2 sampai 3 ekor dan berlokasi di pedesaan. Sampai tahun 2005 populasi

sapi perah di Indonesia berjumlah 374.000 ekor, sebanyak 97,5 persen

populasinya berada di pulau Jawa (Statistik Indonesia, 2005/2006). Kualitas

produksi susu sapi juga mengalami perbaikan demi memenuhi tuntutan Industri

Pengolah Susu (IPS). Sayangnya, harga susu yang diterapkan pihak IPS dinilai

terlalu rendah bagi peternak sehingga tidak dapat menutupi biaya produksi.

Sementara standar mutu susu yang ditetapkan pihak perusahaan yang bergerak di

bidang pengolahan susu makin tinggi seiring dengan membanjirnya pasokan susu

impor (Evy, 2004). Disamping itu tidak semua pelaku usaha mengetahui skala

produksi yang optimal dikarenakan kapasitas produksinya yang kecil atau belum

memikirkan pencapaian kuantitas produksi yang optimal (Ismawan, 2001).

Salah satu kendala pengembangan usaha peternakan adalah minimnya

penguasaan informasi mengenai teknik produksi dan pemasaran oleh peternak.

Untuk mengatasinya perlu pembinaan terhadap para peternak dan kebijakan

pemerintah dalam rangka memajukan peternakan sapi perah rakyat. Instruksi

Presiden Nomor 4 tahun 1984 telah mendorong pembentukan dan perkembangan

KUD secara kuantitatif cukup pesat. Dalam Inpres disebutkan bahwa

pembentukan koperasi di pedesaan lebih diarahkan pada lembaga KUD untuk

menjadi pusat pelayanan kegiatan perekonomian di pedesaan dengan sasaran


kelak KUD mampu memegang peranan utama pada berbagai sektor perekonomian

di pedesaan (Brotosunaryo, 1996).

KUD sebagai koperasi pedesaan sudah dapat mendukung upaya

pengembangan sektor pertanian melalui fungsi yang harus dijalankannya

dintaranya kegiatan perkreditan, penyediaan sarana produksi dan sekaligus

pengolahan dan pemasarannya yang merupakan kunci penting dalam

memecahkan masalah peningkatan pendapatan petani. Disamping ketiga fungsi

tersebut, peranan koperasi sebagai badan usaha formal yang bersifat multipurpose

memungkinkan untuk mendukung diversifikasi yang bersifat vertikal yang

sekaligus dapat menahan agar nilai tambah yang diciptakan oleh diversifikasi

dapat dinikmati kembali oleh sektor pedesaan (Nasution, 2002).

Dari segi konsumsi, konsumen Indonesia lebih menyukai produk olahan

daripada susu dalam bentuk segar, sehingga hampir semua produksi akan susu

segar diserap oleh IPS. Dalam jumlah terbatas, permintaan akan susu segar di

perkotaan oleh konsumen perorangan atau konsumen lembaga, dipenuhi oleh

usaha peternakan sapi perah perorangan atau koperasi (KUD) dalam bentuk susu

segar atau susu pasteurisasi (Munker, 1997). Rendahnya minat masyarakat

terhadap susu segar antara lain karena memiliki rasa dan bau yang kurang enak

bila dikonsumsi secara langsung serta tidak tahan lama.

Sebagaimana hasil produksi pertanian, produk peternakan khususnya susu

juga memiliki sifat perishable karena mudah menjadi medium tumbuhnya

mikroorganis me patogen. Karena alasan ini diperlukan pengolahan lanjut pasca

panen susu segar. Pengolahan lanjut ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan

susu yang dikonsumsi, menambah aroma, melakukan standardisasi kandungan


gizi, serta menyediakan jenis produk susu olahan melebihi susu segar

(Sediaoetama, 1993).

Pengelolaan sapi perah di Kabupaten Tasikmalaya dikeloia oleh KUD

Mitrayasa. KUD Mitrayasa sebagai pengelolaan sapi perah di Kecamatan

Pagerageung merupakan koperasi pedesaan di Kabupaten Tasikmalaya yang

dibangun dari bawah (bottom up), bersifat serba usaha (multipurpose) menjadikan

unit usaha sapi perah sebagai kegiatan utama dari beberapa unit usaha lainnya

seperti unit usaha pangan, waserda, dan simpan pinjam. Pada unit usaha sapi

perah, fungsi yang dijalankan yaitu sebagai penampung, pengolahan hasil dan

pemasaran. Sementara peran di bidang pengolahan susu akan mendukung

diversifikasi produk yang besifat vertikal dan sekaligus untuk dapat menahan agar

nilai tambah yang diciptakan dapat dinikmati oleh peternak sendiri.

Dalam menjalankan kegiatannya sebagai penampung susu segar dari

anggota peternak KUD Mitrayasa per bulannya menampung 118.160,9 liter,

115.610,9 liter diantaranya dijual ke IPS (PT Ultra Jaya dan PT Indomilk) dan

dalam bentuk susu dingin sedangkan sisanya dijual ke konsumen langsung dalam

bentuk susu pasteurisasi dan yoghurt. Disamping itu untuk mendapatkan nilai

tambah dalam mengelola susu segar dan juga menginginkan nilai tambah dan

keuntungan yang lebih besar serta demi terjaganya kondisi ekonomi peternak

dalam meningkatkan harga susu, maka telah dibuat satu unit pengolahan susu

dingin, pasteurisasi dan yoghurt.

Tingginya permintaan IPS untuk susu dingin dan dengan kapasitas

produksinya yang masih tinggi yang masih belum dapat digunakan dan jumlah

produk lainnya yang tidak terjual karena adanya kendala jumlah permintaan
minimum produk maka dengan sumberdaya yang dimiliki diperlukan perencanaan

produksi yang optimal. Hal ini sangatlah penting dalam mendukung pengambilan

keputusan yang efektif dan efisien, sehingga meningkatkan produktivitas dan

dapat menghindari terjadinya pemborosan dan kerugian finansial akibat tidak

diperhitungkannya permintaan, ketersediaan bahan baku, dan kendala lainnya.

1.2. Perumusan Masalah

KUD Mitrayasa sebagai wadah para peternak sapi perah merupakan suatu

badan usaha yang berwatak sosial dan ekonomi yang bertujuan memberikan

pelayanan dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Keberadaan KUD

Mitrayasa dalam menjalankan usahanya mempunyai peranan yang sangat penting

bagi pengembangan usaha peternakan sapi perah anggotanya. KUD ini

menjadikan unit susu perah sebagai usaha utamanya. Pada unit usaha ini, fungsi

yang dijalankan yaitu sebagai penampung, pengolahan hasil dan pemasaran.

Dalam kegiatan penampungan dan pemasaran, KUD memberikan perlakuan

tertentu sehingga susu tetap dalam keadaan segar sampai ke tangan konsumen,

baik konsumen rumah tangga maupun konsumen industri. Untuk dapat

memberikan perlakuan tersebut, koperasi susu termasuk KUD memerlukan

peralatan untuk penanganan susu, seperti Pusat Pendingin Susu (milk chilling

centre), bak pendingin (milk cooling unit), truk pengangkut susu (roat milk tanker

truck), dan lain- lain. Untuk memperoleh nilai tambah KUD melakukan

pengolahan susu segar dari anggotanya dengan menghasilkan produk susu

pasteurisasi dan yoghurt.


Berkaitan dengan usaha pengolahan susu, KUD berpeluang meningkatkan

pendapatannya dan memperluas pemasaran produknya. Hal ini ditunjukkan oleh

masih tingginya permintaan dari Industri Pengolah Susu akan susu dingin dan

produk susu pasteurisasi. Dimana kapasitas produksi untuk susu dingin sebesar

6.062 liter belum dapat dimanfaatkan. Sedangkan kapasitas produksi susu dingin

baik dimanfaatkan sepenuhnya atau tidak, biaya produksi yang dikeluarkan sama.

Begitu pula dengan kapasitas produksi untuk susu pasteurisasi yang baru dapat

digunakan sebesar 300 liter per hari dari kapasitas yang dimilikinya sebesar 2.000

liter.

Pada KUD Mitrayasa, susu segar yang ditampung berasal dari peternak

sapi perah sekitar lokasi pabrik dan dipertahankan produktivitasnya 10 liter per

ekor sapi serta kepemilikan sapi perahnya yang berkisar 2-3 ekor. Sehingga sangat

kecil kemungkinan untuk menuntut peningkatkan susu segar yang disetor oleh

para peternak untuk menambah bahan baku utama produk. Cara satu-satunya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatannya adalah dengan melakukan

optimalisasi produksi.

Permintaan susu pasteurisasi cup plain dengan produksinya merupakan

yang paling besar perbedaannya yaitu sebesar 708 liter. Hal ini disebabkan karena

kurangnya minat konsumen terhadap susu pasteurisasi cup plain yang tidak

memiliki rasa. Selain itu harga yang ditetapkan untuk produk tersebut terlalu

tinggi meskipun biaya produksinya lebih rendah daripada susu pasteurisasi cup

rasa yang lebih banyak penggunaan bahan penolong. Penurunan sumbangan laba

per unit produk pasteurisasi cup plain disebabkan oleh penurunan harga jual susu

pasteurisasi cup plain dengan mempertimbangkan biaya produksinya.


Penjualan susu dingin ke IPS sudah dimulai dari tahun 2001 jauh sebelum

susu pasteurisasi dan yoghurt diproduksi sehingga pengirimannya pun relatif

tetap. Selain itu adanya kapasitas angkut untuk susu dingin ini dari pihak IPS

menuntut adanya batasan pengiriman akan susu dingin. Dalam menghadapi

berbagai kondisi tersebut KUD Mitrayasa dituntut untuk berefisiensi dalam

mengelola usahanya. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki harus disiasati

dengan pengalokasian seoptimal mungkin agar menghasilkan produk yang dapat

memaksimumkan keuntungan. Dengan demikian tujuan meningkatkan

kesejahteraan anggota dapat tercapai.

Dengan demikian berdasarkan hal di atas terdapat beberapa permasalahan

yang menjadi perhatian dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana kombinasi produksi optimal susu di pabrik milk treatment unit

usaha susu KUD Mitrayasa yang dapat memaksimumkan keuntungannya

sekaligus memenuhi permintaan pasar?

2. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki KUD Mitrayasa untuk mencapai

kondisi optimal?

3. Bagaimana pengaruh perubahan harga jual susu pasteurisasi cup plain dan

penambahan batasan baru pada ketersediaan sumberdaya dan laba kontribusi

total tiap jenis produk terhadap keputusan produksi susu dingin, pasteurisasi

dan yoghurt?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah:


1. Menganalisis tingkat produksi optimal susu pada unit usaha susu di KUD

Mitrayasa yang dapat memberikan keuntungan yang maksimum.

2. Menganalisis alokasi penggunaan sumberdaya di unit usaha susu KUD

Mitarayasa agar dapat mencapai kondisi yang optimal?

3. Menganalisis pengaruh perubahan harga jual susu pasteurisasi cup plain dan

penambahan batasan baru untuk susu dingin pada perubahan ketersediaan

sumberdaya dan laba kontribusi total tiap jenis produk terhadap keputusan

produksi susu dingin, pasteurisasi dan yoghurt.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik kepada

pihak manajemen koperasi, penulis maupun pembaca. Bagi KUD penelitian ini

diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan

khususnya untuk unit usaha pengolahan susu. Bagi penulis sendiri berguna untuk

menambah pengalaman dan pengetahuan dan sebagai media untuk penerapan ilmu

yang diperoleh di bangku kuliah. Bagi pembaca, dapat dijadikan sebagai bahan

perbandingan bagi penelitian selanjutnya dan dapat memberikan informasi

pengolahan susu.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Koperasi Persusuan

Di Indonesia, pengembangan usaha peternakan sapi perah secara intensif

baru dimulai pada awal pelita III, tepatnya tahun 1979/1980. Tahun-tahun

sebelumnya peternakan sapi perah dan masalah persusuan tidak terlalu menjadi

agenda serius di kalangan pemerintah, walaupun usaha tersebut sudah lama

dijalankan oleh peternak di berbagai tempat secara sporadis. Perkembangan

koperasi persusuan diawali dengan berdirinya Koperasi Peternakan di

Pangalengan tahun 1949, Koperasi Peternakan Sinau Andandani Ekonomi di

Malang tahun 1962 dan koperasi Setia Kawan di Pasuruan tahun 1967. Pada tahun

1979 koperasi susu bergabung dalam Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI).

Sampai dengan tahun 1999 koperasi primer persusuan yang ada di Indonesia telah

berjumlah sebanyak 213 buah (GKSI, 1999).

Sampai saat ini pembangunan peternakan sapi perah dan pengembangan

komoditas persusuan di Indonesia dilakukan dengan tiga macam pola. Pertama

adalah pola PIR-Persusuan yang mengisyaratkan adanya suatu kerjasama ekonomi

tertutup antara inti dan satelit. Pada tahun 1983 pemerintah mengundang swasta

untuk menanamkan modal bagi pembangunan pabrik susu, maka berdirilah pabrik

susu Tirta Amerta Agung (TAA) dengan kapasitas 150.000 liter susu segar per

hari, yang mulai berproduksi pada tahun 1985. Untuk tetap menjaga kontinuitas

supply susu segar, maka TAA mengembangkan program PIR persusuan di

Boyola li. Program PIR persusuan di Boyolali Jawa Tengah merupakan model PIR

susu yang pertama di Indonesia. Akan tetapi dalam perjalanannya mengalami


banyak hambatan dan akhirnya dihentikan. Dalam pelaksanaannya PIR Persusuan

ini lebih menyerupai bentuk putting-out workers pada industri. Pabrik susu

pengolahan (PT TAA) yang bertindak sebagai inti mengalami persaingan ketat di

pasaran bebas dari pabrik-pabrik lain dan mengalami kesulitan likuiditas modal.

Sehingga pihak inti menunggak pembayaran upah plasma termasuk pembayaran

setoran susu dari sentra produksi lain.

Pola kedua adalah pengembangan peternakan sapi perah dengan koperasi

mandiri, yaitu usaha peternakan sapi perah yang difasilitasi oleh koperasi dan

pemasaran susu dilakukan melalui sistem perkoperasian. Baik koperasi khusus

persusuan seperti Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) di Pangalengan

ataupun Koperasi Unit Desa (KUD) yang mempunyai unit usaha persusuan. Pola

kedua ini dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Pola ini lebih mirip seperti

contract farming di mana koperasi bertindak sebagai pembeli tunggal produk susu

anggota-anggotanya dan menjadi pemasok tunggal input- input produksi.

Sedangkan sapi-sapi perah sebagian besar merupakan milik peternak sendiri,

sebagian kecil lainnya merupakan sapi-sapi kredit yang disalurkan melalui

koperasi.

Pola ketiga adalah kegiatan peternakan sapi perah dengan jaminan pihak

ketiga, yaitu berbentuk usaha ataupun perusahaan susu komersial. Di Jawa Barat,

pendekatan pembangunan peternakan sapi perah dan pengembangan komoditi

persusuan dilakukan dengan menumbuhkan peranan koperasi yang bergerak

dalam area persusuan. Pertama adalah koperasi persusuan primer dan koperasi

persusuan sekunder.
Koperasi persusuan primer (termasuk KUD yang mempunyai unit usaha

persusua n) merupakan unit usaha persusuan yang berasosiasi langsung deengan

para peternak sapi perah yang menjadi anggota-anggotanya. Koperasi ini secara

konseptual diharapkan menjadi wadah perjuangan para peternak sapi perah untuk

memperkuat posisi tawar mereka dalam menentukan harga jual produk susu

dengan cara penjualan bersama, menyalurkan input-input produksi dengan jalan

pembelian bersama dan memberikan perlakuan tertentu pada komoditas produksi

susu anggota agar tidak cepat rusak dan terkontaminasi. Koperasi primer ini

dikonsepkan untuk menjadi institusi yang membela kepentingan anggota-

anggotanya, yaitu para peternak sapi perah.

Di sisi lain peranan dari gabungan koperasi persusuan (GKSI), secara

konseptual merupakan payung politik bagi koperasi-koperasi primer yang lahir

sebagai suatu wadah tunggal, memperjuangkan kendali harga beli susu terhadap

IPS dan mendistribusikan kuota produksi pada masing- masing koperasi primer

anggotanya. Koperasi sekunder ini secara konsep berperan menjadi mediator

akomodatif untuk meredakan persaingan antar koperasi persusuan primer dalam

memperebutkan kuota produksi dan tingkat harga beli susu (M.Koeswardhono

dan Lina Karliyenna, 1989).

2.2. Pandangan Koperasi Tentang Optimalisasi

Koperasi merupakan salah satu lembaga ekonomi kerakyatan yang

berwatak sosial. Disamping untuk memberikan pelayanan kepada anggotanya

tujuan didirikannya koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui watak sosialnya. Dalam kegiatannya koperasi selalu


mementingkan pelayanan kepada anggota dan lingkungan sekitarnya. Dengan

demikian, dalam menjalankan usahanya untuk mencapai tujuannya koperasi tidak

semata- mata menggerakan usahanya untuk mencapai keuntungan maksimum,

namun demikian mencari keuntungan di dalam koperasi juga diperlukan untuk

meningkatkan kesejahteraan anggota melalui pembagian sisa hasil usaha (SHU)

dan menghidupkan koperasi itu sendiri.

KUD sebagai koperasi pedesaan yang tidak menunjukkan ciri khusus

sebagai koperasi produsen pertanian. Dengan sifatnya yang serba usaha dalam

pengertian serba keanggotaan, serba fungsi dan serba komoditi KUD mempunyai

pengertian yang sangat luas, tidak spesifik dan sulit menetapkan kompetensi dan

bisnis intinya. Serba komoditi berarti menangani berbagai komoditi dalam satu

koperasi, seperti beras, ternak, kopi, ikan dan lainnya. Serba fungsi berarti

menangani berbagai fungsi dalam satu koperasi, seperti pemasaran, distribusi dan

kredit. Serba kenggotaan berarti berbagai kelompok kepentingan yang mungkin

saling berbeda menjadi anggota satu koperasi (Soedjono, 1996).

Menurut Hendar dan Kusnadi (1999), konsep keuntungan maksimum

berkendala karena merupakan organisasi yang mengaku adanya kendala-kendala

efisiensi. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi melalui perbedaan harga atau

pelayanan kepada anggota dan non anggota. Oleh karena itu koperasi dituntut

untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya. Suatu organisasi dikatakan efisien

apabila mampu berproduksi dan mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya

secara optimal untuk mencapai tujua n organisasi.


2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai optimalisasi produksi pada perusahaan dalam industri

pengolahan susu di Indonesia dengan menggunakan program linier sudah banyak

dilakukan. Lokasi penelitian sudah mencakup perusahaan besar, perusahaan

menengah, dan koperasi. Secara umum, tujuan dari penelitian yang telah

dilakukan tersebut adalah untuk mencari kombinasi produksi yang

memaksimumkan laba. Beberapa diantaranya adalah seperti yang diuraikan di

bawah ini.

Sukma (2001) melakukan penelitian mengenai optimalisasi produksi susu

olahan di pabrik milk treatment Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS)

untuk tahun 1999. Produk susu olahan KPBS yang menjadi variabel keputusan

adalah susu dingin, susu pasterisasi dalam kemasan 500 ml (susu pack), susu

segar, susu pasteurisasi coklat dan susu pasteurisasi strawberry. Kendala yang

dimasukkan dalam model program linier meliputi bahan baku, bahan penolong,

jam kerja mesin, kendala transfer, jam tenaga kerja langsung, dan produksi

minimum. Hasil analisa optimal menunjukkan bahwa untuk mendapatkan

keuntungan maksimum, KPBS harus meningkatkan produksi susu pasteurisasinya

serta mengurangi produksi dan penjualan susu dingin ke industri pengolahan susu.

Produksi optimal menghasilkan keuntungan maksimum sebesar Rp. 4.46 milyar

atau Rp. 1.47 milyar di atas pendapatan pada tingkat aktualnya. Kondisi optimal

dicapai dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya untuk produksi susu

pasteurisasi antara lain mesin PHE, homogenizer, bahan baku, stabilizer, dan

panncau 4R. Hasil analisis juga menunjukan masih banyaknya sumber daya yang

berlebih seperti bahan baku penolong, jam kerja mesin, dan tenaga kerja langsung.
Widhiani (2001) melakukan penelitian mengenai optimalisasi produksi

susu kental manis (SKM) pada PT Friesche Vlag untuk bulan februari hingga

April 2001. Ada dua jenis produk yang produksi optimalnya menjadi variabel

keputusan pada model program linier yaitu SKM bendera putih dan SKM bendera

coklat. Hasil analisis olahan optimal menunjukkan tingkat produksi optiaml untuk

SKM bendera putih sebesar 194,500 dan SKM bendera coklat sebesar 99,500

karton. Produksi optimal ini menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 15754 milyar

yang berarti lebih besar sebesar Rp 435 juta dari pendapatan aktualnya. Produksi

pada tingkat optimal mampu menekan waktu kerja menganggur pada sejumlah

mesin dan meningkatkan penggunaan sejumlah bahan baku ketimbang pada

tingkat produksi aktualnya.

Rahmadani (2006) telah melakukan penelitian dengan judul optimalisasi

produksi mie Instan di PT Jakarama Tama Ciawi Jawa Barat. Produksi mie instan

pada kondisi aktual yang dilakukan belum optimal. Ada jenis mie instan yang

harus ditingkatkan dan diturunkan serta tidak direkomendasikan untuk diproduksi.

Tingkat produksi optimal untuk mie instan diantaranya G100GEP sebesar

113.930,64 karton, G100GS sebesar 1.700 karton, GEGS sebesar 1.237,5 karton,

GMS-GSP sebesar 1.335 karton dan GMS-GAM sebesar 770 karton dan mie

instan G100AB, G100ST, dan G100KA pada kondisi optimal tidak

direkomendasikan untuk diproduksi. Secara keseluruhan kegiatan produksi pada

kondisi optimal perencanaan total produksi sebesar 118.973,14 karton, sedangkan

pada kondisi aktual total produksi sebesar 260.022 karton, sehingga terdapat

selisih tingkat produksi yang positif yaitu tingkat produksi pada kondisi aktual

total melebihi kondisi optimalnya sebesar 141.048,86 karton.


Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai penelitian terdahulu pada

perusahaan-perusahaan dan koperasi yang diteliti mengenai produksinya

mengindikasikan bahwa masing- masing kegiatannya belum optimal. Hal ini

dilihat dari data produksi aktual yang terjadi di perusahaan dan data optimal

produksi yang telah diolah dengan program linier. Sebagian besar peneliti

menggunakan bantuan komputer program LINDO, begitu juga dalam penelitian

ini. Pada penelitian ini dipilih lembaga Koperasi Unit Desa (KUD) mengingat

peranannya terhadap pengembangan usaha peternakan sapi perah rakyat. Untuk

topik optimalisasi produksi susu olahan di unit usaha susu KUD Mitrayasa

terdapat produk olahan lainnya yang berbeda yaitu yoghurt. Dalam menjalankan

usahanya tersebut KUD berusaha mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki

untuk tiga jenis produk susu yang dihasilkan yaitu susu dingin, susu pasteurisasi,

dan yoghurt yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal.


III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Produksi dan Kombinasi Produksi Optimum

Secara umum, sistem produksi didefinisikan sebagai alat yang digunakan

untuk mengubah masukan sumber daya guna menciptakan barang dan jasa yang

berguna sebagai keluaran (Buffa dan Sarin, 1996). Rangkaian masukan-konversi-

keluaran merupakan cara yang berguna untuk mengkonseptualisasikan sistem

produksi, dimulai dari unit terkecil dari kegiatan produksi, yang biasanya

dinamakan operasi. Suatu operasi adalah langkah tertentu dalam keseluruhan

proses menghasilkan produk atau jasa yang membawa kepada keluaran akhir.

Proses tranformasi (pengubahan) ini digambarkan secara jelas dalam Gambar 1.

Masukan Proses
Material transformasi atau konversi Keluaran :
Mesin Manajemen Operasi : Produk
Fasilitas Desain sistem Perencanaan dan Jasa
Energi
pengendalian operasi
Informasi
dan teknologi

Umpan balik informasi tentang


Keluaran untuk pengendalian proses
Gambar 1. Sistem Produksi Sebagai Proses Transformasi atau Konversi
Sumber : Buffa dan Sarin, 1996

Output berupa produk maupun jasa merupakan hasil pengkombinasian

antara faktor- faktor produksi atau input. Hubungan antara input yang digunakan

dalam proses produksi dengan jumlah output yang dihasilkan disebut fungsi

produksi (Lipsey, 1995). Dalam fungsi produksi biasanya jumlah yang diproduksi
tergantung pada jumlah bahan baku, tenaga kerja, mesin, dan modal yang

digunakan dalam proses produksi.

Salah satu tujuan dalam berproduksi adalah bagaimana memperoleh output

dari input yang ada secara efisien atau bagaimana mengoptimalkan produksi

dengan input yang ada. Penentua n kombinasi produksi optimum untuk

memperoleh keuntungan maksimal dapat dijelaskan melalui Kurva Kemungkinan

Produksi (KKP) dan garis isorevenue. KKP merupakan suatu kurva yang

menggambarkan semua kombinasi output yang dapat diproduksi dengan

menggunakan sumberdaya (input) yang sudah tertentu jumlahnya

(Nicholson,1999). KKP disebut juga isoresource curve karena setiap titik-titik

pada kurva tersebut menggambarkan kombinasi output yang dapat dihasilkan

dengan menggunakan sejumlah input yang sama sedangkan garis isorevenue

adalah garis yang menunjukkan kombinasi produk yang dapat dijual perusahaan

yang akan memberikan penerimaan tertentu.

Pada Gambar 2, diasumsikan perusahaan menggunakan sumberdaya yang

ada hanya untuk memproduksi dua barang, yaitu X1 dan X2. Perusahaan harus

berproduksi pada titik E, yaitu menghasilkan produk X1 sebesar Q1 dan produk X2

sebesar Q2 , agar penerimaan yang diperoleh perusahaan akan memaksimalkan

yaitu sebesar TR2 . Kombinasi produk optimal ini dicapai dicapai pada saat KKP

bersinggungan dengan garis isorevenue.

Pemilihan kombinasi produk selain pada titik E akan mengurangi

penerimaan total. Sebagai contoh, apabila perusahaan memilih kombinasi produk

yang ditunjukan pada titik a dan b maka penerimaan yang diperoleh hanya sebesar

TR1 . Artinya perusahaan belum dapat memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki


secara efisien. Titik c adalah kondisi kombinasi produk X1 dan X2 yang tidak

dapat dicapai karena terbatasnya sumberdaya.

X1 TR2

a c

Q1 E

b
O
Q2 TR1 X2

Gambar 2. Kurva Kemungkinan Produksi dan Kombinasi Produksi Optimal


Sumber : Nicholson, 1999

Keterangan :
X1 : Produk 1
X2 : Produk 2
TR1 : Total Penerimaan 1
TR2 : Total Penerimaan 2
E : Kombinasi produksi optimal
Q1 : Jumlah produk 1 yang dihasilkan pada kondisi
Q2 : Jumlah produk 2 yang dihasilkan pada kondisi
a,b : Kombinasi produksi yang tidak optimal
c : Kombinasi optimal yang tidak dapat dicapai

Menurut Lipsey (1995), batas kemungkinan produksi juga

mengungkapkan tiga konsep, yaitu kelangkaan (scarcity), pilihan (choice), dan

biaya peluang (opportunity cost). Kelangkaan ditunjukkan oleh kombinasi-

kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas, pilihan ditunjukkan oleh

kebutuhan untuk memilih titik-titik alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas,

sedangkan biaya peluang ditunjukkan oleh kemiringan batas tersebut ke kanan

bawah.

Kelangkaan menyebabkan seseorang harus membuat pilihan-pilihan dan

setiap pilihan mencerminkan biaya peluangnya. Akibat sifat sumberdaya yang

terbatas (langka) maka keputusan untuk memproduksi barang X1 lebih banyak


menyebabkan barang lain X2 yang diproduksi menjadi lebih sedikit. Hal ini

mencerminkan konsep opportunity cost, yaitu suatu ukuran yang menyatakan

jumlah barang lain yang harus dikorbankan untuk menambah barang X sebesar

satu satuan. KKP yang berbentuk cembung melambangkan peningkatan biaya

opportunity cost (increasing opportunity cost) dalam memproduksi kedua

komoditi tersebut.

Posisi biaya paling rendah pada tingkat output tertentu dicapai ketika

kurva isoquant dan garis isocost bersinggungan. Kurva isoquant adalah kurva

yang menunjukkan keseluruhan perangkat kemungkinan yang efisien secara

teknologis untuk memproduksi tingkat keluaran tertentu sedangkan garis isocost

adalah garis yang menunjukkan kombinasi alternatif faktor-faktor yang dapat

dibeli suatu perusahaan dengan pengeluaran tertentu (Lipsey, 1995).

Pada Gambar 3, perusahaan diasumsikan menggunakan dua input yaitu

kapital dan tenaga kerja untuk menghasilkan output sebesar Qo. Metode produksi

yang paling efisien adalah pada titik E yaitu menggunakan kapital sebesar Ko dan

tenaga kerja To. Kombinasi input tersebut akan memberikan biaya yang paling

minimal yaitu sebesar TC 1 . Pemilihan kombinasi input selain pada titik E akan

menyebabkan biaya yang digunakan bukan biaya yang paling minimal. Sebagai

contoh, apabila memilih kombinasi input yang ditunjukkan pada titik a atau b

maka biaya yang digunakan menjadi lebih tinggi yaitu sebesar TC 2 dan TC 3 .
K
a

E
Ko b Qo

To TC1 TC2 TC3 T

Gambar 3. Minimisasi Biaya


Sumber : Nicholson, 1999

Keterangan :
K : Jumlah input kapital
T : Jumlah input tenaga kerja
TC1 : Total Cost 1
TC2 : Total Cost 2
TC3 : Total Cost 3
QO : Kurva isoquant
E : Kombinasi input optimal
KO : Jumlah kapital yang digunakan pada kondisi optimal
TO : Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada kondisi optimal
a,b : Kombinasi input yang tidak optimal

Persoalan maksimisasi output merupakan masalah yang identik dengan

persoalan minimisasi biaya, perusahaan berusaha menghasilkan output tertentu

dengan biaya yang minimal sedangkan pada persoalan maksimisasi output,

perusahaan berusaha mencapai tingkat output maksimal dengan biaya tertentu

jumlahnya. Posisi output paling maksimal juga dicapai ketika kurva isoquant

bersinggungan dengan garis isocost.

Pada Gambar 4, output maksimal dapat dicapai pada titik E yaitu

menghasilkan output sebesar Q2 dengan menggunakan biaya tertentu sebesar TC O.

Pemilihan metode produksi selain pada titik E akan menyebabkan output yang

dicapai tidak maksimal. Sebagai contoh, apabila perusahaan berproduksi pada titik

a atau b maka biaya yang digunakan sama besar tetapi tingkat output yang

dihasilkan lebih rendah sebesar Q1 . Tingkat output yang tidak dapat dicapai
karena membutuhkan biaya yang lebih tinggi daripada biaya yang sudah

ditentukan.

Ko
E Q3
Q2
b Q1
T
Gambar 4. Maksimisasi Output
Sumber Nicholson, 1999

Keterangan :
K : Jumlah input kapital
T : Jumlah input tenaga kerja
TC1 : Garis isocost
Q1 : Kurva isoquant 1
Q2 : Kurva isoquant 2
Q3 : Kurva isoquant 3
E : Kombinasi input optimal
Ko : Jumlah kapital yang digunakan pada kondisi optimal
To : Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada kondisi optimal
a,b : Kombinasi input yang tidak optimal

3.1.2. Teori Optimalisasi

Menurut Nasendi dan Anwar (1985), optimalisasi adalah serangkaian

proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan

hasil terbaik dalam situasi tertentu. Dengan pendekatan normatif dapat diketahui

bahwa optimalisasi mengidentifikasikan penyelesaian terbaik suatu masalah yang

diarahkan pada maksimisasi atau minimisasi melalui fungsi tujuan.

Memaksimumkan keuntungan yang dihasilkan dari proses produksi atau

untuk meminimumkan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dengan

memperhatikan kendala-kendala yang berada di luar jangkauan pelaku kegiatan


merupakan tujuan dilakukannya optimalisasi. Oleh karena itu dalam upaya

pencapaian tujuan tersebut, kegiatan produksi selalu berusaha untuk

mengalokasikan sumberdaya yang terbatas di antara berbagai kegiatan yang

saling bersaing (Buffa dan Sarin, 1996).

Suatu proses kegiatan dilakukan untuk mencapai tujuan atau mencapai

output yang paling baik (the best output), dengan menggunakan masukan (input)

yang dalam prakteknya serba terbatas. Dalam keadaan serba terbatas itulah harus

dicapai suatu pemecahan yang optimum (maksimum atau minimum). Di sinilah

letak pentingnya Riset Operasi (RO) sebagai alat atau teknik untuk memecahkan

persoalan pencapaian output yang optimum dengan input yang seba terbatas

dengan menggunakan metode ilmiah (Supranto, 1988).

Menurut Taha (1996), tahap-tahap dalam penerapan RO untuk

memecahkan persoalan adalah sebagai berikut :

1. Definisi masalah

Tiga aspek utama pada tahap ini adalah deskripsi tentang sasaran atau tujuan

dari studi tersebut, identifikasi alternatif keputusan dari sistem tersebut dan

pengenalan tentang keterbatasan, batasan dan persyaratan sistem tersebut.

2. Pengembangan model

Pada tahap ini yang harus diperhatikan adalah model yang paling sesuai untuk

mewakili sistem yang bersangkutan. Model ini harus menyatakan ekspresi

kuantitatif dari tujuan dan batasan masalah dalam bentuk variabel keputusan.

3. Pemecahan Model

Hal ini dicapai dengan menggunakan teknik-teknik optimalisasi yang

didefinisikan dengan baik dan menghasilkan sebuah pemecahan optimal.


4. Pengujian Keabsahan Model

Sebuah model adalah absah jika, walaupun tidak secara pasti mewakili sistem

tersebut, dapat memberikan prediksi yang wajar. Metode yang umum

digunakan adalah membandingkan kinerjanya dengan data masa lalu yang

tersedia.

5. Implementasi

Pada tahap ini, hasil operasi harus diterjemahkan oleh peneliti secara terperinci

dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh pihak yang akan mengoperasikan

sistem tersebut.

Menurut Nicholson (1999), jenis persoalan optimalisasi dibagi menjadi

dua yaitu tanpa kendala dan dengan kendala. Pada optimalisasi tanpa kendala,

faktor- faktor yang menjadi kendala atau keterbatasan-keterbatasan yang ada

terhadap fungsi tujuan diabaikan sedangkan pada optimalisasi dengan kendala,

faktor- faktor yang menjadi kendala terhadap fungsi tujuan diperhatikan dalam

menentukan titik maksimum atau minimum fungsi tujuan. Salah satu alat riset

operasi yang paling efektif dan paling banyak digunakan untuk memecahkan

persoalan optimalisasi dengan kendala adalah pemrograman linier.

3.1.3. Linear Programming

Program linier menurut Soepranto (1988) ialah salah satu teknik dari Riset

Operasi untuk memecahkan persoalan optimisasi (maksimisasi atau minimisasi)

dengan menggunakan persamaan dan ketidaksamaan linear dalam rangka untuk

mencari pemecahan yang optimum dengan memperhatikan pembatasan-

pembatasan yang ada. Soekartawi (1992) menyatakan bahwa di setiap


penyelesaian Linier Programming keuntungan maksimum dapat diperoleh melalui

dua cara tersebut yaitu :

a. Program memaksimumkan (maksimisasi) total penerimaan (atau kadang-

kadang juga langsung pada total keuntungan); dan

b. Program meminimumkan (minimisasi) total biaya.

Linear Programming adalah suatu metode programasi yang variabelnya

disusun dengan persamaan linier. Program linier juga dapat didefinisikan sebagai

suatu teknik perencanaan masalah, untuk kemudian dipilih alternatif terbaik

(Nasendi dan Anwar, 1985). Hal ini berkaitan erat dengan alokasi sumberdaya dan

dana terbatas guna mencapai tujuan atau sasaran perusahaan secra optimal.

Menurut Soekartawi (1992), program linier memiliki kelebihan dan

kekurangan. Kelebihan program linier adalah :

1. Mudah dilakukan, apalagi jika menggunakan alat bantu komputer.

2. Dapat digunakan banyak variabel, sehingga berbagai kemungkinan untuk

memperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimum dapat tercapai; dan

3. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau

berdasarkan data yang tersedia.

Sedangkan kelemahan penggunaan LP adalah bila alat bantu komputer

tidak tersedia, maka cara LP dengan menggunakan banyak variabel akan

meyulitkan analisisnya dan bahkan tidak mungkin dikerjakan dengan cara manual

saja. Penggunaan variabel yang sedikit jumlahnya maka LP dapat digunakan

secara manual dengan bantuan cara perhitungan simplex, yaitu suatu cara

penyelesaian dengan melakukan iterasi berbagai variabel. Kelemahan lainnya dari


cara LP adalah penggunaan asumsi linearitas, karena di dalam kenyataan yang

sebenarnya kadang-kadang asumsi ini tidak sesuai.

Linear Programming itu sendiri sebenarnya merupakan metode

perhitungan untuk perencanaan terbaik di antara kemungkinan-kemungkinan

tindakan yang dapat dilakukan. Penentuan terbaik tersebut terdapat banyak

alternatif dalam perencanaan untuk mencapai tujuan spesifik pada sumberdaya

yang terbatas.

Program linier terdiri dari dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan dan

fungsi kendala. Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan sasaran atau

tujuan dalam sumber-sumber untuk memperoleh keuntungan maksimum atau

biaya yang minimum. Sedangkan fungsi kendala adalah bentuk penyajian secara

matematis kendala-kendala yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal

ke berbagai kegiatan.

Secara umum, model linear programming dapat dinyatakan sebagai

berikut :

n
Maksimisasi atau minimisasi : Z = CjXj , untuk j = 1, 2,....n atau
j =1

n
Memenuhi syarat kendala :1. aijXj (=, =, =) bi, untuk i = 1,2,...n
j =1

2. Xj = 0

Keterangan : Z = fungsi tujuan


Cj = koefisien fungsi tujuan
aij = koefisien input-output
bi = sumberdaya yang terbatas
Xj = variabel keputusan

Asumsi dasar yang menjadi ciri khas dari model linear programming

menurut Nasendi dan Anwar (1985) adalah :


1. Linearitas, berarti bahwa fungsi tujuan dan fungsi kendala harus dapat

dinyatakan sebagai fungsi linier. Hubungan antara variabel bersifat linear.

2. Proporsionalitas, berarti naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumberdaya

atau fasilitas yang tersedia akan berubah sebanding dengan perubahan tingkat

kegiatan.

3. Aditivitas, berarti bahwa nilai parameter suatu kriteria optimasi merupakan

jumlah dari nilai individu- individu Cj dalam model LP tersebut.

4. Divisibilitas, berarti bahwa variabel-variabel keputusan Xj dapat dibagi ke

dalam pecahan-pecahan apabila diperlukan.

5. Deterministik, berarti bahwa semua parameter dalam model LP tetap dan dapat

diketahui atau ditentukan secara pasti.

Menurut Taha (1996), teknik LP mampu mengkompensasi kepastian yang

tidak dapat dicapai pada kehidupan nyata dengan memberikan analisis pasca-

optimal dan analisis parametrik secara sistematis, yang memungkinkan pengambil

keputusan menguji sensitivitas pemecahan optimum yang statis terhadap

perubahan diskrit atau kontinyu dalam berbagai parameter dari model tersebut.

3.1.4. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas penting karena dalam kegiatan sehari- hari faktor

ketidakpastian selalu ada. Faktor ketidakpastian ini sering terjadi pada perubahan

harga dan produktivitas. Di dalam problem linear programming (LP), pengertian

sensitivitas adalah memberlakukan parameter sumberdaya (bi) yang tersedia

pada batas yang paling kecil (lower limit) dan batas yang paling besar (upper

limit). Artinya, apa yang akan terjadi pada solusi optimum bila parameter bi

diubah menjadi lebih dari bi yang ada (bi+ ?bi) dan yang lebih rendah (bi- ?bi)
(Soekartawi, 1992). Analisis ini memberikan karakteristik dinamis pada model

yang menungkinkan seorang analisis untuk mempelajari perilaku pemecahan

optimum sebagai hasil dari perubahan dalam parameter model. Tujuan akhir dari

analisis ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pemecahan optimum

dengan perhitungan tambahan yang minimal.

3.1.5. Analisis Pasca-Optimal (Post Optimal)

Menurut Taha (1996), analisis pasca optimal dapat dimasukkan ke dalam

salah satu dari kategori berikut: perubahan perubahan dalam koefisien fungsi

tujuan yang mempengaruhi optimalitas, perubahan dalam sisi kanan yang

mempengaruhi kelayakan dan perubahan yang dapat mempengaruhi baik

optimalitas maupun kelayakan. Asumsi deterministik dalam model program linier

menyatakan bahwa semua parameter model (aij, Cj dan bi) diketahui konstan.

Dalam kenyataannya, asumsi ini sulit sekali atau tidak sama sekali terjadi. Oleh

sebab itu perlu dilakukan analisis pasca optimal atau post optimal. Analisis post

optimal ditujukan untuk mengetahui perubahan solusi optimum sebagai respon

terhadap perubahan parameter-parameter input.

Kerangka Pemikiran Operasional.

Usaha koperasi dalam memenuhi tujuannya yaitu meningkatkan

kesejahteraan anggotanya, salah satunya dilakukan melalui peningkatan

pendapatan koperasi yang dihasilkan dari usaha-usaha yang dijalankannya. Usaha

tersebut diantaranya mendiversifikasikan produk olahan pada unit usaha sapi

perah. Oleh karena itu setiap usaha yang dijalankannya dituntut untuk mampu
beroperasi secara efisien dan mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi tanpa

harus menghilangkan jati dirinya sebagai suatu badan usaha koperasi. Selain itu,

kondisi persaingan dalam memenuhi permintaan akan susu dalam domestik juga

menuntut adanya efisiensi dalam menjalankan usahanya. Terbatasnya sumberdaya

yang dimiliki KUD Mitrayasa menuntut adanya pengalokasian sumberdaya secara

efisien untuk menghasilkan tingkat produksi yang optimal, sehingga diperlukan

adanya suatu perencanaan produksi yang baik.

Salah satu teknik riset operasi yang dapat digunakan dan diterapkan dalam

menghadapi persoalan-persoalan produksi/operasi adalah pemrograman linier

(linear programming). Pemrograman linier merupakan model yang banyak

digunakan dalam pengalokasian sumberdaya yang terbatas di antara berbagai

aktivitas produksi sehingga satu kriteria tertentu menjadi optimal (minimum atau

maksimum).

Berdasarkan jenis produk dan kendala keterbatasan sumberdaya yang ada

maka dir umuskan suatu perencanaan produksi optimal dengan maksud

mengetahui kombinasi produk yang dapat menghasilkan keuntungan maksimum.

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan kalkulator dan

program komputer LINDO.

Penyusunan produksi optimal dimulai dengan pembuatan model

pemrograman linier. Fungsi tujuan dalam pembuatan model pemrograman linier

adalah memaksimumkan keuntungan (laba kontribusi total) yang dihasilkan oleh

KUD Mitrayasa. Variabel keputusan yang ada dalam model menunjukkan tingkat

produksi optimal setiap jenis produk susu yang dihasilkan dalam mencapai tujuan

KUD Mitrayasa. Sedangkan kendala yang dimasukkan adalah kendala-kendala


yang mempengaruhi proses produksi, meliputi ketersediaan bahan baku, bahan

penolong, ketersediaan jam kerja mesin, ketersediaan tenaga kerja langsung dan

permintaan minimum setiap produk.

Adanya ketidakpastian dalam dunia nyata diantaranya dalam hal

perubahan harga, perubahan ketersediaan sumberdaya, perubahan permintaan

pasar, dan lain sebagainya menunjukkan perlunya dilakukan analisis pasca

optimal untuk mengetahui bagaimana solusi optimal yang akan diperoleh jika

terjadi perubahan-perubahan pada kondisi optimal awalnya.

Dari uraian diatas maka kerangka alur pemikiran optimalisasi produksi

susu olahan pada unit usaha susu di KUD Mitrayasa ditampilkan secara ringkas

pada Gambar 5.

Tujuan unit usaha sapi perah :


Memaksimumkan keuntungan
Kendala yang dihadapi :
Ketersediaan bahan Diversifikasi produk
baku dan penolong susu olahan
Jam kerja mesin
Jam tenaga kerja
langsung
Permintaan minimum Perencanaan produksi optimal
produk Menggunakan program linier

Kombinasi produk, keuntungan


optimal, alokasi sumberdaya
optimal, status sumberdaya dan
analisis sensitivitas
LINDO

Analisis pasca optimal

Gambar 5. Kerangka Alur Pemikiran Operasional Optimalisasi Produksi


IV. METODE PENELITIAN

4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di KUD Mitrayasa yang berlokasi di

Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya. Lokasi ini dipilih secara

sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa KUD Mitrayasa

Pagerageung sebagai sebagai satu-satunya pengelola susu sapi perah di Kabupaten

Tasikmalaya dan telah memiliki unit pengolahan susu segar sendiri. Saat ini

dalam usaha mengelola usaha sapi perah, khususnya pemasaran susu segar dijual

ke IPS (Industri Pengelola Susu) yaitu PT. Ultrajaya dan Indomilk Jakarta. Dan

sisanya dijual ke konsumen dalam bentuk susu segar, susu pasteurisasi, dan

yoghurt. Disamping itu unit usaha susu KUD Mitrayasa merupakan unit usaha

utama karena telah memberikan pendapatan terbesar bagi KUD. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Maret-April 2007.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara secara

langsung dengan manajer produksi dan kepala gudang serta pegawai KUD untuk

memperoleh informasi tambahan yang bersifat mendukung. Sedangkan data

sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen di bagian produksi yang berkaitan

dengan unit usaha pengolahan susu, studi literatur lainnya yang relevan dengan

penelitian serta data-data dari instansi terkait.


Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah data yang digunakan

untuk mengelola susu, baik susu segar maupun susu olahan di KUD selama tahun

2006, yang meliputi :

1. Data tentang gambaran umum KUD yang meliputi sejarah KUD,

ketenagakerjaan, proses produksi, pengadaan bahan baku dan pengemasan dan

pemasaran.

2. Harga jual dari setiap jenis produk.

3. Harga beli bahan baku dan bahan penolong yang digunakan.

4. Biaya produksi masing- masing produk.

5. Besar penggunaan bahan baku dan bahan penolong yang menjadi kendala.

6. Produksi aktual setiap jenis produk.

7. Penjualan setiap jenis produk.

8. Kapasitas mesin produksi produk.

9. Ketersediaan input produksi langsung yang menjadi kendala.

10. Ketersediaan jam kerja mesin produksi yang menjadi kendala.

11. Produktivitas mesin produksi yang menjadi kendala.

12. Penggunaan jam kerja mesin produksi yang menjadi kendala.

13. Produksi minimum yang menjadi kendala.

4.3. Metode Pengolahan Data

Masalah optimalisasi produksi untuk waktu perencanaan dirumuskan ke

dalam model program linier dengan langkah- langkah sebagai berikut:


(1). Menentukan Variabel Keputusan

Variabel keputusan menunjukkan jumlah penjualan dan produksi setiap

jenis diantaranya susu dingin, susu segar, pasteurisasi dan yoghurt dalam satuan

liter.

(2). Menentukan Fungsi Tujuan

Optimalisasi produksi bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan

perusahaan. Perumusan fungsi tujuan dimulai dengan menentukan harga jual dan

biaya produksi untuk setiap liter susu. Selanjutnya dibentuk persamaan tujuan

dalam model linier yaitu:

9
Memaksimumkan : Z = ( Pj Rj )Xj
j =1

9
Z= jXj
j =1

Keterangan :
Z = Tingkat keuntungan yang ingin dimaksimumkan (Rp).
Pj = Harga jual jenis produk ke-j (Rp/liter).
Xj = Jumlah produk ke-j yang dihasilkan (liter) dimana: j =1 untuk susu
pasteurisasi cup coklat, j =2 susu pasteurisasi cup strawberry, j =3 susu
pasteurisasi cup vanila, j =4 susu pasteurisasi cup melon, j =5 susu
pasteurisasi cup plain, j =6 yoghurt strawberry, j =7 yoghurt melon, j =8
yoghurt plain, j =9 susu dingin.
Rj = Biaya produksi yang digunakan oleh jenis produk ke-j (Rp/liter).
p j = Koefisien sumbangan keuntungan per liter produk (Rp/liter)

(3). Menentukan Kendala

Kendala dalam model program linier untuk optimalisasi produksi susu

susu dingin, pasteurisasi dan yoghurt meliputi ketersediaan bahan baku,

ketersediaan bahan penolong, ketersediaan jam kerja mesin, ketersediaan tenaga

kerja dan permintaan minimum setiap produk.


a. Kendala Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku utama pembuatan susu dingin untuk IPS, pasteurisasi dan

yoghurt adalah susu segar. Untuk susu pasteurisasi di KUD Mitrayasa adalah susu

dengan spesifikasi kandungan fat 3.6, pH 6.8-7.2 dan alkohol negatif (-).

a. Kendala ketersediaan bahan baku ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

ajXj BB
Keterangan :
aj = Koefisien penggunaan bahan baku susu segar untuk produk ke-j
(liter/liter).
BB = Ketersediaan bahan baku selama tahun 2006 (liter).

b. Kendala bahan penolong

bijXj BPi
Keterangan :
bij = Penggunaan bahan penolong ke- i untuk satu liter produk ke-j (kg/liter),
dimana: i =1 untuk bubuk coklat (kg), i =2 untuk gula (kg), i =3 untuk
flavour strawberry (liter), i =4 untuk flavour vanila (liter), i =5 untuk
flavour melon (liter), i =6 untuk pewarna strawberry (kg), i =7 untuk
pewarna melon (kg), i =8 untuk lactobacillus (gram) , i =9 untuk cup
(buah), i= 10 untuk lid cup (buah), i = 11 untuk plastik (lembar).
BPi = Ketersediaan bahan penolong ke- i dalam satu tahun (kg, liter, buah,
lembar).

c. Kendala ketersediaan jam kerja mesin ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

cijXj Ji
Keterangan :
cij = Koefisien kebutuhan jam kerja mesin ke- i untuk menghasilkan satu liter
produk ke-j (jam/liter).
Ji = Ketersediaan jam kerja mesin pada jam kerja normal selama tahun 2006
(jam).

d. Kendala Permintaan minimum

Xj = JPXj
Keterangan :
JPXj = Jumlah penjualan produk ke-j selama tahun 2006 (liter).

e. Kendala jam tenaga kerja langsung

dijXj JTi
Keterangan :
dij = Koefisien kebutuhan jam tenaga kerja langsung bagian ke-i untuk
menghasilkan satu liter susu jenis ke-j (jam/liter) dimana: i =1 untuk plate
cooler, i =2 untuk tangki penyalur, i =3 untuk tangki penerima, i =4 untuk
PHE, i =5 untuk mesin cup, i = 6 untuk kompor gas, i=7 untuk alat
pencampur I, i=8 untuk inkubator, i=9 untuk alat pencampur II, i=10 untuk
pengemas plastik.
JTi = Ketersediaan jam tenaga kerja bagian ke-i pada jam kerja normal untuk
berproduksi selama tahun 2006 (jam).

(4). Menentukan Model Program Linier

Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk menentukan

aktivitas terpilih, tingkat keuntungan yang diperoleh, status sumberdaya serta

analisis sensitivitas dengan bantuan komputer software LINDO dan kalkulator.

Setelah fungsi tujuan dan kendala dirumuskan, langkah selanjutnya adalah

menyusun model linier masalah optimalisasi produksi. Setelah dicapai kondisi

optimal dilakukan analisis pasca optimal untuk mengetahui pengaruh perubahan

model program linier terhadap solusi optimal awal.

4.4. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui tingkat produksi dan alokasi sumberdaya optimal

digunakan program linear dengan tujuan memaksimumkan keuntungan dari

produksi susu olahan KUD Mitrayasa. Penggunaan metode ini didasarkan pada

hasil studi empirik yang menunjukkan bahwa output yang dihasilkan program

linear sesuai dengan tujuan penelitian ini. Selain itu program linear memiliki

beberapa keunggulan diantaranya fungsi tujuan yang dapat fleksibel dan bisa
menggunakan banyak variabel. Kelemahan metode ini adalah hanya dapat

digunakan untuk satu tujuan, asumsi proporsionalitas dan deterministik. Namun

kelemahan-kelemahan tesebut dapat dikompensasi dengan analisis sensitivitas dan

analisis pasca-optimal.

Data kuantitatif yang dikumpulkan menyangkut aktivitas yang

dipertimbangkan, faktor kendala yang menjadi pembatas, penentuan koefisien

input dan output serta penentuan fungsi tujuan. Kemudian diolah dengan bantuan

kalkulator dan komputer. Data tersebut kemudian diedit dan ditabulasikan

menurut aktivitas dan dimasukkan ke dalam program linier, kemudian diolah

dengan menggunakan program LINDO. Analisis yang dilakukan meliputi:

1. Analisis Primal

Dengan analisis primal dapat diketahui kombinasi produk terbaik yang

dapat menghasilkan tujuan maksimum,yaitu keuntungan yang paling besar dengan

tetap mempertimbangkan keterbatasan sumberdaya yang tersedia. Dalam analisis

primal dapat ditunjukkan aktivitas-aktivitas yang masuk ke dalam skema optimal

dan kuantitas dari aktivitas yang bersangkutan. Aktivitas yang tidak termasuk

skema optimal akan memiliki nilai reduced cost. Dengan membandingkan antara

kombinasi produk terbaik hasil perhitungan dengan kombinasi produksi aktual

akan diketahui apakah selama ini kegiatan produksi perusahaan sudah optimal

atau belum.

2. Analisis Status Sumber (Dual)

Nilai dual (dual price) menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada

fungsi tujuan apabila sumberdaya yang digunakan berubah sebesar satu satuan.

Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai slack atau surplus dan nilai dualnya.
Nilai dual sering disebut shadow price yang menunjukkan batas harga tertinggi

suatu sumberdaya (input) yang masih memungkinkan perusahaan untuk tetap

melakukan pembelian. Nilai dual sangat berperan dalam pengambilan keputusan,

terutama dalam pembelian sumberdaya.

Dengan analisis ini dapat diketahui juga apakah sumberdaya yang

digunakan dalam proses produksi merupakan sumberdaya yang sifatnya langka

atau sebaliknya. Sumberdaya langka ditunjukkan dengan nilai slack/surplus = 0

dan slack/surplus <0, sedangkan jika nilai slack/surplus >0, maka sumberdaya

tersebut merupakan sumberdaya berlebih. Sumberdaya langka termasuk kendala

aktif karena kendala ini membatasi fungsi tujuan, sedangkan kendala berlebih

termasuk kendala tidak aktif karena kendala ini kendala yang tidak habis terpakai

dalam proses produksi dan tidak mempengaruhi fungsi tujuan apabila terjadi

penambahan sebesar satu satuan.

3. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan pada

dua parameter input dalam program linier yaitu keuntungan per unit produk dan

ketersediaan sumberdaya yang menjamin tidak adanya perubahan pada solusi

optimal. Analisis sensitivitas memberikan selang perubahan fungsi tujuan tanpa

mempengaruhi tingkat produksi optimal serta perubahan ketersediaan sumberdaya

yang masih diperbolehkan tanpa merubah nilai dual price. Selang perubahan

fungsi tujuan dan perubahan nilai ruas kanan model ditunjukkan pada nilai batas

atas (allowable increase) dan batas bawah (allowable decrease).


4. Analisis Pasca-Optimalitas (Post Optimal)

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana solusi optimal yang

diperoleh jika terjadi perubahan terhadap parameter yang membentuk model.

Analisis ini dilakukan terhadap dua skenario.

Selama tahun 2006 di KUD mitrayasa terdapat informasi mengenai jumlah

penjualan terendah untuk produk susu pasteurisasi cup plain, sehingga dilakukan

skenario I untuk mengetahui pengaruh penurunan sumbangan keuntungan dari

satu liter produk tersebut diluar range terhadap keputusan produksi. Hal ini

dikarenakan biaya produksinya paling rendah sehingga menurunkan harga jual.

Sedangkan skenario II untuk mengetahui pengaruh penambahan batasan

permintaan minimum untuk susu dingin terhadap keputusan produksi dan alokasi

sumberdaya. Hal ini dikarenakan kapasitas angkut dari (IPS) Industri Pengolah

Susu susu dingin dikirim dalam jumlah relatif tetap sehingga menuntut adanya

batasan pengiriman akan susu dingin. Dengan analisis pasca-optimalitas (post

optimalitas) diharapkan pihak pengambil keputusan perusahaan dapat memilih

alternatif yang paling menguntungkan dan sesuai dengan kondisi perusahaan,

sehingga kondisi optimal tercapai.


V. KOPERASI UNIT DESA MITRAYASA

5.1. Gambaran Umum

5.1.1. Sejarah Berdirinya KUD Mitrayasa dan Perkembangannya

Koperasi Unit Desa Mitrayasa berlokasi di Jalan Raya Pagerageung No.28

dan berdiri pada tahun 1973. KUD Mitrayasa memperoleh hak badan hukum No.

5536/BH/PAD/KWK-10/IX pada tanggal 9 September 1997. Awalnya KUD

memiliki tiga unit usaha yaitu unit usaha pertanian, perdagangan dan unit usaha

perkreditan dan jasa. Pada perkembangannya KUD mendirikan unit usaha

peternakan sapi perah untuk menampung susu sapi dari para peternak anggotanya.

Secara administratif, wilayah kerja KUD terdiri dari Desa Pagerageung,

Pagersari, Cipacing, Guranteng, Sukapada, dan Desa Nanggewer. Wilayah kerja

KUD tersebut memiliki luas 8.077 ha, yang berada pada ketinggian 400-960 m

dari permukaan laut, terdiri dari tanah sawah seluas 2.355 ha, tanah darat 4.995

ha, tanah basah 127 ha dan tanah perkampungan 600 ha. Hal ini sangat

mendukung untuk lokasi peternakan sapi maupun pertanian.

Adapun luas lahan KUD sebesar 5.800 m2 sedangkan bangunan kantor

yang dimiliki seluas 9 x 12 m. Saat ini wilayah kerja unit usaha susu KUD

Mitrayasa terbagi ke dalam 21 Komisariat Daerah dengan 15 kelompok peternak

sapi perah. Wilayah tersebut meliputi daerah Ciamis, Panjalu, Rajapolah, Ciawi,

Salawu, Indihiang, Tasikmalaya, Desa Pagerageung, Desa Guranteng, Desa Kupa,

Desa Ciguha, Desa Cikerenceng, Desa Tewel, Desa Picung, Desa Cikadu, Desa

Nanggewer. Data Populasi Sapi Perah Tahun 2006 dari tiap daerah dapat dilihat

pada Lampiran 33.


Upaya meningkatkan kesejahteraan anggotanya ditempuh KUD Mitrayasa

dengan meningkatkan pelayanan. Pada unit usaha susu sapi perah, KUD terus

memberikan fasilitas dan pelayanan sehingga diharapkan tingkat kesejahteraan

anggota meningkat. Peningkatan pendapatan anggota menjadi salah satu indikator

keberhasilan KUD. Keberhasilan KUD dalam meningkatkan pendapatan anggota

mencerminkan peran KUD.

Keanggotaan KUD Mitrayasa terdiri dari anggota penuh 755 orang, calon

anggota 200 orang, dan masyarakat yang dilayani 7.950 orang. Adapun

perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Sapi Perah dan Jumlah Sapi Perah

dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Sapi Perah dan Jumlah Sapi
Perah KUD Mitrayasa tahun 2003-2006
No Tahun Jumlah anggota Jumlah sapi perah
1 2002 345 1.400
2 2003 345 1.400
3 2004 345 1.400
4 2005 345 1.400
5 2006 450 1.157
Sumber : Rapat Anggota Tahunan, 2003-2006

Dalam mendukung pengembangan pembangunan peternakan di Kabupaten

Tasikmalaya, khususnya peningkatan produktivitas ternak, KUD Mitrayasa telah

melakukan kegiatan inseminasi buatan telah dilaksanakan secara swadaya murni.

Wilayah satuan pelayanannya yaitu Satuan Pelayanan Kegiatan IB (SPIB)

Pagerageung dengan wilayah pelayanan Kecamatan Pagerageung, Ciawi dan

Rajapolah. Hasil kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2005 adalah 737

ekor akseptor dilayani yang menghabiskan 951 dosis, dengan nilai SC 1,3 dan CR

61,47. Anak sapi la hir hasil IB selama tahun 2005 tercatat sebanyak 458 ekor (220

jantan dan 238 betina).


5.1.2. Unit-unit usaha KUD Mitrayasa

Koperasi Unit Desa Mitrayasa merupakan salah satu koperasi multi usaha,

yakni usaha peternakan sapi perah, perkreditan dan jasa, perdagangan dan

pertanian.

(1) Unit usaha peternakan sapi perah merupakan bagian dari usaha yang ada di

KUD. Populasi sapi perah saat ini tercatat sekitar 1157 ekor, rata-rata perhari

susu yang diterima di KUD sekitar 4.200 liter atau 4,2 ton dengan sistem

pengiriman langsung ke IPS (Industri Pengolahan Susu). Adapun jenis sapi

yang dimiliki para peternak terdiri dari sapi lokal, sapi APBD, sapi Puskopsi,

sapi BRI, sapi Bukopin. Unit usaha ini membawahi dua kegiatan usaha yaitu

susu dingin dan pasteurisasi. Unit usaha ini baru dirintis dan dimulai pada

bulan April 2006, dan diharapkan sudah mulai berjalan secara optimal. Tujuan

mengolah susu pasteurisasi ini adalah untuk merangsang para anggota

peternak supaya harga susu dapat lebih baik. Peralatan untuk unit sus u

pasteurisasi merupakan bantuan dari Bioteknologi LIPI, Bogor yang sifatnya

kerjasama, juga adanya bantuan dari Pemda Tk.II Tasikmalaya. Sedangkan

pembuatan yoghurt merupakan kegiatan yang baru dirintis bersamaan susu

pasteurisasi sehingga masih menyatu dengan unit usaha pasteurisasi.

(2) Unit usaha perkreditan dan Jasa. Saat ini usaha perkreditan dan jasa terdiri dari

Simpan pinjam umum : mengelola keragaman hasil perputaran simpanan

pokok dan wajib dari anggota serta pinjaman Puskud.

Simpan pinjam Bukopin : Simpan pinjam ini mengelola keuangan dari

pinjaman dan kerjasama dengan PT. Bank Bukopin.


Usaha Jasa Pelayanan Listrik : kerjasama antara KUD dengan PLN dalam hal

membaca meteran dan pelayanan penjualan rekening listrik.

(3) Unit usaha perdagangan. Saat ini unit perdagangan melakukan usaha untuk

memenuhi kebutuhan anggota dan usaha jasa wartel. Diharapkan untuk masa

yang akan datang semua anggota dapat aktif dan dapat terpenuhi kebutuhan

kelontongan dan sembako dari usaha perdagangan ini. Masalah yang

dihadapi unit usaha perdagangan ini adalah permodalan. Unit usaha ini untuk

sementara tidak bisa berjalan.

(4) Unit usaha pertanian. Unit usaha ini membidangi usaha dan pelayanan

dibidang RMU (Rice Milling Unit), penjualan pupuk dan pelayanan KUT,

penyediaan pangan atau beras dan GLK (Gudang Lantai Jemur dan Kios).

Usaha ini khususnya RMU belum bisa dimaksimalkan tetapi masih

melakukan mitra dengan anggota pengelola gabah dan beras. Demikian pula

dengan bidang yang lainnya seperti penyediaan pupuk, karena pupuk saat ini

dijual bebas dikalangan masyarakat luas. Untuk Pelayanan KUT, dana KUT

masih banyak yang menunggak baik di anggota kelompok maupun

masyarakat.

5.1.3. Struktur Organisasi dan Manajemen KUD Mitrayasa

KUD Mitrayasa memiliki struktur organisasi dengan alat perlengkapan

organisasi sebagaimana yang dituangkan dalam bab VIII pasal 19 Undang-

Undang Koperasi No 12 Tahun 1967, yang menyatakan bahwa alat perlengkapan

organisasi koperasi terdiri dari : (1) Rapat Anggota, (2) Pengurus, dan Badan

Pemerik sa, kemudian ditambah perlengkapan lainnya sebagai pembantu


kelancaran organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Struktur organisasi

KUD Mitrayasa dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pertumbuhan dan perkembangan koperasi sangat bermanfaat baik bagi

anggota maupun masyarakat, serta koperasi harus dapat memberikan dampak

terhadap peningkatan pendapatan, disiplin dan motivasi yang tinggi serta

kekompakan kerja dari seluruh unsur pelaksana manajemen (pengurus dan

anggota). Berdasarkan administrasi, keanggotaan yang ada di KUD Mitrayasa

adalah sebagai anggota penuh, calon anggota dan masyarakat yang dilayani.

Anggota penuh sebagian besar berasal dari kelompok anggota sapi perah.

Partisipasi anggota dalam koperasi adalah sebagai berikut :

1. Anggota berkedudukan sebagai pemilik, dimana anggota memberikan

kontribusi keuangan berupa simpanan pokok, simpanan wajib dan dana-dana

titipan lainnya.

2. Anggota berkedudukan sebagai pengguna jasa koperasi, dimana anggota dapat

memanfaatkan potensi yang disediakan koperasi.

Rapat anggota tahunan merupakan badan tertinggi yang menjadi penentu

kebijakan, berwenang mencabut dan mengeluarkan anggota maupun pengurus

serta menetapkan AD dan ART. Kekuasaan tertinggi dalam Rapat anggota

tahunan berada pada anggota. Rapat anggota tahunan ini beranggotakan seluruh

anggota KUD Mitrayasa dan diadakan sekurang-kurangnya setahun sekali namun

dapat diadakan atas kehendak pengurus atau permintaan tertulis dari sepersepuluh

jumlah anggota. Rapat anggota tahunan ini membahas pertanggungjawaban

pengurus pada tahun buku sebelumnya, mengevaluasi pelaksanaan program kerja,

menyusun rencana kerja dan rencana anggaran untuk tahun buku yang akan
datang, pembagian sisa hasil usaha (SHU), serta memilih dan menetapkan anggota

pengurus.

Pengurus koperasi dip ilih dari dan oleh anggota dalam suatu Rapat

Anggota, Pengurus bertugas memimpin organisasi dan perusahaan koperasi,

melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama koperasi, serta mewakili

dihadapan dan diluar pengadilan. Pengurus mengajukan Rancangan Rencana

Kerja, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi, menyelenggarakan

Rapat Anggota, mengajukan laporan keuangan dan pertanggung jawaban

pelaksanaan tugas, serta memelihara daftar buku anggota dan pengurus. Pengurus

berhak menerima SHU setiap tahun ditambah uang jasa yang besarnya ditentukan

oleh rapat anggota. Masa jabatan selama lima tahun dan dapat dipilih kembali.

Badan pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap kebijakan

pengurus dalam melaksanakan keputusan-keputusan Rapat Anggota kemudia n

membuat laporan tertulis tentang hasil pemeriksaannya dan memberi saran kepada

koperasi. Fungsi badan pengawas ini dilakukan oleh akuntan publik yang

langsung ditunjuk oleh pengurus. Bagi kepentingan koperasi, pengurus dapat

menunjuk seorang atau lebih untuk menjadi pengawas. Tugas akuntan publik

dalam hal ini sama dengan badan pengawas yaitu meneliti catatan yang ada pada

koperasi dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. Karena akuntan

publik diangkat diluar anggota atau pengurus maka akuntan publik tidak

mendapat SHU tetapi menerima gaji yang disetujui oleh rapat anggota.

Sebagai sebuah koperasi primer, KUD Mitrayasa telah mengalami

pertumbuhan dan perkembangan volume usaha. Seiring dengan volume usahanya

yang semakin banyak, KUD mengangkat ketua unit untuk mengelola unit
usahanya. Secara umum tugas para ketua unit usaha adalah membuat rencana

kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja unit usaha yang bersangkutan,

melaksanakan tugas-tugas kegiatan usahanya sesuai dengan rencana kerja dan

anggaran yang telah ditetapkan Rapat Anggota, menyelenggarakan administrasi

umum dan keuangan dengan tertib, memimpin dan mengkoordinir karyawan unit

usahanya, menghadiri Rapat Anggota, membuat laporan perkembangan usaha

serta laporan keuangan bulanan. Dalam menjalankan tugasnya ketua unit usaha

bertanggung jawab kepada pengurus.

Koordinator Komisaris daerah adalah karyawan yang mengawasi kegiatan

usaha dan pelayanan yang dilakukan di tempat pelayanan koperasi. Sedangkan

Komisaris daerah (Komda) merupakan koordinator kelompok-kelompok peternak

pada daerah tertentu. Komda bertugas untuk mengatur dan mengawasi keadaan

anggota di daerahnya, bertanggung jawab terhadap keadaan produksi susu,

menjalin koordinasi yang baik dengan koordinator Komda, menyelenggarakan

administrasi umum dan keuangan dengan teratur serta mengambil langkah-

langkah terhadap kegiatan usaha untuk menghindari kerugian, menghadiri rapat

anggota, serta membuat laporan tentang usaha bulanannya.

Kegiatan tata usaha dan umum dalam lingkungan KUD Mitrayasa meliputi

kegiatan tata usaha keadministrasian dan sistem pengarsipan. Sistem yang telah

berjalan sampai saat ini yaitu sistem komputerisasi. Hal ini berguna untuk

peningkatan dan keakuratan data dalam penyelesaian pelayanan kepada anggota.

Kegiatan perlengkapan kantor dan perawatan terhadap inventaris kantor

mekanismenya dalam ruang lingkup organisasi dilakukan di unit karena sistem ini

dipandang efektif. Untuk menghadapi perkembangan dunia usaha, maka pengurus


KUD Mitrayasa terus melakukan peningkatan guna menciptakan bidang usaha

serta pelayanan kepada anggota.

5.2. Pabrik Milk Treatment (MT) KUD Mitrayasa

5.2.1. Sejarah Berdirinya Pabrik Milk Treatment (MT) KUD Mitrayasa

Milk treatment KUD Mitrayasa bertujuan untuk mengamankan produksi

susu segar secara kualitatif dan kuantitatif. Disamping itu memberikan kepastian

pasar bagi produksi susu para anggotanya, menyediakan kebutuhan sarana

produksi ternak, meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat umum.

Rencana pendirian pabrik Milk Treatment diawali dengan penawaran alat

pengolah susu dari PT Elecrem pada tahun 2001. Namun kerjasama tersebut

dibatalkan karena harga yang ditawarkan sangat tinggi. Pada tahun 2002 pengurus

KUD melakukan upaya dan kerjasama dengan pihak Bioteknologi LIPI Cibinong

Bogor. Upaya tersebut mendapat tanggapan positif dari pihak LIPI yang bersedia

membantu kelancaran program kerja yang direncanakan KUD. Proses kerjasama

berlangsung dengan baik sejak tahun 2003 hingga sekarang. .

Pembangunan milk treatment dimulai pada tanggal 19 Maret 2004 dengan

membangun pabrik pengolahan dan disempurnakan pada tanggal 4 Februari 2005.

Pembangunan pabrik tersebut membutuhkan biaya sebesar Rp 175.000.000,00

yang diperoleh dari modal sendiri. Hal ini dikarenakan KUD Mitrayasa tela h

beroperasi dari tahun 1973 dan memiliki tiga unit unit usaha sebelum membentuk

unit usaha peternakan sapi perah.

Manfaat yang dirasakan oleh seluruh anggota peternak KUD, dengan

berdirinya Milk Treatment unit ini adalah :


1. Sejumlah susu dari anggota peternak dapat diserap setiap hari tidak hanya pada

hari kerja. Susu juga dapat diolah sementara atau diawetkan serta ditampung di

milk treatment untuk kemudian diantar ke industri pengolahan susu jika

kapasitas sudah memenuhi untuk dikirim.

2. Alat kelengkapan KUD beserta seluruh anggota koperasi semakin bergairah

untuk bekerja, karena kerusakan susu dapat ditekan baik ditingkat peternak

maupun koperasi.

KUD Mitrayasa memiliki dua pabrik milk treatment yang berlokasi di

Desa Guranteng dan Pagerageung. Hal ini dikarenakan supaya lebih dekat dengan

para peternak. Luas pabrik milk treatment di Desa pagerageung seluas 14 x 6 m

sedangkan pabrik yang berada di Desa guranteng memiliki luas 9 x 12 m. Letak

pabrik masing- masing berada di pinggir jalan raya Pagerageung dan jalan raya

guranteng. Jarak antara dua pabrik tersebut 2 km.

Lokasi pabrik dipilih berdasarkan aspek daerah strategis, terutama pabrik

yang letaknya di Desa Guranteng supaya lebih dekat dengan lokasi anggota para

peternak. Mengingat daerah sekitarnya merupakan penghasil susu segar yang

potensial, selain itu letak pabrik dekat dengan jalan raya yang merupakan

penghubung antara daerah produksi dengan daerah tujuan pemasaran. Aspek

fasilitas yang meliputi pelayanan umum, listrik, air, telekomunikasi, transportasi

dan perbankan telah tersedia di sekitar lokasi pabrik. Pengaturan tata letak pabrik

disesuaikan dengan keperluan kegiatan, sehingga kegiatan proses pabrik dapat

berjalan dengan lancar.


Bangunan pabrik dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :

1. Bangunan Kantor

Bangunan kantor ini merupakan ruangan dwifungsi yaitu sebagai ruang tamu,

ruang administrasi produksi.

2. Bangunan produksi

Bangunan ini terdiri dari ruang penerimaan susu, ruang laboratorium, ruang

proses pengolahan, gudang, ruang penyimpanan produk (cold room storage).

3. Bangunan penunjang

Bangunan ini terdiri dari ruang-ruang yang digunakan untuk ruang panel listrik,

ruang bengkel dan suklu cadang, ruang ganti pakaian dan toilet serta ruang pos

penjagaan.

Tata letak alat disusun berdasarkan urutan proses serta fungsi dan luas

ruangan pabrik yang tersedia. Hal ini bertujuan agar selama proses pengolahan

susu dapat berjalan secara efektif dan efisien. Denah pabrik dapat dilihat pada

lampiran.

5.2.2. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Pabrik Milk Treatment


KUD Mitrayasa

Struktur organisasi MT KUD Mitrayasa berada di bawah administrasi unit

usaha peternakan sapi perah. Kekuasaan tertinggi dipegang oleh ketua unit usaha

yang bertugas mengawasi dan mengkoordinir seluruh kegiatan pabrik serta

bertanggung jawab dalam pengolahan dan kelancaran operasional MT KUD.

Dalam menjalankan tugasnya Ketua dibantu oleh tiga orang kepala bagian,

tenaga-tenaga pelaksana sesuai dengan kemampuan kerja dan bagian administrasi


umum. Struktur organisasi pabrik MT KUD Mitrayasa dapat dilihat pada

Lampiran 2.

Kepala bagian laboratorium tugasnya berkaitan dengan pengawasan

kualitas baik susu yang diterima maupun susu yang dikirimkan. Bagian

laboratorium harus membuat laporan harian mengenai kualitas susu. Administrasi

umum bertugas melaksanakan pengawasan administrasi, dan bertanggung jawab

atas administrasi kepegawaian.

Kepala bagian produksi bertugas mengawasi jalannya proses produksi,

bertanggung jawab kepada ketua unit usaha. Bertugas menjaga kualitas susu segar

dan mengolah, mengawasi serta memberi petunjuk jalannya produksi dan bagian

laboratorium. Kepala bagian produksi membawahi :

(1) Bagian teknik dan mesin, bertugas dalam operasional, pemeliharaan dan

memperbaiki peralatan mesin produksi dan listrik.

(2) Bagian proses, bertugas mengawasi jalannya proses, mencampur susu dengan

bahan penolong, membersihkan peralatan setelah proses.

(3) Bagian pengemasan, bertugas melakukan pengemasan dalam cup dan plastik.

Kepala bagian pemasaran tugasnya memasarkan produk susu yang telah

diproduksi oleh MT KUD Mitrayasa, dan berhubungan dengan pihak distributor.

Karyawan Pabrik MT KUD berasal dari daerah sekitar Pagerageung dengan

tingkat pendidikan bervariasi mulai dari pendidikan dasar hingga sarjana,

berjumlah 18 orang. Pembagian kerjanya dapat dilihat pada Tabel 3.


Tabel 3. Pembagian Kerja dan Jumlah Karyawan Pabrik MT KUD Mitrayasa.
No Bagian kerja Jumlah (orang)
1 Cup 1
2 Laboratorium 2
3 Kendaraan 2
4 Mesin 3
5 Proses 4
6 Satpam 2
7 Personalia 1
8 Staff Administrasi 2
9 Gudang 1
Sumber : MT-KUD Mitrayasa

Pembagian kerja disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan pengalaman.

Jumlah hari kerja di MT KUD adalah tujuh hari seminggu, dengan jam kerja 10

jam perhari dari mulai pukul 07.00 12.00 dilanjutkan kemudian dari pukul

15.00- 20.00. Karyawan administrasi bekerja tujuh hari seminggu dengan jam

kerja 5 jam perhari mulai pukul 07.00 12.00.

5.3. Produksi Susu dan Pemasaran

5.3.1. Bahan Baku Susu Segar dan Bahan Penolong

Susu segar yang diolah di pabrik milk treatment KUD berasal dari sapi

yang dipelihara oleh peternak anggota. Pemerahan susu dilakukan dua kali sehari,

sekitar pukul 06.00 WIB dan pukul 14.30 WIB. Para peternak menyetorkan

susunya ke tempat pelayanan yang ada di setiap Komda me nggunakan Milk

Reception Vat berkapasitas 100 liter. Pengujian terhadap susu segar dilakukan di

setiap Komda, meliputi organoleptik (warna, bau, dan rasa), uji alkohol dan uji

berat jenis menggunakan laktometer dengan standar berat jenis 1, 027. Susu yang

tidak memenuhi kriteria standar mutu susu segar akan ditolak.

.Susu yang ditolak karena kualitasnya yang rendah dapat disebabkan oleh

penyakit, perawatan dan pemerahan yang kurang baik. Penolakan susu ini jarang
terjadi dan volumenya juga kecil, kebanyakan susu yang ditolak, digunakan oleh

para peternak untuk diolah sendiri.

Susu yang diterima dari peternak jumlahnya dicatat di formulir

penerimaan susu setelah itu susu diangkut ke Milk Treatment menggunakan truk

pengangkut susu. Jumlah susu setelah sampai ke MT mengalami penyusutan

selama perjalanan menuju MT. Kepada Komda yang mengalami penurunan

kualitas susu akan diberi peringatan sampai tiga kali, jika tidak dipenuhi maka

susunya akan ditolak. Namun biasanya setelah satu kali diberi peringatan, kualitas

susu segar kembali baik. Jika susu mengalami penurunan kualitas, Komda akan

mengevaluasi dengan mendatangi peternak anggotanya.

Penerimaan susu di Milk Treatment juga dilakukan dua kali sehari, pukul

07.00 sampai 10.00 pagi hari dan 14.00 sampai 17.00 sore hari. Untuk segera

diberi penanganan baik itu susu dingin, pasteurisasi, ataupun yoghurt. Adapun

bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi di pabrik MT KUD terdiri

dari bubuk coklat, gula pasir, flavour strawberry, flavour melon, flavour vanila,

panncau 4R (pewarna), cup, lid cup, dan lactobacillus.

Untuk pengadaan bahan penolong ini KUD telah menjalin kerjasama

dengan beberapa pemasok di Bandung dan Jakarta. Perusahaan tersebut adalah

PT. Indah Cup Sukses, sedangkan bubuk coklat, pewarna, flavour dari toko eceran

dan gula dari pasar yang ada di kota Tasikmalaya.


5.3.2. Peralatan

1. Milk Reception Vat

Alat ini digunakan untuk menampung susu sementara setelah ditimbang

sebelum dialirkan ke cooling unit (plate cooler). Alat ini berjumlah 31 unit

dengan kapasitas 100 liter sampai 120 liter. Alat ini dilengkapi dengan dengan

saringan pompa yang akan mengalirkan susu ke plate cooler.

2. Plate cooler (cooling unit)

Alat ini berfungsi untuk mendinginkan susu hingga suhu 4o C, pabrik MT

KUD Mitrayasa memiliki empat unit plate cooler dengan kapasitas olah masing-

masing 1666,67 liter/jam, 400 liter/jam, 333,33 liter/jam, dan 200 liter/jam.

Ukuran panjang 0,5 meter, lebar 0,3 meter, dan tinggi 1,8 meter. Prinsip kerja alat

ini adalah menggunakan gas freon yang menyebabkan terjadinya penurunan suhu

dari sekitar 27,5-30 o C menjadi 4o C.

3. Srorage Tank

Alat ini berfungsi sebagai penampung sementara susu dingin (chilled milk)

setelah diprosees oleh plate cooler, di dalam alat ini suhu susu dipertahankan agar

4o C. Alat ini berjumlah 2 unit dengan kapasitas 4000 liter dan 4800 liter. Alat ini

dilengkapi dengan agigator, pompa, kontrol volume dan termometer. Prinsip kerja

alat ini adalah pengisolasian kondisi ruangan terhadap udara luar untuk

mempertahankan suhu susu agar tetap 4o C.

4. Plate Heat Exchanger (PHE)

Alat ini merupakan tempat berlangsungnya proses pasteurisasi, dimana

didalamnya terjadi pemanasan dan pendinginan susu. Alat ini berjumlah satu unit

2000 liter/jam yang terdiri dari tangki penampung atau penyalur, tangki penerima,
pipa pasteurisasi, dan tangki penyimpan. Alat ini dilengkapi dengan pompa.

berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang 1,95 meter, lebar 0,3

meter dan tinggi 1,5 meter. Prinsip kerja alat ini adalah perpindahan panas melalui

permukaan lempengan secara konduksi.

5. Cup Automatic Machine (mesin cup)

Alat ini berfungsi untuk mengemas susu pasteurisasi ke dalam kemasan

cup 150 ml. Berjumlah satu unit dengan kapasitas kemas 80 liter /jam. Gelas (cup)

yang terbuat dari polystirene dimasukkan pada tempat cup yang ada pada alat,

secara otomatis dengan tenaga listrik cup akan jatuh ke bantalan cup kemudian

bantalan akan bergerak maju disinari ultra violet, setelah itu ke pengisian. Setelah

dilakukan penyinaran kedua dilakukan proses laminating dimana cup ditutup

dengan plastik yang direkatkan dengan bantuan panas, kemudian plastik dipotong

seukuran mulut cup dan cup akan keluar menuju conveyor untuk dipindahkan ke

krat.

6. Kompor Gas

Susu segar dipanaskan di atas kompor sampai mencapai suhu 85o C sambil

diaduk-aduk dan dipertahankan suhunya selama 10 menit, dengan kapasitas 40

liter/jam. Pemanasan ini untuk mencegah kontaminasi dan merupakan kondisi

yang baik untuk inokulasi bakteri. Selain itu, perubahan kasein karena pemanasan

akan memberikan hasil akhir yang baik dengan kondisi yang seragam.

7. Alat Pencampur (Wadah Plastik)

Fermentasi susu dilakukan pada tangki atau wadah plastik dengan

kapasitas 20 liter. Fermentasi susu menjadi yoghurt dilakukan dengan bantuan

bakteri asam laktat yaitu Lactobacilus bulgaricus. Selain itu juga digunakan untuk
pencampuran essence yaitu menambah cita rasa yoghurt ditambahkan flavor atau

essence seperti stroberi, melon. Penambahan dilakukan sesudah susu diinkubasi.

8. Incubator

Dalam susu, L. bulgaricus akan mengubah laktosa menjadi asam laktat.

Bakteri ini bersifat termodurik dan homofermentatif, dengan suhu optimum untuk

pertumbuhannya sekitar 45o C. Susu yang telah diinokulasi dengan starter

diinkubasi dalam incubator (suhu 45o C) selama 4-6 jam.

9. Plastik

Setelah diinkubasi barulah produk dikemas dalam kemasan kecil sehingga

memungkinkan koagulumnya rusak atau pecah sebelum pendinginan dan

pengemasan selesai. Kemasan yang digunakan adalah plastik 50 ml.

5.3.3. Proses Pengolahan

Milk Treatment KUD Mitrayasa memproduksi tiga jenis susu yaitu susu

dingin (chilled milk), susu pasteurisasi dan yoghurt. Masing- masing diolah dengan

menggunakan mesin yang berbeda. Sehingga proses pengolahannya dibedakan

untuk masing- masing susu olahan. Susu pasteurisasi yang diproduksi terdiri dari

susu pasteurisasi murni dan pasteurisasi rasa. Susu pasteurisasi murni (plain) dan

rasa memiliki kemasan 150 ml. Susu pasteurisasi rasa terdiri dari susu pasteurisasi

coklat, stawberry, vanila, melon. Sedangkan yoghurt terdiri dari rasa strawberry,

melon dan yoghurt plain. Untuk susu pasteurisasi dan yoghurt memiliki waktu

kadaluarsa tiga bulan.


Proses pengolahan susu tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Susu Dingin (chilled milk)

Susu dingin adalah susu yang telah mengalami proses pendinginan pada

plate cooler (cooling unit) sehingga suhu menjadi 4o C. Susu yang diproses

menjadi susu dingin adalah semua susu yang dibawa ke MT telah diuji oleh

bagian labor MT KUD. Proses pengolahannya seperti pada Gambar 6.

Setelah ditimbang dan disaring susu ini dialirkan ke plate cooler. Susu

yang masuk ke plate cooler bertemperatur sekitar 27,5-30o C. Plate cooler ini

menggunakan gas freon untuk pendinginannya dan terdiri dari lempengan-

lempengan logam stainless steel, dimana lempengan tersebut dialirkan susu dan

air es dengan suhu 0-2o C yang keduanya mengalir secara terpisah dan berlawanan

arah pada waktu yang bersamaan sehingga akan terjadi transfer panas antara air

susu dan air dingin. Hasil transfer itu mengakibatkan suhu susu turun menjadi 2-

4o C. Susu dingin ini dapat bertahan selama seminggu di dalam cooling unit

dengan terus melakukan proses pendinginan untuk mencegah tumbuhnya

mikroba. Susu segar

Penimbangan dan
Penyimpanan Sementara

Pendinginan 4 mesin Plate Cooler suhu 4 o C

Storage Tank
8800 liter, suhu 4o C

Pemasaran ke IPS
Gambar 6. Proses Pengolahan Susu dingin

Susu yang telah mengalami pendinginan akan disimpan di storage tank

untuk diangkut ke IPS. Dalam tangki ini suhu susu akan dipertahankan 4o C,

didalamnya susu juga diaduk dengan agitator.

2. Susu Pasteurisasi

Pasteurisasi panas pada susu perlu dilakukan untuk mencegah penularan

penyakit dan mencegah kerusakan karena mikroorganisme dan enzim. Kondisi

pasteurisasi dimaksudkan untuk memberi perlindungan maksimum terhadap

penyakit yang dibawa oleh susu dengan mengurangi seminimal mungkin cita rasa

susu segar (whole milk). Pasteurisasi yang tepat akan menghancurkan semua

organisme patogen.

Proses pasteurisasi yang dilakukan di pabrik menggunakan metode high

temperatur short time (HTST) yaitu proses pasteurisasi dengan menggunakan

suhu tinggi (85o C) dalam waktu singkat yaitu selama 5 detik. Pemanasan yang

singkat dapat menekan penurunan nilai gizi dari susu. Proses ini berlangsung di

mesin Plate Heat Exchanger (PHE). Proses pengolahan susu pasteurisasi dapat

dilihat pada Gambar 7.

Uraian proses pasteurisasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pencampuran

Susu segar yang dipompakan dari tangki penampung dicampur dengan

bahan-bahan penolong dalam tangki penerima kecuali untuk susu pasteurisasi

plain. Didalam tangki penerima ini terjadi proses pencampuran. Pencampuran

bahan-bahan penolong pada susu pasteurisasi rasa ini adalah sebagai berikut:
1. Susu pasteurisasi coklat

Susu dari tangki penampung dialirkan ke tangki pencampur kemudian

ditambahkan bahan penolong yang terdiri dari 0,007 kg coklat bubuk, 0,1 kg gula

masing- masing untuk satu liter susu.

2. Susu pasteur isasi strawberry

Bahan penolong yang dicampurkan ke dalam satu liter susu terdiri dari 0,1

kg gula, 0,002 liter flavour strawberry dan 0,00002 kg firmenich (pewarna).

3. Susu pasteurisasi vanila

Bahan penolong yang dicampurkan ke dalam satu liter susu terdiri dari 0,1

kg gula, 0,0015 liter flavour vanila.

4. Susu pasteurisasi melon

Bahan penolong yang dicampurkan ke dalam satu liter susu terdiri dari 0,1

kg gula, dan 0,001 liter flavour melon.

Bahan-bahan yang telah dicampurkan ke dalam susu diaduk didalam

tangki pencampuran dengan bantuan agitator. Pencampuran bahan-bahan

penolong ini dilakukan oleh tenaga manusia sedangkan proses pengadukan

dilakukan oleh mesin selama 10 menit untuk 1.000 liter susu. Setelah susu dan

bahan lainnya homogen, selanjutnya akan melalui tahapan pemanasan awal,

pemanasan akhir/pasteurisasi, pendinginan awal, pendinginan akhir dan

pengemasan dalam cup 150 ml

a. Pemanasan awal

Dari tangki penampungan, susu segar dipompakan ke lempeng penukar

panas (plate heat exchanger). Sistem penukar panas yang digunakan adalah sistem
regenerasi, maksudnya susu segar yang akan di pasteurisasi tidak secara langsung

dipanaskan. Tujuan pemanasan awal pada ruang regenerasi ini adalah untuk

menghindari kerusakan susu akibat kenaikan susu yang tiba-tiba.

Lempeng penukar panas ini mempunyai tiga ruang pengolahan, yaitu

ruang pemanasan, ruang regenerasi, ruang pendinginan. Susu segar yang berasal

dari tangki penampung dengan bantuan pompa akan dialirkan ke ruang regenerasi

untuk mendapatkan pemanasan awal. Pemanasan susu pateurisasi yang keluar dari

plate heat exchanger (PHE), susu yang keluar dari proses regenerasi ini akan

mengalami kenaikan temperatur dari temperatur 27,5-30o C menjadi 50o C.

b. Pemanasan akhir

Selanjutnya susu yang keluar dari tangki penerima dialirkan ke dalam

ruang pasteurisasi pada rangkaian alat plate heat exchanger (PHE) yang letaknya

bersebelahan, dimana pada ruang pasteurisasi tersebut susu akan dipanaskan yang

diakibatkan oleh air panas yang bertemperatur 85 o C yang diakibatkan oleh

adanya pertukaran panas dari uap air yang bertemperatur 98o C yang berasal dari

boiler dan dialirkan melalui pipa. Setelah susu keluar dari ruang pasteurisasi,

diharapkan susu mempunyai temperatur sekitar 85o C dan kondisi ini

dipertahankan selama kurang lebih 5 detik di bagian holding tube.

c. Pendinginan Awal

Untuk mencegah tumbuhnya bakteri yang masih dapat hidup dalam susu

yang sudah dipasteurisasi, produk harus didinginkan dengan cepat sesudah

dipanaskan. Setelah proses pasteurisasi sus u dialirkan melalui pipa-pipa stainless

steel yang berbelok-belok yang dikenal dengan holding section menuju

regenerator di PHE, di sini suhu susu akan turun menjadi 18,2o C akibat
persinggungan antara susu pasteurisasi dengan air es, dalam proses ini susu

pasteurisasi akan mengalami pendinginan awal.

Susu segar

Alat Penampung
1200 ltr/jam
Pencampuran
1000 ltr/ 10 menit
Pemanasan Awal
PHE 2000 ltr/jam suhu 50 o C

Pemanasan Akhir
PHE; suhu 85o C

Pendinginan awal
PHE; suhu 18,2o C

Pendinginan akhir
PHE; Suhu 4o C

Pengemasan cup 150 ml

Keterangan : susu cup rasa susu cup plain


Gambar 7. Proses Pengolahan Susu Olahan KUD Mitrayasa

d. Pendinginan Akhir

Susu selanjutnya akan mengalami tahapan pendinginan akhir, dimana

penurunan suhu susu terjadi akibat persinggungan antara lempengan yang

mengalirkan susu bersuhu 18,2o C dengan lempengan yang berisi air es, sehingga

suhu susu akan turun menjadi 2-4o C. Sebelum dilakukan pengemasan susu

pasteurisasi akan melewati tangki penyimpanan sementara. Pendinginan akhir ini

bertujuan untuk menginaktifkan mikroorganisme yaitu dari golongan psikrofilik.

Setelah proses pendinginan akhir ini susu akan dikemas melewati mesin cup.
Proses pengemasan susu pasteurisasi rasa ini dilakukan secara otomatis

menggunakan mesin cup automatic machine yang memiliki kapasitas mengemas

80 liter susu per jam. Tenaga manusia dibutuhkan untuk menyiapkan kemasan dan

menerima susu yang telah dikemas kemudian menyusun susu yang telah di kemas

ke dalam krat. Kemasan yang digunakan berbentuk gelas (cup) dari jenis plastik

polystirene. Kemasan bentuk ini menarik dan praktis digunakan dan dilengkapi

dengan informasi penting bagi konsumen antara lain nama dan alamat pabrik,

komposisi dan tanggal kadaluarsa. Selain sebagai pelindung produk dari pengaruh

luar kemasan cup ini juga berfungsi menarik minat konsumen untuk membeli

produk susu tersebut.

3. Yoghurt

Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan cara

penambahan bakteri-bakteri laktobacillus bulgaris dan streptoccus thermophillus.

Dengan fermentasi ini maka rasa susu akan menjadi asam, karena adanya

perubahan laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri-bakteri tersebut. Apabila tidak

diinginkan rasa yang tidak terlalu asam, tambahkan zat pemanis (gula, sirup)

maupun berbagai flavour buatan dari buah-buahan strawberry, nenas, mangga,

jambu, dan sebagainya

Proses pencampuran bahan penolong dilakukan setelah mengalami tahap

pendinginan yaitu penambahan lactobacillus 0,01 kg/liter sedangkan yang

melewati tahap incubator yaitu penambahan flavour. Yoghurt yang diproduksi

terdiri dari rasa strawberry, melon, dan yoghurt plain. Kecuali untuk yoghurt plain

tidak mengalami proses penambahan flavour.


Pencampuran bahan penolong pada yoghurt rasa strawberry dan melon ini

masing- masing adalah flavour 0,002 liter ; 0,001 liter dan 0,003 kg panncau 4R

(pewarna). Proses pengolahan yoghurt dapat dilihat pada gambar 8.

Uraian proses pembuatan yoghurt tersebut adalah sebagai berikut:

a. Susu segar dipanaskan pada suhu 85o C. Ini untuk mencegah kontaminasi dan

merupakan kondisi yang baik untuk inokulasi bakteri. Selain itu, perubahan

kasein karena pemanasan akan memberikan hasil akhir yang baik dengan

kondisi yang seragam.

b. Susu didinginkan menjadi 45o C kemudian diinokulasi dengan biakan starter

campuran L. bulgaricus. Dalam susu, L. bulgaricus akan mengubah laktosa

menjadi asam laktat. Bakteri ini bersifat termodurik dan homofermentatif ,

dengan suhu optimum untuk pertumbuhannya sekitar 45o C.

c. Susu yang telah diinokulasi dengan starter diinkubasi dalam incubator (suhu

45o C) selama 4-6 jam. Untuk menambah cita rasa yoghurt ditambahkan flavor

atau essence seperti strawberry, melon. Penambahan dilakukan sesudah susu

diinkubasi.

d. Setelah diinkubasi, yoghurt diaduk dan dan dikemas dalam wadah sesuai

ukuran yang diinginkan. Fermentasi susu dilakukan pada tangki atau wadah

yang besar dan setelah diinkubasi barulah produk dikemas dalam kemasan

kecil sehingga memungkinkan koagulumnya rusak atau pecah sebelum

pendinginan dan pengemasan selesai. Diagram alir proses pembuatan yoghurt

dapat dilihat pada Gambar 8.


Susu Segar

Pemanasan
Kompor gas; 40 liter/jam
suhu 85o C

Didinginkan
Dibiarkan; suhu 45 o C dan pemberian lactobacillus

Incubator
20 liter/jam

Pencampuran flavour Yoghurt


strawberry, melon plain

Pengemasan plastik 150 ml


2 orang @ 30 liter/jam

Keterangan ; yoghurt rasa yoghurt plain


Gambar 8. Diagram alir proses pembuatan yoghurt

5.3.4. Pemasaran

Produk susu yang diproduksi Pabrik MT-KUD dipasarkan ke Industri

Pengolahan Susu (IPS), toko dan konsumen langsung. Susu yang dijual ke IPS

adalah susu dingin sedangkan susu yang dijual ke distributor terdiri dari susu

pasteurisasi rasa coklat, strawberry, vanila, melon, plain dengan kemasan cup

masing- masing 150 ml dan yoghurt rasa strawberry, melon dan plain masing-

masing dengan kemasan plastik 50 ml.

Pemasaran untuk susu pasteurisasi dan yoghurt dengan menggunakan

kendaraan Box Mitsubishi. Adapun daerah pemasaran untuk susu pasteurisasi

diantaranya Tasikmalaya, Bandung, Pangandaran dan Sumedang.


Susu pasteurisasi dan yoghurt sejak diproduksi bulan April tahun 2006

atas kerjasama dengan Bioteknologi LIPI Bogor, sampai sekarang masih

diproduksi unt uk memenuhi permintaan dari pasar. Tingkat penjualan dapat

dilihat pada Lampiran 31. Pada lampiran dapat terlihat bahwa penjualan paling

tinggi adalah susu cup coklat. Hal ini disebabkan masyarakat lebih menyukai susu

rasa coklat dibandingkan susu murni atau rasa lainnya. Sedangkan untuk produk

yoghurt, KUD menjual satu pack yang terdiri dari tiga bungkus yaitu rasa

strawberry, melon, dan plain. Perkembangan harga jual per liter produk relatif

tetap tidak banyak berfluktuasi.


VI. MODEL OPTIMALISASI PRODUKSI

6.1. Perumusan Model Program Linear

Berdasarkan metode penelitian, perumusan model program linier didahului

dengan penentuan variabel keputusan, fungsi tujuan dan kendala. Penentuan

variabel keputusan sudah dilakukan pada bagian metodologi yang mana

menunjukkan jumlah produksi susu olahan dalam satuan liter. Oleh sebab itu yang

masih harus dirumuskan adalah fungsi tujuan dan kendala berdasarkan data yang

telah dikumpulkan.

6.1.1 Perumusan Fungsi Tujuan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menentukan kombinasi tingkat

produksi pabrik MT-KUD Mitrayasa yang dapat memaksimumkan keuntungan

yang diperoleh. Output yang diproduksi oleh MT-KUD Mitrayasa terdiri dari susu

pasteurisasi coklat, strawberry, melon, vanila, plain, yoghurt strawberry, melon,

plain dan susu dingin.

Untuk mencari nilai koefisien variabel keputusan pada fungsi tujuan,

digunakan data mengenai harga setiap jenis produk untuk tahun 2006, harga dari

bahan baku dan bahan penolong yang sedang berlaku, penggunaan bahan baku

dan bahan penolong serta biaya produksi setiap liter produk. Data mengenai harga

jual setiap jenis produk untuk tahun 2006 ditampilkan pada Lampiran 5. Data

mengenai harga rata-rata bahan baku dan penolong ditampilkan pada Lampiran 6.

Data mengenai biaya-biaya lain pada Lampiran 7. Data mengenai penggunaan

bahan baku dan penolong dan biayanya untuk setiap liter produk ditampilkan pada
Lampiran 8 sampai 25. Koefisien fungsi tujuan merupakan keuntungan dari rata-

rata tiap liter produk yang dihasilkan. Nilai tersebut diperoleh dari selisih antara

harga jual dengan biaya produksi perliter masing- masing produk.

Biaya variabel rata-rata yang merupakan biaya produksi dari setiap jenis

produk diperoleh dengan menjumlahkan biaya penggunaan bahan baku utama,

penolong dan biaya lain- lain per liter produk Tabel 4.

Tabel 4. Harga Produk, Biaya Bahan Baku, Penolong, Biaya Produksi dan
Keuntungan rata-rata tiap produk
Biaya Bahan Keuntungan
Harga Biaya Biaya
Baku, perliter
Produk Jual Lain- lain Produksi
Bahan Penolong Produk
(Rp/liter) (Rp/liter) (Rp/liter)
(Rp/liter) (Rp/liter)
X1 5.333,33 4.301,73 546,67 4.848,40 484,93
X2 5.333,33 4.270,00 546,67 4.816,67 516,66
X3 5.333,33 4.071,00 546,67 4.617,67 715,66
X4 5.333,33 3.895,00 546,67 4.441,67 891,66
X5 5.333,33 2.995,00 546,67 3.541,67 1.791,66
X6 5.000,00 3.615,00 1.240,00 4.855,00 145,00
X7 5.000,00 3.240,00 1.240,00 4.480,00 520,00
X8 5.000,00 2.340,00 1.240,00 3.580,00 1.420,00
X9 2.200,00 1.700,00 180,83 1.880,83 319,17
Sumber : MT-KUD Mitrayasa, diolah

Setelah parameter input untuk setiap produk diketahui maka fungsi tujuan

untuk memaksimumkan keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Maksimum Z = 484,93 X1 + 516,66 X2 + 715,66 X3 + 891,66 X4 + 1791,66 X5

+ 145 X6 + 520 X7 + 1420 X8+ 319,17 X9

Keterangan :
Xj = Jumlah produk ke-j yang dihasilkan (liter) dimana:
j =1 untuk susu pasteurisasi cup coklat, j =2 susu pasteurisasi cup strawberry, j =3
susu pasteurisasi cup vanila, j =4 susu pasteurisasi cup melon, j =5 susu
pasteurisasi cup plain, j =6 yoghurt strawberry, j =7 yoghurt melon, j =8 yoghurt
plain, j=9 susu dingin.
6.1.2. Kendala Bahan Baku

Kendala bahan baku yang diolah di pabrik MT-KUD Mitrayasa adalah

susu segar yang berasal dari sapi perah yang dipelihara oleh para peternak.

Volume susu segar yang masuk ke pabrik MT-KUD Mitrayasa selama tahun 2006

sebanyak 1.473.975,434 liter dan susut sebesar 33.901,434 liter sehingga susu

yang diproduksi sebanyak 1.440.074 liter. Jumlah penyusutan pada kondisi aktual

dan optimal pada penelitian ini diasumsikan sama besarnya. Nilai koefisien dari

pertidaksamaan fungsi kendala bahan baku ini merupakan penggunaan masing-

masing bahan baku (liter) untuk menghasilkan setiap liter produk, sedangkan nilai

sebelah kanan merupakan ketesediaan bahan baku selama tahun 2006 di bagian

produksi susu .

Untuk tujuan penelitian ini perlu dilihat apakah pengalokasian bahan baku

untuk setiap jenis produk dapat mencapai keuntungan optimal, sehingga fungsi

kendala bahan baku dari model program linier adalah sebagai berikut :

0,952 (X1 + X2 + X3 + X4 + X6 +X7) + 1 (X5 + X8 +X9) = 1.440.074

6.1.3. Kendala Bahan Penolong

Dalam pertidaksamaan kendala bahan penolong ini koefisien ruas kiri

merupakan penggunaan bahan penolong untuk tiap liter produk yang dihasilkan,

sedangkan ruas kanan merupakan persediaan bahan penolong pada tahun 2006.

Satuan kendala bahan penolong adalah bubuk coklat dalam kilogram, pewarna

dalam kilogram, flavour dalam liter, cup dalam buah, lid cup satuan buah, plastik

dalam lembar dan lactobacillus dalam gram. Pertidaksamaan kendala bahan

penolong sebagai berikut:


(a) Bubuk coklat

0.007 X1 = 360

(b) Gula pasir

0,1(X1+ X2+X3+X4+X6+X7) = 6.500

(c) Flavour strawberry dan Flavour vanila (Firmenieh)

0,002 (X2+X6) = 35 0,0015 X3 = 9

(d) Flavour melon (Firmenieh)

0,001 (X4+X7) = 8

(e) Panncau 4R strawberry dan melon (pewarna)

0,00002 (X2+X6) = 1 0,00002 (X4+X7) = 1

(f) Cup pasteurisasi dan plastik

7 (X1+ X2 +X3+ X4 +X5) = 4.800.000 dan 7 (X6+ X7 +X8) = 2.400.000

(g) Lid cup

7 (X1+X2+X3+X4+X5) = 1.800.000

(h) Lactobacillus

0,01 (X6+X7+X8) = 35

6.1.4. Kendala Jam Kerja Mesin

Dalam pertidaksamaan kendala mesin, koefisien variabel merupakan

waktu yang diperlukan tiap mesin untuk mengolah satu liter produk yang dalam

proses pembuatannya melalui mesin tersebut. Kapasitas masing- masing mesin

dapat dilihat pada Tabel 5.

Ruas kanan kendala merupakan ketersediaan jam kerja mesin selama tahun

2006 yang merupakan hasil perkalian jumlah jam kerja sehari dengan jumlah hari
kerja selama tahun 2006. Dalam sehari setiap mesin dapat bekerja selama 12 jam

dan pada tahun 2006 tersedia hari kerja 364 hari.

Rumus kendala masing- masing dituliskan sebagai berikut:

(a) Mesin Plate Cooler ( M1)

0,000384 X9 = 4368

(b) Tangki Penyalur (M2)

0,000833 (X1+X2+X3+X4+X5) = 3640

(c) Alat Penerima ( M3)

0,000167 (X1+X2+X3+X4) = 3640

(d) Mesin Plate Heat Exchanger ( M4)

Mesin plate heat exchanger ini digunakan dua kali dalam satu kali proses, jadi

koefisien dan ketersediaan jam kerjanya menjadi dua kali lipat. Untuk kendala

mesin ini dirumuskan sebagai berikut :

0,001 (X1+X2+X3+X4+X5) = 8736

(e) Mesin cup ( M5)

0,0125 (X1+X2+X3+X4+X5) = 4368

(f) Kompor gas ( M6)

0,025 (X6+X7+X8) = 4368

(g) Alat Pencampur (M7)

0,004167 (X6+X7+X8) = 3640

(h) Incubator ( M8)

0,00333 (X6+X7+X8) = 4368

(i) Alat Pencampur (M9)

0,00138 (X6+X7) = 3640


(j) Alat pengemas plastik yoghurt (M10)

0,0333 (X6+X7+X8) = 3640

Tabel 5. Kapasitas dan Koefisien Olah Mesin Pabrik MT-KUD Mitrayasa


Kapasitas Kapasitas Koefisien
Mesin Variabel Jumlah
(liter/jam/mesin) (jam/liter)
1.666,67
400
Plate Cooler M1 4 0,000384 0,000384
333,33
200
Tangki 0,000833 0,000833
M2 1 1200
Penyalur
Tangki 0,000167 0,000167
M3 1 6.000
Penerima
PHE M4 1 2.000 0,001 0,001
Mesin Cup M5 1 80 0,0125 0,0125
Kompor Gas M6 1 40 0,025 0,025
Alat 0,004167 0,004167
M7 6 40
Pencampur I
Incubator M8 1 300 0,00333 0,00333
Alat 0,00138 0,00138
M9 6 120
Pencampur II
Alat
pengemas M10 1 30 0,0333 0,0333
yoghurt
Sumber: MT-KUD Mitrayasa, diolah

6.1.5. Kendala Jam Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja yang diperhitungkan dalam kendala ini adalah tenaga kerja

yang terlibat langsung dalam proses pengolahan. Dalam sehari tenaga kerja

langsung yang bekerja di pabrik MT-KUD Mitrayasa berjumlah 12 orang. Jumlah

pekerja terdiri dari bagian penampungan, mesin, teknis, proses, bagian cup dan

pengemasan plastik yoghurt dengan waktu kerja 10 jam.

Dalam proses produksi, tidak semua tenaga kerja langsung terlibat dalam

proses produksi setiap produk. Penggunaan tenaga kerja untuk masing- masing

produk adalah:
(a) Susu Pasteurisasi

Susu pasteurisasi cup melibatkan 5 orang tenaga kerja langsung yang terdiri

dari seorang bagian teknis, seorang bagian mesin, seorang bagian pencampuran,

dan 2 orang bagian pengemasan.

(b) Yoghurt

Proses pembuatan yoghurt melibatkan 5 orang tenaga kerja langsung terdiri

dari seorang bagian teknis, seorang bagian mesin, seorang bagian pencampuran

dan 2 orang bagian pengemasan.

(c) Susu Dingin

Untuk produk ini tenaga kerja yang bertugas terdiri dari 2 orang bagian teknis,

2 orang bagian mesin.

Dalam pertidaksamaan kendala tenaga kerja langsung koefisien tenaga

kerja merupakan besarnya curahan tenaga kerja langsung yang dibutuhkan tiap

bagian untuk menghasilkan satu liter produk dengan satuan jam liter. Besarnya

koefisien tersebut dapat dilihat pada Lampiran 29.

Ruas kanan kendala merupakan jumlah jam kerja yang tersedia selama

setahun pada jam kerja sehari. Proses produksi unt uk susu dingin yang dilakukan

di pabrik MT-KUD Mitrayasa berlangsung selama 7 hari dalam seminggu,

termasuk hari libur agama atau nasional. Dengan demikian hari kerja pada tahun

2006 adalah 364 hari. Ketersediaan jam kerja merupakan hasil perkalian dari

jumlah tenaga kerja, jam kerja sehari, jumlah hari kerja, jumlah kegiatan, jumlah

mesin.
Dengan demikian kendala tenaga kerja langsung dapat dirumuskan sebagai

berikut:

(a) Tenaga kerja bagian teknis

0,002 (X1+X2+X3+X4) + 0,001833X5 + 0,02833 (X6+X7+X8) + 0,0008 X9

=14.560

Tenaga kerja bagian ini bertanggung jawab terhadap operasional mesin plate

cooling, tangki penyalur, tangki penerima, plate heat, kompor gas, incubator,

sehingga ketersediaan jam kerjanya merupakan penjumlahan jam tenaga kerja

tersedia sebesar 10 jam perhari untuk masing- masing mesin tersebut, atau

perkalian dari jam kerja seorang tenaga kerja sehari dengan jumlah mesin dan

hari kerja. Karena mesin plate heat digunakan dua kali dalam satu kali proses

maka mesin yang dihitung berjumlah empat. Ketersediaan jam tenaga kerja

bagian teknis adalah 10 x 4 x 364 =14.560

(b) Tenaga kerja bagian mesin

0,0145 (X1+X2+X3+X4) + 0,0143 X5 + 0,0672 (X6+X7) + 0,0658 X8 +

0,000768 X9 = 80.080

Bagian mesin ini berperan dalam seluruh kegiatan pengolahan yang terdiri

dari pendinginan, penampungan, pencampuran bahan, pasteurisasi, yoghurt,

pengemasan dalam cup dan pengemasan dalam plastik yang seluruhnya

berjumlah 11 kegiatan. Sehingga ketersediaan jam kerja bagian mesin adalah

10 x 11 x 364 x 2 = 80.080

(b) Tenaga kerja bagian pencampuran

0,000167 (X1+X2+X3+X4) + 0,005547 (X6+X7) + 0,004167 X8 = 7.280


Tenaga kerja pencampuran bagian yoghurt rasa stawberry dan melon melewati

dua tahap dan masing- masing tahap menggunakan seorang tenaga kerja,

sehingga ketersediaan jam kerja bagian pencampuran 10 x 2 x 364= 7.280

(c) Tenaga kerja bagian mesin cup

0,025 (X1+X2+X3+X4+X5) = 7.280

ketersediaan jam kerja bagian mesin cup adalah 10 x 2 x 364 = 7.280

(d) Tenaga kerja bagian pengemasan yoghurt

0,067 (X6+X7+X8) = 7.280

ketersediaan jam kerja bagian pengemasan yoghurt adalah 10 x 2 x 364 =

7.280

6.1.6. Kendala Permintaan Minimum

Untuk mempertahankan pangsa pasarnya maka jumlah produksi oleh MT-

KUD Mitrayasa minimal harus memenuhi permintaan pasar dari masing- masing

produk. Dengan adanya kendala ini akan dihindari hilangnya pangsa pasar akibat

kekurangan produksi. Dalam penelitian ini kendala permintaan minimum adalah

jumlah penjualan masing- masing produk susu MT-KUD Mitrayasa dalam satuan

liter selama tahun 2006. Kendala permintaan ini adalah:

(a) Susu pasteurisasi cup coklat


X1 = 16.624
(b) Susu pasteurisasi cup strawberry
X2 = 15.675
(c) Susu pasteurisasi cup vanilla
X3 = 5.433
(d) Susu pasteurisasi cup melon
X4 = 5.340
(e) Susu pasteurisasi cup plain
X5 = 5.044
(f) Yoghurt strawberry
X6 = 984
(g) Yoghurt melon
X7 = 984
(h) Yoghurt plain
X8 = 984

Pada kendala ini produk susu dingin yang dijual ke industri pengolahan

susu tidak merupakan kendala karena industri pengolahan susu tetap akan

menerima seluruh pasokan susu dari MT-KUD Mitrayasa, sehingga tidak ada

batas permintaan minimum untuk susu dingin.


VII. KOMBINASI OPTIMAL PRODUKSI

7.1. Optimalisasi Produksi Susu Olahan KUD Mitrayasa

7.1.1. Tingkat Produksi Optimal

Variabel keputusan yang ingin diketahui adalah jumlah produksi setiap

jenis susu yang seharusnya dihasilkan oleh pabrik MT-KUD Mitrayasa agar

menghasilkan keuntungan yang maksimal. Perbandingan antara tingkat produksi

aktual dengan optimalnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tingkat Produksi Aktual dan Optimal Produk Susu Olahan Pabrik KUD
Mitrayasa Tahun 2006 (liter)
Tingkat produksi
Jenis Produk
Aktual Optimal
Pasteurisasi cup coklat 17.253,000 16.624,000
Pasteurisasi cup strawberry 17.253,000 15.675,000
Pasteurisasi cup vanila 5.752,000 5.433,000
Pasteurisasi cup melon 5.752,000 5.340,000
Pasteurisasi cup plain 5.752,000 214.070,859
Yoghurt strawberry 1.092,000 984,000
Yoghurt melon 1.092,000 984,000
Yoghurt plain 1.092,000 1.532,000
Susu dingin 1.387.332,000 1.181.593,000
Jumlah 1.442.370,000 1.442.235,859

Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa jumlah produksi susu pasteurisasi cup

plain dan yoghurt plain belum optimal. Hal ini dikarenakan jumlah produksi pada

kondisi optimalnya lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi aktualnya.

Sedangkan produksi selain susu susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain

sudah optimal. Jumlah produksi tertinggi pada kondisi optimal yaitu susu dingin.

Hal ini disebabkan untuk memproduksi susu dingin ini tidak diperlukan bahan

penolong seperti pada susu pasteurisasi dan yoghurt. Produksi tertinggi kedua

yaitu susu pasteurisasi cup plain sebesar 214.070,859 liter. Dikarenakan biaya

untuk memproduksi susu produksi pasteurisasi cup plain merupakan yang paling
rendah. Sehingga sumbangan keuntungan per liter produknya paling tinggi. Selain

itu juga dalam proses pembuatan susu pasteurisasi cup plain tidak memerlukan

bahan penolong yang terlalu banyak hanya kemasan. Sedangkan untuk produksi

selain susu pasteurisasi cup plain, sumbangan keuntungan perliter produknya

kecil dikarenakan penggunaan bahan penolongnya lebih banyak. Disamping itu

adanya batasan permintaan minimum untuk tiap jenis produk tersebut.

Apabila koperasi ingin berproduksi sesuai dengan kondisi optimalnya,

sebaiknya memproduksi susu pasteurisasi cup plain, yoghurt plain masing- masing

sebesar 214.070,859 liter dan 1.532 liter. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya

untuk memproduksi susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain sudah optimal.

Sedangkan pada kondisi optimal untuk susu pasteurisasi cup coklat, cup

strawberry, cup vanila, cup melon, yoghurt strawberry, yoghurt melon, susu

dingin diproduksi masing- masing sebesar 16.624 liter; 15.675 liter; 5.433 liter;

5.340 liter; 984 liter; 984 liter dan 1.181.593 liter. Kondisi ini menunjukkan

bahwa sumberdaya untuk memproduksi susu pasteurisasi cup coklat, cup

strawberry, cup vanila, cup melon, yoghurt strawberry, yoghurt melon, susu

dingin belum optimal.

Pengiriman produksi susu dingin sebesar 1.181.593 liter lebih rendah

dibandingkan dengan aktualnya. Hal in tidak akan menjadi masalah karena IPS

akan menerima berapapun jumlahnya susu yang dikirim oleh KUD. Tingginya

produksi susu dingin pada kondisi aktual karena KUD masih memprioritaskan

pemasaran susunya ke IPS yang merupakan pasar utama.

Total produksi susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain pada tingkat

optimal masing- masing sebesar 214.070,859 dan 1.532 menunjukkan bahwa


pabrik MT-KUD Mitrayasa masih dalam keadaan kapasitas berlebih untuk

sumberdaya produk-produk tersebut.

Produksi yang tinggi untuk susu pasteurisasi cup plain tidak akan

menimbulkan permasalahan jika didukung upaya pemasaran. Upaya tersebut

dapat dilakukan diantaranya dengan memasukan produk ini ke supermarket,

bekerjasama dengan dinas kesehatan dengan mempromosikan susu pasteurisasi

cup plain sebagai minuman bergizi tinggi karena tanpa pewarna dan kandungan

susunya alami. Pada pembahasan selanjutnya mengenai penggunaan sumberdaya

akan diketahui bahwa pembatas utama pada produksi adalah pada bahan

penolong.

Dengan asumsi seluruh produk dapat terjual pada tingkat harga seperti

pada Tabel 4, maka keuntungan yang dapat diperoleh pada kondisi optimal

sebesar Rp 788.310.800,00 sedangkan aktualnya sebesar Rp 481.902.939,00.

Sehingga terdapat selisih keuntungan sebesar Rp 306.407.860,00. Hal ini

menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kuntungannya maka KUD harus

mengalokasikan sumberdayanya sesuai dengan kondisi optimal untuk

menghasilkan susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain dan mengurangi

produksi susu lainnya.

7.1.2. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Optimal

Bahan baku yang digunakan pada pengolahan susu ini berupa susu segar

yang diterima pabrik MT-KUD Mitrayasa dari peternak dengan berat jenis 1,027,

kadar lemak 3,6 dan SNF 7,5. Sedangkan bahan penolong merupakan bahan

tambahan yang diperlukan untuk menghasilkan produk. Bahan penolong ini terdiri
dari gula, bubuk coklat, flavour strawberry, flavour melon, flavour vanila,

pewarna strawberry, melon, Lactobacillus, cup, lid cup, dan plastik. Penggunaan

bahan-bahan tersebut pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penolong pada Kondisi Aktual
dan Optimal Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006
Bahan Baku dan Aktual Optimal
Penolong Penggunaan Penggunaan Slack/surplus
Susu segar 1.440.074 1.440.074 0
Bubuk coklat 121 116,368 243,632
Gula 4.819,40 4.504 1.996
Flavour strawberry 36,1 33 3,68
Flavour vanila 8,6 8 0,85
Flavour melon 6,89 6,32 1,676
Pewarna strawberry 0,367 0,333 0,667
Pewarna melon 0,137 0,127 0,873
Lactobacillus 33 35 0
Cup 345.081 1.800.000 3.000.000
Lid cup 345.081 1.800.000 0
Plastik 21.840 162.500 2.237.500

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pabrik MT-KUD Mitrayasa

harus mengolah seluruh susu segar yang masuk menjadi susu dingin, pasteurisasi

dan yoghurt, persyaratan ini dipenuhi terlihat dari slack susu segar yang bernilai

nol. Kondisi optimal dicapai dengan menggunakan sepenuhnya persediaan susu

segar, lactobacillus, dan lid cup sehingga penggunaan bahan penolong lainnya

juga dapat dioptimalkan karena belum digunakan sepenuhnya. Untuk

lactobacillus, cup, lid cup dan palstik penggunaannya lebih tinggi dibandingkan

kondisi aktualnya. Namun penggunaan bahan penolong, hampir semua masih

terdapat sisa. Hal ini disebabkan karena pada kondisi optimal produksi susu

pasteurisasi cup coklat, cup strawberry, cup vanila, cup melon, yoghurt

strawberry, yoghurt melon, susu dingin belum optimal.


Pada kondisi optimal sebagian besar bahan penolong juga masih dalam

jumlah yang berlebih dengan nilai slack yang lebih besar dari nol antara bahan

penolong tersebut. Kesenjangan tersebut menunjukkan jumlah pembelian bahan

penolong yang dilakukan pabrik MT-KUD masih belum terencana dengan baik.

Pada aktualnya KUD melakukan pembelian beberapa bahan-bahan penolong yang

ketersediaannya sangat besar karena batasan minimal pembelian selain itu tidak

pada waktu yang bersamaan tetapi tergantung dari persediaan masing- masing

bahan penolong. Namun dengan berproduksi pada tingkat optimal, dapat

mengurangi resiko kerusakan karena penyimpanan bahan penolong yang terlalu

banyak dan meningkatkan keuntungan.

7.1.3. Penggunaan Jam Kerja Mesin dan Tenaga Kerja Optimal

Penggunaan mesin- mesin pabrik MT-KUD pada kondisi aktual dan

optimalnya dapat dilihat pada Tabel 8. Kondisi optimal dicapai dengan

penggunaan mesin cup paling tinggi sebesar 3.214,286 jam. Hal ini dikarenakan

pada kondisi optimal produksi susu pasteurisasi cup plain sebesar 214.070,859

liter. Namun penggunaan selain mesin cup yang digunakan untuk memproduksi

susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain belum optimal penggunaannya

seperti penggunaan tangki penyalur serta PHE.

Produksi yoghurt plain sebesar 1.532 liter menyebabkan penggunaan

kompor gas, alat pencampur I, incubator, alat pencampur II mendekati optimal.

Namun penggunaan mesin plate cooler belum dapat digunakan sepenuhnya

karena produksi susu dingin yang lebih rendah dibandingkan aktualnya.

Perubahan kombinasi produk susu olahan dari kondisi aktual ini berdasarkan
sumbangan keuntungan masing- masing produk serta ketersediaan sumberdaya

yang dimiliki. Penggunaan tangki penerima yang digunakan pada kondisi optimal

sebesar 7,193 jam karena pada produksi susu pasteurisasi cup plain tidak

menggunakan tangki ini untuk pencampuran bahan-bahan penolong.

Dari Tabel 8 terlihat bahwa hampir semua jam kerja mesin masih tersisa

dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh belum berproduksinya

pabrik selama tiga bulan dan adanya permintaan minimum pasar dari masing-

masing produk sehingga berproduksi ketika produk habis. Dengan demikian

pabrik MT-KUD masih dapat mengoptimalkan produksi susu olahannya dengan

mengggunakan mesin yang tersedia.

Tabel 8. Penggunaan Jam Kerja Mesin pada Kondisi Aktual dan Optimal Pabrik
MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006 (jam)
Aktual Optimal
Mesin
Penggunaan Penggunaan Slack/surplus
Plate cooler 532,74 453,732 3.914,268
Tangki Penyalur 40,08 214,200 3.425,800
Tangki Penerima 7,19 7,193 3.632,807
PHE 481,20 257,143 8.478,857
Mesin Cup 601,45 3.214,286 1.153,714
Kompor Gas 73,80 87,500 4.280,500
Alat Pencampur I 12,30 14,584 3.625,416
Incubator 9,83 11,655 4.356,345
Alat Pencampur II 2,71 2,716 3.637,284
Alat pengemas yoghurt 98,30 116,550 3.523,450

Penggunaan tenaga kerja langsung pada kondisi optimal diperoleh dari

nilai selisih ketersediaaan jam tenaga kerja langsung dengan nilai slack or surplus.

Dimana nilai slack or surplus menunjukkan jumlah jam tenaga kerja langsung

yang tidak digunakan. Data penggunaan jam tenaga kerja langsung pada kondisi

aktual dan kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 9.


Tabel 9. Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung pada Kondisi Aktual dan
Kondisi Optimal Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006
Optimal
Mesin Aktual
Penggunaan Slack/surplus
TK Teknis 1.300,45 1.533,919 13.037,081
TK Mesin 1.500,94 4.826,274 75.253,726
TK Pencampur 24,35 24,493 7.255,507
TK Mesin Cup 1.294,05 6.428,572 851,428
TK pengemas yoghurt 438,98 234,500 7.045,500

Pada Tabel 9, menunjukkan bahwa ketersediaan jam tenaga kerja langsung

masih terdapat sisa, terutama ketersediaan untuk tenaga kerja bagian mesin

sebesar 75.253,726 jam. Hal ini disebabkan karena selama tiga bulan pabrik

belum memulai produksi untuk susu pasteurisasi dan yoghurt. Selain itu juga

produksi selain susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain menyebabkan

penggunaan tenaga kerja langsung untuk masing- masing produk belum optimal.

Namun dapat dilihat bahwa berproduksi pada tingkat optimal mengurangi jam

menganggur dari seluruh bagian kecuali bagian mesin untuk susu dingin karena

penggunaannya menjadi lebih sedikit dibandingkan aktualnya. Dengan demikian

pabrik masih dapat mengoptimalkan penggunaan tenaga kerjanya untuk

meningkatkan produksi, sehingga tidak terjadi banyak pemborosan biaya tenaga

kerja.

7.2. Analisis Status Sumberdaya

Tingkat produksi susu olahan dari pabrik MT-KUD ditentukan juga oleh

ketersediaan sumberdaya ya ng dimilikinya. Untuk mencapai kondisi optimal,

tingkat produksi akan dibatasi pada ketersediaan sumberdaya yang paling sedikit

jumlahnya. Analisis status sumberdaya ini bertujuan untuk mengetahui


sumberdaya yang membatasi produksi serta pengaruh penambaha n sebelumnya

mengenai penggunaan sumberdaya.

Besarnya penggunaan sumberdaya dapat dilihat dari besarnya nilai slack

atau surplus-nya. Sumberdaya habis digunakan maka nilai slack-nya nol,

statusnya sebagai sumberdaya pembatas (P). Sebaliknya bila sumberdaya tersebut

masih tersisa atau berlimpah maka nilai slack-nya lebih besar dari nol dan

statusnya sebagai sumberdaya bukan pembatas (BP).

Nilai slack juga berkaitan dengan besarnya pengaruh penambahan atau

pengurangan jumlah ketersediaan sumberdaya bersangkutan terhadap nilai fungsi

tujuan. Besarnya pengaruh ini ditunjukkan oleh nilai dual price- nya. Nilai ini

merupakan jumlah penambahan nilai fungsi tujuan bila dilakukan penambahan

satu satuan ketersediaan sumberdaya. Nilai dual price akan lebih besar dari nol

jika sejumlah sumberdaya yang bersangkutan habis digunakan atau berstatus

pembatas. Sedangkan bila jumlah sumberdaya masih tersisa maka penambahan

ketersediaan tidak berpengaruh terhadap nilai fungsi tujuan.

Sumberdaya yang menjadi pembatas terdiri dari susu segar, lactobacillus,

lid cup dan permintaan minimum semua produk kecuali susu cup plain dan

yoghurt plain. Dengan demikian sumberdaya tersebut memiliki nilai dual price

masing- masing sebesar 319,170; 110.083; 210,356; -1.291,410; -1.259,680 ; -

1.060,680; 884,680; -1.259,680; -884,680.

Sumberdaya bahan baku susu segar pada kedua periode menjadi pembatas

(P) dengan dual price 319,170, artinya penambahan satu liter susu segar

sedangkan sumberdaya lainnya tetap akan menambahkan nilai fungsi tujuan

sebanyak 319,170. Nilai dual price kendala susu ini setara dengan koefisien susu
dingin (X9) pada fungi tujuan, yang berarti setiap penambahan bahan baku ini

pada kondisi yang lain tetap maka susu tersebut akan diolah menjadi susu dingin.

Hal ini disebabkan penggunaan sumberdaya bahan penolong untuk susu

pasteurisasi dan yoghurt hampir mencapai optimal. Nilai 110.083 pada

lactobacillus dan lid cup berarti penambahan satu satuan lactobacillus dan lid cup

dengan sumberdaya lainnya tetap akan menambahkan nilai fungsi tujuan sebanyak

masing- masing 110.083 dan 210,356. Analisis status sumberdaya pada kondisi

optimal dapat dilihat pada Tabel 10.

Berdasarkan Tabel 10, pembatas utama adalah lactobacillus dengan nilai

dual price terbesar yaitu 110.083. Penambahan sumberdaya ini akan

menghasilkan keuntungan terbesar dibandingkan dengan pembatas yang lain.

Sedangkan permintaan minimum untuk produk susu pasteurisasi cup plain dan

yoghurt plain terdapat sisa masing- masing sebesar 209.026.860 liter dan 548 liter.

Hal ini dikarenakan adanya batas permintaan minimum untuk susu pasteurisasi

cup plain dan yoghurt plain. Sehingga apabila ditambahkan satu satuan produk,

tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Namun untuk produk lainnya

berstatus sebagai pembatas dan dual price-nya bernilai negatif. Nilai ini berarti

bahwa jika ditambahkan ke pasar sebanyak satu satuan maka akan mengurangi

nilai fungsi tujuan atau keuntungan sebesar nilai dual price-nya. Hal ini

dikarenakan permintaan minimum susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain

adalah jumlah penjualannya sehingga perlu adanya perluasan pasar.


Tabel 10. Analisis Status Sumberdaya Pabrik MT-KUD tahun 2006
Sumberdaya Slack or surplus Dual Price Status
Susu segar 0 319,170 P
Bubuk coklat 243,632 0 BP
Gula 1.996 0 BP
Flavour strawberry 3,68 0 BP
Flavour vanila 0,85 0 BP
Flavour melon 1,676 0 BP
Pewarna strawberry 0,667 0 BP
Pewarna melon 0,873 0 BP
Lactobacillus 0 110.083 P
Cup 3.000.000 0 BP
Lid cup 0 210,356 P
Plastik 2.237.500 0 BP
Plate Cooler 3914,268 0 BP
Tangki Penyalur 3425,800 0 BP
Tangki Penerima 3632,807 0 BP
PHE 8478,857 0 BP
Mesin Cup 1153,714 0 BP
Kompor Gas 4280,500 0 BP
Alat Pencampur I 3625,416 0 BP
Incubator 4356,345 0 BP
Alat Pencampur II 3637,284 0 BP
Alat pengemas yoghurt 3523,450 0 BP
TK Teknis 13.037,081 0 BP
TK Mesin 75.253,726 0 BP
TK Pencampur 7.255,507 0 BP
TK Mesin Cup 851,428 0 BP
TK pengemas yoghurt 7.045,500 0 BP
X1 minimum 0 -1.291,410 P
X2 minimum 0 -1.259,680 P
X3 minimum 0 -1.060,680 P
X4 minimum 0 -884,680 P
X5 minimum 209.026.860 0 BP
X6 minimum 0 -1.259,680 P
X7 minimum 0 -884,680 P
X8 minimum 548 0 BP
Ket : P (pembatas), BP (bukan pembatas)

7.3. Analisis Sens itivitas

Analisis sensitivitas dilakukan setelah tercapai kondisi optimal, analisis ini

penting dilakukan mengingat adanya faktor ketidakpastian dalam berproduksi.

Dari analisis ini akan diketahui sejauh mana perubahan pada koefisien dan
ketersediaan sumberdaya yang tidak mengubah kondisi optimal. Analisis

sensitivitas ini terdiri dari dua bagian yaitu menyangkut koefisien fungsi tujuan

dan perubahan nilai sisi kanan kendala. Besarnya perubahan tersebut terdiri dari

penurunan nilai maksimum dan peningkatan maksimum yang tidak mengubah

kondisi optimal.

7.3.1. Analisis Sensitivitas Fungsi Tujuan

Perubahan pada koefisien fungsi tujuan yang masih mempertahankan

kondisi optimal semula ditunjukkan dalam selang tertentu antara nilai minimum

dan nilai maksimum. Analisis sensitivitas nilai fungsi tujuan dapat dilihat pada

Tabel 11. Perubahan pada selang tersebut tidak akan mengubah komposisi dan

jumlah produk yang dihasilkan, tetapi dengan berubahnya koefisien fungsi tujuan

tersebut tentunya akan mengubah nilai fungsi tujuan semula. Koefisien fungsi

tujuan pada analisis ini merupakan nilai sumbangan keuntungan per unit produk

yang dihasilkan oleh MT-KUD. Perubahan koefisien tersebut menggambarkan

perubahan selisih antara harga jual dengan biaya produksi per unit produk.

Tabel 11. Analisis Sensitivitas Koefisien Fungsi Tujuan


Variabel Nilai minimum Nilai awal Nilai Maksimum
X1 infinity 484,93 1.776,34
X2 infinity 516,66 1.776,34
X3 infinity 715.66 1.776,34
X4 infinity 891,66 1.776,34
X5 906,98 1.791,66 infinity
X6 infinity 145 1.404,68
X7 infinity 520 1.404,68
X8 535,32 1.420 infinity
X9 0 319,17 1.420

Analisis sensitivitas koefisien fungsi tujuan memperlihatkan batas

keuntungan per liter produk yang boleh ditingkatkan dan diturunkan dengan
syarat masih dalam range yang diijinkan. Nilai koefisien keuntungan per liter susu

cup coklat yang masih boleh diijinkan untuk dinaikkan sebesar Rp. 1.776,34

artinya selama keuntungan dari susu pasteurisasi coklat naik tidak melebihi Rp.

1.776,34 maka koperasi sebaiknya tetap memproduksi susu pasteurisasi cup

coklat sebanyak yang diproduksi pada tingkat optimal. Sedangkan nilai penurunan

koefisien keuntungan dalam besaran infinity (tak terhingga). Penurunan koefisien

keuntungan yang tak terhingga dibatasi oleh harga pokok penjualan produk

tersebut, dan jika lebih kecil dari harga pokok penjualan maka akan menyebabkan

kerugian.

Produk susu cup plain dan yoghurt plain mempunyai batasan kenaikan

koefisien keuntungan yang tak terhingga dan koefisien keuntungan yang diijinkan

mengalami penurunan dalam besaran tertentu masing- masing sebesar Rp. 906,98

dan Rp 535,32. Batasan kenaikan koefisien keuntungan yang tak terhingga tidak

akan mempengaruhi kombinasi produksi optimal, namun apabila meningkatkan

keuntungan yang tinggi akan menyebabkan harga jual yang tinggi kepada

konsumen. Informasi analisis sensitivitas koefisien keuntungan ini membantu

untuk mengetahui produksi optimal dan batas kenaikan dan penurunan

keuntungan dalam menetapkan kebijakan harga yang sesuai denga n konsumen.

7.3.2. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala

Bagian kedua dari analisis sensitivitas ini adalah perubahan nilai ruas

kanan kendala. Analisis ini menunjukkan selang perubahan jumlah ketersediaan

sumberdaya yang tidak menyebabkan perubahan nilai dual price kendala yang

bersangkutan. Selang tersebut juga menunjukkan pentingnya suatu sumberdaya,


dimana semakin kecil selangnya semakin penting sumberdaya pada kondisi yang

bersangkutan. Selang kepekaan tersebut ditunjukkan oleh nilai minimum dan

maksimum persediaan yang diijinkan. Analisis kepekaan ruas kanan ini mencakup

seluruh kendala yang terdiri dari kendala bahan baku susu, kendala bahan

penolong, kendala jam mesin, kendala jam tenaga kerja langsung dan kendala

permintaan minimum. Selengkapnya analisis sensitivitas ini dapat dilihat pada

Tabel 12.

Bahan penolong yang berlebih persediaannya, besarnya batas penurunan

yang diizinkan adalah sebesar nilai slack-nya dan hasilnya seperti pada Tabel 7.

Untuk kendala jam mesin seluruhnya memiliki batas penurunan maksimum

sebesar slack-nya. Sedangkan pada batas peningkatan maksimum yang diijinkan

seluruh mesin memiliki batas sampai tak tak terhingga.

Pada kendala tenaga kerja langsung, batas penurunan maksimum juga

sejumlah kelebihan jam kerjanya sedangkan untuk batas peningkatan maksimum,

seluruh bagian memiliki batas peningkatan sampai tak terhingga.

Permintaan minimum untuk seluruh variabel kecuali X5 dan X8 dibatasi

penurunannya sejumlah nilai ruas kanannya sedangkan X5 dan X8 memiliki batas

penurunannya yang tak terhingga. Peningkatan yang diijinkan untuk permintaan

minimum ini memiliki nilai batas maksimum sebesar selisih produksi aktual

dengan optimalnya.

Perubahan pada selang ruas kanan kendala tidak merubah variabel pada

kondisi aktual. Perub ahan yang dapat dihitung langsung adalah nilai fungsi tujuan

dengan cara menambahkan hasil perkalian unit tambahan sumberdaya dengan


nilai dual price-nya. Misalnya susu segar dengan nilai dual price 319,17 berarti

penambahan 10 liter susu akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar 3.191,7.

Dari seluruh sumberdaya pembatas, Lactobacillus memiliki nilai selang

terkecil sebesar 513,764 yang berarti merupakan sumberdaya yang paling peka

dan paling menguntungkan bila ditambahkan ketersediaannya.

Tabel 12. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala


Persediaan Persediaan Persediaan
Sumberdaya
minimum awal maksimum
Susu segar 258.481 1.440.074 11.633.481
Bubuk coklat 116,368 360 infinity
Gula 4.504 6.500 infinity
Flavour strawberry 33,319 37 infinity
Flavour vanila 8,15 9 infinity
Flavour melon 6,324 8 infinity
Pewarna strawberry 0,333 1 infinity
Pewarna melon 0,126 1 infinity
Lactobacillus 29,52 35 543,284
Cup 1.800.000 4.800.000 infinity
Lid cup 336.812 1.800.000 2.038.399,97
Plastik 24.500 2.400.000 infinity
Plate Cooler 453,732 4.368 infinity
Tangki Penyalur 214,200 3.640 infinity
Tangki Penerima 7,193 3.640 infinity
PHE 257,143 8.736 infinity
Mesin Cup 3.214,286 4.368 infinity
Kompor Gas 87,500 4.368 infinity
Alat Pencampur 14,584 3.640 infinity
Incubator 11,655 4.368 infinity
Alat Pencampur 2,716 3.640 infinity
Alat pengemas yoghurt 116,55 3.640 infinity
TK Teknis 1.522,919 14.560 infinity
TK Mesin 4.826,274 80.080 infinity
TK Pencampur 24,493 7.280 infinity
TK Mesin Cup 6.428,572 7.280 infinity
TK pengemas yoghurt 234,500 7.280 infinity
X1 minimum 0 16.624 36.584
X2 minimum 0 15.675 16.516
X3 minimum 0 5.433 6.000
X4 minimum 0 5.340 7.016
X5 minimum infinity 5.044 214.070,859
X6 minimum 0 984 1.532
X7 minimum 0 984 1.532
X8 minimum infinity 984 1.532
7.4. Analisis Pasca-Optimal

Analisis pasca-optimal dilakukan setelah dicapai suatu penyelesaian

optimal. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan dalam

model program linier terhadap solusi optimal. Analisis pasca-optimal dapat

diakukan dengan merubah koefisien fungsi tujuan, merubah nilai sisi kanan

kendala atau penambahan kegiatan baru dalam model. Kemudian hasil dari

perubahan tersebut dibandingkan dengan kondisi optimal awal.

Analisis pasca-optimal dalam penelitian ini dilakukan dengan dua

skenario. Skenario I, merubah koefisien fungsi tujuan yang merupakan tingkat

keuntungan perliter produk susu pasteurisasi cup plain diluar range yang diijinkan

dan cateris paribus. Perubahan tersebut dengan menurunkan sumbangan

keuntungan dari satu liter produk tersebut diluar range yaitu sebesar Rp. 900,00

terhadap keputusan produksi yang berarti penurunan harga jual. Hal ini

dikarenakan biaya produksi susu pasteurisasi cup plain paling rendah

dibandingkan dengan pasteurisasi cup rasa yang lebih banyak penggunaan bahan

penolongnya.

Skenario II dengan menambahkan batasan baru dalam model. Hal ini

dilakukan dengan menambahkan kendala permintaan minimum untuk susu dingin

terhadap keputusan produksi dan alokasi sumberdaya. Dikarenakan kapasitas

angkut dari (IPS) Industri Pengolah Susu susu dingin dikirim dalam jumlah relatif

tetap sehingga menuntut adanya batasan pengiriman akan susu dingin. Hasil

olahan program linear kedua skenario ini dapat dilihat pada Lampiran 29 dan 30.
Perubahan tingkat produksi optimal awal pada kedua skenario dapat dilihat

pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Perbandingan Tingkat Produksi Optimal Awal dengan Tingkat Produksi
Pasca-Optimal (liter)
Produk Optimal Awal Skenario 1 Skenario 2
Susu cup coklat 16.624 16.624 16.624
Susu cup strawberry 15.675 15.675 15.675
Susu cup vanila 5.433 5.433 5.433
Susu cup melon 5.340 7.016 5.340
Susu cup plain 214.070,859 212.394,860 8.879,919
Yoghurt strawberry 984 984 984
Yoghurt melon 984 984 984
Yoghurt plain 1.532 1.532 984
Susu dingin 1.181.593 1.181.673,5 1.387.332

Dari Tabel 13 terlihat bahwa kedua skenario memberikan pengaruh yang

berbeda terhadap kondisi optimal awal. Pada skenario I terjadi peningkatan

produk susu pasteurisasi cup melon sebesar 1.676 liter dan penurunan susu

pasteurisasi cup plain sebesar 1.676 liter dan peningkatan pada produk susu

dingin sebesar 80,5 liter. Hal ini menunjukkan adanya pengalihan susu cup plain

ke susu cup melon dan susu dingin. Pengalihan untuk susu pasteurisasi cup melon

sebesar 1.595,5 liter sedangkan untuk susu dingin sebesar 80,448 liter. Pengalihan

untuk memproduksi susu pasteurisasi cup melon lebih besar dibandingkan dengan

susu dingin menunjukkan bahwa tingkat keuntungan untuk susu pasteurisasi cup

melon lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keuntungan susu dingin. Susu

lainnya tetap pada tingkat optimal awal disebabkan pada tingkat tersebut sesuai

dengan sumbangan keuntungan dan batas permintaan minimum.

Pada skenario II, terjadi peningkatan produk susu dingin sebesar 205.739

liter dan penurunan untuk produk susu cup plain dan yoghurt plain masing-
masing sebesar 205.190,94 liter; 548 liter. Hal ini sama seperti pada skenario 1

terjadi pengalihan dan pembagiannya dikarenakan sumbangan keuntungan

masing- masing produk tetapi selain itu produksi susu dingin memiliki batasan

permintaan minimum. Adanya penambahan batasan baru ini lebih buruk daripada

sebelum batasan tersebut ditambahkan. Ini selalu dapat diperkirakan, karena

penambahan sebuah batasan baru yang tidak berlebihan tidak akan pernah

memperbaiki nilai keuntungan.

Keuntungan pada kondisi optimal awal lebih tinggi dari kedua skenario

yaitu sebesar Rp. 788.310.800,00 lebih tinggi dari kondisi aktual sebesar Rp.

306.407.861,00 Pada skenario I, tingkat keuntungannya sebesar Rp

597.444.100,00 lebih rendah dari optimal awal yaitu sebesar Rp. 190.866.700,00

dan lebih tinggi dari kondisi aktualnya dengan selisih sebesar Rp. 115.541.161,00.

Pada skenario II tingkat keuntungannya sebesar Rp 485.566.000,00 lebih rendah

dari optimal awal yaitu sebesar Rp 302.744.800,00 dan lebih tinggi dari kondisi

aktualnya dengan selisih sebesar Rp. 3.663.061,00.

Tabel 14 di bawah ini menyajikan penggunaan dan dual price (DP)

sumberdaya (SD) yang mengalami perubahan pada analisis pasca-optimal

dibandingkan dengan optimal awalnya. Pada skenario I, perubahan yang terjadi

yaitu penurunan produksi susu cup plain, sehingga menyebabkan peningkatan

susu cup melon dan susu dingin. Hal ini menyebabkan peningkatkan penggunaan

semua tenaga kerja langsung kecuali TK mesin cup dan TK pengemas yoghurt

dalam keadaan tetap, tidak berubah. Selain itu juga meningkatkan penggunaan

gula, flavour melon, pewarna melon, cup, plate cooler dan tangki penerima

seiring meningkatnya masing- masing produk yang dihasilkan.


Pada skenario II, dikarenakan adanya penambahan batasan baru pada

model yaitu permintaan minimum untuk produk susu dingin maka sumberdaya

susu segar memiliki dual price yang berbeda yaitu sebesar koefisien susu cup

plain. Penurunan pada produk susu cup plain dan yoghurt plain menyebabkan

penurunan pada penggunaan Lactobacilus, lid cup, plastik, tangki penyalur, PHE,

mesin cup, kompor gas, alat pencampur I, incubator dan alat pengemas yoghurt

yang semuanya merupakan sumberdaya untuk memproduksi susu pasteurisasi dan

yoghurt. Namun dikarenakan terjadi peningkatan pada produk susu dingin maka

penggunaan plate cooler untuk memproduksi susu dingin mengalami

peningkatan. Sedangkan untuk tenaga kerja langsung semua mengalami

penurunan seiring penurunan masing- masing produk yang dihasilkan.

Ketersediaan susu segar menjadi pembatas utama yang membatasi fungsi tujuan.
Tabel 14. Perbandingan Penggunaan Sumberdaya Optimal dan Pasca-Optimal
Optimal awal Skenario I Skenario II
Sumberdaya
Penggunaan DP Penggunaan DP Penggunaan DP
Susu segar 1.440.074 319,170 1.440.074 319,170 1.440.074 1.791,66
Gula 4.504 0 4.671,600 0 4.504,000 0
Flavour
6,324 0 8 6.980,15 6,324 0
melon
Pewarna
0,127 0 0,160 0 0,127 0
melon
Lactobacillus 35 110.083 35 110.083 29,520 0
Cup 363.664 0 1.800.000 0 363.664 0
Lid cup 1.800.000 210,356 1.800.000 82,975 363.664 0
Plastik 24.500,00 0 24.500,00 0 20.664,00 0
Plate Cooler 453,732 0 453,763 0 532,736 0
Tangki
214,200 0 214,200 0 43,276 0
Penyalur
Tangki
7,193 0 7,473 0 7,193 0
Penerima
PHE 257,143 0 257,143 0 51,952 0
Mesin Cup 3.214,286 0 3.214,286 0 649,399 0
Kompor Gas 87,500 0 87,500 0 73,800 0
Alat
14,584 0 14,584 0 12,301 0
Pencampur I
Incubator 11,655 0 11,655 0 9,83 0
Alat
pengemas 116,55 0 116,55 0 98,302 0
yoghurt
TK Teknis 1.522,919 0 1.523,264 0 1.295,887 0
TK Mesin 4.826,274 0 4826,672 0 2.013,992 0
TK
24,493 0 24,773 0 22,210 0
Pencampur
TK Mesin
6.428,572 0 6.428,572 0 1.298,798 0
Cup
TK pengemas
234,500 0 234,500 0 197,784 0
yoghurt
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini, yaitu :

1. Berdasarkan hasil analisis optimalisasi produksi susu olahan di pabrik MT

KUD Mitrayasa, diketahui bahwa pengolahan yang dilakukan masih belum

optimal. Seluruh susu segar yang masuk dari peternak telah diolah, namun

kombinasi tingkat produksi yang dihasilkan masih belum mendatangkan

keuntungan yang maksimal. KUD Mitrayasa masih bisa meningkatkan

keuntungan yang diperolehnya, dengan mengoptimalkan sumberdaya yang

dimiliki untuk memproduksi susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain.

Untuk mencapai tingkat produksi yang optimal, maka produksi susu cup plain

dan yoghurt plain masing- masing sebesar 214.070,859 liter; 1.532 liter.

Sedangkan susu cup coklat, cup strawberry, cup vanila, cup melon, yoghurt

strawbery, yoghurt melon dan susu dingin diproduksi masing- masing sebesar

16.624 liter; 15.675 liter; 5.433 liter; 5.340 liter; 984 liter; 984 liter; 1.181.593

liter. Dengan berproduksi pada kondisi optimal ini KUD Mitrayasa dapat

diperoleh tambahan keuntungan sebesar Rp. 202.221.784,00.

2. Kondisi optimal dicapai dengan mengoptimalkan persediaan susu segar,

Lactobacillus, dan lid cup. Untuk penggunaan jam kerja mesin, mesin cup

merupakan yang paling besar yaitu 3.214,286 jam. Hal ini dikarenakan untuk

susu pasteurisasi cup plain sumberdayanya sudah optimal yaitu lid cup. Begitu

pula dengan mesin- mesin yang digunakan untuk memproduksi susu cup plain

mengoptimalkan penggunaan tangki penyalur serta PHE. Pada kondisi


optimal, produksi untuk yoghurt plain juga mengoptimalkan penggunaan

lactobacilus, kompor gas, alat pencampur I, incubator, alat pencampur II.

Namun penggunaan mesin plate cooler masih belum optimal karena produksi

susu dingin yang belum optimal. Sedangkan ketersediaan jam tenaga kerja

langsung masih terdapat sisa, terutama ketersediaan untuk tenaga kerja bagian

mesin sebesar 75.253,726 jam. Analisis sensitivitas koefisien fungsi tujuan

memperlihatkan batas keuntungan per liter produk yang boleh ditingkatkan

dan diturunkan dengan syarat masih dalam range yang diijinkan. Nilai

koefisien keuntungan per liter susu cup coklat yang masih boleh diijinkan

untuk dinaikan sebesar Rp. 1.776,34 dan nilai penurunan koefisien

keuntungan dalam besaran infinity (tak terhingga). Produk susu cup plain dan

yoghurt plain mempunyai batasan kenaikan koefisien keuntungan yang tak

terhingga dan koefisien keuntungan yang diijinkan mengalami penurunan

dalam besaran tertentu masing- masing sebesar Rp. 906,98 dan Rp 535,32.

Batasan kenaikan koefisien keuntungan tak terhingga. Untuk kendala jam

mesin seluruhnya memiliki batas penurunan maksimum sebesar slack-nya.

Sedangkan pada batas peningkatan maksimum yang diijinkan seluruh mesin

memiliki batas sampai tak tak terhingga. Pada kendala tenaga kerja langsung,

batas penurunan maksimum sejumlah kelebihan jam kerjanya sedangkan

untuk batas peningkatan maksimum, seluruh bagian memiliki batas

peningkatan sampai tak terhingga.

3. Penurunan harga jual susu pasteurisasi cup plain dikarenakan harga yang

ditetapkan untuk produk susu pasteurisasi cup plain terlalu tinggi yaitu

disamakan dengan susu pasteurisasi cup rasa yang lebih banyak penggunaan
bahan penolongnya maka penurunan keuntungan dari susu cup plain akan

menyebabkan peningkatan untuk produk sus u cup melon dan susu dingin dan

meningkatkan penggunaan sumberdayanya. Sedangkan ketika susu dingin

dikirim dalam jumlah relatif tetap, menuntut adanya batasan pengiriman akan

susu dingin maka akan menurunkan produksi susu cup plain dan yoghurt plain

dan meningkatkan produksi susu dingin. Namun kedua kondisi ini

memberikan keuntungan yang lebih kecil dibandingkan dengan kondisi

optimal awal. Ketersediaan susu segar menjadi pembatas utama yang

membatasi fungsi tujuan.

8.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini penulis memberikan saran kepada KUD

Mitrayasa, Tasikmalaya untuk :

1. Mengurangi produksi dan penjualan susu dingin ke Industri Pengolahan Susu

(IPS) dan meningkatkan produksi susu cup plain dan yoghurt plain dari

produksi aktual sesuai dengan pola produksi optimal, dengan asumsi tidak ada

kendala pada pemasaran, karena keuntungan yang diperolehnya lebih tinggi

dibandingkan dengan kondisi aktual maupun kondisi setelah terjadinya

perubahan harga susu pasteurisasi cup plain dan penambahan kegiatan pada

model untuk susu dingin.

2. Menambah persediaan bahan baku utama dan bahan penolong untuk produk

susu pasteurisasi dan yoghurt. Bahan penolong tersebut diantaranya

Lactobacilus dan lid cup agar dapat meningkatkan produksi serta

mengoptimalkan jam kerja mesin dan jam tenaga kerja langsung.


3. Melakukan pembelian bahan-bahan penolong dengan lebih terencana dengan

jangka waktu tertentu agar jumlah persediaan menjadi proporsional, sehingga

tidak terjadi penumpukan dan hambatan pada proses produksi. Selain itu biaya

yang dikeluarkan dapat dialihkan untuk pembelian yang lebih bermanfaat.


Lampiran 1. Struktur Organisasi KUD Mitrayasa

RAPAT ANGGOTA TAHUNAN

Badan Pembina Pengurus Akuntan Publik

Ketua Unit Usaha Ketua Unit Ketua Unit Ketua Unit


Peternakan Sapi Usaha Usaha Usaha
Perah Perkreditan Pertanian Perdagangan
dan Jasa dan wartel

Susu pasteurisasi Listrik dan KUT


Dingin telepon Pupuk
Simpan Beras Dolog
pinjam

Sumber: Laporan Rapat Anggota Tahunan 2006


Lampiran 2. Struktur Organisasi Pabrik MT-KUD Mitrayasa

Pengurus

Ketua Unit Usaha

Laboratorium Produksi Administrasi Pemasaran

Bagian Teknik Bagian Bagian


Mesin Proses Pengemasan

Sumber: MT-KUD Mitrayasa


Lampiran 3. Denah KUD Mitrayasa Tasikmalaya

1 2

3
18

5
JL

R
A 19
Y
A 6

P 7
A
G
E
U
R 9
8
A
G
E
U
N
G

10
14 16

11
13
17
12

15
Keterangan Gambar

1. Simpan Pinjam (BUKOPIN)


2. Perumahan Karyawan
3. Gudang
4. Waserda
5. Penggilingan Padi
6. Kantor Listrik
7. Ruangan Pengurus
8. Puskeswan
9. Ternak Sapi
10. Kantor unit usaha susu
11. Ruangan yoghurt
12. Gudang pasteurisasi
13. Cooling unit
14. Laboratorium
15. Pasteurisasi
16. Perumahan Kesehatan Hewan
17. WC
18. Penjemuran Padi
19. Lapangan parkir

Lampiran 4. Denah unit susu murni guranteng KUD Mitrayasa Tasikmalaya

JL
2
R
A
Y
A 3

G
U 4
R
A
N
T
E 1 5
N
G

Keterangan Gambar
1. Pos
2. Laboratorium
3. Cooling unit
4. Kantor
5. Waserda.
Lampiran 5. Daftar Harga Jual Produk Susu Pasteurisasi, yoghurt dan susu dingin di
KUD Mitrayasa Tahun 2006
Harga per kemasan Harga per liter
Produk ke-j Jenis Produk
(Rp) (Rp)
1 cup coklat 150 ml 800 5.333,33
2 cup strawberry 150 ml 800 5.333,33
3 cup vanila 150 ml 800 5.333,33
4 cup melon 150 ml 800 5.333,33
5 cup plain 150 ml 800 5.333,33
6 yoghurt strawberry 50 ml 250 5.000,00
7 yoghurt melon 50 ml 250 5.000,00
8 yoghurt plain 50 ml 250 5.000,00
9 susu dingin 2.200,00
Sumber: Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)

Lampiran 6. Harga Bahan Baku dan Penolong (Rp) di KUD Mitrayasa Tahun 2006
Item Satuan Harga
Susu segar liter 1.700,00
Gula kg 5.950,00
Bubuk coklat kg 113.333,33
Flavour strawberry liter 375.000,00
Flavour Vanilla liter 375.000,00
Flavour Melon liter 375.000,00
Pewarna strawberry kg 600.000,00
Pewarna Melon kg 600.000,00
Lactobacilus gram 1.000,00
Cup buah 150,00
Lid cup buah 35,00
Plastik lembar 90,00
Sumber: Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)

Lampiran 7. Biaya-biaya lain per liter produk, Tahun 2006


Produk
Biaya
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Listrik 160 160 160 160 160 1.000 1.000 1.000 9,71
Tenaga
160 160 160 160 160 100 100 100 81,2
Kerja
Pam 20 20 20 20 20 5 5 5 9,71
Ongkos
186,67 186,67 186,67 186,67 186,67 125 125 125 70,5
angkut
Telepon 20 20 20 20 20 10 10 10 9,71
Total
546,67 546,67 546,67 546,67 546,67 1.240 1.240 1.240 180,83
Biaya
Sumber: Bagian Produksi KUD Mitrayasa, 2006 (diolah)
Lampiran 8. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi susu pasteurisasi
coklat, Tahun 2006
Susu bubuk
Produksi gula cup lid cup
Bulan segar coklat
(liter) (kg) (buah) (buah)
(liter) (kg)
Januari
Februari
Maret
April 1.817 1.730 12,7 181,7 12.113 12.113
Mei 1.742 1.659 12,2 174,2 11.613 11.613
Juni 1.721 1.639 12,0 172,1 11.473 11.480
Juli 2.295 2.186 16,1 229,5 15.300 15.300
Agustus 1.806 1.720 12,6 180,6 12.040 12.040
September 2.168 2.065 15,2 216,8 14.453 14.453
Oktober 2.170 2.066 15,2 217,0 14.467 14.467
November 1.821 1.734 12,7 182,1 12.140 12.140
Desember 1.713 1.631 12,0 171,3 11.420 11.420
16.430 121 1.725,3 115.020 115.027
Total 17.253
(0,952) (0,007) (0,100) (7) (7)
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
() : Koefisien Penggunaan Bahan Baku dan Penolong

Lampiran 9. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi susu
pasteurisasi coklat, Tahun 2006
Bahan baku dan penolong Penggunaan per liter produk Harga Total
Susu segar 0,952 1.700,00 1.618,40
bubuk coklat 0,007 113.333,33 793,33
gula 0,1 5.950,00 595,00
cup 7 150,00 1.050,00
lid cup 7 35,00 245,00
Total 4.301,73
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
Lampiran 10. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi susu pasteurisasi
strawberry , Tahun 2006
Susu
Bulan Produksi segar gula flavour pewarna cup lid cup
(liter) (liter) (kg) (liter) (kg) (buah) (buah)
Januari
Februari
Maret
April 1.817 1.730 181,7 3,6 0,036 12.113 12.113
Mei 1.742 1.659 174,2 3,5 0,035 11.613 11.613
Juni 1.721 1.639 172,1 3,4 0,034 11.473 11.480
Juli 2.295 2.186 229,5 4,6 0,046 15.300 15.300
Agustus 1.806 1.720 180,6 3,6 0,036 12.040 12.040
September 2.168 2.065 216,8 4,3 0,043 14.453 14.453
Oktober 2.170 2.066 217,0 4,3 0,043 14.467 14.467
November 1.821 1.734 182,1 3,6 0,036 12.140 12.140
Desember 1.713 1.631 171,3 3,4 0,034 11.420 11.420
16.430 1.725,3 34,5 0,345 115.020 115.027
Total 17.253
(0,952) (0,100) (0.002) (0,00002) (7) (7)
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
() : Koefisien Penggunaan Bahan Baku dan Penolong

Lampiran 11. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi susu
pasteurisasi strawberry, Tahun 2006
Bahan baku dan penolong Penggunaan per liter produk Harga Total
Susu segar 0,952 1.700 1.618
gula 0,100 5.950 595
flavour 0,002 375.000 750
pewarna 0,00002 600.000 12
cup 7 150 1.050
lid cup 7 35 245
Total 4.270
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
Lampiran 12. Penggunaan Bahan Baku dan Pengemas untuk Produksi susu pasteurisasi
vanilla, Tahun 2006
Produksi Susu segar gula flavour cup lid cup
Bulan
(liter) (liter) (kg) (liter) (buah) (buah)
Januari
Februari
Maret
April 606 577 60,6 0,9 4.040 4.040
Mei 581 553 58,1 0,9 3.873 3.873
Juni 574 547 57,4 0,9 3.827 3.827
Juli 765 729 76,5 1,1 5.100 5.100
Agustus 602 573 60,2 0,9 4.013 4.013
September 723 689 72,3 1,1 4.820 4.820
Oktober 723 689 72,3 1,1 4.820 4.820
November 607 578 60,7 0,9 4.047 4.047
Desember 571 544 57,1 0,9 3.807 3.807
5.478 575,2 8,6 38.347 38.347
Total 5.752
(0,952) (0,100) (0,0015) (7) (7)
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
() : Koefisien Penggunaan Bahan Baku dan Penolong

Lampiran 13. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi susu
pasteurisasi vanila , Tahun 2006
Bahan baku dan penolong Penggunaan per liter produk Harga Total
Susu segar 0,952 1.700 1.618
gula 0,100 5.950 595
flavour 0,0015 375.000 563
cup 7 150 1.050
lid cup 7 35 245
Total 4.071
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
Lampiran 14. Penggunaan Bahan Baku dan Pengemas untuk Produksi susu pasteurisasi
melon, Tahun 2006
Produksi Susu segar gula flavour pewarna cup lid cup
Bulan
(liter) (liter) (kg) (liter) (kg) (buah) (buah)
Januari
Februari
Maret
April 606 577 60,6 0,6 0,012 4.040 4.040
Mei 581 553 58,1 0,6 0,012 3.873 3.873
Juni 574 547 57,4 0,6 0,011 3.827 3.827
Juli 765 729 76,5 0,8 0,015 5.100 5.100
Agustus 602 573 60,2 0,6 0,012 4.013 4.013
September 723 689 72,3 0,7 0,014 4.820 4.820
Oktober 723 689 72,3 0,7 0,014 4.820 4.820
November 607 578 60,7 0,6 0,012 4.047 4.047
Desember 571 544 57,1 0,6 0,011 3.807 3.807
5.478 575,2 5,8 0,115 38.347 38.347
Total 5.752
(0,952) (0,100) (0.001) (0.00002) (7) (7)
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
() : Koefisien Penggunaan Bahan Baku dan Penolong

Lampiran 15. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi susu
pasteurisasi melon, Tahun 2006
Bahan baku dan penolong Penggunaan per liter produk Harga Total
Susu segar 0,952 1.700 1.618
gula 0,100 5.950 595
flavour 0,001 375.000 375
pewarna 0,00002 600.000 12
cup 7 150 1.050
lid cup 7 35 245
Total 3.895
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
Lampiran 16. Penggunaan Bahan Baku dan Pengemas untuk Produksi susu pasteurisasi
plain, Tahun 2006
Produksi Susu segar cup lid cup
Bulan
(liter) (liter) (buah) (buah)
Januari
Februari
Maret
April 606 606 4.040 4.040
Mei 581 581 3.873 3.873
Juni 574 574 3.827 3.827
Juli 765 765 5.100 5.100
Agustus 602 602 4.013 4.013
September 723 723 4.820 4.820
Oktober 723 723 4.820 4.820
November 607 607 4.047 4.047
Desember 571 571 3.807 3.807
5.752 38.347 38.347
Total 5.752
(1,000) (7) (7)
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
() : Koefisien Penggunaan Bahan Baku dan Penolong

Lampiran 17. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi susu
pasteurisasi plain, Tahun 2006
Bahan baku dan penolong Penggunaan per liter produk Harga Total
Susu segar 1 1.700 1.700
cup 7 150 1.050
lid cup 7 35 245
Total 2.995
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
Lampiran 18. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi yoghurt strawberry,
Tahun 2006
Susu
Produksi gula flavour pewarna Lactobacillus plastik
Bulan segar
(liter) (kg) (liter) (kg) (gram) (lembar)
(liter)
Januari
Februari
Maret
April 44 42 4,4 0,1 0,001 0,44 293
Mei 70 67 7,0 0,1 0,001 0,70 467
Juni 89 85 8,9 0,1 0,002 0,89 593
Juli 115 110 11,5 0,2 0,002 1,15 767
Agustus 134 128 13,4 0,2 0,003 1,34 893
September 106 101 10,6 0,2 0,002 1,06 707
Oktober 134 128 13,4 0,2 0,003 1,34 893
November 178 170 17,8 0,3 0,004 1,78 1.187
Desember 222 211 22,2 0,3 0,004 2,22 1.480
1.040 109,2 1,6 0,022 11 7.280
Total 1.092
(0,952) (0,100) (0,002) (0.00002) (0,01) (7)
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
() : Koefisien Penggunaan Bahan Baku dan Penolong

Lampiran 19. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi yoghurt
strawberry, Tahun 2006
Bahan baku dan penolong Penggunaan per liter produk Harga Total
Susu segar 0,952 1.700 1.618
gula 0,100 5.950 595
flavour 0,002 375.000 750
pewarna 0,00002 600.000 12
lactobacillus 0,01 1.000 10
cup 7 90 630
Total 3.615
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
Lampiran 20. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi yoghurt melon,
Tahun 2006
Susu
Produksi gula flavour pewarna Lactobacillus plastik
Bulan segar
(liter) (kg) (liter) (kg) (gram) (lembar)
(liter)
Januari
Februari
Maret
April 44 42 4,4 0,04 0,001 0,44 293
Mei 70 67 7,0 0,07 0,001 0,70 467
Juni 89 85 8,9 0,09 0,002 0,89 593
Juli 115 110 11,5 0,12 0,002 1,15 767
Agustus 134 128 13,4 0,13 0,003 1,34 893
September 106 101 10,6 0,11 0,002 1,06 707
Oktober 134 128 13,4 0,13 0,003 1,34 893
November 178 170 17,8 0,18 0,004 1,78 1.187
Desember 222 211 22,2 0,22 0,004 2,22 1.480
1.040 109,2 1,09 0,022 11 7.280
Total 1.092
(0,952) (0,100) (0,001) (0.00002) (0,01) (7)
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
() : Koefisien Penggunaan Bahan Baku dan Penolong

Lampiran 21. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi yoghurt
melon, Tahun 2006
Bahan baku dan penolong Penggunaan per liter produk Harga Total
Susu segar 0,952 1.700 1.618
gula 0,100 5.950 595
flavour 0,001 375.000 375
pewarna 0,00002 600.000 12
lactobacillus 0,01 1.000 10
cup 7 90 630
Total 3.240
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
Lampiran 22. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi yoghurt plain,
Tahun 2006
Produksi Susu segar Lactobacillus plastik
Bulan
(liter) (liter) (gram) (lembar)
Januari
Februari
Maret
April 44 44 0,44 293
Mei 70 70 0,70 467
Juni 89 89 0,89 593
Juli 115 115 1,15 767
Agustus 134 134 1,34 893
September 106 106 1,06 707
Oktober 134 134 1,34 893
November 178 178 1,78 1.187
Desember 222 222 2,22 1.480
1.092 11 7.280
Total 1.092
(1,000) (0,01) (7)
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
() : Koefisien Penggunaan Bahan Baku dan Penolong

Lampiran 23. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi yoghurt
plain, Tahun 2006
Bahan baku dan penolong Penggunaan per liter produk Harga Total
Susu segar 1,000 1.700 1.700
lactobacillus 0,01 1.000 10
Plastik 7 90 630
Total 2.340
Sumber: Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
Lampiran 24. Penggunaan Bahan Baku untuk Produksi susu dingin, Tahun 2006
Bulan Produksi (liter) Susu segar (liter)
Januari 115.611 115.611
Februari 115.611 115.611
Maret 115.611 115.611
April 115.611 115.611
Mei 115.611 115.611
Juni 115.611 115.611
Juli 115.611 115.611
Agustus 115.611 115.611
September 115.611 115.611
Oktober 115.611 115.611
November 115.611 115.611
Desember 115.611 115.611
1.387.332
Total 1.387.332
(0,001)
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
() : Koefisien Penggunaan Bahan Baku

Lampiran 25. Biaya Penggunaan Bahan Baku untuk Produksi susu dingin , Tahun 2006
Bahan baku dan penolong Penggunaan per liter produk Harga Total
Susu segar 1,000 1.700 1.700
Total 1.700
Sumber : Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)

Lampiran 26. Ketersediaan Bahan Baku Susu dan Pengemas KUD Mitrayasa, Tahun
2006
Bahan baku Jumlah
susu segar 1.440.074
gula 6.500
bubuk coklat 360
flavour strawberry 37
flavour vanila 9
flavour melon 8
pewarna strawberry 1
pewarna melon 1
lactobacillus 35
cup 4.800.000
lid cup 1.800.000
plastik 2.400.000
Sumber: Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
Lampiran 27. Ketersediaan Jam Kerja Mesin selama Tahun 2006
Mesin Variabel Jumlah Jumlah jam kerja Total
jam kerja
Plate cooler M1 364 12 4368
Tangki Penyalur M2 364 10 3640
Tangki Penerima M3 364 10 3640
PHE M4 364 24 8736
Mesin Cup M5 364 12 4368
Kompor Gas M6 364 12 4368
Alat Pencampur M7 364 10 3640
Incubator M8 364 12 4368
Alat Pencampur M9 364 10 3640
Alat pengemas plastik yoghurt M10 364 10 3640
Sumber: Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)

Lampiran 28. Koefisien Tenaga Kerja Langsung pabrik MT-KUD Mitrayasa


(jam kerja orang perliter)
tenaga
Tenaga Kapasitas
Mesin Variabel kerja Koefisien
kerja (jam/liter)
langsung
X1,X2,X3,
Tangki Penyalur 0,000833
X4,X5
X1,X2,X3,
Tangki Penerima 1 0,000167 0,002
X4
Teknis X1,X2,X3,
PHE 0,001
X4,X5
Plate cooler X9 2 0,000384 0,0008
Kompor gas 0,025
X6,X7,X8 1 0,02833
Incubator 0.00333
Tangki Penyalur,
Tangki Penerima, X1,X2,X3, 0,002
0,0145
PHE X4
Mesin cup 0,0125
Tangki Penyalur, 0,001833
PHE X5 0,0143
Mesin cup 0,0125
1
Kompor gas 0,025
Alat pencampurI 0,004167
Mesin
Incubator 0,00333
X6,X7 0,0672
Alat pencampur II 0,00138
Alat pengemas 0,0333
yoghurt
Kompor gas, Alat
pencampur I,
X8 0,0658 0,0658
Incubator,Alat
pengemas yoghurt
Plate cooler X9 2 0,000384 0,000768
X1,X2,X3,
Tangki Penerima 1 0,000167 0,000167
Pencampu X4
ran Alat pencampurI 0,004167
X6,X7 1 0,005547
Alat pencampur II 0,00138
Alat pencampurI X8 1 0,004167 0,004167
Cup X1,X2,X3,
Mesin cup 2 0,0125 0,025
X4,X5
Alat
pengemas X6,X7,X8 2 0,0333 0,067
yoghurt
Sumber: MT-KUD Mitrayasa, diolah

Lampiran 29. Ketersediaan Tenaga Kerja Langsung selama Tahun 2006


Jam Jumlah hari Ketersediaan
Tenaga kerja Jumlah mesin kerja kerja Jam kerja
teknis 4 10 364 14.560
Jumlah
Jumlah Jam Jumlah hari Ketersediaan
Tenaga kerja tenaga
Kegiatan kerja kerja Jam kerja
kerja
Mesin 11 2 10 364 80.080
Jam Jumlah hari Ketersediaan
Tenaga kerja Jumlah tenaga kerja
kerja kerja Jam kerja
Pencampuran 2 10 364 7.280
Cup 2 10 364 7.280
Pengemasan
2 10 364 7.280
yoghurt
Sumber: MT-KUD Mitrayasa, diolah
Lampiran 30. Produksi Susu Olahan (liter) di KUD Mitrayasa, Tahun 2006
Produ Bulan
Produksi Februar Agustu Septembe Oktobe Novembe Desembe
k
Januari i Maret April Mei Juni Juli s r r r r
X1 17.253 - - - 1.817 1.742 1.721 2.295 1.806 2.168 2.170 1.821 1.713
X2 17.253 - - - 1.817 1.742 1.721 2.295 1.806 2.168 2.170 1.821 1.713
X3 5.752 - - - 606 581 574 765 602 723 723 607 571
X4 5.752 - - - 606 581 574 765 602 723 723 607 571
X5 5.752 - - - 606 581 574 765 602 723 723 607 571
X6 1.092 - - - 44 70 89 115 134 106 134 178 222
X7 1.092 - - - 44 70 89 115 134 106 134 178 222
X8 1.092 - - - 44 70 89 115 134 106 134 178 222
1.387.33 115.61 115.61 115.61 115.61 115.61 115.61 115.61 115.61
X9 2 1 115.611 1 1 1 1 1 1 115.611 1 115.611 115.611
1.442.37 115.61 115.61 121.19 121.04 121.04 122.84 121.43 122.52
Total 0 1 115.611 1 4 7 1 2 0 122.433 2 121.606 121.414
Sumber: Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)

Lampiran 31. Penjualan Susu Olahan (liter) di KUD Mitrayasa, Tahun 2006
Produ Penjuala Bulan
k n Februar Agustu Septembe Oktobe Novembe Desembe
Januari i Maret April Mei Juni Juli s r r r r
X1 16.624 - - - 1.653 1.593 1.682 2.214 1.794 2.155 1.950 1.809 1.773
X2 15.675 - - - 1.323 1.434 1.587 2.088 1.784 2.033 1.879 1.773 1.773
X3 5.433 - - - 551 571 529 697 595 681 627 591 591
X4 5.340 - - - 573 531 529 696 561 675 591 591 591
X5 5.044 - - - 529 531 527 684 561 475 590 556 591
X6 984 - - - 40 67 80 112 110 95 120 160 200
X7 984 - - - 40 67 80 112 110 95 120 160 200
X8 984 - - - 40 67 80 112 110 95 120 160 200
1.387.33 115.61 115.61 115.61 115.61 115.61 115.61 115.61 115.61
X9 1 1 115.611 1 1 1 1 1 1 115.611 1 115.611 115.611
1.438.39 115.61 115.61 120.36 120.47 120.70 122.32 121.23 121.60
Total 9 1 115.611 1 0 2 5 6 6 121.915 9 121.410 121.530
Sumber: Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
Lampiran 32. Koefisien kendala bahan baku dan penolong, jam kerja mesin, jam tenaga kerja langsung, dan permintaan minimum
Kendala Bahan Baku
dan Penolong X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 Status Ketersediaan

Susu segar 0,952 0,952 0,952 0,952 1 0,952 0,952 1 1 = 1.440.074


Bubuk coklat 0,007 = 360
Gula 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 = 6.500
Flavour strawberry 0,002 0,002 = 37
Flavour vanila 0,0015 = 9
Flavour melon 0,001 0,001 = 8
Pewarna strawberry 0,00002 0,00002 = 1
Pewarna melon 0,00002 0,00002 = 1
Lactobacillus 0,01 0,01 0,01 = 35
Cup 7 7 7 7 7 = 4.800.000
Lid cup 7 7 7 7 7 = 1.800.000
Plastik 7 7 7 = 2.400.000
Kendala Jam Mesin
Plate Cooler 0,000384 = 4368
Tangki Penyalur 0,000833 0,000833 0,000833 0,000833 0,000833 = 3640
Tangki Penerima 0,000167 0,000167 0,000167 0,000167 = 3640
PHE 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 = 8736
Mesin Cup 0,0125 0,0125 0,0125 0,0125 0,0125 = 4368
Kompor Gas 0,025 0,025 0,025 = 4368
Alat Pencampur I 0,004167 0,004167 0,004167 = 3640
Incubator 0,00333 0,00333 0,00333 = 4368
Alat Pencampur II 0,00138 0,00138 = 3640
Alat pengemas yoghurt 0,0333 0,0333 0,0333 = 3640
Kendala Jam Tenaga Kerja Langsung
TK Teknis 0,02 0,02 0,02 0,02 0,001833 0,02833 0,02833 0,02833 0,0008 = 14.560
TK Mesin 0,0145 0,0145 0,0145 0,0145 0,0143 0,0672 0,0672 0,0658 0.000768 = 80.080
TK Pencampur 0,000167 0,000167 0,000167 0,000167 0,005547 0,005547 0,004167 = 7.280
TK Mesin Cup 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 = 7.280
TK pengemas yoghurt 0,067 0,067 0,067 = 7280
Kendala Permintaan pasar

X1 1 = 16.624
X2 1 = 15.675
X3 1 = 5.433
X4 1 = 5.340
X5 1 = 5.044
X6 1 = 984
X7 1 = 984
X8 1 = 984
Sumber: Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
Lampiran 33. Data Populasi Sapi Perah Tahun 2006
Laktase Kering Dara Muda Pedet Dewasa Jumlah
NO Nama Kelompok
BT TBT BT TBT BT TBT BT TBT JT BTN JANTAN Total
1 KUPA I 1 2 1 - 1 - 1 1 - 5
2 KUPA II 2 12 1 - 2 2 - 3 2 4 - 32
3 KUPA III 2 6 1 - 2 5 - 3 1 6 - 24
4 CIGUHA I 2 2 1 - 2 5 - 3 5 22
5 CIGUHA II 11 14 3 - 6 12 3 2 6 7 - 64
6 GURANTENG I 3 17 3 - 6 12 5 4 7 5 - 79
7 GURANTENG II 2 1 1 - 4 4 1 1 3 2 - 17
8 GURANTENG III 5 6 1 - 3 4 3 6 3 2 - 30
9 CIKERENCENG I 5 9 2 - 3 2 2 3 5 - 31
10 CIKERENCENG II 3 5 2 - - 1 4 2 4 1 - 22
11 CIKERENCENG III 5 8 4 - 2 2 2 4 3 6 - 36
12 TEWEL I 4 3 3 - 2 5 - 4 1 1 - 23
13 TEWEL II 18 28 5 - 5 7 4 14 6 13 - 100
14 TEWEL III 6 11 4 - 1 6 3 5 2 14 - 52
15 PICUNG I 7 8 5 - 4 4 1 4 1 2 - 36
16 PICUNG II 10 12 3 - 4 5 8 5 7 8 1 63
17 PICUNG III 6 14 4 - 4 5 3 10 2 10 - 58
18 CIKADU I 2 31 6 - 4 9 5 12 12 13 4 116
19 CIKADU II 8 13 4 - 2 4 1 1 7 6 - 46
20 CIKADU III 7 18 5 - 8 3 1 2 7 4 1 56
21 CIKADU IV 5 8 1 - 3 4 1 4 2 3 - 31
22 CIAWI 11 10 7 - 4 - 6 3 5 3 2 51
23 PANJALU 10 3 4 - 4 1 2 - - 4 - 28
24 SALAWU 26 24 10 - 30 - - 20 - 15 - 135
Jumlah 194 265 90 - 106 100 56 114 84 135 13 1.157
Sumber: Bagian Produksi KUD Mitrayasa,2006 (diolah)
Lampiran 34. Hasil olahan program linier
Maksimumkan
Z= 484.93X1+516.66X2+715.66X3+891.66X4+1791.66X5+145X6+520X7+1420X8+
319.17X9
ST
2) 0.952X1+0.952X2+0.952X3+0.952X4+X5+0.952X6+ Susu segar
0.952X7+X8+X9<=1440074
3) 0.007X1<=360 Bubuk coklat
4) 0.1X1+0.1X2+0.1X3+0.1X4+0.1X6+0.1X7<=6500 Gula pasir
5) 0.002X2+0.002X6<=37 Flavour
strawberry
6) 0.0015X3<=9 Flavour vanila
7) 0.001X4+0.001X7<=8 Flavour melon
8) 0.00002X2+0.00002X6<=1 Pewarna
strawberry
9) 0.00002X4+0.00002X7<=1 Pewarna melon
10) 0.01X6+0.01X7+0.01X8<=35 Lactobacillus
11) 7X1+7X2+7X3+7X4+7X5<=4800000 Cup
12) 7X1+7X2+7X3+7X4+7X5<=1800000 Lid cup
13) 7X6+7X7+7X8<=2400000 Plastik
14) 0.000384X9<=4368
15) 0.000833X1+0.000833X2+0.000833X3+0.000833X4+0.000833X5<=3640
16) 0.000167X1+0.000167X2+0.000167X3+0.000167X4<=3640
17) 0.001X1+0.001X2+0.001X3+0.001X4+0.001X5<=8736
18) 0.0125X1+0.0125X2+0.0125X3+0.0125X4+0.0125X5<=4368
19) 0.025X6+0.025X7+0.025X8<=4368
20) 0.004167X6+0.004167X7+0.004167X8<=3640 Jam kerja mesin
21) 0.00333X6+0.00333X7+0.00333X8<=4368
22) 0.00138X6+0.00138X7<=3640
23) 0.0333X6+0.0333X7+0.0333X8<=3640
24) 0.002X1+0.002X2+0.002X3+0.002X4+0.001833X5+0.02833X6+
0.02833X7+0.0283X8+0.0008X9<=14560
25) 0.0145X1+0.0145X2+0.0145X3+0.0145X4+0.0143X5+0.0672X6+
0.0672X7+0.0658X+0.000768X9<=80080 TKL
26) 0.000167X1+0.000167X2+0.000167X3+0.000167X4+0.005547X6+
0.005547X7+0.004167X8<=7280
27) 0.025X1+0.025X2+0.025X3+0.025X4+0.025X5<=7280
28) 0.067X6+0.067X7+0.067X8<=7280
29) X1>=16624
30) X2>=15675
31) X3>=5433
32) X4>=5340 Permintaan minimum
33) X5>=5044
34) X6>=984
35) X7>=984
36) X8>=984
LP OPTIMUM FOUND AT STEP 17
OBJECTIVE FUNCTION VALUE

1) 0.7883108E+09

VARIABLE VALUE REDUCED COST


X1 16624.000000 0.000000
X2 15675.000000 0.000000
X3 5433.000000 0.000000
X4 5340.000000 0.000000
X5 214070.859375 0.000000
X6 984.000000 0.000000
X7 984.000000 0.000000
X8 1532.000000 0.000000
X9 1181593.000000 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES


2. 0.000000 319.170013
3. 243.632004 0.000000
4. 1996.000000 0.000000
5. 3.681998 0.000000
6. 0.850500 0.000000
7. 1.676000 0.000000
8. 0.666820 0.000000
9. 0.873520 0.000000
10. 0.000000 110083.000000
11. 3000000.000000 0.000000
12. 0.000000 210.355713
13. 2375500.000000 0.000000
14. 3914.268311 0.000000
15. 3425.800049 0.000000
16. 3632.806885 0.000000
17. 8478.857422 0.000000
18. 1153.714233 0.000000
19. 4280.500000 0.000000
20. 3625.415527 0.000000
21. 4356.345215 0.000000
22. 3637.284180 0.000000
23. 3523.449951 0.000000
24. 13037.081055 0.000000
25. 75253.726562 0.000000
26. 7255.506836 0.000000
27. 851.428467 0.000000
28. 7045.500000 0.000000
29. 0.000000 -1291.409790
30. 0.000000 -1259.679810
31. 0.000000 -1060.679810
32. 0.000000 -884.679871
33. 209026.859375 0.000000
34. 0.000000 -1259.679810
35. 0.000000 -884.679871
36. 548.000000 0.000000
NO. ITERATIONS= 17
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

OBJ COEFFICIENT RANGES


VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE
COEF INCREASE DECREASE
X1 484.929993 1291.409790 INFINITY
X2 516.659973 1259.679810 INFINITY
X3 715.659973 1060.679810 INFINITY
X4 891.659973 884.679871 INFINITY
X5 1791.660034 INFINITY 884.679871
X6 145.000000 1259.679810 INFINITY
X7 520.000000 884.679871 INFINITY
X8 1420.000000 INFINITY 884.679871
X9 319.170013 1100.829956 319.170013

RIGHTHAND SIDE RANGES


ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE
RHS INCREASE DECREASE
2. 1440074.000000 10193407.000000 1181593.000000
3. 360.000000 INFINITY 243.632004
4. 6500.000000 INFINITY 1996.000000
5. 37.000000 INFINITY 3.681998
6. 9.000000 INFINITY 0.850500
7. 8.000000 INFINITY 1.676000
8. 1.000000 INFINITY 0.666820
9. 1.000000 INFINITY 0.873520
10. 4800000.000000 INFINITY 3000000.000000
11. 2400000.000000 INFINITY 2375500.000000
12. 1800000.000000 238399.968750 1463188.000000
13. 35.000000 1051.567139 5.480000
14. 4368.000000 INFINITY 3914.268311
15. 3640.000000 INFINITY 3425.800049
16. 3640.000000 INFINITY 3632.806885
17. 8736.000000 INFINITY 8478.857422
18. 4368.000000 INFINITY 1153.714233
19. 4368.000000 INFINITY 4280.500000
20. 3640.000000 INFINITY 3625.415527
21. 4368.000000 INFINITY 4356.345215
22. 3640.000000 INFINITY 3637.284180
23. 3640.000000 INFINITY 3523.449951
24. 14560.000000 INFINITY 13037.081055
25. 80080.000000 INFINITY 75253.726562
26. 7280.000000 INFINITY 7255.506836
27. 7280.000000 INFINITY 851.428467
28. 7280.000000 INFINITY 7045.500000
29. 16624.000000 19960.000000 16624.000000
30. 15675.000000 1840.999146 15675.000000
31. 5433.000000 566.999939 5433.000000
32. 5340.000000 1675.999512 5340.000000
33. 5044.000000 209026.859375 INFINITY
34. 984.000000 548.000000 984.000000
35. 984.000000 548.000000 984.000000
36. 984.000000 548.000000 INFINITY
Lampiran 35. Hasil olahan program linier skenario I
Maksimumkan
484.93X1+516.66X2+715.66X3+891.66X4+900X5+145X6+520X7+1420X8+319.17X9
ST
2) 0.952X1+0.952X2+0.952X3+0.952X4+X5+0.952X6+0.952X7+X8+X9<=1440074
3) 0.007X1<=360
4) 0.1X1+0.1X2+0.1X3+0.1X4+0.1X6+0.1X7<=6500
5) 0.002X2+0.002X6<=37
6) 0.0015X3<=9
7) 0.001X4+0.001X7<=8
8) 0.00002X2+0.00002X6<=1
9) 0.00002X4+0.00002X7<=1
10) 0.01X6+0.01X7+0.01X8<=35
11) 7X1+7X2+7X3+7X4+7X5<=4800000
12) 7X1+7X2+7X3+7X4+7X5<=1800000
13) 7X6+7X7+7X8<=2400000
14) 0.000384X9<=4368
15) 0.000833X1+0.000833X2+0.000833X3+0.000833X4+0.000833X5<=3640
16) 0.000167X1+0.000167X2+0.000167X3+0.000167X4<=3640
17) 0.001X1+0.001X2+0.001X3+0.001X4+0.001X5<=8736
18) 0.0125X1+0.0125X2+0.0125X3+0.0125X4+0.0125X5<=4368
19) 0.025X6+0.025X7+0.025X8<=4368
20) 0.004167X6+0.004167X7+0.004167X8<=3640
21) 0.00333X6+0.00333X7+0.00333X8<=4368
22) 0.00138X6+0.00138X7<=3640
23) 0.0333X6+0.0333X7+0.0333X8<=3640
24) 0.002X1+0.002X2+0.002X3+0.002X4+0.001833X5+0.02833X6+0.02833X7+0.028
3X8+0.0008X9<=14560
25) 0.0145X1+0.0145X2+0.0145X3+0.0145X4+0.0143X5+0.0672X6+0.0672X7+0.065
8X8+0.000768X9<=80080
26) 0.000167X1+0.000167X2+0.000167X3+0.000167X4+0.005547X6+0.005547X7+0.
004167X8<=7280
27) 0.025X1+0.025X2+0.025X3+0.025X4+0.025X5<=7280
28) 0.067X6+0.067X7+0.067X8<=7280
29) X1>=16624
30) X2>=15675
31) X3>=5433
32) X4>=5340
33) X5>=5044
34) X6>=984
35) X7>=984
36) X8>=984
LP OPTIMUM FOUND AT STEP 13
OBJECTIVE FUNCTION VALUE

1) 0.5974441E+09

VARIABLE VALUE REDUCED COST


X1 16624.000000 0.000000
X2 15675.000000 0.000000
X3 5433.000000 0.000000
X4 7015.999512 0.000000
X5 212394.859375 0.000000
X6 984.000000 0.000000
X7 984.000000 0.000000
X8 1532.000000 0.000000
X9 1181673.500000 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES


2. 0.000000 319.170013
3. 243.632004 0.000000
4. 1828.400024 0.000000
5. 3.681998 0.000000
6. 0.850500 0.000000
7. 0.000000 6980.152832
8. 0.666820 0.000000
9. 0.840000 0.000000
10. 3000000.000000 0.000000
11. 2375500.000000 0.000000
12. 0.000000 82.975716
13. 0.000000 110083.000000
14. 3914.237305 0.000000
15. 3425.800049 0.000000
16. 3632.527100 0.000000
17. 8478.857422 0.000000
18. 1153.714233 0.000000
19. 4280.500000 0.000000
20. 3625.415527 0.000000
21. 4356.345215 0.000000
22. 3637.284180 0.000000
23. 3523.449951 0.000000
24. 13036.736328 0.000000
25. 75253.328125 0.000000
26. 7255.226562 0.000000
27. 851.428467 0.000000
28. 7045.500000 0.000000
29. 0.000000 -399.749847
30. 0.000000 -368.019836
31. 0.000000 -169.019852
32. 1675.999634 0.000000
33. 207350.859375 0.000000
34. 0.000000 -1259.679810
35. 0.000000 -891.659973
36. 548.000000 0.000000

NO. ITERATIONS= 13
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

OBJ COEFFICIENT RANGES


VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE
COEF INCREASE DECREASE
X1 484.929993 399.749847 INFINITY
X2 516.659973 368.019836 INFINITY
X3 715.659973 169.019852 INFINITY
X4 891.659973 INFINITY 6.980153
X5 900.000000 6.980153 169.019852
X6 145.000000 1259.679810 INFINITY
X7 520.000000 891.659973 INFINITY
X8 1420.000000 INFINITY 891.659973
X9 319.170013 580.829956 145.419922

RIGHTHAND SIDE RANGES


ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE
RHS INCREASE DECREASE
2. 1440074.000000 10193326.000000 1181673.500000
3. 360.000000 INFINITY 243.632004
4. 6500.000000 INFINITY 1828.400024
5. 37.000000 INFINITY 3.681998
6. 9.000000 INFINITY 0.850500
7. 8.000000 18.284002 1.676000
8. 1.000000 INFINITY 0.666820
9. 1.000000 INFINITY 0.840000
10. 4800000.000000 INFINITY 3000000.000000
11. 2400000.000000 INFINITY 2375500.000000
12. 1800000.000000 238399.968750 1451456.000000
13. 35.000000 1051.567139 5.480000
14. 4368.000000 INFINITY 3914.237305
15. 3640.000000 INFINITY 3425.800049
16. 3640.000000 INFINITY 3632.527100
17. 8736.000000 INFINITY 8478.857422
18. 4368.000000 INFINITY 1153.714233
19. 4368.000000 INFINITY 4280.500000
20. 3640.000000 INFINITY 3625.415527
21. 4368.000000 INFINITY 4356.345215
22. 3640.000000 INFINITY 3637.284180
23. 3640.000000 INFINITY 3523.449951
24. 14560.000000 INFINITY 13036.736328
25. 80080.000000 INFINITY 75253.328125
26. 7280.000000 INFINITY 7255.226562
27. 7280.000000 INFINITY 851.428467
28. 7280.000000 INFINITY 7045.500000
29. 16624.000000 18284.000000 16624.000000
30. 15675.000000 1840.999146 15675.000000
31. 5433.000000 566.999939 5433.000000
32. 5340.000000 1675.999634 INFINITY
33. 5044.000000 207350.859375 INFINITY
34. 984.000000 548.000000 984.000000
35. 984.000000 548.000000 984.000000
36. 984.000000 548.000000 INFINITY
Lampiran 36. Hasil olahan program linier skenario II
Maksimumkan
484.93X1+516.66X2+715.66X3+891.66X4+1791.66X5+145X6+520X7+1420X8+319.1
7X9
ST
2) 0.952X1+0.952X2+0.952X3+0.952X4+X5+0.952X6+0.952X7+X8+X9<=1440074
3) 0.007X1<=360
4) 0.1X1+0.1X2+0.1X3+0.1X4+0.1X6+0.1X7<=6500
5) 0.002X2+0.002X6<=37
6) 0.0015X3<=9
7) 0.001X4+0.001X7<=8
8) 0.00002X2+0.00002X6<=1
9) 0.00002X4+0.00002X7<=1
10) 0.01X6+0.01X7+0.01X8<=35
11) 7X1+7X2+7X3+7X4+7X5<=4800000
12) 7X1+7X2+7X3+7X4+7X5<=1800000
13) 7X6+7X7+7X8<=2400000
14) 0.000384X9<=4368
15) 0.000833X1+0.000833X2+0.000833X3+0.000833X4+0.000833X5<=3640
16) 0.000167X1+0.000167X2+0.000167X3+0.000167X4<=3640
17) 0.001X1+0.001X2+0.001X3+0.001X4+0.001X5<=8736
18) 0.0125X1+0.0125X2+0.0125X3+0.0125X4+0.0125X5<=4368
19) 0.025X6+0.025X7+0.025X8<=4368
20) 0.004167X6+0.004167X7+0.004167X8<=3640
21) 0.00333X6+0.00333X7+0.00333X8<=4368
22) 0.00138X6+0.00138X7<=3640
23) 0.0333X6+0.0333X7+0.0333X8<=3640
24) 0.002X1+0.002X2+0.002X3+0.002X4+0.001833X5+0.02833X6+0.02833X7+0.028
3X8+0.0008X9<=14560
25) 0.0145X1+0.0145X2+0.0145X3+0.0145X4+0.0143X5+0.0672X6+0.0672X7+0.065
8X+0.000768X9<=80080
26) 0.000167X1+0.000167X2+0.000167X3+0.000167X4+0.005547X6+0.005547X7+
0.004167X8<=7280
27) 0.025X1+0.025X2+0.025X3+0.025X4+0.025X5<=7280
28) 0.067X6+0.067X7+0.067X8<=7280
29) X1>=16624
30) X2>=15675
31) X3>=5433
32) X4>=5340
33) X5>=5044
34) X6>=984
35) X7>=984
36) X8>=984
37) X9>=1387332
LP OPTIMUM FOUND AT STEP 15
OBJECTIVE FUNCTION VALUE

1) 0.4855660E+09

VARIABLE VALUE REDUCED COST


X1 16624.000000 0.000000
X2 15675.000000 0.000000
X3 5433.000000 0.000000
X4 5340.000000 0.000000
X5 8879.918945 0.000000
X6 984.000000 0.000000
X7 984.000000 0.000000
X8 984.000000 0.000000
X9 1387332.000000 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES


2. 0.000000 1791.660034
3. 243.632004 0.000000
4. 1996.000000 0.000000
5. 3.681998 0.000000
6. 0.850500 0.000000
7. 1.676000 0.000000
8. 0.666820 0.000000
9. 0.873520 0.000000
10. 4436336.500000 0.000000
11. 2379336.000000 0.000000
12. 1436336.625000 0.000000
13. 5.480000 0.000000
14. 3835.264404 0.000000
15. 3596.724121 0.000000
16. 3632.806885 0.000000
17. 8684.047852 0.000000
18. 3718.601074 0.000000
19. 4294.200195 0.000000
20. 3627.698975 0.000000
21. 4358.169922 0.000000
22. 3637.284180 0.000000
23. 3541.698486 0.000000
24. 13264.113281 0.000000
25. 78066.007812 0.000000
26. 7257.790039 0.000000
27. 5981.202148 0.000000
28. 7082.215820 0.000000
29. 0.000000 -1220.730347
30. 0.000000 -1189.000366
31. 0.000000 -990.000366
32. 0.000000 -814.000366
33. 3835.918945 0.000000
34. 0.000000 -1560.660400
35. 0.000000 -1185.660400
36. 0.000000 -371.660004
37. 0.000000 -1472.489990

NO. ITERATIONS= 15
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

OBJ COEFFICIENT RANGES


VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE
COEF INCREASE DECREASE
X1 484.929993 1220.730347 INFINITY
X2 516.659973 1189.000366 INFINITY
X3 715.659973 990.000366 INFINITY
X4 891.659973 814.000366 INFINITY
X5 1791.660034 INFINITY 371.660004
X6 145.000000 1560.660400 INFINITY
X7 520.000000 1185.660400 INFINITY
X8 1420.000000 371.660004 NFINITY
X9 319.170013 1472.489990 INFINITY

RIGHTHAND SIDE RANGES


ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE
RHS INCREASE DECREASE
2. 1440074.000000 205190.953125 3835.918945
3. 360.000000 INFINITY 243.632004
4. 6500.000000 INFINITY 1996.000000
5. 37.000000 INFINITY 3.681998
6. 9.000000 INFINITY 0.850500
7. 8.000000 INFINITY 1.676000
8. 1.000000 INFINITY 0.666820
9. 1.000000 INFINITY 0.873520
10. 4800000.000000 INFINITY 4436336.500000
11. 2400000.000000 INFINITY 2379336.000000
12. 1800000.000000 INFINITY 1436336.625000
13. 35.000000 INFINITY 5.480000
14. 4368.000000 INFINITY 3835.264404
15. 3640.000000 INFINITY 3596.724121
16. 3640.000000 INFINITY 3632.806885
17. 8736.000000 INFINITY 8684.047852
18. 4368.000000 INFINITY 3718.601074
19. 4368.000000 INFINITY 4294.200195
20. 3640.000000 INFINITY 3627.698975
21. 4368.000000 INFINITY 4358.169922
22. 3640.000000 INFINITY 3637.284180
23. 3640.000000 INFINITY 3541.698486
24. 14560.000000 INFINITY 13264.113281
25. 80080.000000 INFINITY 78066.007812
26. 7280.000000 INFINITY 7257.790039
27. 7280.000000 INFINITY 5981.202148
28. 7280.000000 INFINITY 7082.215820
29. 16624.000000 4029.326416 16624.000000
30. 15675.000000 1840.999146 15675.000000
31. 5433.000000 566.999939 5433.000000
32. 5340.000000 1675.999512 5340.000000
33. 5044.000000 3835.918945 INFINITY
34. 984.000000 548.000000 984.000000
35. 984.000000 548.000000 984.000000
36. 984.000000 548.000000 984.000000
37. 1387332.000000 3835.918945 205190.953125
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Stastistik. 1999-2003. Neraca Bahan Makanan Indonesia. Badan


Pusat Stastistik. Jakarta.

Badan Pusat Stastistik. 2005-2006. Statistik Indonesia. Badan Pusat Stastistik.


Jakarta.

Brotosunaryo, Otto. A. S. 1996. Undang-Undang dan Kebijakan Pemerintah di


Bidang Perkoperasiandi Indonesia Dalam Kaitannya dengan Manajemen
KUD; Orasi Ilmiah- Guru Besar Tetap Ilmu Manajemen Koperasi 22 Juni
1996. Fakultas Pertanian. IPB.

Buffa, Elwood S. dan RK. Sarin. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi
Modern. Edisi Kedelapan. Jilid I. Binarupa Aksara. Jakarta Barat.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2002-2006. Buku Statistik Peternakan.


Departemen pertanian. Jakarta.

Djohan, Djabaruddin dan Bayu Krisnamurthi. 2000. Membangun Koperasi


Pertanian Berbasis Anggota. LSP21. Kerjasama dengan Inkopdit dan
Yappika.

Evy. 2004. Usaha Peternakan Sapi Perah di Sukabumi, Jawa Barat Kembali
Bangkit. Kompas. Jakarta.[10 Marety 2004]

Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI).1999. Profil GKSI 1999. Jakarta.

Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Fakultas Ekonomi Universitas


Indonesia. Jakarta.

Ismawan, Indra. 2001. Sukses di Era Ekonomi Liberal bagi Koperasi dan
Perushaan Kecil-Menengah. PT Gramedia Widiasarana. Jakarta.

Kusnadi, Ferry. 2001. Perencanaan Produksi Optimal Susu Pasteurisasi Pada PT


Fajar Taurus. Skripsi. Jurusan Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor

Lipsey, R.G; P.N Courant; D.D. Purvis dan P.O. Steiner. 1995. Pengantar
Mikroekonomi. Jilid I. Binarupa Aksara. Jakarta.

M, Koeswardhono dan Lina Karliyenna. 1989. Laporan Penelitian: Penawaran


dan Permintaan Susu Segar di Pulau Jawa. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Munker, H dan Hans. 1997. Masa Depan Koperasi. Dekopin. Jakarta.


Nasendi, B. dan A. Anwar. 1985. Program Linear dan Variasinya. PT Gramedia.
Jakarta.

Nasution, Muslimin. 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan


Untuk Agroindustri. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nicholson, W. 1999. Teori Mikro Ekonomi. Binarupa Aksara. Jakarta.

Rahmadani, Leli. 2006. Optimalisasi Produksi Mie Instan di PT. Jakarama Tama
Ciawi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Ressang, A. Z. dan A. M. Nasution. 1986. Pedoman Mata Pelajaran Ilmu


Kesehatan Susu. Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan: Kumpulan Pemikiran. USESE


Fondation dan Pusat Studi Pembanguna n IPB. Bogor

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 1993. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi di
Indonesia. Jilid II. Dian Rakyat. Jakarta.

Soedjono, Ibnoe. 1996. Strategi Koperasi dalam Membangun Jarinagn Bisnis di


tengah-tengah Persaingan Ekonomi Global. Makala h tanggal 21 Desember
1996 pada Seminar Nasional Pengembangan Koperasi Berorientasi Bisnis
Menuju Pembangunan Ekonomi Rakyat. Bogor.

Soekartawi. 1992. Linear Programming. Rajawali Pers. Jakarta.

Soepranto J. 1988. Riset Operasi untuk Pengambilan Keputusan. Cetakan I. UI


Press. Jakarta.

Sukma, Eka Setia. 2001. Optimalisasi Produksi Susu Olahan Di Pabrik Milk
Treatment Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan. Skripsi.
Jurusan Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut
Pertania n Bogor.Bogor.

Taha, H. A. 1996. Riset Operasi Suatu Pengantar. Jilid I. Binarupa Aksara.


Jakarta

Thamrin, Juni. 1992. Organisasi Produksi dan Intervensi Koperasi Persusuan di


Jawa Barat Proyek Penelitian Sektor Non Pertanian Pedesaan Jawa Barat.
PSP-IPB. ISS. PPLH-ITB.

Widhiani. 2001. Optimalisasi Produksi Susu Kental Manis (SKM pada PT


Friesche Vlag). Skripsi. Jurusan Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor

Anda mungkin juga menyukai